ABSTRAK
PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI MENGGUNAKAN SISTEM HIDROPONIK DAN AKUAPONIK
Oleh Aulia Rakhman
Hidroponik adalah cara bercocok tanam alternatif di perkotaan. Mudah, terkendali, dan bisa dilakukan di media tanpa tanah, bahkan di dalam rumah. Pada sistem hidroponik penyiraman tanaman dilakukan secara otomatis dan lingkungan bisa dikendalikan dari hama tanaman, sangat cocok untuk masyarakat yang rutinitasnya banyak dihabiskan untuk bekerja di kantor dibanding di rumah. Nutrisi hidroponik sangat susah untuk didapatkan, bahkan di Lampung belum ada yang menjualnya. Akuaponik menawarkan alternatif lain yang bisa digunakan untuk bercocok tanam di lahan terbatas dan nutrisi lebih mudah ditemukan karena memanfaatkan kotoran ikan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah kotoran ikan mampu menggantikan nutrisi hidroponik dalam menunjang
pertumbuhan tanaman sawi.
Penelitian ini membandingkan hasil tanaman sawi pada tiga perlakuan, yaitu L1
Teknik Pertanian Universitas Lampung. Variabel-variabel yang diuji adalah tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar, dan berat total tanaman sawi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman sawi pada sistem hidroponik lebih baik dari pada akuaponik. Tinggi tanaman rata-rata pada minggu ke empat untuk L1, L2, dan L3 adalah 24,6 cm; 9,1 cm; 14,0 cm; secara
berturutan. Jumlah daun rata-rata pada minggu ke empat untuk L1, L2, dan L3
adalah 10,2; 7,2; 7,7; secara berturutan. Panjang akar rata-rata pada minggu ke empat untuk L1, L2, dan L3 adalah 27,3 cm; 10,6 cm; 15,0 cm; secara berturutan. Berat total tanaman sawi untuk L1, L2, dan L3 adalah 77,08 gr; 9,7 gr; 28,6 gr;
secara berturutan.
ABSTRACT
THE GROWTH MUSTARD USING HYDROPONICS AND AQUAPONICS SYSTEMS
By Aulia Rakhman
Hydroponics is an alternative way of farming in a limited area of urban. Easy, controlled, and can be done on media without soil, even in the house. In
hydroponic watering system is automatic and the environment can be controlled from plant pests, it is suitable for people who spent more routine work in the office than at home. Nutrients hydroponics is very difficult to obtain, even in Lampung no body sold. Aquaponics is to offer another alternative that could be used to grow crops in a limited area and the nutrients are easier to find because it uses fish waste. This study was conducted to know where fish waste could replace hydroponic nutrients to support the growth of mustard plants.
This research compared the yield of mustard plants using three treatments, namely L1 (hydroponics), L2 (Aquaponics using comet fish), and L3 (Aquaponics using
Aulia Rakhman
The research showed that the growth of mustard plants at hydroponic was better than Aquaponics systems. The average plant height at week four were 24,6 cm; 9,1 cm; 14,0 cm of L1, L2, and L3, respectively. The average number of leaves at week four were 10,2; 7,2; 7,7 of L1, L2, and L3, respectively. The average root length at week four were 27,3 cm; 10,6 cm; 15,0 cm of L1, L2, and L3,
PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI MENGGUNAKAN SISTEM HIDROPONIK DAN AKUAPONIK
Oleh Aulia Rakhman
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai Gelar Sarjana Teknik Pertanian
Pada
Jurusan Teknik Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabupaten Lahat pada tanggal 19 Oktober 1990, sebagai anak kelima dari lima bersaudara, buah hati dari Bapak Zulkarnaen Hasben dan Ibu Darmayanti.
Pendidikan Taman Kanak-kanak penulis selesaikan di TK Putra Kabupaten Lahat pada tahun 1996. Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SD N 33 Lahat pada tahun 1996 sampai dengan tahun 2002. Sekolah Menengah Pertama penulis selesaikan di SMP Santo Yosef Lahat pada tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo Yosef Lahat diselesaikan pada tahun 2008.
