• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH ISLAMIC SOCIAL REPORTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PENGARUH ISLAMIC SOCIAL REPORTI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH ISLAMIC SOCIAL REPORTING TERHADAP

KINERJA PERUSAHAAN (STUDI EMPIRIS PADA BANK UMUM

SYARIAH DI INDONESIA)

Bella Chintia Listyana, Evony Silvino Violita

Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Indonesia

listyanabellachintia@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Islamic Social Reporting terhadap kinerja perusahaan pada Bank Umum Syariah (BUS). Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari laporan keuangan tahunan Bank Umum Syariah dengan total sampel sebanyak 8 BUS selama 4 tahun berturut-turut yaitu pada tahun 2010-2013. Dengan pengujian regresi linier, penelitian ini menunjukkan bahwa Islamic Social Reporting

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Profit Sharing Ratio dan Islamic Income vs Non-Islamic Income.

Kata Kunci:

Islamic Income vs Non-Islamic Income; Islamic Social Reporting; Kinerja Bank Umum Syariah; Pengungkapan Sosial; Profit Sharing;

ANALYSIS INFLUENCE OF ISLAMIC SOCIAL REPORTING ON CORPORATE

PERFORMANCE (EMPIRICAL STUDIES ON ISLAMIC BANKS IN INDONESIA)

Abstract

This research aims to analyze the influence of Islamic Social Reporting on Corporate Performance in Islamic Banks. The data used in this research come from the annual financial statements of Islamic Banks with total sample of 8 companies in 4 consecutive years of 2010-2013. With linear regression testing, this research indicate that Islamic Social Reporting had a significant influence on Profit Sharing Ratio and Islamic Income vs

Non-Islamic Income.

Keywords:

(2)

1. Pendahuluan

Setelah beberapa dekade berlalu kini bank syariah telah tumbuh dan berkembang pesat di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Perkembangan pesat bank syariah dimulai sejak adanya pengesahan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dan UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Pengembangan perbankan syariah diarahkan untuk memberikan kemaslahatan terbesar bagi masyarakat dan berkontribusi secara optimal bagi perekonomian nasional.

Bank syariah menjadi berbeda dengan bank konvensional karena adanya prinsip-prinsip syariah yang harus diterapkan. Salah satu perbedaan utama pada bank syariah dan bank konvensional yaitu adanya larangan dalam agama Islam untuk memberikan pinjaman dengan mengenakan bunga. Bank syariah melarang adanya transaksi dengan bunga seperti pada bank konvensional karena mengenakan bunga termasuk riba dan tidak halal sehingga dilarang dalam agama Islam. Namun Islam tetap mendorong usaha ekonomi dan memaksimalkan laba, tetapi harus dalam batasan agama dan etika bisnis. Dalam bank syariah, setidaknya tujuan sosial harus sama pentingnya dengan kebutuhan mencari laba (Haniffa dan Hudaib, 2007). Hal ini dikarenakan bank syariah yang tidak hanya berperan sebagai lembaga intermediari saja namun juga sebagai lembaga sosial.

Karena tujuan dari bank syariah yaitu tujuan sosial maka pengungkapan sosial menjadi penting dalam laporan tahunan bank syariah. Hal ini ditujukan bagi para pemangku kepentingan sebagai bentuk pertanggungjawaban dari seluruh kegiatan yang dilakukan oleh bank syariah. Pengungkapan sosial berguna bagi bank untuk menciptakan citra positif kepada masyarakat dan juga untuk mempertahankan kredibilitas bank sehingga semakin banyak hal spesifik yang dapat diungkapkan oleh bank maka diharapkan akan semakin baik pula respon masyarakat terhadap bank syariah.

(3)

Menurut Haniffa dan Hudaib (2007), bank syariah dianggap mempunyai identitas etika karena fondasi dari filosofi bisnis mereka terkait erat dengan agama. Untuk dapat menjamin kinerja jangka panjang, beberapa penulis memperdebatkan bahwa etika yang baik adalah bisnis yang baik karena dapat menghasilkan kepercayaan dan komitmen kepada pemegang saham (Hosmer, 1994; Jones, 1995). Identitas etika ini tercermin dalam komunikasi melalui laporan tahunan bank syariah. Pada laporan tahunan bank syariah, masyarakat dapat melihat apakah terdapat banyak item yang diungkapkan terkait komitmen untuk menjalankan aktivitas sesuai syariah, melaksanakan pengembangan program sosial dan pencapaian tujuan sosial dalam laporan tahunan.

Beberapa penelitian telah membandingkan kinerja keuangan bank konvensional dengan bank syariah. Dari penelitian Prasetyo (2008) dan Setyowati (2008) diperoleh hasil bahwa kinerja keuangan bank syariah lebih baik dibandingkan dengan bank konvensional. Sama halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan Subaweh (2008) dan Winarso (2008). Namun dalam mengukur kinerja bank syariah dan bank konvensional tersebut, hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa kinerja keduanya tidak seharusnya diukur dengan cara atau pengukuran yang sama karena tingkat tujuan mereka yang berbeda satu sama lain (Ghayad, 2008). Penelitian-penelitian yang berkaitan dengan kinerja bank syariah di Indonesia lebih banyak hanya berfokus pada kinerja keuangan atau bisnis saja. Hal ini tidak sepenuhnya sesuai untuk diterapkan bagi bank syariah.

