• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Tingkat Kapasitas Oksigen Maksimal (VO2 Max) dan Pola Makan Anggota Tim KBM Futsal FKIK UKSW Salatiga T1 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Tingkat Kapasitas Oksigen Maksimal (VO2 Max) dan Pola Makan Anggota Tim KBM Futsal FKIK UKSW Salatiga T1 Full text"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Gambaran Tingkat Kapasitas Oksigen Maksimal (

VO2 Max

) dan

Pola Makan Anggota Tim KBM Futsal FKIK UKSW Salatiga

Tugas Akhir

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam

memperoleh gelar sarjana pendidikan

Disusun Oleh: Rananta Khomarul Ninzar

482013027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI, KESEHATAN & REKREASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Pendahuluan

Olahraga merupakan aktivitas fisik yang dilakukan oleh manusia untuk

mencapai suatu tujuan tertentu, baik dalam prestasi maupun untuk kebutuhan tiap

individu seperti mengisi waktu luang, bersenang-senang, menghilangkan stres,

menjaga kesehatan, diet, dan meningkatkan daya tahan tubuh. Semakin banyak

melakukan olahraga dapat meningkatkan derajat kesehatan dan tingkat kesegaran

jasmani seseorang. Menurut Irianto (2007), seseorang dikategorikan memiliki derajat

kebugaran yang baik apabila memiliki kemampuan untuk dapat melakukan

pekerjaan sehari-hari secara efisien tanpa kelelahan yang berlebihan. Tingkat

kebugaran seseorang dipengaruhi oleh kebiasaan olahraga dan pola makan. Untuk

mendapatkan hasil yang optimal, aktivitas berolahraga perlu didukung dengan

asupan gizi yang memadai. Kebiasaan olahraga dan pola makan yang baik sangat

berpengaruh terhadap tingkat kebugaran. Salah satu unsur yang paling penting dalam

kebugaran jasmani yaitu daya tahan kardiorespirasi.

Daya tahan kardiorespirasi adalah kemampuan dari jantung, paru-paru,

pembuluh darah, dan kelompok otot yang besar untuk melakukan latihan-latihan

yang keras dalam waktu yang lama, seperti jalan cepat, jogging, berenang, senam

aerobik, mendayung, bersepeda, dan lain-lain (Len Kravitz, 2001:5). Oleh karena itu

daya tahan kardiorespirasi menjadi suatu komponen pokok yang penting bagi

kebugaran jasmani. Pengukuran daya tahan kardiorespirasi untuk kapasitas aerobik

dapat dilakukan dengan cara mengukur konsumsi VO2 max (Ismaryati, 2006). VO2

max merupakan volume oksigen tubuh yang dapat digunakan saat bekerja keras,

dinyatakan dalam milliliter, per kilogram (berat badan), per menit. Hal ini

memberikan indikasi bagaimana tubuh menggunakan oksigen pada saat melakukan

aktivitas fisik misalnya pada waktu olahraga. Salah satu cabang olahraga yang

menuntut kemampuan fisik dan daya tahan kardiorespirasi adalah futsal.

Dalam futsal karakteristik sistem energi yang digunakan adalah sistem energi

anaerobik yang didukung dengan sistem aerobik. Bermain futsal membutuhkan

banyak energi sehingga asupan makan harus dijaga untuk memiliki kondisi tubuh

yang baik karena energi didapat dari mengkonsumsi makanan sehat. Jadi pemain

futsal perlu memiliki VO2 max yang baik untuk mensuplai oksigen guna menunjang

(7)

diperoleh dari kegiatan KBM (Kelompok Bakat Minat) FKIK UKSW, olahraga yang

diminati mahasiswa FKIK adalah futsal. Di dalam KBM futsal FKIK, para pemain

tidak bisa bertahan lama ketika menjalani latihan maupun bertanding. Sebagai

mahasiswa, hal tersebut bisa saja terjadi karena para pemain melakukan banyak

aktivitas dan pola makan yang kurang teratur sehingga terjadi kelelahan. Untuk itu

penelitian ini dilakukan guna mengetahui kondisi tingkat VO2 max dan pola makan

pada anggota tim Kelompok Bakat Minat (KBM) futsal FKIK UKSW.

Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan metode

survei, untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada maka dipergunakan

tes dan pengukuran. Survei adalah salah satu jenis penelitian untuk mengetahui

pendapat dari informasi yang diperoleh dari penelitian, dapat dikumpulkan dari

seluruh populasi dan dapat pula dari sebagian dari populasi (Dharma, 2008).

Populasi dalam penelitian ini adalah anggota tim KBM futsal FKIK UKSW yang

berjumlah 38 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

purposive sampling yang dilakukan atas dasar pertimbangan tertentu. Kriteria inklusi

subjek penelitian adalah aktif secara fisik, tidak memiliki penyakit kardiorespirasi,

dan bersedia menjadi subjek penelitian. Berdasarkan kriteria inklusi maka dipilih 20

orang sebagai subyek penelitian.

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data

pola makan pemain dengan membagikan kuesioner yang terdiri dari frekuensi

makan, kebiasaan makan, konsumsi cairan, konsumsi makanan dan minuman

sebelum dan sesudah pertandingan. Sedangkan untuk tingkat VO2 max dengan

menggunakan Tes MFT atau Multistage Fitness Test. Tes ini dilakukan dengan

berlari bolak-balik antara 2 garis dengan jarak 20 meter dengan aba-aba bunyi beep.

Sumber data pada penelitian ini dengan menggunakan data primer karena

data diambil langsung oleh peneliti melalui MFT. Sedangkan data sekunder adalah

data yang sudah tersedia sehingga dapat diperoleh dengan lebih mudah dan cepat,

misalnya data nama dan usia pemain. Pengambilan data dilakukan pada hari Rabu

tanggal 8 Februari 2017 pukul 15.00 sampai selesai di lapangan Salatiga Futsal.

Prosedur pelaksanaan MFT antara lain: persiapan lintasan yang akan digunakan

(8)

pelaksanaan tes. Dalam pengambilan data terdapat 5 lintasan dan dibantu 5 teman

yang bertugas mengamati dan mencatat subjek dalam menjalani tes. Selanjutnya

yaitu pengumpulan recording sheet, diurutkan sesuai nomor peserta partisipan

kemudian data diolah untuk mengetahui persentase tingkat VO2 max pemain apakah

dalam kategori sangat kurang, kurang, sedang, baik, sangat baik ataupun istimewa.

Hasil Penelitian

Data karakteristik responden dibutuhkan untuk mengetahui lebih jelas

mengenai gambaran responden dalam penelitian. Karakteristik yang diteliti meliputi

usia, berat badan, tinggi badan, dan status gizi. Karakteristik responden disajikan

dalam tabel berikut.

responden terhadap usia sedikit beragam yaitu antara usia 18 sampai 22 tahun.

Rata-rata umur dari semua responden yaitu 20,25 tahun. Menurut Depkes RI (2009)

berdasarkan usia tersebut dapat diketahui bahwa responden tergolong ke dalam usia

remaja akhir.

Tinggi Badan

Tabel 2 Persentase tinggi badan responden

Tinggi Badan (cm) N %

Secara keseluruhan diketahui rata-rata tinggi badan responden 169,1 cm.

(9)

antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan

normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan pertambahan umur.

Berat Badan

Tabel 3 Persentase berat badan responden

Berat Badan (kg) N %

Responden sebagian besar memiliki berat badan 56-65 kilogram yaitu

sebanyak 10 orang dengan persentase 50%, kemudian 25% responden dengan berat

badan 46-55 kilogram, masing-masing 10% dengan berat badan 66-75 kilogram dan

76-85 kilogram, serta hanya 5% responden dengan berat badan 86-95 kilogram. Dari

hasil tersebut diketahui bahwa rata-rata berat badan responden 62,05 kilogram.

Status Gizi

Tabel 4 Persentase status gizi responden

Status Gizi N %

Sebagian besar 80% responden memiliki status gizi normal, 15% responden

dengan status gizi overweight, dan hanya 5% responden memiliki status gizi kurus.