Syukur terbesarku hanya untuk Allah SWT atas
segala Nikmat dan Karunia-Nya
Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada
Nabi Muhammad saw. beserta keluarganya
Kupersembahkan karya kecilku ini untuk:
Ibu, Ayah, dan Kakak tercinta atas segala kasih
sayang, doa, dan kesabaran untuk setiap waktu
yang tak pernah putus...
Almamaterku tercinta tempatku menimba ilmu
Dan untuk semua orang yang menyayangiku,
terimakasih karna kalian selalu ada dalam
hidupku...
SANWACANA
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi
dengan judul “Pertumbuhan Tanaman Sawi Menggunakan Nutrisi Hidroponik dan
Akuaponik” ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
Penulis menyadari keberhasilan penulis, baik dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin berterima kasih kepada: 1. Bapak Ir. Budianto Lanya, M.T. selaku Dosen Pembimbing I sekaligus
Pembimbing Akademik penulis.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. R.A. Bustomi Rosadi, M.S. selaku Pembimbing II penulis. 3. Bapak Ir. M. Zen Kadir, M.T. selaku Pembahas atas semua saran dan kritik
yang membangun.
4. Seluruh staf pengajar dan karyawan Jurusan Teknik Pertanian atas ilmu pengetahuan, bantuan, dan kemudahan yang telah diberikan selama ini. 5. Ayah (Alm. Bapak Zulkarnaen Hasben), Ibuku tercinta (Ibu Darmayati), serta
ii 6. Saudara seperjuangan Angkatan Teknik Pertanian 2008, terima kasih untuk
kebersamaannya selama ini.
7. Semua teman dan rekan yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terima kasih telah memberikan banyak inspirasi pada penulis.
Penulis berharap Allah SWT membalas kebaikan Saudara-saudara, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bandar Lampung, 05 Oktober 2015 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
I. PENDAHULUAN ... 1
2.4.1. Penyediaan Nutrisi Tanaman ...5
2.4.2. Pemilihan Media Tanam ...6
2.4.3. Nutrient Film Technique ...6
2.5. Akuaponik ... 7
2.6. Ikan ... 12
III. METODELOGI PENELITIAN ... 13
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ... 13
3.2. Alat dan Bahan ... 13
3.2.1. Rancangan Penelitian ...14
3.2.2. Pelaksanaan Penelitian ...15
3.2.3. Pengamatan Lingkungan ...16
v
3.2.5. Analisis Data ...17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18
4.1. Pengamatan Lingkungan ... 18
4.1.1. Intensitas Cahaya dan Suhu ... 19
4.1.2. Pengamatan Konduktivitas Elektrik dan Derajat Keasaman ...21
4.1.3. Konsumsi air ...26
4.2. Pengamatan Tanaman Sawi ... 27
4.2.1. Tinggi Tanaman ...27
4.2.2. Jumlah Daun ...29
4.2.3. Berat Total Tanaman ...30
4.2.4. Panjang Akar ...32
V. SIMPULAN DAN SARAN ... 35
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Intensitas cahaya ... 19
2. Nilai EC mingguan tiap perlakuan ... 22
3. Nilai padatan terlarut pada perlakuan akuaponik ... 24
4. Nilai pH mingguan ... 25
5. Berat tanaman L1 ... 30
6. Berat tanaman sawi L2 ... 31
7. Berat tanaman sawi L3 ... 31
8. Suhu udara harian ... 39
9. Suhu nutrisi rata-rata mingguan ... 40
vii
21. Berat berangkasan tanaman sawi L1 ... 47
22. Berat berangkasan tanaman sawi L2 ... 47
23. Berat berangkasan tanaman sawi L3 ... 48
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Sistem NFT ... 7
2. Sistem akuaponik ... 8
3. Kit Sederhana untuk hidroponik dan akuaponik sistem ... 14
4. Hasil akhir tanaman sawi ... 18
5. Suhu udara mingguan ... 19
6. Suhu nutrisi mingguan ... 20
7. Suhu nutrisi rata-rata masing-masing perlakuan ... 21
