METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PTPN III Unit Huta Padang Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara, Penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2016 sampai dengan bulan April 2016.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metoda dasar yakni metoda deskriptif (descriptive analysis) kuantitatif maupun kualitatif.Data dikumpulkan, data ditabulasi, kemudian dianalisis dengan analisis regresi berganda dan korelasi dengan SPSS, setelah hasil analisis didapat kemudian diuraikan secara deskriptif. Alat bantu yang digunakan untuk mengolah data tersebut adalah SPSS.v.20 (Statistical Package of Social Science) for windows.Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis regresi berganda dan korelasi regresi.
hari hujan bulanan. Pengaruh fungsional variabel curah hujan dan hari hujan bulanan terhadap produksi TBS yang dianalisis dengan fungsi matematis sebagai berikut:
Peubah Amatan
Peubah amatan yang diamati adalah data primer yang diolah dari PTPN III Huta Padang yang terdiri atas :
Produksi Tandan Buah Segar
Data produksi tandan buah segar(ton) yang digunakan berdasarkan data produksi kelapa sawit bulanan selama 3 tahun yaitu2013, 2014 dan 2015. Data ini dikumpulkan dari beberapaafdelingdi PTPN III Huta Padang. Data produksi tandan buah segar yang digunakan yaitu2013, 2014 dan 2015 berdasarkan umur tanaman 7, 10 dan 13 tahun di lapangan yaitu pada tahun tanam 2006, 2007 dan 2008 (umur 7 tahun); tahun tanam 2003, 2004 dan 2005(umur 10 tahun); tahun tanam 2000, 2001 dan 2002 (umur 13 tahun). Data produksi TBS dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dan analisis korelasi.
Curah Hujan
Data curah hujan yang digunakan berdasarkan data pengukuran curah hujan bulanan selama tiga tahun yaitu 2012, 2013 dan 2014.Pengukuran curah hujan dilakukan setiap pagi hari pada pukul 07.00 WIB dengan menggunakan alat Ombrometer. Spesifikasi penakar hujan meliputi mulut penakar yang telah dikalibrasi, mempunyai luas 100 cm², diameter 11,5 cm, serta memiliki ketinggian ± 85 cm dari atas permukaan tanah dan corong menyempit untuk menyalurkan air hujan ke dalam tabung kolektor yang diukur menggunakan gelas ukur pengukur curah hujan. Data curah hujan dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dan analisis korelasi.
Hari Hujan
PELAKSANAAN PENELITIAN
Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan dengan menelusuri dan menelaah studi pustaka yang berkaitan dengan curah hujan, hari hujan, umur tanaman dan produksi tandan buah segar (TBS) pada tanaman kelapa sawit.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan terdiri dari data primer.Pengumpulan data primer meliputi data primer untuk laporan umum dan data primer untuk keperluan analisis. Data primer ini diperoleh dari studi literatur yang didapat di kantor tentang PTPN III Sawit Huta Padang.Data primer untuk analisis disesuaikan dengan kelengkapan data pada administrasi kebun. Data primer untuk laporan umum meliputi keadaan umum perusahaan, letak geografis, keadaan tanahdan iklim, luas tata guna kebun, keadaan produksi dan produktivitas tanaman. Data primer untuk keperluan analisis ini diambil data bulanan selama 3 tahun meliputi data curah hujan, data hari hujan pada tahun 2012, 2013, dan 2014, juga data produksi pada tahun 2013, 2014, dan 2015 data umur tanaman berumur 7, 10 dan 13 tahun setelah tanam berdasarkan umur tahun tanam di lapangan.
Pengolahan Data dan Analisis Data
variabel bebas.Analisi korelasi berguna untuk melihat kuat–lemahnya hubungan antara variabel bebas dan terikat.Pengolahan data dibantu dengan software SPSS.v.20 for windows.
Analisis data bersifat deskriptif dengan menggunakan bantuan statistik untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Analisis data dilakukan untuk memperoleh hasil pengolahan data. Data yang telah diperoleh tersebut dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi linear berganda untuk mengetahui pengaruh curah hujan dan hari hujan bulanan yang mempengaruhi produksi kelapa sawit dan hubungan kedua variabel bebas dan terikat pada tanaman berumur 7, 10 dan 13 tahun berdasarkan data yang diperoleh dari administrasi kebun.
Berdasarkan hipotesis yang diajukan, untuk menguji hipotesis digunakan Uji–T (parsial), Uji–F (serempak) dan R2.Uji hipotesis menggunakan uji dua arah
dengan tingkat signifikan (α) sebesar 5%. Teknik analisis data dengan
menggunakan analisis regresi berganda dengan model persamaan berikut ini: Y = a + b1X1 + b2X2 + E
Y : produksi TBS
a : intersep dari garis pada sumbu Y b : koefisien regresi linier
X1 : curah hujan bulanan
X2 : hari hujan bulanan
E : eror
diperlukan beberapa asumsi mendasar yang perlu diperhatikan dengan melakukan uji asumsi klasik.
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik berguna untuk menguji apakah model regresi yang digunakan dalam penelitian ini layak diuji atau tidak.Kelayakan model regresi dapat terlihat dari data yang dihasilkan terdistribusi normal, dan tidak terdapat multikolinearitas, heteroskedastisitas, autokorelasi dalam model yang digunakan.Jika keseluruhan syarat tersebut terpenuhi berarti model analisis telah layak digunakan.
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel tidak bebas dan variabel bebas memiliki data yang terdistribusi normal atau tidak.Data yang terdistribusi normal menunjukkan bahwa tidak terdapat nilai ekstrim yang nantinya dapat mengganggu hasil data penelitian.Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Dalam pembahasan ini akan digunakan uji One Sample Kolmogorov–Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi dan nilai One Sample Kolmogorov–Smirnov lebih besar dari 5% atau 0,05.
Uji Heteroskedastisitas
gejala heteroskedastisitas atau biasa disebut homoskedastisitas.Metode pengujian yang yang digunakan ialah uji Glejser.Uji Glejser dilakukan dengan meregresikan nilai absolute residual terhadap variabel independen lainnya.Jika nilai ß signifikan maka mengindikasikan terdapat heteroskedastisitas dalam model.
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi.Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas.Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai varian inflation factor (VIF) dan nilai Tolerance pada model regresi.Model regresi yang baik ialah tidak terjadi multikolinearitas yang dibuktikan dengan nilai VIF < 5 dan nilai Tolerance> 0.1.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin Watson (d) dibandingkan dengan nilai Tabel Durbin Watson.Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. Metode uji Durbin–Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Jika d terletak antara 0 dan dL, maka ada autokorelasi positif.
2. Jika d terletak antara dL dan dU atau d terletak antara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak dapat disimpulkan.
Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hipotesis yang diajukan, untuk menguji hipotesis digunakan Uji–T (parsial), Uji–F (serempak) dan R2.Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji dua arah dengan tingkat signifikan (α) sebesar 5% apakah diterima atau ditolak. Nilai koefisien determinasi (R2) digunakan untuk melihat besarnya persentase pengaruh variabel bebas terhadap nilai variabel terikat.Nilai R2 semakin mendekati nol memperlihatkan semakin kecil pengaruh semua variabel bebas terhadap nilai variabel terikat sedangkan nilai R2 semakin mendekati satu memperlihatkan semakin besar pula pengaruh semua variabel bebas terhadap nilai variabel terikat. Uji hipotesis secara parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh dari masing–masing variabel independen terhadap variabel dependen. Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai T–hitung dengan nilaiT–tabel.Uji hipotesis secara serempak digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen.Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel. Hipotesis yang diajukan dalam analisis ini ialah:
H0: bi = 0
H1: bi ≠ 0,
bi = koefisien regresi variabel ke–i
Pengambilan keputusan untuk melihat apakah hipotesis H0 diterima atau
ditolak.Hipotesis H0 ditolak membuktikan bahwa variabel bebas yang digunakan
Penarikan Kesimpulan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data tahun 2013-2015 yang didalamnya terdapat rataan produksi tandan buah segar (ton/bulan) pada Lampiran 1, curah hujan (mm/bulan) pada Lampiran 5, dan hari hujan (hari/bulan) pada Lampiran 10. dari kebun Huta Padang PT. Perkebunan Nusantara III Persero untuk tanaman kelapa sawit berumur 7, 10, dan 13 tahun.
