• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pergulatan Persatuan Islam dalam Dakwah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pergulatan Persatuan Islam dalam Dakwah"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PERGULATAN PERSIS DALAM DAKWAH MEREKA DI

TANAH PASUNDAN

Dikki Wahyu Afandi

Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati

Email : dikkiwahyuaed17@gmail.com

Abstrak

Persis merupakan salah satu dari “The Big Three” ormas Islam yang populer, mengakar dan memiliki pengikut yang fanatik lagi loyal, selain dari NU (Nahdlatul Ulama) dan Muhammadiyah di Indonesia. Persis juga memiliki sejarah yang panjang di Indonesia dan mewarnai khazanah pemikiran Islam di Indonesia, dengan gerakan pembaharuannya yang berani dan penuh semangat. Beberapa semester saya dan kawan-kawan belajar banyak mengenai ormas ini, dimulai sejarah hingga peran mereka dalam kemerdekaan di Indonesia, hingga gerakan yang mereka lakukan, seperti tradisi menulis. Persis merupakan salah satu ormas Islam orisinil yang lahir di tatar Sunda yang kental akan tradisi leluhur juga sastra dan budaya, sehingga banyak terjadi gesekan antara kaum Persis dan Islam Tradisional yang mungkin sudah anda tau, bahkan mengalaminya sendiri. Menjadi sesuatu hal yang sangat menarik untuk meneliti Persis lebih dalam lagi serta menggali informasi seputar perjuangannya menghapuskan TBC (Tahayul, Bid’ah dan Churafat) di tanah Sunda.

Karena banyak hal menarik disini seperti Persis didirikan oleh KH. Zamzam dan KH M Yunus, yang keduanya bukan dari orang Sunda asli, beda dengan Mbah K.H Hasyim Asyari dan Mubaligh Kyai Haji Achmad Dahlan yang mendirikan ormasnya di Jawa dan mereka sendiri orang Jawa. Dalam dakwah mereka di Jawa Barat, khususnya masyarakat sunda, metode yang mereka gunakan beragam, mulai dari berdebat hingga menerbitkan banyak majalah termasuk Iber yang akan menjadi fokus utama dalam kajian ini. Karena majalah Iber merupakan salah satu saluran dakwah yang penting dan juga bahasa yang di gunakan merupakan bahasa Sunda, meskipun Persis menentang banyak tradisi, nyatanya mereka masih mengamalkan tradisi dan budaya yaitu dengan menulis dengan bahasa Sunda, banyak hal menarik seputar Persis dan dakwah mereka di Jawa Barat, khususnya dakwah menggunakan media tulisan yang mereka akui sebagai dakwah bilkitabah.

Kata Kunci : Dakwah Persis, Bahasa Sunda, Iber A. Pendahuluan

(2)

menjadi sebuah organisasi pembaharuan Islam di Indonesia dengan jargon kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Berbeda dengan organisasi yang lain yang berdiri awal abad ke-20an, Persis mempunyai ciri mereka tersendiri, kegiatan mereka lebih menitikberatkan pada pembentukan paham keagamaan.

Salah satu uapaya pembentukan paham keagamaan, Persis melakukannya dengan menerbitkan berbagai majalah, salah satunya Majalah sunda Iber yang terbit pada tahun 1967 dan tetap bertahan hingga dewasa ini. Kehadiran akan Iber memberi sumbangan sangat dalam melestarikan Bahasa Sunda. Para Da’i atau mubaligh yang berdakwah di tatar Sunda banyak menggunakan rujukan dari Iber, ya dari majalah. Sebagai majalah dakwah berbahasa Sunda, tentu merupakan prestasi yang lumayan bagi Iber karena di tengah berbagai keterbatasannya, Iber dapat bertahan selama 46 tahun. Lebih dari empat dasawarsa, Iber dapat bertahan terbit, selain karena loyalitas para pelanggannya yang fanatik, khususnya yang membeli kebanyakan merupakan anggota Persis itu sendiri, juga mengemban misi dakwah “Teruskeun anaking, Iber ulah pegat, sing jadi shadaqoh jariyah”.

