BAB III
Hubungan Lintas Agama
Di Prangat Baru Marang Kayu
3.1. Desa Prangat Baru Sebagai Teks dan Konteks
3.1.1. Pengantar
Desa Prangat Baru terletak di Jalan Poros Samarinda-Bontang kilometer 63. Ia
merupakan salah satu dari sebelas desa yang ada di Kecamatan Marang Kayu
Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur.1 Desa ini terbentuk ketika
Pemerintah melaksanakan program transmigrasi pada tahun 1989 yang difokuskan ke
lokasi ini. Sebagian besar transmigrannya berasal dari Probolinggo, Banyuwangi,
Bojonegoro dan Surabaya. Ada juga transmigran yang berasal dari Sulawesi Selatan,
Banjar, Kutai dan wilayah sekitar Kalimantan. Akibat dari asal daerah yang cukup
beragam tersebut, mereka pun terdiri dari berbagai suku antara lain Jawa, Madura,
Bugis, Kutai, Banjar dan juga Dayak. Desa ini dirintis di bawah naungan KUPT
(Kepala Unit Pelaksana Teknis) dan dalam binaan Dinas PTP (Penduduk Tanpa
Perkembangan) XIII. Pemerintahan awal desa ini masih dalam berbentuk dusun
(sekarang RW) dan ikut dalam wilayah Desa Tanjung Limau Kecamatan Muara
Badak selama lima tahun. Dengan seiringnya waktu dan berbagai usaha yang
dilakukan, terbentuklah desa ini sebagaimana saat ini telah terbentuk.2
Lokasi Desa Prangat Baru termasuk cukup mudah untuk diakses. Selain
memang karena ia terletak tepat berada di jalan poros Samarinda-Bontang, angkutan
1 Kecamatan Marang Kayu terdiri dari 11 desa, yaitu: Sebuntal, Bunga Putih, Sanbera, Prangat
Baru, Prangat Selatan, Makarti, Santan Ulu, Santan Ilir, Santan Tengah, Kersik, Semangko.
umum yang melintasi daerah ini pun cukup memadai. Di antaranya bus patas, bus
reguler atau juga travel tujuan Balikpapan ke Bontang dan Sangatta atau sebaliknya.
Tarif ongkosnya pun bervariasi dan cukup terjangkau. Setibanya di sana, kita akan
bertemu dengan masyarakat yang selalu menyambut siapa pun yang datang dengan
sopan dan ramah. Suasana hangat dan bersahabat pun dapat kita rasakan di desa itu.
3.1.2. Geografis, Monografis dan Demografis Desa Prangat Baru
Secara geografis3, Desa Prangat Baru memiliki luas sekitar 861.976 m2. Di
sebelah utara berbatasan dengan desa Prangat Selatan, sebelah timur berbatasan
dengan desa Salo Cellak, sebelah selatan berbatasan dengan desa Suka Damai dan
sebelah barat berbatasan dengan tanah perkebunan. Posisi desa ini berada lebih
kurang 300 meter di atas permukaan laut dan secara topografi, daerah ini termasuk
Gambar 1. Peta Posisi desa Prangat Baru (Kalimantan Timur)
3 Geografi adalah ilmu yang mempelajari mengenai lokasi serta persamaan atau perbedaan
dataran tinggi dengan suhu rata-rata 15 – 27 °C. Jalan raya dan jalan setapak yang ada
di desa ini memiliki karakter yang menanjak dan menurun karena wilayah tersebut
berada di tanah yang berbukit-bukit. Jarak desa ini ke pusat pemerintah kecamatan
sekitar tiga puluh lima kilometer. Sedangkan jarak desa ke Ibu Kota Kabupaten,
Tenggarong sekitar 110 km dan jarak ke Ibu Kota Provinsi sekitar enam puluh tiga
kilometer.4 Jika perjalanan dimulai dari Balikpapan – tempat Bandara Internasional
Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan berada – maka jarak yang harus dtempuh
sekitar 220 km.
Gambar 2. Jalan poros Samarinda-Bontang di desa Prangat Baru
Secara monografis5 Desa Prangat Baru dapat dideskripsikan sebagai berikut.
