• Tidak ada hasil yang ditemukan

KRITIK SOSIAL DALAM ROMAN PUNKTCHEN UND

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KRITIK SOSIAL DALAM ROMAN PUNKTCHEN UND"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

KRITIK SOSIAL DALAM ROMAN PÜNKTCHEN UND

ANTON KARYA ERICH KÄSTNER

(ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Oleh :

Ely Rusliawati

1203241027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JERMAN

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang hidup berdampingan dan saling membutuhkan. Maka dari itu manusia saling berinteraksi,

menghargai, dan tolong menolong. Kehidupan sosial tidak akan berjalan dengan mulus karena salah satunya tidak mendukungnya interaksi tersebut.

Banyak penulis sastra menggambarkan fenomena sosial dalam karyanya salah satunya dalam roman Pünktchen und Anton karya Erich Kästner. Roman anak ini menceritakan kehidupan dua orang anak berusia sekitar 9 tahun yang bernama Pünktchen dan Anton. Pünktchen adalah

seorang anak perempuan yang ceria putri seorang kepala Pabrik yang kaya dengan ibu yang sangat sibuk sehingga kurang memperhatikannya sedangkan Anton adalah anak laki-laki yang berasal dari keluarga kurang

mampu ia tinggal hanya dengan ibunya yang sakit-sakitan sehingga Anton harus menggantikan ibunya bekerja di kedai kafe Italia.

Roman Pünktchen und Anton ditulis pada tahun 1931 oleh Erich Kästner. Roman ini merupakan roman anak kedua yang ditulis Erich

setelah roman anak Emil und die Detektive. Erich Kästner sendiri merupakan seorang penulis ternama di Jerman. Kästner merupakan lulusan

(3)

Dalam tulisannya yang bertema anak Kästner juga ingin menyampaikan pesan tentang persahabatan, perbedaan status sosial yang ada di Jerman,

cerita krimanal yang terjadi di kota besar dan perpecahan antar keluarga. (https://www.inhaltsangabe.de/autoren/kaestner/. Diunduh pada 05 Januari 2016).

Roman ini dibagi dalam 16 kapitel. Setiap kapitel banyak hal yang penulis ingin sampaikan tentang masalah sosial yang digambarkan pada kehidupan Pünktchen dan Anton. Permasalahan kehidupan anak-anak yang cukup kompleks yang memperlihatkan sisi-sisi lain dunia anak yang tidak

hanya keceriaan. Dalam roman ini juga digambarkan tentang kriminalitas yang terjadi di kota besar, perbedaan status sosial, keluarga yang tidak

harmonis, dan persahabatan.

Dalam setiap akhir Kapitel pengarang memberikan kesimpulan dan opini berupa kritik terhadap kejadian demi kejadian yang dilamai tokoh utama Pünktchen. Fenomena permasalahan sosial yang terjadi kehidupan masyarakat khususnya masyarakat Jerman ini yang menarik untuk diteliti. B. Fokus Masalah

1. Masalah sosial apa yang dikritik oleh Erich Kästner? 2. Bagaimana bentuk penyampaian kritik oleh Erich Kästner?

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan Masalah sosial apa saja yang dikritik oleh Erich

Kästner dalam roman Pünktchen und Anton

(4)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menunjukkan korelasi antara satra, pengarang, dan masyarakat dalam penciptaan sebuah

karya sastra.

b. Sebagai bahan kajian dan perbandingan yang relevan bagi

penelitian yang serupa.

c. Sebagai bahan pembelajaran sastra, khususnya sastra Jerman. 2. Manfaat Praktis

a. Memberikan gambaran mengenai masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat Jerman.

b. Memahami muatan sosial yang terkandung dalam roman

Pünktchen und Anton karya Erich Kästner.

E. Batasan Istilah 1. Roman

Roman adalah cerita prosa yang menekankan pada pengalaman atau pengalaman dan peristiwa, yang memiliki beberapa alur. 2. Kritik Sosial

Kritik sosial adalah kritik yang berupaya untuk menanggulangi suatu permasalahan yang ada di masyarakat.

3. Bentuk Penyampaian

Cara yang digunakan pengarang untuk menyampaikan kritik, yaitu secara langsung dan tidak langsung.

