• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN NORMATIF DALAM STUDI ISLAM (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENDEKATAN NORMATIF DALAM STUDI ISLAM (2)"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

PENDEKATAN NORMATIF DALAM STUDI ISLAM

[email protected]

Studi islam normatif adalah suatu pendekatan agama islam yang

memandang ajarannya adari segi alquran. Pendekatan normatif merupakan

pendekatan yang memandang agama dari segi ajarannya yang pokok dan asli dari

Tuhan yang di dalamnya belum terdapat penalaran pemikiran manusia. Dalam

pendekatan teologis ini agama dilihat sebagai suatu kebenaran mutlak dari Tuhan,

tidak ada kekurangan sedikit pun dan tampak bersikap ideal. Dalam kaitan ini

agama tampil sangat prima dengan seperangkat cirinya yang khas. Untuk agama

Islam misalnya, secara normative pasti benar, menjunjung nilai-nilai luhur. Untuk

bidang social, agama tampil menawarkan nilai-nilai kemanusiaan, kebersamaan,

kesetiakawanan, tolong menolong, tenggang rasa, persamaan derajat dan

sebagainya. Untuk bidang ekonomi agama tampil menawarkan keadilan,

kebersamaan, kejujuran, dan saling menguntungkan. Untuk bidang ilmu

pengetahuan, agama tampil mendorong pemeluknya agar memiliki ilmu

pengetahuan dan teknologi yang setinggi-tingginya, menguasai keterampilan,

keahlian dan sebagainya. Demikian pula untuk bidang kesehatan, lingkungan hidup,

kebudayaan, politik dan sebagainya agama tampil sangat ideal dan yang dibangun

berdasarkan dalildalil yang terdapat dalam ajaran agama yang bersangkutan.

Menurut Khairudin nasution yang menerangkan bahwa pendekatan

normatif adalah studi Islam yang memandang masalah dari sudut legal formal dan

atau normatifnya. Maksud legal formal adalah hubungannya dengan halal-haram,

boleh atau tidak,dan sejenisnya. Sementara normatifnya adalah seluruh ajaran

yang terkandung dalam nash. Dengan demikian pendekatan normatif mempunyai

cakupan yang sangat luas. Sebab seluruh pendekatan yang digunakan oleh ahli

usul fiqih (Usuliyah), ahli hukum Islam (Fuqaha), ahli tafsir (mufassirin) yang

berusaha menggali aspek legal formal dan ajaran Islam dari sumbernya adalah

termasuk pendekatan normatif.

Sisi lain dengan pendekatan normatif adalah bahwa secara umum ada dua

teori yang dapat digunakan dengan pendekatan normatif-teologis. Pertama, ada

(2)

eksperimental. Kedua, ada hal-hal yang sulit dibuktikan secara empiris dan

eksperimental. Untuk ha-hal yang dapat dibuktikan secara empirik biasanya disebut masalah yang berhubungan ra’yi (penalaran). Sedangkan masalah-masalah yang tidak berhubungan dengan empirik (ghaib) biasanya diusahakan

pembuktiannya dengan mendahulukan kepercayaan. Hanya saja cukup sulit untuk

menentukan hal-hal apa saja yang masuk klasifikasi empirik dan mana yang tidak

terjadi perbedaan pendapat dikalangan para ahli. Maka sikap yang perlu dilakukan

dengan pendekatan normatif adalah sikap kritis.

Ada beberapa teori popular yang dapat digunakan dengan pendelatan

normatif, disamping teori-teori yang digunakan oleh para fuqaha’, usuliyin,

muhadditin, dan mufassirin, diantaranya adalah teori teologis-folosofis, yaitu

pendekatan memahami al-Qur’an dengan cara mengintrepretasikannya secara

logis-filosofis,yakni mencari nilai-nilai objektif dari subjektif al-Qur’an.

Metode yang dapat diambil dari studi Al-Qur’an yaitu metode penafsiran

Al-Qur’an. Menurut hasil penelitian Quraish Shihab, bermacam-macam

metodologi tafsir dan coraknya telah diperkenalkan dan diterapkan oleh

paka-pakar Al-Qur’an.

Metode penafsiran Al-Qur’an tersebut secara garis besar dapat dibagi menjadi dua

bagian yaitu: 1. Tafsir bil-ma’tsur ialah tafsir yang berdasarkan pada ku

tipan-kutipan yang shahih menurut urutan yang telah disebutkan di muka dalam syarat-syarat mufasir. Yaitu menafsirkan Qur’an dengan Qur’an, dengan sunnah karena ia berfungsi menjelaskan Kitabullah. 2. Tafsir bil-ra’yu ialah tafsir yang di dalam

menjelaskan maknanya para mufasir hanya berpegang pada pemahaman sendiri dan penyimpulan (istinbat) yang didasarkan pada ra’yu semata. Ra’yu semata yang tidak disertai bukti-bukti akan membawa penyimpangan terhadap

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Begitu juga, ulama fikih, ulama tasawuf, ulama hadis, ulama pesantren dan ulama majlis ta’lim, ada yang tradisional dan ada juga yang modern, tetapi mayoritas mereka adalah

liabilitas potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadinya atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa depan yang tidak

6 Dalam kasus ini, sediaan sitologi aspirasi EUS dari massa mediastinum mengandung sel-sel dengan selularitas moderat, tersusun individual, sebagian

Saya/Kami menyatakan bahwa seluruh informasi tersebut diatas diberikan dengan sebenar-benarnya dan Saya/Kami tidak menahan/menyembunyikan informasi yang mempengaruhi PT Chubb

Ada dua kondisi yang menyelimuti Ketetapan MPR pasca amandemen yaitu di satu sisi Ketetapan MPR dinyatakan tidak ada lagi dalam hierarki Peraturan Perundangan-Undangan,

Berdasarkan layanan konseling individu dan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa layanan konseling individu dapat meningkatkan motivasi

24 tahun 2009 dapat meminimalisir terjadinya tindak pidana terhadap kehormatan simbol- simbol Negara akan tetapi undang undang tersebut masih perlu dicermati