• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identitas Nasional dan Kepribadian Negar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Identitas Nasional dan Kepribadian Negar"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Identitas Nasional dan Kepribadian Negara Indonesia.

Penulis : Fadel Muhammad

NIM : 02011181621040

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya ‘16

Sejak bangsa Indonesia mem-proklamasikan kemerdekaannya dari tahun 1945 silam, tentu banyak sekali hal-hal yang sudah dilewati bangsa kita, dimulai dari proses merebut daerah daerah kekuasaan penjajah dan mempertahankan apa yang sudah menjadi keutuhan negara Indonesia kala itu. Hal inilah yang menjadi dasar penulis untuk membuat tulisan terkait adanya suatu identitas Negara kita, Indonesia. Lalu seperti apa kepribadiannya itu serta mencakup apa saja.

Kata Identitas1 menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah, (1) ciri-ciri

atau keadaan khusus seseorang, (2) jati diri. Berdasarkan dari kedua arti tersebut identitas merupakan bentuk ciri atau jati diri dari suatu objek, dalam hal ini objek yang penulis fokuskan tertuju kepada negara Indonesia yang mana identitas ini untuk mengkaji lebih dalam ciri yang ada pada negara Indonesia.

Negara Indonesia tidak terlahir begitu saja, begitu banyak lika-liku dan perjuangan para pendahulu bangsa Indonesia dalam mengukuhkan keberadaan negara Indonesia sampai sekarang ini, menurut Oppa Jappy yang ia tuliskan dalam media online Kompasiana2

“Jati diri bangsa Indonesia tidak saja menyangkut persamaan simbolis lahiriah (misalnya, cara berpakaian), tetapi yang lebih esensial adalah keterkaitan dan komitmen terhadap nilai – nilai kultural yang sama. Jati diri bangsa Indonesia terkait kesadaran kolektif yang terbentuk melalui suatu proses sejarah yang panjang melalui kearifan para pembentuk Negara. Manifestasi jati diri bangsa Indonesia direfleksikan dalam budaya sipil, yang mencapai titik kulminasinya disaat diikrarkannya Sumpah Pemuda dan Proklamasi Kemerdekaan.”

Jadi, pengertian Identitas Nasional tersebut ialah yang melihat pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa, filsafat pancasila dan juga sebagai Ideologi Negara sehingga mempunyai kedudukan paling tinggi dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk disini adalah tatanan hukum yang berlaku di Indonesia, seperti yang kita ketahui bersama dalam Teori perjanjian; Negara timbul karena adanya perjanjian yang diadakan antara manusia yang tadinya hidup bebas merdeka, terlepas satu sama lain tanpa ikatan

1 Lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) - identitas / pranala(link) https://kbbi.web.id/identitas

(2)

kenegaraan. Perjanjian ini diadakan agar ada penguasa yang bertugas menjamin kepentingan bersama dapat terpelihara, agar manusia tidak saling memangsa Homo Homini Lupus3

Lalu dalam arti lain juga sebagai Dasar Negara yang merupakan norma peraturan yang harus dijunjung tinggi oleh semua warga Negara tanpa kecuali “rule of law”, yang mengatur mengenai hak dan kewajiban warga Negara, demokrasi serta hak asasi manusia yang berkembang semakin dinamis di Indonesia. atau juga Istilah Identitas Nasional adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain.

Berikut adalah Identitas Nasional Indonesia :

1. Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia4

2. Bendera negara yaitu Sang Merah Putih5

3. Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya6

4. Lambang Negara yaitu Pancasila

5. Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika7

6. Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 19458

7. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat9 - Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional

Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. pada saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam rapat Pemuda dan berikrar (1) bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia, (2) berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan (3) menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda.

Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun 1928 itulah Bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa nasional.

3 Istilah tersebut pertama kali dicetuskan dalam karya Plautus berjudul Asinaria (195 SM lupus est homo homini).

4 Bahasa Indonesia di atur dalam UUD 1945 pada pasal 36 5 lihat UUD 1945 Pasal 35

6 lihat UUD 1945 Pasal 36B

7 Lambang negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. UUD 1945 Pasal 36A

8 Tata urutan peraturan perundang-undangan pertama kali diatur dalam Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, yang kemudian diperbaharui dengan Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, dan terakhir diatur dengan Undang-undang No.10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, dimana dalam Pasal 7 diatur mengenai jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan

(3)

Bahasa indonesia sebagai bahasa nasional, berarti bahasa Indonesia tidak mengikat pemakainya untuk sesuai dengan kaidah dasar. Bahasa Indonesia digunakan secara nonresmi, santai dan bebas. Yang terpenting dalam l pergaulan dan perhubungan antar warga adalah makna yang disampaikan. Pemakai bahasa Indonesia dalam konteks bahasa nasional dapat dengan bebas menggunakan ujaran baik lisan, tulis, maupun lewat kinesiknya.kebebasan penggunaan ujaran itu juga ditentukan oleh konteks pembicaraan. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara, sebagai bahasa negara berarti bahasa Indonesia adalah bahasa resmi.dengan begitu bahasa Indonesia harus digunakan sesuai dengan kaidah, tertib, cermat, dan masuk akal. Bahasa Indonesia yang dipakai harus lengkap dan baku. Tingkat kebakuanya diukur oleh aturan kebahasaan dan logika pemakaia.dari dua tugas itu, posisi bahasa indonesia perlu mendapatkan perhatian khusus terutama bagi pembelajaran bahasa Indonesia sumber garda guru posisi pembelajaran bahasa Indonesia sehingga bahasa Indonesia tidak akan terpinggirkan oleh bahasa asing karena bahasa indonesia adalah bahasa persatuan.