Pada penelitian sebelumnya telah ada beberapa penelitian mengenai pengungkapan Islamic Social Reporting di Indonesia maupun di luar Indonesia. Begitu juga dengan

penelitian yang mengukur kinerja bank konvensional dan bank syariah. Selain itu beberapa penelitian juga telah ada yang membahas mengenai pengaruh pengungkapan sosial pada kinerja keuangan pada Perseroan Terbatas dan BUMN. Namun belum ditemukan penelitian yang menghubungkan antara pengungkapan ISR dengan kinerja bank syariah terutama di Indonesia dengan menggunakan alternatif pengukuran kinerja yang dikembangkan oleh Hameed et al., (2010) yang di anggap lebih dapat menunjukkan kinerja sosial yang sesuai dengan syariah.

2. Tinjauan Teoritis

2.1 Islamic Social Reporting

(4)

sosial. Dalam konteks Islam, tujuan utama dari pelaporan perusahaan sesuai dengan AAOIFI adalah untuk menunjukkan kepatuhan perusahaan terhadap prinsip syariah. Menurut Maali et al., (2006) terdapat 3 tujuan yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengidentifikasi

pengungkapan sosial pada perusahaan bisnis Islam:

1. Menunjukkan kepatuhan terhadap prinsip Islam, khususnya bertindak adil dengan pihak lain.

2. Menunjukkan bagaimana operasi bisnis telah mempengaruhi kesejahteraan komunitas Islam.

3. Membantu Muslim untuk menjalankan tugas agama mereka.

Penelitian yang dilakukan Othman dan Thani (2010) diperoleh kesimpulan bahwa tingkat ISR dalam laporan tahunan 56 perusahaan yang terdaftar di Bursa Malaysia yang menjadi sampel penelitiannya dianggap minim. Namun dari hasil penelitian Sofyani, Ulun, Syam, dan Wahyuni (2011) ditemukan beberapa bukti bahwa secara umum, perbankan syariah di Malaysia memiliki tingkat pengungkapan sosial yang lebih tinggi dibandingkan perbankan syariah yang ada di Indonesia. Namun pengungkapan sosial perbankan syariah di Indonesia pada tahun 2010 mengalami kenaikan yang cukup signifikan, yakni sekitar 10% dari tahun sebelumnya (2009). Sedangkan tingkat pengungkapan sosial pada perbankan syariah di Malaysia bisa dikatakan stabil karena tidak mengalami kenaikan maupun penurunan. Semua bank syariah baik di Indonesia maupun Malaysia, masih belum ada satupun yang mencapai angka penuh, yakni implementasi dan pengungkapan indeks ISR secara 100% (seratus persen).

2.2 Kinerja Perusahaan

Penelitian-penelitian yang berkaitan dengan kinerja bank syariah di Indonesia lebih banyak hanya berfokus pada kinerja keuangan atau bisnis saja. Hal ini tidak sepenuhnya sesuai untuk diterapkan bagi bank syariah. Hameed et al., (2010) telah mengembangkan sebuah alternatif pengukuran kinerja pada bank syariah, sehingga kinerja dari lembaga keuangan Islam dapat benar-benar diukur. Pengukuran ini terdiri dari tujuh rasio yang merupakan cerminan dari kinerja bank syariah yaitu sebagai berikut:  

1. Profit Sharing Ratio (PSR)

(5)

rasio ini maka kontribusi bank syariah untuk pengembangan sektor usaha dan pembangunan ekonomi semakin besar.

2. Zakat Performance Ratio (ZPR)

Kinerja bank syariah harus didasarkan pada zakat yang dibayarkan oleh bank untuk menggantikan indikator kinerja konvensional seperti laba per saham (Earning Per Share). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lulu (2012) pada organisasi

pengelola zakat, organisasi yang telah menghimpun, mengelola dan menyalurkan dana zakat dengan jumlah yang cukup besar, maka dapat dikatakan bahwa kinerja perusahaan sudah efektif. Kinerja ini menunjukkan bahwa muzakki telah memberikan kepuasan pada mustahiq dan tujuan untuk melayani mustahiq telah tercapai.

3. Equitable Distribution Ratio (EDR)

Akuntansi syariah berusaha untuk memastikan distribusi yang merata diantara semua pihak. Oleh karena itu, indikator ini pada dasarnya mencoba untuk menemukan bagaimana pendapatan yang diperoleh oleh bank syariah didistribusikan ke berbagai pihak pemangku kepentingan yang ditunjukkan dengan jumlah yang dikeluarkan untuk dana kebajikan, donasi, beban karyawan, dll. Semakin tinggi jumlah yang didistribusikan maka semakin baik kinerja bank syariah. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan perusahaan untuk memakmurkan dan lebih memeratakan distribusi kepada semua pihak telah tercapai.

4. Directors - Employees Welfare Ratio

Rasio ini bertujuan untuk mengukur perbandingan jumlah pengeluaran untuk upah direktur dengan jumlah pengeluaran untuk kesejahteraan karyawan. Kesejahteraan karyawan disini termasuk gaji, pelatihan, dll. Semakin tinggi rasio yang dihasilkan maka semakin besar perbedaan antara upah direktur dengan upah karyawan yang menunjukkan bahwa upah direktur terlampau tinggi. Hal ini berarti bahwa perusahaan kurang memperhatikan kesejahteraan karyawannya.

