Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1
ISSN : 2338-6371 Parlindungan, Lukitasari, Mudatsir
Latihan Isometrik Bermanfaat Menurunkan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi
Helpful Isometric Exercise Lowers Blood Pressure in Patients Hypertension
Tua Parlindungan1, Arti Lukitasari1, Mudatsir2 1
Magister Keperawatan, Program Pascasarjana, Universitas Syiah Kuala 2
Bagian Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala
Abstrak
Masalah kesehatan yang terjadi pada pasien hipertensi adalah bagaimana penerapan perawatan diri yang benar agar penyakit hipertensi dapat dikendalikan dan terhindar dari komplikasi. Latihan isometrik bermanfaat menurunkan tekanan darah istirahat sistolik dan diastolik. apabila dilakukan secara teratur, selain itu manfaat tambahan memperbaiki massa otot dan kekuatan tubuh bagian atas dan bawah, penurunan lemak tubuh, meningkatkan kepadatan tulang, mencegah patah tulang, dan peningkatan kualitas hidup. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh latihan isometrik terhadap penurunan tekanan darah penderita hipertensi. Penelitian ini menggunakan desain quasi ekspriment, dengan rancangan pretest dan postest desain. Pengambilan sampel dengan cara Purposive sampling dengan jumlah 37 responden kelompok intervensi dan 37 responden kelompok kontrol. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 21 September s/d 20 November 2015 di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe, latihan isometrik dilakukan 3 kali dalam seminggu selama 9 minggu. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh latihan isometrik terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi (P = 0.002). Dengan demikian sangat dianjurkan pada penderita hipertensi dengan menggunakan latihan isometrik untuk menurunkan tekanan darah baik dilakukan sendiri maupun kombinasi dengan olahraga yang dinamis sebagai bagian dari rejimen perawatan yang komprehensif. Latihan isometrik sangat baik pada usia 35-55 tahun tersebut lebih beresiko mengalami hipertensi sehingga dapat mempertahankan tekanan darah secara mandiri dan terkontrol.
Kata Kunci: latihan isometrik, tekanan darah, penderita hipertensi
Abstract
Health problems that occur in hypertensive patients is how the application of the right of self-care that hypertension can be controlled and avoid complications. Useful isometric exercise lowers blood pressure resting systolic and diastolic. if done regularly, in addition to the additional benefits improve muscle mass and upper body strength and lower, decrease body fat, increase bone density, prevent fractures, and improved quality of life. The purpose of this study was to determine the effect of isometric exercise on reducing blood pressure of hypertensive patients. This study uses a quasi ekspriment design, with pretest and posttest design. Sampling by means of purposive sampling with 37 respondents 37 respondents intervention group and control group. This study was conducted on 21 September s / d 20 November 2015 in the district of Banda Sakti Lhokseumawe, isometric exercise performed three times a week for 9 weeks. Results showed no effect of isometric exercise on reducing blood pressure in patients with hypertension (P = 0.002). Thus highly recommended in patients with hypertension by using isometric exercises to lower blood pressure by themselves or in combination with a dynamic sport as part of a comprehensive treatment regimen. Isometric exercise is very good at the age of 35-55 years are more at risk of developing hypertension in order to maintain blood pressure and controlled independently
Keywords: isometric exercise, blood pressure, patients with hypertension.
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1
ISSN : 2338-6371 Parlindungan, Lukitasari, Mudatsir
Latar Belakang
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan
darah sistolik dan/atau diastolik yang tidak
normal. Batas yang tepat dari kelainan ini tidak
pasti. Nilai yang dapat diterima berbeda sesuai
dengan usia dan jenis kelamin. Namun
umumnya, sistolik yang berkisar dari 140-160
mm Hg dan diastolik antara 90-95 mm Hg
dianggap merupakan garis batas hipertensi.
Diagnosa hipertensi sudah jelas pada kasus
dimana tekanan darah sistolik melebihi 160
mmHg dan diastolik melebihi 95 mm Hg.
Penderita hipertensi mungkin tidak
menunjukkan gejala selama bertahun-tahun.
Masa laten ini menyelubungi perkembangan
penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang
bermakna. Bila terdapat gejala, sifatnya
non-spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing.