- Bendera Merah Putih

Warna merah-putih bendera negara diambil dari warna panji atau pataka Kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa Timur pada abad ke-1310 Akan tetapi ada pendapat bahwa

pemuliaan terhadap warna merah dan putih dapat ditelusuri akar asal-mulanya dari mitologi bangsa Austronesia mengenai Bunda Bumi dan Bapak Langit; keduanya dilambangkan dengan warna merah (tanah) dan putih (langit). Karena hal inilah maka warna merah dan putih kerap muncul dalam lambang-lambang Austronesia - dari Tahiti, Indonesia, sampai Madagaskar.

Merah dan putih kemudian digunakan untuk melambangkan dualisme alam yang saling berpasangan. Catatan paling awal yang menyebut penggunaan bendera merah putih dapat ditemukan dalam Pararaton; menurut sumber ini disebutkan balatentara Jayakatwang dari Gelang-gelang mengibarkan panji berwarna merah dan putih saat menyerang Singhasari. Hal ini berarti sebelum masa Majapahit pun warna merah dan putih telah digunakan sebagai panji kerajaan, mungkin sejak masa Kerajaan Kediri. Pembuatan panji merah putih pun sudah dimungkinkan dalam teknik pewarnaan tekstil di Indonesia purba. Warna putih adalah warna alami kapuk atau kapas katun yang ditenun menjadi selembar kain, sementara zat pewarna merah alami diperoleh dari daun pohon jati, bunga belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi), atau dari kulit buah manggis.

Sebenarnya tidak hanya kerajaan Majapahit saja yang memakai bendera merah putih sebagai lambang kebesaran. Sebelum Majapahit, kerajaan Kediri telah memakai panji-panji merah putih. Selain itu, bendera perang Sisingamangaraja IX dari tanah Batak pun memakai warna merah putih sebagai warna benderanya, bergambar pedang kembar warna putih dengan dasar merah menyala dan putih. Warna merah dan putih ini adalah bendera perang Sisingamangaraja XII. Dua pedang kembar melambangkan piso gaja dompak, pusaka raja-raja Sisingamangaraja-raja I-XII.11

10 Britannica Facts about Majapahit empire: association with Indonesian flag

(4)

Menurut seorang Guru Besar sejarah dari Universitas Padjajaran Bandung, Mansyur Suryanegara semua pejuang Muslim di Nusantaramenggunakan panji-panji merah dan putih dalam melakukan perlawanan, karena berdasarkan hadits Nabi Muhammad.1213 Ketika terjadi

perang di Aceh, pejuang-pejuang Aceh telah menggunakan bendera perang berupa umbul-umbul dengan warna merah dan putih, di bagian belakang diaplikasikan gambar pedang, bulan sabit, matahari, dan bintang serta beberapa ayat suci Al Quran.14 Di zaman kerajaan

Bugis Bone, Sulawesi Selatan sebelum Arung Palakka, bendera Merah Putih, adalah simbol kekuasaan dan kebesaran kerajaan Bone. Bendera Bone itu dikenal dengan nama Woromporang.15 Panji kerajaan Badung yang berpusat di Puri Pamecutan juga mengandung

warna merah dan putih, panji mereka berwarna merah, putih, dan hitam16 yang mungkin juga

berasal dari warna Majapahit.

Pada waktu perang Jawa (1825-1830 M) Pangeran Diponegoro memakai panji-panji berwarna merah putih dalam perjuangannya melawan Belanda. Kemudian, warna-warna yang dihidupkan kembali oleh para mahasiswa dan kemudian nasionalis di awal abad 20 sebagai ekspresi nasionalisme terhadap Belanda. Bendera merah putih digunakan untuk pertama kalinya di Jawa pada tahun 1928. Di bawah pemerintahan kolonialisme, bendera itu dilarang digunakan. Bendera ini resmi dijadikan sebagai bendera nasional Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, ketika kemerdekaan diumumkan dan resmi digunakan sejak saat itu pula.17

- Lagu Indonesia Raya

Indonesia Rayaadalah lagu kebangsaan Republik Indonesia. Lagu ini pertama kali diperkenalkan oleh sang komponis, Wage Rudolf (WR) Soepratman, pada 28 Oktober 1928, ketika berlangsung Kongres Pemuda II di Batavia (nama lawas untuk Jakarta). Lagu Indonesia Raya yang diciptakan WR Soepratman punya cerita panjang sebelum akhirnya ditetapkan menjadi lagu kebangsaan pada 1958. Bahkan, lagu ini sudah digagas sang pencipta, beberapa tahun sebelum diperdengarkan pertama kali pada Kongres Pemuda II. Diam-diam, Supratman yang sehari-hari bekerja sebagai wartawan di harian Sin Po, sudah menuliskan lirik dan aransemen yang awalnya berjudul Indonees.