5. Islamic Investment vs Non-Islamic Investment

(6)

6. Islamic Income vs Non-Islamic Income

Rasio ini mengukur pendapatan yang berasal dari sumber yang halal. Jika bank syariah memiliki pendapatan dari transaksi yang dilarang, informasi mengenai sumber pendapatan harus diungkapkan. Selain itu juga penting untuk mengungkapkan informasi mengenai prosedur apa yang sudah tersedia untuk mencegah terjadinya transaksi haram. Semakin tinggi pendapatan halal yang didapatkan menandakan bahwa perusahaan telah melaksanakan aktivitasnya sesuai syariah. Rumus perhitungannya yaitu:

7. AAOIFI Index

Indeks ini untuk mengukur seberapa jauh lembaga-lembaga keuangan syariah telah memenuhi prinsip-prinsip yang ditetapkan dalam AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions). Perhitungannya berdasarkan

pada total prinsip AAOIFI yang diterapkan dibandingkan dengan jumlah prinsip AAOIFI yang ideal diterapkan.

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang menjelaskan tentang pelaporan CSR dengan indeks ISR dilakukan oleh Fitria dan Hartanti di tahun 2010. Pada penelitian tersebut dijelaskan bahwa dari tiga sampel bank syariah yang melakukan praktik pengungkapan CSR, pengungkapan dengan menggunakan indeks GRI lebih besar daripada pengungkapan dengan menggunakan indeks ISR. Tingkat pengungkapan CSR dengan indeks ISR hanya dapat memenuhi maksimal 50% dari skor maksimal jika semua item dilakukan secara sempurna.

Penelitian terdahulu oleh Abdeldayem (2009) mengenai pengujian pengungkapan sosial syariah di Uni Arab Emirate menunjukkan bahwa bank yang wajib membayar zakat cenderung memberikan pengungkapan sosial lebih banyak dibandingkan dengan bank yang tidak memiliki kewajiban untuk membayar zakat. Penelitian yang dilakukan Abdeldayem (2009) menggunakan benchmark yang dikembangkan oleh Maali, Casso, dan Napier (2009). Penelitian yang dilakukan oleh Haniffa dan Hudaib (2007) menguji komunikasi pengungkapan ethical identity di lingkungan Timur Tengah, mereka menemukan bahwa transparansi bank syariah sangat rendah terutama mengenai nilai filosofi bank syariah, pengembangan dan informasi tujuan sosial. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

(7)

2.4 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian

Dari 7 alternatif pengukuran kinerja yang dikembangkan oleh Hameed et al., (2010), pengukuran kinerja yang akan digunakan dalam penelitian ini hanya ada 2 (dua), yaitu Profit Sharing Ratio (PSR) dan Islamic Income vs Non-Islamic Income. Hal ini dikarenakan hanya 2

(dua) pengukuran ini yang memungkinkan untuk digunakan dalam penelitian ini. Sementara pengukuran lainnya tidak digunakan mengingat ketersediaan data yang terbatas. Berdasarkan hal tersebut berikut kerangka penelitian yang digunakan:

     

Variabel Independen: ISR Variable Dependen: Islamic Banks

Performance

Model 1: Pengaruh Islamic Social Reporting terhadap Profit Sharing Ratio

Dalam menjalankan aktivitas bank sesuai syariat Islam, perlu adanya intensi manajemen untuk melakukan aktivitas ekonomi yang dianjurkan oleh Islam. Begitu juga dengan pengungkapan kegiatan sosial yang telah dilakukan. Pengungkapan ISR ini akan membuat pemangku kepentingan memperhatikan kontribusi sosial apa yang telah diberikan oleh bank syariah dan lebih mempertimbangkan secara ketat pada bank mana sebaiknya mereka memperoleh pembiayaan. Jika tingkat pengungkapan sosial perusahaan tinggi maka akan mendorong masyarakat untuk mencari dan memperoleh dana dari perusahaan tersebut karena mereka merasa perusahaan telah bertanggungjawab kepada masyarakat dengan melakukan banyak kegiatan sosial dan telah transparan mengungkapkan kegiatan sosial tersebut. Hal ini akan meningkatkan pembiayaan bank syariah yaitu pembiayaan mudharabah

dan musyarakah dimana keduanya merupakan salah satu karakteristik yang khas bagi

(8)

H1: Islamic Social Reporting berpengaruh secara positif terhadap Profit Sharing Ratio

Model 2: Pengaruh Islamic Social Reporting terhadap Islamic Income vs Non-Islamic Income Perusahaan yang mengungkapkan ISR lebih banyak menandakan bahwa perusahaan memiliki keunggulan kompetitif melalui transparansi dan akuntabilitas yang dilakukan dibandingkan dengan perusahaan yang tidak mengungkapkan ISR. Berdasarkan hal tersebut perusahaan akan berusaha untuk terus meningkatkan keunggulan kompetitif melalui pengungkapan ISR. Dengan keunggulan kompetitif yang dimiliki perusahaan akan membuat pemangku kepentingan lebih memillih untuk bertransaksi dengan perusahaan tersebut dengan anggapan bahwa perusahaan akan melaksanakan kegiatannya dengan penuh tanggung jawab dan menjamin bahwa pelaksanaannya sesuai dengan prinsip syariah. Dengan tingginya permintaan masyarakat untuk bertransaksi dengan perusahaan maka hal ini juga akan dapat meningkatkan pendapatan perusahaan. Semakin tinggi permintaan masyarakat pada transaksi yang halal maka akan semakin membuat perusahaan termotivasi untuk melayani masyarakat dengan penuh tanggung jawab sebagai seorang Muslim yang menghindari segala aktivitas yang tidak halal. Meningkatnya pendapatan perusahaan yang didapat berdasarkan kegiatan yang berlandaskan syariat Islam menunjukkan bahwa perusahaan memiliki komitmen yang kuat untuk dapat melayani masyarakat dengan baik dan menunjukkan tingginya peran bank syariah dalam membantu masyarakat luas untuk menjadikannya sebagai masyarakat Muslim yang taat pada syariat Islam.