Kapasitas Oksigen Maksimal (VO2 max)

Proses awal dari analisis data yaitu melakukan deskripsi data responden yang

bertujuan untuk mengetahui ukuran-ukaran diantaranya jumlah persentase, rata-rata

(mean), dan simpangan baku (standart deviasi). Pengolahan data dilakukan dengan

perhitungan manual dan dengan bantuan program Microsoft Excel 2007 versi

(10)

Tabel 5 data deskriptif responden

Jumlah Min Max Mean Standart Deviasi

20 29,1 49 36,66 5,8

Pengukuran hasil tingkat VO2 max dilakukan dengan menggunakan

Multistage Fitness Test (MFT) yang dilakukan oleh 20 subjek penelitian anggota tim

KBM futsal FKIK dari UKSW. Hasil dari penelitian berguna untuk mengetahui

seberapa besar kondisi tingkat kapasitas oksigen maksimal responden. Hasil dari tes

tersebut dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 6 hasil tes MFT responden

Kategori N %

Istimewa 0 0

Sangat Baik 0 0

Baik 2 10

Sedang 6 30

Kurang 5 25

Sangat Kurang 7 35

Total 20 100

Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa 35% responden memiliki tingkat

VO2 max sangat kurang, 30% responden dengan tingkat VO2 max sedang, 25%

responden memiliki tingkat VO2 max kurang, dan hanya 10% responden memiliki

kondisi tingkat VO2 max baik.

Pola Makan

Pola makan merupakan kebiasaan konsumsi pangan setiap harinya dimana

jumlah pangan baik tunggal maupun beragam yang dimakan oleh individu atau

kelompok dengan tujuan tertentu. Tujuan mengkonsumsi makanan adalah untuk

memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan tubuh.

Frekuensi Makan

Dari hasil kuesioner menyatakan bahwa frekuensi dan kebiasaan makan

digunakan untuk mengetahui konsumsi pangan responden di ukur dalam satuan kali

(11)

Tabel 7 Sebaran frekuensi makan

Tabel 7 menunjukkan bahwa sebanyak 65% responden memiliki frekuensi makan

sebanyak tiga kali setiap harinya, sedangkan sisanya memilik frekuensi makan

sebanyak dua kali sehari yaitu 25% dan hanya 5% responden memiliki frekuensi

makan lebih dari tiga kali setiap harinya.

Kebiasaan Makan

nasi, lauk hewani/nabati, sayur 12 60

nasi, lauk hewani 4 20

nasi, lauk hewani/nabati, sayur 10 50

nasi, lauk hewani 3 15

Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa kebiasaan makan responden sebagian

besar yaitu sebesar 65% membiasakan diri untuk melakukan sarapan dengan menu

berupa nasi dan lauk pauk dengan persentase 95% dan hanya 5% responden

(12)

responden mengkonsumsi menu berupa nasi, lauk hewani atau nabati, dan sayur,

sedangkan sisanya masing-masing 20% memilih menu lengkap berupa nasi, lauk

hewani, lauk nabati, sayur, buah, dan juga hanya nasi dan lauk hewani saja.

Kemudian untuk kebiasaan makan malam responden 50% konsumsi menu berupa

nasi, lauk hewani atau nabati, sayur, serta 20% memilih lainnya dengan variasi menu

seperti nasi goreng, nasi dan telur, sisanya masing-masing 15% responden konsumsi

menu nasi, lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah, dan hanya nasi dengan lauk

hewani. Konsumsi makanan cepat saji (fastfood) sebagian besar 55% responden

jarang mengkonsumi fastfood, sisanya 40% kadang-kadang mengkonsumsi fastfood

dan 5% tidak pernah mengkonsumsi fastfood.