8. Nilai rata-rata EC selama pengukuran ... 23
9. pH mingguan ... 25
10. Grafik tinggi tanaman sawi setiap minggu... 27
11. Tanaman Sawi Setelah Panen ... 28
12. Grafik rata-rata pertumbuhan jumlah daun tiap minggu ... 29
13. Rata-rata berat total tanaman sawi ... 32
14. Panjang akar rata-rata tanaman sawi ... 33
15. Panjang akar tiap perlakuan ... 33
16. Alat tester pH ... 41
17. Sampel hasil tester pH ... 41
18. Pembenihan ... 49
ix
20. Pertumbuhan tanaman sawi minggu III ... 49
21. Pertumbuhan tanaman sawi minggu IV ... 50
22. Bak nutrisi hidroponik ... 50
23. Akuarium Ikan Komet... 51
24. Akuarium Ikan Nila... 51
25. Talang masing-masing perlakuan ... 52
26. EC Meter ... 52
27. Lux Meter ... 53
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hidroponik adalah salah satu cara bercocok tanam yang memanfaatkan air sebagai media nutrisi yang akan diserap tanaman untuk pertumbuhannya. Dalam
hidroponik, nutrisi langsung diserap dari air yang sudah diperkaya nutrisi, sebuah solusi untuk mengatasi keterbatasan lahan tanah di daerah perkotaan.
Nutrisi Hidroponik diperoleh dengan cara mencampur pupuk cair sampai larut menyatu dengan air. Biasanya, pupuk yang digunakan oleh petani hidroponik adalah AB Mix. Pupuk khusus hidroponik ini tidak bisa didapatkan di toko-toko pertanian, hal ini disebabkan masih sedikitnya sosialisasi bercocok tanam jenis ini. Selain itu, pencampuran larutan A dan B harus dilakukan secara tepat karena unsur kimia yang dikandung sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman seperti halnya penggunaan pupuk kimia pada pertanian lahan tanah.
2
Dalam akuakultur yang normal, ekskresi dari hewan yang dipelihara akan terakumulasi di air dan meningkatkan toksisitas air jika tidak dibuang. Dalam akuaponik, ekskresi hewan diberikan kepada tanaman agar dipecah menjadi nitrat dan nitrit melalui proses alami, dan dimanfaatkan oleh tanaman sebagai nutrisi. Air kemudian bersirkulasi kembali ke sistem akuakultur. Dengan memanfaatkan sistem kerja dalam budidaya hidroponik limbah dari kotoran ikan yang kaya hara tersebut bisa dimanfaatkan sebagai nutrisi bagi tanaman. Kotoran tadi akan disirkulasikan menggunakan pompa air ke sub sistem hidroponik yang ditanami sayuran sehingga air menjadi bersih dan kaya oksigen dan diresirkulasi kembali ke dalam kolam. Dalam kegiatan ini sistem hidroponik berperan sebagai filter bagi lingkungan ikan (Hasbullah, dkk., 2011).
Sawi merupakan sayuran yang bermanfaat bagi tubuh manusia karena kandungan gizinya. Direktur Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka Ditjen
Hortikultura Deptan, Yul H Bahar, mengatakan bahwa konsumsi sayuran di Indonesia masih dibawah standar Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) yaitu sebesar 73 kg/kapita/tahun, sementara standar kecukupan untuk sehat sebesar 91,25 kg/kapita/tahun (Anonim, 2014).
Pada umumnya masyarakat perkotaan tidak memiliki waktu untuk bertani secara konvensional. Hidroponik dan akuaponik menawarkan cara bertani yang
3
Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan nutrisi hidroponik dan akuaponik pada pertumbuhan tanaman sawi. Hasil penelitian ini diharapkan menumbuhkan keinginan masyarakat untuk bercocok tanam sayuran meskipun lahan yang dimiliki terbatas, khususnya sawi.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan hasil penanaman sawi menggunakan sistem hidroponik dan akuaponik.
