• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN KESEHATAN MENTAL SISWA MAN 12 DURI KOSAMBI CENGKARENG JAKARTA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN KESEHATAN MENTAL SISWA MAN 12 DURI KOSAMBI CENGKARENG JAKARTA BARAT"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

KOSAMBI CENGKARENG JAKARTA BARAT

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh BADRIAH 104011000047

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

KOSAMBI CENGKARENG JAKARTA BARAT

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh Badriah 104011000047

Dosen Pembimbing

Dra. Hj. Sunarti NIP. 150022714

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Srata Satu (S1) di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari saya terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya

atau merupakan jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 08 September 2008

(4)

BADRIAH 104011000047

HUBUNGAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN KESEHATAN MENTAL SISWA MAN 12

Layanan bimbingan dan konseling merupakan proses pemberian bantuan yang diberikan kepada siswa secara terus menerus agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, sehingga siswa sanggup mengarahkan dirinya sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Dengan adanya bimbingan dan konseling diharapkan dapat memberikan solusi bagi peserta didik di sekolah. Agar peserta didik menjadi lebih baik dari segi prilakunya.

Adapun tujuan dari skripsi ini adalah penulis ingin mengetahui layanan bimbingan dan konseling yang ada di sekoalah MAN 12 dan bagaimana kesehatan mental (prilaku) siswa MAN 12 dan juga untuk mengetahui adakah hubungan antara layanan bimbingan dan konseling dengan kesehatan mental (prilaku) siswa MAN 12.

Metodologi yang dipakai dalam penulisan ini adalah dengan menggunakan metode Deskriptif kolerasional, pendekatan kuantitatif yaitu variabel. Pertama, Layanan Bimbingan dan Konseling dan kedua, Kesehatan Mental (prilaku) Siswa. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas XI MAN 12 yang berjumlah 257/20% = 51.4 dibulatkan menjadi 52 siswa. Adapun pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara 1). Observasi, 2). Wawancara, 3). Angket. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif. Setelah menyebarkan angket tentang layanan bimbingan dan konseling. Maka hasil tersebut dianalisis dengan menggunakan rumus kofisien korelasi Product Moment.

Dari hasil penyebaran angket. Maka didapatkan hasil 0,18. Dengan memeriksa Tabel Nilai “r”product moment ternyata bahwa dengan df sebesar 50, pada taraf signifikansi 5% diperoleh r tabel sebesar 0,273; sedangkan pada taraf 1% diperoleh r tabel sebesar 0,354. Karena rxy atau ro < dari r tabel, baik pada taraf 5% maupun pada taraf 1% (0,2730 dan 0,354), maka hipotesa alternatif (Ha) ditolak dan hipotesa nihil (Ho) diterima. Ini berarti bahwa tidak terdapat kolerasi positif yang signifikan antara variabel X dan variabel Y.

Kesimpulannya bahwa tidak terdapat hubungan antara layanan bimbingan dan konseling dengan kesehatan mental siswa MAN 12.

(5)

i

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt. Tuhan semesta alam dan juga yang

telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya serta memberikan manusia akal

yang berbeda dari makhluk yang lainnya. Sehingga manusia dapat

mengembangkan pikirannya. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi

Muhammad saw., beserta keluarganya, sahabat dan para pengikutnya.

Karya tulis yang sederhana ini merupakan skripsi yang diajukan kepada

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi penulis meskipun dalam

penulisan skripsi ini penulis menyadari banyak kekurangan dari apa yang

diharapakan.

Selama menulis skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, motivasi,

serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa

terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta beserta para pembantu dekan.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dosen Pembimbing skripsi Dra. Hj. Sunarti yang telah sabar membimbing

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya selama penulis belajar di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Kepala Madrasah MAN 12 Bapak Drs. M. Yunus, M.Pd yang telah

mengizinkan penulis untuk meneliti sekolah yang Bapak pimpin.

6. Dra. Siti Farida, guru- guru, beserta siswa MAN 12 kelas XI yang

membantu dan mempermudah penulis dalam mendapatkan data di MAN

12.

7. Terima kasih kepada kedua orang tua tercinta Saibi dan Saanih yang selalu

(6)

ii

8. Kepada kakak-kakakku Marwiyah, Atoillah, Sahrilah, Ropiah. S.Sos.i dan

adik-adikku Fadlah dan Khoirul Rozikin, serta keponakan yang selalu

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman Pendidikan agama Islam angkatan 2004 khususnya kelas B

yang selalu memberikan inspirasi dan motivasi kepada penulis.

Kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan. Penulis ucapkan terima

kasih atas bantuan dan motivasinya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi orang

banyak. Amin

Jakarta, September 2008

(7)

iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...iii

DAFTAR TABEL...v

DAFTAR LAMPIRAN BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………...1

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian………...4

C. Identifikasi Masalah, pembatasan dan perumusan masalah...5

BAB II: KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Layanan Bimbingan Konseling 1. Pengertian Layanan Bimbingan………...7

2. Pengertian Konseling………...8

3. Hubungan Bimbingan dengan Konseling………...10

4. Tujuan dan fungsi Bimbingan dan Konseling...12

5. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling...14

6. Teknik Bimbingan dan Konseling………...16

7. Jenis Pelayanan Bimbingan dan Konseling………...17

B. Kesehatan Mental 1. Pengertian Kesehatan Mental………...19

2. Kesehatan Mental Menurut Islam………...20

3. Prinsip-prinsip Kesehatan Mental………...22

4. Penyakit-penyakit Mental dan faktor-faktor penyebabnya….23 5. Tanda-tanda Mental Sehat………...27

(8)

iv

D. Pengajuan Hipotesis……….29

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ………...30

B. Variabel Penelitian………..30

C. Populasi dan Sampel………...33

D. Metode Penelitian………....35

E. Teknik Pengumpulan Data………...36

F. Teknik Analisis Data………...36

BAB IV: HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum tentang Sekolah MAN 12 Jakarta Barat 1. Sejarah Berdirinya MAN 12...40

2. Visi, Misi dan struktur sekolah MAN 12...41

3. Keadaan Guru, siswa dan pegawai MAN 12...41

4. Struktur sekolah MAN 12...44

B. Deskripsi Data...45

C. Analisis dan Interpretasi Data 1. Analisis Data...45

2. Interpretasi Data...69

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan...73

B. Saran...74

(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam

berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dan juga membutuhkan

bantuan-bantuan orang lain, untuk mencapai tujuan yang hendak dicapainya.

Manusia, ketika dilahirkan di dunia sudah membutuhkan bantuan dan

bimbingan dari orang lain, terutama bimbingan dari orang tua. Orang tua

mengasuh anaknya supaya menjadi anak yang tumbuh dan berkembang

secara optimal dan normal. Ketika anak tersebut mulai menjadi anak yang

dewasa, orang tua memasukkan anaknya ke sekolah. Di sekolah anak

tersebut mendapatkan bimbingan dari para guru-guru dalam proses belajar

mengajar. Sebagaimana dalam bukunya Hery Noer Aly yang menjelaskan

bahwa tugas dari seorang guru adalah “memperhatikan fase perkembangan

berpikir murid agar dapat menyampaikan ilmu sesuai dengan kemampuan

berpikir murid”.1

Selain itu juga, tugas guru adalah “membimbing, mengajar atau melatih

peserta didik ( UU No. 2 Tahun 1989 pasal 1, Ayat 8). Dalam pengertian

tersebut jelaslah bahwa pekerjaan pembimbing di sekolah merupakan

1

(10)

salah satu tugas dari tenaga pendidik. Dengan kata lain, tugas pendidik

salah satu di antaranya adalah membimbing”.2

Pelayanan bimbingan dan konseling yang terdapat di sekolah di

Indonesia merupakan layanan yang telah dirintis sejak tahun 1960-an.

