• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Konsep Trias Politica di Indonesia Berdasarkan Perspektif UUD 1945 Pasca Amandemen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Konsep Trias Politica di Indonesia Berdasarkan Perspektif UUD 1945 Pasca Amandemen"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KEKUASAAN

EKSEKUTIF, LEGISLATIF, DAN YUDIKATIF

DI INDONESIA

2.1Lembaga Kekuasaan di Indonesia

Dalam sejarah perkembangan demokrasi di Indonesia, lembaga kekuasaan

negara memliki perubahan fungsi dan tugas sesuai dengan perubahan sistem

pemerintahan yang berlaku pada era masing-masing. Melihat kondisi

pemerintahan Indonesia saat ini, secara garis besar pembagian kekuasaan negara

meliputi:

1. MPR (kekuasaan konstitutif)

2. DPR dan DPD (kekusaan legislatif)

3. Presiden (kekuasaan eksekutif)

4. BPK (kekuasaan inspektif)

5. MA, MK, dan Komisi Yudisial (kekuasan yudikatif)

Akan tetapi, sesuai dengan pengertian trias politica yang dikemukakan

oleh Montesquieu, yang menjadi bahan pembahasan dalam skripsi ini hanya

meliputi tiga lembaga kekuasaan negara yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

2.1.1 Lembaga Eksekutif

Dalam sistem pemerintahan presidensial, kekuasaan eksekutif dipegang

oleh presiden dan dibantu oleh menteri-menteri atau biasa disebut dengan istilah

kabinet. Secara sederhana, tugas badan eksekutif meliputi pelaksanaan

undang-undang yang telah ditetapkan oleh lembaga legislatif. Dalam perkembangan

negara modern, wewenang badan eksekutif jauh lebih luas daripada hanya

melaksanakan Undang-Undang Dasar, bahkan dalam negara modern badan

(2)

utama.38

1. Masa jabatan presiden dan wakil presiden ditentukan lebih pasti, misalnya

4 tahun atau 5 tahun, sehingga presiden dan wakil presiden tidak dapat

diberhentikan di tengah masa jabatannya karena alasan politik. Di

beberapa Negara masa jabatan presiden dan wakil presiden dibatasi

dengan jelas seperti di Indonesia yang hanya dapat menjabat selama 2

periode. Kabinet berada dibawah presiden dan bertanggungjawab kepada

presiden.

Hal ini dipengaruhi oleh konsep sistem presidensial yang

mengedepankan fungsi presiden sebagai badan eksekutif dalam pelaksanaan

kebijakan untuk mencapai kehidupan masyarakat yang sejahtera.

Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar konstitusi negara merupakan

landasan pelaksanaan sistem presidensil yang dengan jelas menyatakan bahwa

presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Sistem pemerintahan

Presidensil memiliki beberapa karakteristik yang mendasar yaitu :

2. Presiden tidak bertanggung jawab kepada parlemen karena presiden tidak

dipilih oleh parlemen. Ini merupakan implikasi dari sistem pemilihan

langsung terhadap presiden. Presiden hanya dapat diberhentikan apabila

ada pelanggaran hukum.

3. Presiden dipilih secara langsung ataupun melalui perantara tertentu yang

tidak bersifat perwakilan permanent sebagaimana hakikat lembaga

permanen.

4. Presiden sebagai kepala pemerintahan sekaligus sebagai kepala Negara.

5. Presiden tidak dapat membubarkan parlemen demikian juag sebaliknya.

6. Tanggung jawab pemerintahan berada di pundak presiden. Karena itu,

presiden yang berwewenang membentuk pemerintahan, menyususn

kabinet, serta pejabat-pejabat publik.39

38

Austin Ranney. The Governing of Men dalam Miriam Budiardjo. Op.Cit. Hal 295 39

(3)

Sebelum amandemen UUD 1945, sebagaimana disebutkan dalam pasal 6

bahwa presiden dan wakil presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat

dengan suara terbanyak. Namun setelah amandemen, pemilihan presiden dan

wakil presiden dilakukan secara langsung oleh rakyat (Pasal 6A ayat 1). Dalam

Undang-Undang Dasar 1945 kedudukan presiden mencakup sebagai kepala

Negara sekaligus menjadi kepala pemerintahan. Kekuasaan presiden sebagai

kepala pemerintahan atau eksekutif terbagi sebagai berikut:

1. Kekuasaan eksekutif (Pasal 4 ayat 1)

Dalam UUD 1945 pasal 4 ayat 1 dengan jelas menyatakan bahwa Presiden

Republik Indonesia sebagai kepala pemerintahan, sehingga jelas bahwa presiden

memiliki kedudukan sah sebagai lembaga eksekutif.

2. Kekuasaan Administratif (Pasal 15)

Pada pasal 15 disebutkan bahwa presiden member gelar dan tanda-tanda

jasa kehormatan secara administratif.

3. Kekuasaan Legislatif (Pasal 5, Pasal 20 ayat 2 dan 4, serta Pasal 22 ayat 1)

Presiden menjadi pelaksana undang-undang sekaligus juga merancang

undang-undang dengan persetujuan DPR. Untuk beberapa ketentuan, presiden

juga memiliki wewenang untuk mengeluarkan peraturan seperti penetapan

Peraturan pemerintah (PP) dan penetapan Peraturan undang-undang (PERPU).

