• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Homestay Terhadap Pengembangan P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peranan Homestay Terhadap Pengembangan P"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERANAN HOMESTAY DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI UBUD

OLEH

I WAYAN ADI PRATAMA 13103029

PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEPARIWISATAAN DIPLOMA IV

SEKOLAH TINGGI PARIWISATA NUSA DUA BALI KEMENTERIAN PARIWISATA

(2)

PERANAN HOMESTAY DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI UBUD

OLEH

I WAYAN ADI PRATAMA

13103029

PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEPARIWISATAAN

DIPLOMA IV

SEKOLAH TINGGI PARIWISATA NUSA DUA BALI

KEMENTERIAN PARIWISATA

(3)

ii

PERANAN HOMESTAY DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI UBUD

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna dapat mengikuti ujian dan mencapai gelar kesarjanaan pada Program Studi Manajemen Kepariwisataan.

Oleh:

I WAYAN ADI PRATAMA NIM. 13103029

PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEPARIWISATAAN DIPLOMA IV

SEKOLAH TINGGI PARIWISATA NUSA DUA BALI KEMENTERIAN PARIWISATA

(4)

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

USULAN PROYEK PENELITIAN

PERANAN HOMESTAY DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI UBUD

DIAJUKAN OLEH : I WAYAN ADI PRATAMA

NIM. 13103029

(5)

iv

Tim Penguji Ujian Skripsi Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali setelah meneliti, mengetahui proses pembuatan Skripsi oleh I Wayan Adi Pratama, dengan nomor induk mahasiswa 13103029 dan telah dipertanggung jawabkan oleh yang bersangkutan maka penguji, dapat:

MENGESAHKAN

PENGUJI I

I Nyoman Sudiksa, SE., M.Par NIP. 19720318 199403 1 001

PENGUJI II PENGUJI III

Mengetahui,

KETUA SEKOLAH TINGGI PARIWISATA NUSA DUA BALI

Drs. Dewa Gede Ngurah Byomantara, M.Ed NIP. 19620228 198810 1 001

Ni Made Tirtawati, S.Si.,M.Par NIP. 19771030 200312 2 001

(6)

v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa penulisan skripsi ini merupakan hasil karya asli saya, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana/sarjana sains terapan di suatu perguruan tinggi manapun, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh penulis lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila penulisan skripsi ini terbukti merupakan duplikasi ataupun plagiat dari hasil karya penulis lain, maka saya bersedia menerima sanksi akademik dana tau sanksi hukum yang berlaku.

Demikian Surat Pernyataan ini saya buat sebagai pertanggungjawaban ilmiah tanpa ada paksaan maupun tekanan dari pihak manapun juga.

Nusa Dua, 5 Juli 2017 Yang menyatakan

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peranan Homestay Terhadap Pariwisata Berkelanjutan di Ubud” tepat pada waktunya.

Adanya tujuan dari penyusunan skripsi ini untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh ujian akhir Diploma IV Program Studi Manajemen Kepariwisataan di Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali.

Penulis dengan sadar sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bimbingan berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1.! Drs. Dewa Gede Ngurah Byomantara, M.Ed., selaku Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali.

2.! Drs. I Wayan Muliana, M.Ed., selaku Kepala Bagian Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali. 3.! Ni Made Tirtawati, S.Si.,M,Par, selaku Ketua Program Studi Manejemen

Kepariwisataan dan selaku pembimbing II yang telah memberikan dukungan, bimbingan, serta motivasi dalam proses penyusunan skripsi ini. 4.! Luh Micke Anggraini, A.Par., M.T.P., CHA, Ph.D, selaku pembimbing I

(8)

vii

5.! Bapak dan ibu dosen pengajar serta staff Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali, atas bimbingan selama penulis melaksanakan kuliah.

6.! Bapak Ida Bagus Wiryawan beserta anggota Ubud Homestay Association yang telah meluangkan waktu menjadi informan dalam skripsi ini.

7.! Drs. I Wayan Tagel Eddy, M.S dan Dra. Ni Desak Made Santi Diwyarthi, M.Si selaku orang tua yang selalu memberikan dukungan dan doanya bagi penulis selama proses penulisan skripsi ini.

8.! Kadek Donna Yobelina, atas saran dan dukungannya bagi penulis selama proses penulisan skripsi ini.

9.! Kawan-kawan Gal Gadot yang telah menemani dan memberikan semangat kepada penulis.

10.!Teman-teman MKP 2013 atas kebersamaannya selama ini yang telah bersama-sama berjuang dan memberikan dukungan satu sama lainnya. 11.!Seluruh pihak yang telah mendukung dan terlibat dalam penyusunan tugas

akhir ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya dengan segala puji syukur dan kerendahan hati penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya dan para pembaca pada umumnya.

Nusa Dua, 05 Juli 2017

(9)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………... i

HALAMAN PENGAJUAN ………...……… ii

HALAMAN PERSETUJUAN ………... iii

HALAMAN PENGESAHAN ……… iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ……….. v

KATA PENGANTAR ………...………. vi

1.5.3 Bagi Pemerintah Kabupaten Gianyar ……… 5

1.5.4 Bagi Pengelola Homestay di Ubud ……… 6

1.6 Metode Penelitian ………. 6

1.6.1 Objek dan Lokasi Penelitian ……….. 6

1.6.2 Jenis dan Sumber Data ……….. 6

1.6.3 Teknik Pengambilan Informan ……….. 8

1.6.4 Teknik Pengumpulan Data ……… 8

(10)

ix

2.3 Pariwisata Berkelanjutan ……….. 17

2.3.1 Definisi Pariwisata Berkelanjutan ………. 17

2.3.2 Konsep Pariwisata Berkelanjutan ……….. 18

2.4 Pariwisata Berbasis Masyarakat ………... 20

2.4.1 Definisi Pariwisata Berbasis Masyarakat ……….. 20

2.4.2 Konsep Pariwisata Berbasis Masyarakat ………... 20

2.5 Definisi Konservatif ……….... 22

2.6 Definisi Katalisator ……….. 22

2.7 Definisi Fasilitator ……… 23

2.6 Definisi Promotor ………. 23

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 3.1 Letak Geografis ……… 24

3.6 Sejarah Singkat Perkembangan Homestay di Ubud ………. 29

3.7 Perkembangan Homestay di Ubud Pada Saat Ini ………. 31

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Peranan Homestay Dalam Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan Pada Aspek Lingkungan di Ubud ……….

(11)

x

4.1.1 Sistem pengelolaan limbah air yang terdapat pada homestay di Ubud ……….

33

4.1.2 Sistem pengelolaan (pemilahan) sampah menurut jenisnya pada homestay ………..………..

34

4.1.3 Penggunaan teknologi ramah lingkungan ... 36 4.2 Peranan Homestay Dalam Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan

Pada Aspek Sosial Budaya di Ubud ……… 37

4.2.1 Penggunaan arsitektur tradisional Bali sebagai bentuk

identitas homestay …..………. 37

4.2.2 Memperkenalkan konsep bangunan rumah Bali (Balinese Compound) kepada tamu yang menginap ………..

39

4.2.3 Ikut berpartisipasi dalam penyelenggaraan seremoni adat di Ubud dalam rangka melestarikan budaya lokal ……….

40

4.2.4 Memperkenalkan budaya lokal melalui kegiatan atau

aktifitas keseharian di homestay ………. 40

4.2.5 Memperkenalkan makanan dan cara makan tradisional di homestay ………..………...

43

4.3 Peranan Homestay Terhadap Aspek Sosial Ekonomi di Ubud 44 4.3.1 Mempekerjakan orang lokal di homestay ……… 44 4.3.2 Memperoleh manfaat ekonomi dari homestay yang dikelola .. 45 4.3.3 Menggerakkan unit usaha lainnya ……….. 46 4.3.4 Meningkatkan tingkat pendidikan dan kemampuan

masyarakat khususnya pada bidang pariwisata ………... 47

4.3.5 Mengembangkan nilai ekonomi masyarakat (komunitas) lokal melalui sosialisasi atau community development …….

48

4.4 Hasil Temuan Kategori Peranan Homestay Dalam Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan di Ubud …….………

49

(12)

xi

4.4.4 Peran Homestay Sebagai Promotor ………... 55

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ………... 58

5.2 Saran ………. 60

DAFTAR PUSTAKA ………..………... 62

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Diagram Garis dari Analisis Taksonomi ………... 12