Hasil uji korelasi antar komponen tandan buah segar (TBS) pada beberapa tahun tanam pada tanaman kelapa sawit berumur 7, 10, dan 13 tahun selama 3 tahun (2013-2015) dapat dilihat pada lampiran 4. Hasil uji korelasi ini adalah tidak terjadi korelasi yang signifikan antara variabel berat janjang rata-rata dan jumlah pohon produktif.
Hasil uji analisis regresi linear berganda hubungan antara produksi TBS, curah hujan dan hari hujan dapat dilihat pada Lampiran 16 selama 3 tahun (2013-2015) pada tanaman kelapa sawit berumur 7, 10 dan 13 tahun. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa jumlah curah hujan dan banyaknya hari hujan berpengaruh signifikan terhadap produksi TBS pada tanaman kelapa sawit berumur 13 tahun. Komponen Produksi Tandan Buah Segar
mempengaruhi produksi TBS ialah jumlah janjang, berat janjang rata-rata (BJR) dan jumlah pohon produktif.
Berikut disajikan data komponen produksi kebun Huta Padang pada beberapa tahun tanam pada tanaman kelapa sawit berumur 7, 10 dan 13 tahun pada Tabel 1.
Tabel 1. Komponen produksi TBS kebun Huta Padang pada beberapa tahun tanam
Tahun Tanam Jumlah Janjang
Berat Janjang
Hasil uji korelasi pada komponen-komponen produksi TBS di Kebun Rambutan PTPN III dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Uji korelasi pada komponen-komponen produksi TBS Variabel Variabel Uji Statistik Jumlah
Keterangan : * = berbeda nyata pada taraf uji 5%
** = berbeda sangat nyata pada taraf uji 1% tn = tidak berbeda nyata
Dari tabel 2 diatas hasil uji kolerasi menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan sangat berbeda nyata antara komponen jumlah janjang dan jumlah pohon produktif dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,00016 pada uji taraf 1%. Pada komponen jumlah janjang dan berat janjang rata-rata terdapat hubungan yang tidak signifikan berbeda tidak nyata dengan nilai signifikasi -0,451 pada
taraf uji α= 0,01. Pada komponen Berat janjang rata-rata dan jumlah pohon
produktif terdapat hubungan yang tidak signifikan berbeda tidak nyata dengan nilai signifikansi -0,254 pada taraf uji α= 0,01.
Analisis korelasi juga memperlihatkan arah korelasi yang searah atau berlawnan arah yang dapat dilihat dari nilai koefisien yang bernilai positif atau negatif. Hubungan searah ditunjukan oleh komponen berat janjang rata-rata dengan jumlah janjang dan jumlah pohon produktif. Hasil ini menunjukan jika semakin besar berat janjang rata-rata maka semakin besar juga jumlah janjang dan jumlah pohon produktif. Hubungan searah juga ditunjukan oleh komponen jumlah janjang dengan berat janjang rata-rata dan jumlah pohon produktif. Hasil ini menunjukan jika semakin besar jumlah janjang maka semakin besar juga jumlah berat janjang rata-rata dan jumlah pohon yang produktif. Serta komponen jumlah pohon produktif dengan berat janjang rata-rata dan jumlah janjang. Hasil ini menunjukan bahwa semakin besar nilai jumlah pohon produktif maka semakin besar pula berat janjang rata-tada dan jumlah janjang yang dihasilkan.
jumlah janjang. Hasil korelasi ini dapat diartikan bahwa semakin besar jumlah pohon produktif maka semakin besar pula pengaruh jumlah janjang terhadap pencapaian produksi TBS yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh komposisi umur tanaman yang diamati adalah tanaman muda, remaja dan menjelang fase puncak dewasa dan tentu saja jumlah janjang yang dihasilkan lebih banyak dari pada tanaman dewasa. Pada fase umur tanaman yang diamati adalah fase dimana pertumbuhan dari kelapa sawit tersebut meningkat secara signifikan atau biasa disebut dengan fase sigmoid. Umur tanaman kelapa sawit berubah setiap tahunnya, dengan kata lain hal tersebut juga mempengaruhi pencapaian produksi per hektarnya per tahunnya. Jumlah janjang yang dihasilkan tanaman yang lebih muda lebih banyak dikarenakan oleh pada tanaman muda produksi masi lebih optimal dan lebih sedikit jumlah tanaman yang terkena hama dan penyakit. Jumlah pohon produktif yang tinggi menyebabkan pencapaian produksi TBS yang besar pula.
Produksi Tandan Buah Segar (ton), Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan
(hari) pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 7 Tahun
Tabel 3. Rataan produksi TBS (ton/bulan) pada tanaman kelapa sawit berumur 7 tahun selama 3 tahun (2013-2015)
Bulan Tahun Rataan
2013 2014 2015
Januari 360,8 935,2 69,6 455,2
Februari 398,3 888,2 68,6 451,7
Maret 287,9 1052,5 91 477,1
April 439,5 1218,6 112,6 590,2
Mei 591 1308,2 113,8 671
Juni 588,8 1097,3 167,4 617,8
Juli 764,1 1617,8 115,9 832,6
Agustus 717,3 1983,8 138,7 946,6
September 810,1 1558,9 186,4 851,8
Oktober 813,4 1361,6 168,5 781,2
Nopember 685 1283,6 131,8 700,1
Desember 595,8 1315,2 136,4 682,5
TOTAL 7052,5 15621,4 1501,2 8058,3
Tabel 3 menyatakan bahwa rataan produksi TBS tertinggi pada tanaman kelapa sawit berumur 7 tahun, terdapat pada bulan Agustus yakni sebesar 946,6 ton/bulan dan rataan terendah terdapat pada bulan Februari yakni sebesar 451,7 ton/bulan. Berikut ini disajikan grafik perkembangan produksi TBS dalam (ton) pada tanaman kelapa sawit berumur 7 tahun selama 3 tahun (2013-2015) pada Gambar 1.
Gambar 1 menyatakan bahwa tahun 2013 pada tanaman kelapa sawit berumur 7 tahun, total produksi TBS tertinggi terdapat pada bulan Oktober sebesar 813,4 ton/ bulan dan total terendah pada bulan Januari yakni sebesar 360,8 ton/bulan. Pada tahun 2014 total produksi TBS tertinggi terdapat pada bulan Agustus sebesar 1983,8 ton/bulan dan total terendah pada bulan Februari sebesar 888,2 ton/bulan. Pada tahun 2015 total produksi TBS tertinggi terdapat pada bulan September sebesar 186,4 ton/bulan dan total terendah pada bulan Maret sebesar 68,6 ton/bulan.Berikut ini data rataan curah hujan (mm) pada tanaman kelapa sawit berumur 7 tahun di kebun Huta Padang
Tabel 4. Rataan curah hujan (mm/bulan) pada tanaman kelapa sawit berumur 7 tahun selama 3 tahun (2012-2014)
Bulan Tahun Rataan
Gambar 2. Perkembangan curah hujan (mm/bulan) pada tahun 2012, 2013, dan 2014
Gambar 2 menyatakan bahwa pada tahun 2012 curah hujan tertinggi terdapat pada bulan Mei sebesar 613 mm/bulan dan curah hujan terendah terdapat pada bulan Januari sebesar 76 mm/bulan. Tahun 2013 curah hujan tertinggi terdapat pada bulan Februari sebesar 557 mm/bulan dan terendah terdapat pada bulan Februari sebesar 106 mm/bulan. Tahun 2014 curah hujan tertinggi terdapat pada bulan Agustus sebesar 472 mm/bulan dan terendah terdapat pada bulan Maret sebesar 37 mm/bulan. Berikut ini disajikan data rataan hari hujan (hari) pada tahun 2012-2014 kebun Huta Padang.