Kebiasaan Minum

Dari hasil mengenai kebiasaan minum responden menunjukkan bahwa

sebagian 40% responden mengkonsumsi air mineral lebih dari 8 gelas perhari, dan

sisanya 25% responden konsumsi air mineral 7 gelas per hari, 20% konsumsi 5 gelas

air mineral per hari, dan 15% responden konsumsi air mineral kurang dari 5 gelas

per hari. Konsumsi sport drink sebagian besar 95% responden tidak mengkonsumsi

sport drink, hanya 5% responden mengkonsumsi sport drink. Konsumsi alkohol

diketahui bahwa sebesar 80% responden tidak mengkonsumsi alkohol dan hanya

20% responden mengkonsumsi alkohol. Responden selalu mengkonsumsi minuman

selama bertanding (80%), sementara sisanya tidak mengkonsumsi minuman selama

(13)

Kebiasaan Makan Sebelum Bertanding

Tabel 10 kebiasaan makan sebelum bertanding

Kebiasaan konsumsi makan sebelum

nasi, lauk hewani/nabati, sayur 13 65

nasi, lauk hewani 0 0

Lainnya 4 20

makanan/minuman yang dihindari

Ada 11 55

tidak ada 9 45

Hasil dari sebaran kuesioner semua responden mengkonsumsi makanan

sebelum bertanding tetapi dengan rentang waktu yang berbeda-beda. Sebagian besar

80% mengkonsumsi makanan dengan rentang waktu 1-2 jam dan sisanya 20%

responden mengkonsumsi makanan sebelum bertanding dengan rentang waktu 2-3

jam. Susunan menu juga berbeda-beda, sebesar 65% responden konsumsi menu

berupa nasi, lauk hewani atau nabati, sayur, 20% responden konsumsi menu lainnya

seperti nasi, sayur, lauk hewani, biskuit, roti, buah-buahan, dan sisanya 15%

responden konsumsi menu lengkap berupa nasi, lauk hewani, lauk nabati, sayur,

buah. Kemudian 55% responden menyatakan bahwa ada pantangan terhadap

makanan dan minuman sebelum bertanding seperti makanan berminyak, asam, pedas

serta minuman bersoda, dan sisanya 45% responden tidak ada pantangan makanan

dan minuman sebelum bertanding.

Kebiasaan Makan Setelah Bertanding

Responden mengkonsumsi minuman setelah bertanding memilih lainnya

seperti air mineral dan vitamin (45%), minuman isotonik (40%), dan air dingin

(15%). Hal tersebut untuk mengganti cairan yang terkuras habis ketika bertanding.

Semua responden mengkonsumsi makanan lengkap namun juga dengan rentang

waktu yang berbeda-beda sebesar 60% 1-2 jam, 35% 2-3 jam, dan 15% 3-4 jam.

(14)

bertanding (65%), sedangkan sisanya memiliki pantangan seperti makanan pedas,

minuman bersoda, alkohol (35%).

Tabel 11 kebiasaan makan setelah bertanding

Kebiasaan konsumsi makan setelah

nasi, lauk hewani, lauk nabati, sayur,

buah 4 20

nasi, lauk hewani/nabati, sayur 10 50

nasi, lauk hewani 2 10

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi tingkat kapasitas oksigen

maksimal anggota tim KBM futsal FKIK diperoleh rata-rata sebesar 36,66

ml/kgBB/min yang termasuk dalam kategori sedang. Hal ini menunjukan keadaan

kebugaran jasmani, khususnya untuk daya tahan kardiorespirasi tergolong cukup

baik.

Dalam bermain futsal pemain dituntut untuk memiliki daya tahan yang

optimal karena futsal merupakan olahraga aerobik dan anaerobik dimana pemain

harus memiliki kelincahan, kekuatan, kecepatan, dan daya tahan yang baik. Saat

bermain, kelincahan sangat dibutuhkan untuk mendukung kemampuan menggiring

bola, baik pada saat menyerang maupun bertahan. Kemudian untuk dapat melakukan

teknik dengan baik seperti menendang bola kearah gawang, melakukan umpan, serta

kemungkinan terjadi tabrakan dengan pemain lain, maka diperlukan kekuatan yang

(15)

yang optimal karena futsal merupakan permainan dengan pergerakan cepat. Hal yang

utama adalah daya tahan, dimana berdasarkan permainan futsal yang merupakan

permainan cepat, pergerakan cepat, berlari, sprint bolak balik, menguasai bola

maupun merebut bola yang berlangsung selama 2 × 20 menit dengan waktu istirahat

15 menit. Maka pemain futsal harus memiliki daya tahan yang baik guna bermain

secara maksimal.