Gambar 3.1 Peta KSPN Ubud dan Sekitarnya ……….. 24

Gambar 3.2 Salah satu took seni di Jl. Monkey Forest, Ubud ……….. 25

Gambar 3.4 Ubud Monkey Forest ………. 26

Gambar 3.5 Puri Saren Ubud ……… 27

Gambar 3.6 Museum Seni Neka ………... 28

Gambar 3.8 Walter Spies ……….. 30

Gambar 4.1 Sistem pemilahan sampah menurut jenisnya di Sulendra Bungalows ………... 35

Gambar 4.2 Fasilitas pengelolaan sampah di Temesi ………... 36

Gambar 4.3 Arsitektur tradisional dari tahun 1980 di Siti Homestay ... 38

Gambar 4.4 Angkul – angkul sebagai bentuk peranan homestay melestarikan arsitektur tradisional di Kori Bali Inn 2 …... 49

Gambar 4.5 Bale Dangin, salah satu bagian dari ‘Balinese Compund’ yang ada di Nick’s Homestay ………... 50

Gambar 4.6 Pengelola Krisda Ubud Guest House memperkenalkan cara makan tradisional ……….. 51

Gambar 4.7 Fasilitas kamar di Sulendra Bungalows ……… 52

Gambar 4.8 Tamu Krisda Ubud Guest House dengan menu makan dan cara makan tradisional ……… 53

Gambar 4.9 Review beberapa tamu terhadap salah satu homestay di Ubud di situs Booking.com ………... 54

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

(16)

xv

Perkembangan industri akomodasi pariwisata berkembang dengan pesat, menjadikan Bali memiliki hotel bintang dan non bintang yang berjumlah 2.079 buah (BPS Prov. Bali 2017). Industri akomodasi merupakan salah satu penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi di Pulau Bali. Hal tersebut diikuti dengan berkembangnya jumlah homestay yang ada di Ubud salah satunya. Selain memberikan kontribusi bagi aspek sosial ekonomi pada saat ini, peranan homestay harus dikaji lebih dalam terhadap variable pariwisata berkelanjutan; sosial-budaya, lingkungan, dan sosial-ekonomi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan 10 sampel homestay di Ubud sebagai informan, dengan menggunakan wawancara mendalam sebagai teknik pengumpulan data. Dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dengan model Spradley yaitu analisis domain dan analisis taksonomi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa homestay memiliki beberapa model peranan dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan di Ubud, khususnya dalam aspek lingkungan, sosial budaya dan sosial ekonomi. Hasil analisis dalam penelitian ini juga menemukan peran homestay yang dibagi menjadi berikut: (1) Konservator (pelestari) nilai-nilai sosial budaya dan lingkungan, (2) Katalisator (penggerak) ekonomi masyarakat, (3) Fasilitator (penyedia fasilitas) bagi wisatawan, (4) Promotor (publikasi dan pencitraan) Ubud sebagai destinasi wisata berbasis masyarakat.

(17)

xvi ABSTRACT

HOMESTAY ROLE TO SUSTAINABLE TOURISM DEVELOPMENT IN UBUD

I Wayan Adi Pratama NIM. 13103029

The development of the tourism accommodation industry is growing rapidly, making Bali has star and non star hotels totaling 2,079 units (BPS Bali 2017). The accommodation industry is one of the largest contributors to economic growth on the island of Bali. This is followed by the growing number of homestay in Ubud one of them. In addition to contributing to the socio-economic aspects of the moment, the role of homestay should be studied more deeply for sustainable tourism variables; Socio-cultural, environmental, and socio-economic. This research used qualitative method by using 10 sample homestay in Ubud as informant, by using in-depth interview as data collection technique. By using descriptive analysis technique with Spradley model that is domain analysis and taxonomy analysis.

The results show that the homestay has several role models in the development of sustainable tourism in Ubud, especially in environmental, socio-cultural and socio-economic aspects. The results of the analysis in this study also found the role of homestay which is divided into the following: (1) Conservator (preserver) socio-cultural and environmental values, (2) Catalyst (mobilizer) community economy, (3) Facilitator (provider of facilities) for tourists, (4) Promoting (publications and imagery) Ubud as a community-based tourist destination.

Keyword : Ubud, homestay, sustainable tourism, community based tourism.

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan industri akomodasi pariwisata berkembang dengan pesat di Bali, menjadikan Pulau Bali menjadi destinasi yang memiliki hotel bintang dan non bintang yang ditotal berjumlah 2.079 buah (BPS Prov. Bali 2017). Industri yang tergolong dalam lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan-minum (Akmamin) ini juga menjadi salah satu penyumbang tertinggi pertumbuhan ekonomi Bali. Dari pertumbuhan ekonomi Bali yang mencapai 6,04 %, sebanyak 1,13 % nya berasal dari usaha penyediaan akomodasi dan makan-minum tersebut (BPS Prov. Bali 2015).

Jika lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan-minum merupakan penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat Pulau Bali, maka perlu ditinjau tingkat sumbangsih industri akomodasi tersebut terhadap kegiatan pariwisata yang ada dalam jangka waktu panjang. Terdapat 3 aspek utama yang menjadi indikator sebuah kegiatan pariwisata yang berkelanjutan di sebuah destinasi pariwisata menurut UNEP & UNWTO (2005), yaitu:

1.! Penggunaan sumber daya alam secara efisien yang menjadi salah satu kunci dalam pengembangan sektor pariwisata, menjaga proses ekologi dan membantu menjaga sumber daya alam dan keberagamannya. 2.! Menghargai keaslian kehidupan sosial-budaya masyarakat lokal,

(19)

2 tata cara hidup, dan ikut berkontribusi ke pemahaman dan tolerasi antar budayanya.

3.! Memastikan kelayakan, ekonomi jangka panjang, menyediakan keuntungan sosial-ekonomi kepada semua pemangku kepentingan yang secara adil, termasuk pekerjaan tetap dan kesempatan memperoleh penghasilan dan pelayanan sosial kepada masyarakat lokal dan ikut dalam pengentasan kemiskinan.

Seperti yang dijelaskan dalam aspek-aspek pengembangan pariwisata berkelanjutan di atas, mengembangkan tingkat kesejahteraan masyarakat lokal dengan memberikan kesempatan untuk mendapatkan penghasilan dari kegiatan pariwisata merupakan bentuk dari adanya pariwisata berkelanjutan. Menurut Garrod (2001:4), ada pendekatan prinsip-prinsip perencanaan dalam konteks pariwisata yang cenderung dikaitkan dengan istilah perencanaan yang partisipatif, yang lebih concern dengan peraturan yang seimbang antara pembangunan dan perencanaan yang terkendali. Pendekatan dengan model ini lebih menekankan pada kepekaan terhadap alam/lingkungan sebagai dampak pembangunan sebuah kegiatan wisata.

(20)

3 merupakan alat untuk mewujudkan sebuah destinasi pariwisata yang berkelanjutan. CBT memberikan kesempatan masyarakat lokal untuk memperoleh penghasilan dari adanya kegiatan pariwisata, baik bekerja di biro agen perjalanan, bekerja di daya tarik wisata, hingga kesempatan untuk membangun usaha akomodasi sendiri seperti homestay yang memanfaatkan ruang/rumah untuk ditinggali oleh wisatawan.

Tabel 1.1 Tingkat Hunian Kamar Kab. Gianyar 2014-2015

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Gianyar

Tingkat penghunian kamar hotel non bintang yang mengalami kenaikan 5,06% dari tahun 2014 ke tahun 2015, sedangkan penurunan hunian kamar dialami oleh hotel berbintang sebanyak 6,03% di Kabupaten Gianyar. Berkembangnya tren industri akumodasi homestay di Ubud juga memiliki peranan dalam meningkatnya jumlah hunian kamar akomodasi non bintang ini, dibuktikan juga dengan didirikannya Ubud Homestay Association yang menaungi usaha homestay yang ada di Ubud.

Bulan

(21)

4 Homestay di Kecamatan Ubud pun dijadikan role model pengembangan 100.000 homestay di 10 destinasi prioritas yang ada di Indonesia, sesuai dengan program Menteri Pariwisata Arief Yahya yang akan dimulai pada tahun 2017. Dengan perkembangan homestay yang pesat, diharapkan dapat membawakan sumbangsih positif terhadap kegiatan pariwisata berkelanjutan yang ada di Kecamatan Ubud.

Dengan mengkaji peran homestay di Ubud dalam bentuk peranannya terhadap kehidupan sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kondisi lingkungan sekitar, diharapkan mampu membuka sudut pandang pemangku kepentingan terhadap keberadaan homestay itu sendiri. Peran homestay bisa dalam bentuk proteksi dan konservasi terhadap nilai-nilai

sosial-budaya dan kondisi lingkungan, hingga meningkatkan tingkat kehidupan sosial-ekonomi dalam jangka waktu yang panjang (berkelanjutan).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah peranan homestay dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan dalam aspek sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kelestarian lingkungan di Kecamatan Ubud ?