Kalau hipertensi tetap tidak diketahui dan tidak
dirawat, maka akan mengakibatkan kematian
karena payah jantung, infark miokardium,
stroke, atau payah ginjal. (Price and
Wilson,2005)
Salah satu penyakit tidak menular yang banyak
dialami oleh masyarakat yaitu hipertensi.
Hipertensi merupakan kondisi paling umum
yang terlihat pada tingkat perawatan primer
dan dapat memicu terjadinya infark
myocardium, stroke, gagal ginjal, dan kematian
jika tidak dideteksi secara dini dan dirawat
secara tepat, penderita hipertensi harus
mempunyai keinginan untuk menjaga dan
pengontrolan tekanan darah penderita yang
akan mengurangi beban penyakit penderita
(James , 2014).
Faktor-faktor yang berkaitan dengan hipertensi
antara lain penebalan dinding arteri, yang
mengurangi ukuran lumen arteri, dan
penurunan elastisitas arteri serta faktor gaya
hidup seperti merokok, obesitas, konsumsi
alkohol yang berlebihan, kurang berolah raga,
peningkatan kadar kolestrol darah, dan stres
yang berkepanjangan.(Kozier, 2010).
Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi
hipertensi pada umur ≥18 tahun di Indonesia
yang didapat melalui jawaban pernah
didiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4
persen, sedangkan yang pernah didiagnosis
tenaga kesehatan atau sedang minum obat
hipertensi sendiri sebesar 9,5 persen. Jadi,
terdapat 0,1 persen penduduk yang minum
obat sendiri, meskipun tidak pernah
didiagnosis hipertensi oleh nakes. Prevalensi
hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1
ISSN : 2338-6371 Parlindungan, Lukitasari, Mudatsir
persen, tertinggi Bangka Belitung 30,0% diikuti
Kalimantan Selatan 30,8%, Kalimantan Selatan
30,8%, Kalimantan Timur 29,6%, Jawa Barat
29,4% dan daerah Aceh 21,8%. Jadi cakupan
nakes hanya 36,8 persen, sebagian besar
(63,2%) kasus hipertensi di masyarakat tidak
terdiagnosis. Prevalensi DM, hipertiroid, dan
hipertensi pada perempuan cenderung lebih
tinggi dari pada laki-laki(Depkes RI, 2013).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota
Lhokseumawe pada tahun 2014, bahwa
peringkat pertama dari jumlah kasus dari10
penyakit tidak menular di kota Lhokseumawe
adalah hipertensi, diabetes militus, asma,
osteoporosis, Penyakit Paru Obstruktif Kronik,
stroke, penyakit jantung koroner, angina
pektoris, Gagal ginjal kronik, dan kanker
payudara. Penderita hipertensi di kota
Lhokseumawe sebanyak 7664 orang, terdiri
dari laki-laki 3582 orang sedang perempuan
sebanyak 4082 orang. Januari sampai dengan
Maret 2015 jumlah pengunjung penderita
hipertensi sebanyak 2265 orang terdiri dari
laki-laki sebanyak 971 orang sedangkan
perempuan sebanyak 1294 orang (Dinkes Kota
Lhokseumawe, 2015).
Data laporan Puskesmas Kecamatan Banda
Sakti Kota Lhokseumawe pada tahun 2014
bahwa jumlah kasus penderita hipertensi
sebanyak 1040 orang terdiri dari laki-laki
sebanyak 468 orang sedangkan perempuan
sebanyak 881 orang. Januari sampai dengan
Maret 2015 jumlah penderita hipertensi
sebanyak 583 orang yang terdiri dari sebagai
berikut laki-laki sebanyak 203 orang sedangkan
perempuan sebanyak 380 orang. (Puskesmas
Banda Sakti, 2015)
Latihan isometrik adalah latihan yang
memerlukan kekuatan otot tubuh baik untuk
latihan pemanasan atau untuk program latihan
rehabilitasi. Latihan isometrik dapat mencegah
terjadinya atrofi otot (Sumaryanti, 2009).