4. Kekuasaan Yudikatif (Pasal 14)

Pada pasal 14 UUD 1945 disebutkan bahwa presiden memberi grasi,

amnesti, abolisi, dan rehabilitasi. Pada ayat 1 Presiden memberi grasi dan

rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung, dan pada

ayat 2 Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan

pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat. Dalam pemberian grasi dan rehabilitasi,

presiden secara tidak langsung memiliki fungsi kehakiman. Grasi merupakan

(4)

merupakan pemulihan nama baik seseorang yang rusak akibat putusan

pengadilan.40

5. Kekuasaan Militer (Pasal 10, 11, 12)

Dalam UUD 1945 pasal 10 jelas menyatakan bahwa presiden memegang

kekuasaan tertinggi atas angkatan darat, laut, dan udara. Pasal 11 ayat 1 berbunyi

Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang,

membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain. Pasal 12 berisi Presiden

menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya keadaan bahaya

ditetapkan dengan undang-undang.

6. Kekuasan Diplomatik (Pasal 11 dan 13)

Seperti telah disebutkan di atas, dalam pasal 11 ayat 1 selain menyatakan

perang, presiden memiliki wewenang untuk melakukan perdamaian dan perjanjian

dengan Negara lain. Dan pada pasal 11 ayat 2 disebutkan Presiden dalam

membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan

mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara,

dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-undang harus

denganpersetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Dalam pasal 13 ayat 1 Presiden

mengangkat duta dan konsul. Pada ayat 2 dinyatakan bahwa dalam mengangkat

duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.

Selanjutnya pada ayat 3 disebutkan bahwa Presiden menerima penempatan duta

negara lain dengan menperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.

Presiden memberikan pemberitahuan sebelumnya kepada DPR dalam penerimaan

duta besar Negara lain sehingga DPR dapat memberikan pertimbangan.

Di luar dari konteks kekuasaan presiden sebagai kepala pemerintahan

sebagaimana disebutkan di atas, presiden juga memiliki kekuasaan sebagai kepala

Negara yaitu:

1. Memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Udara, dan

Angkatan Laut.

40

(5)

2. Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara

lain dengan persetujuan DPR.

3. Dalam membuat perjanjian lainnya yang menimbulkan akibat luas dan

mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan

negara, dan / atau mengharuskan perubahan atau pembentukan UU harus

dengan persetujuan DPR.

4. Menyatakan kondisi bahaya, Ketentuan dan akibat kondisi bahaya

ditetapkan dengan UU.

5. Mengangkat Duta dan Konsul, Dalam mengangkat Duta, memperhatikan

pertimbangan DPR.

6. Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan

pertimbangan DPR.

7. Memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan

Mahkamah Agung (MA).

8. Memberi abolisi dan amnesti dengan memperhatikan pertimbangan DPR.

9. Memberi gelar, tanda jasa dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur

dengan Hukum.

10.Membentuk dewan pertimbangan yang bertugas member nasehat dan

pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya diatur dengan

Undang-Undang.

11.Membahas Rancangan Undang-Undang untuk mendapatkan persetujuan

bersama DPR.

12.Mengkonfirmasi Rancangan Undang-Undang yang telah disetujui bersama

DPR untuk menjadi UU.

13.Dalam hal ihwal kegentingan memaksa, Presiden berhak menetapkan

Peraturan Pemerintah sebagai pengganti UU.

14.Mengajukan RUU APBN untuk dibahas bersama DPR dengan

memperhatikan pertimbangan DPD.

15.Meresmikan anggota Badan Pemeriksa Keuangan yang telah dipilih oleh

(6)

16.Menetapkan Calon Hakim Agung yang diusulkan Komisi Yudisial dan

telah mendapat persetujuan DPR untuk menjadi Hakim Agung.

17.Mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial dengan

persetujuan DPR.

18.Menetapkan dan mengajukan anggota hakim konstitusi.41

2.1.2 Lembaga Legislatif

Terdapat perubahan dalam lembaga legislatif setelah amandemen UUD

1945, yaitu pembentukan lembaga legislatif baru bernama Dewan Perwakilan

Daerah (DPD). DPD memiliki kedudukan setara dengan DPR dan di pilih secara

langsung oleh rakyat. Lembaga ini dibentuk sebagai pengganti Utusan Daerah dan

Utusan Golongan yang sebelumnya di pilih oleh DPR dan MPR.

Dibentuknya DPD menjadikan sistem parlemen di Indonesia menjadi dua

kamar atau biasa dikenal dengan istilah bicameral. Bikameral dalam arti

sebenarnya menempatkan adanya dua lembaga legislatif dengan masing-masing

memiliki fungsi legislasi yang jelas. Berbeda dengan kenyataan akan kedudukan

DPD di Indonesia yang hanya memberikan masukan usul, pertimbangan ataupun

saran, sedangkan yang berhak memutuskan adalah DPR, bukan DPD. jika

kedudukan kedua kamar itu di bidang legislatif sama kuat, maka sifat

bikameralismenya disebut strong becameralism, tetapi jika kedua tidak sama kuat

atau memiliki ketimpangan fungsi maka disebut soft becameralism. Secara teoritis

Indonesia dianggap bikameral, namun pada pelaksanaan fungsi nya Indonesia

masih jauh dari konsep bikameral.42

Kondisi lain yang mencerminkan bahwa Indonseia tidak sepenuhnya

menganut sistem bikameral adalah bahwa pada kenyataannya DPR, DPD, dan

MPR mempunyai lingkungan kerja sendiri-sendiri sehingga merupakan

lingkungan jabatan yang masing-masing berdiri sendiri. Dengan demikian,

bukannya dua kamar yang terbentuk, melainkan badan perwakilan tingkat pusat

41

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

42

(7)

bertambah sehingga menjadi tiga badan (trikameral) perwakilan dibandingkan

dengan sebelumnya perubahan yang hanya terdiri dari dua badan perwakilan

(MPR dan DPR).43

2.1.2.1Fungsi, Tugas dan Wewenang Dewan Perwakilan Rakyat

a. Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat

Penetapan fungsi DPR dituliskan dalam UUD 1945 Pasal 20A ayat 1 yang

berbunyi Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran

dan fungsi pengawasan. Yang dimaksud dengan ketiga fungsi tersebut adalah:

1. Fungsi legislasi yaitu fungsi untuk membentuk Undang-undang yang

dibahas dengan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama. Rancanan

Undang-undang dapat berasal dari DPR, Presiden, atau DPD.

