• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSIDING HEFA (Health Events for All)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PROSIDING HEFA (Health Events for All)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Prosiding Health Event of All merupakan Terbitan berkala ilmiah seminar hasil-hasil penelitian dan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan setiap 1 tahun oleh LPPM

STIKES Cendekia Utama Kudus.

PROSIDING HEFA

(Health Events for All)

Menuju Masyarakat Sehat dan Sejahtera dengan

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)

P ISSN 2581 –2270 E ISSN 2614 – 6401

Pengarah

Ketua STIKES Cendekia Utama Kudus

Penanggung Jawab

Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) STIKES Cendekia Utama Kudus

Editors

Eko Prasetyo, S.KM, M.Kes David Laksamana Caesar, S.KM, M.Kes

Ns. Sholihul Huda, S.Kep, M.N.S Ns. Sri Hartini, S.Kep, M.Kes Dessy Erliani Mugitasari, S.Farm, Apt

Sistem Informasi dan Teknologi Susilo Restu Wahyuno, S.Kom

Sekretariat :

LPPM SIKES Cendekia Utama Kudus

Jl. Lingkar Raya Kudus – Pati Km. 5 Desa Jepang, Mejobo, Kudus Telp (0291) 4248655, Fax (0291) 4248657

(3)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Dewan Redaksi ... ii

Kata Pengantar Ketua LPPM ... iii

Daftar Isi... iv

Penulis Judul Artikel Halaman

Ahmad Rifa’i Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD dr. Loekmonohadi Kudus

1

Ayu Safitri Juniati Hubungan Tingkat Stres dengan Strategi Koping yang digunakan pada Santri Remaja di Pondok Pesantren Nurul Alimah Kudus

Perbandingan Efektifitas Antibakteri Infusa dan Sirup Daun Rambutan terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dengan Salmonella typhi secara In Vitro

17

Dewi Ayu Jamilah Hubungan Antara Status Gizi dengan Perkembangan Motorik Kasar pada Anak Balita Usia 1-5 Tahun di

Posyandu Balita “Balai Desa” Dukuhseti Kec.

Dukuhseti Kab. Pati

24

Eka Pangestu Wati Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Gabus II Kabupaten Pati

34

Ema Erniyang Hubungan Pengetahuan Ibu dan Dukungan Keluarga dengan Pemberian Makanan Pendamping Asi pada Bayi di Desa Tlogoharum Wilayah Kerja Puskesmas

Wedarijaksa II Pati

40

Galia Wardha Alvita, Solikhul Huda

Pengaruh Senam Keseimbangan dengan Resiko Jatuh pada Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Margomukti Rembang

49

Habbshah Oka Nurlaela, David Laksamana Caesar

Hubungan Higiene Sanitasi dengan Jumlah Bakteri Coliform di Depot Air Minum (DAM) pada Wilayah Kerja Puskesmas Mejobo

57

Hidayatun Ni’mah Gambaran Persepsi Pencegahan Seks Pranikah pada Remaja di MA Abadiyah Kec. Gabus Kab. Pati

64

Himayatul Lutfah Gambaran Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kejadian Obesitas pada Remaja

73

Intan Susilo Utami Studi Deskriptif Perilaku Pemberian ASI pada Ibu Bekerja di Desa Lau Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus

83

Ipit Koriah Hubungan Status Gizi dengan Tingkat Prestasi Siswa Sekolah Dasar di SD N Wotan 04

Pemodelan Regresi Linier Berganda untuk Estimasi Determinan Kasus Difteri di Jawa Timur

(4)

Meivina Zufiyanti Studi Deskriptif Tingkat Kecemasan Ibu yang Mempunyai Anak Usia Pra Sekolah (3-6 Tahun) yang Mengalami Hospitalisasi di Rumah Sakit

107

Mifta Ariyani Studi Deskriptif Alat Permainan yang Diberikan

Orangtua pada Anak Usia Prasekolah di Desa Pringtulis Kecamatan Nalumsari

Kabupaten Jepara

115

Novayani Kusumardiani

Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi terhadap Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi

121

Puji Rofikhah Hidayah

Implementasi Program Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di Unit Paper Mill 10 PT. Pura Barutama Kudus

129

Putri Rahayu Berliana

Hubungan Perilaku Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan di SMP 2 Mejobo Kudus

134

Rahma Listianawati Hubungan Pengetahuan Perawat tentang Keselamatan Pasien (patient safety) dengan Sikap Perawat terhadap Pemberian Obat di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus

Perbedaan Perawatan Luka Post Operasi Bersih Menggunakan Balutan Kasa dengan Balutan Transparan terhadap Waktu Penyembuhan Luka di RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus

154

Resti Prastika Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Campak pada Bayi di Posyandu Desa Kayen Kecamatan Kayen Kabupaten Pati