Selain itu asupan makanan menjadi hal yang penting bagi kondisi tubuh.

Menurut studi yang pernah dilakukan di Yogyakarta diketahui bahwa asupan energi

cukup maka kebugaran tubuh juga baik (Fajarwati, 2006). Asupan zat gizi yang

seimbang dapat diperoleh melalui pengaturan makanan secara tepat. Pengaturan

makanan diperlukan untuk memenuhi kualitas dan kuantitas gizi pasca saat masa

latihan, bertanding maupun pemulihan yaitu dengan memenuhi jumlah energi dan

komposisi zat gizi secara seimbang sesuai dengan kebutuhan individual setiap

harinya (Sedyanti, 2000). Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh individu

atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan

penggunaan zat gizi (Faiz, 2011). Status gizi yang baik dapat diperoleh melalui

asupan makan yang seimbang (Widiastuti, Kushartanti, & Kandarina, 2008). Asupan

zat gizi yang seimbang mempengaruhi penampilan prima seorang pemain pada saat

bertanding (Heather, Lisa, & Alan, 2006). Jadi semakin tinggi tingkat VO2 max

semakin baik pula fisik pemain ketika bertanding.

Frekuensi makan berpengaruh terhadap tubuh karena tubuh membutuhkan

nutrisi untuk menjaga kesehatan tubuh. Umumnya seseorang makan minimal 3×

perhari terdiri dari sarapan, makan siang, dan makan malam. Dari hasil penelitian

responden berusaha membiasakan diri untuk melakukan sarapan pagi. Jika tidak

melakukan sarapan maka tidak ada asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh sehingga

saat bermain futsal kekurangan energi yang dapat menyebabkan performa permainan

tidak maksimal. Bagi pemain futsal sarapan pagi menjadi keharusan untuk

memberikan energi dalam tubuh guna melakukan aktivitas fisik. Susunan menu

sarapan pagi sebaiknya yang mengandung karbohidrat tinggi karena karbohidrat

merupakan sumber utama bagi tubuh. Selain karbohidrat, konsumsi protein juga

penting untuk menjaga metabolisme tubuh. Kondisi VO2 max tergantung pada

kebugaran tubuh, kebugaran tubuh didapat dari rutinitas melakukan aktivitas fisik

(16)

gizi akan membuat kebugaran atlet menjadi baik sehingga menjadi tidak cepat lelah

dan mampu melakukan aktivitasnya dengan baik pula sehingga mampu mencapai

prestasi olahraga yang maksimal (Kartika, 2006).

Untuk makan siang responden biasa mengkonsumi menu makanan berupa

nasi, lauk hewani atau lauk nabati, sayur, dan buah. Menu makanan sehat untuk

makan siang harus memenuhi beberapa hal seperti karbohidrat, lemak sehat, protein

dan mineral. Makan siang dilakukan guna mengisi kembali perut setelah tubuh

melakukan aktivitas sejak pagi hari seperti halnya aktivitas fisik bermain futsal. Saat

bermain futsal tentu saja banyak energi yang dikeluarkan sehingga lama-kelamaan

energi akan terkuras habis. Jadi makan di siang hari dapat membantu memulihkan

energi tubuh. Sebagian besar responden jarang mengkonsumsi fastfood. Menurut

Irianto (2007) penyediaan makanan cepat saji memiliki kelebihan antara lain

penyajian yang cepat sehingga tidak menghabiskan waktu dan dapat dihidangkan

kapan dan dimana saja, higienis, dianggap makanan modern. Namun fast food juga

memiliki kekurangan yaitu komposisi bahan makanan yang kurang memenuhi

standar makanan sehat berimbang, antara lain kandungan lemak jenuh berlebihan

karena unsur hewani lebih banyak daripada nabati, kurang serat, kurang vitamin.