Untuk menelusuri jejak gerakan dakwah Persis dalam corak penyebaran pesan pembaharuan melalui media cetak seperti yang disebutkan di atas, tulisan ini akan mengkolaborasikan sebuah kajian terhadap majalah Sunda Iber sebagai media dakwah berbahasa Sunda.

Tampilnya Persis dalam pentas sejarah Islam di Indonesia pada awal abad ke-20 telah memberikan corak dan warna baru dalam gerakan dan pembaharuan pemikiran Islam. Persis lahir sebagai jawaban atas tantangan dari kondisi umat Islam yang tenggelam dalam kejumudan (kemandegan berfikir), terperosok dalam kehidupan mistisme yang berlebihan, tumbuh suburnya TBC (Thahayul, Bid’ah dan Khurafat) dan lebih dari itu, umat Islam terbelenggu oleh penjajahan kolonial Belanda yang berusaha memadamkan cahaya Islam.

Situasi demikian kemudian mengilhami munculnya gerakan “reformisme” Islam, yang pada gilirannya, melalui kontak-kontak intelektual, mempengaruhi masyarakat Islam indonesia untuk melakukan pembaharuan pemikiran umat.

(3)

melukai perasaan penganut tradisi dan sering menyindir orang lain adalah salah satu kekhasan Persis salah satunya. Disini gerakan pembaharuan salah satunya memalui majalah Iber selain cara debat di atas, majalah Iber adalah majalah dan media dakwah bil kitabah bagi Persis.

B. Metode Penelitian

Dalam pemaparan penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptik eksploratif. Arikunto (1998: 247) memberikan pernyataan bahwa “ metode penelitian ini sebagai sebuah riset yang umumnya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fenomena atau objek yang ada”. Selain itu merujuk pada varabel dan rentan waktu yang digunakan dalam penelitian ini. Arikunto (1998: 10) juga memberikan gambaran bahwa “penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan atau menggambarkan variabel masa lalu dan masa sekarang (sekarang ini) adalah penelitian deskriptif.

Adapun pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kealitatif (qualitative research). Basrowi dan Suwandi (2008: 1) menyatakan bahwa “Penelitian kualitatif adalah salah satu metode penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang kenyataan melaui proses berfikir indusksi.melakui penelitian kualitatif, peneliti dapat mengenali subjek, merasakan apa yang merekaalami dalam kehidupan sehari hari, seperti dalam hal bagaimana Persis meyiarkan dakwah mereka di Jawa Barat.

C. Hasil Penelitian

1. Pergulatan Persis dalam Dakwah Mereka di Tanah Pasundan

Persis atau Persatuan Islam merupakan organisasi kemasyarakatan (Ormas) Islam yang bergerak di bidang pendidikan, dakwah dan sosial kemasyarakatan. Persis didirikan di Bandung, pada tanggal 1 Shafat 1342 H atau 12 September 1923 M. Semula, Persatuan Islam (Persis) merupakan sebuah studi pengajian Islam, namun memiliki kelompok yang tersebar di beberapa daerah. Kemudian agar perjuangan serta jihad yang telah dilakukan oleh setiap kelompok itu lebih memiliki kemampuan ,maka dengan resmi didirikan sebuah organisasi yang mempunyai hubungan vertikal dengan satu nizham jamiyyah, yaitu Persatuan Islam disingkat Persis.

(4)

beliau menjadi guru di Dar al-Mutaallimin, sebuah sekolah agama di Bandung yang berdiri tahun 1910-an dan mempunyai hubungan dengan Syekh Ahmad Surkati daei Al Irsyad di Jakarta. Sedangkah K.H Muhammad Yunus, yang memperoleh pendidikan agama secara tradisional namun fasih berbahasa Arab, tidak mengajar, beliau tetap berdagang, akan tetapi niatnya meperdalam agama Islam tidak pernah hilang.

