• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSISTENSI PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFES docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EKSISTENSI PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFES docx"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya merupakan sebuah media pengembangan potensi individu sebagai seorang peserta didik. Dalam ruang lingkup pendidikan, adapun keberadaan seorang guru adalah suatu komponen yang sangat fundamental guna menjadi pelaksana utama terjadinya proses pendidikan di sekolah. Guru adalah pendidik profesional. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Untuk itu, guru dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik minimal Sarjana atau Diploma IV (S1/D-IV) yang relevan dan menguasai kompetensi sebagai agen pembelajaran. Sebagai pendukung undang-undang tersebut pemerintah juga membuat kebijakan tentang pengadaan program pengembangan keprofesionalime guru (PKB) sebagai upaya pencapaian tuntutan profesi seorang guru.

Selain keberadaan program PKB, dalam makalah ini juga membahas mengenai gambaran mutu pendidikan indonesia dilihat dari ketentuan Standar Nasional Pendidikan. Mutu pendidikan merupakan implikasi dari pelaksanaan proses pendidikan di sekolah. Apabila proses yang dilaksanakan baik dan sesuai dengan ketentuan standar pendidikan, maka diharapkan mutu pendidikan akan baik pula. Untuk itu dalam pembahasan makalah ini kami menyajikan gambaran mutu pendidikan indonesia sebagai cerminan proses pendidikan di indonesia yang kurang sesuai dengan apa yang diharapkan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dalam makalah ini ada;ah sebagai berikut:

(2)

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui:

(3)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengembangan Keprofesian Guru (PKB) 1. Pengembangn Profesian Guru

Pengembangan profesian guru merupakan tindak lanjut dari upaya pencapaian standar kompetensi guru yang ditetapkan oleh pihak permerintah sesuai dengan peraturan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Dalam peraturan tersebut, seorang guru harus memiliki kriteria kompetensi yang baik dalam segi ranah pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial. Oleh karena itu, program PKB adalah sarana guru dalam kebijakan pemerintah sebagai tindakan realisasi peraturan tersebut.

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara dan Pendayagunakan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang dimaksudkan pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah pengembangan kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, bertahap, berkelanjutan untuk meningkatkan profesionalitasnya. Guru Pertama dengan pangkat Penata Muda golongan ruang IIIa sampai dengan pangkat pembina Utama golongan ruang IV e wajib melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan yaitu pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan/atau pengembangan karya inovati. [ CITATION Suk \l 1057 ]

(4)

profesional mereka. PKB mencakup gagasan bahwa individu selalu bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan profesional mereka di luar apa yang mereka dapatkan dalam pelatihan dasar yang mereka terima ketika pertama kali melakukan pekerjaan tersebut.

Tujuan Utama dari pengembangan profesional guru melalui PKB adalah peningkatan pembelajaran siswa. Pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) ini penting karena berkaitan dengan : (1) optimalisasi pelayanan terhadap klien dalam hal ini siswa; (2) bukti dari profesionalisme; (3) prasyarat pekerjaan; (4) meningkatkan keterampilan kerja guru secara individual; (5) memperluas pengalaman guru untuk keperluan perkembangan karir atau promosi;(6) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman profesional guru secara individual; (7) meningkatkan pendidikan pribadi atau pendidikan umum individu guru; (8) membuat guru merasa dihargai; (9) meningkatkan rasa puas terhadap pekerjaan; (10) meningkatkan pandangan positif mengenai pekerjaan; (11) memungkinkan guru mengantisipasi dan bersiap untuk menghadapi perubahan; (12) mengklarifikasi keseluruhan kebijakan sekolah atau departemen. [ CITATION Muh13 \l 1057 ]

Upaya mewujudkan guru sebagai profesi dalam arti yang sebenar-benarnya harus menjadi bagian dari obsesi masyarakat profesi guru itu sendiri, sebagai bagian dari tanggung jawab moral kepada masyarakat sebagai klien. Untuk itu asosiasi profesi guru harus menjadi garda terdepan dalam perjalanan membangun profesionalisme guru yang diidamkan karena CPD/PKB merupakan cara agar guru tetap bisa menjaga dan meningkatkan keprofesiannya. Selain itu perlu dukungan penuh dari para manajemen yang terkait dengan CPD/PKB guru, yaitu Kepala Dinas Pendidikan, Kepala sekolah, dan pemangku kepentingan lainnya.

