LAPORAN PRAKTIKUM
BUDIDAYA TANAMAN PADA LAHAN MARGINAL
ACARA 1
Perlakuan Pembenah Tanah pada Lahan Marginal
Oleh:
Wiwit Indah Mustikasari NIM. A1L013080
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber daya lahan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan
keberhasilan suatu sistem usaha pertanian, karena hampir semua usaha pertanian
berbasis pada sumber daya lahan. Lahan adalah suatu wilayah daratan dengan ciri
mencakup semua watak yang melekat pada atmosfer, tanah, geologi, timbulan,
hidrologi dan populasi tumbuhan dan hewan, baik yang bersifat mantap maupun
yang bersifat mendaur, serta kegiatan manusia di atasnya. Jadi, lahan mempunyai
ciri alami dan budaya (Notohadiprawiro, 1996).
Salah satu alternatif peningkatan produksi pertanian untuk memenuhi
kebutuhan pangan adalah melakukan perluasan (ekstensifikasi) lahan pertanian.Di
satu sisi terdapat persoalan, yaitu semakin berkurangnya lahan pertanian akibat
alih fungsi lahan pertanian. Oleh karena itu, pemanfaatan lahan tidak produktif
dan lahan kritis menjadi solusi terhadap permasalahan tersebut.Salah satu lahan
tidak produktif adalah lahan marginal.
Lahan marginal dapat diartikan sebagai lahan yang memiliki mutu rendah
karena memiliki beberapa faktor pembatas jika digunakan untuk suatu keperluan
tertentu. Sebenarnya faktor pembatas tersebut dapat diatasi dengan masukan, atau
biaya yang harus dibelanjakan. Tanpa masukan yang berarti budidaya pertanian di
lahan marginal tidak akan memberikan keuntungan. Ketertinggalan pembangunan
infrastruktur, kelembagaan usahatani maupun akses informasi untuk petani miskin
yang kurang mendapat perhatian.
Lahan pasir pantai merupakan lahan marginal yang memiliki produktivitas
tanah rendah sebagai akibat dari struktur tanah lepas, kemampuan memegang air
yang rendah, infiltrasi dan evaporasi yang tinggi, kesuburan tanah rendah,
temperatur tinggi dan angin kencang bergaram (Laxminarayana dan Subbaiah,
1995; Kertonegoro, 2001; Al-Omran et al., 2004), KTK rendah (Massoud, 1975)
dan infiltrasi tinggi (Budiyanto, 2001). Ketersediaan udara yang berlebihan dalam
pori menyebabkan pengeringan dan oksidasi bahan organik berjalan cepat
(Syukur, 2005). Namun lahan pasir pantai memiliki kelebihan berupa lahan luas,
datar, jarang banjir, sinar matahari melimpah, dan permukaan air dangkal.
Untuk mengatasi faktor pembatas pada lahan marginal pasir pantai maka
diperlukan input untuk memperbaiki sifat fisik tanah, salah satunya yaitu
pemberian bahan pembenah tanah. Dimana aplikasi pembenah tanah sangat
diperlukan pada tanah yang didominasi oleh fraksi pasir. Tanah yang didominasi
fraksi pasir mempunyai kemampuan memegang air yang sangat rendah, apalagi
jika kandungan bahan organik sangat rendah. Oleh karena itu diperlukan
pembenah tanah untuk mempercepat proses reklamasinya dan agar tanah menjadi
B. Tujuan
Praktikum Perlakuan Pembenah Tanah pada Lahan Marginal bertujuan
untuk mengetahui pengaruh pemberian bahan pembenah tanah dengan dosis yang
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pada lahan pantai, tanahnya cenderung berpasir sehingga memiliki sifat
yang sangat porous dan tidak mampu menahan air lebih lama sehingga air tidak
mencukupi untuk kebutuhan tanaman. Pemberian pupuk organik mampu
meningkatkan daya simpan air menjadi lebih lama sehingga air dapat tertahan
lebih lama pada zona perakaran, jika daya simpan air meningkat maka harus
diatur dosis pemberian pupuk organik sehingga lahan pantai menjadi sesuai untuk
pertumbuhan tanaman.
