INTERAKSI IBU DENGAN ANAK USIA DINI DALAM PROSES PENGENALAN TULISAN MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN
NASKAH PUBLIKASI
Disusun oleh: SU’AD JAUHAROH F 100 100 210 / G 000 100 210
TWINNING PROGRAM
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
ii
INTERAKSI IBU DENGAN ANAK USIA DINI DALAM PROSES PENGENALAN TULISAN MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam
Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi dan Pendidikan Agama Islam
Disusun oleh:
SU’AD JAUHAROH
F 100 100 210/ G 000 100 210
TWINNING PROGRAM
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
INTERAKSI IBU DENGAN ANAK USIA DINI DALAM PROSES PENGENALAN TULISAN MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN
Su’ad Jauharoh Lisnawati Ruhaena
Chusniatun
suadjauharoh27@gmail.com
Fakultas Psikologi dan Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta
Abstract. Interaction in the process of letters recognition occur on a reciprocal basis. The mother attempting to help the child to actively involved emotionally and mind without assert wish child, thus the information that the mother gave could be received and responded well and easily. This study aims to describe the interaction of mothers and children happen during letters recognition activity using learning media. Qualitative method in the form of interview and observation used in this study. Three pairs of mother and child (aged 2-5 years) involved in this study by performing letters recognition using learning media such as lettered cards, picture books, and AISM books. The results of this study indicate that there is an explanation in writing recognition, motivation, praise, touch and affection in the mother-child interaction during the process. Mother tried to instill joy and happiness, give reward and encourage children kidding as the interaction pattern Prophet Mohammad demonstrated. The supporting factor of the interaction in the process of letters recognition is the instructional media used, while the inhibiting factor is the child's mood.
Keywords: mother child interaction, the introduction of writing (letters and words),
learning media.
Abstrak. Interaksi dalam proses pengenalan tulisan berlangsung secara timbal balik. Ibu berusaha membantu anak agar terlibat aktif secara emosi dan pikirantanpa memaksakan kemauan anak, sehingga dapat mudah menerima informasi yang ibu berikan dan anak dapat merespon ibu dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana interaksi ibu dan anak usia dini dalam proses pengenalan tulisan menggunakan media pembelajaran. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu dengan menggunakan wawancara dan observasi. Subjek penelitian berjumlah 3 pasang ibu dan anak, yaitu ibu yang memiliki anak berumur 2-5 tahun dan memberikan pembelajaran pengenalan tulisan menggunakan media pembelajaran yaitu media kartu huruf, media buku cerita bergambar dan buku AISM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di dalam proses interaksi antara ibu dan anak pada pengenalan tulisan terdapat penjelasan, motivasi, pujian, sentuhan dan kasih sayang. Ibu berusaha menanamkan keceriaan dan kebahagiaan, memberi reward dan mengajak anak bercanda. Hal tersebut sesuai dengan pola interaksi yang Rasulullah SAW contohkan. Faktor pendukung interaksi dalam proses pengenalan tulisan adalah media pembelajaran yang dipakai, sedangkan faktor penghambatnya adalah suasana hati anak.
Kata kunci : interaksi ibu dengan anak, pengenalan tulisan (huruf dan kata),
1 PENDAHULUAN
Sebagai ibu dari anak-anaknya, mempunyai tugas untuk bertanggung jawab atas perkembangan intelektual anak, begitu besarnya peran seorang perempuan yang bertindak sebagai ibu dalam rumah tangga sampai sebuah syair menyatakan :
“Seorang ibu bagaikan sebuah sekolah. Apabila engkau mempersiapkan sekolah ini dengan baik.
Engkau telah mempersiapkan sebuah generasi yang baik penuh dengan mutiara yang berharga” (Hafizh, 1997).
Dewasa ini, kesibukan orang tua (ibu) semakin meningkat dikarenakan oleh pekerjaan, kegiatan rumah tangga, aktifitas sosial dan berbagai kesibukan lainnya. Dengan berbagai kegiatan yang harus dilakukan oleh ibu, maka waktu untuk berinteraksi dengan anak pun berkurang. Interaksi ibu dengan anak ditentukan oleh seberapa berkualitasnya kebersamaan yang terjalin di antara mereka (Ingranurindani, 2010). Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Organisation for Economic
Co-operation and Development selama 11
tahun (1998-2009) di 21 negara menyebutkan bahwa di Australia seorang ibu menghabiskan waktu bersama anaknya sebesar 236 menit per hari, di Eropa 21 menit per hari, dan di Amerika 94 menit per hari (Bella Ingranurindani, 2010). Meskipun ibu sibuk dengan pekerjaannya, namun bila ia dapat memanfaatkan waktu untuk berinteraksi dengan baik bersama anak, hasilnya akan lebih optimal.