Tabel 5. Rataan hari hujan (hari/bulan) pada tanaman kelapa sawit tahun 2012-2014
Bulan Tahun Rataan
2012 2013 2014
Januari 2 15 6 7,6
Februari 8 14 2 8
Maret 11 6 4 7
April 17 10 5 10,6
Mei 12 8 9 9,6
Juni 7 5 5 5,6
Juli 11 10 6 9
Agustus 9 12 16 12,3
September 10 11 18 13
Oktober 11 18 15 14,6
Nopember 11 13 15 13
Desember 16 14 15 15
Tabel 5 menyatakan bahwa rataan hari hujan tertinggi pada tahun 2012-2014 terdapat pada bulan November sebesar 14,6 hari/bulan dan rataan hari hujan terendah terdapat pada bulan Maret sebesar 7 hari/bulan. Berikut disajikan perkembangan hari hujan (hari) pada tahun 2012-2014 pada gambar 3.
Gambar 3. Perkembangan hari hujan (hari/bulan) pada tahun 2012, 2013, dan 2014
Gambar 3 menunjukkan bahwa tahun 2012 rataan hari hujan tertinggi terdapat pada bulan Mei sebesar 17 hari/bulan dan terendah terdapat pada bulan Januari sebesar 2 hari/bulan. Tahun 2013 hari hujan tertinggi terdapat pada bulan Oktober sebesar 18 hari/bulan dan terendah terdapat pada bulan Juni sebesar 5 hari/bulan. Tahun 2014 hari hujan tertinggi terdapat pada bulan September sebesar 18 hari/bulan dan terendah terdapat pada bulan Februari sebesar 2 hari/bulan. Hubungan Curah Hujan dan hari hujan terhadap produksi TBS pada
tanaman kelapa sawit berumur 7 tahun
berhubungan dengan proses pembungaan dan pematangan buah pada tanaman kelapa sawit. Untuk melihat hubungan curah hujan dan hari hujan terhadap produksi TBS pada tanaman kelapa sawit berumur 7 tahun selama 3 tahun (2013-2015) dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Rataan produksi TBS, curah hujan dan hari hujan pada tanaman berumur 7 tahun selama 3 tahun (2013-2015)
Bulan
Gambar 4. Hubungan curah hujan (mm/bulan), hari hujan (hari/bulan) dan produksi TBS (ton/bulan) pada tanaman kelapa sawit berumur 7 tahun.
Gambar 4 menunjukkan bahwa rataan produksi tertinggi pada tanaman kelapa sawit berumur 7 tahun selama 3 tahun (2013-2015) terdapat pada bulan Agustus yakni sebesar 946,6 ton/bulan dan rataan produksi terendah terdapat pada bulan Februari sebesar 451,7 ton/bulan. Rataan curah hujan tertinggi terdapat pada bulan Desember yakni sebesar 393,3 mm/bulan dan rataan curah hujan terendah terdapat pada bulan Juni sebesar 161 mm/bulan. Rataan hari hujan tertinggi terdapat pada bulan Oktober sebesar 14,6 hari dan rataan hari hujan terendah terdapat pada bulan Maret sebesar 7 hari.
Analisis Data
hubungan antara variabel bebas dan terikat. Alat bantu untuk mengolah data menggunakan SPSS.v.20 for windows.
Analisis Regresi Liner Berganda
Dalam uji regresi berganda dikenal nilai koefisien korelasi (r), koefisien determinasi (R2), dan koefisien determinasi terkoreksi (Adjusted R2). Koefisien korelasi (r) digunakan untuk melihat besarnya hubungan antar variabel bebas dan variabel terikat. Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh serentak variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Berikut disajikan nilai koefisien pada model persamaan regresi linear berganda pada tanaman kelapa sawit berumur 7 tahun selama 3 tahun (2013-2015) di Kebun Huta Padang disajikan pada Tabel 7 (Lampiran 15).
Tabel 7. Nilai koefisien persamaan regresi linear berganda pada tanaman kelapa sawit berumur 7 tahun selama 3 tahun (2013-2015)
Umur Nilai Koefisien
r R2 Adjusted R2
7 Tahun 0,668a 0,447 0,324
Uji t-parsial dilakukan dengan membandingkan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel. Berikut disajikan uji t-parsial pada tanaman kelapa sawit berumur 7 tahun selama 3 tahun (2013-2015) pada Tabel 8 (lampiran 13).
Tabel 8. Uji t-parsial curah hujan dan hari hujan pada tanaman kelapa sawit berumur 7 tahun selama 3 tahun (2012-2014)
Peubah 7 Tahun
t-hitung Sig.
Curah hujan -0,107 0,297tn
Hari hujan 2,318 0,046tn
Keterangan: tn = tidak nyata
Hasil uji t-parsial menunjukkan bahwa nilai signifikansi curah hujan dan hari hujan pada tanaman berumur 7 tahun lebih besar dari alpha 5% (sig > α 5%), maka dapat dikatakan t hitung berbeda tidak nyata pada taraf kepercayaan 95% dengan nilai t tabel sebesar 2,201.
Analisis sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda variabel curah hujan dan hari hujan pada tanaman kelapa sawit berumur 7 tahun selama 3 tahun (2012-2014) disajikan pada tabel 9 (Lampiran 14).
Tabel 9. Sidik ragam persamaan regresi linear berganda pada tanaman kelapa sawit berumur 7 tahun selama 3 tahun (2013-2015)
Umur Sumber
Keterangan : tn = tidak berbeda nyata
Berdasarkan pendugaan model produksi pada tanaman kelapa sawit berumur 7 tahun di tahun 2013-2015, diperoleh nilai F-hitung sebesar 3,633 dengan nilai F-tabel sebesar 4,26 dan nilai signifikansi pada uji ini adalah 0,70.
dikatakan F-hitung berbeda tidak nyata pada taraf kepercayaan 95%. Hal tersebut mengartikan bahwa variabel curah hujan dan hari hujan dalam model secara bersama-sama berpengaruh tidak nyata terhadap produksi kelapa sawit.
Hasil model pengujian analisis regresi linier berganda pada tanaman kelapa sawit berumur 7 tahun (2013-2015) disajikan pada Tabel 10 (lampiran 16). Tabel 10. Model pengujian analisis regresi linier berganda pada tanaman kelapa
sawit berumur 7 tahun selama (2013-2015)
Umur Variabel Koefisien
7 Tahun
Konstanta 435,390
Curah Hujan -1,022
Hari Hujan 52,21
Berdasarkan hasil analisis dapat dibentuk persamaan regresi yang dihasilkan oleh variabel curah hujan dan hari hujan dalam memprediksi produksi TBS pada tanaman kelapa sawit berumur 7 tahun berikut ini :
Y = 435,390 – 1,022 X1 + 52,21 X2 + E
Model persamaan untuk umur 7 tahun dapat diartikan bahwa penambahan satu satuan nilai curah hujan akan menurunkan produksi TBS sebesar 1,022 satuan dan setiap penambahan satu satuan nilai hari hujan akan menaikkan nilai produksi TBS sebesar 52,21 satuan.
Analisis Korelasi
Tabel 11. Interpretasi nilai r pada analisis korelasi
Nilai r Interpretasi
0,00 Tidak ada korelasi
0,01-0,20 Sangat lemah
Sumber : Husain dan setiadi, 1995
Berikut disajikan hasil analisis korelasi antara variabel produksi TBS, curah hujan dan hari hujan pada tanaman kelapa sawit berumur 7 tahun selama 3 tahun (2013-2015) pada Tabel 12 (lampiran 17).
Tabel 12. Uji analisis korelasi pada tanaman kelapa sawit berumur 7 tahun selama 3 tahun (2013-2015)
Umur Variabel Statistik Uji
Variabel
Uji analisis korelasi pada tanaman kelapa sawit berumur 7 tahun menunjukkan hubungan keeratan yang sangat erat antara variabel curah hujan dan hari hujan yaitu 0,819. Hubungan yang kuat memperlihatkan berpengaruhnya antara variabel curah hujan dan hari hujan terhadap pencapaian produksi TBS. Hal
ini terlihat dari nilai signifikansi lebih kecil dari 1% (Sig < α 0,01) dan korelasi
0,01). Korelasi terlemah terjadi pada variabel produksi TBS dengan curah hujan terdapat pada tanaman kelapa sawit berumur 7 tahun yaitu sebesar 0,341.