Mulai tahun 1875 pelayanan bimbingan dan konseling telah resmi

memasuki sekolah-sekolah, yaitu dengan dicantumkannya pelayanan

tersebut pada kurikulum 1975 yang berlaku di sekolah-sekolah seluruh

Indonesia, pada jenjang SD, SLTP, dan SLTA. Dan pada tahun 1984

keberadaan bimbingan dan konseling lebih dimantapkan lagi.3

Hal ini sesuai dengan beberapa pasal dalam peraturan pemerintah yang bertalian dengan UUSPN 1989 secara ekplisit menyebutkan pelayanan bimbingan di sekolah dan memberikan kedudukan sebagai tenaga pendidik kepada petugas bimbingan. Dalam Petunjuk Pelaksanan Bimbingan dan Konseling, Kurikulum Sekolah Menengah Umum, 1994, dikatakan sebagai berikut: “Berdasarkan Pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 29, 1992, bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.”4

Di dalam konteks pendidikan nasional, keberadaan pelayanan bimbingan dan konseling telah memiliki legalitas yang kuat dan menjadi bagian yang terpadu dalam Sistem Pendidikan Nasional dengan diakuinya konselor secara eksplisit di dalam Undang-Undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada Bab 1 pasal 1 ayat 4 dinyatakan bahwa “pendidik adalah tenaga pendidik yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswasta, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan.”5

Dengan adanya bimbingan dan konseling di sekolah seorang murid

merasa bahwa dirinya diperhatikan oleh guru atas tingkah laku yang

diperbuatnya. Selain itu juga, bimbingan dan konseling memberikan suatu

2 H. Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2004), h. 30

3

H. Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, …,h. 29-30

4

W.S. Winkel dan M.M Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institut Pendidikan,

(Yogyakarta: Media Abadi, 2004), Cet. III, h. 43

5

(11)

motivasi kepada siswa, sehingga siswa yang mempunyai problem atau

masalah, dapat langsung berkonsultasi kepada guru BK. Dengan demikian,

siswa tersebut tidak berlarut-larut dalam masalah, karena hal tersebut

dapat menyebabkan siswa stress (terganggu dalam belajar), karena

memendam masalah. Dengan adanya bimbingan dan konseling di sekolah

maka akan terjalin suatu kedekatan, keterbukaan antara murid dan guru

yang bersangkutan.

Seorang konselor adalah guru yang mempunyai keahlian

khusus/metode khusus dalam menangani siswa yang bermasalah. Karena

hal tersebut perlu, ketika melakukan tugas bimbingan dan konseling,

karena akan dihadapkan dengan berbagai macam problematika siswa. Di

samping itu, guru BK harus mempunyai metode yang bervariasi, maka

siswa tidak merasa jenuh ketika guru memberikan suatu informasi atau

nasihat-nasihatnya. Hal tersebut, akan membuat siswa lebih memahami

apa yang disampaikannya. Sehingga dia akan menemukan solusi dari suatu

permasalahan yang dihadapinya.

Dalam melaksanakan tugas sebagai pembimbing, itu bukan hanya tugas

dari seorang guru BK saja, melainkan perlu adanya kerja sama dengan

staf-staf dan guru-guru yang ada di sekolah agar yang mengetahui

permasalahan yang dihadapi oleh siswa bukan hanya guru BK saja tapi

guru-guru beserta staf di sekolah.

Dalam masalah kesehatan mental siswa, bimbingan konseling yang

terdapat di sekolah bertujuan untuk “menghilangkan faktor-faktor yang

menimbulkan gangguan jiwa klien, sehingga dengan demikian ia akan

memperoleh ketenangan hidup rohaniyah yang sewajarnya sebagai yang

diharapkan”.6

Untuk itulah seorang konselor harus bisa menjadikan siswa lebih

bersemangat dalam belajar dan memberikan motivasi/spirit agar siswa

tidak merasa jenuh dan stres dalam menghadapi mata pelajaran dan

6

(12)

tugas yang diberikan oleh guru. Seorang konselor juga harus bisa

memastikan murid yang bermasalah, agar tidak memberikan dampak yang

buruk kepada murid yang lain, dan tidak mengganggu dalam proses

belajar.

Atas dasar hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk menyusun

skripsi yang berjudul “HUBUNGAN LAYANAN BIMBINGAN DAN

KONSELING DENGAN KESEHATAN MENTAL SISWA MAN 12

DURI KOSAMBI CENGKARENG JAKARTA BARAT.”

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah peneliti ingin mengetahui kebenaran

data judul, adakah hubungannya antara layanan bimbingan dan konseling

dengan kesehatan mental siswa di MAN 12 Duri Kosambi Cengkareng

Jakarta Barat.

Dari tujuan di atas, maka penulis berharap adanya suatu manfaat dari

penelitian ini. Manfaat dari penelitian dapat dibagi menjadi dua yaitu:

a. Manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan yang bermanfaat bagi para pembaca dan khususnya bagi

peneliti sendiri.

b. Manfaat praktis, dapat berguna bagi responden ialah agar terjadi sikap

saling tolong-menolong dalam kebaikkan dan juga sikap saling

menghargai antara guru dan murid.

C. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Adanya bimbingan dan konseling di sekolah merupakan peranan yang

sangat penting untuk peserta didik. Dengan adanya bimbingan dan

konseling di suatu institusi, baik itu di sekolah maupun di

lembaga-lembaga yang lain bisa memberikan suatu motivasi/spirit dan arahan pada

setiap orang yang diberikannya untuk keluar dari suatu permasalahan yang

(13)

Untuk itu, orang yang memberikan bimbingan dan konseling haruslah

orang-orang yang ahli dalam mengatasi masalah-masalah yang datang

pada dirinya (konselor). Sehingga konselor bisa memberikan kenyamanan

pada siswa (kilen), dan siswa juga tidak memendam masalahnya sendiri

yang bisa menyebabkan siswa stress ataupun frustasi (kasehatan

mentalnya terganggu) karena tidak bisa memecahkan suatu

permasalahannya.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,

penulis mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

a. Tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler

b. Mengotori/mencoret-coret meja, dinding

c. Baju pendek dan ketat

d. Berpacaran memakai pakaian seragam (di lingkungan sekolah)

e. Siswa/i dilarang membawa Hp

f. Rambut panjang melebihi standar dan rambut di cat warna

g. Membawa dan memainkan gitar saat KBM tanpa izin

h. Membawa buku, majalah, kaset atau VCD terlarang

i. Perkelahian antar siswa satu sekolah dan antar siswa dengan

sekolah lain

2. Pembatasan Masalah

Ada beberapa terminologi yang perlu dijelaskan terlebih dahulu

sebelum menguraikan penelitian ini lebih lanjut. Penjelasan tentang

term-term ini dimaksudkan untuk membatasi masalah yang akan diteliti, yaitu:

a. Layanan bimbingan dan konseling di MAN 12 Duri kosambi

Cengkareng Jakarta Barat yaitu layanan yang bersifat preventif

(pencegahan). seperti pencegahan tawuran, pencegahan bahaya

narkoba dan bahaya pergaulan bebas dengan mendatangkan

instasi-instasi penting seperti: kepolisian dan psikolog ke sekolah.

Sedangkan layanan Kuratif (Penyembuhan), seperti memberikan

(14)

b. Kesehatan mental: peneliti membatasi kesehatan mental dari segi

prilaku siswa di sekolah, yaitu prilaku siswa terhadap peraturan tata

tertib sekolah seperti datang ke sekolah tepat waktu, tidak

membawa rokok, senjata tajam dan obat-obatan terlarang, bolos

pada pelajaran tertentu, tidak mengerjakan PR dan Tidak menjaga

kebersihan sekolah.

3. Perumusan Masalah

Berikut ini perumasan masalah yang penulis kemukakan berdasarkan

masalah, yaitu:

a. Bagaimana pelayanan bimbingan dan konseling di MAN 12 Duri

Kosambi Cengkareng Jakarta Barat

b. Bagaimana mental (prilaku) siswa MAN 12 tersebut di atas?

c. Adakah hubungan antara layanan bimbingan dan konseling dengan

kesehatan mental siswa di MAN 12?

