• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBAIKAN KONDISI KERJA BERBASIS KEARIFA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERBAIKAN KONDISI KERJA BERBASIS KEARIFA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PERBAIKAN KONDISI KERJA BERBASIS KEARIFAN LOKAL YANG RELEVAN DENGAN KONSEP ERGONOMI

UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KESEHATAN DAN PRODUKTIVITAS PEMATUNG

DI DESA PELIATAN UBUD GIANYAR

I Made Sutajaya & Ni Putu Ristiati

Jurusan Pendidikan Biologi, FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha

Abstrak

Tujuan utama penelitian, mengetahui pengaruh penerapan ergonomik berbasis kearifan lokal terhadap kualitas kesehatan dan produktivitas pekerja. Penelitian ini dilakukan di Desa Peliatan Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar yang melibatkan 30 orang pekerja. Hasil yang diperoleh adalah: (1) 82% stasiun kerjanya belum mengacu kepada konsep asta kosala-kosali yang sepadan dengan konsep antropometri; (2) kearifan lokal yang relevan dengan prinsip ergonomi adalah konsep menyama-braya

(2)

kualitas kesehatan pekerja ternyata sangat dipengaruhi oleh kondisi kerjanya, karena terbukti terjadi peningkatan beban kerja, kelelahan, dan keluhan muskuloskeletal antara sebelum dan sesudah kerja secara bermakna (p < 0,05). Untuk itu disarankan agar konsep kearifan lokal yang secara alami sudah teruji hendaknya dikembangkan kembali dan diterapkan dalam mengatasi kondisi kerja yang tidak ergonomik.

Kata-kata kunci : antropometri, kearifan lokal, ergonomi, dan stasiun kerja

Abstract Pendahuluan

Di dalam mendesain stasiun dan proses kerja, sampai saat ini belum mengacu kepada data antropometri pekerja yang ada di areal tempat mereka beraktivitas. Umumnya yang digunakan sebagai acuan adalah data sekunder yang ada pada litetatur atau sumber bacaan yang relevan yang umumnya masih menggunakan ukuran orang barat. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan eksplorasi data dasar yang akan digunakan sebagai acuan di dalam membuat desain stasiun kerja yang ergonomis. Di samping itu melalui pendekatan sistemik, holistik, interdisipliner dan partisipatori (SHIP) akan terwujud desain stasiun dan proses kerja yang secara teknis sesuai dengan pekerjanya dan secara fisiologis tidak menimbulkan keluhan muskuloskeletal, tidak mengakibatkan beban kerja yang terlalu berat dan dapat memperlambat munculnya kelelahan (Manuaba, 2006 a; Azadeh, et al, 2007; Ercan, et al, 2006).

(3)

sama dengan konsep antropometri. Di samping itu konsep yang tertuang pada Tri Hita Karana, konsep pemali, dan Ayurveda Ilmu Kedokteran Hindu juga digunakan sebagai acuan di dalam memperbaiki stasiun dan proses kerja di industri kecil yang dikaitkan dengan parameter kualitas kesehatan dan produktivitas. Ini merupakan kearifan lokal yang dapat diterapkan di masyarakat dengan mengacu kepada prinsip-prinsip ergonomi. Penerapan ergonomi yang mengupayakan agar pekerja selalu dalam kondisi sehat, aman, dan nyaman dalam proses kerja merupakan suatu yang penting untuk dilaksanakan dan sesegera mungkin harus diimplementasikan (Manuaba, 2006 b; Azadeh, et al, 2007; Ercan, et al, 2006). Jika hal ini diabaikan, maka kualitas kesehatan pekerja diyakini akan terganggu bahkan bisa menimbulkan deformitas pada organ tubuhnya dan pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja. Salah satu cara yang bisa ditempuh agar para pekerja yang berkecimpung di dalam kegiatan yang ada di industri kecil tetap dalam kondisi yang sehat, aman, nyaman, efektif dan efisien serta produktivitasnya tinggi maka diperlukan kaidah-kaidah ergonomi yang berbasis kearifan lokal di dalam melakukan kegiatan atau aktivitas di tempat kerja. Sebab seandainya hal ini tidak dilakukan maka akan menimbulkan berbagai macam gangguan, kelainan dan penyakit yang terkait dengan sistem otot dan rangka, misalnya; (1) terganggunya mekanika tubuh manusia secara umum, (2) bisa terjadi luka atau cedera pada persendian, (3) epimisium dan perimisium otot bisa sobek, (4) rasa sakit pada vertebrae (tulang belakang) dan (5) terjadi deformitas atau degenerasi pada diskus intervertebralis (cakram atau piringan pada persendian tulang belakang)(Grandjean, 2007). Dengan demikian kualitas kesehatan pekerja akan terancam yang pada akhirnya produktivitas kerja akan menurun.