1.3. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1) Mengetahui perbandingan tumbuh tanaman sawi menggunakan sistem hidroponik dan akuaponik.
2) Mengetahui potensi kotoran ikan komet dan nila sebagai nutrisi penunjang tumbuh tanaman sawi pada akuaponik.
1.4. Batasan Masalah
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sawi
Sawi bukan termasuk tanaman asli Indonesia, melainkan berasal dari Asia. Sawi dikembangkan di Indonesia karena kecocokkan terhadap iklim, cuaca, dan tanahnya. Sawi dalam pertumbuhannya membutuhkan suhu yang sejuk, dalam suasana lembab akan lebih cepat tumbuh namun tidak baik bila keadaan air menggenang. Tanah yang gembur dan drainase yang baik akan memberikan lingkungan tumbuh yang baik bagi sawi (Margiyanto, 2007).
2.2. Manfaat Tanaman Sawi
Manfaat tanaman sawi (Brassica Juncea) sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk. Penyembuh penyakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan
memperlancar pencernaan. Sawi memiliki kandungan protein, lemak,
karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C (Margiyanto, 2007).
2.3. Akuakultur
5
bekerja secara sinergis dalam mencapai tujuannya, yaitu memproduksi ikan dan akhirnya mendapat keuntungan sekaligus pada pertumbuhan ikan serta tanaman.
2.4. Hidroponik
Hydro: air, ponic: cara kerja. Hidroponik merupakan sistem bagaimana cara memberdayakan air menyiram akar tanaman. Hidroponik atau bercocok tanam tanpa media tanah dimulai dari penelitian tentang kebutuhan nutrisi pada tanaman agar tumbuh dengan optimal. Seiring berkembangnya waktu ternyata hidroponik berkembang pada skala hobi dan komersial. Hal ini terjadi karena hidroponik menawarkan solusi atas masalah pertanian: perubahan iklim, gangguan hama penyakit, dan keterbatasan lahan (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
2.4.1. Penyediaan Nutrisi Tanaman
Budidaya secara hidroponik mengupayakan agar nutrisi untuk tanaman tersedia dalam jumlah yang tepat dan mudah diserap oleh tanaman. Nutrisi diberikan dalam bentuk larutan yang berasal dari bahan organik atau non-organik.
Pemberian nutrisi dilakukan melalui permukaan media tanam yang menyinggung langsung ke akar tanaman. Ketersedian nutrisi dalam bentuk cair itu lah yang dipakai sebagai prinsip awal penerapan teknologi hidroponik untuk budidaya (Tim Karya Mandiri, 2010).
AB MIX
6
The Farmer Hydroponic Nutrient mengandung semua unsur hara yang dibutuhkan tanaman berupa hara makro N, P, K, Mg, Ca dan S dan hara mikro Fe, Mn, Zn, B, Cu dan Mo. Untuk H, C dan O didapatkan dari udara dan air. Pupuk ini
diformulasi secara khusus untuk tanaman Paprika, Tomat, Melon, Sayuran Daun (Selada, Pakcoy, Caisim, Bayam, Horenzo dsb), Stroberi, Mawar, Krisan dan lain-lain. Pupuk ini larut sempurna di dalam air.
2.4.2. Pemilihan Media Tanam
Jenis media tanam yang digunakan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Media tanam yang baik harus mampu mempertahankan ketersedian unsur hara, kelembaban terjamin dan drainase baik. Media tanam tidak boleh mengandung zat yang beracun bagi tanaman, mampu dialiri air dan oksigen yang menyokong akar untuk menyerap makanan.
Beberapa media tanam yang digunakan antara lain adalah pasir, kerikil, arang sekam, spons, pecahan batu bata, dan sebagainya. Bahan-bahan tersebut akan mempengaruhi sifat lingkungan media. Media tanam dari masing-masing bahan memiliki tingkat suhu, aerasi, dan kelembaban media yang berbeda.
