• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) di Puskesmas Sukaramai Kecamatan Medan Area Tahun 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) di Puskesmas Sukaramai Kecamatan Medan Area Tahun 2017"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan Nasional Online (SIKNAS Online) agar komunikasi data antara pusat dan daerah menjadi lancar. Seiring dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan akan data kesehatan, berbagai sistem informasi dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, diantaranya dengan meningkatkan fasilitas jaringan dan pengembangan model sistem informasi kesehatan, seperti Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA). SIKDA berasal dari Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu (SP2TP) versi manual yang dikembangkan pada era 80-an oleh Kementerian Kesehatan yang pada masa itu masih bernama Departemen Kesehatan.

(2)

Sistem Informasi Daerah. Hal ini dikarenakan semakin banyak daerah yang mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan Daerah masing-masing.

Secara potensial, SP2TP dapat berperan banyak dalam menunjang proses manajemen Puskesmas, namun berbagai data SP2TP yang tersedia untuk menunjang manajemen Puskesmas belum dapat dimanfaatkan secara optimal oleh berbagai hal yang berkaitan dengan rancangan sistem tersebut. Selama ini banyak Puskesmas yang masih mengelola data-data kunjungan pasien, data-data arus obat, dan juga membuat pelaporan dengan menggunakan cara-cara yang manual. Selain membutuhkan waktu yang lama, keakuratan dari pengelolaan data juga kurang dapat diterima, karena memungkinkan terjadinya kesalahan yang sangat besar. Seiring dengan perkembangan di bidang kesehatan, pemerintah menyadari mutlak diperlukannya informasi yang cepat, tepat, akurat

dan up to date di bidang kesehatan sehingga diperlukan suatu sistem informasi yang dapat

menghemat waktu, biaya, menghindari duplikasi pekerjaan dan mempermudah proses juga meningkatkan kualitas manajemen Puskesmas secara lebih efektif dan efisien, sistem tersebut adalah Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS).

(3)

Keterkaitan antara SP2TP dengan SIMPUS yaitu memiliki kesamaan dalam hal format laporannya. SIMPUS merupakan output yang berupa informasi yang diperoleh dari pengolahan data-data SP2TP. Selama ini petugas SP2TP bukan orang yang merupakan ahli dalam program yang berbasis teknologi informasi tersebut. Adapun data-data dasar yang akan diinput diperoleh dari para petugas pemegang program di Puskesmas, diantaranya yaitu petugas KIA, Gizi, Promosi Kesehatan, dan Kesehatan Lingkungan. Para petugas dari masing-masing program tersebut membuat format laporan dalam bentuk laporan LB1, LB2, LB3, dan LB4, kemudian data-data tersebut akan diinput oleh petugas SP2TP. Sebelum memasuki era komputerisasi (online), proses pengolahan data dilakukan secara manual. Adapun data laporan yang dikumpulkan oleh Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota sampai ke Dinas Kesehatan Provinsi memiliki format yang sama.

Seiring dengan perkembangan di bidang kesehatan, kebutuhan akan data dasar yang diperoleh dari Puskesmas prioritasnya berbeda-beda pada masing-masing tingkat. Alur proses pelaksanaan SIMPUS dimulai dari Puskesmas sampai kepada Dinas Kesehatan Provinsi yaitu : Puskesmas menyediakan berbagai data dasar lengkap yang akan dikumpulkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota sampai kepada Dinas Kesehatan Provinsi, tetapi Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi hanya mengambil data yang sesuai dengan prioritas kebutuhan dari masing-masing tingkat tersebut. Jadi masing-masing tingkat mempunyai format data tersendiri sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masing-masing tingkat. Hal tersebut dikarenakan oleh kebijakan perencanaan kesehatan yang juga berbeda-beda di masing-masing tingkat. Maka dari itu, untuk mempermudah tingkat pusat dalam memilih data apa yang dibutuhkan, maka diciptakanlah suatu sistem online. Kegunaan dari sistem online yang diberlakukan diantaranya adalah kdalam hal kecepatan akses data serta efisiensi biaya dan waktu.