Desa ini memiliki jalan yang terbentang sepanjang dua puluh kilometer. Terdapat
sawah dan ladang seluas 150 hektar dan bangunan umum seluas tiga hektar. Luas
pemukiman dan perumahan yang ada di desa ini sekitar tujuh puluh lima hektar6 dan
4 Data Monografi per bulan Januari tahun 2015, 1 (lampiran 1)
5 Monografi adalah rincian data dan statistik pemerintahan, sumber daya alam, sumber daya
manusia, ekonomi, pendidikan, dan kondisi geografis dari suatu wilayah dengan melihat data
monografi, maka dapat melihat gambaran dari situasi dan kondisi wilayah tertentu. Manfaat monografi adalah untuk mempermudah para pihak yang memerlukan data dari suatu wilayah. “Penyusunan data monografi Kota,” Sekretariat Daerah Pemerintah Kabupaten Bantul, 28 November 2013. Diakses pada tanggal 18 September 2017.
https://setda.bantulkab.go.id/berita/baca/2013/11/28/130428/penyusunan-data-monografi-kota
lahan pekuburan sekitar tiga hektar.7 Selain itu desa ini juga memiliki lahan yang
digunakan sebagai jalur hijau seluas lima puluh hektar dan untuk keperluan umum
seluas 106 hektar. Ada juga lahan yang diperuntukkan sebagai perkantoran seluas 1,5
hektar dan irigasi setengah teknis seluas dua puluh lima hektar.8
Gambar 3. Kondisi umum desa Prangat Marang Kayu
Desa Prangat Baru juga memiliki beberapa lahan yang ditujukan untuk
keperluan khusus, di antaranya adalah lahan pekarangan seluas delapan puluh lima
hektar, lahan perladangan 150 hektar, lahan tegalan9 seluas 255 hektar. Selain itu ada
juga lahan yang diperuntukkan sebagai perkebunan negara seluas 166 hektar dan
perkebunan rakyat seluas 355 hektar. Desa ini juga memiliki hutan seluas 869 hektar
dan rasa seluas 100 hektar. Sedangkan untuk sarana peribadatan, desa ini memiliki
sembilan lokasi, dua buah masjid, enam buah mushola, dan satu buah gereja.10
Secara demografis11, dapat dijelaskan sebagai berikut, jumlah penduduk desa
Prangat Baru sebanyak 1.579 orang dengan perincian 771 orang perempuan, 808
7 Data Monografi per bulan Januari tahun 2015, 1 (lampiran 1) 8 Data Monografi per bulan Januari tahun 2015, 1 (lampiran 1)
9 Tegalan adalah tanah yang luas dan rata yang ditanami palawija dan sebagainya dengan tidak
menggunakan sistem irigrasi, tetapi bergantung pada hujan; ladang; huma. “Arti tegalan”, Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. Diakses pada tanggal 18 Oktober 2017. https://www.kbbi.web.id/tanah
10 Data Monografi per bulan Januari tahun 2015, 2 (lampiran 1)
11 Demografi adalah ilmu tentang susunan, jumlah, dan perkembangan penduduk; ilmu yang
orang laki-laki dan 308 kepala keluarga. Jumlah penduduk yang beragama Islam
sebanyak 1.553 orang dan 26 orang yang beragama Kristen. Sebagian besar penduduk
desa ini bekerja sebagai petani perkebunan karet dengan jumlah 569 orang. Di antara
mereka ada juga yang berprofesi lain, yaitu: Pegawai Negeri Sipil sebanyak empat
belas orang, swasta tiga belas orang, wiraswasta enam belas orang, pertukangan
sebelas orang, pensiunan PNS dua orang dan di bidang jasa dua orang.12 Sedangkan
berdasarkan tingkat pendidikan adalah: TK tiga puluh empat orang, SD 542 orang,
SLTP 178 orang, SLTA 116 orang, setingkat Diploma sepuluh orang dan setingkat
sarjana lima belas orang.13
3.2. Hubungan Mutual Lintas Agama di Prangat Baru
3.2.1. Mutual dalam Kehidupan Lintas Agama
Keadaan baik yang sedang dialami tidak selamanya berawal dari keadaan yang
baik pula. Ada kalanya keadaan yang tidak baik justru mengawali keadaan yang baik
tersebut. Kondisi seperti ini juga yang dapat menggambar keadaan masyarakat desa
Prangat Baru. Hal inilah yang dialami oleh masyarakat desa Prangat Baru saat