(15)

7

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Layanan Bimbingan dan Konseling

1. Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, layanan berasal dari kata

“layan yang kata kerjanya adalah melayani yang mempunyai arti membantu

menyiapkan (mengurus) apa-apa yang diperlukan seseorang; meladeni,

menerima (menyambut) ajakan (tantangan, serangan, dsb). Layanan perihal

atau cara melayani, meladeni.”1

Sedangkan pengertian bimbingan secara harfiyyah “Bimbingan” adalah

“menunjukkan, memberi jalan, atau menuntun” orang lain ke arah tujuan

yang bermanfaat bagi hidupnya di masa kini, dan masa mendatang. Istilah

“Bimbingan” merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris GUIDANCE yang berasal dari kata kerja “to guide” yang berarti “menunjukan”.2

Sedangkan dalam buku W.S Winkel, kata Guidance berasal dari bahasa Inggris yang dikaitkan dengan kata asal guide, yang diartikan sebagai berikut: menunjukkan jalan (showing the way); memimpin (leading); menuntun (conducting); memberikan petunjuk (giving instruction);

1

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet. IV, h. 646

2

(16)

mengatur (regulating); mengarahkan (governing); memberikan nasihat (giving advice).3

Namun, meskipun demikian tidak berarti semua bentuk bantuan atau

tuntutan adalah bimbingan. Bimbingan yang terdapat dalam sebuah institut

merupakan bimbingan yang bersifat moril, yaitu di mana seorang guru dapat

memotivasi siswanya agar lebih semangat dalam belajar. Bukan bersifat

materil. Misalnya kalau ada siswa yang belum bayaran lalu ia datang kepada

guru dan guru memberikan siswa tersebut uang, tentu saja bantuan ini bukan

bentuk bantuan yang dimaksudkan dengan pengertian bimbingan.

Pengertian bimbingan secara terminologi, menurut Crow & Crow

(1960), yang dikutip oleh Prayitno dan Erman Amti bimbingan diartikan

sebagai, “Bantuan yang diberikan oleh seseorang, laki-laki atau perempuan,

yang memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik kepada

individu-individu setiap usia dalam membantunya mengatur kegiatan

hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat

keputusan sendiri dan memikul bebannya sendiri.”4

Dari definisi di atas dapat diberi kesimpulan bahwa bimbingan

merupakan proses pemberian bantuan yang terus menerus dari seorang

pembimbing yang telah dipersiapkan kepada individu yang membutuhkan

dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki secara optimal

dengan menggunakan berbagai macam media dan teknik bimbingan dalam

suasana asuhan yang normatif agar tercapai kemandirian sehingga individu

bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungan.

2. Pengertian Konseling

Secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa latin, yaitu “consilium” yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai

3

W. S. Winkel dan M.M Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institut Pendidikan,

(Yogyakarta: Media Abadi, 2004), Cet. III, h. 27

4

(17)

“menerima” atau “memahami”. Sedangkan dalam bahasa Anglo-Saxon,

istilah konseling berasal dari “sellan” yang berarti “menyerahkan” atau

“menyampaikan.”5

Sedangkan menurus W.S Winkel secara etimologi konseling berasal dari

bahasa Inggris, yaitu Counseling yang dikaitkan dengan kata Counsel, yang diartikan sebagai berikut: nasihat (to obtain counsel); anjuran (to give counsel); pembicaraan (to take counsel).6

Konseling secara terminologi menurut Mortense (1964: 301) yang

dikutip H. Mohammad Surya adalah, “Konseling sebagai suatu proses

antar-pribadi, di mana satu orang dibantu oleh satu orang lainnya untuk

meningkatkan pemahaman dan kecakapan, menemukan masalahnya.”7

Konseling ditandai oleh adanya hubungan profesional antara konselor

yang terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya dilakukan secara

perorangan, meskipun kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang. Hal

ini dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas

pandangannya tentang ruang lingkup kehidupan dan untuk belajar mencapai

tujuannya.

Menurut Dewa Ketut Sukardi, yang mengutip dari Pepinsky and

Pepinsky (1954), Konseling adalah “proses interaksi: (a). terjadi antara dua

orang individu yang disebut konselor dan klien, (b). terjadi dalam situasi

yang bersifat pribadi (profesional), (c). diciptakan dan dibina sebagai salah

satu cara untuk memudahkan terjadinya perubahan-perubahan tingkah laku

klien, sehingga ia memperoleh keputusan yang memuaskan kebutuhannya.”8

5

H. Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling,…, h. 99

6

W. S. Winkel dan M.M Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institut Pendidikan,…, h. 34

7

H. Mohammad Surya, Psikologi Konseling, (Bandung: CV. Pustaka Bani Quraisy, 2003), Cet I, h. 1

8

(18)

Jika dilihat dari pendapat para ahli yang dijelaskan di atas, nampak

saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Sehingga dari

penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa konseling adalah proses

bantuan yang diberikan oleh konselor kepada klien agar klien tersebut dapat

memahami dan mengarahkan hidupnya sesuai dengan tujuannya.

3. Hubungan Bimbingan dengan Konseling

Kata bimbingan dan konseling merupakan kata yang tidak dapat

dipisahkan karena saling berkaitan, tetapi ada juga pendapat bahwa

bimbingan dan konseling merupakan kata yang berbeda. Untuk

menjelaskannya penulis menerangkannya dengan menggunakan beberapa

pendapat para ahli, yaitu:

Menurut Hallen istilah bimbingan selalu dirangkai dengan istilah

konseling. Hal ini disebabkan karena bimbingan dan konseling itu

merupakan suatu kegiatan yang integral. Konseling merupakan salah satu

teknik dalam pelayanan bimbingan di antara beberapa teknik lainnya.

Sedangkan bimbingan itu kebih luas, dan konseling merupakan alat yang

paling penting dari usaha pelayanan bimbingan.9

Pendapat yang sama juga dijelaskan oleh Nana Syaodih Sukmadinata

yang menjelaskan bahwa, konseling merupakan salah satu teknik layanan

dalam bimbingan, tetapi karena peranannya yang sangat penting, konseling

disejajarkan dengan bimbingan. Konseling merupakan teknik bimbingan

yang bersifat terapeutik karena yang menjadi sasarannya bukan perubahan

tingkah laku, tetapi hal yang lebih mendasar dari itu, yaitu perubahan sikap.

Dengan demikian sesungguhnya konseling merupakan suatu upaya untuk

mengubah pola hidup seseorang. Untuk mengubah pola hidup seseorang

9

(19)

tidak bisa hanya dengan teknik-teknik bimbingan yang bersifat informatif,

tetapi perlu teknik yang bersifat terapeutik atau penyembuhan.10

Sedangkan pendapat yang mengatakan bahwa antara bimbingan dan

konseling merupakan dua pengertian yang berbeda, karena konseling lebih

identik dengan psikoterapi, yaitu usaha untuk menolong dan menggarap

individu yang mengalami kesukaran dan gangguan psikis yang serius.

Sedangkan bimbingan oleh pandangan ini dianggap identik dengan

pendidikan.11

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa antara bimbingan dan

konseling mempunyai hubungan yang erat di mana di antara keduanya

saling melengkapi dalam membantu klien atau orang lain dalam

memecahkan suatu permasalahan dan mengubah pola hidup seseorang.

Mengubah pola hidup yang salah menjadi benar, pola hidup yang negatif

menjadi positif. Sehingga klien dapat mengarahkan hidup sesuai dengan

tujuannya. Karena tugas dari seorang pembimbing atau konselor yaitu

memberikan arahan yang baik kepada yang terbimbing. Sesuai dengan

firman Allah yaitu:

˳Ϣϴ˶Ϙ˴Θ˸δ͊ϣ˳ρ΍˴ή˶λϰ˴ϟ˶·ϱ˶Ϊ˸Ϭ˴Θ˴ϟ

˴Ϛ͉ϧ˶·˴ϭ

... dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (Q.S Asy Syura: 52)12

10

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), 2005, Cet. III, h. 235-236

11

I. Djumhur dan Mohammad Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV. Ilmu, tt), h. 29

12

(20)

4. Tujuan dan Fungsi Bimbingan dan Konseling a. Tujuan Bimbingan dan Konseling

Di dalam suatu kegiatan baik itu formal maupun non formal pasti

akan ada tujuannya. Begitu juga dengan bimbingan dan konseling.

