• Tidak ada hasil yang ditemukan

MUHAMMADIYAH and DERADIKALISASI TERORISM 123

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MUHAMMADIYAH and DERADIKALISASI TERORISM 123"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Alimatul Qibtiyah I Dyah Mutiarin I Hamim Ilyas

Hendar Riyadi I Moh. Shofan I Pipit Aidul Fitriyana I Saefudin Zuhri Said Romadlan I Sri Rosviana I Zuly Qodir

MUHAMMADIYAH & FENOMENA

(2)

1

Penanggung Jawab Ahmad Syafii Maarif

Jeffrie Geovanie Rizal Sukma

Pemimpin Umum Muhd. Abdullah Darraz

Pemimpin Redaksi Zuly Qodir

Wakil Pemimpin Redaksi Khelmy K. Pribadi

Dewan Redaksi Ahmad Najib Burhani

Ahmad–Norma Permata Clara Juwono

Haedar Nashir Hilman Latief Luthfi Assyaukanie M. Amin Abdullah

Sekretaris Redaksi M. Supriadi

Redaktur Pelaksana Khelmy K. Pribadi, Fitri Dzakiyyah

Pipit Aidul Fitriyana, Achmad Setiawan

Design Layout Deni Murdiani

Keuangan Henny Ridhowati, Titik Lestari

Sirkulasi Awang Basri, Pripih Utomo

Alamat Redaksi

MAARIF Institute for Culture and Humanity

Jl. Tebet Barat Dalam II No. 6, Jakarta 12810 Telp +62-21 8379 4554 Fax +62-21 8379 5758 website : www.maarifinstitute.org

email : maarif@maarifinstitute.org

mujadid.rais@gmail.com

darrazophy@yahoo.com

Donasi dapat disalurkan melalui rekening :

Yayasan A. Syafii Maarif

BNI MH. Thamrin (Wisma Nusantara)

0114179273

Terbit Perdana Juni 2003

(3)

2

Artikel Utama

Islam Kaffah Dalam Perspektif Tarjih ... 12

Hamim Ilyas

Muhammadiyah, Revolusi, Mazhab Pemikiran

Dan Aksi Untuk Mengawal Peradaban Bangsa ... 34

Hendar Riyadi

Diskursus Gerakan Radikalisme Di Kalangan Tokoh Muhammadiyah .... 54

Said Romadlan

Muhammadiyah Dan Deradikalisasi Terorisme Di Indonesia:

Moderasi Sebagai Upaya Jalan Tengah ... 73

Saefudin Zuhri

Muhammadiyah Dan Jalan Terbuka Menuju Radikalisme-Terorisme (?) ... 83

Moh. Shofan

Muhammadiyah-Aisyiyah Membendung Radikalisme Dan Terorisme ... 94

Sri Rosviana

Madrasah Perempuan Berkemajuan (Mpb):

Upaya Menyebarkan Agama Damai ... 109

Alimatul Qibtiyah

Muhammadiyah Dan Pergerakan Politik Aliran ... 128

Dyah Mutiarin

Riset

Muhammadiyah, Moderatisme Dan Gerakan Radikalisme:

Studi Kasus Di Surakarta ... 142

Zuly Qodir

Khasanah

Oase di Tengah Konflik Poso:

Mosintuwu Institute Gerakan Perempuan Dan Perdamaian ... 163

Pipit Aidul Fitriyana dan Saefudin Zuhri

Profil Penulis ... 178

Profil MAARIF Institute dan Profil Media ... 183

Petunjuk dan Format Penulisan Artikel ... 192

Daftar Isi

Pengantar Redaksi :

Muhammadiyah & Fenomena

Radikalisme-Terorisme di Indonesia ... 3

Zuly Qodir

(4)