1.3 Batasan Masalah

(22)

5 homestay dalam aspek sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan bagi

masyarakat lokal di Kecamatan Ubud. 1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui peranan homestay dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan dalam aspek sosial-ekonomi, sosial-budaya dan kelestarian lingkungan di Kecamatan Ubud.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Mahasiswa

Sebagai media pembelajaran dan pengimplementasian teori-teori yang selama ini didapat di Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali. Penelitian ini juga dapat menjadi sarana pembelajaran secara langsung dengan teknik observasi dan wawancara bagi mahasiswa.

1.5.2 Bagi STP Nusa Dua Bali

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan bahan acuan pembelajaran bagi civitas akademika yang ingin memperdalam maupun menemukan hal-hal baru yang terkait dengan topik penelitian ini.

1.5.3 Bagi Pemerintah Kabupaten Gianyar

(23)

6 Pemerintah Kabupaten Gianyar untuk menyusun dan mengevaluasi regulasi mengenai kegiatan pariwisata di Ubud.

1.5.4 Bagi Pengelola Homestay di Ubud

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat bagi pengelola homestay untuk dapat memahami keberadaan homestay yang dikelola dan bentuk keikutsertaannya dalam mengembangkan Ubud sebagai destinasi pariwisata yang berkelanjutan.

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Objek dan Lokasi Penelitian 1.! Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah homestay yang dimiliki dan dikelola oleh masyarakat lokal di Kecamatan Ubud. Homestay yang akan dijadikan objek penelitian adalah homestay yang tergabung dalam Ubud Homestay Association.

2.! Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Ubud, yang meliputi 8 kelurahan/desa adat yakni Kelurahan Kedewatan, Lodtunduh, Mas, Peliatan, Petulu, Sayan, Singakerta, dan Ubud.

1.6.2 Jenis dan Sumber Data 1.! Jenis Data

a.! Data Kualitatif

(24)

7 arsip maupun yang lainnya pada instansi yang berhubungan dengan penelitian.

Data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini merupakan uraian-uraian singkat berupa informasi mengenai Ubud, dan homestay di Ubud yang mencakup gambaran umum serta perkembangan usaha industri pariwisata berbasis ekonomi kemasyarakatan.

2.! Sumber Data a.! Data Primer

Data ini diperoleh dengan cara pengumpulan secara langsung dari objek penelitian. Dapat menggunakan alat bantu seperti panduan wawancara, dan dengan cara observasi. Data primer ini diperoleh dengan menggunakan daftar wawancara kepada pemilik/pengelola usaha maupun asosiasi akomodasi homestay di Ubud.

b.! Data Sekunder

(25)

8 1.6.3 Teknik Pengambilan Informan

Dalam penelitian ini, teknik pengambilan informan yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2010) yang dimaksud dengan purposive sampling adalah teknik untuk menentukan sampel penelitian dengan beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih representatif. Dalam penelitian ini, pengambilan sampel homestay diambil dari anggota Ubud Homestay Association, karena dianggap memiliki kredibilitas dalam mewakili

populasi homestay yang ada di Ubud. Sebagai sampel penelitian, digunakan 10 homestay yang tergabung di Ubud Homestay Association untuk diwawancarai. Jumlah informan tersebut

berdasarkan tingkat banyaknya jumlah homestay yang tersebar di Kecamatan Ubud; Kelurahan Kedewatan (1), Lodtunduh (1), Mas (1), Peliatan (1), Petulu (1), Sayan(1), Singakerta (1), dan Ubud (3).

1.6.4 Teknik Pengumpulan Data

1.! Wawancara Mendalam (In-Depth Interview)

(26)

9 Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar untuk mengetahui bentuk kontribusi homestay terhadap kondisi ekonomi, sosial-budaya, dan kondisi lingkungan di Ubud.

2. Observasi

Menurut Sugiyono (2010), observasi adalah teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri yng spesifik. Wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi pada obyek-obyek alam lainnya. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan, ketika penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, beberapa gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Observasi dilakukan untuk melengkapi data yang dibutuhkan peneliti mengenai kontribusi homestay kepada kondisi sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kondisi lingkungan sekitar.

3.! Dokumentasi

(27)

10 film dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

1.6.5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif model Spradley. Menurut Spradley (1979), terdapat beberapa jenis teknik analisa data kualitatif milik Spradley yaitu: (1) Pengamatan deskriptif, (2) Analisis domain, (3) Pengamatan terfokus, (3) Analisis taksonomi, (4) Pengamatan terpilih, (5) Analisis komponensial, dan (6) Analisis tema (Moleong, 2010:302). Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis domain dan analisis taksonomi dengan tahapan sebagai berikut: 1. Analisis Domain

(28)

11 Dalam hubungan bagaimana peneliti menggunakan teknik analisis domain, maka Spradley (1979) membuat enam langkah yang saling berhubungan, yaitu sebagai berikut:

a.! Memilih pola hubungan semantik tertentu atas dasar informasi atau fakta yang tersedia dalam catatan harian peneliti di lapangan,

b.! Menyiapkan kerja analisis domain,

c.! Memilih kesamaan-kesamaan data dari catatan harian peneliti di lapangan,

d.! Mencari konsep-konsep induk dan kategori-kategori sombolis dari domain-domain tertentu yang sesuai dengan suatu pola hubungan semantik,

e.! Menyusun pertanyaan-pertanyaan struktural untuk masing-masing domain,

f.! Membuat daftar keseluruhan domain dari seluruh data yang ada.

2. Analisis Taksonomi

(29)

12 mendalami domain dan sub-domain yang penting lewat konsultasi dengan bahan-bahan pustaka untuk memperoleh pemahaman lebih dalam.

Tujuh langkah analisis taksonomi yaitu: (1) memilih satu domain untuk dianalisis, (2) mencari kesamaan atas dasar hubungan semantik yang sama digunakan untuk domain itu, (3) mencari tambahan istilah bagian, (4) mencari domain yang lebih besar dan lebih inklusif, (5) membentuk taksonomi sementara, (6) mengadakan wawancara terfokus untuk mencek analisis yang telah dilakukan, dan (7) membangun taksonomi secara lengkap.

Pada akhir analisis data, akan dihasilkan diagram garis yang menunjukkan pol hubungan semantik antar domain-domain yang menghasilkan informasi yang menggambarkan fenomena atau masalah yang menjadi sasaran studi.

(30)

13 BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1! Teori Peran (Role Theory)

Menurut Sarwono (2002), teori peran (role theory) adalah teori yang merupakan perpaduan antara teori, orientasi, maupun disiplin ilmu. Selain dari psikologi, teori ini juga berawal dari ilmu sosiologi dan antropologi. Kata ‘peran’ dalam ketiga ilmu tersebut sering dikaitkan dalam dunia teater, yang dimana dianalogikan posisi seseorang/sesuatu diharapkan adanya untuk dapat berkaitan dengan orang-orang atau hal lain. Dari sudut pandang teater inilah kemudian disusun sebuah teori peranan. Levinson (dalam Soekanto, 2009:213) menyebutkan peranan mencakup tiga hal yaitu:

1.! Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peratuan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.

2.! Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3.! Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

2.2 Homestay

2.2.1 Definisi Homestay

(31)

14 dengan yang akan mereka inapi, dan akan merasakan pengalaman hidup sehari-hari dari keluarga tersebut dan masyarakat lokalnya (ASEAN Homestay Standard, 2016). Dimana hal utama yang ditawarkan oleh

homestay selain sarana akomodasi, adalah pengalaman hidup sebagai

orang lokal dengan merasakan secara langsung nilai-nilai budaya yang dijalankan oleh masyarakat lokal.

2.2.2 Konsep Homestay

Dalam buku berjudul ASEAN Homestay Standard pada tahun 2016, sebuah homestay memiliki 9 kriteria yaitu:

1.!Adanya Penyedia Homestay

Adanya tuan rumah atau pengelola homestay yang menjadi penyedia sarana akomodasi. Tuan rumah harus terdaftar sebagai penyedia jasa akomodasi homestay.

2.!Fasilitas Akomodasi

Adanya bangunan, kamar tidur, dan kamar mandi atau toilet yang menjadi fasilitas bagi wisatawan yang ingin menginap.

