• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSIDING HEFA (Health Events for All)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PROSIDING HEFA (Health Events for All)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Prosiding Health Event of All merupakan Terbitan berkala ilmiah seminar hasil-hasil penelitian dan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan setiap 1 tahun oleh LPPM

STIKES Cendekia Utama Kudus.

PROSIDING HEFA

(Health Events for All)

Menuju Masyarakat Sehat dan Sejahtera dengan

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)

P ISSN 2581 –2270 E ISSN 2614 – 6401

Pengarah

Ketua STIKES Cendekia Utama Kudus

Penanggung Jawab

Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) STIKES Cendekia Utama Kudus

Editors

Eko Prasetyo, S.KM, M.Kes David Laksamana Caesar, S.KM, M.Kes

Ns. Sholihul Huda, S.Kep, M.N.S Ns. Sri Hartini, S.Kep, M.Kes Dessy Erliani Mugitasari, S.Farm, Apt

Sistem Informasi dan Teknologi

Susilo Restu Wahyuno, S.Kom

Sekretariat :

LPPM SIKES Cendekia Utama Kudus

Jl. Lingkar Raya Kudus – Pati Km. 5 Desa Jepang, Mejobo, Kudus Telp (0291) 4248655, Fax (0291) 4248657

(3)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Dewan Redaksi ... ii

Kata Pengantar Ketua LPPM ... iii

Daftar Isi... iv

Penulis Judul Artikel Halaman

Ahmad Rifa’i Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD dr. Loekmonohadi Kudus

1

Ayu Safitri Juniati Hubungan Tingkat Stres dengan Strategi Koping yang digunakan pada Santri Remaja di Pondok Pesantren Nurul Alimah Kudus

Perbandingan Efektifitas Antibakteri Infusa dan Sirup Daun Rambutan terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dengan Salmonella typhi secara In Vitro

17

Dewi Ayu Jamilah Hubungan Antara Status Gizi dengan Perkembangan Motorik Kasar pada Anak Balita Usia 1-5 Tahun di Posyandu Balita “Balai Desa” Dukuhseti Kec. Dukuhseti Kab. Pati

24

Eka Pangestu Wati Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Gabus II Kabupaten Pati

34

Ema Erniyang Hubungan Pengetahuan Ibu dan Dukungan Keluarga dengan Pemberian Makanan Pendamping Asi pada Bayi di Desa Tlogoharum Wilayah Kerja Puskesmas

Wedarijaksa II Pati

40

Galia Wardha Alvita, Solikhul Huda

Pengaruh Senam Keseimbangan dengan Resiko Jatuh pada Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Margomukti Rembang

49

Habbshah Oka Nurlaela, David Laksamana Caesar

Hubungan Higiene Sanitasi dengan Jumlah Bakteri Coliform di Depot Air Minum (DAM) pada Wilayah Kerja Puskesmas Mejobo

57

Hidayatun Ni’mah Gambaran Persepsi Pencegahan Seks Pranikah pada Remaja di MA Abadiyah Kec. Gabus Kab. Pati

64

Himayatul Lutfah Gambaran Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kejadian Obesitas pada Remaja

73

Intan Susilo Utami Studi Deskriptif Perilaku Pemberian ASI pada Ibu Bekerja di Desa Lau Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus

83

Ipit Koriah Hubungan Status Gizi dengan Tingkat Prestasi Siswa Sekolah Dasar di SD N Wotan 04

Pemodelan Regresi Linier Berganda untuk Estimasi Determinan Kasus Difteri di Jawa Timur

(4)

Meivina Zufiyanti Studi Deskriptif Tingkat Kecemasan Ibu yang Mempunyai Anak Usia Pra Sekolah (3-6 Tahun) yang Mengalami Hospitalisasi di Rumah Sakit

107

Mifta Ariyani Studi Deskriptif Alat Permainan yang Diberikan

Orangtua pada Anak Usia Prasekolah di Desa Pringtulis Kecamatan Nalumsari

Kabupaten Jepara

115

Novayani Kusumardiani

Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi terhadap Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi

121

Puji Rofikhah Hidayah

Implementasi Program Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di Unit Paper Mill 10 PT. Pura Barutama Kudus

129

Putri Rahayu Berliana

Hubungan Perilaku Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan di SMP 2 Mejobo Kudus