(5)

-BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Roman

Roman merupakan salah satu dari tiga genre karya sastra. Dua genre sastra lainnya berupa Lyrik termasuk di dalamnya adalah Poesie atau

Gedicht dan Drama (Sugiarti, dkk, 2005: 2). Pada awalnya roman merupakan sebuah cerita yang disusun dalam bahasa Romagna, bahasa yang digunakan sehari-hari di daerah sekitar kota Roma. Dengan kata lain

kata roman berasal dari bahasa daerah, bukan bahasa latin resmi seperti biasa dipakai oleh para ahli. Setelah abad ke-13 istilah roman dipakai untuk cerita-cerita avontur atau suatu cerita yang penuh kisah asmara dalam bentuk puisi yang kemudian berkembang menjadi bentuk prosa. Dalam perkembangannya, roman tidak lagi menampilkan gambaran dunia

kolektif suatu kelompok, namun roman mengisahkan peristiwa-peristiwa lahir dan batin dari seseorang atau beberapa orang tokoh pada suatu zaman tertentu dan untuk pembaca-pembaca individual (Hartoko, 1986:

(6)

Dalam kesusastraan Indonesia, istilah roman dan novel umumnya dibedakan pengertiannya. Van Leeuwan dalam Zulfahnur (1996: 66-67)

mengemukakan bahwa roman lebih banyak melukiskan seluruh hidup pelaku-pelaku, mendalami sifat-sifat watak mereka, dan melukiskan sekitar tempat mereka hidup. Pelaku-pelaku dilukiskan dari mulai kecil

hingga akhir hidupnya, sedangkan novel dianggapnya tidak mendalam, lebih banyak melukiskan suatu saat, suatu episode dari kehidupan

seseorang. Isinya lebih terbatas dari roman.

Sementara itu, Jassin dalam Zulfahnur (1996: 67) membedakan pengertian roman dan novel sebagai berikut: suatu roman melingkupi

seluruh kehidupan, pelaku-pelakunya dilukiskan dari kecilnya hingga matinya, dari ayunan hingga ke kubur; sedangkan novel menceritakan

suatu kejadian yang luar biasa dari tokoh cerita, dimana kejadian-kejadian itu menimbulkan pergolakan batin yang mengubah perjalanan nasib tokohnya.

Teeuw (2003: 189) menyebutkan bahwa roman merupakan bentuk sastra yang seringkali dianggap paling bersifat mimetik. Apa yang

diceritakan dalam roman harus mendekati kenyataan; dunia roman yang disajikan dalam roman harus dikenali dan harus akrab dari segi kenyataan. Hartoko (1986: 121) menyebutkan bahwa roman dirumuskan dalam

beberapa kriteria tematis dan formal, yaitu sebagai berikut.

1. Secara tematis-struktural dapat dibedakan antara roman-roman yang

(7)

silat, Robinson, detektif, western), roman yang mementingkan profil dan perkembangan psikologis tokoh-tokoh dan roman yang menggambarkan

suasana pada zaman tertentu atau di suatu daerah tertentu (roman sejarah, roman sosial, science fiction, roman daerah, roman kota dan sebagainya). 2. Secara formal-struktural dititikberatkan kriteria yang berkaitan dengan

aspek-aspek menceritakan sesuatu (siapa yang menceritakan, point of view, bagaimana waktu dan ruang ditampilkan, roman dalam bentuk Aku atau Dia, roman dalam bentuk surat menyurat, buku catatan harian, autobiografi, kenang-kenangan dan sebagainya).

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa roman adalah

sebuah karya gambaran kehidupan dunia yang diciptakan oleh pengarangnya, yang di dalamnya menampilkan hidup suatu tokoh beserta permasalahannya.

Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, roman adalah sebuah karangan sebagai wujud ekspresi batin pengalaman hidup pengarang yang menceritakan suatu peristiwa baik lahir maupun batin seseorang atau

beberapa tokoh yang bersumber dari kehidupan nyata serta dituangkan dalam tulisan yang bernilai estetis. Dengan demikian roman dalam kasusastraan

Jerman memiliki arti yang sama dengan novel dan roman dalam kasusastraan Indonesia.

B. Sosiologi Sastra

Dalam penelitian ini aspek yang dikaji adalah kritik sosial dengan

pendekatan sosiologi sastra.