2.4.3. Nutrient Film Technique
Nutrient Film Technique (NFT) disebut juga sebagai sistem air mengalir tipis. NFT paling banyak digunakan dalam budidaya sayuran hidroponik skala kebun di greenhouse. Sistem ini mengalirkan air ke media tanam melalui landasan alir berupa asbes, air mengalir tipis menyentuh media tanam atau akar secara
7
perakaran, hal ini diakibatkan difusi air dan oksigen yang baik sehingga akar tanaman akan terjaga kesegarannya. Sistem NFT dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Sistem NFT.
NFT memiliki kemiringan posisi pada media, hal ini karena tekanan air yang diberikan hampir tidak ada ketika akan sampai ke media alir. Aliran air pada sistem ini hanya mengalir turun mengikuti gaya gravitasi bumi sehingga
menghasilkan aliran yang tipis. Sistem ini akan mengalami masalah ketika listrik tidak ada karena ketika pompa mati sistem ini tidak memiliki cadangan air. Kemiringan terbaik berdasarkan penelitian di lapangan oleh Bapak Agus Sunaryano, selaku Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan Parung Farm, adalah 30˚ (Rakhman, 2012).
2.5. Akuaponik
8
ikan memberikan nutrisi pada tanaman sedangkan tanaman berfungsi sebagai filter bagi amonia dan senyawa nitrogen lainnya dari air, sehingga air yang tersirkulasi kembali menjadi aman bagi ikan, lihat Gambar 2 (ECOLIFE, 2011).
Akuaponik pertama kali diteliti oleh Universitas Virgin Island (UVI) sejak tahun 1971, dilatar belakangi oleh sulitnya memelihara ikan air tawar dan sayuran di Pulau Semiarid, Australia. Penelitian ini menghasilkan ide untuk bercocok tanam dengan tujuan komersil. Dalam perkembangannya sistem ini mengalami banyak kendala tapi pada tahun 1990-an sistem akuaponik berkembang luas yang
akhirnya, walaupun banyak kegagalan, sistem ini berhasil mengubah teknologi akuaponik menjadi salah satu sistem untuk memproduksi bahan makanan (Diver, 2006).
9
Akuaponik merupakan cara bercocok tanam sekaligus pemeliharaan ikan air tawar yang hemat energi, limbah yang berasal dari kotoran ikan akan ditampung dan disalurkan ke media tanam, menghasilkan pupuk organik yang baik untuk
tanaman. Sistem akuaponik memanfaatkan kembali air limbah (mencegah limbah keluar ke lingkungan) melalui biofiltrasi dan menjamin produksi bahan makanan bagi tanaman melalui multikultur, oleh sebab itu akuaponik pantas menjadi panutan untuk green technology (Wahap et al., 2010).
Air berfungsi sebagai media internal dan eksternal. Fungsi air sebagai media internal adalah menjadi bahan baku untuk reaksi dalam tubuh ikan, pengangkut bahan makanan ke seluruh tubuh, pengangkut sisa metabolisme dan pengatur atau penyangga suhu tubuh. Fungsi eksternal adalah menjadi habitat bagi ikan. Oleh sebab itu mutu kualitas air menunjang kehidupan dan pertumbuhan ikan. Parameter kualitas air untuk budidaya ikan air tawar meliputi 3 karakteristik (Anonim 2014):
Karateristik fisik (suhu, debit air, kecerahan, salinitas).
Karateristik kimia (pH, alkalinitas, kadar oksigen, karbondioksida, amoniak, nitrit, fospat).
Karakteristik biologi.
10
Sistem ini menggunakan teknik akuakultur dengan kepadatan tinggi di dalam ruang tertutup (indoor). Kondisi lingkungan yang terkontrol berdampak pada peningkatan produksi ikan di lahan dan air yang terbatas, meningkatkan produksi ikan sepanjang tahun, lokasi produksi yang bisa dimana saja, pengontrolan penyakit, dan tidak tergantung musim (Tetzlaff dan Heidinger, 1990).