134

Rahma Listianawati Hubungan Pengetahuan Perawat tentang Keselamatan Pasien (patient safety) dengan Sikap Perawat terhadap Pemberian Obat di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus

Perbedaan Perawatan Luka Post Operasi Bersih Menggunakan Balutan Kasa dengan Balutan Transparan terhadap Waktu Penyembuhan Luka di RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus

154

Resti Prastika Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Campak pada Bayi di Posyandu Desa Kayen Kecamatan Kayen Kabupaten Pati

161

Roi kholik Andika Yuswantoro

Pengaruh Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien BPJS Kesehatan Rawat Jalan di Puskesmas Grobogan

169

Rostiami Studi Deskriptif Respon Time Perawat pada Pasien di IGD RSUD dr. Loekmonohadi Kudus

177

Siti Syarifah Aplikasi Primary Survey oleh Perawat terhadap Ketepatan Penentuan Triase Pasien Gawat Darurat di IGD RSUD dr. Loekmonohadi Kudus

185

Sony Factarun Hubungan Motivasi dan Perilaku Menggosok Gigi dengan Karies Gigi pada Anak Usia Sekolah di MI NU Islahussalafiyah Kudus

191

(5)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS GABUS II KABUPATEN PATI

Eka Pangestu Wati STIKES Cendekia Utama Kudus

ekapangestu.ep.ep@gmail.com

ABSTRACT

Stunting is short and very short. Data obtained from Gabus II Public Health Center in 2016 total number of child under five years stunting as many as 83 children, with 19 very short toddler and 64 short toddler. The purpose of this study was to analyze the factors associated with the incidence of stunting in Puskesmas Gabus II. This research is correlational analytic research with cross sectional approach. Sample size of 69. Instruments used were questionnaires and microtoise. The chi-square correlation is used to find the relationship and test the hypothesis between the two variables. Based on statistical test indicate that there is correlation between mother's knowledge about intake of toddlers with incidence of stunting (p = 0,041), there is no relation of family income to stunting event (p = 0,736), and no relationship of birth weight with stunting event (p = 0,418). The conclusion of this research is there is relationship between mother's knowledge about intake of toddler with incidence of stunting, no relation of family income with stunting event, and no relation about birth weight of toddler with stunting event.

Keywords : Stunting, Knowledge, Family Income, Birth Weight

INTISARI

Stunting merupakan keadaan yang pendek dan sangat pendek. Data yang diperoleh dari Puskesmas Gabus II tahun 2016 total jumlah balita stunting sebanyak 83 balita, dengan 19 balita sangat pendek dan 64 balita pendek. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting di Puskesmas Gabus II. Penelitian ini merupakan penelitian analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Besar sampel sejumlah 69. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan microtoise. Korelasi chi-square digunakan untuk mencari hubungan dan menguji hipotesis antar kedua variabel. Berdasarkan uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan ibu tentang asupan makan balita dengan kejadian stunting (p=0,041), tidak ada hubungan pendapatan keluarga dengan kejadian stunting (p=0,736), dan tidak ada hubungan berat lahir dengan kejadian stunting (p=0,418). Kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang asupan makan balita dengan kejadian stunting, tidak ada hubungan pendapatan keluarga dengan kejadian stunting, dan tidak ada Hubungan tentang berat lahir balita dengan kejadian stunting.

Kata Kunci : Stunting, Pengetahuan, Pendapatan Keluarga, Berat Lahir

LATAR BELAKANG

(6)

tapi juga kecerdasan otaknya. Status gizi balita adalah mencocokkan umur anak (dalam bulan) dengan berat atau tinggi badan standar tabel WHO-NCHS (World Health Organizaton – National Center for Health Statistics). Jika hasil berat badan anak setelah dicocokkan dengan tabel WHO-NCHS masih kurang maka status gizi balita tersebut dinyatakan kurang. Begitu pula dengan tinggi badan. Jika setelah dicocokkan tinggi badan balita masih kurang, maka termasuk pendek (WHO, 2010).