73

MAARIF Vol. 12, No. 2 — Desember 2017 MAARIF Vol. 12, No. 2 — Desember 2017

MUHAMMADIYAH DAN

DERADIKALISASI TERORISME DI

INDONESIA: MODERASI SEBAGAI

UPAYA JALAN TENGAH

Saefudin Zuhri

Abstrak

Deradikalisasi adalah strategi utama pemerintah Indonesia dalam penanggulangan terorisme di Indonesa. Upaya ini disematkan dalam tugas pokok Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Meski demikian, deradikalisasi banyak dikritik masyarakat termasuk Muhamamdiyah. Moderasi adalah pilihan terbaik menurut Muhammadiyah, bukan deradikalisasi. Moderasi terkandung cara-cara soft yang memperhatikan aspek humanis dan hak asasi manusia (HAM). Tulisan ini menjadikan teori perubahan

political spectrum untuk mengkaji deradikalisasi ataupun moderasi yang diinisiasi dan dilakukan oleh Muhammadiyah. Oleh sebab itu, moderasi tidak akan menyisakan persoalan baru jika dilakukan karena memperhatikan substansi. Namun apakah moderasi dapat mengubah spektrum politik seseorang?

(5)

74

MAARIF Vol. 12, No. 2 — Desember 2017

Muhammadiyah Dan Deradikalisasi Terorisme Di Indonesia: Moderasi Sebagai Upaya Jalan Tengah

MAARIF Vol. 12, No. 2 — Desember 2017

Pendahuluan

Terorisme masih menjadi momok yang sulit diatasi oleh banyak negara di dunia, termasuk di Indonesia. Selain penyebabnya yang kompleks, pola dan bentuknya juga beragam. Oleh sebab itu, bentuk penanganannya pun akan bervariasi. Di Indonesia, penanggulangan terorisme tidak hanya dilakukan dengan pendekatan keamanan (hard approach). Sepanjang tahun 2017, sudah ada 172 tersangka kasus terorisme. Hal ini dilaporkan oleh Kepala Kepolisian RI (Kapolri) Jenderal Pol Tito Karnavian. Ia menyebutkan, jumlah tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dua tahun sebelumnya yakni 163 di tahun 2016 dan 73 di tahun 2015. Dari 172 penindakan pelaku terorisme tersebut, sebanyak 10 di antaranya sudah mendapat vonis, 76 orang masih dalam proses persidangan, 68 orang masih dalam proses penyidikan, dan 16 orang tewas ditembak.

Jumlah ini tidak kunjung mereda meski sudah dilakukan penangkapan, upaya lainnya adalah dengan cara soft approach yakni deradikalisasi. Pandangan bahwa terorisme itu terus terjadi karena adanya ideologi yang melegitimasi aksi teror, sebagai argumentasi dasar kenapa upaya deradikalisasi ini harus dilakukan. Penangkapan dan penahanan saja tidak cukup, jika tidak dilakukan penyadaran. Melalui Peraturan Presiden (Pepres) Nomor 6 Tahun 2010, Negara telah membentuk Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Badan ini memiliki peran utama yang merumsukan dan menerapkan kebijakan deradikalisasi.1

Selain koordinasi dengan kementerian dan lembaga Negara, Pepres No. 46 Tahun 2010 Pasal 36 ayat (1) mengamanatkan BNPT untuk melibatkan unsur-unsur masyarakat, salah satunya adalah Muhammadiyah. Sebagai ormas yang sudah berdiri dan menjadi salah satu perumus pendirian Negara Indonesia, Muhammadiyah tentu memiliki kesamaan tujuan yakni menjaga keutuhan Negara Kesatuan Negara Indonesia (NKRI). Di sisi lain, dalam klausul isu strategis yang telah dirumuskan dalam sidang Muktamar ke-47 Muhammadiyah tahun 2015 di Makassar. Muhammadiyah mengajak umat Islam, khususnya warga Persyarikatan, untuk bersikap kritis dengan berusaha membendung