Konsumsi cairan bagi seorang pemain futsal sangat diperlukan guna menjaga

hidrasi tubuh. Para pemain futsal ketika bermain dilapangan akan banyak

mengeluarkan tenaga dan keringat sehingga cairan tubuh cepat habis dan mengalami

dehidrasi. Jadi mengkonsumsi air mineral sangatlah penting guna mencegah hidrasi

sehingga keadaan VO2 max tetap stabil ketika bertanding. Pada umumnya minum air

mineral 8 gelas sehari atau sekitar 2 liter perhari dapat mencukupi kebutuhan cairan

pada tubuh. Rata-rata responden mengonsumsi air mineral lebih dari 7 gelas

perharinya. Sport drink atau minuman olahraga yang fungsinya adalah untuk

menggantikan cairan elektrolit, gula, dan nutrisi lain yang hilang selama berolahraga.

Sebanyak 95% responden tidak mengkonsumsi sport drink dan hanya 5% responden

mengkonsumsinya.

Sebagian besar responden tidak mengkonsumsi alkohol. Minuman alkohol

mengandung zat yang berbahaya bagi tubuh bila di konsumsi karena berdampak bagi

seseorang dan mengakibatkan kehilangan kesadaran. Menurut Davidson, Neale, dan

(17)

kesejahteraan hidup, karena konsumsi dalam jangka panjang dapat menyebabkan

kerusakan biologis parah antara lain kerusakan kelenjar endokrin dan pankreas,

gagal jantung, hipertensi, dan stroke. Mengkonsumsi minuman beralkohol sangat

berbahaya bagi kesehatan, jadi seseorang atau olahragawan tidak di anjurkan

mengkonsumsi alkohol. Hampir semua responden mengkonsumsi air mineral saat

pertandingan. Saat bertanding para pemain banyak mengeluarkan keringat sehingga

mengalami dehidrasi, jadi pemain harus mengkonsumsi air mineral guna

mengembalikan cairan tubuh yang terkuras.

Menurut Brouns (1993) sebelum pertandingan, pemain disarankan untuk

mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat 2-4 jam sebelum bertanding untuk

meningkatkan cadangan glikogen yang berfungsi sebagai molekul penyimpanan

jangka panjang para pemain dan mengkonsumsi cairan yang cukup guna menjaga

agar status hidrasi pemain tetap dalam kondisi baik seperti halnya air putih. Jika

pemain tidak mengkonsumsi makanan atau tidak ada asupan energi dan mengalami

kelaparan akan menurunkan kondisi VO2 max sehingga bermain dengan tidak

maksimal. Begitu juga sebaliknya, Setelah pertandingan, energi di dalam tubuh

berkurang dengan cepat. Selain itu, tubuh juga mengalami kehilangan cairan dan

elektrolit melalui keringat karena aktivitas yang dilakukan selama pertandingan.

Oleh sebab itu, makanan dan minuman setelah pertandingan sangat dibutuhkan oleh

tubuh untuk memulihkan keadaan tubuh seperti mengembalikan glikogen, mengganti

cairan dan elektrolit yang terbuang untuk menjaga keseimbangan cairan dan

elektrolit di dalam tubuh. Sebagian besar responden mengkonsumsi makanan 1-2

jam baik sebelum dan sesudah pertandingan.

Beberapa responden menyatakan ada makanan dan minuman yang harus

dihindari baik sebelum pertandingan maupun setelah pertandingan. Pemain

hendaknya menghindari makanan dan minuman seperti halnya makanan yang

berminyak, pedas, asam, serta minuman bersoda dan alkohol. Makanan yang terlalu

pedas dan terlalu asam akan mengganggu proses pencernaan dan menimbulkan rasa

tidak nyaman di lambung. Mengkonsumsi alkohol juga berdampak pada kesehatan

tubuh, sama seperti halnya minuman bersoda dapat mengganggu kesehatan tubuh

karena soda mengandung kadar gula yang berlebihan. Jadi hindari makanan dan

(18)