Latihan isometrik berkaitan dengan perubahan
hemodinamik akut yang meliputi peningkatan
tekanan darah sistolik, diastolik, dan rata-rata
tekanan darah arterial, dan juga meningkatkan
denyut jantung dan curah jantung. Tidak ada
perubahan pada resistensi vaskular perifer atau
menurun. Disebabkan latihan isometrik bukan
merupakan latihan aerobik, maka oleh
panduan komite nasional dan internasional
tidak dianjurkan untuk pasien hipertensi. Akan
tetapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa
latihan isometrik atau resistensi tidak
meningkatkan tekanan darah istirahat dan
seringkali justru sedikit menurunkan tekanan
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1
ISSN : 2338-6371 Parlindungan, Lukitasari, Mudatsir
pemberian obat antihipertensi. Selain tekanan
darah, latihan isometrik juga bermanfaat untuk
memperbaiki massa otot, kekuatan tubuh
bagian atas dan bawah, meningkatkan
kepadatan tulang, dan mengurangi resiko
fraktur tulang (Chrysant, 2010).
Manfaat dari latihan isometrik adalah sebagai
berikut peningkatan otot dalam jumlah besar,
meningkatkan kekuatan tubuh bagian atas dan
bawah, meningkatkan kepadatan tulang.
Perubahan yang sangat bermanfaat bagi pasien
yang lebih tua dan membuat mereka lebih
mobile serta meningkatkan kualitas hidup
dengan latihan isometrik. Berdasarkan
perubahan tersebut bahwa latihan isometrik
dapat dikombinasikan dengan olahraga yang
dinamis dianjurkan pada penderita hipertensi
dan menjadi bagian dari rejimen perawatan
yang komprehensif. (Greenwich, 2010)
Penelitian yang dilakukan oleh (Baross, Willes,
and Swaine, 2013) menyatakan bahwa latihan
isometrik telah menunjukkan pengurangan
tekanan darah istirahat. Keuntungan
melakukan latihan isometrik dalam jangka
waktu pendek secara kontinyu (2 menit),
menyebabkan tekanan darah dan denyut
jantung mencapai nilai yang stabil.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin
mengetahui pengaruh latihan isometrik pada
penderita hipertensi di Kecamatan Banda Sakti
kota Lhokseumawe. Penelitian terkait latihan
isometrik dapat menurunkan tekanan darah
istirahat. Di Kecamatan Banda Sakti kota
Lhokseumawe belum pernah dilakukan latihan
isometrik pada penderita hipertensi untuk
menurunkan tekanan darah. Alasan tersebut
peneliti tertarik untuk mengetahui Pengaruh
Latihan Isometrik Terhadap Tekanan Darah
Pada Penderita Hipertensi di Kecamatan Banda
Sakti Kota Lhokseumawe.
Metode
Pada penelitian ini digunakan quasi ekspriment
Rancangan yang digunakan adalah nonrandom
with control pretest postest. Rancangan ini
terdiri dari 2 kelompok, yaitu kelompok
intervensi dan kelompok kontrol. Pada
kelompok perlakuan diberikan penerapan
latihan isometrik sedangkan kelompok kontrol
tidak diberikan, tetapi keduanya tetap
diberikan pre test dan pos test
Populasi penelitian ini adalah semua penderita
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe..
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1
ISSN : 2338-6371 Parlindungan, Lukitasari, Mudatsir
adalah sebanyak 583 orang dan yang masuk
dalam kriteria inklusi 91 orang.
Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian
ini dengan menggunakan Purposive sampling
atau Judgmental sampling yaitu memilih
subyek berdasarkan kriteria dan pertimbangan
pribadi peneliti. Dalam penelitian ini, jumlah
sampel sebanyak 37 responden untuk
kelompok kontrol dan 37 responden kelompok
perlakuan.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Banda
Sakti Kota Lhokseumawe. Penelitian
dilaksanakan pada bulan April sampai dengan
November 2015
Hasil
Distribusi frekuensi karakteristik responden
seperti umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, penghasilan dapat dilihat pada
Tabel 1. Berdasarkan table 1 dapat diketahui
bahwa distribusi frekuensi yang paling banyak
pada kelompok intervensi adalah responden
dengan usia 46 - 55 tahun yaitu sebanyak 20
orang ( 54,1%), Jenis kelamin laki-laki 23 orang
(62,2%), Pendidikan SLTA 19 orang (51,4%),
pekerjaan responden PNS/TNI dan IRT
sebanyak 22 orang (59,4%), penghasilan
responden > 1.500.000 – 3.000.000 yaitu 17
orang (45,9%), sedangkan distribusi frekuensi
paling banyak pada kelompok kontrol
responden dengan usia 46-55 tahun yaitu
sebanyak 20 orang (54,1%), pekerjaan
responden PNS/TNI dan IRT sebanyak 20 orang
(54%), penghasilan responden > 1.500.000 –
3.000.000 yaitu 22 orang (59,5%).