(4)

diprioritaskan. Pada tanggal 11-15 Dinas Kesehatan Provinsi memvalidasi data kesehatan prioritas yang diajukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Dilihat dari sumber daya manusia, peranan daripada pimpinan Puskesmas (Kepala Puskesmas) di bidang manajemen sangat diperlukan dalam pelaksanaan SIMPUS. Pimpinan Puskesmas harus bisa mengobservasi berbagai keterlamabatan maupun ketidakakuratan dalam pengumpulan data oleh para petugas pemegang program. Adapun salah satu tugas dari pimpinan adalah pengawasan atau supervisi. Petugas pelaksana program diharapkan dapat membuat laporan yang valid dan tepat waktu yang nantinya akan diinput oleh petugas SP2TP.

Kemampuan dalam proses manajemen menuntut pimpinan Puskesmas mempersiapkan petugas pemegang program untuk mengumpulkan data secara akurat dan tepat waktu sehingga petugas SP2TP dapat melakukan proses input data dengan cepat dan akurat. Kecepatan dan akurasi input data sangat tergantung kepada petugas SP2TP. Pada kenyataannya petugas input data di Puskesmas adalah staf yang juga bertugas dalam pelaksana program sehingga terjadi rangkap pekerjaan. Pekerjaan input data yang tertunda berpotensi mengurangi kelengkapan data dan terkumpulnya data secara real time. Dampaknya adalah integrasi data tidak dapat dilakukan dengan segera.

Kualitas jaringan komputer yang baik sangat diperlukan agar data dapat diintegrasikan secara berkesinambungan. Hal ini membutuhkan perbaikan serta pemeliharaan teknologi informasi secara terus menerus. Pemeliharaan ini tidak hanya ditujukan bagi jaringan komputer tetapi juga bagi seluruh hardware yang diperlukan serta

software yang dipakai. Pemeliharaan SIMPUS memerlukan petugas yang kompeten.

Idealnya untuk membangun dan memelihara Sistem Informasi diperlukan operator komputer, ahli jaringan, pengelola database, programmer, analis sistem dan IT Project

Manager. Seiring dengan tahapan perkembangan SIMPUS, maka peran dari

masing-masing ahli akan bertambah dan berkurang secara bergantian. Beberapa hal tersebut menunjukkan bahwa pada kenyataannya pelaksanaan SIMPUS masih belum bisa dilakukan secara optimal dan masih terdapat hambatan dalam pelaksanaannya.

(5)

dilakukan setiap saat. Penelitian lain yang dilakukan oleh Inggaputri (2009) menyebutkan bahwa masih ditemukan kendala dari hasil evaluasi SIMPUS dengan menggunakan metode PIECES (Performance, Information, Economy, Control/Security, Efficiency,

Service) diantaranya dari aspek performance, information dan efficiency. Hasil penelitian

dari Widodo (2013) juga menyebutkan bahwa masih ditemukan hambatan penerapan SIMPUS yaitu pada keterbatasan sumber daya manusia.

Puskesmas Sukaramai, Kecamatan Medan Area, Kota Medan, merupakan salah satu dari 39 Puskesmas di Kota Medan yang terletak di Jalan Ar-Hakim Gg. Kantil Kelurahan Tegal Sari I Kecamatan Medan Area, Kota Medan, Sumatera Utara. Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kota Medan, Puskesmas Sukaramai merupakan salah satu dari dua Puskesmas di Kota Medan yang bermasalah dalam bidang pelaksanaan SIMPUS atau SP2TP. Hal tersebut dilihat dari keterlambatan para petugas pelaksana masing-masing program dalam mengumpulkan laporan kepada petugas SP2TP sebagai penginput data.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan, didapatkan beberapa informasi yaitu laporan yang diolah dengan menggunakan SIMPUS adalah laporan LB1 (data morbiditas), LB2 (data obat), LB3 (KIA, Gizi, KB, imunisasi, penyakit menular), LB4 (kegiatan Puskesmas), laporan LT 1 (data dasar Puskesmas), LT 2 (data kepegawaian), LT3 (data peralatan), dan laporan sentinel, namun pelaksanannya belum optimal. Teknologi komputer yang tersedia berjumlah dua buah dengan menggunakan Sistem Operasi Windows, jumlah komputer tersebut dinilai kurang mencukupi karena sudah mulai banyak pencatatan dan pelaporan berbagai data yang seharusnya diolah dengan menggunakan komputer oleh masing-masing bidang di Puskesmas tersebut. Kualitas jaringan internet pada Puskesmas Sukaramai sering mengalami gangguan konektivitas sehingga proses pengolahan data menjadi terhambat.