Uji Asumsi Klasik
Dilakukan untuk mengetahui apakah persamaan regresi berganda layak atau tidak untuk digunakan. Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas, dan uji autokorelasi.
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Persyaratan uji normalitas adalah data berdistribusi normal. Data di analisis dengan uji One Sample Kolmogrov-Sminov pada taraf uji 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika nilai signifikansi
lebih besar dari 0,05 (Sig > α 0,05). Untuk persamaan regresi pada tanaman
kelapa sawit berumur 7 tahun diperoleh nilai Kolmogorov-Sminov dan nilai signikansi yaitu 0,951 (α = 0,175) (lampiran 18) yang berarti data telah terdistribusi normal.
Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Prasyarat yang harus dipenuh dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas atau biasa disebut homoskedastisitas. Metode pengujian yang digunakan ialah uji Glejser. Uji glejser dilakukan dengan mregresikan nilai absolute residual terhadap
variabel independen lainnya. Jika nilai β signifikan maka mengindikasikan
tanaman kelapa sawit berumur 7 tahun selama 3 tahun (2013-2015) disajikan pada Tabel 13 (lampiran 19).
Tabel 13. Nilai signifikansi pada uji heteroskedastisitas pada tanaman kelapa sawit berumur 7 tahun selama 3 tahun (2013-2015)
Umur Variabel Sig.
7 Tahun
Konstanta 0,120
Curah hujan 0,175
Hari hujan 0,156
Hasil uji hetroskedastisitas menunjukkan bahwa variabel curah hujan memiliki nilai signifikansi pada tanaman kelapa sawit berumur 7 tahun yaitu sebesar 0,175 sedangkan variabel hari hujan memiliki nilai signikansi 0,156. Variabel curah hujan dan hari hujan memiliki nilai signifikansi diatas 0,01 dalam model ini sehingga memiliki sebaran varian yang sama (homogen). Dengan kata lain, tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model ini.
Tabel 14. Uji multikolinearitas nilai VIF dan Tolerance pada umur 7 tahun selama 3 tahun (2013-2015)
Umur Variabel Tolerance VIF
7 Tahun Curah hujan 0,330 3,032
Hari hujan 0,330 3,032
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas diatas diperoleh nilai VIF yang lebih kecil dari 5 dan nilai Tolerance lebih besar dari 0,1 untuk kedua variabel yang diuji dapat diartikan bahwa tidak terdapat multikolinearitas dalam model persamaan regresi tersebut.
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin Watson (d) yang dibandingkan dengan nilai dari tabel Durbin Watson (Lampiran 20). Untuk model persamaan regresi pada tanaman kelapa sawit berumur 7 tahun di atas, diperoleh nilai Durbin Watson (d) ialah 0,438 dengan nilai dL = 0,8122 dan nilai dU = 1,5794 dari tabel Durbin Watson
Pengaruh Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan (hari) Terhadap Produksi
TBS pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 7 Tahun
Menurut Prihutami (2011) mengatakan bahwa pengaruh curah hujan yang terlalu tinggi pada tanaman kelapa sawit berpengaruh terhadap pembentukan dan perkembangan bunga betina menjadi buah yang gagal terbentuk karena bunga betina menjadi gugur (abortus) dan tanaman kelapa sawit lebih rentan terhadap hama penyakit sehingga dapat menurunkan poduksi TBS.
Berdasarkan data curah hujan di kebun Huta Padang klasifikasi iklim menurut Schimidth-Ferguson termasuk kedalam tipe iklim a yaitu daerah sangat basah (Lampiran 7). Berdasarkan data total curah hujan selama 3 tahun (2012-2014) kebun Huta Padang sebesar 10943 mm dan total produksi sebesar 24175,2 ton. Total curah hujan tertinggi terdapat pada tahun 2012 sebesar 4963 mm/tahun dan total curah hujan terendah terdapat pada tahun 2014 sebesar 2220 mm/tahun.. Data rataan curah hujan pada kebun Huta Padang adalah 3467 mm (Lampiran 9) sedangkan data rataan hari hujan tahunan adalah 125,67 hari (Lampiran 12). Oleh karena itu, jumlah curah hujan sudah sesuai dengan kebutuhan dan syarat tumbuh kelapa sawit pada tanaman berumur 7 tahun.
hujan maka akan menaikkan produksi TBS sebesar 52,21 ton dengan asumsi variabel lain dianggap konstan.
Hasil analisis secara serempak (uji-F) memperlihatkan bahwa variabel curah hujan dan hari hujan yang berpengaruh tidak nyata pada taraf uji 5% terhadap produksi TBS pada tanaman kelapa sawit berumur 7 tahun. Nilai F-hitung pada analisis ini lebih kecil daripada nilai F-tabelnya yakni sebesar 3,633 (3,633<4,26) dengan signifikansi 0,481 (Sig > α 0,05). Ini membuktikan bahwa curah hujan dan hari hujan secara bersama-sama (serempak) berpengaruh tidak nyata terhadap produksi TBS pada umur 7 tahun di PTPN III Huta Padang.
tinggi dapat mempengaruhi penyerbukan pada tahun ke depannya karena bunga pada penyerbukan tersebut tidak menjadi buah yang menyebabkan bakal buah gugur. Hari hujan yang banyak mengakibatkan penurunan intensitas penyinaran matahari sehingga laju fotosintesis turun dan dapat menyebabkan turunnya produktivitas.
Produksi Tandan Buah Segar (ton), Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan
(hari) pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 10 Tahun
Data rataan produksi tandan buah segar (ton/bulan), curah hujan (mm/bulan), dan hari hujan (hari/bulan) selama 3 tahun (2013-2015) dari kebun Huta Padang PTPN III pada tanaman kelapa sawit berumur 10 tahun.
Tabel 15. Rataan produksi TBS (ton/bulan) pada tanaman kelapa sawit berumur 10 tahun selama 3 tahun (2013-2015)
Bulan Tahun Rataan
tanaman kelapa sawit berumur 10 tahun selama 3 tahun (2013-2015) pada Gambar 5.
Gambar 5. Perkembangan produksi TBS (ton/bulan) pada tanaman kelapa sawit tahun 2013, 2014, dan 2015
Tabel 16. Rataan curah hujan (mm/bulan) pada tanaman kelapa sawit berumur 10 tahun selama 3 tahun (2012-2014)
Bulan Tahun Rataan
2012 2013 2014
Januari 76 504 42 207,3
Februari 279 557 44 293,3
Maret 501 299 37 279
April 712 287 118 372,3
Mei 613 248 150 337
Juni 211 106 166 161
Juli 442 146 62 216,6
Agustus 388 138 472 332,6
September 408 320 408 378,6
Oktober 355 525 245 375
Nopember 373 270 261 301,3
Desember 605 360 215 393,3
TOTAL 4963 3760 2220 3647,6
Tabel 16 menyatakan bahwa rataan curah hujan tertinggi pada tahun 2012-2014 terdapat pada bulan Desember sebesar 393,3 mm/bulan dan rataan terendah terdapat pada bulan Juni sebesar 161 mm/bulan. Berikut disajikan perkembangan curah hujan (mm) pada tahun 2012-2014.
Gambar 6. Perkembangan curah hujan (mm/bulan) pada tahun 2012, 2013, dan 2014
pada bulan Januari sebesar 76 mm/bulan. Tahun 2013 curah hujan tertinggi terdapat pada bulan Februari sebesar 557 mm/bulan dan terendah terdapat pada bulan Juni sebesar 106 mm/bulan. Tahun 2014 curah hujan tertinggi terdapat pada bulan Agustus sebesar 472 mm/bulan dan terendah terdapat pada bulan Maret sebesar 37 mm/bulan. Berikut ini disajikan data rataan hari hujan (hari) pada tahun 2013-2014 kebun Huta Padang.