(5)

Berdasarkan UU SISDIKNAS no. 20 tahun 2003menyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilikikekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat”. Sesuai dengan pernyataan undang-undang tersebut, bahwa pada dasarnya pendidikan memiliki kontribusi penuh terhadap pengembangan potensi individu sebagai peserta didik. Keterkaitan sebab-akibat yang terjadi dalam pendidikan antara proses belajar dengan hasil belajar merupakan konsep dari sebuah pendidikan tersebut.

Hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh seorang individu setelah melakukan proses belajar dalam pendidikan. hasil belajar berkaitan erat dengan standar kualitas yaitu mutu pendidikan. Mutu Pendidikan adalah kemampuan sekolah dalam pengelolaan secara operasional dan efesien terhadap komponen-komponen yang berkaitan dengan sekolah, sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut norma atau standar yang berlaku[ CITATION Mut12 \l 1057 ]

2. Standar Mutu Pendidikan.

(6)

BAB III PEMBAHASAN

A. Eksistensi Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Penetapan Permenneg Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) dan Reformasi birokrasi (RB) Nomor 16 tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, dilatarbelakangi bahwa guru memiliki peran strategis dalam meningkatkan proses pembelajaran dan mutu peserta didik. Perubahan mendasar yang terkandung dalam Permenneg PAN dan RB Nomor 16 tahun 2009 dibandingkan dengan regulasi sebelumnya, di antaranya dalam hal penilaian kinerja guru yang sebelumnya lebih bersifat administratif menjadi lebih berorientasi praktis, kuantitatif, dan kualitatif, sehingga diharapkan para guru akan lebih bersemangat untuk meningkatkan kinerja dan profesionalitasnya. Dalam Permenneg PAN dan RB ini, jabatan fungsional terdiri dari empat jenjang, yaitu Guru Pertama, Guru Muda, Guru Madya, dan Guru Utama.

(7)

Gambar 1. sistem pembinaan dan pengembangan guru

PKB dikembangkan atas dasar profil kinerja guru sebagai perwujudan hasil PK Guru dan didukung dengan hasil evaluasi diri. Apabila hasil PK Guru masih berada di bawah standar kompetensi yang ditetapkan atau berkinerja rendah, maka guru diwajibkan untuk mengikuti program PKB yang diorientasikan sebagai pembinaan untuk mencapai kompetensi standar yang disyaratkan. Sementara itu, guru yang hasil penilaian kinerjanya telah mencapai standar kompetensi yang disyaratkan, maka kegiatan PKB diarahkan kepada pengembangan kompetensi agar dapat memenuhi tuntutan masa depan dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya sesuai dengan kebutuhan sekolah dalam rangka memberikan layanan pembelajaran yang berkualitas kepada peserta didik.

(8)

1. Tujuan PKB

Secara umum, keberadaan PKB bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan di sekolah/madrasah yang berimbas pada peningkatan mutu pendidikan. Secara khusus, tujuan PKB disajikan berikut ini;

a) Meningkatkan kompetensi guru untuk mencapai standar kompetensi yang ditetapkan.

b) Memutakhirkan kompetensi guru untuk memenuhi kebutuhan guru dalam memfasilitasi proses belajar peserta didik dalam memenuhi tuntutan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni di masa mendatang.

c) Mewujudkan guru yang memiliki komitmen kuat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai tenaga profesional.

d) Menumbuhkan rasa cinta dan bangga sebagai penyandang profesi guru. e) Meningkatkan citra, harkat, dan martabat profesi guru di masyarakat.