Kesimpulan

Berdasarkan hasil tes pengukuran tingkat VO2 max anggota KBM futsal

FKIK UKSW melalui Multistage Fitness Test diperoleh bahwa secara keseluruhan

kondisi tingkat VO2 max rata-rata sebesar 36,66 ml/kgBB/min yang termasuk dalam

kategori sedang. Sedangkan untuk pola makan pemain dikategorikan baik dilihat dari

frekuensi makan, pemilihan jenis makanan, kecukupan cairan, dan konsumsi

makanan/minuman pada saat sebelum, sedang, dan setelah melaksanakan

pertandingan. Pola makan yang baik turut mendukung tingkat VO2 max para pemain

karena berperan dalam meningkatkan performa tubuh dalam melakukan gerak saat

melaksanakan serangkaian aktivitas latihan maupun pertandingan futsal.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Davidson, Gerald. C., Neale, J. M., Kring, A. M., (2006). Psikologi Abnormal.

Jakarta : Rajawali Press

Depkes RI (2009). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depertemen Republik

Indonesia.

M. P. S. Dharma. Pendekatan, Jenis, dan Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta:

Direktorat Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, 2008, p. 47.

Faiz NH. 2011. Hubungan karakteristik atlet, pengetahuan gizi, konsusmi pangan,

dan tingkat kecukupan gizi terhadap kebugaran atlet bola basket di SMP/SMA

Ragunan Jakarta Selatan.

Fajarwati S. Hubungan asupan energi dengan tingkat kebugaran paru jantung (VO2

max) peserta senam aerobic di sanggar senam dan fitness centre kartika dewi

Yogyakarta. 2006 [dikutip 2017 Mar 21] Tersedia URL : http://dawamjamil.

blogspot.co.id/2011/03/hubungan-asupan-energi-dengan-tingkat.html

Heather HF, Lisa C, Alan EM. 2006. Endurance and ultra-endurance athletes. In:

Practicial applications in sport nutrition. Boston: Jones and Bartlett Publisher.

Irianto DP. 2007. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan. Andi

Yogyakarta, Yogyakarta.

Ismaryati. 2006. Tes dan Pengukuran Olahraga. Surakarta: Sebelas Maret

University Press

Kravitz, Len. 2001. Panduan Lengkap Bugar Total. Jakarta : PT Raja Gravindo Persada.

Riyadi H.2003. Diktat Penilaian Gizi secara Antropometri. Bogor: Institut Pertanian

Bogor.

Sedyanti. 2000. Pedoman pelatihan gizi olahraga untuk prestasi. Jakarta: Depkes R.I

dirjen Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat.

Widiastuti PA, Kushartanti BMW, Kandarina IBJ. 2009 Pola makan dan kebugaran

jasmani atlet pencak silat selama pelatihan daerah pecan olahraga nasional XVII

Gambar

Tabel 1 persentase usia responden
Tabel 3 Persentase berat badan responden
Tabel 5 data deskriptif responden
Tabel 8 sebaran kebiasaan makan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara.. Penghapusan

Penghasilan yang bersifat material berarti imbalan (upah, gaji) dan yang non material bermakna ukhrawi yaitu ingin mendapat pahala di sisi Allah. Dalam kaitannya dengan tujuan

Abstrak — Apple sebagai brand yang dikenal begitu elegan dan selalu futuristik dalam sajian produk - produknya merupakan sebuah media edukasi yang membutuhkan sebuah

Multimedia merupakan salah satu alat bantu yang dapat digunakan dalam suatu. proses pembelajaran, termasuk pembelajaran menyimak dalam

Pembahasan ini sesuai dengan definisi metode Problem Based Instruction merupakan pendekatan belajar yang menggunakan permasalahan autentik dengan maksud untuk

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh bahwa kemampuan subjek laki- laki dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah berbentuk kontekstual yaitu subjek laki-laki dengan

Skripsi dengan judul “Penggunaan Metode Permainan Kuis untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Matematika Materi Pokok Bangun Datar dan Bangun Ruang

Instrumen dalam penelitian ini berbentuk essay yang berjumlah tujuh butir soal.Setelah dilakukan wawancara secara langsung dengan guru mata pelajaran Fisika kelas