3.!Aktivitas

(32)

15 4.!Manajemen

Adanya sebuah organisasi yang terdiri dari perkumpulan pemilik homestay yang memiliki peran membangun kapasitas, pemberdayaan perempuan dan pemuda, dan berkolaborasi dengan institusi lainnya seperti tour operator, dinas pariwisata, Non-Governmental Organisations (NGOs), dan institusi pendidikan yang ada. Selain itu adanya database dari penyedia jasa akomodasi, tamu yang menginap, dan database produk aktivitas wisata.

5.!Lokasi (Aksesibilitas)

Tempat dari homestay dapat dengan mudah diakses dengan model transportasi apa saja, baik menuju destinasi tersebut dengan pesawat, kapal laut, hingga melalui jalur darat. Juga terdapat papan penunjuk arah yang baik untuk menuntun wisatawan mencapai homestay tersebut. 6.!Tingkat Higenis dan Kebersihan

Terdapat 3 hal yang harus diperhatikan tingkat higenitas dan kebersihan yang ada di suatu homestay yaitu rumah (bangunan) tempat tamu menginap beserta fasilitasnya, kebersihan lingkungan sekitar homestay, dan tingkat kebersihan proses pembuatan makanan bagi tamu

yang menginap.

7.!Keselamatan dan Keamanan

(33)

16 tamu seperti adanya CCTV atau security yang bertugas menjaga keamanan. Adanya SOP (Standard Operating Procedure) yang juga dijelaskan kepada tamu yang menginap dalam bentuk hal-hal apa saja yang boleh dan tidak diperbolehkan dilakukan selama menginap di homestay tersebut.

8.!Pemasaran dan Promosi

Adanya aktivitas promosi yang dilakukan oleh pengelola homestay, menjalin kerjasama dengan operator perjalanan merupakan

bentuk dari kegiatan pemasaran dan promosi yang memiliki peluang mendatangkan tamu yang akan menginap ke homestay tersebut. Juga ditambahkan adanya kegiatan online marketing melalui media sosial dan juga melalui website, dengan memberdayakan pemuda di desa untuk mengelola hal tersebut.

9.!Prinsip Berkelanjutan

Poin-poin yang ada sangat erat kaitannya dengan aspek-aspek pengembangan pariwisata berkelanjutan, diantaranya terdapat Economic Sustainability, Environmental Sustainability, dan Sosiocultural Sustainanbility. Dengan prinsip ini, diharapkan homestay

(34)

17 2.3 Pariwisata Berkelanjutan

2.3.1 Definisi Pariwisata Berkelanjutan

(35)

18 dan penurunan aktivitas pariwisata yang berasal dari pembangunan dan eksploitasi secara masif.

2.3.2 Konsep Pariwisata Berkelanjutan

Pengembangan sebuah destinasi pariwisata secara masif tanpa memperhatikan aspek-aspek pengembangan destinasi wisata secara berkelanjutan akan berdampak buruk terhadap destinasi tersebut pada masa yang akan datang. Menurut UNEP & UNWTO (2005), maka dibentuklah konsep pariwisata berkelanjutan yang memiliki aspek-aspek:

1.! Lingkungan

Penggunaan sumber daya alam secara efisien yang menjadi salah satu kunci dalam pengembangan sektor pariwisata, menjaga proses ekologi dan membantu menjaga sumber daya alam dan keberagamannya.

Menurut UNEP & UNWTO (2005:46), beberapa indikator penting yang berhubungan dengan lingkungan terhadap tingkat keberhasilan pariwisata berkelanjutan adalah: (1) Penggunaan bahan kimia yang berbahaya, (2) Sistem pengelolaan limbah cair, (3) Sistem pengelolaan sampah, (4) Pembangunan menggunakan bahan ramah lingkungan.

2.! Sosial-Budaya

(36)

19 Menurut UNEP & UNWTO (2005:38), beberapa indikator yang berhubungan dengan sosial-budaya terhadap pariwisata berkelanjutan adalah: (1) Program konservasi efektif bagi nilai kebudayaan dan sejarah, (2) Berkolaborasi dengan masyarakat untuk mempertahankan dan memperkenalkan budaya dan tradisi lokal.

3.! Sosial-Ekonomi

Memastikan kelayakan, ekonomi jangka panjang, menyediakan keuntungan sosial-ekonomi kepada semua pemangku kepentingan yang secara adil, termasuk pekerjaan tetap dan kesempatan memperoleh penghasilan dan pelayanan sosial kepada masyarakat lokal dan ikut dalam pengentasan kemiskinan.

Sedangkan menurut Melly G. Tan, 3 indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat sosial ekonomi masyarakat adalah pekerjaan, penghasilan dan pendidikan (Koentjaraningrat, 1981:35).

(37)

20 2.4 Pariwisata Berbasis Masyarakat

2.4.1 Definisi Pariwisata Berbasis Masyarakat

Menurut Pinel (2007) dalam Hadiwijoyo (2012) pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat atau yang disebut Community Based Tourism adalah model pengembangan pariwisata yang memiliki asumsi

bahwa kegiatan pariwisata harus berangkat dari kesadaran nilai-nilai kebutuhan masyarakat sebagai upaya membangun pariwisata yang lebih bermanfaat bagi kebutuhan, inisiatif, dan peluang masyarakat lokal.

2.4.2 Konsep Pariwisata Berbasis Masyarakat

Isnaini (2007) dalam Hadiwijoyo (2012) menjelaskan Community Based Tourism berasal dari strategi pengembangan masyarakat dengan menggunakan pariwisata sebagai alat untuk memperkuat kemampuan organisasi masyarakat lokal. Konsep CBT ini memiliki prinsip-prinsip yang dapat digunakan sebagai alat pengembangan komunitas bagi masyarakat lokal, yaitu:

1.! Mengakui, mendukung, dan mempromosikan pariwisata yang dimiliki masyarakat

2.! Melibatkan anggota masyarakat sejak awal pada setiap aspek 3.! Mempromosikan kebanggaan masyarakat

4.! Meningkatkan kualitas hidup 5.! Menjamin sustainbilitas lingkungan

(38)

21 8.! Menghormati perbedaan-perbedaan budaya dan kehormatan

manusia

9.! Mendistribusikan keuntungan secara adil diantara anggota masyarakat

10.!Menyumbang prosentase yang ditentukan bagi income proyek masyarakat

Dapat disimpulkan bahwa adanya konsep Community Based Tourism ini memiliki satu visi yang berkaitan dengan pengembangan

pariwisata berkelanjutan. Suansri (2003) juga menerangkan bahwa Community Based Tourism dapat menjadi alat untuk mewujudkan sebuah

pembangunan paariwisata yang berkelanjutan. Menurut Ernawati (2010) pariwisata berbasis masyarakat ini adalah model manajemen kepariwisataan yang dikelola oleh masyarakat setempat yang berupaya meminimalkan dampak negatif pariwisata terhadap lingkungan dan budaya, dan pada saat yang sama menciptakan dampak ekonomi yang positif. Masyarakat tinggal disekitar obyek dan daya tarik pariwisata, sesungguhnya penduduk itu adalah bagian dari atraksi wisata itu sendiri. Konsep CBT memungkinkan untuk memaksimalkan keuntungan yang diperoleh dari kegiatan kepariwisataan untuk masyarakat setempat, serta menjadikan masyarakat lokal sebagai subyek kegiatan kepariwisataan bukan sebagai obyeknya.

(39)

22 1.! Adanya dukungan pemerintah

2.! Partisipasi dari stakeolder

3.! Pembagian keuntungan yang adil

4.! Penggunaan sumber daya lokal secara berkesinambungan 5.! Penguatan institusi lokal.

2.5 Definisi Konservatif

Pengertian ataupun makna dari kata konservatif adalah sebuah konsep dimana seseorang selalu menjaga tradisi lama/hal tradisional dan menentang modernitas (Charlotte Thomson, 1999). Dimana makna yang terkandung dalam sifat konservatif (konservasi) dapat dijelaskan sebagai sifat memiliki kekuatan atau kecenderungan untuk melindungi atau melestarikan.

2.6 Definisi Katalisator

(40)

23 2.7 Definisi Fasilitator

Menurut Sam Kaner (2007), definisi fasilitator adalah seseorang yang memahami tujuan bersama mereka dan membantuk mereka membuat rencana guna mencapai tujuan tersebut tanpa mengambil posisi tertentu dalam diskusi. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, fasilitator memiliki pengertian orang yang menyediakan fasilitas.