Tabel 1 Distribusi frekuensi karakteristik responden
No Karakteristik Intervensi Kontrol
Frekuens i
(%) Frekuens i
(%)
1. Umur
- 35 – 45 Tahun 17 45,9 17 45,9
- 46 – 55 Tahun 20 54,1 20 54,1
2. Jenis Kelamin
- Laki-laki 23 62,2 18 48,6
- Perempuan 14 37,8 19 51,4
3. Pendidikan
- SD - - - -
- SLTP 11 29,7 4 10,8
- SLTA 19 51,4 18 48,6
- PT 7 18,9 15 40,5
4. Pekerjaan
- PNS/TNI 11 29,7 10 27,0
- WIRASWASTA 5 13,5 7 18,9
- PETANI 5 13,5 6 16,2
- NELAYAN 5 13,5 4 10,8
- Ibu Rumah
Tangga (IRT)
11 29,7 10 27,0
4 Penghasilan
- < 1.500.000,- 7 18,9 - -
- > 1.500.000 -3.000.000,-
17 45,9 22 59,5
- > 3.000.000,- 13 35,1 15 40,5
Distribusi tekanan darah responden sebelum
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1
ISSN : 2338-6371 Parlindungan, Lukitasari, Mudatsir
intervensi dan kontrol dapat dilihat pada Tabel
2 berikut ini
Tabel. 2 Distribusi frekuensi tekanan darah responden sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol (N=74)
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa pada
kelompok intervensi terjadi penurunan tekanan
darah menjadi normal (120/80-<140/90
mmHg) setelah diberikan perlakuan sebanyak 9
orang (24,3%) sedangkan kelompok kontrol
terjadi penurunan tekanan darah menjadi
normal (120/80-<140/90 mmHg) sebanyak 2
orang (5,4%)
Analisis bivariat perbandingan nilai rata-rata
tekanan darah penderita hipertensi sebelum
dan sesudah perlakuan dapat dilihat pada
Tabel 3 berikut ini
Tabel 3 Perbandingan nilai rata-rata tekanan darah sebelum dan sesudah latihan isometrik pada penderita hipertensi kelompok intervensi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe (N=37)
Kelompok Mean SD SE T P value
tekanan darah penderita hipertensi setelah
diberikan perlakuan pada kelompok intervensi
terjadi penurunan dari 2.00 menjadi 1.76,
dengan standar deviasi 0.435. Hasil statistik
didapatkan nilai P = 0.002, berarti ada
perbedaan yang signifikan tekanan darah
penderita hipertensi waktu sebelum dan
sesudah diberikan perlakuan.
Sedangkan analisis bivariat perbandingan nilai
rata-rata tekanan darah penderita hipertensi
pretest dan postest kelompok kontrol dapat
dilihat pada Tabel 4 berikut ini
Tabel 4 Perbandingan nilai rata-rata tekanan darah pretest dan postest pada penderita hipertensi kelompok kontrol di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe (N=37)
tekanan darah penderita hipertensi pretest dan
posttest pada kelompok kontrol terjadi
penurunan dari 2.00 menjadi 1.95, dengan
standar deviasi 0.229. Hasil statistik didapatkan
nilai P = 0.160, berarti tidak ada perbedaan
yang signifikan tekanan darah penderita
hipertensi waktu pretest dan postest pada
kelompok kontrol
No
Intervensi Kontrol
Tekanan
darah Pretest Postest Pretest Postest
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1
ISSN : 2338-6371 Parlindungan, Lukitasari, Mudatsir
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti
lakukan, dimana hasil yang didapatkan dari
pengumpulan data primer dengan pengukuran
tekanan darah penderita hipertensi kepada 74
responden. Desian penelitian ini adalah Quasi
experiment, dengan rancangan Pretest dan
Postest desain, dengan membandingkan
kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Hasil yang diperoleh dari kelompok intervensi
tekanan darah penderita hipertensi pada saat
pretest diperoleh nilai rata-rata 2.00 dan nilai
postest setelah latihan isometrik 1.76.