Tabel 17. Rataan hari hujan (hari/bulan) pada tanaman kelapa sawit tahun 2012-2014
Bulan Tahun Rataan
2012 2013 2014
Januari 2 15 6 7,6
Februari 8 14 2 8
Maret 11 6 4 7
April 17 10 5 10,6
Mei 12 8 9 9,6
Juni 7 5 5 5,6
Juli 11 10 6 9
Agustus 9 12 16 12,3
September 10 11 18 13
Oktober 11 18 15 14,6
Nopember 11 13 15 13
Desember 16 14 15 15
TOTAL 125 136 116 125,6
Gambar 7. Perkembangan hari hujan (hari/bulan) pada tahun 2012, 2013, dan 2014
Gambar 3 menunjukkan bahwa tahun 2012 rataan hari hujan tertinggi terdapat pada bulan Mei sebesar 17 hari/bulan dan terendah terdapat pada bulan Januari sebesar 2 hari/bulan. Tahun 2013 hari hujan tertinggi terdapat pada bulan Oktober sebesar 18 hari/bulan dan terendah terdapat pada bulan Juni sebesar 5 hari/bulan. Tahun 2014 hari hujan tertinggi terdapat pada bulan September sebesar 18 hari/bulan dan terendah terdapat pada bulan Februari sebesar 2 hari/bulan.
Hubungan Curah Hujan dan hari hujan terhadap produksi TBS pada tanaman kelapa sawit berumur 10 tahun
Tabel 18. Rataan produksi TBS, curah hujan dan hari hujan pada tanaman berumur 10 tahun selama 3 tahun (2012-2014)
Bulan
Gambar 8. Hubungan curah hujan (mm/bulan), hari hujan (hari/bulan) dan produksi TBS (ton/bulan) pada tanaman kelapa sawit berumur 10
tahun
Gambar 8 menunjukkan bahwa rataan produksi tertinggi pada tanaman kelapa sawit berumur 10 tahun selama 3 tahun (2013-2015) terdapat pada bulan Agustus yakni sebesar 1391,2 ton/bulan dan rataan produksi terendah terdapat pada bulan Februari sebesar 617 ton/bulan. Rataan curah hujan tertinggi terdapat pada bulan Desember yakni sebesar 393,3 mm/bulan dan rataan curah hujan terendah terdapat pada bulan Juni sebesar 161 mm/bulan. Rataan hari hujan tertinggi terdapat pada bulan Desember sebesar 15 hari dan rataan hari hujan terendah terdapat pada bulan Juni sebesar 5,6 hari.
Analisis Data
hubungan antara variabel bebas dan terikat. Alat bantu untuk mengolah data menggunakan SPSS.v.20 for windows.
Analisis Regresi Liner Berganda
Dalam uji regresi berganda dikenal nilai koefisien korelasi (r), koefisien determinasi (R2), dan koefisien determinasi terkoreksi (Adjusted R2). Koefisien korelasi (r) digunakan untuk melihat besarnya hubungan antar variabel bebas dan variabel terikat. Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh serentak variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat.
Berikut disajikan nilai koefisien pada model persamaan regresi linear berganda pada tanaman kelapa sawit berumur 10 tahun selama 3 tahun (2013-2015) di Kebun Huta Padang pada Tabel 19 (Lampiran 15).
Tabel 19. Nilai koefisien persamaan regresi linear berganda pada tanaman kelapa sawit berumur 10 tahun selama 3 tahun (2013-2015)
Umur Nilai Koefisien
r R2 Adjusted R2
10 Tahun 0,710a 0,504 0,394
terjadi dan sisanya sebesar 49,6% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukan ke dalam model.
Uji t-parsial dilakukan dengan membandingkan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel. Hasil uji t-parsial pada tanaman kelapa sawit berumur 10 tahun selama 3 tahun (2013-2015) disajikan pada Tabel 20 (Lampiran 13).
Tabel 20. Uji t-parsial curah hujan dan hari hujan pada tanaman kelapa sawit berumur 10 tahun selama 3 tahun (2013-2015)
Peubah 10 Tahun
t-hitung Sig.
Curah hujan -1,261 0,239tn
Hari hujan 1,012 0,338tn
Keterangan: tn = tidak nyata
Hasil uji t-parsial menunjukkan bahwa nilai signifikansi curah hujan pada tanaman berumur 10 tahun lebih besar dari alpha 5% (sig > α 5%), maka dapat dikatakan t-hitung berbeda tidak nyata pada taraf kepercayaan 95% dengan nilai t-tabel sebesar 2,201. Variabel yang juga tidak berpengaruh secara nyata adalah hari hujan dengan nilai t-hitung 1,012 dan nilai signifikansi 0,338. adapun variabel curah hujan berpengaruh tidak nyata pada taraf kepercayaan 95% dengan nilai t-hitung -1,261 dan nilai signifikansi 0,239.
Analisis sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda variabel curah hujan dan hari hujan pada tanaman kelapa sawit berumur 10 tahun selama 3 tahun (2013-2015) disajikan pada Tabel 21 (Lampiran 14).
Tabel 21. Sidik ragam persamaan regresi linear berganda pada tanaman kelapa sawit berumur 10 tahun selama 3 tahun (2013-2015)
Berdasarkan pendugaan model produksi pada tanaman kelapa sawit berumur 10 tahun di tahun 2013-2015, diperoleh nilai F-hitung sebesar 0,796 dengan nilai F-tabel sebesar 4,26 dan nilai signifikansi pada uji ini adalah 0,481. Nilai signifikansi pada uji F lebih besar dari alpha 5% (Sig > α 0,05), maka dapat dikatakan F-hitung tidak berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95%. Hal tersebut mengartikan bahwa variabel curah hujan dan hari hujan dalam model secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kelapa sawit.
Hasil model pengujian analisis regresi linier berganda pada tanaman kelapa sawit berumur 10 tahun (2013-2015) disajikan pada Tabel 22 (lampiran 16).
Tabel 22. Model pengujian analisis regresi linier berganda pada tanaman kelapa sawit berumur 10 tahun selama (2013-2015)
Umur Variabel Koefisien
10 Tahun
Konstanta 739,9
Curah Hujan -2,081
Hari Hujan 84,88
Berdasarkan hasil analisis dapat dibentuk persamaan regresi yang dihasilkan oleh variabel curah hujan dan hari hujan dalam memprediksi produksi TBS pada tanaman kelapa sawit berumur 10 tahun berikut ini :
Y = 739,9 – 2,081 X1 +84,88 X2 + E
Analisis Korelasi
Berikut disajikan hasil analisis korelasi antara variabel produksi TBS, curah hujan dan hari hujan pada tanaman kelapa sawit berumur 10 tahun selama 3 tahun (2013-2015) pada Tabel 23 (Lampiran 17).
Tabel 23. Uji analisis korelasi pada tanaman kelapa sawit berumur 10 tahun selama 3 tahun (2013-2015)
Umur Variabel Statistik Uji
Variabel
Keterangan: ** = berbeda sangat nyata pada taraf uji 1% tn = tidak berbeda nyata
Hasil analisis korelasi antara variabel produksi TBS, curah hujan dan hari hujan pada tanaman kelapa sawit berumur 10 tahun menunjukkan hubungan keeratan yang sangat erat antara variabel curah hujan dan hari hujan yaitu 0,819 dan juga menunjukkan hubungan keeratan yang sangat erat antara variabel produksi TBS dan hari hujan yaitu 0,549. Hubungan yang kuat memperlihatkan berpengaruhnya antara variabel curah hujan dan hari hujan terhadap pencapaian produksi TBS. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi lebih kecil dari 1% (Sig < α 0,01) dan korelasi lainnya memperlihatkan hubungan berpengaruh nyata terhadap pencapaian produksi TBS yang disebabkan nilai signifikansi lebih kecil dari 1%
(Sig > α 0,01). Korelasi terlemah terjadi pada variabel produksi TBS dengan
Uji Asumsi Klasik
Dilakukan untuk mengetahui apakah persamaan regresi berganda layak atau tidak untuk digunakan. Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas, dan uji autokorelasi.