Manfaat PKB bagi peserta didik yaitu memperoleh jaminan kepastian mendapatkan pelayanan dan pengalaman belajar yang efektif untuk meningkatkan potensi diri secara optimal, sehingga mereka memiliki kepribadian kuat dan berbudi pekerti luhur untuk berperan aktif dalam pengembangan iImu pengetahuan, teknologi dan seni sesuai dengan perkembangan masyarakat. Bagi guru hal ini dapat mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni serta memiliki kepribadian yang kuat sesuai dengan profesinya; sehingga selama karirnya mampu menghadapi perubahan internal dan eksternal dalam memenuhi kebutuhan belajar peserta didik menghadapi kehidupan di masa datang.

(9)

sehingga pemerintah dapat mewujudkan masyarakat Indonesia yang cerdas, kompetitif dan berkepribadian luhur.

PKB adalah bentuk pembelajaran berkelanjutan untuk memelihara dan meningkatkan standar kompetensi secara keseluruhan, mencakup bidang-bidang yang berkaitan dengan profesi guru. Dengan demikian, guru secara profesional dapat memelihara, meningkatkan, dan memperluas pengetahuan dan keterampilannya untuk melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu. Pembelajaran yang bermutu diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman peserta didik.

2. Pelaksanaan PKB

PKB mencakup kegiatan-kegiatan yang didesain untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan guru. Kegiatan dalam PKB membentuk suatu siklus yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi. Gambar 2. menunjukkan siklus kegiatan PKB bagi guru. Melalui siklus kegiatan pengembangan keprofesian guru secara berkelanjutan, diharapkan guru akan mampu mempercepat pengembangan pengetahuan dan keterampilan untuk peningkatan karirnya.

(10)

Kegiatan PKB untuk pengembangan diri dapat dilakukan di sekolah, baik oleh guru secara mandiri, maupun oleh guru bekerja sama dengan guru lain dalam satu sekolah. Kegiatan PKB melalui jaringan sekolah dapat dilakukan dalam satu rayon (gugus), antarrayon dalam kabupaten/kota tertentu, antarprovinsi, bahkan dimungkinkan melalui jaringan kerjasama sekolah antarnegara serta kerjasama sekolah dan industri, baik secara langsung maupun melalui teknologi informasi. Kegiatan PKB melalui jaringan antara lain dapat berupa: kegiatan KKG/MGMP; pelatihan/seminar/lokakarya; kunjungan ke sekolah lain, dunia usaha, industri, dan sebagainya; mengundang nara sumber dari sekolah lain, komite sekolah, dinas pendidikan, pengawas, asosiasi profesi, atau dari instansi lain yang relevan.

Jika kegiatan PKB di sekolah dan jaringan sekolah belum memenuhi kebutuhan pengembangan keprofesian guru, atau guru masih membutuhkan pengembangan lebih lanjut, kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan sumber kepakaran luar lainnya. Sumber kepakaran lain ini dapat disediakan melalui LPMP, P4TK, Perguruan Tinggi atau institusi layanan lain yang diakui oleh pemerintah, atau institusi layanan luar negeri melalui pendidikan dan pelatihan jarak jauh dengan memanfaatkan jejaring virtual atau TIK.

Dalam kaitannya dengan PKB ini, beberapa jenis pengembangan kompetensi dapat dilakukan oleh guru dan di sekolah mereka sendiri. Beberapa program dimaksud disajikan berikut ini.

1. Dilakukan oleh guru sendiri:

a. menganalisis umpan balik yang diperoleh dari siswa terhadap pelajarannya;

b. menganalisis hasil pembelajaran (nilai ujian, keterampilan siswa, dll); c. mengamati dan menganalisis tanggapan siswa terhadap kegiatan

pembelajaran;

d. membaca artikel dan buku yang berkaitan dengan bidang dan profesi; dan e. mengikuti kursus atau pelatihan jarak jauh.