Stunting merupakan pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) (Kemenkes, 2011). Berdasarkan data WHO 2010, menunjukkan bahwa 171 juta anak (167 juta anak di negara berkembang dan 4 juta di negara maju) mengalami stunting. Dari hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi stunting di Indonesia adalah 37.2% yang terdiri dari 18,0 % sangat pendek dan 19,2% pendek, yang berarti terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2010 (35,6%) dan 2007 (36,8%). Stunting terjadi akibat kekurangan gizi dalam waktu lama yang diawali sejak masa janin hingga 2 tahun pertama kehidupan.

Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Pati tahun 2016, prevalensi

stunting meningkat dari tahun 2015 sebesar 7,09% menjadi 8,1% tahun 2016. Berdasarkan data PSG (Penentuan Status Gizi) tahun 2016 di Puskesmas Gabus II, diperoleh pencapaian prevalensi stunting diatas yaitu 14,59% dari pencapaian target stunting Kabupaten Pati yaitu 5%. Prevalensi stunting di Puskesmas Gabus II Puskesmas terdiri dari pendek 11,25% dan sangat pendek 3,34% dengan total jumlah balita stunting 83 balita. Puskesmas Gabus II memiliki 11 wilayah kerja, antara lain desa Wuwur, Karaban, Tlogoayu, Bogotanjung, Koryokalangan, Sugihrejo, Mojolawaran, Sambirejo, Pantirejo, Gebang, dan Kosekan. (Data Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Pati, 2016).

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik korelasional

dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data secara formal (kuesioner) kepada subyek untuk menjawab pertanyaan secara tertulis. Penelitian ini variabel bebas meliputi tingkat pengetahuan ibu, tingkat pendapatan keluarga, dan berat lahir pada balita, serta variabel terikatnya adalah stunting. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu balita yang mempunyai balita stunting yaitu sebesar 83 responden. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Random Sampling,

(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengetahuan

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Asupan Makan Balita dengan Kejadian Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Gabus II

Variabel Kategori

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa ibu responden yang memiliki tingkat pengetahuan tentang asupan makan balita baik dan mengalami kejadian stunting pada balita sebanyak 24 (43,6%), Ibu yang memiliki pengetahuan tentang asupan makan balita cukup dan mengalami stunting sebanyak 20 (36,4%), dan Ibu yang memiliki pengetahuan tentang asupan makan balita kurang dan mengalami stunting sebanyak 11 (20%). Berdasarkan uji statistik menggunakan chi-square diperoleh p value = 0,041, lebih kecil dari 0,05 ( p value < 0,05) maka Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan ada Hubungan antara pengetahuan ibu tentang asupan makan balita dengan kejadian stunting.

Menurut penelitian Farah Okky, dkk (2015) di Kabupaten Jember, menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang tingkat energi protein pada balita di wilayah pedesaan. Hal tersebut dikarenakan asupan zat gizi yang tidak adekuat, terutama dari total energi yang berhubungan dengan masalah dan gangguan pertumbuhan fisik pada balita. Pada daerah pedesaan umumnya sumber protein yang dikonsumsi berasal dari sumbe nabati. Kandungan protein pada sumber bahan makanan hewani lebih tinggi jika dibandingkan dengan sumber protein nabati.

Perbedaan hasil hubungan antara asupan makan energi protein pada balita dengan kejadian stunting bisa terjadi karena faktor lain seperti adanya penyakit infeksi atau penyakit penyerta yang dapat menghambat dan mengganggu proses penyerapan oleh tubuh. Meskipun beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan asupan energi protein pada balita dengan kejadian stunting, namun banyaknya faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada penelitian ini, kemungkina tidak ada hubungan bisa terjadi antara pengetahuan ibu tentang asupan makan energi protein dengan kejadian sunting pada balita disebabkan oleh faktor lain seperti penyakit penyertanya.

(8)

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Tingkat Pendapatan Keluarga dengan Kejadian Stunting Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Gabus II

Variabel Kategori Kejadian Stunting

Stunting Tidak Stunting Total P Value Pendapatan

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa pendapatan keluarga responden tinggi dan mengalami kejadian stunting sebanyak 8 (14,5%), pendapatan keluarga responden sedang dan mengalami kejadian stunting sebanyak 27 (49,1%), dan pendapatan keluarga responden rendah dan mengalami kejadian stunting sebanyak 20 (36,4%). Berdasarkan uji statistik menggunakan chi-square dengan taraf kepercayaan diperoleh p value = 0,736 maka Ha ditolak. Jadi dapat disimpulkan tidak ada Hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian stunting.