Hiruk pikuk keramaian menjelang Kongres Pemuda II, perlahan menyentil benak Soepratman. Soepratman ingin membawakan langsung lagu tersebut di depan kongres. Yang saat itu sudah berkumandang18

12Imam Muslim berkata: Zuhair bin Harb bercerita kepadaku, demikian juga Ishaq bin Ibrahim, Muhammad bin Mutsanna dan Ibnu Basyyar. Ishaq bercerita kepada kami. Orang-orang lain berkata: Mu’adz bin Hisyam bercerita kepada kami, ayah saya bercerita kepadaku, dari Qatadah dari Abu Qalabah, dari Abu Asma’ Ar-Rahabiy, dari Tsauban, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Sesungguhnya Allah memperlihatkan kepadaku bumi, timur dan baratnya, dan Allah melimpahkan dua perbendaharaan kepadaku, yaitu merah dan putih. (Kitab Al-Fitan Jilid X, halaman 340 dari Hamisy Qastalani)

13 Benarkah Merah Putih Adalah Bendera Muhammad SAW? di Republika.co.id 14 http://suryantara.wordpress.com/2007/10/30/sejarah-bendera-merah-putih/

15 Makna Saudagar bagi Saudagar yang tak Hadir :: Azhariah Rachman :: Panyingkul,Senin, 13-11-2006, http://www.panyingkul.com/view.php?id=249&jenis=kabarkita

16 ian macdonald. "Flags in Bali".

(5)

“Dalam waktu singkat, lagu itu sudah menjadi lagu kesayangan segenap pandu Indonesia di Jakarta,” 19

Lagu ini menandakan kelahiran pergerakan nasionalisme seluruh nusantara di Indonesia yang mendukung ide satu “Indonesia” sebagai penerus Hindia Belanda, daripada dipecah menjadi beberapa koloni. Saat mempublikasikan Indonesia Raya tahun 1928, WR Soepratman dengan jelas menuliskan “lagu kebangsaan” di bawah judul Indonesia Raya. Teks lagu Indonesia Raya dipublikasikan secara luas pertama kali oleh suratkabar Sin Po pada edisi bulan November 1928, sedangkan rekaman pertamanya dimiliki oleh seorang pengusaha bernama Yo Kim Tjan. Yo merupakan orang pertama yang merekam lagu tersebut pada 1927.

Menurut cerita Kartika Kertayasa, anak Yo Kim Tjan kepada Udaya Halim (pendiri Museum Benteng Heritage), Supratman meminta kepada Yo untuk merekam lagu Indonesia Raya dalam versi keroncong dan versi yang dinyanyikan solo dengan iringan biola.

Alasan Wage Rudolf Supratman meminta dibuatkan lagu instrumental keroncong, agar orang Indonesia hafal nada lagunya, bila kelak lagu tersebut berhasil jadi lagu Kebangsaan.20

- Pancasila

Lambang negara Indonesia adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Lambang negara Indonesia berbentuk burung Garuda yang kepalanya menoleh ke sebelah kanan (dari sudut pandang Garuda), perisai berbentuk menyerupai jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap satu” ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda. Lambang ini dirancang oleh Sultan Hamid II dari Pontianak, yang kemudian disempurnakan oleh Presiden Soekarno, dan diresmikan pemakaiannya sebagai lambang negara pertama kali pada Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat tanggal 11 Februari 1950.

Lambang negara Garuda Pancasila diatur penggunaannya dalam Peraturan Pemerintah No. 43/1958. 21

Berkaca dari sejarah dan asal mulanya, Burung Garuda adalah kendaraan (wahana) Dewa Wishnu yang dapat dilihat kehadirannya di berbagai candi-candi kuno di Indonesia, seperti Prambanan, Mendut, Sojiwan, Penataran,Belahan, Sukuh dan Cetho serta terdapat pula dalam bentuk relief atau arca.

Di Prambanan terdapat sebuah candi di muka candi Wishnu yang dipersembahkan untuk Garuda, akan tetapi tidak ditemukan arca Garuda di dalamnya. Di candi Siwa Prambanan terdapat relief episode Ramayana yang menggambarkan keponakan Garuda yang juga bangsa dewa burung, Jatayu, mencoba menyelamatkan Sintadari cengkeraman Rahwana. Arca anumerta Airlangga yang digambarkan sebagai Wishnu tengah mengendarai Garuda

19 tulis Sularto di halaman 15 buku cetakan tahun 1982

(6)

dari Candi Belahan mungkin adalah arca Garuda Jawa Kuno paling terkenal, kini arca ini disimpan di Museum Trowulan.