2. Dilakukan oleh guru bekerja sama dengan guru lain: a. mengobservasi guru lain;

b. mengajak guru lain untuk mengobservasi guru yang sedang mengajar; c. mengajar besama-sama dengan guru lain (pola team teaching);

d. bersamaan dengan guru lain membahas dan melakukan investigasi terhadap permasalahan yang dihadapi di sekolah;

(11)

f. merancang persiapan mengajar bersama guru lain. 3. Dilakukan oleh sekolah :

a. training day untuk semua sumber daya manusia di sekolah (bukan hanya guru);

b. kunjungan ke sekolah lain; dan c. mengundang nara sumber dari sekolah lain atau dari instansi lain.

Satu hal yang perlu diingat dalam pelaksanaan pengembangan keprofesian berkelanjutan harus dapat mematuhi prinsip-prinsip seperti berikut ini.

a) Setiap guru di Indonesia berhak mendapat kesempatan untuk mengembangkan diri. Hak tersebut perlu diimplementasikan secara teratur, sistematis, dan berkelanjutan.

b) Untuk menghindari kemungkinan pengalokasian kesempatan pengembangan yang tidak merata, proses penyusunan program PKB harus dimulai dari sekolah. Sekolah wajib menyediakan kesempatan kepada setiap guru untuk mengikuti program PKB minimal selama tujuh hari atau 40 jam per tahun. Alokasi tujuh hari tersebut adalah alokasi minimal. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan/ atau sekolah berhak menambah alokasi waktu jika dirasakan perlu, termasuk penyediaan anggaran untuk kegiatan PKB.

c) Guru juga wajib berusaha mengembangkan dirinya semaksimal mungkin dan secara berkelanjutan. Alokasi waktu tujuh hari per tahun sebenarnya tidak cukup, sehingga guru harus tetap berusaha pada kesempatan lain di luar waktu tujuh hari tersebut. Keseriusan guru untuk mengembangkan dirinya merupakan salah satu hal yang diperhatikan dan dinilai di dalam kegiatan proses pembelajaran yang akan dievaluasi kinerja tahunannya. d) Proses PKB bagi guru harus dimulai dari guru sendiri.

e) Sebenarnya guru tidak bisa ‘dikembangkan’ oleh orang lain jika dia belum siap untuk berkembang. Pihak-pihak yang mendapat tugas untuk membina guru perlu menggali sebanyak-banyaknya dari guru tersebut (tentang keinginannya, kekhawatirannya, masalah yang dihadapinya, pemahamannya tentang proses belajar-mengajar, dsb) sebelum memberikan masukan/saran.

(12)

dirinya, baik dalam penguasaan materi, pemahaman konteks, keterampilan, dan lain-lain. Jenis pelatihan tradisional -- yaitu ceramah yang dihadiri oleh peserta dalam jumlah besar tetapi tidak melibatkan mereka secara aktif -- perlu dihindari.

3. Jenis-jenis PKB

PKB perlu dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai standar kompetensi dan/atau meningkatkan kompetensinya agar guru mampu memberikan layanan pendidikan secara profesional. Pencapaian dan peningkatan kompetensi tersebut akan berdampak pada peningkatan keprofesian guru dan berimplikasi pada perolehan angka kredit bagi pengembangan karir guru. Dalam Permenneg PAN dan RB Nomor 16 tahun 2009, terdapat tiga unsur kegiatan guru dalam PKB yang dapat din ilai angka kreditnya, yaitu: pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif.

1. Pengembangan Diri

Pengembangan diri pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru melalui kegiatan pendidikan dan latihan fungsional dan kegiatan kolektif guru yang dapat meningkatkan kompetensi dan/atau keprofesian guru. Dengan demikian, guru akan mampu melaksanakan tugas utama dan tugas tambahan yang dipercayakan kepadanya. Tugas utama guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan, sedangkan tugas tambahan adalah tugas lain guru yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah, seperti tugas sebagai kepala sekolah, wakil kepala sekolah, kepala laboratorium, dan kepala perpustakaan.