161

Roi kholik Andika Yuswantoro

Pengaruh Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien BPJS Kesehatan Rawat Jalan di Puskesmas Grobogan

169

Rostiami Studi Deskriptif Respon Time Perawat pada Pasien di IGD RSUD dr. Loekmonohadi Kudus

177

Siti Syarifah Aplikasi Primary Survey oleh Perawat terhadap Ketepatan Penentuan Triase Pasien Gawat Darurat di IGD RSUD dr. Loekmonohadi Kudus

185

Sony Factarun Hubungan Motivasi dan Perilaku Menggosok Gigi dengan Karies Gigi pada Anak Usia Sekolah di MI NU Islahussalafiyah Kudus

191

(5)

PEMODELAN REGRESI LINIER BERGANDA UNTUK ESTIMASI DETERMINAN KASUS DIFTERI DI JAWA TIMUR

Meiana Harfika¹, Kuntoro², Rachmah Indawati3 ¹Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya ²,3Departemen Biostatistika dan Kependudukan FKM UNAIR

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga meianaharfika@gmail.com

ABSTRACT

The relationship between a dependent variable to an independent variable can be explained by the regression. Regression analysis is a technique to look at the relationship between two or more variables and then mengestimasinya into a model that can be an equation that links the dependent variable to the independent variable. This study uses multiple linear analysis to estimate the determinants of diphtheria cases occurred in eastern Java. Diphtheria is a disease caused by the bacteria Corynebacterium diphtheria. East Java Provincial Government set diphtheria Extraordinary Events in East Java in October 2011 to 2012 Determination of the status of this case do given the outbreak has spread in almost all districts / cities in East Java. This research uses a method of applied research. The independent variable is the density residential, home health, population density, exclusive breastfeeding, immunization status, and Human Resources (HR) versus target PIN SUB. The results of the study found that there are three variables related to the population density (0.000001), home health (0.0082) and population density (0.0018).

Keyword : Diphtheria, Linier Regression, East Java

INTISARI

Hubungan antara suatu variabel dependen dengan suatu variabel independen dapat dijelaskan dengan regresi. Analisis Regresi merupakan salah satu teknik untuk melihat hubungan antara 2 variabel atau lebih dan kemudian mengestimasinya menjadi sebuah model yang dapat menjadi sebuah persamaan yang dapat menghubungkan variabel dependen terhadap variabel independen. Penelitian ini menggunakan analisis linier berganda untuk estimasi determinan kasus difteri yang terjadi di Jawa timur. Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphtheria. Pemerintah Provinsi Jawa Timur menetapkan Kejadian Luar Biasa penyakit difteri di Jawa Timur pada Oktober 2011 sampai 2012. Penetapan status KLB dilakukan mengingat kasus ini telah tersebar dihampir seluruh kabupaten/kota se-Jawa Timur. Jenis penelitian ini menggunakan metode applied research. Variabel independen adalah kepadatan hunian, rumah sehat, kepadatan penduduk, ASI ekslusif, status imunisasi, dan Sumber Daya Manusia (SDM) berbanding sasaran SUB PIN. Hasil dari penelitian diketahui bahwa ada tiga variabel yang berhubungan yaitu kepadatan hunian (0,000001), rumah sehat (0,0082) dan kepadatan penduduk (0,0018).

(6)

LATAR BELAKANG

Hubungan antara suatu variabel dependen dengan suatu variabel independen dapat dijelaskan dengan regresi (Hardle, 1990). Analisis Regresi merupakan salah satu teknik untuk melihat hubungan antara 2 variabel atau lebih dan kemudian mengestimasinya menjadi sebuah model yang dapat menjadi sebuah persamaan yang dapat menghubungkan variabel dependen terhadap variabel independen. Analisis Regresi bertujuan menunjukkan hubungan antara variabel independen x dan variabel dependen y yang memprediksi nilai observasi y untuk setiap titik (Green dan Silverman, 1994). Hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dalam suatu persamaan regresi menurut parameter dapat berbentuk linier maupun nonlinier, yaitu :

Yᵢ = f (xᵢ,β) + εᵢ ,

Dimana yᵢ adalah variabel dependen pada pengamatan ke – i, xᵢ adalah variabel independen pada pengamatan ke- i, εᵢ adalah residual pada pengamatan ke-i dengan asumsi IIDN (0, σ²), dan memiliki p buah parameter (β).