H2: Islamic Social Reporting berpengaruh secara positif terhadap Islamic Income vs

Non-Islamic Income

3. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan data yang bersumber dari laporan tahunan perusahaan dengan melakukan penelusuran langsung pada situs resmi masing-masing Bank Umum Syariah yang kemudian hasil dari penelusuran tersebut akan dianalisis berdasarkan indikator-indikator indeks ISR.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Syariah. Sedangkan pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Adapun kriteria yang digunakan dalam menentukan sampel penelitian antara lain:

(9)

2. Perusahaan telah menyampaikan laporan tahunan dan dipublikasikan oleh Bank Indonesia pada kurun waktu 2010-2013

3. Perusahaan melakukan pengungkapan ISR dalam laporan tahunan secara berturut-turut selama periode 2010-2013.

Persamaan regresi yang digunakan yaitu sebagai berikut:

PSRi,t = α + β1ISRi,t + β2SIZEi,t + β3CPSTRi,t + εi,t ...(1)

ISLINCi,t = α + β1ISRi,t + β2SIZEi,t + β3CPSTRi,t + εi,t ...(2)

Keterangan:

PSR = Profit Sharing Ratio

ISLINC = Islamic Income vs Non-Islamic Income

ISR = Islamic Social Reporting Index

SIZE = Ukuran perusahaan CPSTR = Struktur modal perusahaan

α = Konstanta

β = Koefisien regresi variabel independen

ε = Error term

Kinerja Perusahaan (Variabel Dependen)

Pengukuran kinerja dalam penelitian ini menggunakan pengukuran kinerja sosial yang dikembangkan oleh Hameed et al., (2010) yang digunakan sebagai alternatif pengukuran kinerja khusus pada bank syariah. Dalam penelitian ini pengukuran kinerja yang dilakukan hanya menggunakan 2 (dua) rasio dari 7 rasio yang dikembangkan oleh Hameed et al.,. Berikut rumus dari masing-masing pengukuran kinerja bank syariah yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 1. Indikator Pengukuran Kinerja

No. Item Pengukuran

Indikator/Rumus

1. PSR !"#ℎ!"!#!ℎ+!"#$%&%'%

Total pembiayaan

2. ISLINC !"#$%&' !"#$%&

(10)

Islamic Social Reporting (Variabel Independen)

Untuk mendeskripsikan pengungkapan sosial digunakan analisis konten (content

analysis). Dalam analisis konten peneliti akan menjumlahkan keberadaan teks, kemudian

membuat penafsiran tentang pesan didalam teks yang berupa informasi yang terdapat dalam laporan tahunan bank syariah yang dijadikan sampel penelitian. Dari laporan tahunan bank syariah kemudian akan dilakukan scoring atau coding terhadap tema-tema yang telah ditetapkan. Masing-masing item akan diberi nilai 1 jika item diungkapkan oleh perusahaan, dan diberi nilai 0 jika tidak diungkapkan. Setelah melakukan scoring pada sampel kemudian dilakukan perhitungan tingkat pengungkapan dengan menjumlahkan skor ISR pada seluruh dimensi kemudian membaginya dengan total item pada checklist ISR. Tema dan dimensi indeks yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ethical Identity Index (EII) yang dikembangkan oleh Haniffa dan Hudaib (2007) dengan beberapa penyesuaian Indeks ISR oleh Maali et al., (2006) dan Othman et al., (2009). Berikut rumus untuk menghitung indeks ISR:

ISR Index = !"#$%& !"#!" !"# !"#$ !"#$%&'(&'$ !"#$% !"#!$ !"#"$ !!!"#$%&' !"#

Variabel Kontrol

1. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan dapat tercermin pada total aset. Total aset yang besar menunjukkan kecilnya resiko yang dimiliki perusahaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Begger et. al., (1987) ada hubungan antara ukuran perusahaan yang diukur dengan total aset dengan kinerja bank syariah karena dengan meningkatnya ukuran perusahaan, pengeluaran untuk biaya-biaya perusahaan dapat berkurang dan kinerja dapat meningkat. Berikut rumus perhitungan ukuran perusahaan:

Size = ln of total asset

2. Struktur Modal 

Struktur modal diketahui memiliki peran penting dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Struktur modal dapat dihitung dengan cara membagi kewajiban dengan total ekuitas. Kewajiban yang dimasukkan dalam perhitungan adalah kewajiban yang merupakan pendanaan dari pihak ketiga. Rasio ini dapat menjadi indikator tentang modal ataupun leverage, seberapa baik perusahaan dapat melunasi kewajibannya dengan modal yang

(11)

4. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan kriteria pemilihan sampel, Bank Umum Syariah (BUS) yang dijadikan sampel hanya berjumlah 8 BUS. Hal ini dikarenakan dari 11 BUS yang ada di Indonesia terdapat 3 BUS yang memiliki laporan tahunan yang tidak lengkap pada kurun waktu 2010 hingga 2013 sehingga totalnya menjadi 32 observasi.