(13)

Kegiatan kolektif guru adalah kegiatan guru dalam mengikuti pertemuan ilmiah atau mengikuti kegiatan bersama yang dilakukan guru, baik di sekolah maupun di luar sekolah, dan bertujuan untuk meningkatkan keprofesian guru yang bersangkutan. Beberapa contoh bentuk kegiatan kolektif guru antara lain: (1) lokakarya atau kegiatan bersama untuk menyusun dan/atau mengembangkan perangkat kurikulum, pembelajaran, penilaian, dan/atau media pembelajaran; (2) keikutsertaan pada kegiatan ilmiah (seminar, koloqium, workshop, bimbingan teknis, dan diskusi panel), baik sebagai pembahas maupun peserta; (3) kegiatan kolektif lainnya yang sesuai dengan tugas dan kewajiban guru.

Beberapa contoh materi yang dapat dikembangkan dalam kegiatan pengembangan diri, baik dalam diklat fungsional maupun kegiatan kolektif guru, antara lain: (1) penyusunan RPP, program kerja, dan/atau perencanaan pendidikan; (2) penyusunan kurikulum dan bahan ajar; (3) pengembangan metodologi mengajar; (4) penilaian proses dan hasil pembelajaran peserta didik; (5) penggunaan dan pengembangan teknologi informatika dan komputer (TIK) dalam pembelajaran; (6) inovasi proses pembelajaran; (7) peningkatan kompetensi profesional dalam menghadapi tuntutan teori terkini; (8) penulisan publikasi ilmiah; (9) pengembangan karya inovatif; (10) kemampuan untuk mempresentasikan hasil karya; dan (11) peningkatan kompetensi lain yang terkait dengan pelaksanaan tugas-tugas tambahan atau tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah.

(14)

Hasil diklat fungsional dan kegiatan kolektif guru ini perlu didesiminasikan kepada guru- guru yang lain, minimal di sekolahnya masing-masing, sebagai bentuk kepedulian dan wujud kontribusi dalam peningkatan kualitas pendidikan. Kegiatan ini diharapkan dapat mempercepat proses peningkatan dan pengembangan sekolah secara utuh/menyeluruh. Guru bisa memperoleh penghargaan berupa angka kredit tambahan sesuai perannya sebagai pemrasaran/nara sumber.

2. Publikasi Ilmiah

(15)

3. Karya Inovatif

Karya inovatif adalah karya yang bersifat pengembangan, modifikasi atau penemuan baru sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah dan pengembangan dunia pendidikan, sains/teknologi, dan seni. Karya inovatif ini dapat berupa penemuan teknologi tepat guna, penemuan/peciptaan atau pengembangan karya seni, pembuatan/modifikasi alat pelajaran/peraga/praktikum, atau penyusunan standar, pedoman, soal dan sejenisnya pada tingkat nasional maupun provinsi.

Kegiatan PKB yang mencakup ketiga komponen tersebut harus dilaksanakan secara berkelanjutan, agar guru dapat selalu menjaga dan meningkatkan profesionalismenya, tidak sekadar untuk pemenuhan angka kredit. Oleh sebab itu, meskipun angka kredit seorang guru diasumsikan telah memenuhi persyaratan untuk kenaikan pangkat dan jabatan fungsional tertentu, guru tetap wajib melakukan kegiatan PKB.

B. Gambaran Mutu Pendidikan Di Indonesia

(16)

Pengelolaan, Standar Pembiayaan Pendidikan, Standar Penilaian Pendidikan Adapun Fungsi dan Tujuan Standar Nasional Pendidikan ini adalah :

1. Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.

2. Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

3. Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.

Mengacu pada 8 Standar Nasional Pendidikan diatas, maka ulasan berikut akan menjelaskan tentang gambaran implementasinya di lapangan pendidikan.

a. Standar Kompetensi Lulusan

(17)

pernyataan Jusuf Kalla berdasarkan Tim analisis komparatifnya tentang Mutu Pendidikan Indonesia saat menjabat sebagai Menko Kesra pada 2003 dan sewaktu menjabat Wakil Presiden, beliau menemukan fakta bahwa ;

 Tingkat kesukaran ujian akhir jenjang SD di Malaysia untuk Bahasa Inggris relatif sebanding dengan kesukaran ujian akhir jenjang SLTA di Indonesia.

 Tingkat kesukaran IPA dan Matematika jenjang SLTP relatif sama dengan jenjang SLTA.