Setelah masuknya A. Hassan tahun 1926 dab Muhammad Natsir tahun 1927. Persis mendapatkan bentunya yang lebih jelas dan berani juga radikal. Dengan berpikir modern dan ketajaman lidah yang kadang menyayat hati para mubalighnya, Persis menggemparkan dunia Islam dengan slogannya menjauhkan Bid’ah dengan debat yang membuat emosi lawan dan memenangkannya. Pada tanggal 12 September 1923 bertepatan dengan tanggal 1 Shofar 1342 H, kelompok tadarus ini secara resmi mendirikan organisasi yang diberi nama “ Persatuan Islam” (Persis). Nama Persatuan Islam ini diberikan dengan maksud untuk mengarahkan ruhul ijtihad dan jihad, berusaha sekuat tenaga untuk mencapai harapan dan cita-cita sesuai dengan kehendak dan cita-cita organisasi, yaitu persatuan pemikiran Islam, persatuan rasa Islam, persatuan suara Islam, dan persatuan usaha Islam. Ide falsafah dari konsepsi persatuan pemikiran, rasa, suara dan usaha Islam ini diilhami oleh dirman Alloh dalam Al-Qur’an surat al-Imran ayat 103 “ Dan berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali undang-undang/aturan Alloh seluruhnya dan janganlah kamu bercerai berai”, serta sebuah hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi yang berbunyi “kekuatan Alloh itu beserta jamaah”. Firman Alloh dan hadist itulah yang menjadi motto Persis dan ditulis dalam lambang Persis yang berbentuk lingkaran bintang bersudut 12.

Berbeda dengan organiasasi-organisasi lainnya yang berdiri awal abad ke-20, menurut Fiederspiel (1970:11) Persis mempunyai ciri tersendiri. Kegiatannya dititikberatkan pada pembentukan keagamaan. Sedangkan kelompok-kelompok pergerakan yang telah diorganisasikan sebelumnya, misalnya Budi Otomo (1908) hanya bergerak di bidang pendidikan bagi orang-orang pribummi (khususnya orang Jawa dan Madura). Syarekat Islam (1912) bergerak dalam bidang perdagangan dan politik, Muhammadiyah (1912) gerakannya diperuntukan bagi kesejahteraan sosial masyarakat muslim serta kegiatan keagamaan. Sejalan dengan ini, Isa Ashari (1958:6) mengemukakan bahwa Persis tampil sebagai sebuah organiasasi dari kaum muslimin yang sefaham dan sekeyakinan, kaum pendukung dan penggerak Qur’an Sunnah. Ia mengutamakan perjuangan dalam lapangan ideologi Islam, tidak dalam lapangan organisasi.

(5)

rencana yang dilakukan oleh boss organisasi tersebut. Namun demikian, pengaruh organisasi jauh lebih besar dibandingkan baik dengan jumlah cabang maupun jumlah anggotanya.

Pada dasarnya, perhatian Persis ditujukan terutama pada penyebaran faham Islam dengan jargon kembali Qur’an-Sunnah. Hal yang dilakukan dengan berbagai macam aktivitas diantaranya dengan mengadakan pertemuan-pertemuan umum, tabligh, khotbah, kelompok studi, tadarush, mendirikan sekolah-sekolah (pesantren), menerbitkan majalah-majalah dan kitab-kitab, serta berbagai aktivitas keagamaan lainnya.

Dalam bidang pedidikan misalnya, pada 1924 diselenggarakan kelas pendidikan aqidah dan ibadah bagi orang dewasa, pada tahun 1927 didirikan lembaga pendidikan kanak-kanak dan Holland Inlandesch School (HIS) yang merupakan proyek lembaga-lembaga pendidikan Islam di bawah pimpinan M. Natsir. Pada tanggal 4 Maret 1936 didirikan secara resmi Pesantren Persis yang pertama dan diberi nomor 1 (satu) di Bandung.