Lahan pasir pantai merupakan lahan marjinal dengan ciri-ciri antara lain :
tekstur pasiran, struktur lepas-lepas, kandungan hara rendah, kemampuan
menukar kation rendah, daya menyimpan air rendah, suhu tanah di siang hari
sangat tinggi, kecepatan angin dan laju evaporasi sangat tinggi. Upaya perbaikan
sifat-sifat tanah dan lingkungan mikro sangat diperlukan, antara lain misalnya
dengan penyiraman yang teratur, penggunaan mulsa penutup tanah, penggunaan
pemecah angin (wind breaker), penggunaan bahan pembenah tanah (marling),
penggunaan lapisan kedap, dan pemberian pupuk (baik organik maupun
anorganik). Hasil penelitian Partoyo (2005) menunjukkan bahwa berdasarkan nilai
indeks kualitas tanah, perlakuan penambahan tanah lempung dan pupuk kandang
dapat memperbaiki kualitas tanah.
Hasil penelitiatian lima tahun terakhir telah mendapatkan beberapa produk
pembenah tanah seperti Beta, Biochar-SP50 baik yang diperkaya senyawa humat
dalam memperbaiki produktivitas tanah mineral masam terdegradasi. Dosis yang
digunakan juga sudah relatif lebih hemat,yaitu dari 5 t/ha menjadi 2,5 t/ha.
Penurunan dosis menjadi 1,5 t/ha pada tahun pertama pemberian belum
menunjukkan hasil yang memuaskan (Dariah et al., 2009, 2010; Nurida et
al.,2009).
Cara pemberian pembenah tanah jugasangat menentukan efek dari
pembenah tanah terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Pembenah yang
diberikan dengan cara di-”koak”/ditugal disekitar perakaran tanaman
menghasilkan efek yang lebih baik, dibanding jika diberikan dengan cara
dicampur merata, meski dosis yang digunakan 1,5 t/ha (Muhtar et al., 2010).
Efektivitas pembenah tanah untuk lahan pasir pantai perlu terus ditingkatkan
efektivitasnya, sehingga dosis penggunaannya bisa diturunkan.
Aplikasi pembenah tanah juga sangat diperlukan pada tanah yang
didominasi oleh fraksi pasir. Tanah yang didominasi pasir bisa terjadi karena sifat
inherent dari tanah atau akibat eksploitasi lahan misalnya pada areal bekas
tambang timah (Puslittanak, 1995; PT. Timah 2009). Tanah yang didominasi
fraksi pasir juga banyak terdapat di wilayah yang terkena material letusan gunung,
misalnya di areal sekitar Gunung Merapi (Vandebelbe dalamSukmana, 1985; LPT,
1976, dan Puslittan, 1981). Tanah yang didominasi fraksi pasir mempunyai
kemampuan memegang air yang sangat rendah, apalagi jika kandungan bahan
organik sangat rendah. Kandungan bahan organik pada tanah bekas tambang batu
Oleh karena itu diperlukan pembenah tanah untuk mempercepat proses
reklamasinya.
Penggunaan bahan pembenah tanah merupakan cara yang dapat ditempuh
untuk mempercepat proses rehabilitasi lahan. Namun demikian, perlu dilakukan
pemilihan bahan pembenah tanah yang benar-benar tepat. Kegiatan penelitian dan
pengembangan bahan pembenah tanah diIndonesia sudah dilakukan sejak tahun
1970-an, namun aplikasinya pada tingkat petani masih sangat rendah.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 28 tahun 2009 tentang
Pupuk Organik dahn Pembenah Tanah, definisi pembenah tanah adalah
bahanbahan sintetis atau alami, organik atau mineral yang berbentuk padat atau
cair yang mampu memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi. Bahan pembenah
tanah dikenal juga sebagai soil conditioner, di kalangan ahli tanah secara lebih
spesifik diartikan sebagai bahan-bahan sintetis atau alami,organik atau mineral,
berbentuk padat maupun cair yang mampu memperbaiki struktur tanah, dapat
merubah kapasitas tanah menahan dan melalukan air, serta dapat memperbaiki
kemampuan tanah dalam memegang hara, sehingga hara tidak mudah hilang,
namun tanaman masih mampu memanfaatkan hara tersebut. Pembenah tanah juga
diperlukan untuk memperbaiki tingkat kemasaman tanah, meningkatkan
ketersediaan hara, dan lain sebagainya.