(4)

Metode

Penelitian deskriptif-eksploratif ini dirancang berdasarkan pendekatan sistemik, holistik, interdisipliner dan partisipatori (SHIP). Khusus mengenai kualitas kesehatan dan produktivitas pekerja sebelum dan sesudah penerapan ergonomi berbasis kearifan lokal dilakukan penelitian eksperimental dengan rancangan pre and post test group design (treatment by subjects design).

Populasi adalah pekerja di industri kecil yang ada di Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar berjumlah 567 orang. Melalui pemilihan sampel secara multistage random sampling, terpilih 30 orang pekerja yang tergabung dalam satu kelompok kerja. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji t paired pada taraf signifikansi 5%

Hasil Dan Pembahasan

Kearifan lokal yang relevan dengan konsep ergonomi adalah: (a) pemanfaatan ukuran tubuh pekerja dalam mendesain alat kerja yang mengacu kepada konsep asta kosala-kosali sangat relevan dengan konsep antropometri; (b) penentuan jarak antar tempat kerja yang menggunakan konsep asta bumi sangat relevan dengan konsep geometri dalam ergonomi; (c) konsep pamali dalam bekerja di siang hari (tengai tepet/ rikala tajeg Sang Hyang Surya) dan bekerja sandikala (menjelang malam) serta bekerja malam hari sangat relevan dengan konsep istirahat panjang, istirahat pendek, dan kerja lembur; (d) konsep sarin pegae sangat relevan dengan konsep bonus kerja dalam ergonomi; (e) penempatan pelangkiran di setiap tempat kerja relevan dengan konsep spirit kerja dalam ergonomi; (f) rasa jengah dalam berkarya relevan dengan konsep motivasi kerja dalam ergonomi; (g) konsep sagilik-saguluk, salunglung-sabaya-antaka dan menyama-braya amat relevan dengan konsep kerjasama tim yang kondusif dalam ergonomi; (h) upacara tumpek landep amat relevan dengan upaya maintenance peralatan kerja dalam ergonomi.

(5)

Tabel 1

Hasil Analisis Data Kualitas Kesehatan Pematung No Variabel Sebelum kerja Sesudah kerja Nilai

(6)

Beban Kerja Pematung

Perbaikan kondisi kerja yang dilakukan di industri kerajinan patung di Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar sangat diperlukan sebagai upaya untuk mengurangi beban kerja perajin, karena ternyata setelah bekerja pematung mengalami peningkatan beban kerja sebesar 37,5% (p < 0,05). Persentase peningkatan beban kerja yang relatif besar tersebut mengindikasikan bahwa penerapan istirahat aktif dan perbaikan sikap kerja sangat perlu untuk diimplementasikan sebagai upaya untuk menurunkan beban kerja secara bermakna. Pernyataan ini didukung oleh peneliti lain yaitu: (a) Arimbawa (2009) melaporkan bahwa redesain peralatan kerja secara ergonomis dapat mengurangi beban kerja para pembuat minyak kelapa di Kecamatan Dawan Klungkung sebesar 14,69%; (b) Erawan (2002) melaporkan bahwa perbaikan rancang bangun traktor tangan dapat mengurangi beban kerja pekerja sebesar 35,04%; (c) Hilda (2000) melaporkan bahwa perbaikan sikap kerja saat mengangkat dan mengangkut kotak kemas dapat mengurangi beban kerja sebesar 18,02%; (d) Artayasa (2006) melaporkan bahwa pendekatan ergonomi total pada proses angkat angkut kelapa dapat mengurangi beban kerja sebesar 10,61%; dan (e) Purnomo (2007) melaporkan bahwa sistem kerja dengan pendekatan ergonomi total dapat mengurangi beban kerja pekerja di industri gerabah Kasongan Bantul sebesar 21,69%