1 Deradikalisasi menurut BNPT sebagai upaya mentransformasi keyakinan orang yang terpapar ideologi

radikal-terorisme menjadi lebih moderat, toleran, plural dan menghargai perbedaan dengan pendekatan multi dan

interdisipliner.BNPT menyusun strategi deradikalisasi secara masif dengan melakukan koordinasi antar instansi-instansi pemerintah terkait penanganan terorisme. Instansi pemerintah tersebut antara lain Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Sosial, Kementerian Hukum dan HAM, Ditjenpas dan Satgas

Bom Polri. Adapun strategi deradikalisasi secara khusus dilakukan oleh Deputi I bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi dalam bentuk program deradikalisasi.Tugas Deputi I secara khusus adalah merangkum program

deradikalisasi melalui pendekatan reedukasi, rehabilitasi, reintegrasi dan resosialisasi. Blueprint Deradikalisasi

(6)

75

MAARIF Vol. 12, No. 2 — Desember 2017 MAARIF Vol. 12, No. 2 — Desember 2017

perkembangan kelompok takfiri2 melalui pendekatan dialog, dakwah yang

terbuka, mencerahkan, mencerdaskan, serta interkasi sosial yang santun (Draft Mukhtamar Muhamamdiyah ke-47 Makassar 2015). Muhammadiyah yang memiliki asset dalam membangun Negara Indonesia tentu akan turut berpartisipasi dalam upaya penanggulangan terorisme Indonesia.

Memahami Deradikalisasi dalam Spektrum Politik

Terorisme adalah persoalan politik, ketika radikalisme yang mendasari seseorang menjadi teroris tentu akan dikaji dari perspektif ilmu politik pula. Dalam konsep spektrum politik, radikal memposisikan diri sebagai penentang status quo.3 Konteks saat ini, Pancasila, sistem demokrasi dan NKRI sebagai

dasar-dasar negara yang mapan dan sudah disepakati bersama oleh seluruh elemen bangsa,akan digantikan dengan ideologi lainnya. Oleh sebab itu, deradikalisasi akan berpijak pada konsep Leon P. Baradat (1994) mengenai radikal dan perubahan spektrum politiknya.

Gambar 1: Skema Spektrum Politik dan Perubahan Spektrum Politik

Pada tataran implementasi, deradikalisasi seringkali tumpang tindih bahkan tidak bisa diterjemahkan secara konkrit. Ini terjadi karena pada tataran konseptual, deradikalisasi menjadi debatable dan banyak ditentang oleh kalangan ormas Islam termasuk Muhammadiyah. Muhammadiyah memandang deradikalisasi sebagai upaya mereduksi dan atau menghilangkan ideologi

2 Istilah takfiri (฀฀฀฀฀฀) merujuk pada kata “kafir”, artinya sebutan bagi seorang Muslim yang menuduh Muslim lainya (atau kadang juga mencakup penganut ajaran Agama Samawi lain) sebagai kafir dan murtad.Dalam perkembangannya, ketika takfiri menjadi takfiriyah (takfirisme) bukan sekadar pengkafiran, melainkan pengkafiran

semua kelompok Muslim yang bukan kelompoknya, yang didasarkan pada upaya perumusan doktrin takfir yang elaboratif dan indiskriminatif. Lihat Haedar Bagir, Tarkfiriisme:Asal-Usul dan Perkembangannya, makalah dalam kajian Ciputat School, 2014.