Analisis Regresi Linier Berganda (Multiple Linear Regression Analysis) merupakan pengembangan dari analisis regresi sederhana dimana terdapat lebih dari satu variabel independen . Secara umum model regresi linier berganda:

𝑖= 𝛽 + 𝛽 𝑖+ 𝛽 𝑖+ 𝛽 𝑖+ ⋯ + 𝛽𝑘 𝑘𝑖+ 𝜀𝑖

Analisis regresi berganda digunakan untuk melihat pengaruh sejumlah variabel independen , , … , 𝑘 terhadap variabel dependen atau juga untuk memprediksi nilai suatu variabel dependen berdasarkan nilai variabel-variabel independen , , … , 𝑘

Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphtheria. Sebelum era vaksinasi, racun yang dihasilkan oleh kuman ini sering meyebabkan penyakityang serius, bahkan dapat menimbulkan kematian. Tapi sejak vaksin difteri ditemukan dan imunisasi terhadap difteri digalakkan, jumlah kasus penyakit dan kematian akibat kuman difteri menurun dengan drastis. Difteri merupakan salah satu penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).

Di Indonesia, pada tahun 2011 dunia kesehatan masyarakat Indonesia dikejutkan oleh adanya penyebaran penyakit difteri di Provinsi Jawa Timur (Jatim). Sebanyak 11 anak meninggal dunia dari 333 kasus difteri yang muncul selama tahun 2011. Karena itu,pemerintah Provinsi Jatim menetapkan KLB (Kejadian Luar Biasa) penyakit difteri di Jatim pada Oktober 2011. Penetapan status KLB dilakukan mengingat kasus ini telah tersebar dihampir seluruh kabupaten/kota se-Jawa Timur.

(7)

kabupaten/kota. Kasus difteri di Jawa Timur merupakan penyumbang kasus terbesar di Indonesia (yakni sebesar 74%) bahkan di dunia (Dinkes Jatim, 2013)

Kasus difteri di Jawa Timur telah menjangkiti 34 kota/kabupaten. Pada tahun 2012 kasus difteri tertinggi terdapat di Kabupaten Situbondo (129 kasus), Kabupaten Jombang (95 kasus), dan Kota Surabaya (78 kasus). Sedangkan kasus terendah di Kota Kediri (2 kasus), Kota Pasuruan (3 kasus) dan Kabupaten Madiun (4 Kasus).

Dari uraian diatas ingin diketahui determinan yang mempengaruhi Kejadian Luar Biasa difteri di Jawa Timur dengan metode regresi linier berganda.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah applied research yaitu penelitian yang digunakan untuk menerapkan dan mengembangkan keilmuan dimana teori statistik diterapkan dalam bidang kesehatan. Lokasi pada penelitian ini adalah di Jawa Timur dan waktu penelitian dari bulan April sampai bulan Juni tahun 2014

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dari Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur Tahun 2012. Data ini merupakan data Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen ( ) adalah persentase kasus difteri di Kabupaten Bangkalan. Variabel independen ( ) adalah kepadatan hunian , rumah sehat , kepadatan penduduk , cakupan ASI ekslusif , cakupan imunisasi , Rasio SDM/sasaran SUB PIN .

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui variabel-variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel-variabel respon. Dilakukan uji koefisien regresi secara serentak variabel independen terhadap variabel dependen dalam populasi. Jika H0 ditolak dilanjutkan dengan uji koefisien regresi secara parsial.

Dalam penelitian ini hipotesis yang digunakan dalam regresi linier berganda adalah:

H0 = Model tidak fit/cocok H1 = Model Fit/cocok

Hasil p value uji koefisien regresi secara serentak dapat dilihat pada tabel 1 .

Tabel 1

Hasil P Value Uji Koefisien Regresi serentak

Sumber F P value

(8)

Hasil uji menunjukkan bahwa p value lebih kecil < . 𝑒− < α , sehingga H0 ditolak yang berarti bahwa terdapat kesesuaian model yang dihasilkan oleh regresi sehingga model ini cukup baik untuk menerangkan keterlibatan variabel independen terhadap variabel dependen dalam populasi.

Dari hasil uji koefisien secara serentak didapatkan hasil bahwa tolak H0 maka analisis akan dilanjutkan dengan uji koefisien regresi secara parsial.

Dari hasil uji koefisien regresi secara parsial didapatkan hasil pada tabel 2

Tabel 2

Hasil Uji Koefisien Regresi secara Parsial

Tabel 2 Hasil uji individu menunjukkan bahwa terdapat 3 variabel independen yang signifikan karena nilai p < , . Variabel tersebut adalah kepadatan hunian (𝑋 ), presentase rumah sehat (𝑋 ) dan kepadatan penduduk (𝑋 )

Nilai R² sebesar , % menunjukkan bahwa model yang dihasilkan sudah baik karena variabel independen mampu menjelaskan variabel persentase Kejadian Luar Biasa Difteri dengan baik

Model regresi linier berganda yang diperoleh sebagai berikut

Y = − , + , kepadatan hunian − , rumah sehat + , kepadatan penduduk − , cakupan ASI ekslusif – , cakupan imunisasi + , Sumber Daya Manusia berbanding sasaran SUB PIN

Pembahasan

Dari pemodelan nilai koefisien pada pemodelan regresi linier berganda maka didapatkan :

Peningkatan kepadatan hunian akan meningkatkan kejadian difteri di Jawa Timur. Peningkatan rumah sehat akan menurunkan kejadian difteri di Jawa Timur. Peningkatan kepadatan penduduk akan meningkatkan kejadian difteri di Jawa

Variabel Estimate Standar Error

P value

Konstanta − , , ,

, , ,

− , , ,

, , ,

, , ,

, , ,

, , .