Dalam mengenalkan aktivitas membaca awal pada anak, sangat penting bagi pendidik untuk mengetahui pola interaksi yang sesuai dengan anak. Oleh karenanya seorang pendidik harus
mampu melihat dengan jeli
perkembangan anak baik secara fisik maupun psikis sehingga dapat menentukan pemberian stimulasi dengan menggunakan interaksi yang baik dan tepat. Interaksi sosial dapat meningkatkan kemunculan kemampuan membaca. Anak akan lebih mungkin menjadi pembaca dan penulis yang baik jika selama masa prasekolah dirangsang oleh orang tuanya dengan tantangan untuk menceritakan hal yang diketahui anak (Papalia, 2009).
Interaksi adalah satu pertalian sosial antar individu sedemikian rupa sehingga individu yang bersangkutan saling mempengaruhi satu sama lainnya (Chaplin, 2011). Dalam hubungan antara orang tua dengan anak akan terjadi interaksi. Dalam interaksi itu orang tua berusaha mempengaruhi anak untuk terlibat secara pikiran dan emosi untuk memperhatikan apa yang akan disampaikan. Anak mungkin berusaha menjadi pendengar yang baik dalam menafsirkan pesan-pesan yang akan disampaikan oleh orang tua (Djamarah, 2004).
Interaksi orang tua-anak bersifat timbal balik (reciprocal socialization) yaitu sosialisasi yang bersifat dua arah. Artinya, anak-anak mensosialisasikan orang tua seperti halnya orang tua mensosialisasikan anak-anak (Santrock, 2012). Sebuah bentuk yang penting dari sosialisasi timbal-balik adalah
Scaffolding, yakni dukungan sementara
2
orang dewasa lainnya terhadap anak sampai anak itu bisa melakukannya sendiri. Scaffolding juga digunakan untuk meningkatkan keterampilan literasi anak. Ibu bertanya, merespons pertanyaan, serta membangun ide-ide yang dihasilkan oleh anak (Papalia, 2009).
Terdapat empat faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial yaitu dalam (Setiadi, 2011) :
1. Imitasi, yaitu meniru tindakan orang lain, yang dimulai sejak bayi.
2. Sugesti, yaitu suatu proses dimana seorang individu
menerima suatu cara
penglihatan atau pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu.
3. Identifikasi, yaitu
kecenderungan atau keinginan untuk mempersamakan dirinya dengan orang lain.
4. Simpati, yaitu faktor tertariknya seseorang atau sekelompok orang terhadap orang atau kelompok orang yang lain.
Aspek-aspek dalam proses interaksi sosial menurut George C. Homans dalam (Santoso, 2010) :
a. Motif/tujuan yang sama b. Suasana emosional yang sama c. Ada aksi/interaksi
d. Proses segi tiga dalam interaksi sosial (aksi, interaksi, dan sentimen)
e. Dipandang dari sudut totalitas, setiap anggota kelompok berada dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan secara terus-menerus
f. Hasil penyesuaian diri tiap-tiap anggota kelompok terhadap lingkungannya tanpa tingkah laku anggota kelompok yang seragam.
Pola interaksi yang baik telah dipraktikkan juga oleh Rasulullah saw dalam mendidik anak, yaitu dalam (Suwaid, 2013) :
1. Berbicara sesuai kapasitas akalnya 2. Mengajak dialog dan diskusi anak
dengan kepala dingin dan lemah lembut
3. Menanamkan keceriaan dan
kebahagiaan 4. Memotivasi anak
5. Memberikan pujian dan sanjungan 6. Memberikan pengulangan
7. Memanggil dengan panggilan yang baik
Mengenal huruf adalah kegiatan yang melibatkan unsur auditif (pendengaran) dan visual (pengamatan). Kemampuan mengenal huruf dimulai ketika anak senang mengeksplorasi buku dengan cara memegang atau membolak-balik buku. Depdiknas (dalam winarsih, 2012).
Pola interaksi yang baik dan media pembelajaran yang tepat akan mempermudah dan memperlancar proses pengenalan tulisan berlangsung, sehingga anak akan merasa nyaman dan dapat menerima informasi pengetahuan dari ibu dengan baik.