Komponen dasar sistem resirkulasi akuakultur terdiri dari (Hasbullah, dkk., 2011): 1) Bak pemeliharaan ikan / tangki kultur (growing tank) yaitu tempat
pemeliharaan ikan, dapat dibuat dari plastik, logam, kayu, kaca, karet atau bahan lain yang dapat menahan air, tidak bersifat korosif, dan tidak beracun bagi ikan.
2) Penyaring partikulat (sump particulate) yang bertujuan untuk menyaring materi padat terlarut agar tidak menyumbat biofilter atau mengkonsumsi suplai oksigen.
3) Biofilter merupakan komponen utama dari sistem resirkulasi. Biofilter
merupakan tempat berlangsungnya proses biofiltrasi beberapa senyawa toksik seperti NH4 + dan NO2. Pada dasarnya, biofilter adalah tempat bakteri
nitrifikasi tumbuh dan berkembang.
4) Aerator, berfungsi untuk mempertahankan kadar oksigen terlarut dalam air agar tetap tinggi.
5) Pompa resirkulasi (water recirculation pump) yang berfungsi untuk mengarahkan aliran air.
11
unsur di dalam air menjadi bentuk yang dapat diserap dan digunakan oleh tanaman. Nitrosomonas mengubah amoniak menjadi nitrit. Nitrit ini kemudian diubah menjadi Nitrat oleh bakteri Nitrobacteri yang kemudian diserap tanaman untuk pertumbuhannya.
Hidroponik dalam kesatuan sistem akuaponik berperan sebagai biofilter yang tugasnya menyerap amonia, nitrat, nitrit, dan fosfor, sehingga air yang bersih dapat dialirkan kembali ke bak ikan/akuarium. Bakteri nitrifikasi yang hidup dalam media filter dan berasosiasi dengan akar tanaman memegang peran utama dalam siklus nutrient, tanpa mikroorganisme ini keseluruhan sistem akan berhenti berfungsi (Hasbullah, dkk., 2011).
Akuaponik memiliki beberapa kelebihan dari pada sistem lainnya, berikut beberapa kelebihan akuaponik (ECOLIFE, 2011):
1) Sistem akuaponik berjalan dengan prinsip zero enviromental impact. Akuponik menghasilkan pertumbuhan ikan yang baik dan tanaman organik tanpa pemupukan kimia, tanpa herbisida maupun pestisida.
2) Memanfaatkan air secara bijak. Penggunaan air pada sistem ini 90% lebih sedikit dibandingkan menanam tanaman dengan cara konvensional dan 97% lebih sedikit dari sistem akuakultur biasa.
12
2.6. Ikan
Berbagian macam ikan dan organisme air lainnya dapat dibudidayakan
menggunakan sistem akuaponik. Jenis ikan air tawar, herbivora dan omnivora, adalah pilihan ideal untuk sistem akuaponik karena pemberian pakan yang mudah serta konversi yang efisien dari pakan ke ikan. Beberapa jenis ikan yang baik untuk akuaponik (ECOLIFE, 2011):
Nila
Large Mouth Bass
Koi Crappie
Ikan Mas Mewah Pacu
Berbagai ikan hias seperti Angelfish, Guppy, Tetras, Swordfish, Mollies.
13
III. METODELOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari 2015 di kediaman Amin Khairi, Jalan Said Sabri, Nomor 58B, Kedaton, Bandar Lampung. Setelah panen tanaman dilakukan pengamatan lanjutan di Laboratorium Teknik Pertanian Universitas Lampung.
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan antara lain: Sayuran sawi hijau (Brassica Juncea).
Media untuk penyemaian menggunakan kompos. Bioball.
Akuaponik Kit dan Hidroponik Kit (Gambar 3). Pupuk Hidroponik Hydrofarm.
Ikan Komet dan Ikan Nila. EC meter dan pH Tester. Lux meter.