(9)

Timur. Peningkatan cakupan ASI ekslusif akan menurunkan kejadian difteri di Jawa Timur. Cakupan imunisasi akan meningkatkan kejadian difteri di Jawa Timur. Peningkatan rasio Sumber Daya Manusia akan meningkatkan kejadian difteri di Jawa Timur.

Kepadatan Hunian

Kepadatan hunian merupakan luas lantai dalam rumah dibagi dengan jumlah anggota keluarga penghuni tersebut. Luas rumah sehat harus cukup untuk penghuni didalamnya, artinya luas rumah tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas rumah yang tidak sebanding jumlah penghuninya akan menyebabkan kepadatan (overcrowded). Bangunan yang sempit dan tidak sesuai dengan jumlah penghuninya akan mempunyai dampak kurangnya O2 dalam

ruangan sehingga daya tahan tubuh menurun, kemudian cepat timbulnya penyakit saluran pernapasan. Luas rumah yang tidak sesuai dengan jumlah penghuninya juga memudahkan penularan penyakit, bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga lain (Kusnoputranto, 2000). Hasil penelitian menyebutkan bahwa ada hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian difteri. Hal tersebut sejalan dengan teori kepadatan penghuni rumah juga dapat mempengaruhi kesehatan, karena jika suatu rumah yang penghuninya padat dapat memungkinkan terjadinya penularan penyakit dari satu manusia kemanusia lainnya. Kepadatan penghuni didalam ruangan yang berlebihan akan berpengaruh, hal ini dapat berpengaruh terhadap perkembangan bibit penyakit dalam ruangan. Kepadatan penghuni dalam rumah merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan insiden penyakit yang dapat menular. Oleh sebab itu jumlah penghuni di dalam rumah harus disesuaikan dengan luas rumah agar tidak terjadi kepadatan yang berlebihan.

Penelitian yang dilakukan Sitohang (2002) menyatakan bahwa kepadatan hunian berpengaruh terhadap kejadian difteri, begitu juga pada penelitian Kartono (2008). Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Utami (2010) yang menyebutkan bahwa kepadatan hunian tidak berpengaruh terhadap kejadian difteri.

Risiko terjadinya kejadian penyakit semakin bertambah dengan semakin banyak penghuni rumah berkumpul dalam suatu ruangan. Terutama bayi yang termasuk rentan terhadap penularan penyakit.

Rumah Sehat

Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan yaitu memiliki jamban sehat, tempat pembuangan sampah, sarana air bersih, sarana pembuangan air limbah, ventilasi baik, kepadatan hunian rumah sesuai dan lantai rumah tidak dari tanah sesuai dengan syarat kesehatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara Rumah Sehat dengan kejadian Difteri.

(10)

Kepadatan Penduduk

Kepadatan Penduduk merupakan rata-rata penduduk per kilometer persegi. Semakin padat penduduk maka semakin mudahnya penularan penyakit pada suatu daerah.

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara kepadatan penduduk dengan kejadian difteri (p value = 0.0009)

Kepadatan penduduk merupakan persemaian subur bagi virus, sekaligus sarana eksperimen rekayasa genetik secara alamiah (Achmadi, 2008) pemukiman padat dapat mempermudah penularan yang menular melalui udara, terutama penyakit difteri yang proses penularannya terjadi saat percikan ludah atau cairan yang keluar ketika penderita bersin.

Kepadatan penduduk dalam mempengaruhi terjadinya penularan penyakit sangat berhubungan dengan kekebalan kelompok. Kekebalan kelompok atau herd community adalah tingkat kemampuan atau daya tahan suatu kelompok penduduk tertentu terhadap serangan atau penyebaran penyebab penyakit menular tertentu berdasarkan tingkat kekekbalan sejumlah tertentu anggota kelompok tersebut (Noor, 2006)

Seperti dikatakan Achmadi (2008), bahwa sebuah wilayah kota yang padat penduduknya – maka kita dapat melihat sebagai sebuah proses perkembangbiakan virus dalam sebuah kolam media kultur raksasa yang bernama “penduduk kota” penduduk wilayah urban tersebut dapat dianalogikan sebagai sebuah hamparan media kultur bagi virus penyebab KLB tersebut. Virus akan berkembang biak dengan leluasa berpindah dari satu orang (komponen media kultur) ke orang lain (komponen media kultur) yang tidak memiliki kekebalan tubuh.