3
Maka dari itu muncul
pertanyaan penelitian, yaitu : “Bagaimana interaksi ibu dengan anak usia dini dalam proses pengenalan
tulisan menggunakan media
pembelajaran?”
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana interaksi ibu dengan anak usia dini dalam proses pengenalan tulisan menggunakan media pembelajaran.” Dalam hal ini mencakup bagaimana stimulasi yang ibu berikan dan respon anak selama berinteraksi dalam proses pengenalan tulisan menggunakan media pembelajaran berlangsung.
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif fenomenologis dengan maksud untuk memahami interaksi ibu dengan anak usia dini dalam proses pengenalan
tulisan menggunakan media
pembelajaran. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, karena dengan metode kualitatif ini sehingga dapat mendiskripsikan secara detail interaksi ibu dan anak usia dini dalam proses pengenalan tulisan menggunakan media pembelajaran. Meliputi pola interaksi ibu dengan anak, faktor pendukung dan penghambat interaksi.
Informan dalam penelitian ini berjumlah 3 pasang ibu dan anak yang dipilih secara purposive yaitu penentuan informan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
Karakteristik informan dalam penelitian ini adalah ibu dan anak yang
berdomisili di kabupaten Boyolali dan Sukoharjo, yaitu ibu yang memiliki anak berumur 2-5 tahun dan memberikan
pembelajaran pengenalan tulisan (huruf dan kata) menggunakan media pembelajaran yaitu media kartu huruf
(flashcard), media buku cerita
bergambar dan buku latihan membaca AISM.
Flashcard adalah media visual
(2 dimensi) berupa kartu yang sudah diberi tulisan dan kartu itu disertakan gambar dari kata yang dimaksud. Media Buku Cerita Bergambar (cergam) merupakan media komunikasi yang memadukan aspek visual (gambar) dan verbal (teks) dengan penyusunannya yang lebih variatif, dapat saling berjajar ataupun terpisah dalam halaman-halaman sendiri. Buku Anak Islam Suka Membaca (AISM) ini merupakan buku metode belajar membaca bagi anak-anak yang praktis dan mudah dipelajari. Buku ini membahas satu per satu suku kata yang perlu di ajarkan, mulai dari suku kata bervokal, tidak langsung menuliskan ba-bi-bu-be-bo (seperti buku yang lain).
4
HASIL DAN PEMBAHASAN Adapun karakteristik informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Menurut vygotsky, anak-anak menyusun pengetahuan melalui interaksi sosial dengan orang dewasa. Dalam teori Vygotsky juga menyatakan bahwa orang tua (ibu) bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing, alih-alih sebagai pemimpin dan pencetak pembelajaran (Papalia, 2009). Hal ini sesuai dengan hasil interview dan observasi pada ketiga informan bahwa dalam proses pengenalan tulisan, ibu selalu mendampingi anak dan berinteraksi
memberikan penjelasan dalam
menenalkan huruf dan kata serta berusaha menjadi fasilitator yang baik untuk anak sehingga anak mengerti tentang tulisan yang dipelajari.
Interaksi orang tua-anak bersifat timbal balik (reciprocal socialization) yaitu sosialisasi yang bersifat dua arah. Sebuah bentuk yang penting dari sosialisasi timbal-balik adalah
Scaffolding yaitu teori yang telah
dipaparkan oleh Vygotsky, yakni orang tua berinteraksi sedemikian rupa sehingga anak memiliki pengalaman bergiliran dengan orang tuanya.
Scaffolding meliputi perilaku orang tua
yang mendukung usaha anak-anak, memungkinkan mereka untuk lebih terampil dibandingkan apabila mereka hanya bergantung pada kemampuan
mereka sendiri. Ketika menggunakan
scaffolding, pengasuh (ibu) memberikan
kerangka kerja yang positif dan timbal balik untuk berinteraksi antara dirinya dan anaknya (Santrock, 2012). Hal ini sesuai dengan hasil interview dan observasi pada ketiga informan bahwa dalam proses pembelajaran pengenalan tulisan, terdapat timbal balik positif antara ibu dan anak. Ketika ibu berusaha mempengaruhi anak melalui pikiran dan emosi agar fokus memperhatikan penjelasan ibu, anak senantiasa merespon dengan baik dan kembali bertanya kepada ibu mengenai hal yang dibahas.