Tujuan dari bimbingan dan konseling yaitu:

Menurut Tohirin, tujuan bimbingan dan konseling yaitu:

memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap diri klien,

mengarahkan diri klien sesuai dengan potensi yang dimilikinya, mampu

memecahkan sendiri masalah yang dihadapi klien, dapat menyesuaikan

diri secara lebih efektif baik terhadap dirinya sendiri maupun

lingkungannya sehingga memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya.13

Adapun tujuan bimbingan dan konseling menurut Hallen adalah:

a. Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi, dimaksudkan

agar peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya

sendiri.

b. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan dimaksudkan

agar peserta mengenal lingkungannya secara obyektif, baik

sosial maupun ekonomi.

c. Bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan

dimaksudkan agar peserta didik mampu mempertimbangkan

dan mengambil keputusan tentang masa depan dirinya, baik

pendidikan, karier maupun bidang budaya, keluarga dan

masyarakat.14

Menurut H. Prayitno dan Erman Amti bimbingan dan konseling

memiliki tujuan yang terdiri atas tujuan umum dan tujuan khusus.

Tujuan umun bimbingan dan konseling membantu individu agar dapat mencapai perkembangan secara optimal sesuai dengan bakat, kemampuan, minat dan nilai-nilai, serta terpecahnya masalah-masalah yang dihadapai individu (klien). Termasuk tujuam umum

13

Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 36-37

14

(21)

bimbingan dan konseling adalah membantu individu agar dapat mandiri dengan ciri-ciri mampu memahami dan menerima dirinya sendiri dan lingkungannya, membuat keputusan dan rencana yang realistik, mengarahkan diri sendiri dengan keputusan dan rencananya itu serta pada akhirnya mewujudkan diri sendiri. Tujuan khusus bimbingan dan konseling langsung terkait pada arah perkembangan klien dan masalah-masalah yang dihadapi. Tujuan khusus itu merupakan penjabaran tujuan-tujuan umum yang dikaitkan pada permasalahan klien, baik yang menyangkut perkembangan maupun kehidupannya.15

Dari pendapat para ahli jelaslah bahwa, tujuan dari bimbingan dan

konseling semuanya mengarahkan kepada peserta didik agar peserta

didik lebih memahami dirinya sendiri baik dari kekurangannya maupun

kelebihannya. Dan juga, membantu peserta didik untuk berani

mengambil sendiri keputusan yang baik (sesuai dengan bakat,

kemampuan dan minat) untuk dirinya.

b. Fungsi Bimbingan dan Konseling

Fungsi bimbingan dan konseling menurut Syamsu Yusuf dan A.

Juntika Nurihsan adalah:

a. Pemahaman, yaitu membantu peserta didik agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya

(pendidikan, pekerjaan, dan norma agama).

b. Preventif (pencegahan), yaitu upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan

berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta

didik.

c. Pengembangan, yaitu konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

d. Perbaikan (penyembuhan), yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan pemberian bantuan kepada

siswa yang telah mengalami masalah.

15

(22)

e. Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan yang sesuai dengan

minat, bakat siswa.

f. Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu (siswa) agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan

konstruktif terhadap program pendidikan, peraturan sekolah, atau

norma agama.16

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi dari

bimbingan dan konseling selain sebagai pemahaman untuk dirinya

sendiri (peserta didik) maupun lingkungannya, fungsi dari bimbingan

dan konseling juga sebagai penyembuh (perbaikan) bagi peserta didik

yang mengalami kesulitan ketika mendapatkan suatu permasalahan yang

sulit untuk dipecahkan yang menyebabkan peserta didik itu pesimis dan

rendah diri.

5. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling

Dalam memberi bimbingan belajar guru hendaknya memperhatikan

beberapa prinsip di antaranya yaitu:

Menurut pendapat Nana Syaodih Sukmadinata prinsip-prinsip bimbingan

dan konseling yaitu:

a. Bimbingan belajar diberikan kepada semua siswa. Semua siswa baik

yang pandai, cukup, ataupun kurang.

b. Sebelum memberi bantuan, guru terlebih dahulu harus berusaha

memahami kesulitan yang dihadapi siswa.

c. Bimbingan belajar yang diberikan guru hendaknya disesuaikan dengan

masalah serta faktor-faktor yang melatarbelakanginya.

d. Bimbingan belajar hendaknya menggunakan teknik yang bervariasi.

16

(23)

e. Dalam memberikan bimbingan belajar hendaknya guru berkerja sama

dengan staf sekolah yang lain. 17

Sedangkan di dalam buku Kartini Kartono, prinsip dari bimbingan dan

konseling yaitu, bahwa setiap orang adalah berharga, satu prinsip yang

penting, peserta didik juga mempunyai potensi dan hak untuk memperoleh

sukses dalam kehidupannya. Seharusnya ia ditolong, agar potensinya itu

menjadi realita.18

Pendapat dari Kartini dan Kartono juga sama dengan pendapat M. Arifin

yang menjelaskan bahwa setiap individu memiliki fitrah (kemampuan dasar)

yang dapat berkembang dengan baik bilamana diberi kesempatan. Untuk itu

melalui bimbingan yang baik. Pandangan yang demikian bersumberkan

hadits yaitu:

˶Ϫ˰˶ϧΎ˰˴δ͋Π˴Ϥ˵ϳ˴ϭ ˶Ϫ˶ϧ΍˴ή˰͋μ˰˴Ϩ˵ϳ΍˴ϭ ˶Ϫ˶ϧ΍˴Ω͋Ϯ˰˴Ϭ˵ϳ ˵ϩ΍˴Ϯ˴Α˴΄˴ϓ ˶Γ˴ή˸τ˰˶ϔ˸ϟ΍ ϰ˴Ϡ˴ϋ ˵Ϊ˴ϟ˸Ϯ˵ϳ ͉˴ϻ˶΍ ˳Ω˸Ϯ˵ϟ˸Ϯ˴ϣ ˸Ϧ˶ϣΎ˴ϣ

ϢϠ˰δϣ

Tidaklah setiap anak terlahir kecuali dalam keadaan fitrah sampai kedua orang tuanya yang menjadikannya yahudi, nasrani atau majusi19

Dari pendapat di atas, penulis setuju dengan pendapat dari Kartini

Kartono, yang menjelaskan bahwa bahwa setiap orang adalah berharga,

dengan adanya prinsip seperti itu, maka peserta didik merasa bahwa dirinya

dihargai oleh orang lain. Sehingga peserta didik akan lebih bersemangat

(optimis) dalam menghadapi masalah baik di sekolah maupun di luar

sekolah. Selain itu juga, peserta didik juga akan menganggap bahwa dirinya

tidak dibeda-bedakan dari peserta didik yang lain karena ia mempunyai

pendapat bahwa dirinya mempunyai kelebihan dibandingkan orang lain.

17

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan,…, h. 241-242

18

Kartini Kartono (Penyunting), Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: CV. Rajawali, 1985), Cet. I, h. 116

19

(24)

6. Teknik Bimbingan dan Konseling

Pada umumnya teknik-teknik yang dipergunakan dalam bimbingan

mengambil dua pendekatan, yaitu pendekatan secara kelompok (group

guidance) dan pendekatan secara individual (individual counseling). a. Bimbingan kelompok

Teknik yang digunakan dalam membantu murid atau sekelompok

murid memecahkan masalah-masalah dengan melalui kegiatan

kelompok. Beberapa bentuk khusus teknik bimbingan kelompok

yaitu: home room program, karyawisata, diskusi kelompok, kegiatan

kelompok, organisasi murid, sosiodrama.

b. Penyuluhan individual (Individual Counseling)

Dalam teknik ini pemberian bantuan dilakukan dengan hubungan

yang bersifat face to face relationship (hubungan empat mata), yang dilaksanakan dengan wawancara antara counselor dengan konsele.