memulai kehidupan bersamanya sebagai suatu komunitas. Khususnya berkaitan
dengan hubungan lintas agama. Pada awalnya mereka pernah mengalami kondisi
yang cenderung mengarah kepada sikap intoleran kepada pemeluk agama lain.14 Akan
tetapi secara bertahap keadaan tersebut berangsur berubah ke arah yang lebih baik,
kependudukan. “Arti Demografi,” Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. pada tanggal 18 Oktober 2017. https://www.kbbi.web.id/tanah
12 Data Monografi per bulan Januari tahun 2015, 3 (lampiran 1) 13 Data Monografi per bulan Januari tahun 2015, 2 (lampiran 1)
14 Pada saat itu (tanpa ada keterangan waktu yang spesifik) masih ada sikap dari sebagian
seiring semakin berkembangnya pemikiran dan kesadaran akan pentingnya hidup
bersama di dalam kebaikan.15
Kesadaran yang semakin membaik tersebut berdampak kepada kehidupan
sehari-hari masyarakat desa Prangat Baru. Di antara mereka – tanpa melihat latar
belakang agama – tumbuh rasa saling menghargai dan menghormati antara satu
dengan yang lain. Di dalamnya terbangun hubungan yang mengarah kepada mutual,
yaitu terjadi proses berbalas-balasan atau timbal balik dari kedua belah pihak.16 Hal
tersebut bahkan semakin nampak ketika di masing-masing tempat ibadah, baik masjid
maupun gereja. Apabila akan diadakan acara atau kegiatan di masjid, maka semua
dengan suka rela warga masyarakat bekerja sama dalam mempersiapkannya.
Demikian juga sebaliknya jika ada kegiatan di gereja. Bagi mereka kegiatan-kegiatan
tersebut merupakan hajatnya warga masyarakat desa Prangat Baru, meskipun
diadakan di rumah-rumah ibadah.17
Warga masyarakat desa Prangat Baru juga telah terbiasa untuk saling
mengunjungi pada saat perayaan hari raya keagamaan. Pada hari Idul Fitri, warga
yang beragama Kristen akan berkeliling mengunjungi rumah-rumah warga yang
merayakan Idul Fitri, hal sama juga terjadi pada saat hari Natal.18 Begitu juga pada
saat Hari Raya Kurban, yang bekerja di dalamnya bukan hanya warga yang beragama
Islam saja, melainkan yang beragama Kristen pun ikut berperan aktif. Bahkan pada
saat pembagian daging kurban, semua warga akan mendapatkan tanpa terkecuali.
Selain itu jika ada acara yang diadakan oleh warga Muslim, seperti syukuran atau
15 Wawancara dengan Rifai tanggal 18 September 2017.
16 Arti kata mutual, KBBI Online. Dikases pada tanggal 16 Juli 2017 http://www.
ahlibahasa.com/2013/09/mutual.html
17 Menurut Joko dalam FGD tanggal 18 September 2017.
pengajian, warga yang beragama Kristen pun akan mendapatkan undangan untuk
hadir.19 Kondisi yang inilah yang menjadi salah satu keunikan di desa Prangat Baru.20
Dalam hal pembangunan rumah ibadah, khususnya masjid, warga desa
Prangat baru telah sepakat untuk tidak meminta sumbangan di tengah jalan.21 Mereka
tidak mau menyusahkan para pengguna jalan dengan menempatkan drum-drum di
tengah jalan lalu menyodorkan jaring ikan untuk mendapatkan sumbangan. Bagi
mereka metode seperti itu merupakan perampokan karena seakan menodongkan
sesuatu dan meminta sejumlah uang.22 Oleh karena itu di setiap kegiatan
pembangunan masjid semua masyarakat ikut membangun di dalam kebersamaan,
termasuk mereka yang beragama Kristen.23 Begitu juga pada saat pembangunan
gereja24, seluruh warga turut berperan di dalamnya. Bahkan untuk pengadaan sound
system dan keyboard gereja pun dilakukan oleh warga yang beragama Islam.25
3.2.2. Mutual dalam Kesempatan Berpartisipasi di Ruang Publik
Masyarakat Desa Prangat Baru memiliki sikap yang sangat terbuka untuk
menerima kepelbagaian, khususnya berkaitan dengan partisipasi di ruang publik.