4.1 Content Analysis Checklist ISR Bank Umum Syariah

Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebasnya adalah nilai skor indeks atas pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR). Skor indeks ISR 8 BUS untuk masing-masing periode 2010-2013 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Skor Indeks ISR per Tahun

Bank Umum Syariah Tahun

2013 2012 2011 2010 PT. Bank Muamalat Indonesia 0,57 0,72 0,68 0,57 PT. Bank Syariah Mandiri 0,62 0,57 0,67 0,60 PT. Bank BNI Syariah 0,50 0,45 0,43 0,29 PT. Bank BRI Syariah 0,52 0,45 0,33 0,27 PT. Bank Mega Syariah 0,48 0,35 0,50 0,30 PT. Bank Panin Syariah 0,63 0,35 0,24 0,16 PT. Bank Syariah Bukopin 0,41 0,40 0,35 0,41 PT. Bank BCA Syariah 0,62 0,60 0,54 0,61 Keterangan:

: Skor indeks tertinggi

(12)

sebanyak 68% dari total item checklist ISR, sedangkan BUS yang memiliki indeks paling rendah adalah PT. Bank Panin Syariah, Tbk., yang hanya mengungkapkan sebanyak 24% dari total checklist ISR.

Tahun 2012 yang memiliki indeks tertinggi adalah PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk., sebanyak 72% pengungkapan dari total item checklist ISR atau naik sebesar 4% dari tahun 2011, dan indeks yang paling rendah ditempati oleh 2 BUS, yaitu PT. Bank Mega Syariah dan PT. Bank Panin Syariah, Tbk. dimana keduanya hanya mengungkapkan sebanyak 35% dari total item checklist ISR. Pada Tahun 2013 yang memiliki indeks paling tinggi adalah PT. Bank Panin Syariah, Tbk., yang mengungkapkan sebanyak 63% dari total item

checklist ISR, PT. Bank Panin Syariah, Tbk., mengalami peningkatan yang cukup signifikan

terhadap pengungkapan sosial dalam laporan tahunannya, yaitu naik sebesar 28%, sedangkan yang memiliki indeks paling rendah di tahun 2013 adalah PT. Bank Syariah Bukopin, yang hanya mengungkapkan sebesar 41% dari total item checklist ISR.

Jika dilihat dari perkembangan tiap tahunnya, BUS yang secara konsisten mengalami peningkatan dalam pengungkapan sosialnya dari tahun 2010 ke tahun 2013 ada 3 (tiga) BUS, yaitu PT. Bank BNI Syariah, PT. Bank BRI Syariah dan PT. Bank Panin Syariah, Tbk., sedangkan 5 BUS lainnya menunjukkan skor indeks yang berfluktuasi dari tahun ke tahun terhadap pengungkapan sosialnya. Namun, rata-rata pengungkapan sosial seluruh BUS sudah mengalami peningkatan.

4.2 Analisis Statistik Deskriptif

4.2.1 Pengaruh ISR terhadap Profit Sharing Ratio

Hasil statistik deskriptif pengaruh ISR terhadap Profit Sharing Ratio dapat dilihat pada Tabel 2. Berikut interpretasi lebih lanjut atas statistik deskriptif masing-masing variabel:

Tabel 2. Deskriptif Statistik Pengaruh ISR terhadap PSR

Variabel Mean Std. Deviasi Maximum Minimum

PSR (%) 26,28 17,15 82,62 0,05

ISR (%) 47,56 14,22 71,95 15,85

SIZE (Rp)

7,275,691,674,505 3,83

63,965,180,720,72

7 458,712,734,354

(13)

1. Nilai rata-rata PSR (Profit Sharing Ratio) dari 8 bank syariah periode 2010-2013 adalah 26,28%. Rata-rata tersebut dapat diartikan bahwa bank syariah melakukan pembiayaan mudharabah dan musyarakah dari total seluruh pembiayaannya dengan rata-rata sebesar 26,28%. Sedangkan nilai standar deviasi dari PSR adalah 17,15% yang berarti terdapat penyimpangan sebesar ± 17,15% dari rata-rata nilai PSR secara keseluruhan. Perusahaan yang memiliki PSR tertinggi adalah PT. Bank Bukopin Syariah yaitu sebesar 82,62% pada tahun 2010. Sedangkan perusahaan dengan PSR

terendah dimiliki oleh PT. Bank Mega Syariah pada tahun 2012 yaitu sebesar 0,05%. 2. Rata-rata nilai skor indeks ISR adalah 47,56% yang berarti hampir setengah dari total

indeks ISR secara keseluruhan yaitu 82 item. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap bank syariah yang dijadikan sampel pada periode 2010-2013 belum cukup melakukan pengungkapan ISR sesuai dengan 82 item dalam checklist yang telah dikembangkan oleh penulis. Sedangkan nilai standar deviasi dari skor indeks ISR adalah 14,22% yang berarti terdapat penyimpangan sebesar ± 14,22 dari rata-rata nilai skor indeks ISR secara keseluruhan. Perusahaan yang memiliki skor indeks ISR tertinggi adalah PT. Bank Muamalat Indonesia yaitu sebesar 71,95% pada tahun 2012. Sedangkan perusahaan yang memiliki skor indeks paling rendah yaitu PT. Bank Panin Syariah pada tahun 2010 yaitu sebesar 15,85%.