3 Lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995, hal. 808; Roger Scruton, Kamus Politik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013, hal. 791.; dan Leon P. Baradat, Political Ideologies: Their Origins and Impact (Fifth Edition), New Jersey:

(7)

76

MAARIF Vol. 12, No. 2 — Desember 2017

Muhammadiyah Dan Deradikalisasi Terorisme Di Indonesia: Moderasi Sebagai Upaya Jalan Tengah

MAARIF Vol. 12, No. 2 — Desember 2017

seseorang dengan ideologi lainnya.4 Sementara bagi BNPT, deradikalisasi

mengacu pada pengertian AS. Hikam yang memiliki dua makna; pemutusan (disengagement) dan deideologisasi (deideolozation).5 Disengagement diarahkan

pada perubahan perilaku seperti keluarnya seseorang dari jaringan teroris atau perubahan aturan hidup seseorang dan meninggalkan aturan kelompoknya.6

Sedangkan deideologisasi diarahkan untuk menghapus pemahaman ideologis atas doktrin politik Islam dan menjadikan Islam sebagai nilai-nilai luhur yang menyemai perdamaian.7 Orientasi deradikalisasi adalah mengubah spektrum

seseorang menjadi tidak lagi diposisi sebagai radikalis tetapi ke moderat.

Pada konteks orientasi, Muhammadiyah setuju dengan BNPT yakni menjadikan seseorang tersebut dari radikalis menjadi moderat. Akan tetapi yang berbeda, Muhammadiyah tidak setuju dengan de-radikalisasi, istilah ini mengingatkan de-politization pada era Orde Baru. Untuk itu, Muhammadiyah menawarkan konsep lain yang lebih soft yakni moderasi. Moderasi menjadi tawaran alternatif yang menjunjung prinsip wasathiyah. Muhammadiyah memandang radikalisasi dilawan dengan deradikalisasi dan radikalisme kontra deradikalisme, terdapat pembongkaran atau penihilan terhadap radikalisme seperti suatu serum antibodi, sehingga diharapkan radikalisme hilang atau tereliminasi. Paradigma yang dipakai Muhammadiyah, meminjam padanan konsep Tariq Ali, terjadi “clash of fundamentalism” atau benturan antardua paham ekstrem kaum fundamentalis, yang satu cenderung serba tekstual-konservatif sedangkan yang satunya lagi serba kontekstual-liberal.8

Baik Muhamadiyah ataupun BNPT, baik moderasi ataupun deradikalisasi sama-sama berupaya melakukan perubahan spektrum politik seseorang dari posisinya yang radikal. Akan tetapi apakah dua konsep tersebut secara implementatif berhasil mengubah spekrum politik seseorang?Baradat (1994) mengemukakan empat motivasi seseorang melakukan perubahan spektrum politik. Pertama, keuntungan baik materi atau non-materi. Kedua, usia. Ketiga, kecenderungan psikologis seseorang terhadap suatu ideologi. Keempat, pandangan terhadap

nature of people.9

4 Haedar Nashir: Muhammadiyah tidak akan Masuk Gerakan Deradikalisasi, dalam Saefudin Zuhri, Deradikalisasi Terorisme, Menimbang Perlawanan Muhammadiyah dan Loyalitas Nahdlatul Ulama, Daulat Press, 2017. 5 AS. Hikam, Deradikalisasi: Peran Masyarakat Sipil Membendung Radikalisme, Jakarta: PT Kompas Media Nusantraa,

201., hal. viii.

6 Agus Surya Bakti, Deradikalisasi Nusantara: Perang Semesta Berbasis Kearifan Lokal Melawan Radikalisasi dan Terorisme, Jakarta: Daulat Press, 2016, hal. 162.

7 Muhammad AS. Hikam, Op.Cit.

(8)

77

MAARIF Vol. 12, No. 2 — Desember 2017 MAARIF Vol. 12, No. 2 — Desember 2017

Moderasi Sebagai Pilihan

Deradikalisasi banyak ditentang oleh banyak kalangan Muhammadiyah. Ini tidak hanya pada tataran konsep dan implementasi dari deradikalisasi, tetapi juga pada persoalan terorismenya. Anggapan terorisme di Indonesia adalah bagian dari konspirasi, salah satunya diungkapkan oleh Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak. Ketika melihat pola penanganan terorisme, terutama pada aspek penindakan oleh Densus 88. Ia melihat adanya potensi konspirasi besar sebagai wujud state terrorism, “yang menjadi perhatian penting adalah pola pemberantasan, pola deradikalisasi harus dilakukan dalam bingkai hukum. Selama ini kita anggap usaha pemberantasan terorisme di Indonesia dilakukan di luar bingkai hukum dan cenderung melanggar HAM”.10