Bitumen (emulsi aspal) merupakan contoh pembenah tanah yang dapat
digunakan untuk mempercepat pembentukan agregat dan meningkatkan stabilitas
agregat pada tanah pasir Merapi dan Andisol (Lenvain et al., 1973a,1973b;
lainnya yang telah banyak diteliti dan dikembangkan adalah zeolit. Penggunaan
zeolit sebagi bahan pembenah tanah telah banyak dilakukan di Jepang, Amerika,
dan negara-negara Eropa (Suwardi, 2007). Fungsi utama dari zeolit sebagai bahan
pembenah tanah adalah meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah;
peningkatannya tergantung jenis tanah, jumlah penambahan zeolit, dan jenis
mineral zeolit.
Pembenah tanah organik merupakan jenis yang paling banyak diteliti.
Bahan-bahan seperti skim lateks telah terbukti dapat meningkatkan persentase
agregat stabil dan menurunkan persen agregat yang tidak stabil (Bernas et
al.,1995). Limbah pertanian seperti blotong, sari kering limbah dan lain
sebagainya juga dapat dimanfaatkan sebagai pembenah tanah, namun dibutuhkan
dalam dosis tinggi, padahal ketersediaan bahan tersebut relatif terbatas.
Manfaat dari bahan organik baik sebagai sumber hara (pupuk) maupun
sebagai pembenah tanah telah banyak dibuktikan (Rachman et al.,2006;
Suriadikarta, 2006). Dari hasil rangkuman berbagai penelitian dapat disimpulkan
pembenah tanah dalam bentuk polimer organik mempunyai kemampuan yang
lebih baik dalam memperbaiki sifat-sifat tanah, baik sifat fisik, kimia maupun
biologi tanah (Sutono dan Abdurachman, 1997). Balai penelitian tanah telah
mengembangkan beberapa formula pembenah tanah, misalnya Beta (Dariah et al.,
2007), Biochar (Nurida et al., 2008) yang telah menunjukkan kemampuannya
dalam meningkatkan kualitas tanah yang terdegradasi, namun demikian
kelemahannya masih memerlukan dosis yang relatif tinggi. Formula
Hasil perombakan bahan organik yangmempunyai peranan penting dalam
perbaikan sifat-sifat tanah adalah fraksi terhumifikasi dikenal pula sebagai humus
atau senyawa humat (Tan, 1993; Eyheraguibel et al.,2007). Senyawa humat juga
dapat menghasilkan berbagai efek morfologi, fisiologi, dan biokimia terhadap
tanaman (Chen dan Aviad, 1990; Vaughhan dan Macolm, 1985). Beberapa hasil
penelitian lainnya juga telah menunjukkan pengaruh positif dari senyawa humat
terhadap pertumbuhan tanaman (Piccolo et al.,1993, Eyheraguibel et al., 2007).
Pengaruh positif dari senyawa tersebut dapat dijelaskan oleh adanya interaksi
langsung dari senyawa humat dengan proses-proses metabolisme dan fisiologi
tanaman (Nardi et al.,2002). Peranan penting lainnya dari senyawa organik ini
adalah dalam perbaikan kualitas sifat kimia tanah (diantaranya perbaikan KTK)
dan sifat fisik tanah (agregasi) (Stevenson, 1982;Tan, 1993l). Ektraksi senyawa
humat selama ini masih dilakukan dengan menggunakan bahan kimia, sehingga
III. METODE PRAKTIKUM
A. Bahan dan Alat
Bahan yang dibutuhkan pada praktikum Perlakuan Pembenah Tanah pada
Tanah Marginal meliputi tanah pasir, bokasi (0; 32; 64 gram/5 kg pasir), pupuk
NPK mutiara (0; 13, 26 gram/5 kg pasir), benih kangkung darat 5 biji/polibag, dan
aquades. Alat yang digunakan pada praktikum ini meliputi timbangan analitik,
timbangan biasa, screen house, polibag, ember, penggaris, dan alat tulis lainnya.
B. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum adalah sebagai berikut:
1. Alat dan bahan dipersiapkan terlebih dahulu.
2. Tanah pasir pantai dimasukkan ke dalam polybag dan ditimbang.
Masing-masing polybag dimasukkan tanah pasir pantai seberat 5 kg .
3. Setiap polybag diberi label sesuai perlakuan. Perlakuannya antara lain:
P0N0 = bokashi dosis 0 gr/5 kg pasir, NPK dosis 0 gr/5 kg pasir
P0N1 = bokashi dosis 0 gr/5 kg pasir, NPK dosis 13 gr/5 kg pasir
P0N2 = bokashi dosis 0 gr/5 kg pasir, NPK dosis 26 gr/5 kg pasir
P1N0 = bokashi dosis 32 gr/5 kg pasir, NPK dosis 0 gr/5 kg pasir
P1N1 = bokashi dosis 32 gr/5 kg pasir, NPK dosis 13 gr/5 kg pasir
P1N2 = bokashi dosis 32 gr/5 kg pasir, NPK dosis 26 gr/5 kg pasir
P2N0 = bokashi dosis 64 gr/5 kg pasir, NPK dosis 0 gr/5 kg pasir
P2N2 = bokashi dosis 64 gr/5 kg pasir, NPK dosis 26 gr/5 kg pasir
Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali.
4. Masing-masing polibag diberi bokashi sesuai dengan perlakuan yang sudah
ditempel kertas label, sementara pupuk NPK mutiara diberikan setelah
tanaman kangkung berumur 10 HST.
5. Polybag yang sudah diberi bokashi sesuai perlakuan selanjutnya disusun
dengan rapi, secara acak kelompok (Rancangan Acak Kelompok/RAK).
6. Benih kangkung ditanam ke dalam polybag. Masing-masing polybag ditanam
sebanyak 5 benih kangkung.
7. Polybag disiram dengan air sampai kapasitas lapang.
8. Pada umur 10 HST, tanaman kangkung dipupuk NPK mutiara dengan dosis
sesuai dengan perlakuan yang telah ditempel kertas label.
9. Pemeliharaan seperti penyiraman dilakukan setiap hari selama 26 hari dan
diakukan pula pengamatan setiap dua hari sekali sebanyak 13 kali
pengamatan.
10. Setiap pengamatan dilakukan, data variabel tinggi tanaman dimasukkan ke
dalam tabel pengamatan.
11. Pada akhir pengamatan dilakukan pula penimbangan bobot basah tanaman.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Terlampir
B. Pembahasan
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 28 tahun 2009 tentang
Pupuk Organik dahn Pembenah Tanah, definisi pembenah tanah adalah
bahanbahan sintetis atau alami, organik atau mineral yang berbentuk padat atau
cair yang mampu memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi. Bahan pembenah
tanah dikenal juga sebagai soil conditioner, di kalangan ahli tanah secara lebih
spesifik diartikan sebagai bahan-bahan sintetis atau alami,organik atau mineral,
berbentuk padat maupun cair yang mampu memperbaiki struktur tanah, dapat
merubah kapasitas tanah menahan dan melalukan air, serta dapat memperbaiki
kemampuan tanah dalam memegang hara, sehingga hara tidak mudah hilang,
namun tanaman masih mampu memanfaatkan hara tersebut. Pembenah tanah juga
diperlukan untuk memperbaiki tingkat kemasaman tanah, meningkatkan
ketersediaan hara, dan lain sebagainya.Menurut Hickman dan Whitney (2000),
bahan pembenah tanah adalah material yang dapat memperbaiki sifat fisik tanah.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 02/Pert/Hk.060/2/2006
yang dimaksud dengan bahan pembenah tanah adalah bahan-bahan sintetis atau
alami, organik atau mineral yang berbentuk padat atau cair yang mampu
juga sebagai soil conditioner, di kalangan ahli tanah secara lebih spesifik diartikan
sebagai bahan-bahan sintetis atau alami, organik atau mineral, berbentuk padat
maupun cair yang mampu memperbaiki struktur tanah, dapat merubah kapasitas
tanah menahan dan melalukan air, serta dapat memperbaiki kemampuan tanah
dalam memegang hara, sehingga hara tidak mudah hilang, namun tanaman masih
mampu memanfaatkan hara tersebut(Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan
Pertanian, 2006).