Scaffolding adalah dukungan sementara yang diberikan oleh orang tua, guru, dan orang dewasa lainnya terhadap anak sampai anak itu bisa melakukannya sendiri. Scaffolding juga digunakan untuk meningkatkan keterampilan literasi anak. Ibu bertanya,
merespons pertanyaan, serta
membangun ide-ide yang dihasilkan oleh anak (Papalia, 2009). Selain itu, penggunaan dialog sebagai alat scaffolding merupakan salah satu contoh Tabel 1. Karakteristik Informan Penelitian
No Nama Usia Profesi Ket
1 D 34 Thn Karyawan Swasta Ibu yang mengajarkan anak pengenalan tulisan menggunakan media AISM
2 E 26 Thn Guru Ibu yang mengajarkan anak pengenalan
tulisan menggunakan media Buku cerita bergambar
3 E 33 Thn Guru Ibu yang mengajarkan anak pengenalan
5
penting peran bahasa didalam perkembangan anak. Menurut Vygotsky, tujuan dari percakapan yang dilakukan anak-anak sebetulnya tidak hanya untuk melakukan komunikasi sosial namun juga untuk membantu mereka dalam menyelesaikan tugas (mengenal tulisan) (Santrock, 2012). Teori diatas sesuai dengan hasil penelitian bahwa, selama proses interaksi dalam pengenalan tulisan ibu memberikan penjelasan, berdialog dan berdiskusi dengan anak agar pikiran anak semakin berkembang serta bercerita sebagai penjelasan kata dan dikaitkan pada kehidupan nyata agar anak mudah meresap informasi yang ibu berikan dan mengingatnya dengan mudah serta menjadikan anak cepat mudah mengenali tulisan (huruf dan kata). Anak merespon ibu sembari menanyakan kembali kepada ibu setelah ibu menjelaskan. Ibu memberikan
pengulangan dan anak dapat
menjawabnya.
Para peneliti yang dipengaruhi oleh teori sosiokultural Vygotsky juga mengemukakan sebuah model interaksi sosial (social interaction model), yang menampung ingatan autobiografis anak yang dibangun secara kolaboratif dengan orang tua atau orang dewasa lain ketika mereka membicarakan kejadian-kejadian yang dialami bersama (Papalia, 2009). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian pada informan ketiga bahwa Informan ke-tiga mengenalkan tulisan pada anak dengan mengaitkan kata yang ada di kartu dengan objek dalam kehidupan sehari-hari sehingga anak mudah mengingat tulisannya.
Scaffolding dapat membantu orang tua dan guru secara efisien memandu kemajuan kognitif anak. Makin anak tidak mampu mengerjakan
sesuatu, makin banyak arahan yang harus diberikan oleh orang dewasa. Ketika anak sudah bisa melakukan lebih banyak, orang dewasa membantu lebih sedikit (Papalia, 2009). Seperti dalam pengenalan tulisan, terjadi interaksi yaitu bentuk scaffolding ibu kepada anak yang dimana ibu selalu memberikan arahan dan berusaha mempengaruhi anak agar terlibat secara pikiran dan emosi sehingga dapat fokus memperhatikan apa yang akan disampaikan dengan selalu menanamkan keceriaan pada anak, memotivasi, memberikan sanjungan atau pujian, bercanda serta sentuhan kasih sayang sehingga anak kembali ceria dan mau belajar serta fokus pada pembelajaran. Anak merespon ibu dengan baik dan mau untuk fokus memperhatikan ibu.
6
mempengaruhi anak sehingga anak merasakan kasih sayang dari ibu dan menjadikan anak nyaman serta semangat kembali dan mau fokus pada pembelajara, anak merespon sentuhan yang ibu berikan dengan baik, anak terlihat bahagia dan nyaman dengan ibu.