Berdasarkan pernyataan tersebut, penindakan dipandang sebagai bagian dari deradikalisasi. Ini berbeda dengan pemaknaan deradikaliasi dari pemerintah yang hanya pada skala tertentu. Deradikalisasi sebagai suatu proses yang dilakukan melalui metode sistematis dalam rangka reintegrasi sosial yang diterapkan terhadap orang atau kelompok orang yang terpapar paham radikal terorisme, dengan tujuan untuk menghilangkan dan membalikkan proses radikalisasi yang telah terjadi (RUU Terorisme Perubahan 2017). Dalam pemaknaan lain, deradikalisasi sebagai upaya mentransformasi keyakinan orang yang terpapar ideologi radikal-terorisme menjadi lebih moderat, toleran, plural dan menghargai perbedaan dengan pendekatan multi dan interdisipliner (agama, sosial, budaya, dan lainnya). Atas dasar itu, upaya deradikalisasi lebih berorientasi pada perubahan kognitif atau memoderasi pemikiran dan keyakinan seseorang. Dengan demikian, deradikalisasi memiliki program jangka panjang (Blueprint Deradikalisasi, 2017).11

Sekretaris Umum PP Muhammaidyah, Abdul Mukti memberikan penjelasan lebih implementatif. Moderasi yang digagas Muhammadiyah dengan deradikalisasi yang menjadi acuan negara dalam penanganan terorisme pada dasarnya memiliki orientasi yang sama, tetapi secara psikologis berbeda. Moderasi atau moderasi beragama punya langkah prefentif sekaligus kuratif. Bahkan, pemakaian pertama istilah deradikalisasi adalah Amerika Serikat, dan justru saat ini Amerika Serikat sudah meninggalkan istilah itu. Peneliti Pusat Kajian Radikalisme dan Terorisme, Adhe Bhakti juga mengonfirmasi

10 Dahnil adalah salah satu dari 13 tim evaluasi penanganan kasus terorisme. Ia bersama Busyro Muqoddas, Bambang

Widodo Umar, Salahudin Wahid, Trisno Raharjo, Ray rangkuti, Haris Azhar, Siane Indriani, Hafid Abbas, Manager Nasution, Frans Magnis, Magdalena SItorus, dan Todung Mulya Lubis. Lihat

http://keamanan.rmol.co/Dahnil-Ada-Potensi-Konspirasi-Di-Balik-Penanganan-Terorisme.

(9)

78

MAARIF Vol. 12, No. 2 — Desember 2017

Muhammadiyah Dan Deradikalisasi Terorisme Di Indonesia: Moderasi Sebagai Upaya Jalan Tengah

MAARIF Vol. 12, No. 2 — Desember 2017

perubahan tersebut. Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya sudah banyak mengevaluasi penggunaan istilah-istilah di isu terorisme. Violent extremism menjadi istilah yang banyak digunakan. Hal ini karena ada banyak istilah yang tidak sesuai dengan konsepnya. Ketika konsep keliru maka akan berdampak pada implementasinya. Deradikalisasi bertujuan untuk melawan radikalisasi. Radikalisasi tidak semua muncul menjadi terorisme.

Hal senada juga di sampaikan oleh Ketua PP Muhammadiyah, Haedar Nasir. Menurutnya Muhammadiyah secara tegas menolak radikalisme atau ekstrimisme apapun bentuknya, termasuk terorisme dan tindakan teror. Para pelaku teror yang mengatasnamakan Islam, tentu tidak bisa di sangkal adanya. Akan tetapi pemaknaan mereka pada doktrin-doktrin agama justru tidak mencerminkan substansinya. Pada sisi lain, deradikalisasi yang dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) justru ingin melawannya dengan hal yang tidak cukup substantive, bahkan cenderung sekedar menjalankan proyek semata. Moderasi menjadi pilihan karena pikiran seseorang menjadi radikal tidak semata-mata karena doktrin agama yang radikal dan revolusioner.Ada persoalan-persoalan dasar yang luput dilihat, yakni ketidakadilan (injustice) di banyak bidang.

