BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan menggunakan rancangan analitik dengan pendekatan case control.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di poliklinik rawat jalan dan rawat inap di bagian paru RSUP H. Adam Malik Medan selama kurun waktu 6 bulan.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi penelitian adalah semua pasien penderita TB paru dengan DM yang berobat jalan dan rawat inap di bagian paru RSUP H. Adam Malik Medan.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
a. Kriteria Inklusi.
1) Penderita TB paru, yaitu :
a) TB paru dengan BTA positif.
b) TB paru dengan BTA negatif, kultur atau GeneXpert positif M. Tuberculosis.
c) TB paru BTA negatif yang respon terhadap pengobatan Obat Anti Tuberkulosis (OAT).
2) TB paru kasus baru
3) Umur > 17 tahun dan < 70 tahun
4) Bersedia ikut penelitian dan telah menandatangani inform consent. 5) Tidak disertai penyakit paru yang lain.
7) Penapisan TB DM b. Kriteria Eksklusi
1) Penderita dengan menggunakan obat immunosupresi. 2) TB ekstraparu.
3) HIV-AIDS
4) Anemia, Hb <10 g/dl
5) Menderita penyakit-penyakit kronis lainnya
3.4. Besar Sampel
Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus : {Z1-/2 2 P (1-P) + Z1-P1 (1-P1) + P2 (1-P2)}2
n = --- (P1- P2)2
Keterangan:
P1 = proporsi TB pada kelompok dengan DM ( 30% )
P2 = proporsi TB pada kelompok tanpa DM ( 69% )
Z1-/2 = nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan tingkat
kemaknaan α (untuk α = 0,05 adalah 1,96)
Z1- = nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan kuasa (power)
sebesar
diinginkan (untuk = 0,05 adalah 1,645)
3.5. Kerangka Operasional
Lesi luas
Multiple
Single
Jumlah Kavita
s
Ukuran Kavitas
≤ 4 cm >4
cm
Tidak Ada Lesi
minimal
Luas Lesi Jenis Lesi Letak Lesi
Bayangan
berawan Miliar
Efusi Pleura Kavitas
Lesi sedang
Tipikal
Atipikal
Usia
Jenis kelamin
Pendidikan
Riwayat merokok
Kepositifan BTA berdasarkan sputum
KepositifanBTA berdasarkan GeneXpert
Kriteria Inklusi dan Eksklusi Penderita TB paru dengan DM
Foto Thoraks ≥ 9% < 7% < 7-9%
3.6.Defenisi Operasional
N O
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur besar dari atau sama dengan 6,5%.
Anamnese Lembar status pemeriksaan datang ke bagian paru RS.H.Adam Malik
Anamnese Lembar status pemeriksaan
yaitu perkalian jumlah
7 Jenis Lesi Gambaran radiologik yang dinilai dari foto thorak yang dicurigai sebagai lesi TB aktif
Menilai
8 Luas lesi Tingkat keparahan kelainan paru pada TB paru dengan DM yang dinilai dari foto thoraks berdasarkan klasifikasi
9 Letak lesi Lokasi kelainan paru pada TB paru dengan DM yang dinilai dari foto thoraks, dibagi menjadi tipikal dan atipikal . Tipikal : lesi berada pada lapangan atas paru ; Atipikal : Lesi yang melibatkan lapangan bawah paru. Yang dibagi dengan kriteria : lapangan atas paru berada diatas iga ke 2 anterior, lapangan tengah paru berada
Klasifikasi letak lesi:
a. Tipikal
b. Atipikal
lapangan bawah paru pada iga ke 4 anterior hingga ke diafragma. dinilai dari foto thoraks
Menilai dinilai dari foto toraks
3.7. VARIABEL PENELITIAN
3.7.1 Variabel terikat (dependen) :
a. TB dengan DM b. TB tanpa DM c. HbA1C
3.7.2 Variabel bebas (independen) :
a. Usia
b. Jenis kelamin c. Pendidikan d. Riwayat merokok
e. Kepositifan BTA sputum berdasarkan hapusan langsung f. Kepositifan BTA sputum berdasarkan GeneXpert g. Jenis lesi
h. Luas lesi i. Letak lesi j. Jumlah kavitas k. Ukuran kavitas l. Luas efusi pleura
3.8. Cara Kerja
a. Penderita yang memenuhi kriteria inklusi, sebelum penelitian dimulai diminta persetujuan dan kesediaan penderita untuk mengikuti penelitian. b. Dicatat nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, riwayat merokok, riwayat
alkohol, riwayat narkoba, kepositifan BTA berdasarkan hapusan langsung atau GeneXpert.