Kepadatan penduduk yang didukung dengan kepadatan hunian merupakan salah satu indikator yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan fisik seseorang. Kepadatan hunian dapat menimbulkan efek-efek negative terhadap terhadap kesehatan. Penyebaran penyakit – penyakit menular akan lebih mudah dan cepat terjadi (Dewi, 2008)

Cakupan ASI ekslusif

Air Susu Ibu (ASI) diyakini dan bahkan terbukti memberi manfaat bagi bayi baik dari aspek gizi (kolostrum yang mengandung imunoglobulin A/ IgA, whei casein, decosahexanoic/ DHA dan arachidonic/ AA dengan komposisi sesuai), aspek imunologik (selain IgA, terdapat laktoferin, lysosim dan 3 jenis leukosit yaitu brochus-associated lymphocyte/ BALT, Gut associated lymphocyte tissue/ GALT, mammary associated lymphocyte tissue/ MALT serta faktor bifidus), aspek psikologik (interaksi dan kasih sayang antara anak dan ibu), aspek kecerdasan, aspek neurologik (aktifitas menyerap ASI bermanfaat pada koordinasi syaraf bayi), aspek ekonomik serta aspek penundaan kehamilan (metode amenorea laktasi/ MAL). Selain aspek-aspek tersebut dengan ASI juga dapat melindungi bayi secara mendadak (sudden infant death syndrome/ SIDS).

(11)

Hal ini disebabkan karena bayi yang mendapatkan ASI dari ibunya mempunyai imunitas yang lebih tinggi. Imunitas diperlukan untuk meningkatkan kekebalan tubuh bayi terhadap penularan penyakit. Selain itu bayi mendapat imunisasi DPT-HB untuk melindungi dari penularan penyakit.

Sesuai dengan pernyataan bahwa Air Susu Ibu (ASI) dapat memberikan imunisasi pasif melalui penyampaian antibodi dan sel-sel imunokompeten ke permukaan saluran pernafasan atas. ASI adalah makanan terbaik untuk bayi terutama pada bulan-bulan pertama kehidupannya. ASI bukan hanya merupakan sumber nutrisi bagi bayi tetapi juga sebagai sumber zat antimikroorganisme yang kuat, karena adanya beberapa faktor yang bekerja secara sinergis membentuk sistem biologi.

Cakupan imunisasi

Cakupan imunisasi yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan status imunisasi DPT Primer (DPT-Hb). Imunisasi adalah upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga dapat mencegah / mengurangi pengaruh infeksi organisme alami atau "liar"

Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara cakupan imunisasi dengan kejadian difteri.

Hal tersebut tidak sejalan dengan teori bahwa makin meningkat status imunisasi akan menurunkan kejadian difteri karena imunisasi merupakan salah satu cara untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap berbagai penyakit termasuk penyakit difteri.

Secara teori, vaksinasi difteri memiliki eficasi sebesar 85% artinya 85% sasaran imunisasi mendapatkan kekebalan terhadap difteri dari pemberian vaksin difteri, sementara sisanya (15%) masih berisiko untuk tertular difteri. Imunisasi DPT (Diphteria, pertusis, tetanus) merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis dan tetanus. Vaksin DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya, namun masih dapat merangsang pembentukkan zat anti (toksoid). Pemberian pertama zat anti terbentuk masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan mengaktifkan organ-organ tubuh membuat zat anti. Pada tahap pemberian kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Imunisasi DPT diberikan melalui intramuscular. Upaya pencegahan penyakit difteri, pertusis dan tetanus perlu dilakukan sejak dini melalui imunisasi karena penyakit tersebut sangat cepat serta dapat meningkatkan kematian bayi dan anak balita (Hidayat. AA, 2011).

Penelitan Kartono (2007) menyebutkan bahwa status imunisasi DPT dan DT tidak lengkap mempunyai resiko menderita difteri 46,403 kali dibandingkan seorang anak dengan status imunisasi DPT dan DT yang lengkap.

Dalam penelitian Setiasih (2011) menunjukan bahwa status imunisasi mempunyai pengaruh terhadap kejadian difteri.

(12)

Imunisasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga kelak terpajan dengan antigen yang serupa tidak terjadi penyakit.

Sumber Daya Manusia berbanding Sasaran SUB PIN

Sumber daya manusia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah tenaga kesehatan yaitu dokter, perawat, dan bidan yang berkompeten untuk melaksanakan SUB PIN terhadap sasaran SUB PIN.