2. Fungsi anggaran yaitu fungsi untuk membahas dan memberikan

persetujuan atau tidak memberikan persetujuan terhadap rancangan

undang-undang tentang APBN yang diajukan oleh Presiden.

3. Fungsi pengawasan yaitu fungsi melakukan pengawasan terhadap

pelaksanaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 dan Undang-undang serta peraturan pelaksanaannya.44

b. Tugas dan Wewenang Dewan Perwakilan Rakyat

Dalam melaksanakan ketiga fungsi tersebut sesuai dengan Pasal 71

Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 Tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD,

DPR mempunyai tugas dan wewenang antara lain:

1. Membentuk undang-undang yang dibahas dengan Presiden untuk

mendapat persetujuan bersama.

2. Memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan terhadap

peraturan pemerintah pengganti undang-undang yang diajukan oleh

Presiden untuk menjadi undang-undang.

43

Bagir Manan. 2006. Konvensi Ketatanegaraan. Yogyakarta: FH UII PRESS. Hal 11

44

(8)

3. Menerima rancangan undang-undang yang diajukan oleh DPD berkaitan

dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan

pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan

sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan

keuangan pusat dan daerah.

4. Membahas rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud poin ketiga

bersama Presiden dan DPD sebelum diambil persetujuan bersama antara

DPR dan Presiden.

5. Membahas rancangan undang-undang yang diajukan oleh Presiden atau

DPR yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,

pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan

sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan

keuangan pusat dan daerah, dengan mengikutsertakan DPD sebelum

diambil persetujuan bersama antara DPR dan Presiden.

6. Memperhatikan pertimbangan DPD atas rancangan undang-undang

tentang APBN dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan

pajak, pendidikan, dan agama.

7. Membahas bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD

dan memberikan persetujuan atas rancangan undang-undang tentang

APBN yang diajukan oleh Presiden.

8. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang dan APBN;

9. Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang disampaikan oleh

DPD terhadap pelaksanaan undang- undang mengenai otonomi daerah,

pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan

daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,

pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama.

10.Memberikan persetujuan kepada Presiden untuk menyatakan perang,

membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain, serta membuat

perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan

(9)

negara dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan

undang-undang.

11.Memberikan pertimbangan kepada presiden dalam pemberian amnesti dan

abolisi.

12.Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam hal mengangkat duta

besar dan menerima penempatan duta besar negara lain.

13.Memilih anggota BPK dengan memperhatikan pertimbangan DPD.

14.Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan

tanggung jawab keuangan negara yang disampaikan oleh BPK.

15.Memberikan persetujuan kepada Presiden atas pengangkatan dan

pemberhentian anggota Komisi Yudisial.

16.Memberikan persetujuan calon hakim agung yang diusulkan Komisi

Yudisial untuk ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden.

17.Memilih3 (tiga) orang hakim konstitusi dan mengajukannya kepada

Presiden untuk diresmikan dengan keputusan Presiden.

18.Memberikan persetujuan terhadap pemindahtanganan aset negara yang

menjadi kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan dan terhadap perjanjian yang berakibat luas dan mendasar bagi

kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara.

19.Menyerap, menghimpun, menampung, menindaklanjuti aspirasi

masyarakat.

20.melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam

undang-undang.45

c. Hak dan Kewajiban Dewan Perwakilan Rakyat

Dalam UUD 1945 pasal 20A ayat 2 disebutkan Dalam melaksanakan

fungsinya, selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain Undang-undang Dasar

ini, Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak interpelasi, hak angket dan hak

45

(10)

menyatakan pendapat. Dan pada ayat 3 ditambahkan selain hak yang diatur dalam

pasal-pasal lain Undang-undang Dasar ini, setiap anggota Dewan Perwakilan

Rakyat mempunyai hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan

pendapat, serta hak imunitas. Untuk penjelasan hak DPR pada ayat 2 adalah

sebagai berikut:

1. Hak Interpelasi

Hak Interpelasi adalah hak DPR untuk meminta keterangan kepada

pemerintah mengenai kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta

berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pelaksanaan hak interpelasi dapat dilakukan apabila usul pelaksanaannya

disampaikan oleh paling sedikit 25 (dua puluh lima) orang anggota DPR dan lebih

dari 1 (satu) fraksi. Usul tersebut menjadi hak interpelasi DPR apabila mendapat

persetujuan dari rapat paripurna DPR yang dihadiri lebih dari 1/2 (satu perdua)

jumlah anggota DPR dan keputusan diambil dengan persetujuan lebih dari 1/2

(satu perdua) jumlah anggota DPR yang hadir

2. Hak Angket

Hak angket adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap

pelaksanaan suatu undang-undang dan/atau kebijakan pemerintah yang berkaitan

dengan hal penting, strategis, dan berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara yang diduga bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan.

Hak angket diusulkan oleh paling sedikit 25 (dua puluh lima) orang

anggota DPR dan lebih dari 1 (satu) fraksi. Pengusulan hak angket disertai dengan

dokumen yang memuat sekurang-kurangnya mengenai: materi kebijakan dan/atau

pelaksanaan undang-undang yang akan diselidiki, dan alasan penyelidikan. Usul

Hak Angket menjadi Hak Angket DPR apabila mendapat persetujuan dari rapat

paripurna DPR yang dihadiri lebih dari 1/2 (satuperdua) jumlah anggota DPR dan

keputusan diambil dengan persetujuan lebih dari 1/2 (satu perdua) jumlah anggota

(11)

3. Hak Menyatakan Pendapat

Hak Menyatakan Pendapat adalah hak DPR sebagai lembaga untuk

menyatakan pendapat terhadap kebijakan pemerintah atau mengenai kejadian luar

biasa yang terjadi di tanah air atau di dunia internasional disertai dengan

rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan Hak

Interpelasi dan Hak Angket, terhadap dugaan bahwa Presiden dan/atau Wakil

Preiden melakukan pelanggaran hukum berupa penghiatan terhadap negara,

korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya atau perbuatan tercela maupun

tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.