c. Dilakukan pemeriksaan radiologi toraks kemudian dilakukan penilaian foto thorak pada kelompok TB dengan DM dan kelompok TB tanpa DM. Penilaian foto toraks berdasarkan:
3) Letak lesi, yaitu tipikal dan atipikal 4) Jumlah kavitas, yaitu single atau multiple. 5) Ukuran kavitas, yaitu ≤ 4 cm, > 4 cm
6) Luas efusi pleura, yaitu minimal, sedang, luas, masif.
d. Pada kelompok TB dengan DM dilakukan pemeriksaan HbA1C dan dikelompokkan menjadi HbA1C < 7% , HbA1C 7 – 8,9 %, HbA1C ≥ 9%. e. Dilakukan penilaian foto toraks pada masing-masing kelompok HbA1C <
7% , HbA1C 7 – 8,9 %, HbA1C ≥ 9%.Penilaian foto toraks berdasarkan: 1) Jenis lesi yaitu bayangan berawan, kavitas, milier dan efusi pleura 2) Luas lesi, yaitu lesi minimal, sedang dan luas.
3) Letak lesi, yaitu tipikal dan atipikal. 4) Jumlah kavitas, yaitu single atau multiple. 5) Ukuran kavitas, yaitu ≤ 4 cm, > 4 cm
6) Luas efusi pleura, yaitu minimal, sedang, luas, masif.
3.9. Analisa Data
Data akan dianalisa secara deskriptif untuk melihat distribusi frekuensi subyek penelitian berdasarkan karakteristik. Untuk membuktikan hipotesis adanya hubungan antara lesi dan kejadian Tb paru dengan DM maka dilakukan statistik analitik yaitu uji chi square. Keseluruhan data akan ditampilkan dalam bentuk tabulasi. Nilai signifikansi ditentukan dengan α <0.05.
3.10. Pengolahan Data
Pengolahan data hasil penelitian ini diformasikan dengan menggunakan langkah-langkah berikut :
Editing : untuk melengkapi kelengkapan, konsistensi dan kesesuaian antara kriteria yang diperlukan untuk menjawab tujuan penelitian.
pengolahan data, baik secara manual maupun dengan menggunakan komputer.
Cleaning : pemeriksaan data yang sudah dimasukkan ke dalam program komputer guna menghindari terjadinya kesalahan pada pemasukan data.
3.11. Jadwal Penelitian
Tabel 3.1. Rencana Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan I II III IV V VI VII
1. Persiapan √ √
2. Pengumpulan data √ √ √
3. Analisis data √
4. Penulisan laporan √
5. Seminar √
3.12. Biaya Penelitian
a. Pengumpulan kepustakaan Rp. 500.000,-
b. Biaya transportasi Rp. 5.000.000,-
c. Akomodasi Rp. 1.000.000,-
d. Seminar proposal Rp. 1.000.000,-
e. Laboratorium Rp. 1.000.000,-
f. Pembuatan dan penggadaan laporan Rp. 500.000,-
g. Seminar penelitian Rp. 1.000.000,-
h. Tim pendukung penelitian Rp. 500.000,-
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Sampel Penelitian
Penelitian ini melibatkan 43 orang sampel penderita TB paru dengan Diabetes Mellitus (DM) dan 41 orang sampel penderita TB paru tanpa DM sebagai pembanding. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok sampel. Karakteristik subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin pada TB paru dengan DM adalah laki-laki sebanyak 29 orang (67,4 %) dan perempuan 14 orang (32,6%). Pada TB paru tanpa DM, laki-laki sebanyak 29 orang (70,7%) dan perempuan 12 orang (29,3%).
Adapun karakteristik sampel berdasarkan usia pada sampel TB paru dengan DM dijumpai bahwa usia termuda adalah 39 tahun dan usia tertua adalah 69 tahun. Sampel yang berada dalam kisaran usia 31-40 tahun adalah sebanyak 2 orang (12,5 %), usia 41-50 tahun adalah sebanyak 20 orang (71,43 %), usia 51-60 adalah 14 orang (87,5%) dan usia 61-69 tahun adalah 7 orang (87,5%). Pada sampel TB paru tanpa DM, usia termuda adalah 18 tahun dan usia tertua adalah 62 tahun. Sampel yang berada dalam kisaran <20 tahun adalah sebanyak 6 orang (100%), usia 21-30 tahun adalah 10 orang (100%), usia 31-40 tahun adalah 14 orang (87,5%), 41-50 tahun adalah 8 orang (28,57%), usia 51-60 tahun adalah 2 orang (12,5%) dan usia 61-69 tahun adalah 1 orang (12,5%). Rata rata usia responden penelitian adalah 51,67 ± 7,84 tahun.