2.8 Definisi Promotor

(41)

24 BAB III

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

3.1 Letak Geografis

Sesuai dengan isi Peraturan Pemerintah Daerah Provinsi Bali No. 3

Tahun 2005 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali

menyebutkan bahwa daerah Ubud merupakan salah satu dari 15 Kawasan

Pariwisata di wilayah Provinsi Bali. Sebagai sebuah kawasan pariwisata,

Ubud terdiri dari tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Ubud, Kecamatan

Payangan, dan Kecamatan Tegalalang. Kecamatan Ubud merupakan

lokasi penelitian ini.

Gambar 3.1Peta KSPN Ubud dan sekitarnya

Kecamatan Ubud terletak di Kabupaten Gianyar yang memiliki

luas 368 Km2 atau 36.800 Ha yang terdiri dari 7 kecamatan yaitu

Kecamatan Sukawati, Blahbatuh, Gianyar, Tampaksiring, Ubud,

(42)

24 Kabupaten Gianyar secara administrasi berbatasan di sebelah utara

dengan Kabupaten Bangli, di sebelah Timur dengan Kabupaten

Klungkung/Bangli, di sebelah selatan dengan Kota Denpasar dan Selat

Badung, serta berbatasan secara administrasi di sebelah barat dengan

Kabupaten Badung. Kecamatan Ubud memiliki luas 42,38 Km2 yang

terdiri dari 8 kelurahan/desa adat yaitu Kelurahan Kedewatan, Lodtunduh,

Mas, Peliatan, Petulu, Sayan, Singakerta, dan Ubud adalah lokasi

penelitian dalam penelitian ini.

3.2 Kondisi Fisik Alamiah

Kondisi fisik Kecamatan Ubud memiliki luas 42,38 km² diatas tanah adat. Memiliki ketinggian 300m diatas permukaan laut menjadikan

Ubud memiliki temperatur udara rata-rata 25.3°C. Iklim Ubud

diklasifikasikan sebagai iklim tropis. Terdapat tingkat curah hujan yang

signifikan sepanjang tahun di Ubud. Berkonfigurasi umum lahan dataran,

Ubud memiliki jenis materian tanah gambut dan memiliki tingkat curah

hujan rata-rata sebanyak 2244mm.

3.3 Karakteristik Sosio – Ekonomi – Budaya

Masyarakat di daerah Ubud yang termasuk dalam Kecamatan

Ubud didominasi bekerja dalam sektor perdagangan dan industri (Data

BPS: Kecamatan Ubud Dalam Angka 2016). Hal ini didukung juga dengan

banyaknya industri kesenian seperti seni lukis, seni pahat, dan lainnya di

daerah kelurahan Ubud. Selain perdagangan, banyak pula masyarakat

lokal yang ikut bekerja dalam sektor pariwisata seperti industri akomodasi,

(43)

25 Gambar 3.2 Salah satu toko seni di Jl. Monkey Forest, Ubud

(sumber: http://www.nikkinearandfar.com)

Menurut data BPS dalam ‘Kecamatan Gianyar Dalam Angka

2015’, masyarakat di Kecamatan Ubud didominasi oleh pemeluk agama

Hindu sejumlah 71.995 dan diikuti oleh pemeluk agama Islam sejumlah

271 orang.

3.4 Daya Tarik Wisata

(44)

26 manfaat kepada masyarakat lokal. Berikut merupakan beberapa daya tarik wisata yang terdapat di Kawasan Pariwisata Ubud:

3.4.1 Ubud Monkey Forest

Ubud Monkey Forest juga dikenal dengan nama Mandala Wisata Wenara Wana merupakan tempat cagar alam yang juga berupa kompleks candi yang terletak di Jl. Monkey Forest, Ubud. Di atraksi wisata ini terdapat 340 ekor monyet ekor panjang yang menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung.

Gambar 3.4 Ubud Monkey Forest (sumber: http://myjanemtrasnport.com)

Memiliki luas 27 hektar, didalam daya tarik wisata Ubud Monkey Forest ini juga terdapat sebuah pura yang bernama Candi Pura Dalem Agung Padangtegal. Wisatawan dapat merasakan suasanya spiritual areal hutan ditemani dengan banyaknya monyet berjenis ekor panjang.

3.4.2 Puri Saren Ubud

(45)

27 di Jl. Raya Ubud, tepat di pusat keramaian aktivitas pariwisata yang ada di Ubud.

Gambar 3.5 Puri Saren Ubud (sumber: bali.panduanwisata.id)

Di Puri Saren Ubud, wisatawan dapat melihat bentuk istana atau rumah tradisional yang menjadi lokasi kediaman Raja Ubud. Daya tarik bagi wisatawan untuk datang ke Puri Saren Ubud adalah keaslian dan keunikan bentuk istana yang tetap dipertahankan sebagai ciri khas kerajaan Ubud yang masih eksis hingga saat ini. 3.4.3 Museum Seni Neka

(46)

28 Nedeng, yang berasal dari kerajaaan Peliatan-Ubud, Ida Dewa Agung Djelantik pada era 1823 – 1845.

Gambar 3.6 Museum Seni Neka (sumber: bali.panduanwisata.id)

(47)

29 3.5 Aksesibilitas

Untuk menuju Ubud, dapat ditempuh sejauh 37,6 km melalui jalur darat kurang lebih selama 1 jam 30 menit dari Bandar Udara Internasional Ngurah Rai. Jalan untuk menuju Ubud sudah didukung dengan jalan raya aspal untuk memudahkan mengakses pusat kawasan wisata Ubud menggunakan kendaraan roda dua, mobil, hingga bus. Sedangkan untuk mencapai Ubud melalui pelabuhan laut terdekat yakni Pelabuhan Padang Bai, dapat ditempuh sejauh 37,7 km kurang lebih selama 90 menit melalui Bypass Ida Bagus Mantra.

3.6 Sejarah Singkat Perkembangan Homestay di Ubud

(48)

30 Gambar 3.8 Walter Spies

(sumber: Wikimedia.org)

Teknik dan gaya melukis tersendiri, Walter Spies dan Rudolf Bonnet bekerjasama dengan Tjokorda Gde Agung Sukawati menghimpun seniman lokal dalam sebuah komunitas seniman pelukis yang diberi nama kelompok Pitamaha tahun 1936, dan dikenal sebagai wadah kooperatif dan komunikatif bagi pelukis asing dan lokal di daerah Ubud-Gianyar.

Selama aktivitas kesenian sekaligus sebagai tempat akulturasi budaya tersebut, secara tidak langsung memerlukan beberapa fasilitas bagi seniman asing seperti Walter Spies dan Rudolf Bonnet termasuk masalah tempat tinggalnya. Seperti telah dijelaskan diatas, pada masa itu munculnya penginapan dan hotel baru di sekitar daerah Kintamani dan Denpasar saja, dan itu pun jumlahnya sangat terbatas dan jaraknya dari kawasan Ubud relatif sangat jauh.

(49)

31 pelukis Walter Spies berkesempatan tinggal bergabung dengan keluarga Raja Ubud, di Puri Agung Ubud. Keinginan Tjokorda Gede Sukawati semata-mata ingin mengayomi dan menghargai mereka sebagaimana keluarga sendiri.

Hal tersebut merupakan tonggak awal lahirnya pola pelayanan wisata dalam arti khusus yang kini disebut homestay, dimana sekarang berkembang di kawasan wisata pedesaan di Ubud. Dalam rangka memenuhi antusias wisatawan untuk mengenal potensi alam budaya Bali secara lebih mendalam. Mereka merasuk ke dalam realita kehidupan sosial budaya Bali secara langsung. Menginap di rumah penduduk memberi peluang leluasa untuk berbaur, bersentuhan langsung dengan situasi rural, dan cara hidup masyarakat sehari-hari. Menjadikan homestay sebagai peluang mata pencaharian bagi masyarakat lokal.

Homestay menjadi sebuah perkembangan trend wisata yang

disambut positif dan simpati oleh penduduk setempat. Rumah adat beralih fungsi menjadi tempat penginapan dengan menyuguhkan kesan sederhana, aman dan nyaman bagi pengunjung yang belum terbiasa hidup di kawasan tropis. Karakter khas berbau etnis dan religius yang ada di lingkungan homestay tidak menjadi penghalang proses pembauran. Keadaan ini terus berlangsung secara alami dan penuh kekeluargaan hingga saat ini.

3.7 Perkembangan Homestay di Ubud Pada Saat Ini

(50)

32 meningkat secara masif, berdiri sebuah wadah bernama Ubud Homestay Association yang menaungi pemilik serta pengelola usaha homestay di

kawasan Ubud. Asosiasi ini bertujuan untuk mewadahi pelaku bisnis homestay sebagai sarana komunikasi dan pengembangan kompetensi yang

(51)

33 BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Peranan Homestay Dalam Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan Pada Aspek Lingkungan di Ubud.