19 Menurut Joko dalam FGD tanggal 08 September 2017. 20 Menurut Purnomo dalam FGD tanggal 19 September 2017.
21 Menurut Agus Haryanto dalam FGD tanggal 18 September 2017. Suatu kali ada seorang
Bapak, salah seorang warga desa itu yang bertanya tentang jumlah warga jemaat tempat Agus bergereja dan ia menjawab bahwa di tempatnya hanya ada sepuluh kepala keluarga. Lalu ditanyakan mengapa gereja tempat Agus berjemaat dapat membuat gedung gereja yang cukup baik meskipun hanya sepuluh kepala keluarga. Agus pun menjelaskan bahwa di tempatnya selalu diajarkan memberi yang terbaik untuk pekerjaan Tuhan dan di dalamnya ada iman bahwa Tuhan tidak pernah membiarkan anak-anak-Nya kekurangan. Lalu Bapak tadi merespons bahwa di tempat ia berjemaah hal itu belum bisa terjadi karena kesadaran untuk memberi secara sistematis belum bertumbuh. Dari sisi ini, menurut Agus, ada keinginan dari orang Muslim untuk belajar meskipun itu dari mereka yang tidak seagama.
22 Menurut Rifai dalam FGD tanggal 18 September 2017.
23 Wawancara dengan Agus Haryanto tanggal 23 Agustus 2017. Agus Haryanto juga
merupakan salah satu penggagas untuk tidak meminta sumbangan pembangunan masjid di jalan-jalan. Ia pun memberikan ijin kepada masyarakat dan panitia untuk mengambil bahan bangunan yang diperlukan di rumah kediamannya. Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 2015 ketika mereka berencana untuk mendirikan sebuah mushola di lingkungan RT tempat Agus berdomisili.
Sedikitnya ada dua jabatan publik yang cukup strategis di desa itu yang dipercayakan
kepada anggota masyarakat beragama Kristen, yaitu Wakil Kepala Badan Perwakilan
Desa (BPD) oleh Elly Depris dan Kepala Dusun Wono Asri oleh Filifi.26 Gambaran
kepemimpinan di tempat ini sangat berbeda dengan banyak tempat lain di Indonesia,
yang membatasi partisipasi publik bagi anggota masyarakat yang bukan kelompok
dominan. Kemungkinan yang terjadi adalah jabatan publik itu dimonopoli oleh
mereka yang digolongkan sebagai kelompok mayoritas.
Di setiap bulan Maret, desa ini mengadakan perayaan hari ulang tahun yang
biasa disebut dengan ‘Bersih Desa’. Di dalam acara tersebut diadakan syukuran yaitu
resepsi yang dihadiri oleh semua warga masyarakat. Tidak lupa juga disertakan pentas
kesenian rakyat sebagai hiburan. Pada setiap tahunnya, acara “Bersih Desa” tersebut
dapat terlaksana dengan baik karena seluruh warga dengan antusias
mempersiapkannya secara maksimal.
Ada hal yang sangat menarik di dalam rangkaian acara perayaan hari ulang
tahun desa tersebut. Pertama, sehari sebelum acara tesebut, seluruh warga masyarakat
diarahkan untuk mengadakan ibadah syukur di tempat ibadah masing-masing, baik di
masjid maupun di gereja. Dengan khidmat mereka memanjatkan doa syukur kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa menurut agama masing-masing. Kedua, pada saat hari
perayaan dan di dalam seremoni yang dilaksanakan, doa dibacakan secara bergantian
oleh tokoh agama dari masing-masing agama. Diawali oleh pemuka agama dari Islam,
kemudian Kristen.27 Dalam hal ini nampak bahwa masyarakat desa Prangat Baru
mengakomodir semua agama hadir dan berpartisipasi di ruang publik.
Gambar 4. Acara Resepsi ‘Bersih Desa’ Tokoh Masyarakat dan
Tokoh Agama duduk berdampingan dalam suasana kekeluargaan.