Sebagai umat islam, kita memiliki panutan dalam mendidik anak yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan contoh pola interaksi yang baik dan tepat bagi anak usia dini, seperti yang telah diungkapkan oleh Suwaid (2013) bahwa pola interaksi yang baik telah dipraktikkan juga oleh Rasulullah saw dalam mendidik anak, yaitu:
1. Berbicara sesuai kapasitas akalnya
2. Mengajak dialog dan diskusi anak dengan kepala dingin dan lemah lembut
3. Menanamkan keceriaan dan kebahagiaan
4. Memotivasi anak
5. Memberikan pujian dan
sanjungan
6. Memberikan pengulangan 7. Memanggil dengan panggilan
yang baik
Ungkapan diatas sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa pola interaksi yang digunakan dalam proses pengenalan tulisan yaitu secara verbal dan non verbal yang mudah diterima anak dan dapat menjadikan anak lebih berfikir namun tidak memaksakan kehendak anak, ibu selalu menyesuaikan kehendak anak. Interaksi secara verbal yang ibu berikan yaitu seperti memulai interksi dengan panggilan yang baik, menstimulasi dengan nyanyian, memberikan arahan pada anak, memberikan penjelasan mengenai
tulisan sesuai kapasitas akal anak, berdiskusi dengan anak mengenai kata yang dibahas dengan bercerita, mebuat anak menjadi fokus dan semangat dengan memberikan pujian, sentuhan, tanya jawab dan pemberian reward, mengajak anak bercanda agar anak tidka mudah bosan, sera selalu memotivasi anak dengan memberikan pujian dan reward serta memberi pengulangan pada anak agar anak mudah mengingat. Anak merespon ibu dengan baik, terjadi timbal balik yang positif antara keduanya. Menurut ketiga informan, Interaksi yang baik yaitu dengan penjelasan sesuai kapasitas akal anak, dengan menggunakna kalimat-kalimat positif, sentuhan, reward, kasih sayang dan tidak memaksakan anak.
Dalam penelitian ini,
7
sebagai penjelasan dari kata yang dimaksud.
Dari hasil penelitian
menyebutkan bahwa dari ketiga media pembelajaran yang memiliki stimulus yang berbeda tersebut telah mempengaruhi pola interaksi ibu dengan anak. Yaitu ibu yang memberikan pengenalan tulisan menggunakan media buku AISM terlihat lebih pasif dalam berinteraksi dengan anak, ibu hanya melihat anak yang sedang membaca dan membetulkan ketika ucapan anak salah, ibu menjadi pasif juga karena media yang hanya terdapat stimulus rangkaian huruf saja dan kurang mendorong untuk terjadinya interkasi. Sedangkan ibu yang menggunakan media buku cerita terlihat sangat aktif dengan menanyakan kepada anak mengenai gambar yang ada di buku, warna gambar tersebut serta tulisan dan membacakan ceritanya untuk anak, sehingga anak lebih banyak merespon ibu. Ibu juga memberikan stimulasi nyanyian dalam proses pengenalan tulisan, serta ide pemberia reward yang unik dengan memberikan gambar star pada tangan anak. Namun ibu juga masih terlihat sedikit direktif, yaitu ada sedikit kecenderungan untuk mengarahkan anak sesuai kemauan ibu. Lain halnya dengan ibu yang menggunakan media kartu huruf (Flashcard) ibu terlihat aktif dalam berinteraksi dengan anak melalui stimulus yang ada di kartu dengan mennjukkan gambar, huruf dan kata serta menanyakan juga dan mengajak diskusi anak mengenai gambar yang ada di kartu. Dalam memberikan penjelasan, ibu memberikan penjelasan huruf melalui gambar yang ada di kartu seperti gambar ikan dengan menyuarakan huruf “i” pada gambar ikan “i” “iiiikaan” dan
“p” pada gambar puding dan menjelaskannya dengan mengaitkannya pada kehidupan keseharian anak yang dilalui bersama oleh ibu.
Uraian diatas merupakan bentuk scaffolding yaitu dukungan sementara untuk membantu anak mengenal tulisan. Semakin banyak stimulus yang ada pada media pembelajaran tersebut akan semakin menarik ibu untuk memberikan bentuk scaffolding yang bervariasi pada anak yaitu berupa intensitas interaksi yang banyak. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh (Papalia, 2009) bahwa Scaffolding adalah dukungan sementara yang diberikan oleh orang tua, guru, dan orang dewasa lainnya terhadap anak sampai anak itu bisa melakukannya sendiri. Scaffolding juga digunakan untuk meningkatkan keterampilan literasi anak. Ibu bertanya, merespons pertanyaan, serta membangun ide-ide yang dihasilkan oleh anak.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data mengenai interaksi ibu dengan anak usia dini dalam proses pengenalan tulisan menggunakan media pembelajaran yang telah dilakukan pada ketiga informan dapat ditarik kesimpulan bahwa ibu berperan sebagai fasilitator untuk anak dalam pengenalan tulisan, yang mana ibu selalu
mendampingi dan memberikan
8
rangkaian huruf yang mana anak hanya mengeja dan ibu hanya memantau dan membenarkan ketika salah. Sedangkan ibu yang menggunakan media buku cerita dan kartu huruf (Flashcard) terlihat lebih aktif dalam berinteraksi didukung oleh stimulus yang ada pada media tersebut yang terdiri dari huruf, kata, dan gambar yang memiliki warna yang bervariasi. Faktor pendukung dari interaksi ini adalah media pembelajaran yang dianggap menarik, sedangkan faktor penghambatnya adalah suasana hati anak yang mudah berubah.