Hak menyatakan pendapat diusulkan oleh paling sedikit 25 (dua puluh

lima) orang anggota DPR. Pengusulan hak menyatakan pendapat sebagaimana

dimaksud disertai dengan dokumen yang memuat sekurang-kurangnya:

• materi dan alasan pengajuan usul pernyataan pendapat.

• materi hasil pelaksanaan hak interpelasi atau hak angket.

• materi dan bukti yang sah atas dugaan adanya tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (4) huruf c

Undang-undang Nomor 27 Tahun 2009, atau materi dan bukti yang sah atas

dugaan tidak dipenuhinya syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil

Presiden

Usul hak menyatakan pendapat menjadi hak menyatakan pendapat DPR

RI apabila mendapat persetujuan dari rapat paripurna DPR yang dihadiri paling

sedikit 3/4 (tiga perempat) dari jumlah anggota DPR dan keputusan diambil

dengan persetujuan paling sedikit 3/4 (tiga perempat) dari jumlah anggota DPR

yang hadir.46

1. Hak mengajukan usul rancangan undang-undang

Setiap anggota Dewan Perwakilan Rakyat juga mempunyai beberapa Hak

yang tertuang dalam Undang-undang antara lain:

46

(12)

Hak ini dimaksudkan untuk mendorong, memacu kreativitas, semangat

dan kualitas anggota DPR dalam menyikapi serta menyalurkan dan

menindaklanjuti aspirasi rakyat yang diwakilinya dalam bentuk pengajuan usul

rancangan undang-undang.

2. Hak mengajukan pertanyaan

Hak anggota DPR untuk menyampai-kan pertanyaan baik lisan maupun

tertulis kepada pemerintah berkaitan dengan tugas dan wewenang DPR.

3. Hak menyampaikan usul dan pendapat

Hak anggota DPR untuk menyampaikan usul sdan pendapat secara leluasa

baik kepada pemerintah maupun kepada DPR sendiri sehingga ada jaminan

kemandirian sesuai dengan panggilan hati nurani serta kredibilitasnya. Oleh

karena itu, setiap anggota DPR tidak dapat diarahkan oleh siapa pundi dalam

proses pengambilan keputusan. Namun demikian tata cara penyampaian usul dan

pendapat dimaksud tetap memperhatikan tata krama, etika, moral, sopan santun

dan kepatutan sebagai wakil rakyat.

4. Hak memilih dan dipilih

Hak memilih adalah hak anggota DPR untuk menggunakan suaranya

dalam suatu kegiatan pemilihan. Sedangkanhak dipilih adalah hak anggota DPR

untuk mencalonkan diri untuk dipilih dalam suatu kegiatan pemilihan.

5. Hak membela diri

Hak anggota DPR untuk membela diri dari segala tuduhan yang ditujukan

pada dirinya dalam sidang pengadilan.

6. Hak imunitas

Hak kekebalan hukum anggota DPR untuk tidak dapat dituntut di muka

pengadilan karena pernyataan dan pendapat yang disampaikan dalam rapat-rapat

DPR dengan pemerintah dan rapat-rapat DPR lainnya sesuai dengan peraturan

(13)

7. Hak protokoler

Hak anggota DPR untuk memperoleh penghormatan berkenaan dengan

jabatannya dalam acara-acara kenegaraan atau acara resmi maupun dalam

melaksanakan tugasnya.

8. Hak keuangan dan administratif

Hak anggota DPR untuk memperolehgaji, uang kehormatan, dan

tunjangan lain berdasarkan ketentuan yang berlaku.47

1. Mengamalkan Pancasila

Di luar dari Hak anggota DPR, terdapat juga beberapa

Kewajiban-kewajiban anggota DPR RI sebagai berikut:

2. Melaksanakan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

1945 dan mentaati segala peraturan perundang-undangan

3. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah

4. Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan

negara kesatuan Republik Indonesia

5. Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat

6. Menyerap,menghimpun,menampung,dan menindaklanjuti aspirasi

masyarakat

7. Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi,kelompok

dan golongan

8. Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih

dan daerah pemilihannya

9. Mentaati kode etik dan Peraturan Tata tertib DPR

10.Menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga yang

terkait.48

47

Tata tertib DPR Bab X

(14)

2.1.2.2Fungsi, Tugas dan Wewenang Dewan Perwakilan Daerah

Dewan Perwakilan Daerah dibentuk dengan harapan peningkatan atau

optimalisasi kinerja yang sebelumnya diperankan oleh Utusan Daerah dan

Golongan. Pemilihan umum secara langsung anggota DPD diharapkan mampu

menciptakan pemerintahan yang bersih dari Kolusi, Korupsi dan Neppotisme serta

mampu melaksanakan prinsip check and balance dalam lembaga legislatif.