Ketidakadilan memang masih menjadi pekerjaam rumah pemerintah yang belum selesai. Misalnya persoalan mayoritas dan minoritas tidak melulu tertuju pada perbandingan jumlah suku dan agama. Alasan kalangan radikalisme dan terorisme adalah kerinduan untuk hidup sejahtera, adil dan makmur. Alasan ini terkesan absurd tetapi faktanya, mereka menyalahkan sistem dan praktik-praktik liberalisme yang menimbulkan kesenjangan sosial, ekonomi serta politik.Pada satu kasus, minoritas orang kaya mendominasi mayoritas orang miskin. Data dari Credit Suisse Global Wealth Report memperlihatkan, 1 persen orang kaya Indonesia menguasai 49.3 persen kekayaan Negara. Jika dinaikkan, 10 persen orang kaya menguasai 75,7 peren kekayaan Negara.12 Tidak hanya itu,

persoalan politik dan hukum yang tahun 2016 terjadi rententan Aksi Bela Islam menunjukkan adanya ketidakpuasan masyarakat pada penegakkan hukum di Indonesia. Oleh sebab itu, Muhammadiyah melihat terorisme di Indonesia dimulai dari penegakkan keadilan, pemihakan pemerintah kepada rakyat Indonesia, bukan segelintir orang. Di sini lain, pemerintah melakukan moderasi pemikiran bersama-sama elemen masyarakat termasuk Muhammadiyah.

(10)

79

MAARIF Vol. 12, No. 2 — Desember 2017 MAARIF Vol. 12, No. 2 — Desember 2017

Penanggulangan Radikalisme-Terorisme

Muhammadiyah tidak berdiam diri terkait terorisme. Pada satu sisi, Muhammadiyah mengakui bahwa ada kemiripan dengan kalangan doktrin-doktrin radikalisme-terorisme khususnya terkait pemurnian aqidah. Tetapi di sini lain, Muhammadiyah beda dalam praktik dan pemahamannya. Muhammadiyah adalah perumus, penentu dan penjaga NKRI dan Pancasila. Maka sampai kapanpun, peran-peran Muhammadiyah tidak sama sekali bertentangan dengan Negara akan tetapi penting bagi Muhammadiyah untuk konsisten mengkritisi pemerintah, sebagaimana peran civil society.

Muhammadiyah berperan dalam pencegahan paham radikalisme melalui sektor internal dan eksternal. Pada sektor internal ada dua ranah. Pertama adalah ranah struktural. Muhammadiyah menginstuksikan pimpinan Muhammadiyah sampai ke ranting-ranting untuk meneguhkan ideologi Islam berkemajuan dan mewujudkan Darul Ahdi wa Syahdah. Ortom-ortom (organisasi otonom) Muhammadiyah juga turut memperkuat basis kaderisasi dengan pembinaan yang humanis. Selain itu juga memaksimalkan kinerja lembaga-lembaga dan majelis-majelis dalam struktural khususnya dalam pemberdayaan umat melalui sektor Amal Usaha Muhammadiyah (AUM). Salah satu contoh kegiatan ini adalah Madrasah Perempuan Berkemajuan (MPB) yang diinisiasi oleh PP Aisyiyah. Dalam kegiatan ini doktrin-doktrin kunci dibahas dalam madrasah ini, seperti pemaknaan jihad dalam perspektif perempuan, khilafah dalam pandangan Muhammadiyah, dan penegasan Darul Ahdi Wasyahadah.