14
Gambar 1. Kit Sederhana untuk hidroponik dan akuaponik sistem.
3.2.1. Rancangan Penelitian
Kit Akuaponik menggunakan dua buah akuarium dengan ukuran masing-masing:
Tebal kaca = 3 mm
Panjang Akuarium = 80 cm Lebar dan tinggi Akuarium = 40 cm
Pada Kit Hidroponik akuarium menggunakan Bak Nutrisi kapasitas 50 l.
Penelitian ini menggunakan 3 perlakuan, antara lain : L1= Sistem Hidroponik
L2= Sistem Akuaponik menggunakan ikan komet Pompa air
Akuarium Akuaponik
Talang Nutrisi Pot Media Tanam
Kerangka penyangga dari pipa Selang Nutrisi Input Nutrisi
15
L3= Sistem Akuaponik menggunakan ikan nila
Panjang Talang : 70 cm
Lebar talang : 8 cm
Jarak Lubang Tanam : 10 cm
Jumlah Tanaman per talang : 6 tanaman sawi hijau Baris Tanam : 2 baris tanam
3.2.2. Pelaksanaan Penelitian
a. Penyiapan Media Tanam
Membuataan kit hidroponik sistem NFT dilakukan sebagai media tumbuh tanaman sawi hijau (caisin) menggunakan gelas plastik kemasan air mineral yang diisi arang sekam kemudian diletakkan pada talang PVC yang diisi bioball, dan kapas filter akuarium diletakkan di lubang masuk dan keluar air pada talang.
b. Penyemaian Benih dan Penanaman
Benih sawi disemai pada media campuran pasir, sekam dan kompos dengan perbandingan (1:1:1). Setelah ± 2 minggu benih diseleksi dan dipindahkan ke styrofoam pada sistem NFT.
c. Pembersihan
16
d. Panen
Pemanenan dilakukan setelah tanaman sawi siap untuk di panen. Pengamatan yang dilakukan antara lain menghitung berat berangkasan (berangkasan atas dan bawah) dan panjang akar di masing-masing perlakuan
3.2.3. Pengamatan Lingkungan
a. Intensitas Cahaya
Pengukuran dilakukan untuk mengetahui berapa besar intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman tiap minggu. Pengukuran dilakukan pada minggu ke 3.
b. Suhu Udara
Suhu udara diukur pada siang hari. Posisi pengukuran dilakukan di sekitar sistem.
c. Suhu Air
Suhu air diukur di masing-masing perlakuan.
d. Konsumsi air
Mengetahui konsumsi air oleh masing-masing perlakuan dilakukan dengan pengamatan pada hari pertama tanaman ditanam dan saat panen.
e. Konduktivitas Elektrik (EC) dan Derajat Keasaman (pH)
17
3.2.4. Pengamatan Tanaman Sawi
a. Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai daun terpanjang dan dilakukan seminggu sekali sampai panen.
b. Jumlah Daun
Jumlah daun dihitung seminggu sekali sampai panen.
c. Berat Berangkasan
Pengukuran dilakukan untuk mengetahui berat hasil produksi tanaman menggunakan timbangan merk Ohauss(gr). Berat berangkasan dihitung pada berangkasan atas (tangkai tanaman hingga ujung leher) dan berangkasan bawah (Akar). Penimbangan berat berangkasan dilakukan setelah panen.
d. Panjang Akar
Panjang akar diukur menggunakan mistar (cm) dan dilakukan setelah panen.
3.2.5. Analisis Data
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
1) Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman sawi pada sistem hidroponik (L1) lebih baik dari pada akuaponik (L2 dan L3).
2) Tinggi tanaman sawi rata-rata pada minggu ke empat untuk L1, L2, dan L3
adalah 24,6 cm; 9,1 cm; 14,0 cm; secara berturutan.
3) Jumlah daun tanaman sawi rata-rata pada minggu ke empat untuk L1, L2, dan L3 adalah 10,2; 7,2; 7,7; secara berturutan.