Dengan adanya industri homestay yang termasuk komponen amenitas dari sebuah destinasi pariwisata, maka perlu dikaji dampak yang dihasilkan dari adanya homestay terhadap aspek lingkungan yang bertujuan menjamin keberlangsungan destinasi pariwisata itu sendiri untuk jangka panjang. Jika ditelaah dari pedoman pembuatan kebijakan mengenai sustainable tourism milik UNEP & UNWTO pada tahun 2005, terdapat 3 indikator yang perlu diperhatikan pada homestay dalam berlangsungnya aspek lingkungan pada sebuah destinasi pariwisata yaitu: (1) Penggunaan zat kimia berbahaya, (2) Sistem pembuangan limbah air, (3) Sistem pengelolaan sampah.

4.1.1 Sistem pengelolaan limbah air yang terdapat di homestay di Ubud.

(52)

34 pengelolaan limbah air tersebut, kondisi lingkungan tidak tercemar akibat aktifitas industri homestay tersebut.

Sedangkan menurut penjelasan informan selaku pengelola homestay, masih ada pengelola homestay yang langsung membuang limbah air berupa limbah air dapur dan limbah air kamar mandi langsung ke saluran pembuangan atau selokan, tanpa melalui sistem pengelolaan limbar air terlebih dahulu. Informan menguraikan alasan tidak menggunakan sistem pengelolaan limbah air karena sistem saluran pembuangan air di daerah (lingkungan) homestay masih baik dan terawat. Informan merasa penggunaan sistem pengelolaan limbah air tidak perlu karena homestay masih berupa industri rumahan dan skala kecil.

4.1.2! Sistem pengelolaan (pemilahan) sampah menurut jenisnya di homestay.

(53)

35 Gambar 4.1 Sistem pemilahan sampah menurut jenisnya di

Sulendra Bungalows.

Salah satu informan yakni Ida Bagus Wiryawan selaku pengelola Gunung Merta Bungalows dan Gunadi selaku pengelola Nyoman Sandi Guest House menjelaskan dengan pemilahan sampah menurut jenisnya, pihaknya bisa mendapatkan keuntungan yaitu dengan menjual sampah non-organik berupa sampah botol plastik kepada pengepul.

Gunadi juga menjelaskan bahwa sampah organik hasil dapur dan pengelolaan kebun di area homestay tidak dibuang, tetapi langsung digunakan sebagai pupuk kompos di area homestay itu sendiri.

(54)

36 bekerja sama dengan pengelolaan sampah menjadi kompos di Temesi – Gianyar.

Gambar 4.1 Fasilitas pengelolaan sampah di Temesi Sumber: temesirecycling.com

Informan menjelaskan pihaknya hanya menyiapkan kantong sampah, mengumpulkan, dan sampah akan diangkut tiap harinya oleh pengelola sampah di Kecamatan Ubud.

4.1.3! Penggunaan teknologi ramah lingkungan.

Gede Budiasa selaku pengelola Nick’s Homestay menjelaskan dengan menggunakan lampu rendah energi ini, ia dapat menghemat 20% penggunaan listrik tiap bulannya di homestay yang di kelola. Selain menggunakan lampu

(55)

37 yang telah menggunakan lampu LED atau lampu daya rendah energi. Berdasarkan hasil wawancara, ditemukan juga homestay yang belum menggunakan atau mempertimbangkan penggunaan teknologi ramah lingkungan, dengan alasan industri homestay masih berskala kecil. I Wayan Paksa selaku pengelola Siti Homestay menjelaskan belum menggunakan teknologi ramah

lingkungan dengan alasan penggunaan listrik di homestay yang ia kelola belum tergolong besar.

4.2! Peranan Homestay Dalam Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan Pada Aspek Sosial Budaya di Ubud.

Homestay erat kaitannya dengan interaksi budaya lokal kepada wisatawan secara langsung. Interaksi budaya tersebut menjadi identitas dan ciri khas tersendiri bagi homestay pada khususnya dan Ubud sebagai destinasi pariwisata berbasis budaya pada umumnya. Dapat dikatakan homestay juga merupakan sarana wisatawan dapat langsung mempelajari

filosofi, dan makna dari budaya lokal. Tentunya hal ini menjadi potensi utama yang seharusnya dipertahankan agar keberlangsungan Ubud sebagai destinasi pariwisata dapat eksis dalam jangka waktu panjang. 4.2.1 Penggunaan arsitektur tradisional Bali sebagai bentuk

identitas homestay.

(56)

38 Wiryawan selaku pengelola Gunung Merta Bungalows menjelaskan alasannya menggunakan arsitektur tradisional di bangunan homestay karena hal tersebut menjadi salah satu media interaksi budaya yang dapat digunakan untuk memperkenalkan budaya lokal. Wayan Wiadnyana selaku pengelola Kori Bali Inn 2 menjelaskan penggunaan arsitektur tradisional agar homestay terlihat lebih menyatu dengan kondisi rumah Bali, sehingga atmosfir membaur dengan keseharian keluarga dirasa lebih kental.

Gambar 4.3 Arsitektur tradisional dari tahun 1980 di Siti Homestay

(57)

39 penggunaan lantai bata merah hingga penggunaan bambu sebagai daun jendela. Value authentic itu yang ia jaga agar dapat menjadi pengalaman tinggal ‘Balinese Compound’ yang masih menggunakan konsep Tri Hita Karana.

Berdasarkan hasil wawancara, ada homestay yang sudah menggunakan arsitektur dan gaya bangunan semi minimalis dengan nilai arsitektur tradisional dipadukan dan disesuaikan dengan gaya minimalis. Pengelola dari Karang Mesari, dan Krisda Ubud Guest House menjelaskan penggunaan gaya bangunan semi minimalis dinilai menghabiskan biaya yang lumayan tinggi dalam proses pembangunan dibanding jika membangun dengan arsitektur minimalis. Nilai arsitektur tradisional lebih ditekankan kepada penggunaan bahan kayu dan bambu kepada furniture yang ada di interior homestay. Kadek Armini selaku pengelola Krisda Ubud Guest House menjelaskan ia lebih menekankan kepada interaksi sesama manusia (human touch) dibanding nilai bangunan homestay yang ia kelola.

4.2.2! Memperkenalkan konsep bangunan rumah Bali (Balinese Compound) kepada tamu yang menginap.

(58)

40 yang tidak di komersialisasi secara umum di Bali. Ida Bagus Wiryawan selaku pengelola Gunung Merta Bungalows menjelaskan bahwa sebagai pengelola, ia memiliki kewajiban untuk menjelaskan konsep Balinese Compound kepada tamu yang menginap sebagai media interaksi budaya masyarakat lokal dalam industri pariwisata.

4.2.3! Ikut berpartisipasi dalam penyelenggaraan seremoni adat di Ubud dalam rangka melestarikan budaya lokal.

Berdasarkan hasil wawancara, informan menjawab sudah ikut berpartisipasi dalam perayaan / seremoni lokal yang ada di Ubud. Wayan Sumiartha selaku pengelola Sulendra Bungalows menjelaskan sebagai bagian dari masyarakat lokal, pengelola homestay sudah tentu ikut dalam perayaan (upacara) yang ada. Hal tersebut tidak terlepas kaitannya dengan kewajiban masyarakat lokal dimana pengelola termasuk didalamnya. Dengan keikutsertaan pengelola homestay dalam tradisi lokal, secara langsung sudah ikut menjaga keberlangsungan budaya itu sendiri.

4.2.4! Memperkenalkan budaya lokal melalui kegiatan atau aktifitas keseharian di homestay.

(59)

41 Informan menjawab sudah memiliki kesadaran untuk menggunakan pakaian tradisional ketika berinteraksi secara langsung dengan tamu yang menginap seperti ketika tamu check-in, check-out, breakfast, dan ketika menemani tamu berkeliling. Kadek Armini selaku pengelola Krisda Ubud Guest House menjelaskan dengan menggunakan pakaian tradisional, pengelola ikut memperkenalkan budaya lokal. b.! Mengenalkan budaya lokal melalui aktifitas keseharian

(menghaturkan canang) atau penjelasan makna kegiatan sehari-hari sebagai umat Hindu di Bali.

Informan selaku pengelola homestay menjawab sudah memperkenalkan budaya lokal melalui aktifitas keseharian yang dilakukan di homestay. Wayan Paksa selaku pengelola Siti Homestay menjelaskan dengan adanya interaksi verbal ini, homestay dapat menjadi sarana informasi utama bagi wisatawan untuk mempelajari filosofi dan konsep kehidupan masyarakat lokal secara langsung. Biasanya Wayan Paksa akan menjelaskan alasan mengapa umat Hindu menghaturkan canang, mengapa tidur menghadap selatan, dan sebagainya. c.! Mengenalkan budaya lokal melalui komunikasi verbal (salam

‘Om Swastyastu’).