3.2.3. Mutual dalam Urusan Kematian
Desa Prangat Baru memiliki lahan pekuburan yang cukup unik. Lokasinya
tepat berada di sisi kiri (dari arah Samarinda) di jalan poros Samarinda-Bontang
kilometer 60. Kompleks pemakamannya cukup tertata dengan baik dengan sebuah
pondok kecil namun asri untuk masyarakat dapat beristirahat saat melaksanakan
prosesi pemakaman. Dibatasi oleh pagar yang cukup baik sumbangan dari salah satu
perusahaan swasta yang beroperasi di sekitar daerah itu.28 Satu hal yang menjadi
keunikannya adalah ketika di dalamnya tidak ada pemisahan antara makam bagi
warga yang beragama Islam dengan warga yang beragama Kristen. Semua berada di
dalam satu kompleks pemakaman yang sama, yaitu Tempat Pemakaman Umum Desa
Prangat Baru. Pada awalnya sempat ada penolakan dari beberapa pihak mengenai hal
ini, namun Rifai bersama dengan beberapa orang yang memiliki pandangan tentang
agama yang cukup luas dapat memberikan pemahaman kepada mereka.29
28 Wawancara dengan Rifai tanggal 18 September 2017.
29 Wawancara dengan Rifai tanggal 18 September 2017. Menurutnya Tuhan itu tidak akan
Gambar 5. Gapura lokasi pemakaman dan posisinya di jalan poros Samarinda-Bontang.
Warga masyarakat desa Prangat Baru sangat menghargai orang yang
meninggal dunia. Mereka memahami jika hewan mati tentu akan dikuburkan dengan
baik, apalagi manusia.30 Oleh karena itu setiap ada salah satu anggota warga yang
meninggal dunia, semua warga masyarakat akan turut berperan dalam mempersiapkan
dan melaksanakan prosesi pemakaman tersebut.31 Bagi mereka, siapa pun dan dari
agama apa pun berhak mendapatkan penghargaan yang sebaik-baiknya saat
meninggal dunia, karena mereka adalah ciptaan Tuhan yang Maha Kuasa. Perbedaan
bukan dijadikan alasan untuk tidak saling menghargai antar sesama manusia.32
Di desa Prangat Baru, tanggung jawab urusan pemakaman diserahkan kepada
Rifai.33 Ia adalah salah satu tokoh agama dan masyarakat yang sangat disegani.
apalagi pasar induk, selalu dalam keadaan ramai dan sesak. Sama halnya dengan tempat pemakaman, tidak perlu kuatir bahwa Tuhan akan salah mengenali umat-Nya. Ia tidak pernah salah. Apalagi dalam hal itu, oleh karena itu tidak perlu dipisahkan kompleks pemakaman antara yang Muslim dan Kristen.
30 Menurut Ali Ansyah dalam FGD tanggal 18 September 2017.
31 Pernah ada kejadian dalam dua waktu yang berbeda. Dua orang pekerja yang bekerja di
perkebunan sawit meninggal dunia. Mereka orang dari Flores beragama Katholik dan bukan penduduk desa Prangat Baru. Setelah pihak aparat desa berkomunikasi dengan keluarga besar yang bersangkutan agar dapat dimakamkan di desa itu, maka proses pemakaman pun dilakukan dengan sebaik-baiknya. Semua masyarakat bekerja dan bergotong royong di dalamnya. Bahkan sempat kehabisan kain kafan, lalu mereka dengan sukarela mengambil cadangan yang ada di masjid.
32 Menurut Waginem dalam FGD tanggal 18 September 2017.
33 Ia adalah salah seorang warga masyarakat yang berprofesi sebagai petani buah naga yang
Ialah yang menentukan di posisi mana jenasah akan dimakamkan. Proses penggalian
liang kubur pun tidak akan di mulai sebelum mendapatkan instruksi dan arahan yang
jelas dari beliau. Di dalam pekerjaan itu warga akan bekerja sama dengan pembagian
Gambar 6. Lokasi Bagian dalam lokasi pemakaman dan pondok tempat beristirahat.
tugas yang jelas, meskipun hal tersebut tidak terungkap secara tersirat. Mereka yang
berdomisili di dekat lokasi pemakaman akan bekerja menggali liang kubur dengan
sebaik-baiknya, demikian juga berada di sekitar rumah keluarga yang berduka akan
bekerja maksimal sebagaimana yang diperlukan di tempat itu.34 Liang kubur yang
mereka gali pun harus memenuhi standar yang telah disepakati. Kedalamannya harus
cukup dan semua peralatan serta kelengkapan (seperti peti dan papan penyanggah
tanah) pun harus dihaluskan dan dicuci bersih. Pelayanan semacam ini diberlakukan
kepada siapa pun dengan tidak memandang latar belakang agama.35
3.2.4. Peran Pemerintah dalam Hubungan Mutual
Hubungan mutual yang telah terbangun antara Islam-Kristen di desa Prangat
Baru, juga tidak terlepas dari peran aktif orang-orang yang ada di pemerintahan.
