LAPORAN PENDAHULUAN DEPARTEMEN MATERNITAS
“KELUARGA BERENCANA”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen maternitas di Puskesmas Kepanjen
Oleh :
Putri Perdana Sari
135070201111026
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
KELUARGA BERENCANA - KONTRASEPSI
1. DEFINISI
Keluarga Berencana menurut UU No 10 tahun 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Handayani, 2010)
Sasaran utama dari pelayanan KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS). Pelayanan KB diberikan di berbagai unit pelayanan baik oleh pemerintah maupun swasta dari tingkat desa hingga tingkat kota dengan kompetensi yang sangat bervariasi. Pemberi layanan KB antara lain adalah Rumah Sakit, Puskesmas, dokter praktek swasta, bidan praktek swasta dan bidan desa.
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah kehamilan (Gunawan, 2007). Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut (Maryani, 2005).
Jenis alat atau obat kontrasepsi antara lain suntik, kondom, pil,IUD, implant, vasektomi, dan tubektomi. Untuk jenis pelayanan KB. jenis kondom dapat diperoleh langsung dari apotek atau toko obat, pos layanan KB dan kader desa. Kontrasepsi suntik KB sering dilakukan oleh bidan dan dokter sedangkan kontrasepsi jenis, IUD, implant dan vasektomi atau tubektomi harus dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih dan berkompeten.
Tujuan KB
Tujuan umum untuk lima tahun kedepan mewujudkan visi dan misi program KB yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksanaan program KB di masa mendatang untuk mencapai keluarga berkualitas tahun 2015.
Sedangkan tujuan program KB secara filosofi adalah :
2) Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga (Handayani, 2010).
Untuk menunjang dan mempercepat pencapaian tujuan pembangunan KB telah ditetapkan beberapa kebijakan, yaitu perluasan jangkauan, pembinaan terhadap peserta KB agar secara terus menerus memakai alat kontrasepsi, pelembagaan dan pembudayaan NKKBS serta peningkatan keterpaduan pelaksanaan keluarga berencana. Selanjutnya untuk mendukung pelaksanaan kebijakan tersebut terus dimantapkan usaha-usaha operasional dalam bentuk upaya pemerataan pelayanan KB, peningkatan kualitas baik tenaga, maupun sarana pelayanan KB, penggalangan kemandirian, peningkatan peran serta generasi muda, dan pemantapan pelaksanaan program di lapangan (BKKBN, 2012).
Sasaran Program KB
Sasaran Program KB dibagi menjadi dua yaitu sasaran langsungdan sasaran tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran langsungnya adalah PUS yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahirandengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak langsung adalah pelaksanaan dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui kebijaksanaan keendudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas, keluargas ejahtera (Handayani, 2010).
Ruang Lingkup Program KB
Ruang lingkup KB mencakup sebagai berikut : 1) Ibu
Dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran. 2) Suami
Dengan memberikan kesempatan suami agar dapat melakukan memperbaiki kesehatan fisik, dan mengurangi beban ekonomi keluarga yang ditanggungnya.
3) Seluruh Keluarga
2. Jenis-Jenis Metode Keluarga Berencana a. Metode Kontrasepsi Alamiah
1) Senggama Terputus
Senggama terputus adalah mengeluarkan kemaluan pria dari alat kelamin wanita menjelang ejakulasi. Dengan cara ini diharapkan cairan seperma tidak akan masuk ke dalam rahim serta mengecilkan kemungkinan bertemunya sel telur yang dapat mengakibatkan terjadinya pembuahan (Proverawati, Islaely, dan Aspuah, 2010).
2) Pantang Berkala
Pantang berkala adalah tidak melakukan hubungan seksual saat istri sedang dalam masa subur. Sistem ini berdasrkan pada siklus haid atau menstruasi wanita. Masa subur tidak selalu terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi, tetapi dapat terjadi antara 12 atau 16 hari sebelum menstruasi berikutnya(Proverawati, Islaely, dan Aspuah, 2010).
3) Metode Lendir Servik
Metode lendir servik adalah metode kontrasepsi dengan melihat lendir dalam vagina untuk mengetahui masa subur pada seorang wanita, dilakukan pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktifitas lainya (Proverawati, Islaely, dan Aspuah, 2010). b. Metode Kontrasepsi Sederhana
1) Kondom
Kondom adalah selubung atau sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vynil) atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan. Kondom terbuat dari karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang digulung berbentuk rata. Standar kondom dilihat dari ketebalannya, yaitu 0,02 mm (Lusa, 2010).
a) Cara Kerja Kondom
Mencegah sperma masuk ke saluran reproduksi wanita.