Sub PIN Difteri dilakukan dalam rangka mengatasi Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri di Provinsi Jawa Timur. Sub PIN dilaksanakan di 19 kabupaten atau kota di Jawa Timur. Sasaran Sub PIN adalah anak berusia 2 bulan sampai dengan 15 tahun. Vaksin dibedakan menjadi 3 disesuaikan dengan umur individu. Vaksin DPT untuk anak berusia 2 bulan s.d. 3 tahun, vaksin DT untuk anak usia > 3 tahun s.d. 7 tahun, dan vaksin dT diberikan untuk anak berusuia > 7 tahun s.d. 15 tahun

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara Sumber Daya Manusia dalam hal ini adalah Tenaga kesehatan (Dokter, Perawat dan Bidan di Puskesmas) dengan sasaran SUB PIN

Keberhasilan imunisasi dalam melindungi individu dari suatu penyakit tertentu dipengaruhi oleh status imun pejamu, faktor genetik pejamu, kualitas serta kuantitas dari vaksin tersebut. Kualitas dan kuantitas vaksin dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti cara pemberian vaksin, dosis, frekuensi pemberian ajuvan yang dipergunakan, dan jenis vaksin (IDAI, 2011), selain itu kualitas vaksin juga dipengaruhi oleh cold chain (rantai dingin) vaksin tersebut.

Peningkatan rasio Sumber Daya Manusia akan meningkatkan kejadian difteri di Jawa Timur.

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, U.Fahmi. 2008. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Kompas: Jakarta

Azwar, A. 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya

Chin, J. 2000. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Alih Bahasa: I Nyoman Kandun. Edisi 17. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Dewi, EF. 2008. Hubungan Cakupan Imunisasi Dengan Kejadian Campak. Dikutip dari http://www.lontar.ui.acs.id/file?file=digital/125942-s-5525-hubungan%20cakupan_literatur.pdf diakses tanggal 10 Juli 2014 jam 02.00 WIB

Dinkes Provinsi Jatim. 2013. Profil Kesehatan Jawa Timur 2012. Surabaya: Dinkes Provinsi Jatim

Dinkes Provinsi Jatim. 2013. Penyakit Difteri per Kabupaten/Kota di Jawa Timur per tanggal 11 Januari 2013. Surabaya: Dinkes Provinsi Jatim

(13)

http://dinkes.jatimprov.go.id/userimage/dokumen/PENYAKITDIFTERI&SI UASIDIJATIM.pdf. Diakses 1 Juli 2014

Drapper, N.,R.,& Smith, H. 1996. Applied regression analysis (2nd ed.). New York: John Wiley & Sons. Chapman and Hall

Green, B & Silverman, W. 1994. Nonparametric Regression and Generalized Linear Models: A roughness penalty approach. United Kingdom :Taylor & Francis.

Hardle, W. 1990. Applied Nonparamteric Regression. United State of America ; Cambridge University Press.

Hidayat, AA. 2011. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.

IDAI, 2011. Pedoman Imunisasi Nasional di Indonesia Edisi Keempat Tahun 2011. Jakarta: IDAI.

Kartono, B, Purwana, R & Djaja, IM. (2013) Hubungan Lingkungan Rumah dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) di kabupaten Tasikmalaya (2005-2006) dan Garut Januari 2007, Jawa Barat. Jurnal Kesehatan, Makara Vol 12 no.1, Juni 2008: 8-12) http://journal.ui.ac.id/health/article/viewFile/276/272 diakses tanggal 10 April 2014

Kusnoputranto, Haryoto. 2000. Kesehatan Lingkungan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia: Jakarta

Noor, N.N. 2006. Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta : Rineka Cipta.

Sari, Meylinda PM. 2012, Pengaruh Kondisi Sanitasi Rumah, Status Imunisasi, Dan Pengetahuan Ibu Terhadap Kejadian Difteri Pada Bayi Di Kota Surabaya, Jurnal Swara Bhumi Unesa Vol. 1 No.2.

Setiasih, Asih. 2011. Faktor Risiko Kejadian Difteri di Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur. Tesis. Universitas Gajah Mada. Tidak dipublikasikan

Sitohang, V. 2002. Hubungan Kepadatan Serumah dengan Kejadian Difteri pada Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri di Kabupaten Cianjur Jawa Barat Tahun 2000-2001, Tesis. Universitas Indonesia. Tidak dipublikasikan

(14)

SEMINAR KESEHATAN “

HEALTH EVENTS FOR ALL

LPPM STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS

A. Ketentuan Artikel

Artikel disusun sesuai format baku terdiri dari: Judul Artikel, Nama

Penulis, Abstrak(bahasa inggris), Intisari(bahasa Indonesia), Latar

Belakang, Metode, Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan dan Saran,

Daftar Pustaka.

Naskah maksimal 8 halaman, tulisan times new roman ukuran 12 font,

ketikan 1 spasi , diketik dalam 1 kolom, jarak tepi 3 cm, dan ukuran kertas

A4. Naskah menggunakan bahasa Indonesia baku, setiap kata asing

diusahakan dicari padanannya dalam bahasa Indonesia baku, kecuali jika

tidak ada, tetap dituliskan dalam bahasa aslinya dengan ditulis italic.