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Persyaratan uji normalitas adalah data berdistribusi normal. Data di analisis dengan uji One Sample Kolmogorov-Sminov pada taraf uji 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05 (Sig > α 0,05). Untuk persamaan regresi pada
tanaman kelapa sawit berumur 10 tahun diperoleh nilai Kolmogorov-Sminov dan
nilai signikansi yaitu 0,200 (α = 0,194) (lampiran 18) yang berarti data telah
terdistribusi normal.
Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Prasyarat yang harus dipenuh dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas atau biasa disebut homoskedastisitas. Metode pengujian yang digunakan ialah uji Glejser. Uji glejser dilakukan dengan mregresikan nilai absolute residual terhadap
variabel independen lainnya. Jika nilai β signifikan maka mengindikasikan
Tabel 24. Nilai signifikansi pada uji heteroskedastisitas pada tanaman kelapa sawit berumur 10 tahun selama 3 tahun (2013-2015)
Umur Variabel Sig.
10 Tahun
Konstanta 0,079
Curah hujan 0,239
Hari hujan 0,338
Hasil uji heteroskedastisitas menunjukkan bahwa variabel curah hujan memiliki nilai signifikansi pada tanaman kelapa sawit berumur 10 tahun yaitu sebesar 0,239 sedangkan variabel hari hujan memiliki nilai signikansi 0,079. Variabel curah hujan dan hari hujan memiliki nilai signifikansi diatas 0,05 dalam model ini sehingga memiliki sebaran varian yang sama (homogen). Dengan kata lain, tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model ini.
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai varian inflation factor (VIF) dan nilai Tolerance pada model regresi. Model regresi yang baik ialah tidak terjadi multikolinearitas yang dibuktikan dengan nilai VIF < 5 dan nilai Tolerance > 0,1. Nilai VIF dan Tolerance model regresi linear berganda pada produksi TBS tanaman kelapa sawit berumur 10 tahun selama 3 tahun (2013-2015) di kebun Huta Padang disajikan pada Tabel 25 (lampiran 16).
Tabel 25. Uji multikolinearitas nilai VIF dan Tolerance pada umur 10 tahun selama 3 tahun (2013-2015)
Umur Variabel Tolerance VIF
10 Tahun Curah hujan 0,330 3,302
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas diatas diperoleh nilai VIF yang lebih kecil dari lima dan nilai Tolerance lebih besar dari 0,1 untuk kedua variabel yang diuji dapat diartikan bahwa terdapat sedikit multikolinearitas dalam model persamaan regresi tersebut.
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin Watson (d) yang dibandingkan dengan nilai dari tabel Durbin Watson (Lampiran 20). Untuk model persamaan regresi pada tanaman kelapa sawit berumur 10 tahun di atas, diperoleh nilai Durbin Watson (d) ialah 0,381 dengan nilai dL = 0,8122 dan nilai dU = 1,5794 dari tabel Durbin Watson
Pengaruh Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan (hari) Terhadap Produksi
TBS pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 10 Tahun
Menurut siregar et al, (2006) mengatakan bahwa hujan berpengaruh besar terhadap produksi kelapa sawit. Pertumbuhan kelapa sawit memerlukan curah hujan > 1250 mm/tahun dengan penyebaran hujan sepanjang tahun merata.
Berdasarkan data total curah hujan selama 3 tahun (2013-2015) kebun Huta Padang sebesar 10943 mm dan total produksi sebesar 1195,8 ton. Total curah hujan tertinggi terdapat pada tahun 2012 sebesar 4963 mm/tahun dan total curah hujan terendah terdapat pada tahun 2014 sebesar 2220 mm/tahun dengan rataan bulan basah sebanyak 10,3 bulan dan rataan bulan kering sebanyak 1,3 bulan. Data rataan curah hujan pada kebun Huta Padang adalah 3467 mm (Lampiran 9) sedangkan data rataan hari hujan tahunan adalah 125,67 hari (Lampiran 12). Oleh karena itu, curah hujan dan hari hujan pada tanaman kelapa sawit berumur 10 tahun menjadi pembatas ringan terhadap produksi kelapa sawit dan curah hujan yang rendah menyebabkan terjadinya deficit air.
Hasil analisis secara serempak (uji-F) memperlihatkan bahwa variabel curah hujan dan hari hujan yang tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 5% terhadap produksi TBS pada tanaman kelapa sawit berumur 10 tahun. Nilai F-hitung pada analisis ini lebih kecil daripada nilai F-tabelnya yakni sebesar 0,796 (0,796 < 4,26) dengan signifikansi 0,481 (Sig > α 0,05). Ini membuktikan bahwa curah hujan dan hari hujan secara bersama-sama (serempak) berpengaruh tidak nyata terhadap produksi TBS pada umur 10 tahun di PTPN III Huta Padang.
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa curah hujan dan hari hujan secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi TBS di kebun Huta Padang pada tanaman berumur 10 tahun. Hal ini diduga disebabkan karena curah hujan terlalu tinggi juga akan berpengaruh kurang baik karena pertumbuhan vegetatif lebih dominan daripada pertumbuhan generatif sehingga bunga atau buah yang terbentuk relatif lebih sedikit. Selain itu, jumlah curah hujan yang terlalu tinggi akan mengganggu kegiatan kebun seperti pemeliharaan tanaman, kelancaran transportasi, dan terjadinya erosi. Namun demikian, tingginya curah hujan tidak akan menimbulkan efek negatif jika drainase tanah dan penyinaran matahari cukup baik. Hari Hujan Pada tanaman Kelapa sawit berumur 10 tahun di kebun Huta Padang PTPN III memenuhi kebutuhan air kelapa sawit setiap harinya.
Produksi Tandan Buah Segar (ton), Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan
(hari) pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 13 Tahun
Tabel 27. Rataan produksi TBS (ton/bulan) pada tanaman kelapa sawit berumur 13 tahun selama 3 tahun (2013-2015)
Bulan Tahun Rataan
2013 2014 2015
Januari 105,6 144,2 203 151
Februari 96,2 148,8 163,2 136,1
Maret 78,7 192,6 183,9 151,7
April 99,1 195,6 234,5 176,4
Mei 125,8 242 267,6 212
Juni 121 273 407,8 267,3
Juli 170,1 331 500,7 333,9
Agustus 142,5 349,6 546,6 346,2
September 145,1 388,9 579,6 371,2
Oktober 131 245,5 535,1 303,9
Nopember 144,5 261,2 464 289,9
Desember 126,7 248,4 397,6 257,6
TOTAL 1486,8 3022,2 4484,2 2997,7
Tabel 27 menyatakan bahwa rataan produksi TBS tertinggi pada tanaman kelapa sawit berumur 13 tahun, terdapat pada bulan September yakni sebesar 371,2 ton/bulan dan rataan terendah terdapat pada bulan Januari yakni sebesar 151 ton/bulan. Berikut ini disajikan perkembangan produksi TBS dalam (ton) pada tanaman kelapa sawit berumur 13 tahun selama 3 tahun (2013-2015) pada Gambar 9.
Gambar 9 menyatakan bahwa tahun 2013 pada tanaman kelapa sawit berumur 13 tahun, total produksi TBS tertinggi terdapat pada bulan Juli sebesar 170,1 ton/ bulan dan total terendah pada bulan Maret yakni sebesar 78,7 ton/bulan. Pada tahun 2014 total produksi TBS tertinggi terdapat pada bulan September sebesar 388,9 ton/bulan dan total terendah pada bulan Januari sebesar 144,2 ton/bulan. Pada tahun 2015 total produksi TBS tertinggi terdapat pada bulan September sebesar 579,6 ton/bulan dan total terendah pada bulan Februari sebesar 163,2 ton/bulan. Berikut ini data rataan curah hujan (mm) pada tanaman kelapa sawit berumur 13 tahun di kebun Huta Padang.