Keluhan Muskuloskeletal Pematung

(7)

(b) Yassierli dan Sutalaksana (2000) menyatakan bahwa dalam bekerja manusia akan memposisikan dirinya mengikuti rancangan sistem yang ada dan hal ini sering menimbulkan posisi dan sikap kerja yang tidak alamiah yang pada akhirnya akan menimbulkan gangguan atau rasa sakit pada tulang belakang, leher, bahu, lengan, pergelangan tangan, tangan, paha, betis, dan kaki; dan (c) Diwyastra (2000) melaporkan bahwa perajin ukiran sanggah di Desa Semana, 80% mengeluh nyeri punggung dan 100% nyeri pinggang yang diakibatkan oleh sikap kerja membungkuk dan duduk bersila yang dilakukan dalam waktu relatif lama.

Kelelahan Pematung

Perbaikan kondisi kerja yang dilakukan di industri kerajinan patung di Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar sangat perlu dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi kelelahan perajin. Dapat dikatakan demikian, karena ternyata setelah mereka bekerja mengalami peningkatan kelelahan sebesar 31,5% (p < 0,05). Persentase peningkatan kelelahan yang relatif besar tersebut semakin meyakinkan bahwa penerapan istirahat aktif dan perbaikan sikap kerja mutlak diperlukan untuk menurunkan kelelahan secara bermakna. Pernyataan tersebut didukung oleh: (a) Sutjana & Adiputra (2006) melaporkan bahwa kelelahan pekerja antara sebelum dan sesudah kerja pada proses angkat-angkut sebelum dilakukan perbaikan meningkat sebesar 44,09% (p < 0,05), akan tetapi setelah dilakukan perbaikan cara angkat dan angkut sesuai antropometri ternyata dapat mengurangi kelelahan sebesar 41,18% ( p < 0,05); (b) Tunas & Sutajaya (2005) menemukan bahwa kondisi kerja yang tidak ergonomik ternyata dapat meningkatkan kelelahan perajin perak di Desa Poh Manis Penatih Denpasar sebesar 39,94% antara sebelum dan sesudah kerja (p < 0,05), dan dari hasil perbaikan kondisi kerja yang mengupayakan agar para perajin tidak selalu berada di satu tempat dan dapat melakukan istirahat aktif ternyata mampu mengurangi kelelahan sebesar 45,77% antara sebelum dan sesudah perbaikan kondisi kerja (p < 0,05); (c) Sudiadjeng (2003) melaporkan bahwa tempat kerja yang ergonomik pada proses pengadukan beton dapat mengurangi kelelahan pekerja sebesar 30,76% (p < 0,05); dan (d) Wulanyani (2003) melaporkan bahwa pengaturan istirahat dan penggunaan musik pengiring kerja dapat mengurangi kelelahan pelinting rokok sebesar 28,42% (p < 0,05).

(8)

Perbaikan yang mengacu kepada kearifan lokal yang relevan dengan konsep ergonomi diharapkan mampu untuk mengatasi penurunan kualitas kesehatan yang dinilai dari indikator beban kerja, keluhan muskuloskeletal, dan kelelahan. Jika ini bisa dilakukan bukan hal yang mustahil jika terjadi peningkatan produktivitas. Ini bisa terjadi karena beban kerja para perajin dapat diturunkan dan disertai dengan tidak terjadinya akumulasi kelelahan. Hal serupa juga dilaporkan oleh beberapa peneliti yaitu: (a) Arimbawa (2009) melaporkan bahwa redesain peralatan kerja secara ergonomis dapat meningkatkan produktivitas kerja para pembuat minyak kelapa di Kecamatan Dawan Klungkung sebesar 35,71%; (b) Wulanyani (2004) melaporkan bahwa penerapan istirahat aktif dan pemberian musik pengiring pada proses pelintingan rokok di CV X Denpasar dapat meningkatkan produktivitas sebesar 121,89%; (c) Erawan (2002) melaporkan bahwa perbaikan rancang bangun traktor tangan meningkatkan produktivitas pekerja sebesar 23,25%; (d) Hilda (2000) melaporkan bahwa perbaikan sikap kerja saat mengangkat dan mengangkut kotak kemas dapat meningkatkan produktivitas sebesar 119,71%; (e) Adiatmika (2007) melaporkan bahwa perbaikan kondisi kerja dengan pendekatan ergonomi total dapat meningkatkan produktivitas perajin pengecatan logam di Kediri Tabanan sebesar 61,66%; (f) Artayasa (2006) melaporkan bahwa pendekatan ergonomi total pada proses angkat angkut kelapa dapat meningkatkan produktivitas sebesar 48,84%; dan (g) Purnomo (2007) melaporkan bahwa sistem kerja dengan pendekatan ergonomi total dapat meningkatkan produktivitas pekerja di industri gerabah Kasongan Bantul sebesar 59,49%