Secara garis besar, bahan pembenah tanah dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu alami dan sintetis (buatan).Pembenah tanah sintetis adalah bahan pembenah
tanah yang diproduksi secara rekayasa kimia, dari bahan–bahan organik atau
mineral, yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah, sedangkan
bahan pembenah tanah alami yaitu bahan–bahan organic tanpa proses kimia yang
dapat memperbaiki sifat–sifat tanah melalui proses penghumusan tanpa bahan
kimia.Pembenah tanah alami yang sudah dikenal dan banyak digunakan petani
terutama bahan organik, kapur pertanian (kaptan) seperti kalsit-CaCO3; butiran
zeolit (Agro-88) dan dolomit-CaCO3, MgCO3. Pembenah tanah alami lainnya
diantaranya adalah: bitumen, skim lateks, sedangkan pembenah tanah sintetis
antara lain: VAMA, HPAN, SPA, PAAm/PAM, Poly-DADMAC, dan Hydrostock.
Berdasarkan senyawa pembentukannya juga dapat dibedakan menjadi
2yakni pembenah organik (termasuk hayati) dan pembenah anorganik. Bahan
pembenah tanah organik yaitu bahan pembenah tanah yang diproduksi dari
bahan-bahan organik untuk memperbaiki sifat-sifat tanah. Sedangkan pembenah
untuk memperbaiki sifat-sifat tanah. Bahan pembenah tanah organik sering
disebut juga bahan pembenah hayati. Bahan pembenah tanah organik dapat berupa
pupuk organik, kompos, arang kayu yang didapatkan dari pembakaran tidak
sempurna sehingga meninggalkan unsur hara yang dapat menyuburkan lahan,
arang sekam, dan lainnya.
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi organik atau
makhluk hidup baik dari kotoran ternak maupun bagian dari tanaman. Pupuk
organik dapat berbentuk padat atau cair, sebagian besar berbentuk padat seperti
pupuk kandang dan kompos. Pupuk organik digunakan untuk mensuplai bahan
organik, memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Produk yang dihasilkan
dari budidaya yang menggunakan pupuk organik memiliki nilai jual yang lebih
tinggi (Pranata, 2007). Salah satu pupuk organik yaitu pupuk bokashi. Pupuk
Bokashi dibuat dengan memfermentasikan bahan-bahan organik (dedak, ampas
kelapa, tepung ikan, dan sebagainya) dengan EM(Efektive
Microorganism).Biasanya bokashi ditemukan dalam bentuk serbuk atau butiran
(Nasir, 2008). Teknologi Bokashi adalah suatu cara menggunakan mikroba tanah
dalam pembuatan pupuk organik dengan menggunakan EM 4 (Effective
Microorganisme 4) yaitu bakteri fermentasi, bahan organik, yang dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman dan kesuburan tanah (Aswandi dan
Anwaruddin, 2004).
Pada Prinsipnya peranan bokashihampir sama seperti kompos lainnya.
Pupuk bokashi lebih unggul dibandingkandengan kompos karena kandungan
lebih cepat, pengaruh terhadap tanah sempurna,energi yang hilang rendah
dan populasi microorganisme dalam tanah lebihsempurna. Bokashi mempunyai
peranan yang sangat besar dalam penyediaan pupuk organik secara cepat untuk
memenuhi kebutuhan pupuk pada berbagai jenis tanaman pertanian.Pemberian
pupuk bokashi jerami padi berpengaruh meningkatkan berat basah tanaman selada
daun, hal ini diduga karena bahan organik yang terkandung di dalam pupuk
bokashi berperan terhadap pasokan hara tanaman selada daun. Pupuk bokashi
jerami padi banyak mengandung unsur N, Pdan K denagn tingkat ketersediaan
lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk kandang ayam.