Pola interaksi dalam pengenalan tulisan menggunakan ketiga media pembelajaran memiliki perbedaan dan keunggulan masing-masing.
a. Informan pertama yaitu yang menggunakan media pembelajaran buku AISM terlihat lebih pasif dan direktif karena media yang kurang mendukung untuk terjadinya banyak interaksi antara ibu dan anak. Ibu
selalu mengutamakan
kesabaran dalam
menghadapi anak.
b. Informan kedua yaitu yang
menggunakan media
pembelajaran buku cerita bergambar sangat aktif dalam berinteraksi dengan anak, ibu menggunakan stimulasi nyanyian untuk mengenalkan huruf pada anak dan memiliki ide unik dalam memberikan reward pada anak serta lebih sering
memberikan sentuhan
usapan, ciuman sambil berbisik kepada anak,
menasehati agar fokus pada pembelajaran.
c. Informan ke-tiga yaitu yang
menggunakan media
pembelajaran kartu huruf (Flashcard) terlihat cukup aktif dalam berinteraksi
dengan anak karena
didukung pula oleh media. Ibu selalu memberikan penjelasan pada anak mengenai huruf dan tulisan yang dibahas dengan cara
mengaitkannya pada
kehidupan nyata yang sering dialami anak bersama-sama, sehingga memudahkan anak mengingat dan membentuk struktur ingatan yang tajam.
Namun ibu kurang
memunculkan ekspresi keceriaan dari raut wajah ibu sendiri dan tidak
memberikan sentuhan
selama observasi
berlangsung.
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan maka terdapat beberapa saran, yaitu:
1. Bagi ibu lebih baik memilih media pembelajaran yang menarik perhatian anak tanpa
menghilangkan unsur
9
ide-ide atau cara-cara yang unik dalam menghadapi anak ketika mood anak sering berubah. 2. Bagi ibu agar tidak bersifat
direktif atau cenderung mengarahkan anak sesuai kemauan ibu dalam proses mengenalkan tulisan pada anak. 3. Bagi peneliti selanjutnya,
diharapkan menganalisis lebih dalam lagi mengenai hasil penelitian interaksi antara ibu dan anak khususnya dalam proses pembelajaran ini.
Diharapkan juga dapat
DAFTAR PUSAKA
Chaplin, J.P. (2011). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Djamarah, S B. (2004). Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hafizh, M. (1997). Mendidik Anak Bersama Rasulullah. Bandung : Al-Bayan.
Ingranurindani, B. (2010). Hubungan Antara Hardiness dengan Strategi Regulasi Emosi
Secara Kognitif pada Ibu Bekerja. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia. Jakarta.
Papalia, D E dkk. (2009). Human Development (Perkembangan Manusia). Jakarta: Salemba Humanika.
Prasetyono, D S. (2008). Rahasia Mengajarkan Gemar Membaca Pada Anak Sejak Dini. Jogjakarta : DIVA Press.
Santrock. J.W. (2012). Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sadiman, A.S. (1986). Media Pendidikan: Pengeratian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta: Cv. Rajawali.
Santoso, S. (2010). Teori-teori Psikologi Sosial. Surabaya: PT Refika Aditama.
Suwaid, M. (2013). Cinta Nabi Untuk Si Buah Hati. Solo: Pustaka Arafah.
Sudono, A. (2006). Sumber Belajar dan Alat Permainan (Untuk Pendidikan Usia Dini). Jakarta: PT Grasindo.
Setiadi, E M. 2011. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Syahid. (2008). Urgensi Pemberian Stimulasi Dini pada Anak. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro Semarang.
Winarsih. (2012). Meningkatkan Kemampuan Mengenal Huruf Melalui Permainan
Media Kartu Huruf Bagi Kelompok A TK Mutiara Bangsa Surabaya. Skripsi.