(6)

dapat menjadi masalah untuk menentukan siapa yang bertanggungjawab dalam pengolahan dan data maupun dari segi koordinasi antar program.

Proses pengolahan data di Puskesmas tersebut sering mengalami keterlambaan dalam hal input data ke dalam komputer yang tak jarang disebabkan oleh keterlambatan dari para pemegang program kepada petugas SP2TP serta meningkatnya jumlah kunjungan pasien berobat sehingga data yang harus diinput juga banyak dan memakan waktu yang lama. Keterlambatan data-data yang dikumpulkan juga menimbulkan kendala dalam proses pengolahan data.

Terkait dengan permasalahan tersebut, peneliti berminat untuk menganilisis pelaksanaan SIMPUS di Puskesmas Sukaramai, Kecamatan Medan Area, Kota Medan, Sumatera Utara.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan SIMPUS di Puskesmas Sukaramai, Kecamatan Medan Area, Kota Medan, Sumatera Utara. 1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui bagaimana pelaksanaan SIMPUS di Puskesmas Sukaramai, Kecamatan Medan Area, Kota Medan, Sumatera Utara.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menganalisis SDM (Kepala Puskesmas, petugas SP2TP, dan para petugas pemegang program), teknologi, dan data (lengkap, akurat, dan tepat waktu) sebagai unsur sistem

input atau masukan.

2. Menganalisis pengelolaaan data (pengumpulan, pengolahan, penyajian dan penyebarluasan informasi, serta penataan dokumentasi) sebagai unsur sistem proses. 3. Menganalisis informasi laporan (akurat, tepat waktu, relevan dan lengkap) sebagai

unsur sistem output sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan di Puskesmas Sukaramai.

1.4 Manfaat Penelitian

(7)

Referensi

Dokumen terkait

Menjelaskan sebab dan akibat bencana dari kenampakan alam 15 7,9 5 Menunjukan ciri sosial dan budaya suatu daerah 17,18,19 8. Mengidentifikasi kekayaan alam

UJI K FAUZI YAH, MSi I V 35 Kabupaten Bojonegoro 30-03-2016 Bidang Ekonomi Bakorwil Bojonegoro ABDUS SABDA, ST, M.Si. I I 36 Kabupaten Bangkalan 30-03-2016 Sekretaris Bakorwil

skor siswa kedalam bentuk nilai. Pada penelitian ini digunakan skala 100, pada pra siklus terdapat 9 butir soal yang. dinyatakan baik dan 11 butir soal dinyatakan gugur,maka

08.00-Departure from Hotel to Tsukiji Fish Outer Market Visit to Shin-Koto Incineration Plant, Clean Authority of Tokyo, Tokyo Metropolitan Government Visit to Odaiba.. DAY 4

- Shin-Koto Incineration Plant was developed in order to accommodate waste management in Koto City, where the Japanese government policy to develop waste management

Large-sized waste is pulverized, while ferrous metals are recovered as resources, before the incombustible residue is buried into landfill, In addition to waste,

Elles doivent être adéquates, hygiéniques et sans danger selon el contexte local.. Des étagères pour les effets

By seeing the success of source and supply strategy in FP Corporation as one of the best efficiency Source and Supply Management practice in Japan, probably government and