Fungsi bahan organikselain memperbaiki kondisi pertumbuhan tanaman,
juga merupakan sumber hara bagi tanaman (Barus, 2012).Fungsi bahan organik
selain dapat menambah unsur hara juga berperan dalam perbaikan struktur dan
aerasi tanah sehingga dapat memudahkan dalam penetrasi akar. Menurut Hickman
& Whitney (2000) pupuk bokashi berfungsi untuk :
a. Menggemburkan tanah sehingga mempermudah dalam penggarapan tanaah
berikutnya dan mengembalikan struktur tanah yang sudah rusak ataau tanah
dengan kerusakan yang sudah kritis.
b. Menyerap dan menyimpan air pada waktu musim kering, sehingga air tetap
tersedia di dalam tanah untuk tanaman.
c. Menyediakan unsur hara bagi tanaman sehingga dapat menghasilkan produksi
yang berkualitas baik.
Penggunaan pembenah tanah pupuk bokasi yang merupakan bahan organik
menurunkan fraksi pasir dibandingkan tanpa pemberian bokashi, tetapi belum
mampu mengubah kelas tekstur pasiran. Pembenah tanah di tanh pasir paantai
akan membantu proses agregasi. Menurut triwahyuningsih (1998), pemberian
Kalsium dan bahan organik dapat menyatukan butir-butir menjadi agregat mikro,
sedangkan bahan organik menyatukan butir-butir mikro menjadi agregat yang
lebih besar. Pemberian bokashi juga akan berpengrauh pada peningkatan lengas
tanah di tanah pasir pantai. Syukur (2005) menyatakan bahwa penambahan bahan
pembenah tanah di lahan pasir pantai dapat meningkatkan kadar lengas pF2,54,
pori penyimpan air. Penambahan bahan organik dapat meningkatkan ketersediaan
air (Puspowardoyo, 2005). Selain itu, kehadiran pembenah tanah akan
mengurangi evaporasi, menyeimbangkan aerasi tanah dengan penyediaan air serta
menciptakan lingkungan yang baik bagi mikroorganisme (Masyhudi, 2007).
Menurut Hardjowigeno (2003), pengaruh bahan organik terhadap sifat-sifat
tanah adalah: sebagai granulator yaitu memperbaiki struktur tanah, menambah
kemampuan tanah untuk menahan air, sumber unsur hara N, P, S dan
unsur-unsur mikro, menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur-unsur-unsur hara
(kapasitas tukar kation tanah menjadi tinggi) dan sumber energi bagi
mikroorganisme.Semakin tinggi penambahan dosis bokasi ampas sagu pada
penelitian ini cenderung meningkatkan pertumbuhan tanaman. Hal ini
dikarenakan semakin banyak bahan organik yang diberikan maka semakin baik
pula sifat fisik, kimia dan biologi tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dan
Praktikum pembenah tanah pada lahan marginal dilakukan dengan
perlakuan pemberian bokashi dengan dosis yang berbeda pada masing-masing
polibag berisi tanah pasir pantai. Praktikum ini dilakukan dengan rancangan acak
kelompok lengkap (RAKL) dengan 3 kali ulangan, dan menggunakan perlakuan
faktorial yaitu pemberian dosis bokashi dan dosis pemupukan NPK Mutiara.
Dosis bokashi yang diberikan yaitu 0; 32; dan 64 gram. Sedangkan dosis pupuk
yang diberikan yaitu 0; 13; dan 26 gram yang diberikan pada hari ke 10 setelah
tanam. Penggunaan rancangan faktorial ini bertujuan untuk mengetahui interaksi
dari pemberian pupuk bokashi dengan pupuk NPK Mutiara. Variabel pengamatan
yang diamati yaitu tinggi tanaman dan bobot basah tanaman.
Rata-rata tinggi tanaman kangkung pada perlakuan P0N0, P0N1, P0N2,
P1N0, P1N1, P1N2, P2N0, P2N1, P2N2 berturut-turut yaitu 11,2967; 9,72;
11,9533; 14,9667; 16,02; 44,36; 26,0333; 19,7333; dan 11,83 cm. Terlihat dari
data tersebut bahwa tanaman kangkung yang tertinggi pada perlakuan P1N2 yaitu
dengan pemberian bokashi dosis 32 gr/5 kg pasir dan NPK dosis 26 gr/5 kg pasir,
dengan rata-rata tinggi tanaman kangkung 44,36 cm. Data yang telah diperoleh
lalu dilakukan uji ANOVA menunjukkan F hitung (5,676013) > F tabel
(0,009584). Artinya perlakuan pemberian bokashi dengan pupuk NPK mutiara
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kangkung. Hasil yang telah diperoleh
sebagaimana yang disampaikan oleh Rozy et al. (2013) untuk mendapatkan
pertumbuhan dan produksi yang baik tanaman harus diimbangi dengan
pemupukan, karena apabila tanaman kekurangan unsur hara, tanaman tidak akan
dilakukan pada variabel bobot basah tanaman kangkung, didapatkan bahwa
hasilnya tidak berbeda nyata.