Garuda muncul dalam berbagai kisah, terutama di Jawa dan Bali. Dalam banyak kisah Garuda melambangkan kebajikan, pengetahuan, kekuatan, keberanian, kesetiaan, dan disiplin. Sebagai kendaraan Wishnu, Garuda juga memiliki sifat Wishnu sebagai pemelihara dan penjaga tatanan alam semesta. Dalam tradisi Bali, Garuda dimuliakan sebagai "Tuan segala makhluk yang dapat terbang" dan "Raja agung para burung". Di Bali ia biasanya digambarkan sebagai makhluk yang memiliki kepala, paruh, sayap, dan cakar elang, tetapi memiliki tubuh dan lengan manusia. Biasanya digambarkan dalam ukiran yang halus dan rumit dengan warna cerah keemasan, digambarkan dalam posisi sebagai kendaraan Wishnu, atau dalam adegan pertempuran melawan Naga. Posisi mulia Garuda dalam tradisi Indonesia sejak zaman kuno telah menjadikan Garuda sebagai simbol nasional Indonesia, sebagai perwujudan ideologi Pancasila. Garuda juga dipilih sebagai nama maskapai penerbangan nasional Indonesia Garuda Indonesia. Selain Indonesia, Thailand juga menggunakan Garuda sebagai lambang negara.

Setelah Perang Kemerdekaan Indonesia 1945–1949, disusul pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda melalui Konferensi Meja Bundar pada tahun 1949, dirasakan perlunya Indonesia (saat itu Republik Indonesia Serikat) memiliki lambang negara. Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknis Muhammad Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantoro, M A Pellaupessy, Moh Natsir, dan RM Ng Poerbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah

Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku "Bung Hatta Menjawab" untuk melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M Yamin. Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR adalah rancangan Sultan Hamid II. Karya M. Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari yang menampakkan pengaruh Jepang.

Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II), Presiden RIS Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk keperluan penyempurnaan rancangan itu. Mereka bertiga sepakat mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan menambahkan semboyan "Bhineka Tunggal Ika".Tanggal 8 Februari 1950, rancangan lambang negara yang dibuat Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan lambang negara tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan kembali, karena adanya keberatan terhadap gambar burung Garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap terlalu bersifat mitologis.22

(7)

Garuda Pancasila. Disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai perdana menteri. AG Pringgodigdo dalam bukunya “Sekitar Pancasila” terbitan Dep Hankam, Pusat Sejarah ABRI menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS pada tanggal 11 Februari 1950.23 Ketika itu gambar

bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih "gundul" dan tidak berjambul seperti bentuk sekarang ini. Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes Jakarta pada 15 Februari 1950.

Soekarno terus memperbaiki bentuk Garuda Pancasila. Pada tanggal 20 Maret 1950 Soekarno memerintahkan pelukis istana, Dullah, melukis kembali rancangan tersebut; setelah sebelumnya diperbaiki antara lain penambahan "jambul" pada kepala Garuda Pancasila, serta mengubah posisi cakar kaki yang mencengkram pita dari semula di belakang pita menjadi di depan pita, atas masukan Presiden Soekarno.

Dipercaya bahwa alasan Soekarno menambahkan jambul karena kepala Garuda gundul dianggap terlalu mirip dengan Bald Eagle, Lambang Amerika Serikat. Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara. Rancangan Garuda Pancasila terakhir ini dibuatkan patung besar dari bahan perunggu berlapis emas yang disimpan dalam Ruang Kemerdekaan Monumen Nasional sebagai acuan, ditetapkan sebagai lambang negara Republik Indonesia, dan desainnya tidak berubah hingga kini.

Berikut perubahan dari zaman ke zaman bentuk lambang Burung Garuda : 24

Gambar 1 : Arca Raja Airlangga digambarkan sebagai Wishnu mengendarai Garuda

Gambar 2 : Lambang negara saat masa Hindia Belandapada 1800–1949

Gambar 3 : Rancangan awal Garuda Pancasila oleh Sultan Hamid II masih menampilkan bentuk tradisional Garuda yang bertubuh manusia

Gambar 4 : Garuda Pancasila yang diresmikan penggunaannya pada 11 Februari 1950, masih tanpa jambul dan posisi cakar di belakang pita

Gambar 5 : Lambang negara Republik Indonesia Serikat (1949–1950)

(8)

Gambar 6 : Lambang negara Indonesia (1950-sekarang)

Lalu disamping hal itu juga, tentu ada deskripsi dan arti filosofis tersembunyi yang dimiliki oleh lambang negara Indonesia yaitu burung garuda tersebut, apa sajakah artinya? Berikut penulis rangkum dari berbagai referensi :

1. Garuda

 Garuda Pancasila adalah burung Garuda yang sudah dikenal melalui mitologi kuno dalam sejarah bangsa Indonesia, yaitu kendaraan Wishnu yang menyerupai burung elang rajawali. Garuda digunakan sebagai Lambang Negara untuk menggambarkan bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar dan negara yang kuat.

 Warna keemasan pada burung Garuda melambangkan keagungan dan kejayaan.

 Garuda memiliki paruh, sayap, ekor, dan cakar yang melambangkan kekuatan dan tenaga pembangunan.

 Jumlah bulu Garuda Pancasila melambangkan hari proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, antara lain:

 17 helai bulu pada masing-masing sayap

 8 helai bulu pada ekor

 19 helai bulu di bawah perisai atau pada pangkal ekor

 45 helai bulu di leher

2. Perisai

 Perisai adalah tameng yang telah lama dikenal dalam kebudayaan dan peradaban Indonesia sebagai bagian senjata yang melambangkan perjuangan, pertahanan, dan perlindungan diri untuk mencapai tujuan.