Penelitian yang dilakukan oleh Hadi Riyadi dkk pada tahun 2006 juga menunjukkan bahwa tingkat pendapatan keluarga belum ada pengaruh/hubungan dengan status gizi indikator TB/U. hal tersebut dikarenakan indikator TB/U merupakan gambaran status gizi masa lampau, sementara nilai variabel bebas yang dijadikan variabel hanya menunjukkan rekaman waktu yang lebih singkat. Tidak ada Hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan stunting (pendek) juga sesuai dengan pendapat Nursalam (2005) yang mengatakan pertumbuhan bayi tidak terlalu berpengaruh dengan pendapatan keluarga. Apabila keluarga dengan pendapatan rendah mampu mengelola makanan yang bergizi dengan bahan yang sederhana dan murah maka pertumbuhan bayi juga akan baik.

Keluarga dengan pendapatan tinggi bisa mengalami kejadian stunting karena pengalokasian dana untuk kebutuhan gizi makanan belum teralisasi dengan baik. Keluarga dengan pendapatan rendah belum menjamin akan mengalami kejadian stunting, begitu juga dengan pendapatan sedang. Kebutuhan gizi makanan dalam keluarga tercukupi dengan baik apabila pengalokasian dana untuk gizi dipertimbangkan dengan baik.

Berat Lahir

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Berat Lahir dengan Kejadian Stunting Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Gabus II

(9)

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa berat lahir balita lebih dan mengalami kejadian stunting pada balita sebanyak 15 (27,8%), berat lahir balita normal dan mengalami kejadian stunting pada balita sebanyak 33 (61,2%), dan berat lahir balita kurang dan mengalami kejadian stunting pada balita sebanyak 7 (11,1%). Berdasarkan uji statistik menggunakan chi-square diperoleh p value = 0,418 maka Ha ditolak. Jadi dapat disimpulkan tidak ada Hubungan antara berat lahir dengan kejadian stunting.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Novita Siaahan, et al (2013), di daerah wilayah Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara yang menunjukkan bahwa p>0,05 berati tidak ada Hubungan yang signifikan antara berat lahir balita dengan kejadian stunting pada balita. Hasil diperoleh dari 10 balita BBLR dan 83 balita normal. Hasil penelitian ini betentangan dengan penelitian yang sebelumnya dilakukan yang menjelaskan bahwa anak BBLR kedepannya akan memiliki ukuran antropometri yang kurang di masa dewasa. Hal tersebut memang berlawanan dengan teori yang ada, anak balita yang lahir dengan berat badan lahir rendah lebih beresiko untuk tumbuh stunting dibanding anak yang lahir dengan berat badan normal. Selain itu, kondisi BBLR tidak akan mempengaruhi pertumbuhan anak balita jika anak tersebut mendapatkan asupan yang memadai serta kondisi lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak balita.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang “Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting di Wilayah Puskesmas Gabus II Kabupaten Pati”, diperoleh simpulan sebagai berikut : Pengetahuan ibu tentang asupan makan balita di wilayah Puskesmas Gabus II memiliki tingkat pengetahuan baik (37,7%), Pendapatan keluarga di wilayah Puskesmas Gabus II sebagian besar memiliki tingkat pendapatan sedang (52%), Berat lahir balita di wilayah Puskesmas Gabus II sebagian besar balita dengan berat lahir normal (62%), Sebagian besar balita di Puskesmas Gabus II masih mengalami stunting (80%), Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang asupan makan balita dengan kejadian stunting

pada balita di wilayah Puskesmas Gabus II (p value < 0,05), Tidak Ada hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan kejadian stunting pada balita di wilayah Puskesmas Gabus II (p value < 0,05), dan Tidak Ada hubungan antara berat lahir balita dengan kejadian stunting pada balita di wilayah Puskesmas Gabus II (p value < 0,05)

Berdasarkan hasil penelitian tentang “Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting di Wilayah Puskesmas Gabus II Kabupaten Pati”,

(10)

bahan referensi yang diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi para mahasiswa dan dapat berguna bagi kemajuan akademik.