Hal tersebut berbeda dengan Henny sulistyowati (2011) dalam penelitiannya
menyatakan pemberian bokasi ampas sagu pada media tanam dengan dosis
308,53 g/polybag atau setara dengan 13% bahan organik dalam tanah,
memberikan pengaruh yang baik pada seluruh variabel pengamatan yaitu tinggi
tanaman, jumlah daun, volume akar, dan berat kering tanaman. Semakin tinggi
penambahan dosis bokasi ampas sagu pada penelitian ini cenderung
meningkatkan pertumbuhan bibit tanaman jarak pagar. Hal ini di karenakan
semakin banyak bahan organik yang diberikan maka semakin baik pula sifat
fisik, kimia dan biologi tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik.
Bahan organik mengandung serat yang dapat membentuk agregat tanah
sehingga struktur tanah menjadi lebih baik, akar mudah menembus tanah dan
lebih efisien dalam menyerap unsur hara. Bahan organik juga dapat
meningkatkan daya serap tanah serta memperbaiki aerase dan drainase tanah.
Menurut Hardjowigeno (2003), bahan organik akan memperbaiki struktur tanah
dan menambah kemampuan tanah menahan unsur hara, sehingga ketersediaan
unsur hara yang akan diserap oleh tanaman semakin meningkat pula.
Penambahan bokasi ampas sagu pada tanah aluvial menjadikan tanah
lebih gembur, porositas menjadi lebih baik dan daya ikat air juga meningkat.
Terciptanya struktur tanah yang baik menyebabkan akar akan lebih mudah
Akar yang semakin banyak membentuk percabangan akan meningkatkan
volume akar tanaman sehingga mampu menyerap unsur hara lebih banyak.
Ketersediaan air dan hara dalam tanah juga semakin mengoptimalkan kerja
akar. Menurut Gardner, Pearce dan Mitchell (1991), membaiknya sifat fisik
tanah menyebabkan akar berkembang dengan baik dan ruang jelajah akar
akan menjadi luas, sehingga meningkatkan penyerapan hara dan air untuk
mendukung proses asimilasi tajuk atau bagian atas tanaman. Semakin besar
volume akar maka kekuatan serta pertumbuhan tanaman seperti tinggi
tanaman, jumlah daun, dan berat kering tanaman akan meningkat.
Adanya perbedaan pengaruh pemberian bokashi tersebut dapat disebabkan
karena dosis bokashi yang diberikan pada masing-masing perlakuan relatif kecil
sehingga tidak menimbulkan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman
yaitu tinggi tanaman dan bobot basah tanaman. Dimana semakin tinggi dosis
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan tentang pembenah tanah, dapat
disimpulkan bahwa pemberian bokashi memberikan pengaruh terhadap tinggi
tananaman dan namun tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah tanaman.
B. Saran
Sebaiknya semua praktikan melakukan pemeliharaan dan pengukuran tinggi
tanaman pada setiap pengamatan. Selain itu, sebaiknya praktikum dilakukan pada
awal semester agar laporan tidak menumpuk di akhir semester menjelang ujian
DAFTAR PUSTAKA
Al-Omran, A.M., A.M. falatah, A.S. Sheta, dan A.R. Al-Harbi.2004. Clay Deposits for water Management of Sandy Soils, Arid Land Reaserch and Management (1) : 171-183.
Chen, Y. and Aviad, T. 1990. Effect of humic substance on plant growth. In: MacCarthy, P., Clapp, C.E., Macolm, R.L., Bloom, P.R. (Eds.), Humic Substance in Soil and Crop Sciences:Selected Readings. SSSA, Madison, pp.161-186.