Tabel 4.1. Karakteristisik Sampel Penelitian
TB dengan DM TB tanpa DM Total
P-value
n % N % n %
Total sampel 43 100 41 100 84 100
Jenis Kelamin
Laki laki 29 50 29 50 58 100 0,86
Perempuan 14 53,8 12 46,15 26 100
Usia
0,00
<=20 0 0,00 6 100,00 6 100
21-30 0 0,00 10 100,00 10 100
31-40 2 12,50 14 87,50 16 100
41-50 20 71,43 8 28,57 28 100
51-60 14 87,50 2 12,50 16 100
>60 7 87,50 1 12,50 8 100
Pendidikan
0,49
SD 4 80,00 1 20,00 5 100
SMP 12 52,17 11 47,83 23 100
SMA 23 46,00 27 54,00 50 100
Sarjana 4 66,67 2 33,33 6 100
Merokok
0,44
Ya 27 50,00 27 50,00 54 100
Tidak 16 53,33 14 46,67 30 100
Indeks Brinkman Tidak
merokok 16 53,33 14 46,67 30 100
0,01
Ringan 18 52,94 16 47,06 34 100
Sedang 5 38,46 8 61,54 13 100
Berat 4 57,14 3 42,86 7 100
BTA Negatif (GenXpert +)
5 100 0 0.0 5 100
1+ 6 35,29 11 64,71 17 100 0,001
2+ 3 18,75 13 81,25 16 100
3+ 29 63,04 17 36,96 46 100
Tabel 4.2. Hasil interpretasi foto toraks pada penderita TB paru dengan dan tanpa DM
TB dengan DM TB tanpa DM Total
n % n % n %
Total sampel 43 100 41 100 84 100
Kavitas
Ada 16 57,14 12 42,86 28 100
tidak ada 27 48,21 29 51,79 56 100
Ukuran kavitas tidak ada
kavitas 27 48,21 29 51,79 56 100
≤4 7 38,89 11 61,11 18 100
>4 9 90,00 1 10,00 10 100
Jumlah kavitas tidak ada
kavitas 27 48,21 29 51,79 56 100
Single 4 28,57 10 71,43 14 100
Multiple 12 85,71 2 14,29 14 100
Efusi
Ada 2 50,00 2 50,00 4 100
tidak ada 41 51,25 39 48,75 80 100
Luas Lesi
Minimal 7 50,00 7 50,00 14 100
sedang 9 32,14 19 67,86 28 100
Luas 27 64,29 15 35,71 42 100
Lokasi lesi
Tipikal 13 30,23 30 69,77 43 100
Atipikal 30 73,17 11 26,83 41 100
termuda pada kelompok HbA1C <7 gr% dan >9gr% adalah 41-50 tahun. Karakteristik sampel berdasarkan kepositifan BTA, BTA 3+ paling banyak ditemukan pada seluruh kelompok sampel. Pada kelompok HbA1c <7 gr % yaitu 5 (17,24%) orang, HbA1C 7-8,9 gr% yaitu 6 orang (20,69%), HbA1C >9 gr% yaitu 18 orang (62,07%).