Proses lahirnya DPD sudah ditetapkan dalam amandemen ketiga UUD

1945 pasal 22C ayat 1 yang berbunyi Anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih

dari setiap provinsi melalui pemilihan umum. Namun belum di jelaskan

bagaimana kedudukan DPD dalam MPR. Kemudian dilakukan amandemen ke

empat terhadap UUD 1945 dan menghasilkan perubahan pada Pasal 2 yang

menyebutkan bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan

Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui

pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang. Selanjutnya

diatur pada Undang-undang Nomor 27 Tahun 2009Pasal 221 dan 222 tentang

MPR, DPR, DPD dan DPRD. Dalam Undang-undang tersebut dinyatakan bahwa

DPD terdiri atas wakil daerah provinsi yang dipilih melalui pemilihan umum.

Sedangkan kedudukan DPD RI merupakan lembaga perwakilan daerah yang

berkedudukan sebagai lembaga Negara.

a. Fungsi Dewan Perwakilan Daerah

Secara garis besar, fungsi DPD dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Fungsi Legislasi

Dalam menjalankan fungsi ini, Dewan Perwakilan Daerah dapat

mengajukan Rancangan Undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah,

hubungan pusat dan daerah, pembentukan pemekaran, dan penggabungan daerah,

pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya serta

perimbangan keuangan pusat dan daerah. Di samping itu DPD juga ikut

membahas RUU tersebut bersama DPR (Pasal 22D ayat 1 dan 2 UUD 1945).

(15)

DPD memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat atas

rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara dan

Rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama

(Pasal 22D ayat 2 UUD 1945).

3. Fungsi Pengawasan

Dewan Perwakilan Daerah dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan

undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan

penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam

dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja

negara, pajak, pendidikan, dan agama (Pasal 22D ayat 3 UUD 1945). Menerima

hasil pemeriksaan keuangan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan

(Pasal 23E ayat 2 UUD 1945).49

b. Tugas dan Wewenang Dewan Perwakilan Daerah

Menurut UUD 1945 pasal 22 dan Undang-undang No.27 tahun 2009 yang

mengatur tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD. Tugas dan wewenang Dewan

Perwakilan Daerah disebutkan sebagai berikut:

1. Dapat mengajukan ke DPR RUU yang terkait dengan otonomi daerah,

hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemerkaran serta

penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya

ekonomi lainnya dan pertimbangan keuangan pusat dan daerah.

2. Ikut membahas RUU bersama dengan DPR dan Presiden yang terkait

dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan

pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan

sumber daya ekonomi lainnya dan pertimbangan keuangan pusat dan

daerah.

3. Memberi pertimbangan kepada DPR atas RUU APBN dan RUU yang

terkait dengan pajak, pendidikan dan agama.

49

(16)

4. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan UU yang terkait otonomi daerah,

hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta

penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya

ekonomi lainnya dan pertimbangan keuangan pusat dan daerah serta

menyampaikan hasil pengawasan kepada DPR.

5. Menerima hasil pemeriksaan keuangan dari BPK.

6. Memberikan pertimbangan kepada DPR mengenai pemilihan anggota

BPK.

7. Ikut serta dalam penyusunan program legislasi nasional, pengajuan usul

kepada DPR, dan ikut dalam pembahasan dengan DPR dan Presiden

mengenai rancangan undang-undang yang berkaitanotonomi daerah,

hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta

penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya

ekonomi lainnya dan pertimbangan keuangan pusat dan daerah.50

c. Hak dan Kewajiban Anggota Dewan Perwakilan Daerah

Sesuai dengan ketentuan Pasal 233 UU Nomor 27 Tahun 2009 tentang

Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD bahwa anggota DPD

mempunyai hak dan kewajiban sebagai berikut:

• Hak anggota DPD RI adalah sebagai berikut : 1. Hak Bertanya

Hak bertanya sebagaimana dimaksud dilakukan dalam sidang dan/atau

rapat sesuai dengan tugas dan wewenang DPD

2. Hak Menyampaikan usul dan pendapat

Anggota DPD berhak menyampaikan usul dan pendapat mengenai suatu

hal, baik yang sedang dibicarakan maupun yang tidak dibicarakan dalam rapat dan

mengenai tata caranya diatur dalam tata tertib DPD RI.

50

(17)

3. Hak Memilih dan dipilih

Anggota DPD mempunyai hak yang sama dalam memilih dan dipilih

untuk menduduki jabatan tertentu pada alat kelengkapan DPD, tata cara

pelaksanaan hak memilih dan dipilih tersebut diatur dengan peraturan DPD

tentang tata tertib.

4. Hak Membela diri

Hak membela diri tersebut dapat digunakan apabila Anggota DPD yang

diduga melakukan pelanggaran sumpah/janji, kode etik, dan/atau tidak

melaksanakan kewajiban sebagai anggota diberi kesempatan untuk membela diri

dan/atau memberikan keterangan kepada Badan Kehormatan

5. Hak Imunitas

Artinya Anggota DPD RI tidak dapat dituntut di depan pengadilan dan

diganti antarwaktu atas pernyataan, pertanyaan, dan/atau pendapat yang

dikemukakannya yang berkaitan dengan fungsi serta tugas dan wewenang DPD

RI. Namun demikian, ketentuan sebagaimana dimaksud tidak berlaku dalam hal

anggota yang bersangkutan mengumumkan materi yang telah disepakati dalam

rapat tertutup untuk dirahasiakan atau hal lain yang dimaksud dalam ketentuan

mengenai rahasia negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

6. Hak Protokoler

Pimpinan dan anggota DPD mempunyai hak protokoler. Ketentuan

mengenai tata cara pelaksanaan hak protokoler sebagaimana dimaksud diatur

dalam peraturan perundang-undangan. Yang dimaksud dengan “hak protokoler”

adalah hak anggota DPD untuk memperoleh penghormatan berkenaan dengan

jabatannya baik dalam acara kenegaraan atau dalam acara resmi maupun dalam

melaksanakan tugasnya

7. Keuangan dan administratif

Pimpinan dan anggota DPD mempunyai hak keuangan dan administratif,

yang diatur dalam tatatertib DPD RI.51

51

(18)

• Kewajiban Anggota DPD RI adalah sebagai berikut: 1. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila.

2. Melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 dan menaati segala perturan perundang-undangan.

3. Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

4. Mendahulukan kepentingan Negara di atas kepentingan pribadi,

kelompok dan golongan.

5. Mentaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan

negara.

6. Menjaga etika dan norma dalam hunbungan kerja dengan lembaga

lain.

7. Menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat.

8. Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada

masyarakat di daerah yang diwakilinya.52

2.1.2.3Tugas dan Wewenang Majelis Permusyawaratan Rakyat

Dasar hokum dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat diatur

dalam UUD 1945 Pasal 2 ayat 1 yang berbunyi Majelis Permusyawaratan Rakyat

terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan

Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan

undang-undang. Pada Pasal 2 dan Pasal 3 Undang-undang Nomor 27 Tahun 2009

tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD, dinyatakan bahwa susunan dan kedudukan

adalah:

1. MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih melalui

pemilihan umum.

2. MPR merupakan lembaga permusyawaratan rakyat yang berkedudukan

sebagai lembaga negara.

52

(19)

a. Tugas dan Wewenang Majelis Permusyawaratan Rakyat

Sesuai dengan tata tertib MPR Bab II Pasal 5 disebutkan bahwa MPR

mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut:

a. mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar.

b. melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden.

c. memutuskan usul DPR untuk memberhentikan Presiden dan/atau Wakil

Presiden dalam masa jabatannya, setelah MK memutuskan bahwa

Presiden dan/atau Wakil Presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum

berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana

berat lainnya, atau perbuatan tercela dan/atau terbukti bahwa Presiden

dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden

dan/atau Wakil Presiden.

d. memilih Wakil Presiden dari 2 (dua) calon yang diusulkan oleh Presiden

apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa

jabatannya.

e. memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya mangkat, berhenti,

diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa

jabatannya secara bersamaan, dari 2 (dua) pasangan calon presiden dan

wakil presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai

politik yang pasangan calon tersebut meraih suara terbanyak pertama dan

kedua dalam pemilihan umum sebelumnya, sampai berakhir masa

jabatannya.

f. mengubah dan menetapkan Peraturan Tata Tertib MPR dan Kode Etik

MPR.

g. memilih dan menetapkan Pimpinan MPR.

h. membentuk alat kelengkapan MPR.53

(20)

b. Hak anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat

Dalam Undang-undang Nomor 27 Pasal 56 sampai 59 Tahun 2009 tentang

MPR, DPR, DPD dan DPRD dan Keputusan MPR RI Nomor 1/MPR/2010

tentang Peraturan Tata Tertib MPR RI Pasal 11 dan 13 menyatakan hak anggota

MPR adalah sebagai berikut:

1. Setiap Anggota berhak mengikuti semua kegiatan MPR.

2. mengajukan usul pengubahan pasal Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945

3. menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan putusan

4. Setiap Anggota MPR memiliki hak untuk memilih dan dipilih

5. Setiap Anggota MPR memiliki Hak Protokoler dalam setiap acara

kenegaraan dan acara resmi yang meliputi Tata tempat, Tata Upacara, dan

Tata Penghormatansesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

6. Hak Keuangan dan Administratif yang diatur sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan (Pasal 11).

7. Hak Imunitas, yaitu:

• Anggota MPR tidak dapat dituntut di depan pengadilan karena pernyataan, pertanyaan, dan/atau pendapat yang dikemukakan-nya,

baik secara lisan maupun tertulis di dalam ataupun di luar sidang atau

rapat MPR yang berkaitan denga tugas dan wewenang MPR.

• Anggota MPR tidak dapat diganti antarwaktu karena pernyataan, pertanyaan, dan/atau pendapat yang dikemukakannya baik di dalam

sidang atau rapat MPR maupun di luar sidang atau rapat MPR yang

berkaitan dengan tugas dan wewenang MPR.

• Ketentuan sebagaimana dimaksud, tidak berlaku dalam hal anggota yang bersangkutan mengumumkan materi yang telah disepakati dalam

rapat tertutup untuk dirahasiakan atau hal lain yang dimaksud dalam

(21)

perundang-undangan (Pasal 13).54

2.1.3 Lembaga Yudikatif

Kekuasaan Yudikatif adalah kekuasaan peradilan untuk menjaga

undang-undang, peraturan-peraturan dan ketentuan hukum lainnya supaya benar-benar

ditaati, yaitu dengan konsekuensi menjatuhkan sanksi terhadap setiap pelanggaran

hukum/undang-undang serta memberikan keputusan dengan adil terhadap

sengeketa-sengketa sipil yang diajukan ke pengadilan untuk diputuskan.55

Pada Pasal 24A ayat 3 disebutkan Calon hakim agung diusulkan Komisi

Yudisial kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk mendapatkan persetujuan dan

selanjutnya ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden. Dan pada Pasal 24B

ayat 1berbunyi Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan

pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka

menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.

Secara tersurat tidak disebutkan bawah Komisi Yudisial merupakan bagian dari

yudikatif karena tidak memiliki fungsi peradilan/mengadili. Akan tetapi Komisi

Yudisial dapat dimasukan kedalam lembaga rumpun yudikatif karena memiliki

tugas dan fungsi yang menunjang peradilan.

Dalam UUD 1945 pasal 24 ayat 2 menyebutkan bahwa Kekuasaan

kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang

berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan

agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan

oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.