Dariah, A., Nurida N.L., dan Sutono. 2007. Formulasi bahan pembenah untuk rehabilitasi lahan terdegradasi. Disampaikan pada Seminar Sumberdaya Lahan dan Lingkungan. Bogor, 7-8 Nopember 2007.
Eyheraguibel, B., Morarrd, P., Silvertre, J.2002.Chemical irigin of humic-like substance, 11th International Humic Substance Society Confrence, Boston, MA (USA).
Gardner FP, Pearce RB &Mitchell RL. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Diterjemahkan Herawati S. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Akademik Pressindo. Jakarta.
Henny Sulistyowati. 2011. Pemberian Bokasi Ampas Sagu Pada Medium Aluvial Untuk Pembibitan Jarak Pagar. J. Tek. Perkebunan & PSDL. Vol 1, Juni 2011, hal 8-12.
Hickman, J and Whitney, D. 2000. Soil Conditioners. Department of Agronomy Kansas State University, Kansas.
Kertonegoro, B. K., D. Shiddieq, Sulakhudin, dan Ai Dariah. 2001.Optimalisasi Lahan Pasir Pantai Bugel Kulon Progo Untuk Pengembangan Tanaman Hortikultura Dengan Teknologi Inovatif Berkearifan Lokal. Seminar Nasional Sumberdaya Lahan dan Lingkungan Pertanian. Bogor.
Laxminarayana, K dan G.V. subbaiah. 1995. Effect of Mixing of Sandy Soils with Clay Vertisol and Potassium on Yield and Nutrient Uptake by Groundnut. J. Ind. Soc. Soil Sci. 43(4) : 694-696.
Massoud, F.I. 1975. Physical Properties of Sandy Soils In Relation to Cropping and Soil Conservation Practices. Dalam sandy soil report of FAO/UNDIP Seminar on Reclamation and Management of sandy soil in The Near East and North africa. FAO-UNO,p :47-72.
Nardi, S., Pizzeghello, D.Muscolo, A., Vianello, A. 2002.Physiological effect of humic substances on higher plants. Soil Biol. Biochem.34, 1527-1536.
Notohadiprawiro, T. 1996.Lahan Kritis Dan Bincangan Pelestarian Lingkungan Hidup. Seminar Nasional Penanganan Lahan Kritis di Indonesia tanggal 7-8 November 1996. PT. Intidaya Agrolestari. Bogor.
Partoyo. 2005. Analisis Indeks Kualitas Tanah Pertanian di Lahan Pasir Pantai Samas Yogyakarta. Ilmu Pertanian Vol. 12 No.2, 2005 : 140 – 151.
Peraturan Menteri Pertanian. Nomor : 41/Permentan/Ot. 140/9/2009 Tentang Kriteria Teknis Kawasan Peruntukan Pertanian.
Piccolo, A., Celano, G., and Pietra mellara, G. 1993. Effect of fractions of coalderived humic substance on seed germination and growth of seedlings (Latuga sativa and Lycopersicum esculentum). Biol. Fertil. Soils. 16, 11-16.
Puspowardoyo, S. 2005. Pengaruh Pemberian daun Krenyu dan Jerami Kering Sebagai Pupuk Organik Terhadap hasil Budidaya Tanaman bawang merah, Jagung manis, dan Kacang Tanah di Lahan Pasir. Jurnal Sains dan Teknologi.
Stevenson F.J. 1982. Humus Chemistry. Genesis, Composition, Reactions. A Wiley- Interscience Publication. John Wiley&Sons. New York.
Suwardi. 2007. Pemanfaatan zeolit untuk perbaikan sifat-sifat tanah dan peningkatan produksi Peranian. Dipresentasikan pada Semiloka Pembenah Tanah Menghemat Pupuk,Mendukung Peningkatan Produksi beras. Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air, Departemen Pertanian bekerjasama dengan Konsorsium Pemebenah Tanah Indonesia. Jakarta 5 April 2007.
Syukur, A. 2005. Pengaruh Pemberian Bahan Organik terhadap Sifat-sifat Tanah dan Pertumbuhan Caisin di Tanah Pasir Pantai. J. Ilmu Tanah dan Lingkungan 5 (1): 30-38.
Tan, K.H. 1993. Environmental Soil Science. Marcel Dekker. Inc. New York.