Tabel 4.3. Karakteristik Sampel TB paru dengan DM dengan pengelompokan berdasarkan HbA1C
< 7 gr% 7 - 9 gr% >9 gr% Total
P-value
n % n % n % n %
Total 5 11,62 17 39,53 21 48,83 43 100 Jenis Kelamin
0,3 Laki laki 3 10,34 11 37,93 15 51,72 29 100 Perempuan 2 14,29 6 42,86 6 42,86 14 100 Usia
0.08
18-20 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 100
21-30 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 100
31-40 0 0,00 2 100,00 0 0,00 2 100
41-50 1 5,00 6 30,00 13 65,00 20 100 51-60 3 21,43 6 42,86 5 35,71 14 100 61-69 1 14,29 3 42,86 3 42,86 7 100 Pendidikan
0,23
SD 2 50,00 0 0,00 2 50,00 4 100
SMP 0 0,00 4 33,33 8 66,67 12 100
SMA 3 13,04 10 43,48 10 43,48 23 100 Sarjana 0 0,00 3 75,00 1 25,00 4 100 Merokok
0,42 Ya 4 14,81 10 37,04 13 48,15 27 100
Tidak 1 6,25 7 43,75 8 50,00 16 100 Indeks Brinkman
Tidak
Merokok 1 6,25 7 43,75 8 50,00 16 100 0,9 Ringan 1 20,00 1 20,00 3 60,00 5 100 Sedang 3 16,67 7 38,89 8 44,44 18 100
Berat 0 0,00 2 50,00 2 50,00 4 100
BTA
0,05 Negatif
(GenXpert +) 0 0,00 2 40,00 3 60,00 5 100
1+ 2 33,33 4 66,67 0 0,00 6 100
2+ 0 0,00 1 33,33 2 66,67 3 100
Pada tabel 4.4 hasil pembacaan foto toraks pada kelompok TB dengan DM yang dibagi berdasarkan nilai HbA1C didapati kavitas terbanyak pada kelompok HbA1c >9gr% yaitu 8 orang (50%), HbA1c 7-8,9gr% sebanyak 6 orang (37,50%), HbA1C <7gr% sebanyak 2 orang (12,5%). Kavitas >4cm terbanyak pada kelompok HbA1C >9% yaitu 5 orang (71,43%), kavitas multipel terbanyak pada kelompok HbA1C >9% yaitu 7 orang (58,33%). Untuk Luas lesi, lesi luas terbanyak ditemukan pada kelompok HbA1C >9% yaitu 15 orang (55,56%). Efusi pleura hanya didapati pada kelompok HbA1C >9% yaitu sebanyak 2 orang (100%).
Tabel 4.4. Hasil interpretasi foto toraks pada penderita TB paru dengan DM dikelompokkan berdasarkan nilai HbA1C
< 7 gr% 7 - 9 gr% >9 gr% Total
n % n % n % n %
Kavitas
Ada 2 12,50 6 37,50 8 50,00 16 100
tidak ada 3 11,11 11 40,74 13 48,15 27 100 Ukuran kavitas
tidak ada
kavitas 3 11,11 11 40,74 13 48,15 27 100
≤ 4 1 11,11 5 55,56 3 33,33 9 100
>4 1 14,29 1 14,29 5 71,43 7 100
Jumlah kavitas tidak ada
kavitas 3 11,11 11 40,74 13 48,15 27 100
Single 1 25,00 2 50,00 1 25,00 4 100
Multiple 1 8,33 4 33,33 7 58,33 12 100 Efusi
Ada 0 0,00 0 0,00 2 100,00 2 100
tidak ada 5 12,20 17 41,46 19 46,34 41 100
Luas Lesi
Minimal 2 28,57 3 42,86 2 28,57 7 100
sedang 1 11,11 4 44,44 4 44,44 9 100
Luas 2 7,41 10 37,04 15 55,56 27 100
Lokasi lesi
4.1.1. Hubungan kadar HbA1c pada penderita TB dengan DM dengan
gambaran foto toraks TB paru.
Tabel 4.5. Hubungan kadar HbA1C dengan lokasi lesi.
Atipikal Tipikal p-value OR 95% CI
<7 2 3 1 1 1
7-8.9 12 5 0.024 14.25 1.41 - 143.18
>9 19 2 0.132 53.9 0.66 - 23.7
Pada tabel 4.5 memperlihatkan hubungan kadar HbA1C dengan lokasi lesi. Dengan metode regresi logistik, terdapat hubungan yang bermakna antara HbA1C 7-8,9% dengan lokasi lesi. Penderita TB-DM dengan kadar HbA1C 7-8,9% memiliki kemungkinan 14,25 kali untuk memiliki lesi atipikal dibandingkan dengan HbA1C <7 gr% (p-value 0,024).
Tabel 4.6. Hubungan kadar HbA1C dengan ada tidaknya kavitas.
Kavitas
Tidak
Kavitas p-value OR 95% CI
<7 2 3 1 1 1
7-8.9 6 11 0.77 0.75 0.1 - 5.57
>9 8 13 0.89 0.91 0.23 - 3.52
Pada tabel 4.6 memperlihatkan hubungan kadar HbA1C dengan ada tidaknya kavitas. Dengan metode regresi logistik, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kadar HbA1C dengan kavitas (p-value >0,05).
Tabel 4.7. Hubungan HbA1C dengan jumlah kavitas.