 Di tengah-tengah perisai terdapat sebuah garis hitam tebal yang melukiskan garis khatulistiwa yang menggambarkan lokasi Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu negara tropis yang dilintasi garis khatulistiwa membentang dari timur ke barat.

(9)

 Pada perisai terdapat lima buah ruang yang mewujudkan dasar negara Pancasila. Pengaturan lambang pada ruang perisai adalah sebagai berikut:25

1. Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa dilambangkan dengan cahaya di bagian tengah perisai berbentuk bintang yang bersudut lima berlatar hitam;26

2. Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dilambangkan dengan tali rantai bermata bulatan dan persegi di bagian kiri bawah perisai berlatar merah;27

3. Sila Ketiga: Persatuan Indonesia dilambangkan dengan pohon beringin di bagian kiri atas perisai berlatar putih;28

4. Sila Keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan dilambangkan dengan kepala bantengdi bagian kanan atas perisai berlatar merah29; dan

5. Sila Kelima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia dilambangkan dengan kapas dan padi di bagian kanan bawah perisai berlatar putih.

3. Pita bertuliskan semboyan Bhinneka Tunggal Ika

 Kedua cakar Garuda Pancasila mencengkeram sehelai pita putih bertuliskan "Bhinneka Tunggal Ika" berwarna hitam.

 Semboyan Bhinneka Tunggal Ika adalah kutipan dari Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular. Kata "bhinneka" berarti beraneka ragam atau berbeda-beda, kata "tunggal" berarti satu, kata "ika" berarti itu. Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya tetap adalah satu kesatuan, bahwa di antara pusparagam bangsa Indonesia adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.

25 Setiap gambar emblem yang terdapat pada perisai berhubungan dengan simbol dari sila Pancasila yang diprakarsai oleh Presiden Sukarno.

26 Pada masa orde baru, lambang ini juga digunakan oleh salah satu dari tiga partai pemerintah, yaitu Partai Persatuan Pembangunan / PPP.

27 Mata rantai bulat yang berjumlah 9 melambangkan unsur perempuan, mata rantai persegi yang berjumlah 8 melambangkan unsur laki-laki. Ketujuh belas mata rantai itu sambung menyambung tidak terputus yang melambangkan unsur generasi penerus yang turun temurun.

28 Pada masa orde baru, lambang ini juga digunakan oleh salah satu dari tiga partai pemerintah, yaitu Partai Golongan Karya / Golkar.

(10)

- UUD 1945

Undang-undang Dasar 1945 merupakan konstitusi bagi Negara Indonesia. Sebagai dasar hukum, UUD 1945 memegang peranan dalam mewujudkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila.

Pancasila merupakan hukum diatas segala hukum (staats fundamental norm). Artinya UUD 1945 sebagai dasar hukum, dalam pembuatannya tidak boleh beretentangan dan harus mematuhi nilai-nilai yang terdapat pada Pancasila, sebab UUD 1945 adalah hukum yang setingkat di bawah Pancasila (walaupun tidak tertera secara langsung dalam UU). Maka dari itu, dikenal lah sebuah asas yang berbunyi lex superior derogat legi inferior, artinya, hukum yang lebih tinggi menjadi acuan hukum yang lebih rendah.

UUD 1945 dalam proses pelaksanaannya tidak bersifat sattis/absolut. UUD 1945 dapat diamandemen sesuai dengan keadaan dan kebutuhan negara. Bahkan soal perubahan UUD ini sudah tertuang sendiri pada batang tubuh UUD 1945 Pasal 37. Dalam perubahannya ini juga UUD 1945 harus tetap mematuhi asas lex superior derogat legi inferior30. Sampai saat tulisan ini ditulis, UUD 1945 sudah mengalami 4 kali amandemen.

Setiap warga negara Indonesia beserta pemerintah wajib mematuhi apa yang sudah tertulis dalam UUD 1945. Sebab dengan cara ini, tujuan negara dalam menyelenggarakan kepentingan umum tanpa menyingkirkan kepentingan pribadi dapat terlaksana dengan baik dan bijaksana.

- Negara Kesatuan Republik Indonesia

“Negara Indonesia ialah Negara kesatuan, yang berbentuk Republik” pasal 1 ayat (1)

Ayat ini mengandung beberapa pengertian. Pertama, ketentuan pasal 1 ayat (1) ini adalah ketentuan pembukaan dan berasal dari rumusan asli pada tahun 1945. Artinya, alam pikiran yang hidup dalam sidang- sidang BPUPKI pada 1945 masih terus menjiwai pemikiran dan pandangan yang hidup dalam masyarakat Indonesia di masa reformasi sebagaimana tercermin dalam persidangan di Badan Pekerja MPR yang mempersiapkan Perubahan Ketiga UUD 1945 pada tahun 2000. Hal ini menegaskan bahwa ketentuan yang terkandung dalam pasal pembukaan ini sangatlah prinsipil dan mendasar bagi kehidupan kebangsaan dan kenegaraan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Kedua, negara Indonesia itu didefinisakan sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI, tidak semata-mata bersifat teknis dalam rangka pengaturan mengenai struktur-struktur atau bentuk dan/ atau susunan organisasi dan bentuk pemerintahan, tetapi lebih mendasar lagi menyangkut definisi eksistensial bahwa keberdaan negara indonesia itu ialah dalam wujudnya sebagai NKRI. Oleh karena itu, NKRI difahami oleh Bangsa Indonesia sebagai salah satu pilar yang juga mengandumg unsur yang bersifat ideologis.