56

2.1.3.1Fungsi, Tugas dan Wewenang Mahkamah Agung

a. Fungsi Mahkamah Agung

Mahkamah Agung adalah Pengadilan Negara Tertinggi dalam arti sebagai

54

Undang-Undang No.27 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD tahun 2009

55

Maria Farida Indrati S. 2007. Ilmu Perundang-undangan 1: Jenis, Fungsi dan Materi Muatan. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 113

56

(22)

Badan Pengadilan Kasasi (terakhir) bagi putusan-putusan yang berasal dari

pengadilan di bawahnya, yaitu pengadilan Tingkat Pertama dan Pengadilan

Banding yang meliputi empat lingkungan peradilan, yaitu peradilan umum,

agama, militer, dan tata usaha Negara.

Secara umum, dalam Undang-undang dijelaskan fungsi MA antara lain:

1. Fungsi Peradilan

Sistem kasasi di Indonesia menempatkan MA sebagai badan pengadilan

tertinggi yang bertugas membina keseragaman dalam penerapan hukum dan

menjaga agar semua hukum dan Undang-Undang diseluruh wilayah negara

ditetapkan secara tepat dan adil. Tugas dan fungsi MA tidak disebutkan secara

detail dalam UUD1945 melainkan diatur dalam Undang-undang. Poin ini dapat

dilihat dalam UUD 1945 Pasal 24A ayat 5 disebutkan Susunan, kedudukan,

keanggotaan, dan hukum acara Mahkamah Agung serta badan peradilan

dibawahnya diatur dengan undang-undang. Mahkamah Agung menggunakan

pasal 113 Undang-Undang No.I tahun 1950 sebagai landasan hukum untuk

kasasi. Peraturan Mahkamah Agung No.1 tahun 1963 Mahkamah Agung

memperluas pasal 113 Undang-Undang No.1 tahun 1950 dengan menentukan

bahwa permohonan kasasi dapat diajukan di Pengadilan tingkat pertama

(Pengadilan Negeri). Mahkamah Agung mempunyai Hak Uji (Toetsingsrecht)

Hak uji tersebut diatur dalam Undang-Undang No. 14 tahun 1970 Pasal 26 yang

berbunyi :Mahkamah Agung berwenang untuk menyatakan tidak sah semua

peraturan perundang-undangan dari tingkat yang lebih rendah dari

Undang-Undang atas alasan bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang

lebih tinggi.

2. Fungsi Pengawasan

Mahkamah Agung dalam prakteknya masih bersandar pada pasal 47

Undang-Undang No. 13 tahun 1965 yang berbunyi sebagai berikut:

a. Mahkamah Agung sebagai puncak semua peradilan dan sebagai

Pengadilan Tertinggi untuk semua lingkungan peradilan memberi

(23)

b. Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya

peradilan diselenggarakan dengan seksama dan sewajarnya.

c. Perbuatan-perbuatan Hakim di semua lingkungan peradilan diawasi

dengan cermat oleh Mahkamah Agung.

d. Untuk kepentingan negara dan keadilan Mahkamah Agung memberi

peringatan, teguran dan petunjuk yang dipandang perlu baik dengan

surat tersendiri maupun dengan Surat Edaran.

e. Mahkamah Agung berwenang minta keterangan dari semua

Pengadilan dalam semua lingkungan peradilan. Mahkamah Agung

dalam hal itu dapat memerintahkan disampaikannya berkas-berkas

perkara dan surat-surat untuk di pertimbangkan.57

Fungsi pengawasan MA diperkuat dengan Undang-undang no.14 tahun

1970 yang berbunyi Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi atas

perbuatan Pengadilan yang lain, menurut ketentuan yang ditetapkan dengan

Undang-Undang.

3. Fungsi Legislasi

Pasal 131 Undang-Undang No. 1 tahun 1950 memberikan kesempatan

bagi Mahkamah Agung untuk membuat peraturan secara sendiri bilamana

dianggap perlu untuk melengkapi Undang-Undang yang sudah ada. Peraturan

Mahkamah Agung No. 1 tahun 1980 tanggal 1 Desember 1980 tentang Peninjauan

kembali putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap yang

diperbaiki lagi dengan Peraturan Mahkamah Agung No. 1 tahun 1982 tanggal 11

Maret 1982 tentang Peraturan Mahkamah Agung No. 1 tahun 1980 yang

disempurnakan.

b. Tugas dan Wewenang Mahkamah Agung

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009, tugas dan wewenang

MA adalah sebagai berikut:

57

(24)

1. Mengadili pada tingkat kasasi terhadap putusan yang diberikan pada

tingkat terakhir oleh pengadilan di semua lingkungan peradilan

yangberada di bawah MA.

2. Menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang; dan

pernyataan tidak tidak berlakunya peraturan perundang-undangan sebagai

hasil pengujian dimaksud dapat diambil baik dalam pemeriksaan tingkat

kasasi maupun berdasarkan permohonan langsung kepada MA

3. MA melakukan pengawasan tertinggi atas perbuatan pengadilan dalam

lingkungan peradilan yang berada di bawahnya berdasarkan ketentuan

undang-undang.

Selain kewenangan di atas, MA juga memiliki kewenangan dalam

melakukan peradilan tindak pidana korupsi (Tipikor). Peradilan Tipikor didasari

oleh pembentukan dan pengesahan Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2009

tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.58

2.1.3.2Tugas dan Wewenang Mahkamah Konstitusi

Pasca amandemen UUD 1945, pada pasal 24C ayat 1 sampai 6

menyebutkan pengangkatan serta penetapan tugas dan wewenang Mahkamah

Konstitusi. Pembentukan MK ini sebagai ganti MPR yang sebelumnya diberi

kewenangan untuk menguji undang-undang terhadap undang-undang dasar

melalui Ketetapan MPR Nomor III/MPR/2000. Namun demikian, hal tersebut

bukan merupakan judicial review mengingat bahwa MPR tidak termasuk dalam

cabang kekuasaan yudisial melainkan lembaga kekuasaan di bidang legislatif.