Sedangkan nilai rata-rata tekanan darah pada
penderita hipertensi kelompok kontrol non
perlakuan pretest 2.00 dan nilai postest 1.95.
Perbedaan mean antara pengukuran pertama
dan pengukuran kedua tekanan darah
penderita hipertensi kelompok intervensi yaitu
0.243. Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai
p value 0.002. Dengan demikian diketahui
bahwa ada pengaruh latihan isometrik
terhadap penurunan tekanan darah pada
penderita hipertensi di Kecamatan Banda Sakti
di Kota Lhokseumawe. Hal ini didukung oleh
hasil penelitian Chrysant (2010) mengatakan
bahwa latihan isometrik terhadap
hemodinamik dan tekanan darah di
normotensif pada penderita hipertensi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Barros
(2012) bahwa penurunan tekanan darah
istirahat dan adaptasi vaskular bersamaan
tergantung pada intensitas pelatihan isometrik.
Adaptasi vaskular terdiri peningkatan diameter
istirahat femoral arteri, aliran darah, kecepatan
darah, dan konduktansi vaskular. Perubahan
vaskular ini hanya terjadi pada kelompok
pelatihan intensitas tinggi dan tampaknya telah
terjadi sebagian besar antara 4 dan 8 minggu
pelatihan. Adaptasi ini tidak jelas dalam
pembuluh darah dari tungkai tidak terlatih
(arteri brakialis) menunjukkan bahwa adaptasi
vaskular tidak hanya intensitas tetapi
tergantung lokal dan kejelasan dalam tahap
terakhir dari intervensi pelatih serta peran
instensitas pelatihan isometrik.
Owen (2010) mengatakan bahwa efek latihan
isometrik pada tekanan darah istirahat sistolik
uji coba terhadap individu dan rata-rata efek
dari meta analisis terjadi penurunan yang
signifikan pada tekanan darah sistolik 10,4
mmHg. Untuk kelompok kontrol hanya dua uji
coba dalam meta analisis yaitu tekanan darah
sistolik, efek pengobatan adalah -6,1 mmHg,
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1
ISSN : 2338-6371 Parlindungan, Lukitasari, Mudatsir
latihan isometrik dilakukan < 20 menit 3 kali
seminggu dengan waktu latihan < 1 jam dapat
mengurangi tekanan darah sistolik sekitar 10
mmHg, diastolik sekitar 7 mmHg < 10 minggu.
Greenwich (2010) mengatakan bahwa latihan
isometrik tidak menaikkan tekanan darah
istirahat dan sering menyebabkan penurunan
kecil dan dapat ditingkatkan dengan pemberian
bersamaan obat antihipertensi. Selain
menurunkan tekanan darah, efek yang
menguntungkan pada latihan isometrik adalah
peningkatan otot, kekuatan otot tubuh bagian
atas dan bawah, peningkatan kepadatan tulang
dan mengurangi patah tulang, dan sangat
bermanfaat bagi pasien yang lebih tua dengan
membuat pasien lebih bergerak dan
meningkatkan kualitas hidup pada penderita
hipertensi. Latihan isometrik sangat dianjurkan
kepada penderita hipertensi bagian dari
rejimen perawatan yang komprehensif
Penatalaksanaan farmakologis,
nonfarmakologis terintegrasi dalam konsep
self-care pasien hipertensi primer pada
kehidupan sehari-hari. Self-care atau
perawatan diri pasien adalah pelaksanaan
aktivitas individu yang berkaitan dengan
pemenuhan dalam mempertahankan
kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan
(Asmadi, 2008), Masalah kesehatan yang
terjadi pada pasien hipertensi adalah
bagaimana penerapan perawatan diri yang
benar agar penyakit hipertensi dapat
dikendalikan dan terhindar dari komplikasi.
Terdapat tiga klasifikasi sistem keperawatan
dalam perawatan diri menurut Asmadi (2008)
yaitu (a) wholly compensatory system,
merupakan suatu tindakan keperawatan
dengan memberikan kompensasi penuh
kepada pasien disebabkan karena
ketidakmampuan pasien dalam memenuhi
tindakan keperawatan secara mandiri; (b)
partialy compenastory system, merupakan
sistem keperawatan dalam memberikan
perawatan diri kepada pasien secara sebagian
saja dan ditujukan pada pasien yang
memerlukan bantuan secara minimal; (c)
supprotive educative system, merupakan
tindakan keperawatan yang bertujuan untuk
memberikan dukungan dan pendidikan agar
pasien mampu melakukan perawatan mandiri.