DAFTAR PUSTAKA

Anindita, Putri (2012). ‘Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu, Pendapatan

Keluarga,, kecukupan Protein & Zinc Dengan Stunting (pendek) Pada Balita Usia 6-35 Bulan di Kecamatan Tembalang Kota Semarang’

(online://ejornals1undip.ac.id/index/php/jkm) diakses tanggl 1 Agustus 2017

Anisa, Paramitha (2012). ‘Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 25-60 bulan di Kelurahan Kalibaru Depok

Tahun 2012’

Data Stunting Puskesmas Gabus II. (2016). ‘Rekapitulasi Data Pemantauan

Status Gizi Tahun 2016’. Puskesmas Gabus II. Pati

Dinas Kesehatan Kabupaten Pati (2016). ‘Profil Kesehatan Kabupaten Pati Tahun

2016’. Dinas Kesehatan Kabupaten Pati. Pati

Farah, Okky dkk (2015). ‘Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stunting

pada Anak Balita di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan’. (online: e- journal/pustaka/kesehatan/storage/emulated/0/download/2520-1-4993-1-10-2016-03-13.pdf) diakses tanggal 1 Agustus 2017

Lestari, Wanda dkk (2014). ‘ Faktor resiko Stunting pada anak umur 6-24 bulan di Kecamatan Penanggalan, Kota Subulussalam Provinsi Aceh’ (ISSN : 1858-4942) Vol 3, No.1 (online:storage/emulated/0/download/8752-19502-3-PB.pdf), diakses tanggal 2 Agustus 2018

Notoatmodjo, Soekidjo (2010). ‘Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni’. PT Rineka Cipta: Jakarta

Novayeni, Muchlis, dkk (2011). ‘ Hubungan Asupan Energi dan Protein Dengan

Status Gizi Balita di Kelurahan Tamamaung’ (onlone:

download/NOVAYENI MUCHLIS K211006024.pdf) diakses tanggal 1 Agustus 2017

Proverawati, Atikah. (2011). ‘Ilmu Gizi Untuk Keperawatan dan Kesehatan’. Nuha Medika: Yogyakarta

Riskesdas (2013). ‘Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013’. (www.depkes.go.id) diakses tanggal 12 Maret 2017

Sastroasmoro, Sudigdo. (2011). ‘Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis’. ed 4.

(11)

SEMINAR KESEHATAN “

HEALTH EVENTS FOR ALL

LPPM STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS

A. Ketentuan Artikel

Artikel disusun sesuai format baku terdiri dari: Judul Artikel, Nama

Penulis, Abstrak(bahasa inggris), Intisari(bahasa Indonesia), Latar

Belakang, Metode, Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan dan Saran,

Daftar Pustaka.

Naskah maksimal 8 halaman, tulisan times new roman ukuran 12 font,

ketikan 1 spasi , diketik dalam 1 kolom, jarak tepi 3 cm, dan ukuran kertas

A4. Naskah menggunakan bahasa Indonesia baku, setiap kata asing

diusahakan dicari padanannya dalam bahasa Indonesia baku, kecuali jika

tidak ada, tetap dituliskan dalam bahasa aslinya dengan ditulis italic.

B. Format Penulisan

Judul Naskah

Judul ditulis secara jelas dan singkat dalam bahasa Indonesia yang

menggambarkan isi pokok/variabel, maksimum 20 kata. Judul diketik dengan

huruf Book Antique, ukuran font 13, bold UPPERCASE, center, jarak 1 spasi.

Nama Penulis

Meliputi nama lengkap penulis utama tanpa gelar dan anggota, disertai nama

institusi/instansi, alamat institusi/instansi, kode pos, PO Box, dan e-mail

penulis. Data Penulis diketik dengan huruf Times New Roman, ukuran font

11, center, jarak 1spasi

Abstrak dan Intisari

Ditulis dalam bahasa inggris dan bahasa Indonesia, dibatasi 250-300 kata

dalam satu paragraf, bersifat utuh dan mandiri.Tidak boleh ada referensi.

Abstrak terdiri dari: latar belakang, tujuan, metode, hasil analisa statistik, dan

(12)

ukuran font 11, jarak 1 spasi. Abstrak Bahasa Inggris diketik dengan huruf

Times New Roman, ukuran font 11, italic, jarak 1spasi.