Mengenai tugas dan wewenang Mahkamah Konstitusi pada Pasal 24C

UUD 1945, selanjutnya di pertegas dengan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 24

Tahun 2003 yang menyatakan sebagai berikut:

1.

Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan

terakhir yang putusannya bersifat final untuk:

58

(25)

a. Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

b. Memutus sengketa kewenangan lembaga Negara yang

kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar

NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945.

c. Memutus pembubaran partai politik.

d. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

2.

Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR

bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden diduga telah melakukan

pelanggaran hukum berupapengkhianatan terhadap Negara, korupsi,

penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela, dan/atau

tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

3.

Untuk kepentingan pelaksanaan wewenang sebagaimana dimaksud pada

Pasal 10, Mahkamah Konstitusi berwenang memanggil pejabat Negara,

pejabat pemerintah, atau warga masyarakat untuk memberikan

keterangan.59

Selain kewenangan di atas, Mahkamah Konstitusi memiliki tanggung

jawab dan kewajiban yaitu:

1. Bertanggung jawab untuk mengatur organisasi, personalia, administrasi,

dan keuangan sesuai dengan prinsip pemerintahan yang bersih.

2. Wajib mengumumkan laporan berkala kepada masyarakat secara terbuka

mengenai permohonan yang terdaftar, diperiksa, dan diputus, serta

pengelolaan keuangan dan tugas administrasi lainnya.

59

(26)

2.1.3.3Tugas dan Wewenang Komisi Yudisial

Lahirnya Komisi Yudisial terjadi pada amandemen ketiga UUD 1945

dengan alasan untuk menjadi lembaga pengawas eksternal yang menjalankan

fungsi checks and balances terhadap lembaga kehakiman di Indonesia.

Kesepakatan untuk membentuk Komisi Yudisial tertuang dalam Pasal 24B ayat 1

UUD 1945 yang menyebutkan bahwa Komisi Yudisial bersifat mandiri yang

berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang

lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat,

serta perilaku hakim.

Kemudian disusun Undang-undang nomor 22 tahun 2004 tentang

ketentuan Komisi Yudisial. Pada tahun 2011 terjadi lagi perubahan dengan

munculnya Undang-undang no.18 tentang ketentuan dan kedudukan Komisi

Yudisial. Pada pasal 3 UU no.18 tahun 2011 disebutkan bahwa Komisi Yudisial

berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia dan Komisi Yudisial dapat

mengangkat penghubung di daerah sesuai dengan kebutuhan.

Komisi Yudisial memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:

1. Mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc di Mahkamah

Agung kepada DPR untuk mendapatkan persetujuan DPR.

2. Menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat serta menjaga perilaku

hakim.

3. Menetapkan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH)

bersama-sama dengan Mahkamah Agung.

4. Menjaga dan menegakkan pelaksanaan Kode Etik dan/atau Pedoman

Perilaku Hakim (KEPPH).

5. Melakukan pendaftaran calon hakim agung.

6. Melakukan seleksi dan menetapkan calon hakim agung.

7. Mengajukan calon hakim agung ke Dewan Perwakilan Rakyat.60

60

(27)

Di dalam UUD 1945 pasal 24B ayat 1 disebutkan bahwa Komisi Yudisial

mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan,

keluhuran martabat, serta perilaku hakim. Beberapa langkah yang dijalankan oleh

Komisi Yudisial dalam menjalankan fungsi tersebut adalah:

1. Melakukan pengawasan terhadap perilaku hakim.

2. Menerima laporan pelanggaran kode etik perilaku hakim untuk kemudian

melakukan verifikasi, klarifikasi, dan investigasi atas laporan tersebut

secara tertutup.

3. Meminta keterangan dari saksi dan hakim atas pelanggaran perilaku

hakim.

4. Memutuskan benar atau tidaknya laporan pelanggaran kode etik perilaku

hakim untuk kemudian mengambil langkah hukum atas setiap

pelanggaran. Baik itu untuk orang atau kelompok yang merendahkan

kehormatan dan keluhuran martabat hakim, ataupun kepada hakim itu

sendiri yang melakukan pelanggaran kode etik kehakiman.

5. Mengambil langkah hukum dan/atau langkah lain terhadap orang

perseorangan, kelompok orang, atau badan hukum yang merendahkan

kehormatan dan keluhuran martabat Hakim.61

61

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi banyak hal yang harus diperbaiki agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan meningkatkan nilai siswa, jika sistem belajar secara daring tidak dipersiapkan

Format Berita acara penetapan Calon Dukuh, Formulir pendaftaran pemilih, Bentuk surat pemberitahuan/panggilan untuk memberikan suara, Bentuk dan ukuran stempel

Setelah kalian belajar tentang Indonesia adalah negara kepulauan yang letaknya sangat setrategis, serta munculnya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha didaerah pesisir, pada

Rasa menyesal ini muncul karena mahasiswa menggunakan uangnya untuk membeli produk fashion yang tidak menjadi kebutuhan mendesak, padahal disi lain masih memiliki

Hasil percobaan di laboratorium menunjukkan bahwa pada 8 hari setelah inokulasi, formulasi kering T.harzianum dengan bahan pembawa kaolin adalah yang paling baik dalam

Pada hasil uji perbandingan dengan uji Mann Whitney U didapat nilai sebesar 0,000 dengan nilai signifikan sebesar 0,000 dan nilai Z adalah -6,655 yang

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa koefisien determinasi antara gaya kepemimpinan demokratis (x) dengan motivas kerja karyawan (y) adalah 0,205 yang artinya

Berdasarkan uji t yang telah dilakukan, maka hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Nilai Ekspor Intra-ASEAN (X 1 ) terhadap