Sebagai alat kontrasepsi.
Sebagai pelindung terhadap infeksi atau transmisi mikro
b) Efektifitas Kondom
Pemakaian kontrasepsi kondom akan efektif apabila dipakai secara benar setiap kali berhubungan seksual. Pemakaian kondom yang tidak konsisten membuat tidak efektif. Angka kegagalan kontrasepsi kondom sangat sedikit yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun (Lusa, 2010).
c) Manfaat Kondom
Indikasi atau manfaat kontrasepsi kondom terbagi dua, yaitu manfaat secara kontrasepsi dan non kontrasepsi. Manfaat kondom secara kontrasepsi antara lain:
Efektif bila pemakaian benar.
Tidak mengganggu produksi ASI.
Tidak mengganggu kesehatan klien.
Tidak memerlukan resep dan pemeriksaan khusus.
Murah dan tersedia di berbagai tempat (Lusa, 2010).
d) Kekurangan Kondom
Alat kontrasepsi metode barier kondom ini juga memiliki keterbatasan, antara lain:
Efektifitas tidak terlalu tinggi.
Tingkat efektifitas tergantung pada pemakaian kondom yang
benar.
Adanya pengurangan sensitifitas pada penis.
Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.
Perasaan malu membeli di tempat umum.
Masalah pembuangan kondom bekas pakai (Lusa, 2010).
2) Spermisida
Spermisida adalah zat-zat kimia yang kerjanya melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina sebelum spermatozoa bergerak ke dalam traktus genetalia interna. Dikemas dalam bentuk busa (aerosol), tablet vaginal,krim. Cara kerjanya menyebabkan sel membran sperma terpecah, memperlambat pergerakan sperma dan menurunkan kemampuan pembuahan sel telur (Saifuddin, 2006).
Merupakan kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual sehingga menutup serviks. Cara kerjanya menahan sperma agar tidak mendapat akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopi) dan sebagai ala tempat spermisida (Saifuddin, 2006). c. Metode Kontrasepsi Hormonal
Metode kontrasepsi hormonal dibagi menjadi 2 yaitu kombinasi estrogen progesterone dan estrogen saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi terdiri dari pil dan suntik sedangkan untuk progesterone saja terdiri dari pil , suntik dan implant.
Mekanisme kerja estrogen: Menekan ovulasi
Ovulasi dihambat melalui pengaruh estrogen ke hipotalamus dan selanjutnya menghambat FSH dan LH kelenjar hipofise.
Mencegah implantasi
Implantasi sel telur yang dibuahi dihambat oleh estrogen dosis tinggi yang diberikan pada pertengahan siklus
Mempercepat transport ovum
Transport ovum dipercepat oleh estrogen disebabkan efek hormonal pada sekresi dan peristaltic tuba serta kontraktilitas uterus.
Luteolisis
Degenerasi di corpus luteum menyebabkan penurunan cepat dari produksi estrogen dan progesterone di ovarium
Mekanisme kerja progesterone: Menekan ovulasi
Ovulasi dihambat melalui pengaruh progesterone ke hipotalamus dan selanjutnya menghambat FSH dan LH kelenjar hipofise.
Mencegah implantasi
Implantasi dihambat bila progesterone diberikan sebelum ovulasi
Mempercepat transport ovum
Jika progesterone diberikan sebelum konsepsi maka perjalanan ovum dalam tuba akan terhambat.
Luteolisis
Mengentalkan lender serviks
Lender serviks menjadi lebih pekat sehingga penetrasi dan transportasi sperma lebih sulit.
1) Kontrasepsi Pil
Kontrasepsi oral (Pil) adalah cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil di dalam stiap yang berisi gabungan dari hormon estrogen dan progesteron atau hanya terdiri dari hormone progesteron saja. Cara kerjanya menekan ovulasi, mencegah implantasi, mengentalkan lendir serviks (Handayani, 2010).
a) Efektifitas
Secara teoritis hampir 100, dengan angka kegagalan 0,1 – 1,7 (Saifuddin, 2001).
b) Keuntungan
Efektifitasnya tinggi
Pemakai dapat hamil lagi, bila dikehendaki kesuburan dapat
kembali dengan cepat
Tidak mengganggu kegiatan seksualitas suami istri
Siklus haid menjadi teratur
Dapat menghilangkan keluhan nyeri haid (Mochtar, 2005)
c) Kontra Indikasi
Tidak dianjurkan bagi permpuan hamil, menyusui eksklusif, perdarahan, hepatitis, jantung, stoke, kanker payudara pada wanita jika tidak menggunakan pil secara teratur setiap hari (Saifuddin, 2001).
d) Efek Samping
Mual muntah, berat badan bertambah, retensi cairan, edema, mastalgia, sakit kepala, timbulnya jerawat. Keluhan ini berlangsung pada bulan – bulan pertama pemakain pil (Depkes RI, 2009).