Pelatihan dan penerapan terapi komplementer
keperawatan untuk hipertensi primer termasuk
dalam sistem ini.
Menurut hasil penelitian bahwa latihan
isometrik dapat menurunkan tekanan darah
khususnya tekanan darah sistolik lebih besar
dibandingkan tekanan darah sistolik bila
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1
ISSN : 2338-6371 Parlindungan, Lukitasari, Mudatsir
dalam waktu >9 minggu. Apabila penderita
hipertensi melakukan latihan isometrik
dikominasi dengan farmakologi antihipertensi
maka tekanan darah sistolik dan diastolik lebih
besar penurunannya. Latihan isometrik
bermanfaat untuk menurunkan berat badan,
menurunkan kolestrol, meningkatkan massa
otot, meningkatkan kekuatan otot, dan
mencegah kerapuhan tulang. Latihan isometrik
sangat dianjurkan pada usia 35 – 55 tahun,
karena pada usia tersebut lebih beresiko
menderita hipertensi, dengan latihan isometrik
pada usia tersebut dapat mencegah
peningkatan tekanan darah, dan
mempertahankan tekanan darah tetap normal.
Peneliti menyimpulkan bahwa tekanan darah
penderita hipertensi setelah dilakukan latihan
isometrik terjadi penurunan tekanan darah
dimana didapatkan hasil Pvalue 0.002 (Pvalue <
α = 0.05) dengan demikian disimpulkan bahwa ada pengaruh latihan isometrik terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita
hipertensi dengan metode yang diberikan
dalam latihan isometrik yaitu 13
gerakan-gerakan dasar peregangan otot dan sendi,
gerakan-gerakan dasar tersebut membutuhkan
waktu selama ± 13 menit setiap kali latihan dan
dapat dilakukan di rumah 3 kali dalam
seminggu selama 9 minggu secara teratur
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
disimpulkan terdapat pengaruh latihan
isometrik terhadap penurunan tekanan darah
pada penderita hipertensi di Kecamatan Banda
Sakti Kota Lhokseumawe didapatkan hasil nilai
P value0.002 ( P < α = 0.05 )
Tekanan darah rata-rata pada kelompok
intervensi penderita hipertensi di Kecamatan
Banda Sakti Kota Lhokseumawe yaitu sebelum
perlakuan (pretest) adalah 148,9/91,9 mmHg
dan sesudah perlakuan (postest) adalah
137,9//87 mmHg Tekanan darah rata-rata pada
kelompok kontrol pada penderita hipertensi di
Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe
yaitu tekanan darah pertama (prestest) sebesar
149,4/92,7 mmHg sedangkan tekanan darah
kedua (postest) sebesar 152,5/92,3 mmHg
Referensi
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1
ISSN : 2338-6371 Parlindungan, Lukitasari, Mudatsir
Baross, A. W., Willes, J. D., & Swaine, I. L. (2013). Double-leg isometric exercise training in older men. Journal of Sport Medicine, 33-40.
Bompa. (1994). Theory and Methodology of Training. Toronto: Kendal Hunt Publishing Company
Caetano, R. J. (2007). Hemodynamic and Vascular Effect of Resistance Training: Implication for Cardiovascular Disease. Arq Bras Cardiol, 233-239.
Chokalingan, A., Campbel, NR., Fodor, JG. (2006). World wide Epidemic of Hypertension. Jurnal of Cardiology 22 (7) : 553-555.
Chrysant, S. G. (2010). Current Evidence on the Haemodynamic and Blood Pressure Effects of Isometric Exercise in Normotensive and Hypertensive Persons.
Oklahama Cardivascular and
Hypertention Center. Volume 12.
Conway Patrick. (2014). The Often Forgotten Exercises Isometric Training. https://www.nsca.com. Diakses pada tanggal 25 Maret 2015.
Darmojo, H., Andayani, R., Hirlan., Djoni, B., Purnama, H.D. 2002. Naskah Lengkap Temu Ilmiah Nasional 1 dan Konferensi Kerja III Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia. Universitas Dipenogoro. Semarang Diakses pada tanggal 25 Maret 2015.