B. Format Penulisan

Judul Naskah

Judul ditulis secara jelas dan singkat dalam bahasa Indonesia yang

menggambarkan isi pokok/variabel, maksimum 20 kata. Judul diketik dengan

huruf Book Antique, ukuran font 13, bold UPPERCASE, center, jarak 1 spasi.

Nama Penulis

Meliputi nama lengkap penulis utama tanpa gelar dan anggota, disertai nama

institusi/instansi, alamat institusi/instansi, kode pos, PO Box, dan e-mail

penulis. Data Penulis diketik dengan huruf Times New Roman, ukuran font

11, center, jarak 1spasi

Abstrak dan Intisari

Ditulis dalam bahasa inggris dan bahasa Indonesia, dibatasi 250-300 kata

dalam satu paragraf, bersifat utuh dan mandiri.Tidak boleh ada referensi.

Abstrak terdiri dari: latar belakang, tujuan, metode, hasil analisa statistik, dan

(15)

ukuran font 11, jarak 1 spasi. Abstrak Bahasa Inggris diketik dengan huruf

Times New Roman, ukuran font 11, italic, jarak 1spasi.

Latar Belakang

Berisi informasi secara sistematis/urut tentang: masalah penelitian, skala

masalah, kronologis masalah, dan konsep solusiyang disajikan secara ringkas

dan jelas.

Metode Penelitian

Berisi tentang: jenis penelitian, desain, populasi, jumlah sampel, teknik

sampling, karakteristik responden, waktu dan tempat penelitian, instrumen

yang digunakan, serta uji analisis statistik yang digunakan disajikan dengan

jelas.

Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian hendaknya disajikan secara berkesinambungan dari mulai

hasil penelitian utama hingga hasil penunjang yang dilangkapi dengan

pembahasan. Hasil dan pembahasan dapat dibuat dalam suatu bagian yang

sama atau terpisah. Jika ada penemuan baru, hendaknya tegas dikemukakan

dalam pembahasan. Nama tabel/diagram/gambar/skema, isi beserta

keterangannya ditulis dalam bahasa Indonesia dan diberi nomor sesuai

dengan urutan penyebutan teks. Satuan pengukuran yang digunakan dalam

naskah hendaknya mengikuti sistem internasional yang berlaku.

Simpulan dan Saran

Kesimpulan hasil penelitian dikemukakan secara jelas.Saran dicantumkan

setelah kesimpulan yang disajikan secara teoritis dan secara praktis yang

dapat dimanfaatkan langsung oleh masyarakat.

Ucapan Terima Kasih(apabila ada)

Apabila penelitian ini disponsori oleh pihak penyandang dana tertentu,

misalnya hasil penelitian yang disponsori oleh KEMENRISTEK DIKTI,

(16)

Sumber pustaka yang dikutip meliputi: jurnal ilmiah, skripsi, tesis, disertasi,

dan sumber pustaka lain yang harus dicantumkan dalam daftar pustaka.

Sumber pustaka disusun berdasarkan sistem Harvard.Jumlah acuan minimal

10 pustaka (diutamakan sumber pustaka dari jurnal ilmiah yang uptodate 10

tahun sebelumnya).

Nama pengarang diawali dengan nama belakang dan diikuti dengan

singkatan nama di depannya. Tanda “&” dapat digunakan dalam

menuliskan nama-nama pengarang, selama penggunaannya bersifat

konsisten. Cantumkan semua penulis bila tidak lebih dari 6 orang. Bila lebih

dari 6 orang, tulis nama 6 penulis pertama dan selanjutnya dkk.

Daftar Pustaka diketik dengan huruf Times New Roman, ukuran font 12, jarak

1 spasi.

C. Tata Cara Penulisan Naskah

Anak Judul : Jenis huruf Times New Roman, ukuran font 12, Bold

UPPERCASE

Sub Judul : Jenis huruf Times New Roman, ukuran font 12, Bold, Italic

Kutipan : Jenis huruf Times New Roman, ukuran font 10, italic

Tabel : Setiap tabel harus diketik dengan spasi 1, font 11 atau disesuaikan.