Masalah-masalah yang dipecahkan melalui teknik counseling ini ialah masalah-masalah yang sifatnya pribadi. 20

Beberapa sistem pendekatan bimbingan dan konseling menurut Abin

Syamsuddin Makmun, yaitu:

1. Pendekatan Direktif.

2. Pendekatan Non-Direktif. 21

Secara singkat kedua pendekatan bimbingan dan konseling tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Pendekatan Direktif.

Pendekatan ini dikenal juga sebagai bimbingan yang bersifat

Counselor-Centered. Sifat tersebut menunjukkan pihak pembimbing memegang peranan utama dalam proses interaksi layanan bimbingan.

20

I. Djumhur dan Mohammad Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah,…, h. 106 &

110

21

(25)

Pembimbinglah yang berusaha mencari dan menemukan permasalahan

yang dialami kliennya.

2. Pendekatan Non-Direktif

Pendekatan ini dikenal juga sebagai layanan bimbingan yang

bersifat Client-Centered. Sifat tersebut menunjukkan bahwa pihak terbimbing diberikan peranan utama dalam bidang interaksi layanan

bimbingan.

Ciri-ciri hubungan non-direktif:

a. Hubungan non-direktif ini menempatkan klien pada kedudukan

sentral, klienlah yang aktif untuk mengungkapkan dan mencari

pemecahan masalah.

b. Konselor berperan hanya sebagai pendorong dan pencipta

situasi yang memungkinkan klien bisa berkembang sendiri.22

7. Jenis Pelayanan Bimbingan dan Konseling

Menurut I. Djumhur dan Mohammad Surya, pelayanan-pelayanan yang

diberikan oleh bimbingan di sekolah dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Pelayanan Pengumpulan Data tentang Murid b. Pelayanan Pemberian Penerangan

c. Pelayanan Penempatan d. Pelayanan Pengajaran e. Pelayanan penyuluhan

f. Pelayanan Penelitian dan Penilaian (evaluasi) g. Pelayanan Hubungan Masyarakat. 23

Secara singkat jenis pelayanan bimbingan dan konseling tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut:

a. Pelayanan Pengumpulan Data tentang Murid

Sesuai dengan pengertian bahwa bimbingan adalah bantuan bagi

individu yang menghadapi masalah, maka sudah tentu berhasil tidaknya

suatu usaha bantuan dalam rangka bimbingan akan banyak bergantung

22

Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Teori Konseling,…, h. 60-61

23

(26)

dari keterangan-keterangan atau informasi-informasi tentang individu

tersebut. Oleh karena itu mengumpulan data seperti ini merupakan langkah

pertama dalam kegiatan bimbingan secara keseluruhan.

b. Pelayanan Pemberian Penerangan

Yang dimaksud dengan pelayanan ini adalah memberikan

penerangan-penerangan yang sejelas-jelasnya dan selengkap-lengkapnya mengenai

berbagai hal yang diperlukan oleh setiap murid, baik tentang pendidikan,

pekerjaan, sosial, maupun pribadi.

c. Pelayanan Penempatan

Hakekat dari pelayanan penempatan ini adalah membantu individu

memperoleh penyesuaian diri dengan jalan menempatkan dirinya pada

posisi yang sesuai. Yang menjadi tujuan pelayanan penempatan ini adalah

agar setiap individu dapat posisi yang sesuai keadaan dirinya, seperti

minat, kecakapan, bakat, cita-cita, tingkat perkembangan dan sebagainya.

d. Pelayanan Pengajaran

Yang dimaksud dengan pelayanan pengajaran adalah kegiatan

pemberian bantuan kepada murid-murid dalam mengatasi

kesulitan-kesulitan dalam pengajaran. Yang menjadi tujuannya adalah agar setiap

murid memperoleh penyesuaian diri yang baik serta mengembangkan

kemampuannya secara optimal dalam kegiatan pengajaran.

e. Pelayanan penyuluhan

Penyuluhan merupakan inti kegiatan program bimbingan. Kegiatan

penyuluhan ini di samping berfungsi sebagai terapi (penyembuh), dapat

pula berfungsi sebagai cara pengumpulan data. Penyuluhan merupakan

kegiatan professional, artinya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki

pendidikan dan keahlian serta pengalaman khusus dalam bidang

penyuluhan.

f. Pelayanan Penelitian dan Penilaian (evaluasi)

Tujuan pelayanan ini adalah untuk mengadakan penelitian dan

(27)

bimbingan dan penyuluhan. Program bimbingan yang baik senantiasa

mendasarkan diri kepada hasil-hasil penelitian dan penilaian.

g. Pelayanan Hubungan Masyarakat.

Di samping memberikan pelayanan kepada murid-murid dan personil

sekolah lainnya, kegiatan bimbingan memberikan pelayanan pula kepada

pihak-pihak luar sekolah, yaitu masyarakat. Tujuan pelayanan ini adalah

untuk bekerja sama dengan berbagai pihak di masyarakat dalam

memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah

murid-murid, seperti kenakalan anak, pembolosan, kelesuan belajar, drop-out dan

sebagainya.

B. Kesehatan Mental

1. Pengertian Kesehatan Mental

Ilmu kesehatan mental merupakan salah satu cabang termuda dari ilmu

jiwa yang tumbuh pada akhir abad ke-19 M dan sudah ada di Jerman sejak

tahun 1875 M. pada abad kedua puluh, ilmu ini berkembang dengan pesat,

sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan modern.

Menurut Yahya Jaya kesehatan mental adalah “terwujudnya keserasian

yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya

penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya sendiri dan lingkungannya,

berlandaskan keimanan dan ketaqwaan serta bertujuan untuk mencapai

hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan akhirat.”24

Menurut Zakiah Daradjat kesehatan mental adalah “terhindarnya orang

dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose)”.25

24

Yahya Jaya, Spiritual Islam dalam Menunbuhkembangkan Kepribadian dan Kesehatan Mental, (Jakarta: Ruhama, 1994), Cet. I, h. 75 & 77

25

(28)

Sedangkan menurut Sururin kesehatan mental adalah “kemampuan untuk

menyesuaikan dirinya sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta

lingkungan di mana ia hidup”.26

Dari pengetian di atas dapat di simpulkan bahwa kesehatan mental yaitu

kemampuan seseorang dalam menyesuaikan dirinya baik dengan orang lain

serta dengan lingkungannya dan orang tersebut sehat mentalnya dari

gejala-gejala kejiwaan dan penyakit jiwa.

2. Kesehatan Mental Menurut Islam

Menurut Hasan Langgulung, kesehatan mental dapat disimpulkan sebagai

“akhlak yang mulia.” Oleh sebab itu, kesehatan mental didefinisikan sebagai

“keadaan jiwa yang menyebabkan merasa rela (ikhlas) dan tentram ketika ia melaksanakan akhlak yang mulia.”27

Di dalam buku Yahya Jaya menjelaskan bahwa kesehatan mental

menurut Islam yaitu, identik dengan ibadah atau pengembangan potensi diri

yang dimiliki manusia dalam rangka pengabdian kepada Allah dan

agama-Nya untuk mendapatkan al-nafs al-muthmainnah (jiwa yang tenang dan bahagia) dengan kesempurnaan iman dalam hidupnya.28

Sedangkan dalam bukunya Abdul Mujib dan Jusuf Mudzkir kesehatan

mental menurut Islam yang dikutip dari Musthafa Fahmi, menemukan dua

pola dalam mendefinisikan kesehatan mental:

a. Pola negatif (salaby), bahwa kesehatan mental adalah terhindarnya seorang dari segala neurosis (al-amradh al-‘ashabiyah) dan psikosis (al-amradh al-dzihaniyah).

b. Pola positif (ijabiy), bahwa kesehatan mental adalah kemampuan individu dalam penyesuaian terhadap diri sendiri dan terhadap lingkungan sosialnya. 29

26

Sururin, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. I, h. 143

27

Hasan Langgulung, Peralihan Paradigma dalam Pendidikan Islam dan Sains Sosial, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), h. 165

28

Yahya Jaya, Spiritual Islam dalam Menunbuhkembangkan Kepribadian dan Kesehatan Mental, …, h. 88

29

(29)

Di dalam Al-Quran sebagai dasar dan sumber ajaran Islam banyak

ditemui ayat-ayat yang berhubungan dengan ketenangan dan kebahagian

jiwa sebagai hal yang prinsipil dalam kesehatan mental.