4) Panjang akar tanaman sawi rata-rata pada minggu ke empat untuk L1, L2, dan L3 adalah 27,3 cm; 10,6 cm; 15,0 cm; secara berturutan
5) Berat total tanaman sawi untuk L1, L2, dan L3 adalah 77,08 gr; 9,7 gr; 28,6
gr; secara berturutan
5.2. Saran
Adapun saran dari penelitian yang telah dilakukan adalah :
1) Jumlah ikan untuk akuaponik diperbanyak agar nutrisi yang menunjang pertumbuhan sawi mencukupi.
36
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Baku Mutu Kualitas Air Budidaya.
http://www.bbpbat.net/index.php/artikel/60-baku-mutu-kualitas-air-budidaya. Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar. Sukabumi, Jakarta. Diakses pada tanggal 19 Mei 2014
Anonim. 2014. Konsumsi Sayur Indonesia Di Bawah Standar FAO. Surat Kabar Online Harian Umum Pelita. http://www.pelita.or.id/baca.php?id=73419. Diakses pada tanggal 18 Mei 2014.
Bayu. 2012. Akuaponik-Ikan Untuk Akuaponik.
http://akuaponik.blogspot.com/2012/01/akuaponik-ikan-untuk-akuaponik.html. Ditulis 26 Januari 2012 Oleh Bayu. Diakses pada tanggal 10 Maret 2014.
Diver, S. 2006. Aquaponics – Integration of Hydroponics with Aquaculture. National Sustainable Agriculture Information Service. Australia.
ECOLIFE Foundation. 2011. Introduction to Village Aquaponics. ECOLIFE. 324 State Place, Escondido, CA 92029. 25 hlm.
Hasbullah, B., Adrianus, N. Putriani, S. Sedubun, S. Sabirin, dan Suwar. 2011. Akuaponik, Sistem Resilkulasi Alternatif yang Memanfaatkan Simbiosis Mutualisme antara Ikan dan Tanaman. Laporan Praktikum Manajemen Kualitas Air. Universitas Padjadjaran, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Program Alih Jenjang Diploma IV. Cianjur.
Mansyur, A.N., S. Triyono, dan A. Tusi. 2014. Pengaruh Naungan Terhadap PertumbuhanSawi (Brasissca Junacea L.) Pada Sistem Hidroponik DFT (Deep Flow Technique). Jurnal Teknik Pertanian Lampung,Vol.3, No. 2:103 – 110.
37
Nxawe, S., C.P. Laubscher, and P.A. Ndakidemi. 2009. Effect of Regulated Irrigation Water Temperature On Hydroponics Production of Spinach (Spinacia Oleracea L.). African Journal Of Agriculture Research, Vol. 4(12):1442 – 1446.
Rakhman, A. 2012. Mempelajari Kit Hidroponik Skala Rumah Tangga di Parung Farm. Laporan Praktik Umum. Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Bandar Lampung. Suantika, G. dan Hernawati. 2007. Penggunaan Sistem Resirkulasi Dalam
Pendederan Benih Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac. Jurnal DiSainTek, Vol. 01, No. 01.
Tetzlaff, B. L. and R.C. Heidinger. 1990. Basic Principles of Biofiltration and System Design. SIUC Fisheries Bulletin No. 9. SIUC Fisheries and Illinois Aquaculture Center.
Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budi Daya Secara Hidroponik. CV Nuansa Aulia. Bandung. 160 halaman.
Wahap, N., A. Estim, A.Y.S. Kian, S. Senoo dan S. Mustafa. 2010.
Producing Organic Fish and Mint in an Aquaponic System. Aquaponics Journal, Issue 58: 28 – 33.
Wiratsongko, H. 2014. Tren Akuaponik: Perbedaan Akuaponik dan Hidroponik (bag 2). http://www.desaqu.com. Diakses tanggal 29 Juli 2015.
Wirosoedarmo, R., J. Bambang Rahadi, dan Dita Ermayanti. 2001. Pengaruh Sistem Pemberian Air Dan Ketebalan SponTerendam