Nomor tabel diurutkan sesuai dengan urutan penyebutan dalam teks

(penulisan nomor tidak memakai tanda baca titik “.”).Tabel diberi

judul dan subjudul secara singkat.Judul tabel ditulis diatas

tabel.Judul tabel ditulis dengan huruf Times New Roman dengan font

11, bold (awal kalimat huruf besar) dengan jarak 1 spasi,

center.Antara judul tabel dan tabel diberi jarak 1 spasi.Bila terdapat

keterangan tabel, ditulis dengan font 10, spasi 1, dengan jarak antara

tabel dan keterangan tabel 1 spasi.Kolom didalam tabel tanpa garis

vertical. Penjelasan semua singkatan tidak baku pada tabel

(17)

nomor urut sesuai dengan pemunculan dalam teks. Grafik

maupun diagram dianggap sebagai gambar. Latar belakang

grafik maupun diagram polos. Gambar ditampilkan dalam

bentuk 2 dimensi. Judul gambar ditulis dengan huruf Times New

Roman dengan font 11, bold (pada tulisan “gambar 1”), awal

kalimat huruf besar, dengan jarak 1 spasi, center Bila terdapat

keterangan gambar, dituliskan setelah judul gambar.

Rumus :ditulis menggunakan Mathematical Equation, diketik center

D. Teknis Pelaksanaan Seminar Pemakalah

Pemakalah Seminar Kesehatan “Health Events for All” LPPM STIKES

Cendekia Utama Kudus dapat memilih pelaksanaan seminar dalam bentuk:

1. Oral Presentasi (format PPT maksimal 10 halaman) atau

(18)

SEMINAR KESEHATAN “

HEALTH EVENTS FOR ALL

Poster yang akan dicetak dan diseminarkan di Seminar Kesehatan “Health

Events for All” dibuat dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

a. poster dalam bentuk cetak berjumlah 1 (satu) lembar ukuran tinggi x lebar adalah 70 cm x 70 cm dipasang secara vertikal;

b. poster harus dapat terbaca dengan baik dalam jarak maksimum 7 kaki atau sekitar 2 meter;

c. jumlah kata maksimum 250; d. pedoman tipografi:

1. teks ditulis rata kiri (left justified), kecuali ada pengaturan ruang antar kata); dan

2. diketik dengan jarak 1,2 spasi (line spacing).

e. sub-judul ditulis dengan ukuran lebih besar daripada teks (dapat juga ditulis dengan memberi garis bawah (underline) atau dengan menggunakan cetak tebal (bold);

f. panjang kolom tidak boleh lebih dari 11 kata;

g. jenis huruf (font) tidak boleh lebih dari 2 jenis typeface;

h. tidak diperkenankan untuk menggunakan huruf kapital (capital letter) semua; i. margin harus disesuaikan dengan besar kolom;

j. desain lay-out poster harus memperhatikan prinsip keseimbangan formal dan non-formal, yang mencakup:

1. aspek simetris dan asimetris;

2. prinsip kesatuan pengaturan elemen gambar, warna, latar belakang, dan gerak; dan

3. mampu mengarahkan mata pembaca mengalir ke seluruh area poster. k. pertimbangkan hirarki dan kontras untuk menunjukkan penekanan objek

atau aspek-aspek yang mendapat perhatian khusus atau diutamakan;

l. isi poster harus dapat terbaca secara terstruktur untuk kemudahan 'navigasi'nya;

m. poster harus memuat:

1. bagian atas berisi judul, NIDN (bagi Dosen), nama pelaksana, dan logo Perguruan Tinggi;

2. bagian tengah (bagian isi) berisi latar belakang (pengantar atau abstrak), Metode, Hasil Utama Penelitian (teks dan gambar atau fotografi atau skema), Simpulan, dan Referensi (tambahan); dan

3. bagian bawah dapat disisipkan logo sponsor atau lembaga, detail kontak, tanggal dan waktu penelitian.

(19)

o. poster dibuat menggunakan aplikasi pengolah grafik, seperti Corel Draw, Adobe Photoshop, Microsoft Powerpoint dan aplikasi sejenis lainnya (grafik, tabel atau hasil dokumentasi fotografi dapat ditampilkan);

Gambar

Tabel 1
Tabel 2

Referensi

Dokumen terkait

Lantai ruang makan depan dan ruang peralihan menggunakan material keramik terakota berbentuk bujur sangkar yang merupakan salah satu material modern dengan warna yang

Saya Rika Octaviani, mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara akan mengadakan penelitian yang berjudul “ Hubungan Antara Pelurusan Rambut ( Rebonding )

Melihat pertimbangan diatas, kota Semarang berpotensi untuk memiliki fasilitas hiburan berupa gedung bioskop yang ditunjang dengan beberapa jenis fasilistas lainnya

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tindakan rebonding yang dihubungkan dengan terjadinya kerontokan rambut. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Medan, mulai kelas

Sampel penelitian adalah seluruh status rekam medik penderita endometriosis dari Januari tahun 2008 – Desember 2011 yang telah terdiagnosa pasti dengan hasil pemeriksaan

Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas dari manusia, seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke permukaan bumi5. Gempa bumi vulkanik

Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik.. Gempa Bumi biasa

Dari uraian di atas, maka kami dari kelompok berkesimpulan bahwa gambaran Allah dalam konteks bencana gempa di Nias adalah sebagai berikut:.. Allah yang