3. Nilai rata-rata SIZE (ukuran perusahaan) dari 8 bank syariah jika dilihat dari total aset yang dimiliki adalah sebesar Rp7,275,691,674,505. Sedangkan standar deviasi total aset adalah ± Rp 3,83, yang berarti terdapat penyimpangan sebesar ± Rp 3,83 dari rata-rata nilai total aset secara keseluruhan. Nilai standar deviasi yang kecil ini mempunyai arti bahwa ukuran bank syariah mempunyai variasi yang kurang beragam. Nilai maksimal dari total aset dimiliki oleh Bank Syariah Mandiri pada tahun 2013 yaitu sebesar Rp 63,965,180,720,727. Sedangkan nilai total aset yang paling rendah dimiliki oleh PT. Bank Panin Syariah di tahun 2010 sebesar Rp 458,712,734,354. 4. Nilai rata-rata dari CPSTR (struktur modal) adalah 3,208 yang berarti proporsi hutang

(14)

4.2.2 Pengaruh ISR terhadap Islamic Income vs Non-Islamic Income

Hasil statistik deskriptif pengaruh ISR terhadap Islamic Income vs Non-Islamic Income dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Deskriptif Statistik Pengaruh ISR terhadap Islamic Income vs Non-Islamic Income

Hasil interpretasi statistik deskriptif dengan variabel terikat yaitu Islamic Income vs Non-Islamic Income menunjukkan nilai rata-rata ISLINC dari 8 bank syariah periode

2010-2013 adalah 99,94%. Angka tersebut dapat diartikan bahwa kegiatan bank syariah menghasilkan pendapatan yang halal rata-rata sebesar 99,94% dari keseluruhan pendapatan yang halal mapun yang tidak halal. Sedangkan nilai standar deviasi dari ISLINC adalah 0,08% yang berarti terdapat penyimpangan sebesar ± 0,08% dari rata-rata nilai ISLINC secara keseluruhan. Variabel lainnya pada tabel diatas yaitu ISR, SIZE, dan CPSTR telah dijelaskan pada interpretasi statistik deskriptif Tabel 2 mengenai pengaruh ISR terhadap PSR.

4.3 Hasil Uji Regresi

4.3.1 Pengaruh ISR terhadap Profit Sharing Ratio

Hasil persamaan regresi linier pengaruh ISR terhadap PSR dapat dilihat pada Tabel 3 seperti berikut:

Variabel Mean Std. Deviasi

Maximum Minimum

ISLINC (%) 0,9994 0,0008 1,000 0,9966 ISR (%) 47,5617 14,2192 71,9512 15,8537 SIZE (Rp)

7,275,691,674,505

3.83

63,965,180,720,727

458,712,734,354

(15)

Table 3. Tabel Uji Regresi Pengaruh ISR terhadap PSR

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. ISR 0,627462 0,229031 2,739639 0,0106 SIZE -0,067066 0,024084 -2,784688 0,0095 CPSTR -0,004574 0,007340 -0,623150 0,5382 _CONS 1,965226 0,663950 2,959903 0,0062 R-square 0,278089

Adjusted R-square 0,200742 F-statistic 3,595317

Prob.(F-Stat) 0,025790

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa probabilitas F adalah 0,02579 dimana angka ini lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak. Artinya dengan tingkat keyakinan sebesar 95% secara statistik dapat disimpulkan adanya pengaruh yang signifikan dari variabel ISR, SIZE, dan CPSTR secara bersama-sama terhadap PSR. Selain itu juga dapat dilihat dari hasil regresi bahwa nilai adjusted R-squared hasil regresi sebesar 0,200742 atau 20,07%. Hal ini menunjukkan bahwa 20,07% variabel bebas yaitu ISR dapat menjelaskan variabel terikat yaitu PSR. Sementara sisanya sebesar 79,93% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model.

Untuk mengetahui tingkat signifikansi atau pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, berikut adalah penjelasan pada ketiga variabel bebas penelitian:

1. Islamic Social Reporting (ISR)

(16)

Nasabah yang menjadi nasabah perusahaan ingin memperoleh pembiayaan yang sesuai dengan prinsip syariah yaitu dengan prinsip bagi hasil (pembiayaan mudharabah dan musyarakah). Oleh karena itu perusahaan akan terus berusaha memberikan pengungkapan

yang lebih rinci mengenai tanggung jawab sosial perusahaan agar meningkatkan tingkat pembiayaan terutama mudharabah dan musyarakah dimana kedua pembiayaan ini merupakan pembiayaan yang khas pada perbankan syariah karena prinsip bagi hasil yang diterapkan.

2. Ukuran Perusahaan (SIZE)

Pada Tabel 3 menunjukkan probabilitas t-statistik pada variabel ukuran perusahaan sebesar 0,0095. Nilai probabilitas t-statistik tersebut lebih kecil dari tingkat signifikansi 5%. Dengan demikian, variabel ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Profit Sharing Ratio. Namun variabel ukuran perusahaan mempunyai koefisien yang negatif,

yaitu sebesar -0,06706. Koefisien yang negatif ini mengandung arti bahwa setiap peningkatan 1% total aset akan menurunkan Profit Sharing Ratio sebesar 0,06706 atau 6,71%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi total aset perusahaan, pembiayaan mudharabah dan

musyarakah yang disalurkan semakin rendah. Rendahnya pembiayaan mudharabah dan

musyarakah ini dapat disebabkan oleh perusahaan yang tidak ingin menanggung resiko

pembiayaan yang tinggi karena prinsip bagi hasil yang diterapkan pada pembiayaan

mudharabah dan musyarakah. Perusahaan cenderung menghindari kerugian atas kegiatan

usaha yang dilakukan oleh pengelola dana karena ketika pengelola dana mengalami rugi, perusahaan juga harus menanggung kerugian, tidak dapat memaksakan bagiannya dan juga tidak dapat mengenakan denda. Oleh karena itu perusahaan lebih memilih menggunakan asetnya untuk memberikan pembiayaan dengan akad murabahah, ijarah, salam, dan istishna dimana ada waktu jatuh tempo pembayaran dan juga pengenaan denda jika nasabah telat melakukan pembayaran sehingga pembiayaan dengan akad tersebut memiliki resiko gagal bayar yang kecil. Selain itu pembiayaan mudharabah dan musyarakah yang rendah juga dapat terjadi karena nasabah yang lebih memilih pembiayaan dengan jual beli karena terbilang lebih sederhana.