Simpulan

(9)

dan pada penelitian ini ditemukan bahwa kondisi kerja yang tidak ergonomis dapat meningkatkan keluhan muskuloskeletal pematung sebesar 50,8%; dan (5) Kelelahan dapat ditentukan berdasarkan kondisi tubuh seseorang yang diekpresikan melalui berbagai perasaan yang berkaitan dengan indikator kelelahan dan pada penelitian ini ditemukan bahwa kondisi kerja yang tidak ergonomis dapat meningkatkan kelelahan pematung sebesar 31,5%.

Saran

Saran yang tampaknya penting untuk disampaikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Agar para pekerja di industri kecil mencermati kondisi kerjanya ditinjau dari pendekatan ergonomik dan dipadukan dengan kearifan local yang relevan; (2) Penerapan kearifan lokal yang relevan dengan konsep ergonomi hendaknya dimaksimalkan agar dicapai hasil yang memuaskan terkait dengan upaya perbaikan stasiun kerja; dan (3) Penerapan konsep ergonomi berbasis kearifan lokal sudah seharusnya dilakukan agar dicapai kondisi kerja yang sehat, aman, nyaman, efektif, dan efisien serta tercapai produktivitas yang setinggi-tingginya.

Daftar Rujukan

Adiatmika, I P.G.2007. Perbaikan Kondisi Kerja dengan Pendekatan Ergonomi Total Menurunkan Keluhan Muskuloskeletal dan Kelelahan serta Meningkatkan Produktivitas Perajin pengecatan Logam di Kediri Tabanan. Disertasi. Program Pascasarjana S3 Ilmu Kedokteran Universitas Udayana.

Arimbawa, I M.G. 2009. Redesain Peralatan Kerja secara Ergonomis Meningkatkan Kinerja Pembuat Minyak Kelapa Tradisional di Kecamatan Dawan Klungkung. Disertasi. Program Pascasarjana S3 Ilmu Kedokteran Universitas Udayana.

(10)

Azadeh, A., Fam, M., Garakani,M.M. 2007. A Total Ergonomis Design Approach to Enhance the Productivity in A Complicated Control System. Journal of Information Technology. 6 (7): 1036 – 1042.

Erawan, I.N. 2002. Perbaikan Rancang Bangun Handel Traktor Tangan yang Mengacu Aspek Antropometri dapat Mengurangi Beban Kerja dan Meningkatkan Produktivitas Kerja Operator Traktor di Desa Werdhi Agung Propinsi Sulut. Tesis. Program Pascasarjana S2

Ergonomi-Fisiologi Kerja. Universitas Udayana

Ercan, S., & Erdinc, O. 2006. Challenges of Leardership in Industrial Ergonomis Projects. Journal Istanbul Ticaret Universitesi Fen Bilimleri Dergisi. Vol.5 (9): 119 – 127.

Dwyastra. 2000. Keluhan Subjektif Tukang Ukir Sanggah pada Perajin MLS di Desa Semana Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung,

Bali. dalam Prosiding Seminar Nasional Ergonomi 2000 di Surabaya.

Erlangga, E. 2001 Gangguan Jaringan Muskuloskeletal Akibat Bekerja. Teknik Industri ITB. Bandung.