Ayat-ayat tersebut adalah sebagai berikut:

a. Ayat tentang kebahagian

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah menjanjikan kemenangan kepada

orang-orang yang mengajak kepada kebaikan, menyuruh kepada yang

makruf dan mencegah dari yang munkar. Keimanan, ketaqwaan, amal saleh, berbuat yang makruf, dan menjauhi perbuatan keji dan munkar adalah

merupakan faktor penting dalam usaha pembinaan kesehatan mental.

b. Ayat tentang ketenangan jiwa



Allah-lah yang telah menurunkan ketenangan jiwa ke dalam hati orang-orang mukmin, supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan yang sudah ada.(Q.S. Al-Fath: 4) 31

30

Jalaluddin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 1993), Cet. II. h. 84-85

31

(30)

Ayat di atas menerangkan tentang bahwa Allah mensifati diriNya bahwa

Dia-lah Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Bijaksana yang dapat

memberikan ketenangan jiwa ke dalam hati orang beriman.

3. Prinsip-prinsip Kesehatan Mental

Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip kesehatan mental adalah dasar

yang harus ditegakkan orang dalam dirinya untuk mendapatkan kesehatan

mental yang baik serta terhindar dari gangguan kejiwaan. Prinsip-prinsip

tersebut menurut Sururin adalah:

a. Gambaran dan sikap yang baik terhadap diri sendiri b. Keterpaduan antara Integrasi diri

c. Perwujudan Diri (aktualisasi diri) d. Berkemampuan menerima orang lain, e. Berminat dalam tugas dan pekerjaan f. Pengawasan Diri

g. Rasa benar dan Tanggung jawab.32

Secara singkat prinsip-prinsip kesehatan mental tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut:

a. Gambaran dan sikap yang baik terhadap diri sendiri

Prinsip ini biasa diistilahkan dengan self image. Prinsip ini antara lain dapat dicapai dengan penerimaan diri, keyakinan diri dan kepercayaan

pada diri sendiri. Self Image yang juga disebut dengan citra diri merupakan salah satu unsur penting dalam pengembangan pribadi.

b. Keterpaduan antara Integrasi diri

Yang dimaksud keterpaduan di sini adalah adanya keseimbangan antara

kekuatan-kekuatan jiwa dalam diri, kesatuan pandangan (falsafah) dalam

hidup dan kesanggupan menghadapi stress.

c. Perwujudan Diri (aktualisasi diri)

Merupakan proses pematangan diri. Menurut Reiff, orang yang sehat

mentalnya adalah orang yang mampu mengaktualisasikan diri atau potensi

32

(31)

yang dimiliki, serta memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dengan cara yang

baik dan memuaskan.

d. Berkemampuan menerima orang lain, melakukan aktivitas sosial dan

menyesuaikan diri dengan lingkungan setempat. Untuk dapat penyesuaian

diri yang sukses dalam kehidupan, minimal orang harus memiliki

kemampuan dan keterampilan, mempunyai hubungan yang erat dengan

orang yang mempunyai otoritas dan mempunyai hubungan yang erat

dengan teman-teman.

e. Berminat dalam tugas dan pekerjaan

Orang yang menyukai terhadap pekerjaan walaupaun berat maka akan

cepat selasai daripada pekerjaan yang ringan tetapi tidak diminatinya.

f. Pengawasan Diri

Mengadakan pengawasan terhadap hawa nafsu atau dorongan

keinginan serta kebutuhan oleh akal pikiran merupakan hal pokok dari

kehidupan orang dewasa yang bermental sehat dan kepribadian normal,

karena dengan pengawasan tersebut orang mampu membimbing segala

tingkah lakunya.

g. Rasa benar dan Tanggung jawab

Rasa benar dan tanggung jawab penting bagi tingkah laku, karena

setiap individu ingin bebas dari rasa dosa, salah dan kecewa. Rasa benar,

tanggung jawab dan sukses adalah keinginan setiap orang yang sehat

mentalnya.

4. Penyakit-penyakit Mental dan Faktor-faktor Penyebabnya

Menurut Zakiah Daradjat, keabnormalan dapat dibagi atas dua golongan

yaitu: gangguan jiwa (neurose) dan sakit jiwa (psychose). Namun ada perbedaan antara neurose dan psychose. Orang yang terkena neurose, masih

bisa mengetahui dan merasakan kesukaran, sebaliknya yang kena psychose

tidak.33

Macam-macam neurosis di antaranya adalah:

33

(32)

a. Neurasthenia b. Histeria c. Psychastenia.34

Secara singkat macam-macam neurose tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Neurasthenia

Penyakit Neurasthenia adalah penyakit payah. Orang yang diserang akan merasa antara lain: Seluruh badan letih, tidak bersemangat, lekas

merasa payah, walupun sedikit tenaga yang dikelaurkan.

Para ahli menyebutkan penyebab penyakit ini antara lain: karena

terlalu sering melakukan onani (masturbasi), terlalu lama menekan

perasaan, pertentangan batin, kecemasan, terlalu banyak mengalami

kegagalan hidup.

b. Histeria

Histeria terjadi akibat ketidak mampuan seseorang menghadapi kesukaran-kesukaran, tekanan perasaan, kegelisahan, kecemasan dan

pertentangan batin.

Macam-macam Histeria:

1. Lumpuh Histeria: kelumpuhan salah satu anggota fisik. Penyebab hysteria ini adalah adanya tekanan pertentangan batin yang tidak

dapat diatasi.

2. Cramp Histeria: Cramp yang terjadi pada sebagian anggota fisik. Penyebab dari hysteria ini adanya tekanan perasaan, kegelisahan,

kecemasan yang dirasakan akibat kebosanan menghadapi

pekerjaan-pekerjaannya.

3. Kejang Histeria: yaitu badan seluruhnya menjadi kaku, tidak sadar akan diri, kadang-kadang sangat keras disertai dengan

teriakan-teriakan dan keluhan-keluhan tetapi air mata tidak keluar.

Penyebabnya adalah emosi sangat tertekan, seperti tersinggung,

sedih, dan rasa penyesalan.

34

(33)

c. Psychastenia

Psychastenia adalah semacam gangguan jiwa yang bersifat paksaan, yang berarti kurangnya kemampuan jiwa untuk tetap dalam keadaan

integrasi yang normal.

Gejala-gejala penyakit ini adalah:

1. Phobia yaitu rasa takut yang tidak masuk akal. Kadang-kadang rasa

takut yang tidak masuk akal itu menyebabkan tertawaan orang

sehingga ia makin merasa cemas.

2. Obsesi yaitu gejala gangguan jiwa, di mana si sakit dikuasai oleh

pikiran yang tidak bisa dihindari.

3. Kompulsi yaitu gangguan jiwa, yang menyebabkan melakukan

sesuatu, baik masuk akal ataupun tindakan itu tidak dilakukannya,

maka si penderita akan merasa gelisah dan cemas. Kegelisahan

atau kecemasan itu baru hilang apabila tindakan itu dilakukan.

Sedangkan macam-macam Psychose antara lain: a. Schizophrenia

b. Paranoia

c. Manicdepressive.35

Secara singkat macam-macam psychose tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Schizophrenia

adalah penyakit jiwa yang paling banyak terjadi dibandingkan dengan

penyakit jiwa lainnya, penyakit ini menyebabkan kemunduran

kepribadian pada umumnya, yang biasanya mulai tampak pada masa

puber. Gejala-gejala Skizoprenia yang penting antara lain:

1. Dingin perasaan, tak ada perhatian pada apa yang terjadi

disekitarnya.