Latar Belakang

Berisi informasi secara sistematis/urut tentang: masalah penelitian, skala

masalah, kronologis masalah, dan konsep solusiyang disajikan secara ringkas

dan jelas.

Metode Penelitian

Berisi tentang: jenis penelitian, desain, populasi, jumlah sampel, teknik

sampling, karakteristik responden, waktu dan tempat penelitian, instrumen

yang digunakan, serta uji analisis statistik yang digunakan disajikan dengan

jelas.

Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian hendaknya disajikan secara berkesinambungan dari mulai

hasil penelitian utama hingga hasil penunjang yang dilangkapi dengan

pembahasan. Hasil dan pembahasan dapat dibuat dalam suatu bagian yang

sama atau terpisah. Jika ada penemuan baru, hendaknya tegas dikemukakan

dalam pembahasan. Nama tabel/diagram/gambar/skema, isi beserta

keterangannya ditulis dalam bahasa Indonesia dan diberi nomor sesuai

dengan urutan penyebutan teks. Satuan pengukuran yang digunakan dalam

naskah hendaknya mengikuti sistem internasional yang berlaku.

Simpulan dan Saran

Kesimpulan hasil penelitian dikemukakan secara jelas.Saran dicantumkan

setelah kesimpulan yang disajikan secara teoritis dan secara praktis yang

dapat dimanfaatkan langsung oleh masyarakat.

Ucapan Terima Kasih(apabila ada)

Apabila penelitian ini disponsori oleh pihak penyandang dana tertentu,

misalnya hasil penelitian yang disponsori oleh KEMENRISTEK DIKTI,

(13)

Sumber pustaka yang dikutip meliputi: jurnal ilmiah, skripsi, tesis, disertasi,

dan sumber pustaka lain yang harus dicantumkan dalam daftar pustaka.

Sumber pustaka disusun berdasarkan sistem Harvard.Jumlah acuan minimal

10 pustaka (diutamakan sumber pustaka dari jurnal ilmiah yang uptodate 10

tahun sebelumnya).

Nama pengarang diawali dengan nama belakang dan diikuti dengan

singkatan nama di depannya. Tanda “&” dapat digunakan dalam

menuliskan nama-nama pengarang, selama penggunaannya bersifat

konsisten. Cantumkan semua penulis bila tidak lebih dari 6 orang. Bila lebih

dari 6 orang, tulis nama 6 penulis pertama dan selanjutnya dkk.

Daftar Pustaka diketik dengan huruf Times New Roman, ukuran font 12, jarak

1 spasi.

C. Tata Cara Penulisan Naskah

Anak Judul : Jenis huruf Times New Roman, ukuran font 12, Bold

UPPERCASE

Sub Judul : Jenis huruf Times New Roman, ukuran font 12, Bold, Italic

Kutipan : Jenis huruf Times New Roman, ukuran font 10, italic

Tabel : Setiap tabel harus diketik dengan spasi 1, font 11 atau disesuaikan.

Nomor tabel diurutkan sesuai dengan urutan penyebutan dalam teks

(penulisan nomor tidak memakai tanda baca titik “.”).Tabel diberi

judul dan subjudul secara singkat.Judul tabel ditulis diatas

tabel.Judul tabel ditulis dengan huruf Times New Roman dengan font

11, bold (awal kalimat huruf besar) dengan jarak 1 spasi,

center.Antara judul tabel dan tabel diberi jarak 1 spasi.Bila terdapat

keterangan tabel, ditulis dengan font 10, spasi 1, dengan jarak antara

tabel dan keterangan tabel 1 spasi.Kolom didalam tabel tanpa garis

vertical. Penjelasan semua singkatan tidak baku pada tabel

(14)

nomor urut sesuai dengan pemunculan dalam teks. Grafik

maupun diagram dianggap sebagai gambar. Latar belakang

grafik maupun diagram polos. Gambar ditampilkan dalam

bentuk 2 dimensi. Judul gambar ditulis dengan huruf Times New

Roman dengan font 11, bold (pada tulisan “gambar 1”), awal

kalimat huruf besar, dengan jarak 1 spasi, center Bila terdapat

keterangan gambar, dituliskan setelah judul gambar.