Demikian pula serangkaian kegiatan khotbah dan tabligh. Tabligh banyak digelar di daerah-daerah, baik atas inisiatif pusat maupun permintaan dari cabang-cabang Persis, undangan dari organisasi Islam lainnya serta masyarakat yang penasaran akan Persis itu sendiri. Dalam kegiatan tabligh nya, yang patut dicatat ialah Persis dengan khasnya ialah diisi dengan menggelar perdebatan memuakan tentang masalah keagamaan, sungguh suatu cara yang sangat sangat efektif untuk membuat perpecahan dan membuat orang bingung. Diantaranya perdebatan Persis dengan Al-Itthadul Islam di Sukabumi (1932) perdebatan dengan Nahdlatul Ulama (1936), serta serangkaian perdebatan dengan orang-orang kristen, perdebatan dengan kelompok nasionalis, bahkan serangkaian polemik yang berkepanjangan antara A. Hassan dan Ir. Soekarno tentang faham keagamaan. Aktivitas dakwah dengan perdebatan ini tidak lagi dilakukan pada masa sekarang, meskipun dari mereka yang fanatik masih banyak melakukannya. Termasuk di sekolah negeri dimana guru berfaham Persis selalu memberikan fahamnya dengan cara bertanya terlebih dahulu tentang cara sholat, hingga tahlil. Dewasa ini Persis mengubah metode dakwah, tidak lagi melakukan gebrakan yang bersifat shock theraphy tetapi lebih cenderung kearah low profile yang bersifat persuasif edukatif karena selalu menjadi sindiran banyak masyarakat.

Di awal abad ke-21, aktivitas Persis telah meluas ke dalam aspek-aspek lain, tidak hanya serangkaian kegiatan yang telah disebutkan di atas, akan tetapi telah meluas ke berbagai bidang yang dibutuhkan oleh umat Islam memalui bidang pendidikan (pendidikan tinggi dan pendidikan dasar/menegah), dakwah, bimbingan haji, perzakatan, sosial ekonomi, perwakafan, dan pembangunan fisik. Demikian pula fungsi Dewan Hibah sebagai lembaga tertinggi dalam pengambilan keputusan hukum Persis semakin ditingkatkan aktivitasnya serta intensitas penelaahan berbagai masalah hukum keagamaan semakin banyak dan beragam.

(6)

pelopor, barisan yang fanatik dalam memperjuangkan faham Naeo-Wahabinya, yaitu kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah.

2. Iber sebagai Media Dakwah Persis

Salah satu peran yang menonjol dalam dakwah Persis adalah dakwah melalui tulisan dengan menerbitkan banyak buku-buku dan majalah-majalah. Persis merupakan pelopor ormas berdasarkan kepenulisan di Jawa Barat, dan tradisi menulis atau dakwah bilkitabah terus dipupuk hingga sekarang. Persis mempelopori dakwah Islam dengan metode tulisan dan propaganda dalam menyebarkan dakwahnya, menerbitkan kitab, buku, majalah, dan siaran-siaran lainnya guna mempertinggi kecerdasan kaum muslimin dalam segala lapangan ilmu pengetahuan.

Untuk mengembangkan dakwahnya , Persis menerbitkan risalah dan majalah yang antara lain:

- Pembela Islam (1929-1935).

- Al-Fatawa (1922-1935).

- Soal Jawab (1931-1940).

- Al-Lisan (1935-1942).

- At-Taqwa (bahasa Sunda, 1927-1941).

- Laskar Islam (1937).

- Al-Hikam (1937).

Majalah yang opaling awet dari dulu hingga sekarang adalah Iber. Majalah yang terbit sekarang antara lain Risalah Al-Muslimun, Akbar Jami’iyah serta buletin Jum’at Risalah Jumah yang tersebar di masjid-masjid se Jawa Barat tiap minggunya hingga saat ini.

Bagian penting dari semua penerbitan yang dilakukan oleh Persis adalah kolom Soal Jawab atau istifta. Redaksi menerima pertanyaan keagamaan dari pembaca mengenai masalah-masalah penting keagamaan, dari mulai masalah ibadah hingga perilaku sosial dan politik. Dalam menjawab berbagai persoalan tersebut, diambil dengan menggunakan literatur yang tepat dalam mengeluarkan fatwa-fatwa atau keputusan agama, karena sumber-sumber keagamaan dipakai sebagai dasar bagi keputusan-keputusan itu. Surat-surat pembaca kepada majalah Pembela Islam, misalnya menunjukan bahwa kolom soal djawab dibaca dengan baik, bahkan koleksi fatwa yangterbit dalam publikasi-publikasi Persis di berbagai majalah telah diterbitkan dalam beberapa jilid selama tahun 1930-an dengan judul kolektif Sual-Djawab (Fiederspiel, 1996:28-29).