Tabel 28. Rataan curah hujan (mm/bulan) pada tanaman kelapa sawit berumur 13 tahun selama 3 tahun (2013-2015)
Bulan Tahun Rataan
Gambar 10. Perkembangan curah hujan (mm/bulan) pada tanaman kelapa sawit tahun 2013, 2014, dan 2015
Tabel 17. Rataan hari hujan (hari/bulan) pada tanaman kelapa sawit tahun 2012-2014
Bulan Tahun Rataan
2012 2013 2014
Januari 2 15 6 7,6
Februari 8 14 2 8
Maret 11 6 4 7
April 17 10 5 10,6
Mei 12 8 9 9,6
Juni 7 5 5 5,6
Juli 11 10 6 9
Agustus 9 12 16 12,3
September 10 11 18 13
Oktober 11 18 15 14,6
Nopember 11 13 15 13
Desember 16 14 15 15
TOTAL 125 136 116 125,6
Tabel 5 menyatakan bahwa rataan hari hujan tertinggi pada tahun 2012-2014 terdapat pada bulan November sebesar 14,6 hari/bulan dan rataan hari hujan terendah terdapat pada bulan Maret sebesar 7 hari/bulan. Berikut disajikan perkembangan hari hujan (hari) pada tahun 2012-2014 pada gambar 7.
Gambar 7. Perkembangan hari hujan (hari/bulan) pada tahun 2012, 2013, dan 2014
Januari sebesar 2 hari/bulan. Tahun 2013 hari hujan tertinggi terdapat pada bulan Oktober sebesar 18 hari/bulan dan terendah terdapat pada bulan Juni sebesar 5 hari/bulan. Tahun 2014 hari hujan tertinggi terdapat pada bulan September sebesar 18 hari/bulan dan terendah terdapat pada bulan Februari sebesar 2 hari/bulan. Hubungan Curah Hujan dan hari hujan terhadap produksi TBS pada
tanaman kelapa sawit berumur 13 tahun
Produksi tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh besarnya curah hujan yang terjadi. Besarnya curah hujan yang terjadi pada saat ini akan mempengaruhi besarnya produksi tanaman kelapa sawit pada beberapa waktu ke depan karena berhubungan dengan proses pembungaan dan pematangan buah pada tanaman kelapa sawit. Untuk melihat hubungan curah hujan dan hari hujan terhadap produksi TBS pada tanaman kelapa sawit berumur 13 tahun selama 3 tahun (2012-2014) dilihat pada Tabel 30.
Tabel 30. Rataan produksi TBS, curah hujan dan hari hujan pada tanaman berumur 13 tahun selama 3 tahun (2010-2012)
Tabel 14 menyatakan bahwa total rataan produksi TBS pada tanaman berumur 13 tahun selama 3 tahun (2013-2015) sebesar 2997,7 ton, sedangkan total rataan curah hujan (mm) sebesar 3647,6 mm dan total rataan hari hujan (hari) sebesar 125,6 hari. Berikut disajikan hubungan antara curah hujan dengan produksi TBS pada tanaman kelapa sawit berumur 13 tahun selama 3 tahun (2013-2015) pada Gambar 12.
Gambar 12. Hubungan curah hujan (mm/bulan), hari hujan (hari/bulan) dan produksi TBS (ton/bulan) pada tanaman kelapa sawit berumur 13 tahun.
Analisis Data
Analisis produksi tandan buah segar pada tahun 2013, 2014 dan 2015 di kebun Huta Padang PTPN III dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dan analisis korelasi. Analisis linear berganda untuk mengetahui apakah variabel curah hujan dan hari hujan akan memberikan pengaruh terhadap produksi kelapa sawit. Analisis korelasi berguna untuk melihat kuat-lemahnya hubungan antara variabel bebas dan terikat. Alat bantu untuk mengolah data menggunakan SPSS.v.20 for windows.
Analisis Regresi Liner Berganda
Dalam uji regresi berganda dikenal nilai koefisien korelasi (r), koefisien determinasi (R2), dan koefisien determinasi terkoreksi (Adjusted R2). Koefisien korelasi (r) digunakan untuk melihat besarnya hubungan antar variabel bebas dan variabel terikat. Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh serentak variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Berikut disajikan nilai koefisien pada model persamaan regresi linear berganda pada tanaman kelapa sawit berumur 13 tahun selama 3 tahun (2013-2015) di Kebun Huta Padang disajikan pada Tabel 31 (Lampiran 15).
Tabel 31. Nilai koefisien persamaan regresi linear berganda pada tanaman kelapa sawit berumur 13 tahun selama 3 tahun (2013-2015)
Umur Nilai Koefisien
r R2 Adjusted R2
13 Tahun 0,662 0,438 0,314
menunjukkan besarnya hubungan variabel curah hujan dan hari hujan terhadap variabel produksi TBS pada umur 13 tahun ialah cukup (dilihat pada Tabel 5). Koefisien determinasi (R2) menandakan bahwa 43,8% variasi produksi kelapa sawit dapat dijelaskan oleh variasi variabel curah hujan dan hari hujan yang terjadi dan sisanya sebesar 56,2% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukan ke dalam model.
Uji t-parsial dilakukan dengan membandingkan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel. Hasil uji t-parsial pada tanaman kelapa sawit berumur 13 tahun selama 3
tahun (2013-2015) disajikan pada Tabel 32 (Lampiran 13).
Tabel 32. Uji t-parsial curah hujan dan hari hujan pada tanaman kelapa sawit berumur 19 tahun selama 3 tahun (2013-2015)
Peubah 13 Tahun
t-hitung Sig.
Curah hujan -1,261 0,239tn
Hari hujan 1,012 0,338tn
Keterangan: tn = tidak berbeda nyata
Hasil uji t-parsial menunjukkan bahwa nilai signifikansi curah hujan pada tanaman berumur 13 tahun lebih kecil dari alpha 5% (sig > α 5%), maka dapat dikatakan t-hitung berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95% dengan nilai t-tabel sebesar 2,201. Variabel hari hujan pun juga tidak berpengaruh secara nyata dengan nilai t-hitung 1,012 dan nilai signifikansi 0,338, adapun variabel curah hujan yang juga berpengaruh tidak nyata pada taraf kepercayaan 95% dengan nilai t-hitung -1,261 dan nilai signifikansi 0,239.
Tabel 33. Sidik ragam persamaan regresi linear berganda pada tanaman kelapa sawit berumur 13 tahun selama 3 tahun (2013-2015)
Umur Sumber
Keterangan: * = berbeda nyata
Berdasarkan pendugaan model produksi pada tanaman kelapa sawit berumur 13 tahun di tahun 2013-2015, diperoleh nilai F-hitung sebesar 4,573 dengan nilai F-tabel sebesar 4,26 dan nilai signifikansi pada uji ini adalah 0,043.
Nilai signifikansi pada uji F lebih kecil dari alpha 5% (Sig > α 0,05), maka dapat
dikatakan F-hitung berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95%. Hal tersebut mengartikan bahwa variabel curah hujan dan hari hujan dalam model secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi kelapa sawit.
Hasil model pengujian analisis regresi linier berganda pada tanaman kelapa sawit berumur 13 tahun (2013-2015) disajikan pada Tabel 34 (lampiran 16).
Tabel 34. Model pengujian analisis regresi linier berganda pada tanaman kelapa sawit berumur 13 tahun selama (2013-2015)
Umur Variabel Koefisien
13 Tahun
Konstanta 176,9
Curah Hujan – 0,849
Hari Hujan 31,61
Berdasarkan hasil analisis dapat dibentuk persamaan regresi yang dihasilkan oleh variabel curah hujan dan hari hujan dalam memprediksi produksi TBS pada tanaman kelapa sawit berumur 13 tahun berikut ini :
Model persamaan untuk umur 13 tahun dapat diartikan bawha penambahan satu satuan nilai curah hujan akan menurunkan produksi TBS sebesar 0,849 satuan dan setiap penambahan satu satuan nilai hari hujan akan menaikkan nilai produksi TBS sebesar 31,61 satuan.