(11)

Ketiga, Pengertian tentang bentuk negara dalam ayat (1) ini mengacu pada pengertian apakah Republik atau Monarki, dan UUD 1945 telah menegaskan pilihannya, yaitu Republik, bukan Monarki. Dengan demikian pilihan Republik itu dikaitkan dengan pengertian bentuk negara (staatsvorm), bukan dengan bentuk pemerintahan (regeringsvorm) sebagaimana dipahami dalam teori ilmu hukum. Oleh karena itu istilah bentuk negara tidak lagi dikaitkan dengan bentuk negara kesatuan, Unitary State atau Bondsstaat.

Sebagai gantinya istilah yang paling tepat untuk dipakai guna menyebut tentang negara kesatuan (Unitary State, Bondsstaat) itu adalah susunan atau sususnan organisasi negara, bukan bentuk negara seperti yang biasa digunakan dalam berbagai buku atau tulisan mengenai hukum dan politik.

2. Kedaulatan Rakyat

“Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar” pasal 1 ayat (2)

Pasal 1 ayat 2 merupakan penjabaran langsung paham kedaulatan rakyat yang secara tegas dinyatakan pada Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, alenia IV. Dalam proses perubahan UUD 1945 terjadi pergulatan pemikiran tentang gagasan kedaulatan rakyat. Pergulatan pemikiran tersebut berujung dengan diubahnya ketentuan Pasal 1 ayat (2) UUD 1945. Awalnya, Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 berbunyi

“Kedaulatan adalah ditangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat”.Kemudian diubah pada saat perubahan ketiga UUD 1945 sehingga rumusannya menjadi “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”.

MPR yang pada mulanya dipahami sebagai pemegang mandat sepenuhnya dari rakyat atau pemegang kedaulatan rakyat yang tertinggi, bergeser ke arah pemahaman bahwa MPR tidak lagi sebagai pemegang mandat tunggal yang tertinggi, melainkan mandat itu dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang Dasar. Dengan demikian, mandat rakyat dijalankan oleh cabang-cabang kekuasaan negara berdasarkan UUD, termasuk oleh MPR sebagai salah satu lembaga penyelenggara kekuasaan negara. Alasan perubahan ini menurut Jimly Asshiddiqie dikarenakan rumusan Pasal 1 Ayat (2) sebelum perubahan memuat ketentuan yang tidak jelas, dengan adanya ungkapan

“…dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat”

maka ada yang menafsirkan bahwa hanya MPR sajalah yang melakukan kedaulatan rakyat sehingga DPR yang merupakan wakil rakyat dipandang tidak melaksanakan kedaulatan rakyat.

(12)

fungsinya ditentukan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 itu serta bagian mana yang langsung dilaksanakan oleh rakyat. Dengan kata lain, pelaksanaan kedaulatan rakyat tidak di serahkan kepada badan/ lembaga manapun, tetapi langsung dilaksanakan oleh rakyat itu sendiri melalui pemilu. Sebagaimana dikemukakan Soewoto Mulyosudarmo, perubahan Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 merupakan perubahan menuju sebuah kondisi yang mencerminkan keadaan yang sebenarnya tentang pengaturan kekuasaan tertinggi. Di mana pemilik kekuasaan tertinggi dalam negara adalah rakyat yang pelaksanaannya sesuai dengan Undang-Undang Dasar.3132

Dalam implementasinya pelaksanaan pemilihan langsung sebagai bentuk penggunaan kedaulatan rakyat bisa juga diberikan oleh Undang yang bersumber pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 seperti yang telah berlaku untuk pemilihan anggota legeslatif dan eksekutif. Jadi, penggunaan hak memilih secara langsung bukan hanya ditentukan secara ekspilisit di dalam Undang-Undang Dasar, tetapi juga dapat dimuat di dalam Undang yang bersumber dari konsep dasar yang dianut Undang-Undang Dasar kita.

Perubahan gagasan kedaulatan dalam UUD 1945 sekaligus juga diiringi dengan perubahan terhadap cara rakyat memberikan mandat terhadap penyelenggara kekuasaan negara. Salah satu contoh yang dapat dikemukan bahwa Presiden sebagai penyelenggara salah satu cabang kekuasaan negara pada awalnya dipilih oleh MPR. Sedangkan berdasarkan UUD 1945 yang telah diamandemen, Presiden dipilih langsung oleh rakyat, tidak lagi oleh MPR. Begitu juga mandat yang diberikan rakyat kepada penyelenggara kekuasaaan negara lainnya, seperti Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Semua anggota DPR dan DPD dipilih melalui pemilihan umum. Tidak seorangpun anggota DPR dan DPD yang ditunjuk sebagaimana pernah terjadi pada masa-masa sebelum reformasi, di mana anggota DPR, DPRD I dan DPRD II yang berasal dari ABRI tidak dipilih oleh rakyat melalui mekanisme pemilihan umum.