Sampai saat ini majalah yang masih bertahan adalah majalah risalah dan majalah Iber serta beberapa majalah dan siaran publikasi di beberapa cabang Persis. Penerbitan inilah menyebabkan luasnya daerah penyebaran pemikiran Persis. Lagi pula penerbitan buku-buku dan majalah-majalah ini sering dijadikan sebagai referensi, baik oleh para da’i maupun organisasi ke-Islaman lainnya.

(7)

hanya memberitakan yang benar menurut mereka, Utamanya berita dari Qur’an – Sunnah. Sebagai media dakwah, Iber memiliki visi yang dapat dilihat dengan mudah dari cover depan, dengan huruf kecil, yang berbunyi “siaran Persatuan Islam Majalah Dakwah Berbahasa Sunda” dengan jargonnya : Basana Moal Basi”. Siaran Persatuan Islam, menunjukan bahwa Iber membawa visi dan misi dakwah dari organisasi Persis yang berorintasi pada penyebaran Al Qur’an dan Sunnah. Kemudian jargon “Basana Moal Basi” seolah ingin menegaskan kepada para pembacanya bahwa bahasa, kajian isi dan substansi yang ada di dalam majalah tidak dibatasi oleh waktu dan tanggal penerbitan. Tentu saja, karena topik bahasannya berdasarkan pada kajian Al-Quran dan Sunnah yang abadi sepanjang zaman. Di sinilah, majalah Iber , memiliki misi yang luhur dan mulia, yakni, mengajak masyarakat luas uatamanya masyarakat tatar Sunda agar dapat melakukan kebijakan (khaer), dapat memerintah yang makruf dan mencegah yang munkar.

Sebagai media dakwah mereka, Iber dikelola oleh para aktivis Persis. Memang pada awalnya, Iber diterbitkan sebagai media dakwah bagi para simpatisan Persis yang penting banyak tersebar di tatar Sunda. Majalah Iber pertama kali dikelola oleh Ustad Abdullah, meskipun sederhana, tetapi memiliki isi yang memikat lagi provokatif, bahasanya mudah difahami, dan kajian yang mendalam. Sejak meninggalnya Ustad Abdullah pada tahun 1994, Iber terbit oleh genreasi berikutnya yang ingin berjihad, berdakwah melalui pena. “Ganteng-ganteng oge teu kingsi pegat” , walaupun pernah kritis tetapi tak pernah putus. Iber lalu dikelola oleh cabang-cabang Persis yang ada di kota Bandung. Sejak tahun 1991, pengelolaan Iber berada di bawah tanggung jawab Pimpinan Daerah Persatuan Islam Kota Bandung. Untuk memperluas wilayah penyebaran dakwah, muali tahun 2001, pengelolaan Iber menjadi tanggung jawab Pimpinan Wilayah Persis Jawa Barat.

3. Isi Majalah Iber

Sekedar contoh, dapat dikemukakan dan konten majalah Iber bernomor 526/Taun 44/19 Dzulhijjah 1432 H/15 November 2011 M. Di cover majalah, tertulis: Iber dengan huruf agak besar yang terlihat menonjol dan diberi warna merah. Diatas huruf e dan r tertulis dengan huruf lebih kecil : basana moal basi. Dan di bawah tulisan Iber, tertulis: Siaran Persatuan Islam Majalah Dakwah Basa Sunda. Untuk menarik minat pembaca, di cover depan yang berlayar belakang foto jembatan. Ditampilkan empat judul topik bahasan yang dimuat pada majalah ini yakni : Hukum kopi Luwak, Tujuh Rupa Dosa Gede, Qurban Asal Tina Impian dan Mukjizat Al-Qur’an, dengan tambahan info, saratan pileuleuyan ti Ustad Rustaman Luqman. Ditampilkan pula foto Ustad tersebut. Di balik cover depan, satu halaman penuh ditampilakan ucapan belasungkawa dari Pimpinan Persis Pusat atas meninggalnya beliau.