Sosiologi sastra atau sosiokritik adalah disiplin ilmu yang terlahir pada

(8)

yang berjudul De la literature cinsideree dans ses rapports avec les institutions socials (1800). Meskipun demikian, buku teks tentang sosiologi sastra

pertama baru terbit pada tahun 1970, berjudul The Sociology of Art and Literature: a reader, yang dihimpun oleh Milton C. Albrecht, dkk.

Endraswara berpendapat “sosiologi sastra merupakan dua bidang ilmu yang memiliki keterkaitan satu sama lain. dalam kaitan ini sastra merupakan

sebuah refleksi lingkungan sosial budaya yang merupakan suatu tes dialektika antara pengarang dengan situasi sosial yang membentukanya, yang kemudian dikembangkan menjadi sebuah karya sastra“ (Endraswara 2003: 78 ). Hal ini

menunjukkan bahwa karya sastra banyak lahir dari keadaan masyarakat sosial di lingkungan pengarang.

Menurut Ratna (2003:2) sosiologi sastra adalah pemahama terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatan yang

melatarbelakanginya. Lebih lanjut Ratna (2003:11) mengungkapkan tujuan sosiologi sastra, yaitu meningkatkan pemahaman terhadap karya sastra dalam kaitannya dengan masyarakat, bahwa rekaan (imaji) tidak bertentangan

dengan kenyataan. Hal ini sejalan dengan pendapat Endraswara bahwa Sosiologi sastra berbanding lurus dengan kenyataan.

C. Sastra, Masyarakat, dan Permasalahan Sosial 1. Sastra dan Masyarakat

Sastra dan masyarakat mempunyai hubungan yang erat satu sama

lain. Karya-karya sastra tidak lahir begitu saja ada yang melatarbelakangi kehadirannya. Masyarakat adalah bagian yang melatarbelakang

(9)

(Ratna,2011:332) bahwa ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan mengapa sastra memiliki kaitan erat dengan masyarakat dan demikian

harus diteliti dalam kaitannya dengan masyarakat, sebab: 1) Karya sastra ditulis oleh pengarang, diceritakan oleh tukang cerita, disalin oleh penyalin, sedangkan ketiga subyek tersebut adalah anggota masyarakat, 2)

Karya sastra hidup dalam masyarakat, menyerap aspek-aspek kehidupan yang terjadi dalam masyarakat, yang pada gilirannya juga difungsikan oleh

masyarakat, 3) Medium karya sastra, baik lisan maupun tulisan, dipinjam melalui kompetensi masyarakat, yang dengan sendirinya telah mengandung masalah masalah kemasyarakatan, 4) Berbeda dengan ilmu

pengetahuan, agama, adat-istiadat, dan tradisi yang lain, dalam karya sastra terkandung estetika, etika, bahkan juga logika. Masyarakat jelas

sangat berkepentingan terhadap ketiga aspek tersebut, terakhir 5) Sama dengan masyarakat, karya sastra adalah hakikat intersubjektivitas, masyarakat menemukan citra dirinya dalam suatu karya.

Dengan demikian dapat disimpulkan karya sastra adalah cerminan

kondisi masyarakat. Pengarang sebagai anggota masyarakat menyampaikan pendapat dan pandangannya mengenai kondisi masyarakat di lingkungannya mengenao masalah-masalah sosial melalui karya sastra

yang diciptakannya.

2. Permasalahan Sosial

(10)

penting yang dihadapi oleh masyarakat yang pada umumnya sama, yaitu a) masalah kemiskinan sebagai suatu keadaan seseorang tidak sanggup

memelihara dirinya sendiri sesuai dengan ukuran kehidupan kelompoknya dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut; b) kejahatan; c) disorganisasi keluarga, yaitu

suatu perpecahan dalam keluarga sebagai suatu unit, oleh karena anggota-anggota keluarganya gagal memenuhi kewajibankewajibannya yang sesuai

dengan peranan sosialnya; d) masalah generasi muda; e) peperangan; f) pelanggaran terhadap normanorma masyarakat; g) masalah kependudukan; h) masalah lingkungan; i) birokrasi (Soekanto, 1990: 462-463).

Adapun penyebab timbulnya masalah sosial secara garis besar

adalah, pertama terjadi hubungan antara warga masyarakat yang menghambat pencapaian tujuan penting dari sebagian besar warga masyarakat. Kedua, organisasi sosial menghadapi ancaman serius oleh

ketidakmampuan mengatur hubungan antarwarga (Rab & Selznich via Soetomo, 1995: 4).

Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan apapun bentuk permasalahan sosial adalah suatu kondisi yang tidak disukai oleh sebagaian anggota

masyarakat. Kondisi tersebut mencakup seluruh aspek kehidupan.

Berdasarkan pendapat pakar mengenai jenis permasalahan sosial di

atas, maka penulis mengklasifikasikan jenis-jenis masalah sosial menjadi delapan aspek, sebagai dasar pengklasifikasian jenis-jenis kritik sosial.

(11)

masalah politik, ekonomi, pendidikan, kebudayaan, keluarga, agama, moral, gender.

D. Kritil Sosial dalam Karya Sastra 1. Kritik sosial

Kata “kritik” berasal dari bahasa Yunani “krinein“ yang berarti

mengamati, membanding, dan menimbang. Dalam Ensiklopedia Indonesia, kritik didefinisikan sebagai penilaian (penghargaan), terutama

mengenai hasil seni dan ciptaan-ciptaan seni (Tarigan, 1985: 187). Kata sosial dalam hal ini berhubungan dengan interaksi dengan masyarakat. Interaksi yang dilakukan warga masyarakat mengacu pada permasalahan

yang melibatkan banyak orang dan sering disebut dengan kepentingan umum, manusia sebagai anggota dari suatu masyarakat semestinya

mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan individu.

Kritik sosial merupakan usaha seseorang untuk memberikan penilaian dan

pendapat terhadap suatu persoalan atau kenyataan sosial yang terjadi di masyarakat. Kondisi sosial yng dikritik adalah kondisi sosial yang dianggap menyimpang dalam kurun waktu tertentu. Penilaian dapat

diungkapkan dengan berbagai cara berikut mengamati, menyatakan kesalahan, memberi pertimbangan, dan sindiran guna menentukan nilai

hakiki suatu masyarakat lewat pemahaman, penafsiran, dari kondisi yang harus dipertanggungjawabkan. Adapun batasan kritik sosial selalu disertai dengan 1.) penilaian yang dilakukan oleh seseorang 2.) kritik sosial

(12)

sosial dengan cara mengamati, menyatakan kesalahan, memberi pertimbangan, dan sindiran.

Batsan kritik sosial yang akan digunakan pada penilitian ini adalah kritik sosial yang berdasarkan pada kenyataan- kenyataan sosial yang

menyimpang. Penulis memfokuskan menganalisis masalah-masalah sosial ynag muncul dalam budaya Jerman dengan latar belakang waktu, tempat,

dan budaya pengarang.

2. Kritik sosial dalam Karya Sastra

Karya sastra melalui medium bahasa figuratif konotatif memiliki kemampuan yang jauh lebih luas dalam mengungkapkan masalah-masalah yang ada di masyarakat (Ratna, 2003: 23). Lebih lanjut menurut Ratna

(2011:335) diantara genre utama karya sastra, yaitu puisi, prosa, dan drama, genre prosalah, khususnya novel yang dianggap paling dominan

dalam menampilkan unsurunsur sosial. Alasan yang dapat dikemukakandiantaranya: a) novel menampilkan unsur-unsur cerita yang lebih lengkap, memiliki media yang paling luas, menyajikan

masalkah-masalah kemasyarakatan yang juga luas,b) bahasa novel cenderung menggunakan bahasa sehari-hari, bahasa yang paling umum digunakan

oleh masyarakat. Oleh karena itulah, dikatakan bahwa novel merupakan genre yang sosiologis dan responsiv sebab sangat pekat terhadap fluktuasi sosiohistoris.

Sastrawan sebagai anggota masyarakat berusaha mengkomunikasin

(13)

Kritik sosial dalam karya sastra memiliki kesamaan dengan kritik sosial dalam pengertian umum atau kritik sosial dalam media massa.

Kesamaan tersebut terletak pada kemampuannya untuk mengungkapkan segala problem sosial. Damono (1979: 25) berpendapat bahwa kritik sosial dalam karya sastra (dewasa ini) tidak lagi hanya menyangkut

hubungan antara orang miskin dan orang kaya, kemiskinan dan kemewahan. Kritik sosial mencakup segala macam masalah sosial yang

ada di masyarakat, hubungan manusia dengan lingkungan, kelompok sosial, penguasa dan institusi-institusi yang ada.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa karya sastra dapat berfungsi sebagai media untuk mengungkapkan kritik sosial

terhadap fenomena kondisi masyarakat sehingga adanya keharmonisan.