Ketentuan itu mengubah sistem ketatanegaraan Indonesia dari supremasi MPR kepada sisitem kedaulatan rakyat yang diatur melalui Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang- Undang Dasar itulah yang menjadi dasar dan rujukan utama dalam menjalankan kedaulatan rakyat. Aturan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 itulah yang mengatur dan membagi pelaksanaan kedaulatan rakyat kepada rakyat itu sendiri dan atau kepada berbagai lembaga Negara.

Sebagai wujud dari ide kedaulatan rakyat, dalam sistem demokrasi harus dijamin bahwa rakyat terlibat penuh dalam merencanakan, mengatur, melaksanakan, dan melakukan pengawasan serta menilai pelaksanaan fungsi-fungsi kekuasaan. Pelaksanaan keterlibatan penuh rakyat tersebut haruslah diorganisasikan menurut Undang-Undang Dasar sesuai dengan dengan ketentuan UUD 1945, tidak lagi diorganisasikan melalui institusi kenegaraan

31 Soewoto Mulyosudarmo, Pembaharuan Ketatanegaraan Melalui Perubahan Konstitusi, Asosiasi Pengajar HTN dan HAN dan In-TRANS, Malang, 2004, hal. 3

(13)

Majelis Permusyawaratan Rakyat layaknya ketentuan UUD 1945 sebelum perubahan. Perbedaan yang terjadi setelah perubahan itu sangat jelas dan prinsipil.33

- Pertama, kedaulatan yang berada di tangan rakyat itu sekarang tidak lagi dilembagakan hanya pada satu subjek (ordening subject), MPR sebagai penjelmaan tunggal lembaga negara. Dalam rumusan yang baru, semua lembaga negara baik secara langsung ataupun tidak langsung juga dianggap sebagai penjelman dan dibentuk dalam rangka pelaksanaan kedaulatan rakyat.

- Kedua, pengharusan pelaksanaan tugas menurut ketentuan undang-undang dasar tidak hanya satu lembaga saja, yakni MPR, melainkan semua lembaga negara diharuskan bekerja menurut ketentuan undang-undang dasar. Dalam rumusan yang baru, subjek pemegang kedaulatan rakyat tidak lagi terkait hanya dengan satu subjek, maka berarti, semua lembaga negara atau jabatan publik baik secara langsung atau tidak langsung juga dianggap sebagai penjelmaan dan dibentuk dalam rangka pelaksanaan kedaulatan rakyat. Secara langsung penjelmaan dan pelaksanaan kedaulatan rakyat itu adalah melalui pemilihan umum langsung untuk menetukan pemegang jabatan publik pada suatu lembaga negara sedangkan secara tidak langsung adalah dengan perantara wakil rakyat dalam hal ini Dewan Perwakilan Rakyat.

Oleh karena semua lembaga negara atau jabatan publik pada hakikatnya adalah jabatan yang memperoleh legitimasi dari rakyat yang berdaulat, maka bukan saja tugas dan wewenang jabatan itu harus diselenggarakan menurut undang-undang dasar, tetapi juga harus dipertanggungjawabkan kepada rakyat melalui prinsip akuntabilitas, transparansi, dan cara kerja yang partisipatoris. Setiap warga negara harus mendapatkan akses yang seluas-luasnya terhadap kinerja lembaga-lembaga negara, dan secara berkala lembaga-lembaga negara yang bersangkutan diharuskan menyampaikan laporan terbuka kepada masyarakat, dan yang tidak kalah pentinganya adalah kebebasan pers untuk mendapatkan informasi dan memberikan informasi itu kepada masyarakat luas.34

Unsur- unsur identitas nasional Indonesia tersebut juga bukan hanya itu, tetapi dapat merujuk pada suatu bangsa yang majemuk. Kemajemukan tersebut merupakan gabungan dari unsur unsur pembentuk identitas nasional yang meliputi , ialah :

Suku Bangsa adalah salah satu dari unsur dalam pembentuk identitas nasional. Suku tersebut merupakan Golongan sosial yang khusus yang memiliki sifat askriptif (ada sejak lahir), yang mana sama halnya dengan golongan umur & jenis kelamin. Indonesia khususnya, Memiliki banyak sekali suku bangsa / kelompok etnis dengan ± 300 dialek bahasa.

Agama.

Bangsa Indonesia dikenal dengan masyarakat yang agamis (didasarkan pada nilai agama). Agama-agama yang tumbuh serta berkembang di Indonesia adalah agama islam, katholik, kristen, hindu, budha serta kong hu cu.

Kebudayaan.

(14)

Pengetahuan manusia ialah sebagai makhluk sosial yang isinya ialah perangkat-perangkat atauapun model-model pengetahuan yang dengan secara kolektif digunakan oleh pendukung-pendukung untuk menerjemahkan atau menafsirkan serta memahami lingkungan yang dihadapi dan juga digunakan ialah sebagai rujukan maupun pedoman untuk dapat bertindak (dalam bentuk kelakukan serta benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.

Bahasa.

Bahasa adalah sebagai sistem perlambang yang dengan secara arbiter dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia serta digunakan sebagai sarana untuk dapat berinteraksi antarmanusia.