(8)

majalah Iber, tentu lebih banyak menampilakanmasalah-masalah keagamaan dengan kondisi kekinian. Namun, sebagai sebuah organisasi Islam, Informasi tentang berbagai aktivitas Persis, juga ditampilkan pada rublik khusus.

4. Masa Depan Iber

Awalnya, Iber terbit sangat sederhana, sesederhana para pengelolanya tetapi tentunya tidak sesederhana isinya. 46 tahun yang lalu, Iber lahir dalam bentuk majalah stensilan hasil raneo yang diputar dengan tangan. Seiring dengan perkembangan zaman, Iber terbit dengan desain yang cukup baik. Penerbitan Iber, tentu tidak dapat dilihat dari kesederhanaan cover, tata letak, dan hasil cetakannya, tetapi lebih jauh pada nilai isi yang ditawarkannya. Pada mubaligh dan muballighat Persis, dari generasi ke generasi, sejak 46 tahun yang lalu, terpenuhi hajatnya terhadap bahan-bahan dakwah yang disajikan oleh Iber. Mereka menyampaikan pesan-pesan dakwah. Berbicara dengan dalil-dalil yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah yang disajikan dari sebuah majalah yang tampil sederhana dengan harga yang sangat murah.

Sejak terbit No. 1 pada Agustus 1967 sampai dengan edisi terakhir, Iber hanya dicetak antara 1500 sampai 3000 eksemplar. Pernah diterbitkan lebih dari 3000 eksemplar, namun seperti filsafah pohon yang bisa rimbun daunnya karena jasa daun tua jatuh dan dijadikan pupuk alami, oplah seperti itu tetap bertahan lama, karena peribahasa: “genah maca teu genah mayar”. Padahal seharusnya :”resep maca, resep masar” majalah Iber saat ini dicetak sekitar 2700 eksemplar setiap bulannya, dengan harga infaqnya seharga Rp. 7000. Majalah dengan harga jual berlabel infaq yang sangat murah, tentu berdampak pada biaya operasional dan honorarium penulis yang tidak besar. Untuk honor penulis penulis amat rendah antara Rp. 20.000 sampai Rp. 60.000 sedangkan pegawai diberi honor Rp. 50.000 per bulan. Iklan yang dimuat juga dihargai saridona diserhkan kepada pemasang iklan. Itulah cirikhas majalah dakwah yang tidak mengejar oplah, tetapi mengejar tujuan mulia yang lebih besar, yakni syiar dakwah Islam.

Karena itulah, ke depan Iber perlu melakukan penataan dalam berbagai hal: Petama Iber dapat lebih memberikan nuansa syiar keagamaan yang mencerahkan dan mencerdaskan, tidak hanya bagi Persis tetapi juga bagi kaum muslimin di tatar sunda. Pembatasan siaran Persatuan Islam dapat diartikan luas, bukan hanya untuk jamaah organisasi Persatuan Islam, tetapi menjadi media yang mepersatuan umat Islam.

Kedua, harus diakui, dari sisi konten, pada umumnya masyarakat Sunda dewasa ini kurang tertarik membaca media berbahasa Sunda, karena dianggap tidak sesuai dengan selera masyarakat yang berkembang dinamis. Karena itulah, diperlukan inovasi baru untuk menyuguhkan media berbahasa Sunda yang memadukan antara konten yang mendidik, menghibur untuk dibaca oleh setiap generasi.

(9)

Islam, dan penyejuk kalbu. Iber dapat tampil paling depan dan mengembangkan pendidikan karakter Islami yang akurat berdasarkan pada Qur’an dan Sunnah, menjadi nilai lebih untuk mendidik masyarakat Sunda yang religius, membina nilai-nilai luhur, ahlak mulia, dan karakter bangsa sekaligus memelihara jati diri ke Sundaan.