(60)

42 menginap. Wayan Sumiartha selaku pengelola Sulendra Bungalows menjelaskan alasannya memperkenalkan salam ‘Om Swastyastu’ hingga mengajarkan beberapa kata dalam Bahasa Bali kepada tamu yang menginap adalah karena Bahasa merupakan bagian dari budaya.

d.! Mengenalkan budaya lokal melalui kegiatan memasak di dapur tradisional, membuat canang, dan mebat.

Berdasarkan hasil wawancara, informan menjawab wisatawan atau tamu yang menginap dapat mengikuti kegiatan memasak di dapur tradisional. Dan seluruh informan menjawab tamu dapat mempelajari dan mengikuti aktifitas keseharian yang ada di homestay tersebut. Tamu dapat berinteraksi secara langsung dengan budaya lokal dengan mengikuti aktifitas keseharian yang ada di homestay tersebut. e.! Mengenalkan budaya lokal dengan mengajak tamu untuk

dapat ikut ke perayaan seremoni adat seperti upacara odalan, purnama, ngaben, hingga persiapan galungan.

(61)

43 menginap untuk mengikuti proses dimulai dari proses persiapan seperti mebat, hingga proses pelaksanaan. Made Ruta menjelaskan dengan ikut melibatkan tamu yang menginap, ia dapat memperkenalkan budaya lokal secara langsung ke wisatawan.

f.! Mengenalkan budaya lokal melalui kegiatan melukis.

Wayan Sumiartha selaku pengelola Sulendra Bungalows menjelaskan bahwa biasanya ketika ada tamu yang menginap dan tertarik dengan seni melukis, ia akan mengajarkan dan memperkenalkan cara pelukis tradisional dalam melukis. Hal tersebut ia lakukan bertujuan untuk memperkenalkan Ubud melalui sudut pandang yang berbeda. Ubud memiliki banyak pelukis terkenal, maka dari itu Wayan Sumiartha ingin tamu berinteraksi dan memahami cara pelukis tradisional Ubud melakukannya.

4.2.5! Memperkenalkan makanan dan cara makan tradisional di homestay.

(62)

44 berbeda dan tidak dikomersialisasi, sebagai bentuk pengenalan budaya lokal kepada wisatawan.

Berdasarkan hasil wawancara, ada pengelola homestay yang menjawab belum memperkenalkan tradisional Bali di homestay yang mereka kelola. Gede Budiasa selaku pengelola Nick’s Homestay menjelaskan ia mengikuti budaya western breakfast yang biasanya berupa pancake, javel, dan omelette

bagi tamu yang menginap. Gede Budiasa juga menjelaskan bahwa belum terpikirkan untuk menawarkan makanan lokal sebagai menu makanan yang ada di homestay.

4.3! Peranan Homestay Dalam Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan Pada Aspek Sosial Ekonomi di Ubud.

Industri akomodasi berjenis homestay tentu memiliki peran dalam meningkatkan keadaan sosial ekonomi masyarakat baik bagi pengelola homestay dan masyarakat sekitar yang ada di lingkungan homestay. Aspek

sosial ekonomi perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana peran dari adanya homestay bagi tingkat pertumbuhan ekonomi di Ubud dalam jangka panjang.

4.3.1 Mempekerjakan orang lokal di homestay.

(63)

45 pendapat dengan ia mempekerjakan tenaga kerja yang berasal dari masyarakat lokal, secara tidak langsung ia telah mengembangkan nilai ekonomi masyarakat lebih baik dari sebelumnya.

Sedangkan berdasarkan hasil wawancara ditemukan juga homestay yang tidak membutuhkan tenaga kerja. Wayan Wiadnyana selaku pengelola Kori Bali Inn 2 menjelaskan dengan keterlibatan anggota keluarga di homestay, menghasilkan situasi kekeluargaan yang lebih kental bagi tamu yang menginap. Kadek Armini selaku pengelola Krisda Ubud Guest House menjelaskan anggota keluarga dirasa memiliki sense of belonging kepada homestay yang lebih baik dibanding harus mempekerjakan orang lain.

4.3.2! Memperoleh manfaat ekonomi dari homestay yang dikelola. Informan menjawab sebagai pengelola homestay sudah merasakan manfaat ekonomi dari homestay yang dikelola. Made Ruta selaku pengelola Karang Mesari menjelaskan dengan homestay yang ia kelola, Made Ruta dapat memberikan taraf

(64)

46 kesempatan untuk membangun akomodasi lainnya dalam bentuk Villa di Ubud.

4.3.3! Menggerakkan unit usaha lainnya.

Seluruh informan menjawab sudah aktif berkolaborasi dengan homestay lainnya ataupun dengan tour operator lokal yang ada. Wayan Sumirtha selaku pengelola Sulendra Bungalows menjelaskan jika kamar sudah penuh diisi oleh tamu, biasanya ia akan merekomendasi homestay yang ada disekitar lingkungannya. Kadek Armini selaku pengelola Krisda Ubud Guest House aktif merekomendasikan paket aktifitas cooking class dan yoga yang ada didekat homestay yang ia kelola. Dengan adanya Ubud Homestay Association, Gunadi selaku pengelola Nyoman Sandi Guest House menjelaskan lebih mudah untuk berkolaborasi dan bertukar pikiran sesama pengelola homestay yang ada di Ubud.

(65)

47 4.3.4! Meningkatkan tingkat pendidikan dan kemampuan

masyarakat khususnya pada bidang pariwisata.

Dengan pendidikan manusia diajarkan untuk membuka wawasan, menambah ilmu khususnya pendidikan bahasa asing yang dirasa penting khususnya dalam industri homestay. Adanya homestay ikut meningkatkan taraf pendidikan dan kemampuan masyarakat dalam kompetensi yang dibutuhkan dalam unit usaha homestay. Kadek Armini selaku pengelola Krisda Ubud Guest House menjelaskan dengan mengelola homestay, ia ikut memotivasi keluarga dan lingkungan sekitar

(66)

48 4.3.5! Mengembangkan nilai ekonomi masyarakat (komunitas) lokal

melalui sosialisasi / community development.

Bentuk peranan homestay dalam mengembangkan nilai ekonomi masyarakat sekitarnya dengan cara mengedukasi dan memotivasi sumber daya manusia yang ada di Ubud agar menjadi lebih kompeten dalam bidang kepariwisataan. Wayan Sumiartha selaku pengelola Sulendra Bungalows dan Kadek Armini selaku pengelola Krisda Ubud Guest House menjelaskan ia mengedukasi lingkungannya dalam penggunaan dan pemanfaatan online travel agent untuk mengembangkan homestay yang dikelola. Gunadi selaku pengelola Nyoman Sandi Guest House menjelaskan ia melakukan social development melalui tenaga kerja yang bekerja di homestay miliknya, dengan cara secara rutin memberikan evaluasi

dan kesempatan belajar yang lebih tinggi dari sebelumnya.

(67)

49 4.4! Hasil Temuan Kategori Peranan Homestay Dalam Pengembangan

Pariwisata Berkelanjutan di Ubud

Berdasarkan hasil analisis domain diatas, peranan homestay dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan di Ubud memiliki beberapa jenis kategori sesuai dengan bentuk peranannya. Terdapat 4 jenis kategori peranan homestay yaitu: (1) Peran homestay sebagai konservator (pelestari), (2) Peran homestay sebagai katalisator (penggerak), (3) Peran homestay sebagai fasilitator (penyedia fasilitas), (4) Peran homestay sebagai promotor (publikasi dan pencitraan).

4.4.1 Peran Homestay Sebagai Konservator

Makna konservatif adalah sikap mempertahankan keadaan, kebiasaan, atau tradisi yang berlaku, dalam hal ini peranan homestay sebagai konservator nilai-nilai budaya, sosial dan lingkungan yang ada di Ubud. Dalam hal ini contoh peran konservatif yang ditunjukkan oleh homestay adalah melestarikan gaya arsitektur tradisional Bali terhadap bangunan homestay baik dari eksterior maupun interior.

(68)

50 Selain berupaya mengkonservasi budaya melalui bangunan dan arsitektur tradisional, homestay juga mengkonservasi budaya melalui pengenalan konsep ‘Balinese Compound’ kepada wisatawan yang datang maupun menginap. Pengelola homestay biasanya akan mengenalkan filosofi ‘Asta Kosala Kosali’ dan Tri Hita Karana sebagai bagian dari konsep pekarangan rumah tradisional Bali.