Kavitas
Multiple Single p-value OR 95% CI
<7 1 1 1 1 1
7-8.9 4 2 0.272 7.0 0.21-226.0
Pada tabel 4.7 memperlihatkan hubungan HbA1C dengan jumlah kavitas. Dengan metode regresi logistik, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kadar HbA1C dengan jumlah kavitas (p-value >0,05).
Tabel 4.8 Hubungan kadar HbA1C dengan ukuran kavitas.
Kavitas
>4 <4 p-value OR 95% CI
<7 1 1 1 1 1
7-8.9 1 5 0.74 1.67 0.07 - 37.7
>9 5 3 0.107 8.33 0.63 - 110.02
Pada tabel 4.8 memperlihatkan hubungan kadar HbA1C dengan ukuran kavitas. Dengan metode regresi logistik, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kadar HbA1C dengan ukuran kavitas (p-value >0,05).
Tabel 4.9 memperlihatkan hubungan kadar HbA1C dengan luas lesi.
Lesi
Luas Sedang Minimal p-value
<7 2 1 2
0.53
7-8.9 10 4 3
>9 15 4 2
Pada tabel 4.9 memperlihatkan hubungan kadar HbA1C dengan luas lesi. Dengan metode Chi square, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kadar HbA1C dengan luas lesi (p-value >0,05).
4.2 Pembahasan
sebanyak 14 orang (53,8%) dan kelompok TB tanpa DM laki-laki sebanyak 29 orang (50%), perempuan sebanyak 12 orang (46,15%). Beberapa penelitian sejenis sebelumnya (Singla R et al,2006; Hossain M,2016), penelitian Singla R dkk yang membandingkan TB dengan DM dan TB tanpa DM, dari total subjek 692 orang mayoritas berjenis kelamin laki-laki sebanyak 447 0rang (64,6%)(Singla R et al,2006). Hossain M dkk meneliti tentang perbandingan TB dengan DM dan TB tanpa DM secara klinis, radiologis dan bakteriologis mempunyai subjek penelitian mayoritas laki-laki yaitu 71.1% TB dengan DM dan 63.6% TB tanpa DM (Hossain M et al,2016). Akan tetapi pada beberapa penelitian lain tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan. Penelitian cohort yang dilakukan Pealing L dkk dari total sampel sebanyak 1.441.347 orang, pada kelompok TB-DM yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 55,0% dan perempuan sebanyak 45%, pada kelompok TB tanpa DM yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 53,1% dan perempuan sebanyak 46,9% (Pealin L et al,2015). Penelitian oleh Kuo MC dkk menunjukkan laki-laki dan perempuan penderita DM sama-sama memiliki resiko yang tinggi untuk terkena TB dengan hazard ratio:1.31, 95% CI =1.23–1.39, p<0.001 (Kuo MC et al,2013).
Pada tabel 4.2 didapati pada kelompok TB dengan DM lebih sering ditemukan ukuran kavitas >4cm (90%), jumlah kavitas multipel (85,71%), lesi yang luas (64,29%) dan lokasi lesi yang atipikal (73,17%) dibandingkan TB tanpa DM. Pada tabel 4.4 terlihat HbA1C >9gr% lebih sering ditemukan kavitas (50%), kavitas >4 cm (71,43%), kavitas yang multipel (58,33%), lesi luas (55,56%) dan letak yang atipikal (57,58%) dibandingkan HbA1c 7-8,9gr% dan <7%. Chiang CY dalam penelitiannya didapati pada 1209 sampel dengan kultur positif TB, pada kelompok TB dengan DM lebih sering ditemukan gambaran opasitas pada lapangan bawah paru, lesi luas, lebih sering ditemukannya kavitas, kavitas multipel dan kavitas yang besar (>3cm) dibandingkan TB tanpa DM.(Chiang CY et al,2014) Hal ini dikarenakan terjadinya disfungsi imun pada penderita DM. Peningkatan insidens TB paru pada pasien DM juga disebabkan karena adanya defek pada makrofag alveolar atau limfosit T. Jumlah makrofag alveolar yang rendah mengakibatkan lebih hebatnya perluasan lesi TB paru dan peningkatan jumlah bakteri TB dalam sputum pasien TB dengan DM. Selain disfungsi imunitas yang telah disebutkan di atas, terdapat juga gangguan fungsi dari sel epitel pernapasan serta motilitas silia. (Wijaya I,2015;Cahyadi A et al,2011;Elloriaga G et al,2014)
Penelitian ini menilai hubungan kadar HbA1C dengan ada tidaknya kavitas, ukuran kavitas, jumlah kavitas, luas lesi, lokasi lesi dan kejadian efusi pleura. Didapati adanya hubungan antara diabetes mellitus dengan lokasi lesi, tetapi tidak ditemukan adanya hubungan dengan ada tidaknya kavitas, ukuran kavitas jumlah kavitas, luas lesi dan kejadian efusi pleura. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, hal ini dapat disebabkan karena sampel yang kurang dan tidak homogen.