 Standar kelulusan nasional Malaysia dengan tingkat kesukaran tersebut pada 2003 adalah 6, sedangkan Indonesia 3. Jika tiap tahun standar kelulusan dinaikkan 0,5, berarti mutu pendidikan Indonesia tertinggal 9-12 tahun dari Malaysia.

 Harus ada pengendalian mutu pendidikan dengan pemberlakuan standar ujian nasional. Sehingga ;

 Tidak ada toleransi kelulusan bagi mereka yang tidak melewati standar minimum dari sejumlah mata pelajaran yang diujikan.

Berbeda dengan Jusuf Kalla, Wakil Presiden Boediono pernah menyebutkan bahwa sampai saat ini Indonesia belum punya konsepsi yang jelas mengenai substansi pendidikan. Karena tak ada konsepsi yang jelas, timbullah kecenderungan untuk memasukkan apa saja yang dianggap penting ke dalam kurikulum. Akibatnya, terjadilah beban berlebihan pada anak didik. Bahan yang diajarkan terasa ”berat”, tetapi tak jelas apakah anak mendapatkan apa yang seharusnya diperoleh dari pendidikannya. Akibat dari kerisauan Wapres itu, tiba-tiba timbullah Proyek Perombakan Kurikulum KTSP menjadi Kurikulum 2013 yang terkesan dipaksakan.

(18)

Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi tersebut memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan. Tentang standar isi ini diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, menetapkan: Standar Isi, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk SD/MI, SDLB, SMP/MTs, SMPLB, SMA/MA, SMALB, SMK/MAK. Dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 14 Tahun 2007 tentang Standar Isi untuk Program Paket A, Program Paket B dan Program Paket C.

Dalam perjalanannya, Mutu Pendidikan Indonesia telah menerapkan enam kurikulum, yaitu Kurikulum 1968, 1975, 1984, 1994, 2004 atau KBK, dan terakhir KTSP yang dikeluarkan pemerintah melalui Permen Diknas Nomor 22 tentang Standar Isi, Permen Nomor 23 tentang Standar Kompetensi Lulusan, dan Permen Nomor 24 tentang Pelaksanaan kedua Permen tersebut.

Buchori , menyatakan ada sejumlah kelemahan draf Kurikulum 2013 yang perlu segera diperbaiki sebelum isinya diberlakukan. Beberapa kelemahan tersebut seperti;

 Belum adanya hasil analisis evaluasi pada penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang berlaku sebelumnya.

 Selama ini banyak guru kesusahan mengubah kebiasaan dari menerima isi kurikulum apa adanya lalu tiba-tiba diminta menyusun KTSP. Apalagi di kurikulum 2013 prinsipnya integrasi, banyak materi.

(19)

Menurut data dari Balitbang Kemenag RI , Standar Isi Pembelajaran terdiri dari tiga variabel yaitu kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar dan kalender akademik. Kerangka dasar dan struktur kurikulum yang diterapkan di MTsN yang dijadikan sasaran sebuah penelitian Balitbang Kemenag mencapai kategori kurang dengan rata-rata skor 2.8 atau sekitar 56% yang memenuhi SNP.

Hal ini mengindikasikan bahwa kerangka dasar dan struktur kurikulum yang diterapkan di MTsN belum sesuai SNP. Pada aspek beban belajar yang diterapkan di MTsN termasuk kategori cukup dengan rerata skor 3.1 atau sekitar 62% memenuhi SNP. Sedangkan dalam penyusunan kalender akademik di MTsN sasaran penelitian mencapai kategori cukup dengan rerata skor 3.1 atau sekitar 62 % memenuhi SNP. Ini berarti bahwa penyusunan kalender akademik di MTsN telah sesuai SNP. Dari dua pernyataan dalam indikator kalender akademik yaitu teknik penyusunan dan jadwal yang tersusun, satu indikator yaitu teknik penyusunan kalender akademik masuk kategori cukup dengan skor 3.3 dan satu indicator masuk kategori kurang dengan skor 2.9. Inilah gambaran implementasi Standar Isi Pendidikan di Indonesia.

c. Standar Proses

Sebagaimana tercantum dalam Permendiknas nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, itu mencakup proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Selain itu, dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan.