Di Indonesia terdapat banyak sekali bahasa namun Bahasa Indonesia merupakan bahasa pemersatu bangsa , Untuk lebih lanjut anda dapat membaca Pengertian Bahasa

Dari 4 unsur identitas nasional di atas, dapat kita dirumuskan pembagiannya menjadi 3 bagian antara lain :

Identitas Fundamental, pancasila ialah sebagai falsafat bangsa, dasar negara serta ideologi negara.

Identitas Instrumental, adalah isi UUD 1945 serta tata perundang-undangannya. Dalam Identitas instrumental ini, bahasa yang digunakan ialah bahasa Indonesia, bendera negara Indonesia adalah merah putih, lambang negara Indonesia adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika., lagu kebangsaan Indonesia yakni Indonesia Raya.

Identitas Alamiah, meliputi negara kepulauan serta pluralisme didalam suku, budaya, bahasa serta agama dan juga kepercayaan

Diatas merupakan jati diri yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, yang tentu dari kesekian banyak identitas tersebut tidak dimiliki oleh bangsa lain dikarenakan inilah ciri-ciri yang melekat di bangsa Indonesia sendiri, tak heran mengapa dari puluhan ribu pulau yang ada di Indonesia, dari sabang sampai merauke yang memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika, walaupun berbeda beda tetapi tetap satu jua, Indonesia menjadi suatu negara yang kuat dan memiliki toleransi dalam keberagaman setiap suku bangsa. Hal itu semua sudah terikat dengan adanya UUD 1945 sebagai konstitusi yang mengatur bahasa nasional, lagu kebangsaan, lambang negara dan lain sebagainya, yang membuat Negara kita Indonesia semakin teguh dan jauh dari kata perpecahan.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Heri Herdiawanto dan Jumanta Hamdayama, 2010. Judul : Cerdas, Kritis, Dan Aktif Berwarganegara (Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi). Penerbit ERLANGGA : Jakarta

C.S.T Kansil, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Jakarta, Paradya Paramita, 1999).

Erwin. Muhammad, Pendidikan kewarganegaraan Republik Indonesia (Bandung: Refika Aditama, 2010).

H.A.R. Tilaar, Mengindonesia Etnisitas Dan Identitas Bangsa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 2007).

Kaelan dan A. Zubaidi, Pendidikan Kewarganegaraan (Yogyakarta: Paradigma, 2010).

Yudohusodo. Siswono, Semangat Baru Nasionalisme Indonesia (Jakarta: Yayasan Pembangunan Bangsa, 1996).

https://id.wikipedia.org/

Muhamad Erwin, Pendidikan kewarganegaraan Republik Indonesia (Bandung: Refika Aditama, 2010), 41-42.

Kaelan dan A. Zubaidi, Pendidikan Kewarganegaraan ( Yogyakarta: Paradigma, 2010), 43-49.

Muhamad Erwin, Pendidikan…, 43.

H.A.R. Tilaar, Mengindonesia Etnisitas Dan Identitas Bangsa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), 161.

Siswono Yudohusodo, Semangat Baru Nasionalisme Indonesia (Jakarta: Yayasan Pembangunan Bangsa, 1996), 13-14.

C.S.T. Kansil, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Jakarta, Paradya Paramita, 1999), 73-75.

https://www.kompasiana.com/opajappy/ciri-ciri-identitas-dan-integrasi-nasional_5528ea56f17e619e1d8b4575

https://materikuliahdinna.wordpress.com/2016/01/01/identitas-bangsa-indonesia/

(16)

https://www.academia.edu/14731582/Bentuk_dan_Kedaulatan_Negara_Sesuai_UUD_1945

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt51375eaee3c7d/asas-lex-specialis-vs.-lex-superior

http://evadedare.blogspot.co.id/2016/04/bentu-dan-kedaulatan-negara-indonesia.html

Soewoto Mulyosudarmo, Pembaharuan Ketatanegaraan Melalui Perubahan Konstitusi, Asosiasi Pengajar HTN dan HAN dan In-TRANS,(Malang, 2004),

Jimly asshidiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi, (PT Bhuana

Gambar

Gambar 5 : Lambang negara Republik Indonesia Serikat (1949–1950)

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai t indak lanjut at as kesalahan ini, Pokja ULP akan m elakukan pem bat alan at as penet apan pem enang dan m elakukan pelelangan ulang paket pekerjaan

[r]

Dengan ini diberitahukan bahwa setelah diadakan penelitian oleh Kelompok Kerja Konstruksi IV (empat) ULP Kabupaten Lampung Tengah menurut ketentuan – ketentuan yang berlaku,

Kontrak Pekerjaan Yang Sedang Dilaksanakan (jika ada) Demikian disampaikan atas perhatiannya diucapkan terima

Seluruh asli dokumen penawaran Saudara yang telah diunggah melalui LPSE

Apabila dalam waktu tersebut perusahaan Saudara tidak hadir dalam pembuktian kualifikasi dengan alasan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, maka perusahaan

Make sure that the products or services that you will be offering are desired, do not just decide to open up a store with out doing any market research is like playing craps,

If poker is your game it is a little different, most games depend on luck and all you really need to know if the basics, but poker is totally different because you are playing