dilakukan sebelumnya oleh Bokam BR dkk pada 300 pasien TB dengan dan tanpa DM didapati HbA1C dengan rata-rata 8,87 memiliki lesi pada lapangan bawah paru sebanyak 59%( Bokam BR et al,2016). Hal ini disebabkan pada DM yang tidak terkontrol terjadi terjadi gangguan kemotaksis, fagositosis, dan antigen presenting cell (APC) oleh fagosit terhadap bakteri Mycobacterium tuberculosis;
kemotaksis monosit tidak terjadi pada penderita diabetes mellitus (DM) terutama DM yang tidak terkontrol. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan respons Th-1, produksi TNF-α, IFN- , serta produksi IL-1 dan IL-6. Penurunan produksi IFN- (interferon gamma) lebih signifikan dijumpai pada pasien TB paru dengan DM tidak terkontrol, dan akan terus menurun pada pasien dengan DM tidak terkontrol. Namun, jika kadar gula darah pasien DM terkontrol, maka produksi IFN- akan kembali normal dalam waktu 6 bulan. Selain itu, terjadi perubahan vaskular pulmonal dan tekanan oksigen alveolar yang akan semakin memperberat kondisi pasien.(Martinez N et al,2014;Ponnana M et al,2013)
Penelitian yang dilakukan oleh Chiang CY dkk, didapati adanya hubungan antara HbA1C dengan ada tidaknya kavitas, besarnya kavitas, jumlah kavitas dan lokasi lesi. Akan tetapi pada penelitian ini kadar HbA1C tidak didapati adanya hubungan dengan ada tidaknya kavitas (p-value >0,05) (tabel 4.6). Perbedaan ini dapat dikarenakan kurangnya sampel dalam penelitian ini.
Pada table 4.7 tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara kadar HbA1C dengan jumlah kavitas (p-value >0,05). Hal ini juga berbeda dengan penelitian sebelumnya dikarenakan pada penelitian ini sampel tidak terdistribusi normal.
Pada table 4.8 tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara kadar HbA1C dengan ukuran kavitas (p-value >0,05) Hal ini dikarenakan sampel tidak terdistribusi normal dan kurangnya jumlah sampel pada penelitian ini.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah:
1. Jenis kelamin terbanyak pada penelitian ini adalah laki-laki. Rerata umur sampel penelitian ini adalah 51,67 tahun.
2. Pada penderita TB paru dengan DM, proporsi adanya kavitas adalah 16 orang (57,14%), TB paru tanpa DM sebanyak 12 orang (42,86%). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara DM dengan ada tidaknya kavitas (p>0.05).
3. Pada penderita TB paru dengan DM, proporsi kavitas >4cm adalah 9 orang (90%) dan pada penderita TB paru tanpa DM adalah 1 orang (10%). 4. Proporsi penderita TB paru dengan DM yang mempunyai kavitas multipel
adalah 12 orang (85,71%), penderita TB paru tanpa DM adalah 2 orang (14,29%).
5. Penderita TB paru dengan DM memiliki proporsi lesi luas lebih besar yaitu 27 orang (64,29%), TB paru tanpa DM yaitu 15 orang (35,71%). 6. Lokasi lesi atipikal ditemukan lebih banyak pada TB paru dengan DM
yaitu 30 orang (73,17%), TB paru tanpa DM sebanyak 11 orang (26,83%). 7. Terdapat hubungan antara HbA1C dengan lokasi lesi (p-value <0,05).
5.2 Saran
1. Diperlukan penelitian lanjutan dengan memperhatikan variabel lain seperti riwayat DM, lama menderita DM, riwayat pengobatan DM.
2. Pada semua penderita DM, dapat dilakukan pemeriksaan TB paru sesuai dengan penapisan TB-DM.
3. Dapat dilakukan penelitian lanjutan berupa penelitian yang berhubungan dengan imunologis TB-DM