(20)

Untuk masalah yang pertama ini dapat dibagi ke dalam dua kategori: (a) kategori berat, yaitu keterbatasan yang menunjukkan ketidakberdayaan dalam menyusun perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Ketika penulis masih berada dibangku sekolah masih ada guru dengan model mengajarnya CBSA (catat buku sampai habis), bertahun-tahun guru tersebut mengajar di dalam kelas, tidak pernah melakukan variasi pembelajaran di luar kelas atau out door study. Demikian pula Silabus dan RPP didapati pada sebagian guru melakukan copy paste saja, sama sekali tidak menunjukkan kreatifitas yang signifikan untuk memenuhi standar proses itu sendiri. Inilah yang dilakukannya secara terus menerus sepanjang tahun; dan (b) kategori sedang. Relatif lebih baik dari yang pertama, mereka sudah mengetahui jenis-jenis pembelajaran mutakhir tetapi mereka masih mengalami kebingungan dan kesulitan untuk menerapkannya di kelas, mereka bisa mempraktikan satu atau dua metode pembelajaran mutakhir tetapi dengan berbagai kekurangan di sana-sini.

2. Masalah keterbatasan motivasi (kemauan).

Pada umumnya dari sisi kemampuan tidak ada kekurangan. Dalam implementasi standar prosesnya sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang pembelajaran mutakhir yang lumayan, tetapi kerap dihinggapi penyakit keengganan untuk mempraktikannya. Banyak pengetahuan dan keterampilan dari berbagai pelatihan dan workshop yang telah diikuti. Sepulangnya dari kegiatan pelatihan, semangat mereka begitu tinggi akan tetapi lambat laun semangatnya memudar dan akhirnya padam, kembali menggunakan cara-cara lama dalam melaksanakan proses pendidikan ini. Hasil pelatihan pun akhirnya menjadi sia-sia. d. Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan

(21)

setara dengan 69.477 guru mengajar bukan bidang studinya. Kualitas SDM kita adalah urutan 109 dari 179 negara berdasarkan Human Develoment Index.

Namun Indonesia menempati peringkat ke-108 dari 187 negara pada tahun 2013, atau tidak mengalami perubahan dari tahun 2012. Posisi tersebut menempatkan Indonesia pada kelompok menengah. Skor nilai HDI Indonesia sebesar 0,684, atau masih di bawah rata-rata dunia sebesar 0,702. Peringkat dan nilai HDI Indonesia masih di bawah rata-rata dunia dan di bawah empat negara di wilayah ASEAN (Singapura, Brunei, Malaysia, dan Thailand).

Penelitian tahun 2008 berjudul “Madrasah dalam Pemenuhan Standar Layanan Minimal Pendidikan (Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan Menurut SNP) di MI dan MTs” hasilnya menunjukkan bahwa komponen pendidik dan tenaga kependidikan MI dan MTs yang terdiri dari guru, kepala dan pengawas, baru memenuhi SNP sebesar 72 % untuk guru, 74 % untuk kepala dan 66 % untuk pengawas.

e. Standar Sarana dan Prasarana

Berdasarkan Penelitian tahun 2009 tentang “Kesiapan Madrasah dalam Pemenuhan SNP (Standar Pengelolaan Pendidikan, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana Prasarana) di MTsN”, menunjukkan bahwa MTsN baru memenuhi SNP sekitar 60 % untuk Standar Pengelolaan, 61 % untuk Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan dan 58 % untuk Standar Sarana Prasarana. Ini berarti bahwa madrasah belum memenuhi SNP pada tiga komponen tersebut.