Keempat, dari sisi perwajahan, konten dan bahasa diperlukan perubahan artistik yang menarik pembaca untuk menoleh dan membaca Iber, konten yang aktual dengan muatan dakwah yang disajikan dengan tambahan isu-isu kekinian, serta disuguhkan dengan sajian bahasa Sunda yang mudah dipahami, sehingga mudah dicerna oleh pembaca khususnya generasi muda.

Kelima, perlu regerasi penulis, mengingat para penulis Iber pada saat ini berusia senja. Inovasi dari para penulis muda dengan bimbingan dari penulis senior, akan membawa nuansa baru pada isi majalah.

Keenam, pentingnya rasa kepemilikan dari pembaca dan pelestari budaya Sunda untuk mendukung eksistensi Iber ke depan dengan mengubah gaya managerial yang alakadarna,

ganteng-ganteng ulah potong dengan manajemen yang lebih maju.

D. Penutup

Apapun yang terjadi, 46 tahun terbit, merupakan prestasi yang luar biasa dari Iber. Majalah Iber dapat terbit lebih dari empat puluh tahun hanya mengandalkan motivasi dan idealisme para pengasuhnya untuk menyebarkan dakwah Islam. Ruh kecintaan akan Islam, melebihi kebutuhan akan materi, falsafah sederhana dari redaksi: sebenarnya tiada manusia yang merugi, sebab kerugian itu hakikatnya adalah keuntungan yang tertunda. Hanya masalahnya, banyak manusia yang tidak sabaran menunggu itu semua. Pendiri majalah ini, Ustad Abdullah telah tiada, tetapi majalah Iber yang didirikannya tetap hidup. H. Emon Sastranegara, Girang Rumpaka Iber beraindai-andai: “Andaikanlah Ustad Abdullah masih hidup dan berada di tengah-tengah kita sekarang ini, beliau tidak akan kecewa, bahkan bangga melihat Iber masih tetap eksis, dan mungkin beliau berkata: “Teruskeun anaking, Iber ulah pegat, sing jadi shadaqoh jariyah”, Insya Alloh.

E. Daftar Pustaka

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Ashary, Isa. (1958). Manifest Perjuangan Persayuan Islam. Bandung: Sekretariat

Basrowi dan Suwandi. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rineka Cipta

Fearly dan Barton. (1996), Tradisonalisme Radikal. Yogyakarta: Penerbit Lkis

(10)

Rosidi, Ajip. (1990). M Natsir: Sebuah Biografi. Jakarta: Giri Mukti Pustaka Sar’an Eman. Tth. Sejarah Organisasi Persatuan Islam. Bandung: Tamadun

Suryanegara, Ahmad Mansur, (2012). Api Sejarah II. Bandung:Penerbit Salamandi

Tim Pengurus Persis. (2015).Mengenal Persis Lebih Dekat. Bandung: PP Persis Bandung

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran , (Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, FIP, UPI, 2008).. dan dapat dibuat sendiri oleh guru. Buku berukuran besar ini biasanya digunakan untuk

Peserta OGN tahun 2017 adalah guru SMA/SMK Mata Pelajaran Matematika, Fisika, Biologi, Kimia, Ekonomi, Sosiologi, Geografi, Sejarah, Bahasa Indonesia, Bahasa

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Gaya kepemimpinan transformasional ketua yayasan pondok pesantren terhadap kinerja guru madrasah tsanawiyah dilihat dari nilai

Although the adoption of microservice architecture brings consider‐ able freedom to developers, ensuring availability requires holding microservices to high architectural,

Hasil penelitian ini mengindikasi bahwa melalui metode pembelajaran kontekstual berbantuan media gambar khususnya bagi siswa tuna rungu, tercipta suasana belajar

Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara pengetahuan mahasiswa praktik keperawatan terhadap kemampuan komunikasi terapeutik di RSU

wisata, merangkum mata pelejaran, membuat hasil karya di pajang di dalam kelas ataupun di mading, membuat kliping, belajar kelompok, kegiatan literasi (sebelum pembelajaran di mulai

Dalam hal memaksimalkan penggunaan internet dan dengan mengikuti tren berbisnis dalam dunia usaha masa kini, sudah banyak pelaku usaha yang kini mempunyai website