2. Banyak tenggelam dalam lamunan yang jauh dari kenyataan

3. Mempunyai prasangka-prasangka yang tidak benar dan tidak

beralasan

35

(34)

4. Sering terjadi salah tanggapan atau terhentinya pikiran atau juga

pembicaraannya tidak jelas ujung pangkalnya

5. Halusinasi pendengaran, penglihatan atau penciuman, di mana si

penderita seolah-olah mendengar, mencium atau melihat sesuatu

yang sebenarnya tidak ada.

6. Si sakit banyak putus asa dan merasa bahwa ia adalah korban

kejahatan orang banyak atau masyarakat

7. Keinginan menjauhkan diri dari masyarakat, tidak mau bertemu

orang lain.

b. Paranoia

adalah penyakit “gila kebesaran”, atau “gila menuduh orang”.

Penyakit ini tidak banyak terjadi, kadang-kadang hanya satu atau dua

orang saja yang terdapat menjadi penghuni dari salah satu rumah sakit

jiwa. Biasanya penyakit ini mulai menyerang orang sekitar umur 40

tahun. Di antara ciri-ciri khas penyakit ini adalah delusi, yaitu satu pikiran salah yang menguasai orang yang diserangnya.

c. Manicdepressive

Penyakit ini dinamak juga “gila kumat-kumatan” di mana penderita

mengalami rasa besar/gembira yang kemudian berubah menjadi

sedih/tertekan.

Menurut Zakiah Daradjat, gangguan kesehatan mental dapat

mempengaruhi:

a. Perasaan; misalnya cemas, takut, iri-dengki, sedih tak beralasan, marah oleh hal-hal remeh, bimbang, merasa diri rendah, sombong, tertekan (frustasi), pesimis, putus asa dan apatis.

b. Pikiran; kemampuan berpikir kurang, sukar memusatkan perhatian, mudah lupa, tidak dapat melanjutkan rencana yang telah dibuat. c. Kelakuan; nakal, pendusta, menganiaya diri atau orang lain,

menyakiti badan orang atau dirinya dan berbagai kelakuan menyimpang lainnya.

d. Kesehatan tubuh; penyakit jasmani yang tidak disebabkan oleh gangguan pada jasmani. 36

36

(35)

Dari penjelasan di atas penulis memberi kesimpulan bahwa semua

penyakit jiwa dan gangguan jiwa disebabkan karena perasaan tertekanan

yang tidak bisa dihindari oleh si penderita, sehingga perasaan itu

terus-menerus ia simpan yang akhirnya menyebabkan si penderita pesimis dan

hilang akal untuk mengontrol dirinya.

5. Tanda-tanda Mental Sehat

Dari Word Health Organization (WHO) “Bagian Jiwa” telah menetapkan

ciri-ciri Mental Health seseorang. Adapun ciri-ciri mental sehat tersebut

adalah:

a. Adjustment (Penyesuaian diri).

b. Integrated Personality (Kepribadian utuh/kokoh).

c. Free of the Senses of Frustration, Confict, Anxiety, and Depression (Bebas dari rasa gagal, pertentangan batin, kecemasan dan tekanan).

d. Normatif, semua sikap dan tingkah laku yang dilahirkannya tidak ada yang lolos dari jaringan Niai/Adat/Agama/Peraturan/UU.

e. Responsibility (Bertanggung Jawab).

f. Maturity (Kematangan), terdapatnya kematangan dalam melakukan suatu sikap dan tingkah laku-tingkah laku itu dijalankan penuh

pertimbangan.

g. Otonomi (Berdiri Sendiri), selalu bersifat mandiri atas segala tugas-tugas atau kewajiban yang menjadi bebannya, tanpa suka memikul

bebannya kepada orang lain dalam kondisi yang tidak terpaksa.

h. Well Decision Making (Pengambil Keputusan yang Baik).37

Sedangkan di dalam bukunya Dadang Hawari, kriteria jiwa atau mental

yang sehat adalah:

a. Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk baginya.

b. Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya. c. Merasa lebih puas memberi daripada menerima

37

(36)

d. Secara relatif bebas dari rasa tegang dan cemas.

e. Berhubungan dengan orang secara tolong-menolong dan saling memuaskan

f. Menerima kekecewaan untuk dipakainya sehingga sebagai pelajaran untuk dikemudian hari

g. Menjuruskan rasa permusuhan lepada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif

h. Mempunyai rasa kasih sayang yang besar.38

Sedangkan di dalam bukunya Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir,

tanda-tanda kesehatan mental adalah “adanya perasaan cinta. Cinta dianggap

sebagai tanda kesehatan mental sebab cinta menunjukkan diri positif. Cinta

mendorong individu untuk hidup berdamai, rukun, saling kasih-mengasih,

dan menjauhkan dari kebencian, dendam, permusuhan, dan pertikaian”.39

Jika dilihat dari pendapat para ahli yang dijelaskan di atas, nampak saling

melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Tetapi penulis memilih

pendapat dari Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir karena dengan adanya rasa

cinta di antara manusia, maka akan timbul rasa saling menyayangi,

perdamaian, saling menghormati sesama manusia. Sehingga tidak ada rasa

dendam ataupun iri hati yang bisa menyebabkan seseorang tertekan

perasaannya karena di benci oleh orang lain.

C. Kerangka Berpikir

Sebagaimana telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya yaitu

kerangka teori, layanan bimbingan konseling merupakan layanan yang

mempunyai hubungan dan pengaruh yang sangat besar bagi para siswa, baik

dari sikap maupun dan intelegensinya. Karena berhasilnya suatu pendidikan

dalam proses belajar mengajar bukan hanya ditentukan dari intelegensi yang

dimiliki oleh murid tetapi dari faktor-faktor lain yang mendukungnya, salah

satunya, yaitu dari bimbingan yang diberi oleh para guru-guru yang ada di

sekolah. Bagaimana para guru-guru membimbing murid-muridnya dengan

38

Dadang Hawari, Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1996), h. 12

39

(37)

bimbingan dan dukungan yang bisa menjadi para murid lebih semangat,

berkreasidan kreatif dalam belajar

Layanan bimbingan konseling di samping sebagai penyemangat bagi para

murid, layanan bimbingan konseling juga bisa menjadi tempat mengadunya

para murid atau tempat konsultasi ketika murid sedang menghadapi

masalah/problem dalam belajar. Dengan demikian, maka akan timbul suatu

kedekatan dan keterbukaan murid dan juga terjalin hubungan yang baik, antar

guru dan murid.

Dengan adanya layanan bimbingan konseling menjadikan pengaruh yang

baik bagi para murid terutama pada tingkah laku murid, yaitu murid akan

lebih terarah, berani dalam mengambil keputusannya sendiri, tidak rendah diri

(pesimis) melainkan selalu optimis apa yang ia lakukan artinya kesehatan

mentalnya normal tidak dipengaruhi pada hal-hal yang negatif.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan, jika layanan bimbingan

konseling yang ada di sebuah lembaga sekolahan diberikan secara terus

menerus diberikan kepada para murid, maka dapat menjadikan mereka

menjadi lebih bersemangat dan berani dalam menghadapi masalah dan juga

dalam mencapai tujuan yang hendak dicapainya.

D. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan kajian teori di atas, maka dirumuskan suatu hipotesis.

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara

terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang

terkumpul. Hipotesis akan diuji di dalam penelitian dengan pengertian bahwa

uji statistik selanjutnya yang akan membenarkan atau menolaknya. Adapun

yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara layanan bimbingan

konseling dengan kesehatan mental siswa.

Ha: Terdapat hubungan yang signifikan antara layanan bimbingan konseling

(38)

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian/ rancangan penelitian merupakan “rancangan untuk

menggambarkan prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh,

waktu penelitian, sumber data dan kondisi arti apa data dikumpulkan, dan

deangan cara bagaimana data tersebut dihimpun dan diolah”.1

Adapun metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah Deskriptif

korelasional. Metode deskriptif digunakan bertujuan untuk

menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat

penelitian dilakukan dan mencari sebab-sebab dari suatu gejala.

Selanjutnya, dalam penelitian ini penulis mengacu pada buku pedoman

penulisan skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan (FITK) UIN Jakarta tahun 2007.