Kedua, ranah kultural. Muhammadiyah memasukan Islam berkemajuan dan mengaktualisasikan Darul Ahdi wa Syahdah dalam penyampaian materi-materi pelajaran di sekolah-sekolah, pesantren-pesantren, panti-panti asuhan, majelis-majelis pengajian, dan kampus-kampus milik Muhammadiyah. Selain peneguhan di internal, Muhammadiyah juga turut terlibat diri dalam ranah dialog-dialog keumatan dan kemanusian lintas agama dan peradaban baik dalam skala nasional ataupun internasional. Ketiga, ranah politik. Muhammadiyah sering mengkritisi kebijakan-kebijakan atau program-program pemerintah termasuk program deradikalisasi agar dalam pelaksanaan program tersebut berorientasi pada substansi, bukan project oriented. Muhammadiyah juga mendorong advokasi terhadap korban-korban penindakan kekerasan aparat pemerintahan atas nama pemberantasan terorisme terhadap masyarakat.13

(11)

80

MAARIF Vol. 12, No. 2 — Desember 2017

Muhammadiyah Dan Deradikalisasi Terorisme Di Indonesia: Moderasi Sebagai Upaya Jalan Tengah

MAARIF Vol. 12, No. 2 — Desember 2017

Apa yang dilakukaan oleh Muhammadiyah tersebut, perlu dikaji kembali apakah akan menurunkan tensi penyebaran paham radikalisme dan terorisme di Indonesia.Ini yang menjadi tugas lebih lanjut. Baradat mengajukan syarat untuk mengubah spektrum politik dari radikal menjadi moderat. Moderat di sini mengacu pada tujuan muhammadiyah yakni moderasi. Peran strategis Muhammadiyah belum masuk kepada kelompok yang memang terpapar paham radikalisme dan terorisme. Kegiatan hanya mengacu pada pola-pola pencegahan karena sasarannya masih di kalangan yang belum terpapar misalnya program kegaitan untuk narapidana terorisme (napiter), mantan napiter atau pun keluarganya.Ini patut diperhatikan. Deradikalisasi sasaran utamanya adalah mereka, sedangkan moderasi masih belum ditentukan turunan implementasinya.

Baradat (1994) mengingatkan bahwa deradikalisasi ataupun moderasi sama-sama berupaya mengubah spektrum politik seseorang agar tidak lagi radikal. Untuk itu, empat motivasi harus dilihat dalam upaya-upaya ini. Pertama, keuntungan baik materi atau non-materi. Ada keuntungan-keuntungan yang diterima oleh kalangan radikal sehingga mereka meninggalkan spektrum tersebut. Tuntutan-tuntutan keadilan sosial, ekonomi dan politik adalah contoh keuntungan non-materi dan non-materi yang dapat menjadi motivasi perubahan spektrum.

(12)

81

MAARIF Vol. 12, No. 2 — Desember 2017 MAARIF Vol. 12, No. 2 — Desember 2017

Penutup

Moderasi menjadi pilihan Muhammadiyah dalam merespon pola penanganan dan penanggulangan radikalisme dan terorisme yang terjadi di Indonesia. Deradikalisasi dipandang oleh Muhammadiyah sebagai upaya mengurangi atau menghilangkan paham radikalisme dan terorisme seseorang dengan cara yang ekstrem. Dengan kata lain, ekstrem dilawan dengan ekstrem. Oleh sebab itu, moderasi adalah cara lain yang dianggap lebih baik. Muhammadiyah secara kelembagaan secara tegas menolak adanya radikalisme dan terorisme hadir di Indonesia. Akan tetapi cara-cara yang harus dilakukan harus memperhatikan prinsip-prinsip kemanusiaan yang hakiki. Perlu dicari dan dipertimbangkan akar-akar penyebab seseorang menjadi radikal. Muhammadiyah melihat penyebab utama radikalisme dan terorisme di Indonesia adalah ketidakadilan baik di bidang ekonomi, sosial ataupun politik. Sehingga ada tiga cara yang dilakukan Muhamamdiyah yakni internal struktural, yakni upaya-upaya penguatan internal pada Darul Ahdi Wasyahadah. Kemudian upaya kultural yakni penguatan-penguatan ideologi Islam rahmatan lil ‘alamin ke akar rumput dan masyarakat umum. Dan terakhir adalah dengan proses-proses advokasi ke rahan politik untuk mengkritisi pemerintah untuk mengurangi dan menghilangkan kesenjangan ekonomi, pemberantasan korupsi, penegakan hukum yang adil dan pemberdayaan masyarakat yang optimal.