Gambar 4.5 Bale Dangin, salah satu bagian dari ‘Balinese Compound’ yang ada di Nick’s Homestay.

(69)

51 upacara setempat, secara tidak langsung ikut menjaga keberlangsungan tradisi sosial yang ada di masyarakat di Ubud.

Gambar 4.6 Pengelola Krisda Ubud Guest House memperkenalkan cara makan tradisional.

Selain peran homestay terhadap nilai sosial dan budaya, homestay ikut melestarikan lingkungan melalui sistem pengelolaan

(70)

52 Berdasarkan hasil wawancara, ada pengelola homestay yang menjawab tidak melakukan pengelolaan sampah dengan alasan petugas kebersihan desa sudah melakukan pengelolaan sampah dengan memilah sampah menurut jenisnya.

4.4.2 Peran Homestay Sebagai Katalisator

(71)

53 Peran homestay dalam menggerakkan ekonomi masyarakat juga ditemukan dalam bentuk adanya kolaborasi homestay dengan tour operator lokal yang menjual paket tur dan aktivitas wisata,

juga kolaborasi antar homestay di Ubud yang bersinergi untuk mengembangkan satu sama lainnya terutama yang dinaungi oleh Asosiasi Homestay di Ubud.

4.4.3 Peran Homestay Sebagai Fasilitator

Peran homestay sebagai fasilitator atau penyedia fasilitas bagi wisatawan yang menginap di kawasan atau destinasi wisata Ubud dengan menyediakan akomodasi yang layak, unik, dan otentik, serta dioperasikan dan dikelola oleh penduduk lokal. Selain memiliki peran dalam memperkenalkan kebudayaan lokal yang ada di Bali, homestay memiliki peran penyedia fasilitas menginap (akomodasi) bagi wisatawan.

(72)

54 Akomodasi merupakan salah satu bagian penting dari komponen destinasi wisata yang baik yang termasuk dalam kategori amenities (fasilitas). Selain menjadi fasilitas selama wisatawan menginap, homestay juga menjadi sarana berinteraksi wisatawan dengan budaya lokal ketika berada di Ubud. Beragam jenis kamar yang disediakan oleh pengelola homestay di Ubud, mulai dari tipe standard hingga tipe kamar family. Homestay juga menyediakan breakfast, hingga pilihan menu yang dapat dipesan oleh tamu yang menginap. Dari total jumlah 10 informan, hanya 2 informan yang menjawab menyediakan makanan dan cara makan tradisional di homestay yang mereka kelola. Sedangkan 8 homestay lainnya menjawab belum menyediakan pilihan makanan tradisional (rumahan) di homestay yang dikelola.

(73)

55 Kadek Armini selaku pengelola Krisda Ubud Guest House menjelaskan ia hanya menawarkan dan menyediakan makanan tradisional hanya pada saat-saat tertentu seperti adanya perayaan upacara di rumah, pada saat Galungan, Kuningan, dan Hari Raya Nyepi saja.

4.4.4 Peran Homestay Sebagai Promotor

Dalam penelitian ini ditemukan juga peran homestay dalam publikasi dan pencitraan destinasi pariwisata di Ubud. Penggunaan Online Travel Agent menjadi salah satu peran utama homestay

dalam mempublikasi dan mempromosikan destinasi Ubud sebagai destinasi yang kental akan budaya dan nilai sosial.

(74)

56 Ulasan yang ditulis tamu di situs online travel agent setelah menginap di homestay memiliki peran pencitraan terhadap kualitas homestay di Ubud. Selain memiliki peran sebagai promotor dalam bentuk review atau ulasan, bentuk peran homestay dalam mempublikasi dan mencitrakan dapat ditemukan dalam bentuk promosi di online travel agent seperti Booking.com, Traveloka, Agoda, dan Airbnb. Semua informan selaku pengelola homestay menjawab sudah menggunakan online travel agent (OTA) sebagai media pemasaran online untuk menjangkau pasar yang lebih luas. Selain menggunakan bantuan OTA, beberapa homestay telah memanfaatkan website untuk memasarkan dan mempromosikan akomodasi mereka.

(75)

57 Tingkat kesadaran para pengelola homestay untuk memanfaatkan pemasaran dan promosi secara digital, menjadi bentuk nyata peran homestay dalam mempublikasikan dan mencitrakan kegiatan pariwisata

berbasis masyarakat yang ada di Ubud.

(76)

58 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

4.5! Simpulan

(77)

59 Peran homestay sebagai konservator dibuktikkan dengan adanya homestay yang tetap menggunakan arsitektur tradisional Bali sebagai

bentuk identitas bangunannya. Usaha pengelola homestay untuk dapat memperkenalkan filosofi Balinese Compound kepada wisatawan juga menjadi salah satu bukti nyata bahwa homestay menjadi salah satu fasilitator interaksi budaya yang dapat wisatawan rasakan secara langsung. Wisatawan dapat mengikuti keseharian pengelola homestay seperti memasak, bersembahyang, hingga mengikuti upacara adat di lingkungan sekitar.

Homestay memiliki peran sebagai katalisator atau penggerak bagi ekonomi masyarakat lokal yang ada di Ubud, dibuktikkan dengan adanya usaha sesama homestay untuk berkolaborasi dan meningkatkan kualifikasi dan kompetensi standard bagi homestay yang mereka kelola yang dinaungi oleh Ubud Homestay Association. Peran homestay sebagai katalisator dapat dibuktikkan dengan usaha homestay menjalin kerjasama dengan tour operator lokal untuk menawarkan paket tur atau wisata bagi tamu yang menginap di homestay dan usaha pengelola homestay di Ubud memberdayakan masyarakat lokal untuk dapat bekerja sebagai tenaga kerja di homestay.

(78)

60 Secara langsung pengelola homestay telah mempublikasikan dan mencitrakan Ubud sebagai destinasi wisata yang berbasis kemasyarakatan. 4.6! Saran

Adapun saran yang dapat peneliti berikan berdasarkan hasil penelitian ini kepada pengelola homestay di Ubud, dan Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar adalah:

1.! Usulan bagi Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar dan pengelola homestay di Ubud untuk menyusun/menentukan acuan standarisasi bagi homestay tradisional di Ubud. Standarisasi dirasa perlu untuk menyamakan konsep secara umum satu homestay dengan lainnya agar tidak terjadi kesimpangan antara homestay di Ubud. Standarisasi utama yang dirasa perlu disusun terhadap aspek bangunan, fasilitas, dan pengelompokkan jenis kamar. Dengan menyusun pedoman atau acuan bagi standarisasi homestay, dirasa dapat secara langsung menjaga dan mengawasi perkembangan homestay kedepannya dengan mempertimbangkan aspek sosial budaya, sosial ekonomi, serta aspek lingkungan. Dengan memperhatikan aspek-aspek pariwisata berkelanjutan tersebut, peran homestay dapat diukur dan dapat diawasi secara berkala oleh pemangku kebijakan pariwisata yang ada di Ubud.

Gambar

Tabel 1.1 Tingkat Hunian Kamar Kab. Gianyar 2014-2015
Gambar 1.1 Diagram Garis dari Analisis Taksonomi
Gambar 3.1 Peta KSPN Ubud dan sekitarnya
Gambar 3.2 Salah satu toko seni di Jl. Monkey Forest, Ubud
+7

Referensi

Dokumen terkait

Coaltrade Services International Pte Ltd adalah perusahaan yang didirikan pada tahun 2000 di Negara Singapura yang berfungsi untuk memasarkan produk PT Adaro dan

Pihak Terkait menerangkan bahwa pada saat penangkapan dilakukan Polres Manggarai Barat, Pihak Terkait selaku Anggota KPU Kabupaten Manggarai Barat tidak mengetahuinya;..

Kuat medan magnet di sekitar kawat berarus sebanding dengan besarnya kuat arus litrik dan berbanding terbalik pada jarak suatu titik dengan

Pengawas Pendidikan Agama Islam PPAI adalah pegawai negeri sipil darilingkungan Kementerian Agama yang diberi tugas, tanggung jawab danwewenangpenuh terhadap pelaksanaan

pengawas PAI dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru PAI Sekolah dasar di kecamatan Berbah Sleman sedangkan peneliti membahas tetang implementasi program pengawas pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh melalui penelitian Pemanfaatan Media Video Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Peserta Didik Pada

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penolakan klaim oleh PT Allianz yang diajukan Ifranius karena PT Allianz tidak mengakui polis asuransi yang

[r]