Analisis Korelasi
Berikut disajikan hasil analisis korelasi antara variabel produksi TBS, curah hujan dan hari hujan pada tanaman kelapa sawit berumur 13 tahun selama 3 tahun (2013-2015) pada Tabel 35 (lampiran 17).
Tabel 35. Uji analisis korelasi pada tanaman kelapa sawit berumur 13 tahun selama 3 tahun (2013-2015)
Umur Variabel Statistik Uji
Variabel
Hasil analisis korelasi antara variabel produksi TBS, curah hujan dan hari hujan pada tanaman kelapa sawit berumur 13 tahun menunjukkan hubungan keeratan yang sangat erat antara variabel curah hujan dan hari hujan yaitu 0,819 dan juga menunjukkan hubungan keeratan yang sangat erat antara variabel produksi TBS dan hari hujan yaitu 0,551. Hubungan yang kuat memperlihatkan berpengaruhnya antara variabel curah hujan dan hari hujan terhadap pencapaian
produksi TBS. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi lebih kecil dari 1% (Sig < α
pencapaian produksi TBS yang disebabkan nilai signifikansi lebih kecil dari 1%
(Sig > α 0,01). Korelasi terlemah terjadi pada variabel produksi TBS dengan
curah hujan terdapat pada tanaman kelapa sawit berumur 13 tahun yaitu sebesar 0,194.
Uji Asumsi Klasik
Dilakukan untuk mengetahui apakah persamaan regresi berganda layak atau tidak untuk digunakan. Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas, dan uji autokorelasi.
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Persyaratan uji normalitas adalah data berdistribusi normal. Data di analisis dengan uji One Sample Kolmogorov-Sminov pada taraf uji 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05 (Sig > α 0,05). Untuk persamaan regresi pada
tanaman kelapa sawit berumur 13 tahun diperoleh nilai Kolmogorov-Sminov dan
nilai signikansi yaitu 0,200 (α = 0,194) (lampiran 18) yang berarti data telah
terdistribusi normal.
Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Prasyarat yang harus dipenuh dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas atau biasa disebut homoskedastisitas. Metode pengujian yang digunakan ialah uji Glejser. Uji glejser dilakukan dengan mregresikan nilai absolute residual terhadap
variabel independen lainnya. Jika nilai β signifikan maka mengindikasikan
menggunakan uji Glejser pada model persamaan regresi linier berganda pada tanaman kelapa sawit berumur 13 tahun selama 3 tahun (2013-2015) disajikan pada Tabel 36 (lampiran 19).
Tabel 36. Nilai signifikansi pada uji heteroskedastisitas pada tanaman kelapa sawit berumur 13 tahun selama 3 tahun (2011-2013)
Umur Variabel Sig.
13 Tahun
Konstanta 0,132
Curah hujan 0,241
Hari hujan 0,251
Hasil uji heteroskedastisitas menunjukkan bahwa variabel curah hujan memiliki nilai signifikansi pada tanaman kelapa sawit berumur 13 tahun yaitu sebesar 0,241 sedangkan variabel hari hujan memiliki nilai signikansi 0,251. Variabel curah hujan dan hari hujan memiliki nilai signifikansi diatas 0,05 dalam model ini sehingga memiliki sebaran varian yang sama (homogen). Dengan kata lain, tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model ini.
Tabel 37. Uji multikolinearitas nilai VIF dan Tolerance pada umur 13 tahun selama 3 tahun (2013-2015)
Umur Variabel Tolerance VIF
13 Tahun Curah hujan 0,330 3,032
Hari hujan 0,330 3,032
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas diatas diperoleh nilai VIF yang lebih kecil dari lima dan nilai Tolerance lebih besar dari 0,1 untuk kedua variabel yang diuji dapat diartikan bahwa tidak terdapat multikolinearitas dalam model persamaan regresi tersebut.
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin Watson (d) yang dibandingkan dengan nilai dari tabel Durbin Watson (Lampiran 20). Untuk model persamaan regresi pada tanaman kelapa sawit berumur 13 tahun di atas, diperoleh nilai Durbin Watson (d) ialah 1,294 dengan nilai dL = 0,8122 dan nilai dU = 1,5794 dari tabel Durbin Watson
Pengaruh Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan (hari) Terhadap Produksi
TBS pada Tanaman Kelapa Sawit Berumur 13 Tahun
Menurut siregar et al, (2006) mengatakan bahwa hujan berpengaruh besar terhadap produksi kelapa sawit. Pertumbuhan kelapa sawit memerlukan curah hujan > 1250 mm/tahun dengan penyebaran hujan sepanjang tahun merata.
Menurut PPKS (2006) menyatakan bahwa kelapa sawit lebih toleran dengan curah hujan yang tinggi dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya, meskipun demikian dalam kriteria klasifikasi kesesuaian lahan nilai tsb menjadi faktor pembatas ringan. Adanya bulan kering yang panjang dan curah hujan yang rendah akan menyebabkan terjadinya deficit air. Kriteria faktor pembatas hujan untuk kelapa sawit dapat di lihat pada Tabel 26 berikut ini.
Tabel 26. Kriteria faktor pembatas hujan pada tanaman kelapa sawit Komponen
dan >3000 1250-1450 <1250
Bulan Kering <1 1-2 2-3 >3
Sumber: Siregar et al.,2006
(Lampiran 12). Oleh karena itu, curah hujan dan hari hujan pada tanaman kelapa sawit berumur 13 tahun menjadi pembatas ringan terhadap produksi kelapa sawit dan curah hujan yang rendah menyebabkan terjadinya defisit air.
Berdasarkan hasil regresi, diperoleh nilai koefisien regresi curah hujan selama 3 tahun (2012-2014) pada tanaman kelapa sawit berumur 13 tahun memiliki tanda negatif sebesar 0,849 (Lampiran 16). Hal tersebut mengartikan bahwa setiap penambahan satu millimeter curah hujan maka akan menurunkan produksi TBS sebesar 0,849 ton dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Sedangkan nilai koefisien regresi hari hujan memiliki tanda positif sebesar 31,6 (Lampiran 16). Hal ini mengartikan bahwa setiap penambahan satu hari hujan akan menaikkn TBS sebesar 31,6 ton dengan asumsi variabel lain dianggap konstan.
Hasil analisis secara serempak (uji-F) memperlihatkan bahwa variabel curah hujan dan hari hujan yang berpengaruh nyata pada taraf uji 5% terhadap produksi TBS pada tanaman kelapa sawit berumur 13 tahun. Nilai F-hitung pada analisis ini lebih besar daripada nilai F-tabelnya yakni sebesar 4,57 (4,57 > 4,26) dengan signifikansi 0,043 (Sig < α 0,05). Ini membuktikan bahwa curah hujan dan hari hujan secara bersama-sama (serempak) berpengaruh nyata terhadap produksi TBS pada umur 13 tahun di PTPN III Huta Padang.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Curah hujan berpengaruh nyata terhadap peningkatan produksi TBS pada tanaman kelapa sawit berumur 13 tahun dan tidak berpengaruh nyata pada tanaman berumur 7 dan 10 tahun di Kebun Huta Padang PT. Perkebunan Nusantara III Persero.
2. Hari hujan juga berpengaruh tidak nyata pada peningkatan produksi TBS berumur 7 tahun dan berpengaruh ny ata terhadap meningkatkan produksi TBS pada tanaman kelapa sawit berumur 10 dan 13 tahun di Kebun Huta Padang PT. Perkebunan Nusantara III Persero.
3. Korelasi antara curah hujan dan hari hujan pada tanaman kelapa sawit berumur 7, 10, dan 13 tahun memiliki korelasi yang kuat, positif (searah), dan sangat nyata pada taraf uji 1% yaitu 0,819. Pengaruh curah hujan dan hari hujan pada tanaman kelapa sawit berumur 7, 10, dan 13 tahun adalah sebesar 44,7%, 50,4%, dan 43,8% di Kebun Huta Padang PT. Perkebunan Nusantara III Persero.
Saran