Daftar Referensi

Buku dan Jurnal

Bagir, Haedar. Tarkfiriisme: Asal-Usul dan Perkembangannya, makalah dalam kajian Ciputat School, 2014.

Bakti, Agus Surya. Deradikalisasi Nusantara: Perang Semesta Berbasis Kearifan Lokal Melawan Radikalisasi dan Terorisme, Jakarta: Daulat Press, 2016.

Baradat, Leon P. Political Ideologies: Their Origins and Impact (Fifth Edition), New Jersey: Prentice Hall, 1994.

Blueprint Deradikalisasi, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme. Edisi 2013.

(13)

82

MAARIF Vol. 12, No. 2 — Desember 2017

Muhammadiyah Dan Deradikalisasi Terorisme Di Indonesia: Moderasi Sebagai Upaya Jalan Tengah

MAARIF Vol. 12, No. 2 — Desember 2017

Blueprint Deradikalisasi, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme. Edisi revisi, 2017.

Hikam, AS. Deradikalisasi: Peran Masyarakat Sipil Membendung Radikalisme, Jakarta: PT Kompas Media Nusantraa, 2001.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995.

Scruton, Roger Kamus Politik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013.

Zuhri, Saefudin. Deradikalisasi Terorisme, Menimbang Perlawanan Muhammadiyah dan Loyalitas Nahdlatul Ulama, Daulat Press, 2017.

Website

http//www.independent.co.uk. diakses pada 1 Januari 2018.

http://keamanan.rmol.co/Dahnil- Ada-Potensi-Konspirasi-Di-Balik-Penanganan-Terorisme.

Gambar

Gambar 1: Skema Spektrum Politik dan Perubahan Spektrum Politik

Referensi

Dokumen terkait

Upaya dalam peningkatan kepatuhan wajib pajak dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas pelayanan yang baik kepada wajib pajak.Peningkatan kualitas dan kuantitas

Dengan kekuatan yang dimiliki Maskapai Lion Air menguasai pangsa pasar angkutan penumpang di Bandara Pattimura Ambon. Dari hasil perhitungan pembobotan dan rating

edisi 22, diterjemahkan dari Bahasa Inggris oleh Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Penerbit Buku Salemba Medika.. Jawetz, Melnick

Ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhi hasil tangkapan nelayan antara lain; (1) Tenaga kerja, (2) Bahan bakar, (3) Jenis alat tangkap yang digunakan (4) Jenis kapal,

Pembuatan variasi kuda-kuda beton komposit tulangan bambu agregat batu bata dengan serat dan tanpa serat ditujukan untuk melihat perbedaan berat sendiri, kekuatan

Jika Tertanggung terpaksa membatalkan atau mengganti Pemesanan Traveloka yang direncanakan sebelum dimulainya Perjalanan tersebut sebagai akibat langsung dari suatu Penyebab

Rancangan skematik detail arsitektural khusus berupa fasad pada bangunan dengan menggunakan secondary skin yang diletakkan pada bagian sisi barat, dan timur bangunan.. Penggunaan

TEKNOLOGI PERAKITAN GEN TANAMAN UNTUK TOLERAN CEKAMAN KEKERINGAN DAN SALIN DALAM UPAYA..