3. Jenis-Jenis kritik Sosial

Pada penelitian ini peneliti mengklasifikasikan jenis-jenis kritik

sosial berlandaskan pada konsep sosiologi sastra Marx, dengan pengembangan konsep konflik sosial berdasarkan konsep

lembaga-lembaga kemasyarakatan, sehingga peninjauan kritik dilakukan berdasarkan permasalahan yang terjadi dalam masyarakat.

Dalam konsep sosiologi sastra Marx dijelaskan bahwa eksistensi sastra sebagai produk pikiran dan perasaan manusia ditentukan oleh faktor di luar sastra, yaitu struktur material masyarakat (Kurniawan, 2011:46).

(14)

determinasi sastra, yang dilakukan dengan mengidentifikasi latar sosial yang menjadi konteks terjadinya peristiwa. Kedua, analisis terhadap relasi struktural sastra dengan struktur masyarakat, yang tinjauan akhirnya adalah mengidentifikasi fenomena sosial masyarakat yang menjadi acuan

dari perspektif konflik sosial antar kelas. Ketiga, analisis fungsi sosial sastra.

Menurut Soekanto (1990:395) pada hakekatnya masalahmasalah sosial yang terjadi pada masyarakat merupakan gejalagejala yang tidak

dikehendaki atau gejala patologis. Gejala-gejala tersebut akan menyebabkan kekecewaan dan penderitaan bagi warga masyarakat. Lebih lanjut dijelaskan bahwa masalah-masalah sosial yang terjadi akibat

adanya ketidaksesuaian unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Dalam keadaan normal

(15)

Gambar. 1Hubungan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang terintegrasi secara harmonis.

Berdasarkan gambar diatas, terdapat distribusi yang merata antar lembaga kemasyarakatan, antara lain: rumah tangga, moral, politik, pendidikan, agama, kebiasaan, dan ekonomi. Namun apabila distribusi antar aspek tidak merata, maka akan timbul permasalahan sosial.

Berasarkan uraian di atas maka kritik sosial pada penelitian ini

diklasifikasikan menjadi delapan aspek meliputi politik, ekonomi, kebiasaan, pendidikan, keluarga, moral, gender, dan agama. Pembagian ini berdasarkan pada pembagian lembaga-lembaga kemasyarakatan yang

meliputi: politik, moral, pendidikan, agama, rumah tangga, ekonomi dan kebiasaan.

a. Kritik Sosial Masalah Politik b. Kritik Sosial Masalah Ekonomi c. Kritik Sosial Masalah Pendidikan d. Kritik Sosial Masalah Kebudayaan e. Kritik Sosial Masalah Moral f. Kritik Sosial Masalah Keluarga g. Kritik Sosial Masalah Agama h. Kritik Sosial Masalah Gender

4. Bentuk penyampaikan kritik sosial dalam karya sastra a. Bentuk penyampaian langsung

(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan penelitian

Penelitian ini adalah penelitian pustaka yang menggunakan teknik

penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian pustaka atau penelitian perpustakaan dilakukan dalam kaitanya dengan objek dalam bentuk karya tertentu. Artinya,

objek tersebut dianggap sah, sudah cukup diri untuk mewakili keseluruhan data yang diperlukan (Ratna, 2004: 17). Secara keseluruhan metode kualitatif memanfaatkan cara penafsiran dengan menyajikannya dalam bentuk deskripsi

(Ratna, 2004: 46). B. Data Penelitian

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa kata-kata, frasa atau kalimat-kalimat yang berisi kritik-kritik sosial yang terdapat dalam kinderroman

Pünktchen und Anton. Dengan demikian pembahasan dalam penelitian ini akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian pembahasan

tersebut.

C. Sumber Data Penelitian

Sumber data penelitian ini adalah roman berjudul Pünktchen und Anton

karangan Erich Kästner. Roman ini diterbitkan pada tahun 2013 oleh Dresslr Verlag Gmbh, Hamburg dengan tebal halaman 154 halaman, yang dimulai dari halaman 7 sampai halaman154.

