1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Manusia yang hidup dipermukaan bumi amat tergantung kepada tanah.
Sebaliknya suatu tanah pertanian yang baik ditentukan pula oleh sampai sejauh
mana manusia itu cukup terampil mengelolanya, sehingga justru bukan
kebalikannya yang terjadi yakni kesalahan dalam pengelolaannya akan dapat
mengakibatkan kerusakan-kerusakan tanah dipandang dari kesuburannya.
Tanah-tanah diatas mana kita hidup dan sangat dibutuhkan untuk kesejahteraan adalah
merupakan tubuh alam yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuh-tumbuhan untuk
pertumbuhannya. Tumbuh-tumbuhan ini sangat dibutuhkan manusia untuk
keperluan makannya, pakaiannya, dan lain-lain. Sama halnya seperti manusia,
maka hewanpun tergantung hidupnya kepada tumbuhan-tumbuhan ini. Produksi
susu, protein-daging, wool dari hewan ini dapat pula dimanfaatkan manusia.
Standar hidup manusia acapkali ditentukan sampai dimana manusia itu dapat
secara terus menerus mempertahankan kualitas tanahnya, agar supaya baik
tumbuh-tumbuhan maupun hewan dapat bereproduksi dengan baik. Menurut
Hakim,dkk (1986).
Menurut Notohadiprawiro (1998), Tanah dapat dimanfaatkan untuk
keperluan tertentu karena mempunyai sejarah pembentukan yang membangkitkan
sifat dan perilaku. Sejarah tanah bermula dari faktor-faktor pembentuk tanah,
yaitu atmosfer, hidrosfer, litosfer, biosfer, dan waktu. Faktor pembentuk tanah
2
merupakan ujud lingkungan tanah yang memiliki sejumlah pelaku sehingga dapat
membangkitkan proses dan reaksi biogeofisik dan biogeokimia yang melibatkan
pertukaran, alihgram, alihtempat, dan pengalihan ulang energi dan bahan.
Atmosfer mempunyai pelaku berupa curah hujan, sinar matahari, suhu dan angin.
Hidrosfer mempunyai pelaku berupa aliran air dipermukaan daratan (aliran limpas
dan sungai), genangan air, air tanah, dan air bumi. Litosfer mempunyai pelaku
batuan dan mineral yang menjadi bahan induk tanah dan timbulan. Biosfer
mempunyai pelaku vegetasi, edafon, bahan organik dan manusia.
Menurut Hanafiah (2005), Bahan organik tanah berperan secara fisik,
kimia maupun biologis, sehingga menentukan status kesuburan suatu tanah.
Humus merupakan koloidal organik yang bermuatan listrik, sehingga secara fisik
berpengaruh terhadap struktur tanah dan secara kimiawi berperan dalam
menentukan kapasitas pertukaran anion/kation sehingga berpengaruh penting
terhadap ketersediaan tanah, dan secara biologis merupakan sumber energi dan
karbon bagi mikrobia heterotrofik.
Menurut Wiralaga,dkk (1998), Peranan tanah dalam daur karbon lebih
besar dari pada daur nitrogen, karena C-Organik jumlahnya lebih banyak dari
N-total. Jumlah CO2 yang dihasilkan dari pembusukan bahan organik dalam tanah
dan laut lebih besar daripada CO2 atmosfir.
Menurut Barchia (2006), Lahan rawa gambut merupakan salah satu
sumber daya alam yang mempunyai fungsi hidro-orologi dan fungsi ekologi lain
yang penting bagi kehidupan seluruh makhluk hidup. Nilai penting inilah yang
menjadikan lahan rawa gambut harus dilindungi dan dipertahankan
3
kelestariannya. Untuk dapat memanfaatkan sumberdaya alam lahan rawa gambut
secara bijaksana perlu perencanaan yang teliti, penerapan teknologi yang sesuai
dan pengelolaan yang tepat. Dengan langkah yang bijak maka mutu dan
kelestarian sumberdaya lahan rawa gambut dapat dipertahankan untuk menunjang
pembangunan berkelanjutan pada ekosistem rawa tersebut.
Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002), Gambut disamping sebagai
suatu hamparan tanah juga merupakan bahan organik. Di Indonesia, gambut
menempati urutan keempat luas tanah gambut dunia setelah Kanada, Finlandia,
Swedia/Amerika Serikat. Berdasarkan perhitungan, cadangan gambut di Indonesia
sekitar 80 miliar meter kubik. Hal ini merupakan sumber daya alam yang cukup
besar.
Jumlah dan sifat dari bahan organik sangat menentukan sifat bikomia,
fisika, kesuburan tanah dan membantu menetapkan arah proses pembentukan
tanah. Karbon merupakan komponen utama dari bahan organik. Diantara sekian
banyak faktor yang mempengaruhi kadar bahan organik faktor yang paling
penting satu diantaranya adalah kedalaman tanah. Seperti diketahui akar tanaman
mengadsorbsi unsur-unsur hara dari larutan tanah dan mentransportasikannya
kedaun, batang maupun pucuk tanaman. Jika bagian atas tanaman mati dan jatuh
kepermukaan tanah, maka dekomposisi bahan organik akan membebaskan
unsur-unsur itu kedalaman larutan tanah. Dari penjelasan diatas maka penulis membuat
judul ‘Analisis Kadar Karbon Organik Tanah Gambut Berdasarkan Kedalaman
Tanah Secara Continous Flow Analyzer’ dimana berdasarkan pembagian lapisan
tanah yang dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan bahan induk dibawah
4
tanah setiap bagiannya mempunyai perbedaan dimana lapisan atas mengandung
bahan organik yang tinggi.
1.2Permasalahan
Berapakah kadar karbon organik yang terkandung didalam tanah gambut yang
digunakan sebagai lahan perkebunan dan apakah kadar karbon organik tersebut
sudah memenuhi kriteria tanah yang telah ditentukan. Dimana kadar C-Organik
didalam tanah gambut adalah 40-50 %, dimana C-Organik sangat membantu
dalam proses pembentukan humus di dalam tanah yang dapat memberi pengaruh
pertumbuhan terhadap tanaman.
1.3Tujuan Penelitian
Untuk menganalisa kadar karbon organik yang terdapat didalam tanah gambut,
yang nantinya dapat digunakan sebagai lahan perkebunan.
1.4Manfaat Percobaan
Mengetahui tingkat kesuburan tanah dapat dilihat dari kadar karbon organik.