Purnomo sebagai kepala desa, sejauh ini dinilai sebagai sosok yang sangat
34 Wawancara dengan Rifai dan Agus tanggal 18 September 2017.
mendukung terciptanya kondisi toleransi antar umat beragama di desa ini. Ia
menuturkan bahwa mendapatkan kondisi yang nyaman dan aman saat beribadah
adalah hak semua warga negara Indonesia. Oleh karena itu tidak seorang pun yang
dapat mengganggu bahkan meniadakan hal tersebut. Sebagai aparat desa ia sadar
bahwa pemahaman seperti ini juga harus dimiliki oleh seluruh rekan kerjanya.36 Hal
tersebut juga dibenarkan oleh rekan-rekan sekerjanya saat pelaksanaan FGD di Kantor
Desa pada tanggal 08 September 2017.37
Penulis menemukan bahwa pihak Kantor Desa memiliki komitmen yang
tinggi dalam memfasilitasi tiap warganya untuk memperoleh tempat ibadah yang
layak dan nyaman, baik Islam maupun Kristen. Hal ini dapat terlihat melalui
kebijakan-kebijakan yang telah diambil dan dilaksanakan dalam rangka tersebut. 38
Dari anggaran dana desa yang ada setiap tahun, selalu ada pos yang dikhususkan
untuk rumah-rumah ibadah. Kepengurusannya pun dilakukan dalam kebersamaan,
sehingga bukan suatu hal yang aneh jika untuk keperluan di gereja, warga masyarakat
yang beragama muslim pun ikut terlibat.
Kejadian lain yang penulis temukan adalah ketika di desa itu kedatangan
seorang pendeta dan keluarganya yang hendak membuka jemaat baru di tempat itu.
Selama ini hanya ada satu jemaat umat Kristen yang ada di tempat itu, GKII Jemaat
Prangat Baru. Dalam hal ini Kepala Desa memberikan kesempatan kepada pendeta
tersebut untuk melaksanakan niatnya dengan syarat, bahwa pelaksanaanya harus
dengan cara yang sehat.39 Tidak boleh mengambil warga jemaat dari gereja yang telah
ada dan jangan sampai niatnya tersebut membuat suasana persaudaraan di desa itu
36 Wawancara dengan Purnomo tanggal 07 September 2017.
37 Di antaranya menurut Joko Sutopo dan Kasmuji dalam FGD tanggal 08 September 2017. 38 Menurut Purnomo dalam FGD tanggal 07 September 2017.
menjadi terganggu. Melalui kejadian ini penulis melihat bahwa pihak pemerintah
memiliki sikap yang terbuka terhadap semua kepentingan agama warga
masyarakatnya.
Dari beberapa hal yang telah disampaikan di atas, penulis menemukan bahwa
pemerintah desa Prangat Baru saat ini adalah pemerintah yang sangat solid dan sangat
berkomitmen menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan warganya. Hal tersebut tidak
hanya terlihat di antara karyawan yang ada sebagai staf di Kantor Desa. Kondisi ini
juga terjadi di dalam kebersamaan sebagai anggota BPD desa itu. Bahkan komitmen
ini juga dimiliki oleh para kepala dusun, baik dusun Wono Asih dan dusun Mukti
Raya Kudus.40 Kondisi tersebut juga yang menjadi panutan bagi warga masyarakat
sehingga mereka terbiasa untuk hidup di dalam hubungan yang mutual.