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian

suatu penelitian.2

1

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. III, h. 52

2

(39)

Di dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang dijadikan sebagai

acuan dalam pengamatan, guna memperoleh data dan kesimpulan empiris

mengenai hubungan bimbingan dan konseling terhadap kesehatan mental,

yaitu:

1. Variabel bebas (Variabel Independen), yaitu variabel yang dapat memberikan pengaruh terhadap variabel lain, yaitu layanan bimbingan

dan konseling (variabel X).

2. Variabel terikat (Variabel Dependen), yaitu variabel yang yang dipengaruhi oleh variabel bebas, yaitu kesehatan mental siswa

(variabel Y).

Tabel. 1

Matriks Variabel penelitian

No Variabel Dimensi Indikator

1. Layanan

Membantu siswa dalam

memilih jurusan dan

ekstrakulikuler yang sesuai

dengan minat, bakat dan

cita-cita

Membantu siswa dalam

menyelesaikan masalah yang

dihadapi baik yang

berhubungan dengan sekolah,

keluarga, sosial, pribadi dan

pekerjaan

Membantu kesulitan siswa

dalam proses belajar- mengajar

Memberikan penerangan yang

sejelas-jelasnya dan

selengkap-lengkapnya kepada siswa

mengenai berbagai hal yang

(40)

5.Layanan Hubungan

Pihak sekolah bekerjasama

dengan masyarakat, yaitu

adanya pertemuan dengan

orang tua murid, kunjungan ke

rumah, seminar dan

bekerjasama dengan berbagai

lembaga penting.

Guru berusaha mengantisipasi

berbagai masalah yang

mungkin terjadi dan berusaha

untuk mencegahnya.

Membantu murid/sekelompok

murid dalam memecahkan

masalah-masalah dengan

melalui kegiatan kelompok.

Membantu siswa dalam

memecahkan masalah pribadi.

pilihan/tindakan yang telah

dilakukan.

Siswa dapat mematuhi

peraturan tata tertib sekolah

Siswa dapat

menjaga/mengawas dirinya

(41)

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu

ruang lingkup dan waktu kita tentukan.3

Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh siswa.

Siswa kelas dua MAN 12 Duri Kosambi Cengkareng Jakarta Barat yang

berjumlah 257 siswa.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat-sifat dan

karakteristik yang sama, sehingga betul-betul mewakili populasi. Guna

menyederhanakan proses pengumpulan dan pengolahan data, maka penulis

mengambil teknik Purposive sample. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel sebanyak 20% dari jumlah populasi yang ada yaitu 257 dengan

perhitungan 20% X 257 = 51,4 dibulatkan menjadi 52 responden. Hal ini

berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto:

“Apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua

sehinnga penelitiannya merupkan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah

subyeknya besar, dapat diambil antara 10 – 15 % atau 20 – 25 % atau

lebih.”4

Tabel. 2

Matriks Populasi dan Sampel

Kelas Jumlah Siswa Jumlah Sampel XI- IPA

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), Cet. V, h. 118

4

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,…, h. 134

(42)

Tabel. 3

Kisi-kisi Instrumen Bimbingan dan Konseling

Variabel Indikator Butir Soal Jumlah

1. Layanan

b. Membantu siwa dalam menyelesaikan

masalah yang dihadapi baik yang

berhubungan denagn sekolah, sosial,

pribadi dan pekerjaan

c. Membantu siswa dalam proses

belajar-mengajar

d. Memberikan penerangan yang

sejalas-jelasnya dan selengkap-lengkapnya

kepada siswa mengenai berbagai hal

yang diperlukan baik tentang

pendidikan, sosial dan pribadi.

e. Pihak sekolah bekerjasama dengan

masyarakat, yaitu adanya pertemuan

dengan orang tua murid, kunjungan ke

rumag, seminar, dan bekerjasama

dengan lembaga-lembaga penting

seperti mendatangkan kepolisian dan

Psikolog ke sekolah.

f. Guru berusaha mengantisipasi berbagai

masalah yang mungkin terjadi dan

berusaha untuk mencegahnya.

g. Membantu murid/sekelompok murid

dalam menyelesaikan masalah-masalah

dengan melalui kegiatan kelompok

h. Membantu siswa dalam memecahkan

(43)

masalah pribadi.

Kisi-kisi Instrumen Kesehatan Mental (prilaku) siswa 2. Kesehatan

Mental

(prilaku)

siswa

a. siswa dapat menunjukkan rasa

tanggung jawabnya atas segala

pilihan/tindakan yang telah dilakukan

b. Siswa dapat mematuhi peraturan tata

tertib sekolah

c. Siswa dapat menjaga/mengawas dirinya

dari hawa nafsu.

menggunakan metode eksplanasi yaitu, model penelitian yang memiliki

objek kajian dalam bentuk menguji hubungan antarvariabel yang dihipotesiskan. Dalam konteks ini, maka peneliti eksplanasi bertumpu

pada hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Hipotesis itu sendiri

menggambarkan hubungan antar dua atau lebih variabel untuk mengetahui

apakah sesuatu variabel berasosiasi ataukah tidak dengan variabel lainnya,

atau apakah sesuatu variabel disebabkan atau dipengaruhi oleh variabel

lainnya atau tidak.6

Di samping itu juga, metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif

yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan keadaan sebenarnya.

Untuk memperoleh data obyektif, maka digunakan dua bentuk penelitian,

yaitu:

(44)

a. Penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan, membaca dan menganalisis buku

yang ada relevansinya dengan masalah yang dibahas dalam skripsi.

b. Penelitian lapangan (Field Research), yaitu penelitian untuk memperoleh data-data lapangan langsung. Dengan cara mendatangi

langsung sekolah yang akan diteliti.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data terdiri dari:

1. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dalam lapangan yang

sistematis terhadap gejala-gejala yang dihadapi dan sesuai dengan

kenyataan yang ada.

2. Wawancara adalah Tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih

secara langsung dengan kepala sekolah dan guru BK.

3. Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui

dokumen-dokumen.

4. Angket adalah daftar pernyataan atau pertanyaan yang dikirimkan

kepada responden baik secara langsung atau tidak langsung untuk

mengetahui sakala tentang layanan bimbngan dan konseling terhadap

kesehatan mental siswa MAN 12 di kelas XI.

F. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah yang ditempuh dalam menganaliss data adalah:

1. Editing

Yang pertama kali dilakukan adalah melakukan edit atau memilih data,

sehingga hanya data yang tercapai saja yang tersisa. Langkah editing ini

bertujuan untuk merapihkan data agar rapi, bersih dan mengadakan

Gambar

Tabel. 1
Tabel. 2
Tabel. 3
Tabel. 5 Interpretasi Data
+7

Referensi

Dokumen terkait

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM RELOKASI PERMUKIMAN RT 3/36 &amp; RT 3/37 KELURAHAN MOJOSONGO 4.1.. Karakteristik Kebijakan Relokasi Permukian Pemukiman

Ketika aliran udara dibelokkan oleh angin, resultan kecepatan aliran melebihi profile adalah lebih besar daripada kecepatan resultan aliran udara dibawah profil.Karena perbedaan

Hipotesis alternatif pada persamaan pertama dalam penelitian ini menyatakan investasi swasta, tenaga kerja dan pengeluaran pembangunan berpengaruh signifikan

Berdasarkan pada latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi, dan Gaya Kepemimpinan

Sebagai kebijakan yang menekankan pada kompetensi, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) memberikan peluang kepada peserta didik agar menjadi seorang

Di dalam sistem antrian saluran ganda, ada beberapa tempat pelayanan yang paralel sebanyak k, dimana keadaan sistem, khususnya ada n spp dalam sistem pada suatu

diperoleh sebesar 0.0263. Hal ini menunjukkan pengaruh variabel ini adalah 2.63% terhadap produktivitas kerja. Nilai ini masih lebih kecil dari variabel arus

Seorang perempuan berusia 25 tahun G1P0A0, usia kehamilan 12 minggu datang ke UGD RS dengan keluhan mual muntah yang sering , hampir 6 kali sehari, tidak mau makan, nyeri