Dinkes Kota Lhokseumawe, 2015, Data Kasus Penyakit Tidak Menular Menurut Jenis Kelamin dan Umur
Fatarona, A. 2010. Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Dilakukan Senam
Tara Pada Lanjut Usia Penderita Hipertensi di UPT Pelayanan Sosial Lansia Provinsi Jawa Timur Kecamatan Puger Kabupaten Jember. Tugas Akhir. Program Studi Ilmu Keperawatan: Universita Jember.
Gunawan , L. (2001). Tekanan Darah Tinggi. Yokyakarta: KANISIUS.
Guyton, C.A & Hall, J.E. (Eds). 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC.
Hadibroto et al, 2006. Hipertensi : Informasi Lengkap Untuk Penderita dan Keluarga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
James, P. A. (2014). 2014 Evidence-Based
Kozier., Erb., Berman., Snyder. 2008. Fundamental of Nursing: Concepts, Process, and Practice. Eighth Edition. Pear Education, Inc., Upper Saddle River, New Jersey
Mansjoer Arif., Triyanti Kuspuji., Rakhmi Savitri., Wardani Ika Wahyu., et al. 2011. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid Pertama. Media Aesculapius. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Okecheukwu, OS., Okpechi, I, I., Akinyemi, O.J., Onwubere, B., Falase, A, O., et al. (2012). Blood pressure, prevalensce of hypertension and hypertensionrelated complication in Negerian Africans: A review. Jurnal of Cardiology, 4,327-340.
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1
ISSN : 2338-6371 Parlindungan, Lukitasari, Mudatsir
Price, S.A., Wilson, L.M. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit dan Praktik, vol.2 edisi 2, Jakarta: EGC
Renatasari, A.D.2009, Evalausi Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Penderita Hipertensi Dengan Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. Ashari Pemalang. http://etd.eprints.ums.ac.id/5230/1/K10 0050242.pdf.
Puskesmas Banda Sakti, 2015. Data Kasus Penderita Hipertensi Yang berkunjung di Puskesmas Banda Sakti
Rosalind, P. 2007. The Patter of Relationship Between Knowledge and Self-care with Blood Pressure.http://www.nursing library.org/vhl/handle/10755/ 156129. (25 Maret 2015)
RI, D. (2013). Hasil Riskesdas 2013. Jakarta: Depkes RI.
Sari, F.I, 2010. Penatalaksanaan Hipertensi Menggunakan Buah Mengkudu.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/12 3456789/24772/4/Chapter%20II.pd. Diakses pada tanggal 25 Maret 2015
Setiadi, L.2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Streinger, J.L. 2008. Konsep Dasar Farmakologi, Panduan Untuk Mahasiswa. Jakarta : EGC
Sukadiyanto. 2005. Pengantar Teori dan
Metodologi Melatih Fisik. Yogyakarta: FIK Uiversitas Negeri Yogyakarta
Sumaryanti, 2009. Penerapan Model Terapi Latihan Untuk Rehabilitasi Cedera Olahraga.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/1 31405898/Penerapan%
20Model%20Terapi%20Latihan%20Untuk %20Rehabilitasi%20Cedera. pdf ( 25 Maret 2015)
Suwarso, 2010. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kepatuhan Minum Obat Pada Pesien
Hipertensi.http://repository.usu.ac.id/bit stream/123456789/20926/3
/Chapter%20III-V.pdf (25 Maret 2015)
Synder., Lindquist, 2001 (Eds). Complementary Alternatif Therapy in Nursing, diti n. New York: Springer Publising Company, Inc.
Tanaka, S., Sugiura, T., Sumiyo, Y., Yasuaki Dohi, Genjiro , K., & Ohte, N. (2014). Differential Response of central Blood Pressure to Isometric and Isotonic Exercise. Scientific Reports.
Tambayong, J. 2000.Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Utami, Prapti. (2009). Solusi Sehat mengatasi Hipertensi. Jakarta : Agromedia Pustaka.
Widiastuti, 2012. Perbedaan Kadar Nitric Oxide dan Derajat Stenosis Pada Penderita Penyakit Jantung Koroner dengan dan
Tanpa Diabetes.