Grandjean, E. 2007. Fitting the task to the Man. A Textbook of Occupational Ergonomis. 4th Edition. London: Taylor & Francis.

Hilda, S. 2000. Mengangkat dan Meletakkan Kotak Kemas dengan Menekukkan Lutut, Mengangkut dengan Memakai Troley

Menurunkan Beban Kerja dan Meningkatkan Produktivitas Tenaga Kerja Wanita di Perusahaan Pengalengan Makanan. Tesis. Program Pascasarjana S2 Ergonomi-Fisiologi Kerja. Universitas Udayana.

(11)

Manuaba, A. 2006 b. Total Ergonomis Approach is a Must to Attain Humane, Competitive and Sustainable Work System and Products. Proceeding Ergo Future. International Symposium on Past, Present and Future Ergonomis, Occupational Safety and Health. Ed. Adiatmika & Dewa Alit Putra. Denpasar: Department of Physiology, Udayana University.

Purnomo, H. 2007. Sistem Kerja dengan Pendekatan Ergonomi Total Mengurangi Keluhan Muskuloskeletal, Kelelahan, dan Beban Kerja serta Meningkatkan Produktivitas Pekerja Industri Gerabah di Kasongan Bantul. Disertasi. Program Pascasarjana S3 Ilmu Kedokteran Universitas Udayana.

Sudiadjeng, L. 2003. Peneduh di Areal Kerja Menekan Kelelahan dan Meningkatkan Produktivitas Pengadukan Spesi Beton secara

Konvensional. Prosiding Seminar Nasional Ergonomi. Yogyakarta.

Sutjana, I.D.P. & Adiputra, N. 2006. Change of Ergonomi Application in Bali Agricultural Tool Design-A SHIP Approach Experience. Proceeding Ergo Future, International Symposium on Past, Present and Future Ergonomis, Occupational Safety and Health. Ed.

Adiatmika & Dewa Alit Putra. Denpasar:Department of

Physiology, Udayana University.

Tunas, K dan Sutajaya, I.M. 2005. Perbaikan Kondisi Kerja Mengurangi Beban Kerja, Gangguan Muskuloskeletal dan Kelelahan serta Meningkatkan Produktivitas Perajin Perak Di Desa Poh Manis Penatih Denpasar. Prosiding Seminar Nasional Ergonomi. Yogyakarta.

(12)

Wulanyani, N.M.S. 2004. Pengaturan Istirahat dan Musik Pengiring Kerja Meningkatkan Produktivitas Pelinting Kertas Rokok di CV “X” Denpasar. Tesis. Program Pascasarjana S2 Ergonomi-Fisiologi Kerja. Universitas Udayana.

Gambar

Tabel 1 Hasil Analisis Data Kualitas Kesehatan Pematung

Referensi

Dokumen terkait

kubus satuan pada bagian sisi panjang balok A. Nilai ini dicatat sebagai nilai p atau panjang. Gambar Balok dan Kubus Satuan.. dan menghitung jumlah kubus satuan

Pada majalah Tempo, tema-tema poskolonialitas muncul pada sejumlah artikel resensi sastra yang membahas: (1) kisah-kisah tentang Timur, (2) ten- tang penjajahan,

Ditemukan bahwa karakteristik individu secara tak langsung melalui motivasi, berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja, dengan koefisien indirect

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut model persamaan berdasarkan hubungan intensitas curah hujan terhadap durasi hujan

Setelah image terdegradasi disiapkan, maka setiap image akan melalui proses restorasi dengan jumlah iterasi 300000, dengan 2 temperature yang berbeda, yakni 0,5 dan 4,5 dan masing

Sub pokok bahasan dan rincian materi Proses pembelajaran (kegiatan mahasiswa) Tugas dan evaluasi Media dan buku 9 Mahasiswa mampu menyelesaikan konsep-konsep yang

Pada tahun 2019, angka kesakitan di Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan jika dilihat berdasarkan jenis kelamin menunjukan bahwa angka kesakitan penduduk yang berjenis

Di satu sisi perusahaan milik pemerintah daerah ini terikat kontrak untuk membayar imbalan air sesuai permintaan mitra swasta, yang semakin hari terus naik, di satu sisi