Rumus :ditulis menggunakan Mathematical Equation, diketik center

D. Teknis Pelaksanaan Seminar Pemakalah

Pemakalah Seminar Kesehatan “Health Events for All” LPPM STIKES

Cendekia Utama Kudus dapat memilih pelaksanaan seminar dalam bentuk:

1. Oral Presentasi (format PPT maksimal 10 halaman) atau

(15)

SEMINAR KESEHATAN “

HEALTH EVENTS FOR ALL

Poster yang akan dicetak dan diseminarkan di Seminar Kesehatan “Health Events for All” dibuat dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

a. poster dalam bentuk cetak berjumlah 1 (satu) lembar ukuran tinggi x lebar adalah 70 cm x 70 cm dipasang secara vertikal;

b. poster harus dapat terbaca dengan baik dalam jarak maksimum 7 kaki atau sekitar 2 meter;

c. jumlah kata maksimum 250; d. pedoman tipografi:

1. teks ditulis rata kiri (left justified), kecuali ada pengaturan ruang antar kata); dan

2. diketik dengan jarak 1,2 spasi (line spacing).

e. sub-judul ditulis dengan ukuran lebih besar daripada teks (dapat juga ditulis dengan memberi garis bawah (underline) atau dengan menggunakan cetak tebal (bold);

f. panjang kolom tidak boleh lebih dari 11 kata;

g. jenis huruf (font) tidak boleh lebih dari 2 jenis typeface;

h. tidak diperkenankan untuk menggunakan huruf kapital (capital letter) semua; i. margin harus disesuaikan dengan besar kolom;

j. desain lay-out poster harus memperhatikan prinsip keseimbangan formal dan non-formal, yang mencakup:

1. aspek simetris dan asimetris;

2. prinsip kesatuan pengaturan elemen gambar, warna, latar belakang, dan gerak; dan

3. mampu mengarahkan mata pembaca mengalir ke seluruh area poster. k. pertimbangkan hirarki dan kontras untuk menunjukkan penekanan objek

atau aspek-aspek yang mendapat perhatian khusus atau diutamakan;

l. isi poster harus dapat terbaca secara terstruktur untuk kemudahan 'navigasi'nya;

m. poster harus memuat:

1. bagian atas berisi judul, NIDN (bagi Dosen), nama pelaksana, dan logo Perguruan Tinggi;

2. bagian tengah (bagian isi) berisi latar belakang (pengantar atau abstrak), Metode, Hasil Utama Penelitian (teks dan gambar atau fotografi atau skema), Simpulan, dan Referensi (tambahan); dan

3. bagian bawah dapat disisipkan logo sponsor atau lembaga, detail kontak, tanggal dan waktu penelitian.

(16)

o. poster dibuat menggunakan aplikasi pengolah grafik, seperti Corel Draw, Adobe Photoshop, Microsoft Powerpoint dan aplikasi sejenis lainnya (grafik, tabel atau hasil dokumentasi fotografi dapat ditampilkan);

Gambar

Tabel 2

Referensi

Dokumen terkait

Lantai ruang makan depan dan ruang peralihan menggunakan material keramik terakota berbentuk bujur sangkar yang merupakan salah satu material modern dengan warna yang

Melihat pertimbangan diatas, kota Semarang berpotensi untuk memiliki fasilitas hiburan berupa gedung bioskop yang ditunjang dengan beberapa jenis fasilistas lainnya

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tindakan rebonding yang dihubungkan dengan terjadinya kerontokan rambut. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Medan, mulai kelas

Lempeng tektonik adalah lapisan terluar dari bumi yang terdiri dari lapisan luar yang bernama “lithosphere” dan lapisan dalam yang bernama “astenosphere”.. Lempeng-lempeng inilah

Sampel penelitian adalah seluruh status rekam medik penderita endometriosis dari Januari tahun 2008 – Desember 2011 yang telah terdiagnosa pasti dengan hasil pemeriksaan

Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas dari manusia, seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke permukaan bumi5. Gempa bumi vulkanik

Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik.. Gempa Bumi biasa

Dari uraian di atas, maka kami dari kelompok berkesimpulan bahwa gambaran Allah dalam konteks bencana gempa di Nias adalah sebagai berikut:.. Allah yang