3.2.5. Kesimpulan
Di dalam proses observasi dan penelitian, penulis melakukan pengamatan
terhadap segala fenomena yang ada di desa Prangat Baru. Penulis menemukan banyak
hal yang berkaitan adanya hubungan yang mutual antara Islam-Kristen di desa
tersebut. Ada beberapa hal yang menjadi hasil temuan penulis. Pertama, penulis
menemukan bahwa di dalam kehidupan sehari-hari, warga masyarakat desa Prangat
Baru selalu berada di dalam hubungan yang damai dan penuh rasa persaudaraan. Jika
ada suatu permasalahan yang terjadi, mereka menyelesaikannya secara damai dan
penuh kekeluargaan. Hubungan sosial itu terjadi dan mengalir dengan baik tanpa
mempermasalahkan perbedaan agama yang ada, meskipun sebenarnya mereka sadar
bahwa perbedaan itu memang ada. Bagi mereka perbedaan agama itu memang harus
40 Dusun Wono Asih dikepalai oleh Filifi dan dusun Mukti Raya Kudus dikepalai oleh
ada karena hidup di bumi Indonesia multi agama dan etnis. Agama dan keyakinan
yang berbeda itu bukan untuk diperdebatkan karena itu merupakan masalah pribadi
dengan Yang Maha Kuasa.
Kedua, penulis melihat bahwa di dalam perbedaan agama yang ada, di situlah
rasa persatuan dan kesatuan itu muncul. Hal nyata yang dapat dilihat adalah ketika
mereka dengan kesadaran penuh bekerja sama di dalam mempersiapkan kegiatan
yang ada di rumah-rumah ibadah, baik masjid maupun gereja. Bahkan di dalam
acara-acara yang diadakan, mereka saling mengundang satu dengan yang lainnya. Misalnya
acara pengajian, syukuran, tahlilan yang diadakan di rumah-rumah penduduk maupun
di masjid. Begitu juga dengan acara yang dilakukan di gereja, seperti perayaan Natal.
Ketiga, penulis menemukan bahwa hubungan mutual yang ada di desa ini pun
terwujud dalam partisipasi di ruang publik. Sedikitnya ada dua orang Kristen yang
diberi kepercayaan untuk melaksanakan jabatan publik yang cukup strategis, yaitu
wakil ketua BPD dan Kepala Dusun. Fenomena yang seperti ini pun akan sangat sulit
ditemukan karena biasanya faktor agama menjadi faktor utama di dalam memilih
seorang pemimpin. Fenomena lain adalah ketika diadakan acara ‘Bersih Desa’ dalam
rangka perayaan hari ulang tahun desa. Ibadah yang dilakukan baik di masjid maupun
di gereja pada sehari sebelum hari perayaan merupakan suatu keunikan dari desa ini.
Bahkan kedua pemuka agama, baik Islam maupun Kristen diberi kesempatan untuk
membacakan doa di dalam acara perayaan tersebut.
Keempat, penulis menemukan bahwa saat ada peristiwa kedukaan, dengan
sigap mereka saling bekerja sama untuk menolong dalam mempersiap dan
melaksanakan proses pemakaman. Hal ini berlaku untuk semua warga masyarakat,
warga masyarakat setempat dan beragama Katholik yang meninggal dunia, warga
masyarakat tetap mempersiapkan segala hal yang diperlukan hingga proses
pemakaman dapat terlaksana dengan sebaik mungkin. Bukan itu saja, bahkan penulis
menemukan fenomena yang sangat langka terjadi ketika lahan pekuburan bagi mereka
yang beragama Islam dan Kristen dijadikan satu tempat.
Hubungan mutual itu memang benar-benar terjadi desa Prangat Baru. Hal ini
yang membuat mereka dapat hidup berdampingan dengan damai. Kondisi ini seakan
menjadi suatu resistensi terhadap isu-isu yang sedang berkembang. Sebagai contoh
ketika kasus Ahok yang berkaitan dengan dugaan penistaan agama beberapa waktu
lalu. Penulis menemukan bahwa mereka telah memiliki pemikiran dan sikap yang
rasional sehingga tidak terpancing untuk memberikan tanggapan-tanggapan yang
dapat melunturkan toleransi antar umat beragama. Mereka tetap menjaga keutuhan
dan persatuan sebagai warga desa Prangat Baru yang toleran. Dari
percakapan-percakapan yang dilakukan, penulis juga menemukan bahwa mereka berharap agar
hubungan yang mutual ini tetap lestari dan dapat diteruskan oleh generasi-generasi