(22)

utama pada sebagian besar sekolah sudah sangat memadai. Hanya masih dijumpai beberapa sekolah yang belum memiliki ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang UKS, mushala, dan gudang yang representative dalam rangka menunjang kegiatan belajar mengajar. Sebagian besar sekolah telah memiliki konstruksi yang baik dan proses pelaksanaan pekerjaan telah sesuai kaidah konstruksi, ini akan memberi jaminan keamanan pada pengguna bangunan. Tapi masih ada sekolah yang kurang memperhatikan fasilitas pendukung dan tidak secara berkala melaksanakan pemeliharaan bangunan tersebut. Bagi sekolah yang berada di pinggir jalan raya, masih belum dapat mengatasi kebisingan yang diakibatkan oleh lalulintas sehingga dapat mengganggu kegiatan belajar mengajar. Adanya sekolah yang berdekatan dengan pusat keramaian seperti pasar juga memerlukan perhatian untuk mengurangi terganggunya kegiatan belajar mengajar. Kebutuhan lahan untuk aktivitas siswa dan pemenuhan standar sarana prasarana mutlak harus dipenuhi, akan tetapi banyak sekolah yang kurang memiliki lahan yang dijadikan lahan tempat aktivitas siswa melaksanakan olahraga atau upacara serta untuk memenuhi kebutuhan ruang terbuka hijau (taman).

f. Standar Pengelolaan

(23)

pemantauan serta evaluasi hingga mencapai suatu sistem pengelolaan pendidikan yang benar-benar sesuai dengan ketentuan BSNP.

g. Standar Pembiayaan Pendidikan

Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Biaya operasi satuan pendidikan adalah bagian dari dana pendidikan yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi satuan pendidikan agar dapat berlangsungnya kegiatan pendidikan yang sesuai standar nasional pendidikan secara teratur dan berkelanjutan. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal.

Biaya investasi satuan pendidikan meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap. Biaya operasional pendidikan meliputi ; gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya. Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.

Implementasinya di lapangan akan memunculkan adanya lembaga pendidikan yang basic pendanaannya pas-pasan dan memberikan kesempatan belajar gratis ada juga peserta didik yang tidak mau sekolah, dari aspek pendanaan mendukung akan tetapi gurunya asal ngajar, bahkan ironinya ada sekolah dengan standar pembiayaan yang mahal bikin iri orang dan dianggap komersialisasi pendidikan. Inilah fakta dari implementasi standar pembiayaan Pendidikan Nasional.

h. Standar Penilaian Pendidikan

(24)
(25)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

PKB adalah bentuk pembelajaran berkelanjutan untuk memelihara dan meningkatkan standar kompetensi secara keseluruhan, mencakup bidang-bidang yang berkaitan dengan profesi guru. Dengan demikian, guru secara profesional dapat memelihara, meningkatkan, dan memperluas pengetahuan dan keterampilannya untuk melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu. Pembelajaran yang bermutu diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman peserta didik.

Untuk mempermudah pelaksanaan dan Controling standarisasi Mutu Pendidikan ini diatur dalam 8 Standar Nasional Pendidikan yang dikeluarkan oleh BSNP. Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar Nasional Pendidikan terdiri dari : Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan Pendidikan, Standar penilaian pendidikan.

Gambar

Gambar 1. sistem pembinaan dan pengembangan guru
Gambar 2. Siklus pelaksanaan PKB

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan pada simpang tak bersinyal H-E-G DS = 0.75 – 0.85, mulai jenuh/mulai terjadinya kemacetan, tetapi pada D-E-G dan F-E-G simpang tidak cukup untuk menampung arus lalu

terlilEt pada elatik vollasc ms tde lctbaca olch alat. 2.pengujie $aiic test bdhasil nenentut Bpon kawal pms

[r]

[r]

uP' moFjqro dn

Sebagai Ketua Umum pertama organisasi IPNU, Tolchah Mansoer telah turut. mengantarkan kebesaran NU dengan keberhasilannya

Pada pendekatan biaya variabel, penentuan harga jual produk atau jasa ditentukan sebesar biaya variabel ditambah markup yang harus tersedia untuk menutup semua biaya tetap dan

Dimulai dengan studi literatur mengenai permasalahan dan metode yang digunakan, selanjutnya pengumpulan data di perusahaan yang dituju, kemudian identifikasi