2) Kontrasepsi Suntik
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi suntik yang brisi hormon sintetis estrogen dan progesteron:
Depo Noretisteron (Norethindrone Enanthate) = Noristerat.
Mengandung 200 mg noretindron enantat, yang diberikan setiap 1 bulan (Hartanto, 2004).
a) Cara Pemberian KB Suntik
Menurut Glasier dan Gebbie (2004) pemberian KB suntik dilakukan melalui penyuntikan intra muskular dalam di regio gluteus
(atau kadang-kadang di deltoid, terutama pada orang yang sangat gemuk). Tempat penyuntikan jangan dipijat karena tindakan ini kadang kadang menyebabkan obat menyebar sehingga kadar awal dalam darah lebih tinggi dan lama kerja menjadi lebih singkat. b) Cara Kerja KB Suntik
Cara kerja KB suntik dalam mencegah kehamilan menurut Krisnadi (2002), yaitu:
Menghentikan (meniadakan) keluarnya sel telur dari induk telur.
Membuat sperma sulit memasuki rahim karena mengentalkan
lendir mulut rahim (serviks).
Tidak dapat mengeluarkan atau menghentikan kehamilan yang sudah terjadi.
c) Indikasi
DMPA menurut Glasier dan Gebbie (2004) mungkin memberi manfaat khusus bagi wanita dengan penyakit – penyakit tertentu, seperti:
Endometriosis
Defek ovulasi, terutama penyakit ovarium polikistik (dalam
mencegah risiko carsinoma endometrium.
Penyakit medis tertentu lainnya
d) Kontraindikasi
Metode suntikan jangan digunakan pada wanita dengan gangguan koagulasi. DMPA juga jangan diberikan pada wanita yang mungkin tidak dapat mentoleransi amenore atau bercak darah
ireguler yang berkepanjangan (Glasier dan Gebbie, 2004). Ada 2 macam kontra indikasi, yaitu:
Terdapatnya tromboflebitis/riwayat tromboflebitis.
Kelainan serebro vaskular.
Fungsi hati tidak/kurang baik.
Adanya keganasan pada kelenjar payudara dan alat
reproduksi.
Varises berat.
Adanya kehamilan.
2. Kontraindikasi secara Relatif
Hipertensi.
Diabetes.
Perdarahan abnormal pervaginam.
Fibromiomauterus.
Penyakit jantung dan ginjal (Saifuddin, 2001).
e) Efek Samping dan Penatalaksanaannya
Efek samping KB suntik menurut Glasier dan Gebbie (2004) adalah penundaan pemulihan kesuburan. Hal ini hanya menjadi masalah bagi pemakai DMPA, yang mungkin mengalami interval berkepanjangan sebelum ovulasi normal pulih. Penundaan ini mungkin disebabkan oleh menetapnya DMPA dalam sirkulasi, karena mikro kristal pada obat yang disuntikkan tersebut kadang-kadang larut sangat lambat. Penundaan pemulihan kesuburan rata-rata berlangsung 7 sampai 8 bulan setelah perhitungan efek 3-4 bulan dari suntikan terakhir. Tidak terdapat bukti bahwa DMPA menyebabkan sterilitas permanen. NET-EN menyebabkan penundaan yang sangat singkat, etapi kontrasepsi suntik kombinasi tidak diketahui dapat menimbulkan efek yang berkepanjangan setelah dosis terakhir. Gangguan haid dapat terjadi dan juga dengan keluhan mual, sakit kepala, pusing, menggigil, mastalgia
dan berat badan bertambah. Efek samping yang berat jarang dijumpai, kadang ibu mengeluh libido berkurang (Glasier dan Gebbie, 2004).
3) Kontrasepsi Implan
Norplant, terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm dan diameter 2,4 mm. Berisi 36 mg hormon
Levonorgestrel dengan daya kerja 5 tahun.
Implanon, terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang 40 mm dan diameter 2,4 mm. Berisi 68 mg 3- ketodesogestrel
dengan daya kerja 3 tahun.