3. Struktur Modal (CPSTR)

(17)

untuk tetap memperoleh pembiayaan dari perusahaan. Nasabah tetap percaya bahwa meskipun perusahaan memiliki hutang yang tinggi, perusahaan akan dapat melunasi kewajibannya sebagaimana umat Muslim yang diharuskan untuk selalu bertanggungjawab terhadap segala aktivitas yang dilakukan. Selain itu juga perusahaan yang memiliki modal yang lebih sedikit dari hutang tidak berarti bahwa perusahaan memiliki kekurangan dana untuk membiayai nasabah. Hal ini dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan bahwa tidak banyak perusahaan yang memiliki pinjaman pembiayaan dari pihak lain untuk membiayai nasabah.

4.3.2 Pengaruh ISR terhadap Islamic Income vs Non-Islamic Income

Hasil persamaan regresi linier pengaruh ISR terhadap ISLINC dapat dilihat pada Tabel 4 seperti berikut:

Tabel 4. Hasil Uji Regresi Pengaruh ISR terhadap ISLINC

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. ISR -0,003551 0,001183 -3,001882 0,0056 SIZE 0,000200 0,000124 1,607296 0,1192 CPSTR -1,80E-05 3,79E-05 -0,474910 0,6385 _CONS 0,995228 0,003429 290,2177 0,0000 R-square

0,243815 Adjusted R-square 0,162795

F-statistic

3,009321 Prob.(F-Stat) 0,046855

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa probabilitas F adalah 0,0468 dimana angka ini lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak. Artinya dengan tingkat keyakinan sebesar 95% secara statistik dapat disimpulkan adanya pengaruh yang signifikan dari variabel ISR, SIZE, dan CPSTR secara bersama-sama terhadap ISLINC. Selain itu juga dapat dilihat dari hasil regresi bahwa nilai adjusted R-square yaitu sebesar 0,162795 atau 16,28%. Hal ini menunjukkan bahwa 16,28% variabel bebas yaitu ISR dapat menjelaskan variabel terikat yaitu ISLINC. Sementara sisanya sebesar 83,72% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model.

(18)

1. Islamic Social Reporting (ISR)

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas t-statistik ISR adalah 0,0056. Nilai ini lebih kecil dari 0,05. Artinya dengan tingkat keyakinan 95% ISR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ISLINC. Sedangkan untuk nilai koefisien, ISR memiliki nilai koefisien negatif yaitu sebesar -0,00355 yang berarti setiap peningkatan nilai ISR sebesar 1% akan menyebabkan penurunan nilai ISLINC sebesar 0,355%. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian yang kedua yaitu ISR berpengaruh positif terhadap ISLINC tidak terbukti. Pengaruh ISR yang signifikan dengan arah negatif ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan ISR yang tinggi belum tentu selalu mencari pendapatan yang halal. Terkadang perusahaan mengalami kesulitan keuangan sehingga mendorong perusahaan untuk memperoleh pinjaman pembiayaan dari bank atau perusahaan bukan bank yang tidak menjalankan kegiatannya dengan prinsip bagi hasil dan juga terdapat unsur bunga didalamnya. Selain itu juga ketika nasabah telah memiliki kepercayaan yang tinggi kepada perusahaan karena peran sosialnya tinggi, nasabah akan lebih berani untuk meminta pembiayaan dengan jumlah yang tinggi pada perusahaan. Namun pembiayaan nasabah yang meningkat ini dapat menimbulkan potensi adanya keterlambatan pembayaran bahkan gagal bayar oleh nasabah, sehingga meningkat pula pendapatan denda (pendapatan non-halal) perusahaan dan menurunkan rasio pendapatan Islam vs pendapatan non-Islam.

2. Ukuran Perusahaan (SIZE)

Pada Tabel 4 menunjukkan probabilitas t-statistik pada variabel ukuran perusahaan sebesar 0,1192. Nilai tersebut lebih besar dari tingkat signifikansi 5%. Dengan demikian, variabel ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Islamic Income vs Non-Islamic Income. Hal ini menunjukkan bahwa belum tentu tingginya total aset

yang dimiliki perusahaan menghasilkan pendapatan yang halal. Besar kecilnya ukuran perusahaan, masing-masing mempunyai batas tersendiri dalam memberikan pembiayaan sehingga setiap perusahaan mempunyai resiko yang berbeda-beda terkait pembayaraan pembiayaan oleh nasabah yang berdampak pada pendapatan masing-masing perusahaan. Hal ini tergantung kebijakan masing-masing perusahaan mengenai penyaluran pembiayan yang akan berdampak pada pendapatan halal perusahaan.

3. Struktur Modal (CPSTR)

(19)

struktur modal tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Islamic Income vs Non-Islamic Income. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya hutang karena adanya pendanaan dari

pihak lain tidak menyebabkan pendapatan perusahaan meningkat.

5. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Islamic Social Reporting terhadap kinerja bank syariah pada periode 2010-2013. Dari keseluruhan pengujian empiris yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat pengungkapan ISR pada 8 (delapan) bank syariah yang dijadikan sampel dari tahun 2010 sampai 2013 terus mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat disebabkan karena adanya kesadaran manajemen mengenai pentingnya pengungkapkan kegiatan sosial dan ethical identity perusahaan kepada masyarakat luas. Selain itu juga dapat disebabkan karena adanya persaingan antar bank syariah untuk dapat menarik nasabah dan membuat nasabah mempertahankan preferensi dan loyalitas mereka terhadap bank syariah yang mereka pilih.

2. Berdasarkan hasil regresi model penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa ISR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Profit Sharing Ratio. Sedangkan untuk Islamic Income vs Non Islamic Income tidak dipengaruhi secara signifikan oleh ISR. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis pertama yaitu pengaruh ISR terhadap PSR terbukti, sedangkan hipotesis kedua yaitu pengaruh ISR terhadap ISLINC tidak terbukti.

6. Saran

1. Menambah jumlah observasi dengan menambah periode waktu penelitian.

2. Menambah sumber-sumber informasi pengungkapan lainnya sehingga lebih dapat menggambarkan kondisi perusahaan.

3. Menambah pengukuran kinerja bank syariah.

4. Bagi perusahaan, diharapkan dapat terus melaksanakan tanggung jawab sosial dan meningkatkan pengungkapan sosial sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kinerja perusahaan.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Abdeldayem, M. M. (2009). An Examination Social Disclosures by Islamic Banks: Evidence from UAE. The Journal of American Academy of Business, Vol.14 No. 2. Cambridge. Fitria, S., & Hartanti, D. (2010). Islam dan Tanggung Jawa Sosial: Studi Perbandingan

Pengungkapan Berdasarkan Global Reporting Initiative Indeks dan Islamic Social Reporting Indeks. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto.

Ghayad, R. (2008). Corporate Governance and The Global Performance of Islamic Banks. Department of Business and Economics, Lebanese University-CNAM, Beirut, Lebanon. Humanomics, Vol. 24 No. 3.

Hameed, S., Wirman, A., Alrazi, B., Nor, M., & Pramono, Sigit. (2010). Alternative Disclosure & Performance Measures for Islamic Banks. Department of Accounting, International Islamic University Malaysia.

Haniffa, R., & Hudaib, M. (2007). Exploring the Ethical Identity of Islamic Banks via Communication in Annual Reports. Journal of Business Ethics. 76:97-116

Hosmer, L. T.(1994). Strategic Planning as of Ethics Mattered. Strategic Management Journal 15(Special Issue), 17-34.

Jones, T. M. (1995). Instrumental Stakeholder Theory: A Synthesis of Ethics and Economics. Academy of Management Review 20 (2). 404-437.

Maali, B., Casson, P., & Napier, C. (2006). Social Reporting by Islamic Banks. Accounting Foundation, The University of Sydney. ABACUS, Vol. 42, No.2.

Othman, R, & Md. Thani, A (2010). Islamic Social Reporting of Listed Companies in Malaysia.The International Business & Economics Research Journal. Apr 2010; 9;4; ABI/INFORM Complete pg. 135.

Sofyani,H., Ulum, I., Syam, D., L., Sri Wahjuni. (2012). Islamic Social Reporting Sebagai Model PegukuraKinerja Sosial Perbankan Syariah (Studi Komparasi Indonesia dan Malaysia).Jurnal Dinamika Akuntansi, Vol.4, No. 1, Maret 2012, pp. 36-46.

Subaweh, Imam. (2008). Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah dan Bank Konvensional Periode 2003-2007. Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. 13 No. 2.

Gambar

Tabel 1. Indikator Pengukuran Kinerja
Tabel 1. Skor Indeks ISR per Tahun
Tabel 2. Berikut interpretasi lebih lanjut atas statistik deskriptif masing-masing variabel:
Tabel 3. Deskriptif Statistik Pengaruh ISR terhadap Islamic Income vs Non-Islamic Income
+3

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimana mewujudkan eksistensi manusia yang lebih manusiawi? Ini adalah sebuah pertanyaan yang mudah untuk dijawab tetapi sangat sulit untuk direalisasikan. Sebab manusia dengan

merupakan aset yang ditetapkan sebagai tersedia untuk dijual atau tidak diklasifikasikan dalam kategori instrumen keuangan yang lain, dan selanjutnya diukur pada

Sementara itu, penelitian Aulya (2013) pada polisi Lalu Lintas di Polres Metro Jaya menemukan bahwa terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada polisi lalu

bahwa penerapan pengendalian gratifikasi sebagaimana dimaksud dalam huruf a bertujuan untuk memudahkan masyarakat, Pegawai Negeri, atau Penyelenggara Negara dalam

Artinya, ungkapan ini lebih akan sering digunakan oleh mereka yang memiliki pengetahuan yang luas tentang adat dan budaya Minangkabau serta mengenal dan memahami secara

It is a way different from my research that states an aspect of literary criticism are exposed by Charlotte Bronte in her novel and how far Charlotte Bronte’s life influence

Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif tipe GI, dengan tahapan mengidentifikasi topik dan mengorganisir siswa ke dalam kelompok;

Dalam hal pelaksanaan penelitian, kompetensi dosen merupakan kemampuan yang dimiliki oleh dosen dalam melaksanakan suatu penelitian yang dilandasi atas ketrampilan