D. Teknik Pengumpulan Data

(17)

catat. Data diperoleh dari kata, frasa, kalimat, maupun paragraf yang mengungkapkan kritik-kritik sosial. Adapun langkah-langkah yang ditempuh

dalam pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut.

1. Membaca keseluruhan roman untuk mengetahui identifikasi umum.

2. Membaca dengan cermat yang di dalamnya ada kegiatan menganalisis kata, frasa atau kalimat yang berhubungan dengan kritik-kritik sosial dalam roman

tersebut

3. Mencatat hasil pembacaan secara menyeluruh

4. Mengklasifikasikan data sesuai fokus permasalahan dalam bentuk tabel.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri yang akan menganalisis

roman berjudul Pünktchen und Anton karya Erich Kästner. Kegiatan penelitian ini juga dibantu alat-alat lain berupa laptop dan alat tulis yang digunakan untuk

mencatat data-data yang ditemukan. Data tersebut menyangkut kata-kata yang mengandung kritik dalam roman Pünktchen und Anton .

F. Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data penelitian dilakukan dengan validitas

semantik dan expert judgment atau pertimbangan ahli. Dalam hal ini peneliti berkonsultasi dengan dosen pembimbing dan bertanya kepada para ahli di luar dosen pembimbing. Sementara itu reliabilitas data penelitian dilakukan dengan

reliabilitas intrarater dan interrater. Dalam reliabilitas intrarater peneliti melakukan pembacaan secara berulang-ulang untuk memastikan hasil temuan

(18)

dengan rekan yang telah membaca karya tersebut atau memahami bidang yang diteliti.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis dengan teknik deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh diidentifikasi dan diklasifikasikan sesuai kategori yang ditentukan. Data-data tersebut kemudian ditafsirkan maknanya

dengan menghubungkan antara data dan teks tempat data berada. Selain itu dilakukan juga interferensi, yaitu menyimpulkan data-data yang telah

dipilah-pilah tersebut untuk kemudian dibuat deskripsinya sesuai dengan kajian penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: balai Pustaka.

Hartoko, Dick. dan B. Rahmanto 1986. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Meutiawati. Tia dkk. 2007. Mengenal Jerman Melalui Sejarah dan Kesussastraan, Yogyakarta: Narasi.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

(19)

`

Teeuw, A. 2003. Sastera dan Ilmu Sastera. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.

Wellek, Renne dan Austin Warren. 1990. Teori Kesusastraan. Terjemahan Melani Budianta. Jakarta: Gramedia.

Zulfahnur, dkk. 1996. Teori Sastra. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

KRITIK SOSIAL DALAM ROMAN PÜNKTCHEN UND ANTON KARYA ERICH KÄSTNER

(ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA) Oleh

Ely Rusliawati ABSTRAK

(20)

penelitian ini berupa kata, frasa, dan kalimat dalam roman Pünktchen Und Anton

karya Erich Kästner. Penulis belum mampu memberikan kesimpulan hasil penelitian karena masih dalam proses penelitian.

Sumber data penelitian ini adalah roman Pünktchen Und Anton karya Erich Kästner yang diterbitkan oleh Dressler Verlag GmbH di Hamburg tahun 2013, ISBN 978-3-7915-3014-7

Referensi

Dokumen terkait

itu. Caranya dengan isu partai koalisi". Berbahasa dengan orang lain tentulah memilih kata-kata yang tepat agar pemyataan yang disampaikan dapat diterima.. dengan

metode pembelajaran cooperative tipe two stay two stray berbasis multimedia telah meningkatkan proses dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI kelas

 Understand the changing state of your client’s data to determine an appropriate backup

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) terhadap harga saham pada perusahaan makanan dan minuman yang

Hasil analisis Hipotesis 1 diketahui bahwa nilai t hitung sebesar -5,871 dengan tingkat signifikansi 0,000 jauh dibawah 0,05 sehingga hasil analisis tersebut dinyatakan

Alhamdulilah hirobil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

We will certainly offer the best means and also recommendation to get guide 100 Edible Mushrooms By Michael Kuo Even this is soft data book, it will be simplicity to lug 100

Yang mana hal itu tidak hanya merubah kebijakan pendidikan nasional, tetapi juga menuntut diadakannya penuisan kembali UU Pendidikan