Indoplant, terdiri dari 2 batang. Berisi 75 mg hormone
Levonorgestrel, daya kerja 3 tahun (Hartanto, 2004). b) Efektifitas
Efektifitasnya 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan (Saifuddin, 2001)
c) Keuntungan
Dipasang selama lima tahun, kontrol medis ringan, dapat dilayani di daerah pedesaan, biaya ringan.
d) Efek samping
Gangguan menstrulasi, terutama selama 3 – 6 bulan pertama dari pemakaian. Pemakaian akan mengalami masa perdarahan yang lebih panjang, lebih sering, atau amenorea (Mochtar, 2005).
4) Alat Kotrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Terdapat dua macam penggolongan AKDR atau yang sering disebut IUD (Intra Uterine Devices) yaitu yang mengandung logam (Cu IUD) dan yang mengandung hormon progesterone atau levonorgestrel
(Hartanto, 2004). a) Efektifitas
Efektifitasnya sangat tinggi untuk mencegah dalam waktu yang lama (Mochtar, 2005).
b) Keuntungan
Meningkatkan kenyamanan hubungan suami istri karena rasa aman terhadap resiko kehamilan
Dapat dipasang setelah melahirkan atau keguguran
Kesuburan cepat kembali setelah dicabut/buka
Tidak ada efek samping hormonal
Tidak mengganggu laktasi
Dapat menyebabkan infeksi panggul apabila pemasangan tidak tepat
Dapat terjadi rasa sakit berupa kram perut setelah pemasangan (Sulistyawati, 2011).
d. Metode Kontrasepsi Permanen 1) Tubektomi
Tubektomi adalah setiap tindakan yang dilakukan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak akan mendapatkan keturunan lagi. Kontrasepsi ini digunakan untuk jangka panjang, walaupun kadang-kadang masih dapat dipulihkan kembali seperti semula. Cara tubektomi dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain saat oprasi, cara mencapai tuba, dan cara penutupan tuba (Sulistyawati, 2011).
a) Efektifitas
Sangat efektif, angka kegagalan sedikit lebih rendah
Sangat efektif post – operatif (Hartanto, 2004).
b) Keuntungan
Vasektomi tuba akan menghadapi dan mencapai klimakterium dalam suasana alami (Sulistyawati, 2011).
c) Kontraindikasi
Peradangan dalam rongga panggul
Peradangan liang senggama akut
Penyakit kardiovaskuler berat, penyakit paru berat, atau
penyakit paru lain yang tidak memungkinkan akseptor berada dalam posisi genupektorial
Obesitas berlebihan
Bekas lapartomi (Mochtar, 2005).
d) Efek Samping
Resiko trauma internal sedikit lebih tinggi
Kemungkinan infeksi serius lebih tinggi
Sedikit sekali kematian yang berhubungan dengan anestesi
Vasektomi adalah Kontrasepsi mantap pria atau vasektomi merupakan suatu metode operatif minor pada pria yang sangat aman. Sederhana dan sangat efektif, memakan waktu operasi yang sangat singkat dan tidak memerlukan anastesi umum (Hartanto, 2004).
a) Efektifitas
Sangat efektif, tetapi angka kejadian rekanalisasi spontan dan
kehamilan sedikit lebih tinggi.
Efektif 6-10 minggu setelah operasi (Saifuddin, 2001).
b) Keuntungan Efektif.
Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas.
Sederhana.
Cepat, hanya memerlukan waktu 5-10 menit.
Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anastesi
lokal saja.
Biaya rendah.
Secara kultural, sangat dianjurkan di negara-negara dimana
wanita merasa malu untuk ditangani oleh dokter pria atau kurang tersedia dokter wanita dan paramedis wanita (Hartanto, 2004).
c) Kerugian
Diperlukan tindakan operatif
Kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti perdarahan
atau infeksi
Belum memberikan perlindungan total sampai semua
spermatozoa, yang sudah ada di dalam sistem reproduksi distal dari tempat oklusi vas deferens, dikeluarkan.
Problem psikologis yang berhubungan dengan perilaku
3. IUD
IUD
Benda asing dalam uterus
Reaksi
Asuhan Keperawatan Kontrasepsi
PENGKAJIAN1. Data Subyektif a. Identitas
Yang dikaji meliputi biodata dan suami mulai dari nama, umur, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat, no. telp.
b. Keluhan Utama
Dikaji keluhan klien yang berhubungan dengan penggunaan KB suntik kombinasi tersebut antara lain amenorea/ perdarahan tidak terjadi, perdarahan bercak, meningkatnya/ menurunnya BB.
c. Riwayat KB
Dikaji apakah klien pernah menjadi akseptor KB lain sebelum menggunakan KB kombinasi dan sudah berapa lama menjadi akseptor KB tersebut.
d. Riwayat Obstetri Lalu
Dikaji riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. e. Riwayat Menstruasi Lalu
Dikaji menarche pada umur berapa, siklus haid, lamanya haid, sifat darah haid, dysmenorhea atau tidak, flour albus atau tidak.
f. Riwayat Kesehatan Klien
Dikaji apakah klien menderita penyakit jantung, hipertensi, kanker payudara, DM, dan TBC. g. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dikaji apakah keluarga klien ada yang menderita penyakit jantung, DM, TBC, hipertensi dan kanker payudara.
h. Pola Kehidupan
Dikaji meliputi pola nutrisi, pola eliminasi, pola istirahat, pola aktivitas, pola aktivitas seksual, pola personal hygiene, dan kebiasaan sehari-hari.
2. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
Meliputi pemeriksaan pada tekanan darah, nadi, pernafasan, BB, TB, suhu badan, kesadaran. 2) Pemeriksaan Khusus
a. Wajah : dilihat adanya bercak hitam (chloasma) adanya oedem, conjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterus.
c. Dada : dilihat bentuk mammae, diraba adanya massa pada payudara.
d. Genetalia : dilihat dari condiloma aquminata, dilihat dan diraba adanya infeksi kelenjar bartholini dan kelenjar skene.
e. Ekstremitas : dilihat adanya eodem pada ekstrimitas bawah dan ekstrimitas atas, adanya varices pada ekstremitas bawah.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri akut
2. ansietas
3. defisit pengetahuan
C. INTERVENSI KEPERAWATAN Nyeri akut
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam klien tidak mengalami nyeri Kriteria hasil :
klien melaporkan nyeri berkurang
klien mengatakan mampu mengontrol nyeri
klien mampu mengenali nyeri
INTERVENSI RASIONAL
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi nyeri, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Memudahkan menentukan inetrvensi selanjutnya
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Mengidentifikasi adanya nyeri pada klien
Kontrol tekanan darah klien Perubahan tekanan darah dapat mengindikasikan adanya reaksi dari pemberian obat-obatan
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan
Mengurangi faktor pencetus nyeri
Kurangi faktor presipitasi nyeri Apabila faktor pencetus berkurang maka intensitas nyeri akan berkurang
Bantu klien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
Dukungan dari keluarga dapat membantu klien mengatasi nyeri
Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dada, relaksasi, distraksi, kompres
hangat/dingin sehingga dapat mengurangi nyeri
Tingkatkan istirahat Istirahat akan membuat klien merasa nyaman, sehingga nyeri dapat berkurang
Kolaborasi:
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri, seperti
Penggunaan agens-agens farmakologi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri
Ansietas
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam kecemasan klien teratasi Kriteria hasil :
TTV klien dalam batas normal
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
Klien mampu mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas
INTERVENSI RASIONAL
Identifikasi tingkat kecemasan Membantu menentukan intervensi selanjutnya
Bantu klien mengenali situasi yang menimbulkan kecemasan
Mengidentifikasi sumber kecemasan klien
Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
Mengungkapkan perasaan, ketakutan, dan persepsi akan mengurangi kecemasan klien
Dengarkan dengan penuh perhatian Membuat klien merasa tenang dan mengurangi kekhawatiran klien
Temani klien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
Memberikan keamanan pada klien dan mengurangi takut
Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
Mengurangi kecemasan klien, meningkatkan pemahaman klien mengenai prosedur tindakan yang akan dilakukan
Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
Instruksikan pada klien untuk menggunakan teknik relaksasi
Untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan klien
Kolaborasi:
Berikan obat anti cemas
Pemberian obat anti cemas sesuai dengan kebutuhan klien dapat mengurangi kecemasan klien
Kurang Pengetahuan
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam klien menunjukkan pengetahuan tentang kontrasepsi
Kriteria hasil :
Klien menyatakan kepahaman tentang kondisi kontrasepsi, jenis kontrasepsi, kelebihan & kekurangan, serta cara menggunakannya
Klien mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
Klien mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
INTERVENSI RASIONAL
Kaji tingkat pengetahuan klien Membantu menentukan jenis pengetahuan yang akan diberikan pada klien
Jelaskan tentang kontrasepsi, jenis-jenis kontrasepsi, kekurangan & kelebihan masing2 kontrasepsi dan cara penggunaannya
Meningkatkan pemahaman klien
Jelaskan cara mengatasi masalah yang mungkin muncul setelah pemakaian kontrasepsi
Meningkatkan pemahaman klien dan membantu klien mengatasi masalah yang muncul
Diskusikan pemilihan kontrasepsi Memilih kontrasepsi yang tepat dan sesuai dapat mengurangi kecemasan klien & memenuhi kebutuhan klien
Dukung klien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat