• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Persepsi Dukungan Organisasi Terhadap Work-Life Balance (The Influence of Perceived Organizational Support toward Work-Life Balance) Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Persepsi Dukungan Organisasi Terhadap Work-Life Balance (The Influence of Perceived Organizational Support toward Work-Life Balance) Chapter III V"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan

metode penelitian yang meliputi variabel penelitian, sampel penelitian, alat ukur

penelitian, uji validitas, uji reliabilitas dan metode analisa data.

A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Variabel dalam penelitian diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi

objek pengamatan penelitian (Suryabrata, 2011) dan ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian

ditarik kesimpulannya (Noor, 2011).

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Variabel tergantung (Y) : work-life balance

2. Variabel bebas (X) : persepsi dukungan organisasi

B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

1. Work-Life Balance

Work-life balance adalah suatu keadaan dimana karyawan mampu

menyeimbangkan tuntutan pekerjaan dan keluarga. Work-life balance dapat

diukur dengan skala work-life balance yang disusun berdasarkan aspek-aspek

work-life balance oleh Greenhaus, Collins dan Shaw (2003), yaitu time balance,

(2)

Tingkat work-life balance dapat dilihat berdasarkan skor total yang

diperoleh individu dari skala ini. Semakin tinggi skor skala work-life balance

yang diperoleh, maka semakin mampu karyawan meneyeimbangkan peran di

tempat kerja dan keluarga. Sebaliknya, semakin rendah skor skala work-life

balance yang diperoleh, maka semakin rendah work-life balance karyawan.

2. Persepsi Dukungan Organisasi

Persepsi dukungan organisasi adalah suatu keadaan dimana karyawan

merasa bahwa organisasi menghargai kontribusi dan memperhatikan

kesejahteraan mereka di tempat kerja. Persepsi dukungan organisasi dapat diukur

dengan skala persepsi dukungan organisasi yang disusun berdasarkan aspek-aspek

persepsi dukungan organisasi oleh Rhoades dan Eisenberger (2002), yaitu

keadilan, dukungan yang diterima dari atasan serta penghargaan organisasi dan

kondisi pekerjaan.

Tingkat persepsi dukungan organisasi dapat dilihat berdasarkan skor total

yang diperoleh individu dari skala ini. Semakin tinggi skor skala persepsi

dukungan organisasi yang diperoleh, maka persepsi karyawan terhadap dukungan

organisasi adalah positif. Sebaliknya, semakin rendah skor skala persepsi

dukungan organisasiyang diperoleh, maka persepsi karyawan terhadap dukungan

(3)

C. POPULASI DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL

1. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah keseluruhan elemen atau anggota yang menjadi

sasaran penelitian dan merupakan keseluruhan subjek penelitian (Noor, 2011).

Subjek dalam suatu populasi harus memiliki karakteristik tertentu, berada dalam

satu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah

penelitian (Erlina, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah

karyawan/karyawati yang bekerja di PT. Perkebunan Nusantara III Medan

(Kantor Direksi).

Sampel adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti (Prasetyo &

Jannah, 2005). Sampel yang diambil harus benar-benar mewakili populasinya

(Erlina, 2011). Sampel dalam penelitian ini adalah karyawan/karyawati yang

bekerja di bidang Perkebunan di kota Medan dan telah menikah.

2. Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel adalah cara-cara untuk memperkecil

kekeliruan generalisasi dari sampel ke populasi dan dapat dicapai jika diperoleh

sampel yang representatif yaitu sampel yang benar-benar mencerminkan

populasinya (Suryabrata, 2011).

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

nonprobability sampling yaitu tidak semua individu dalam populasi diberi

peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel (Munawaroh, 2012).

(4)

Purposive sampling merupakan metode pengambilan sampel yang disesuaikan

dengan tujuan penelitian (Hadi, 2000).

Setiap anggota populasi yang kira-kira memenuhi karakteristik subjek

penelitian akan diminta kesediaannya untuk mengisi skala work-life balance dan

persepsi dukungan organisasi. Anggota yang sesuai dengan karakteristik subjek

penelitian dan bersedia mengisi skala tersebut yang akan dijadikan subjek

penelitian. Jumlah sampel adalah 104 orang untuk uji coba dan 262 orang untuk

penelitian yang sebenarnya yang melibatkan karyawan/karyawati PT. Perkebunan

Nusantara III (Kantor Direksi).

D. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang

dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian (Noor, 2011).

Suryabrata (2011) menjelaskan bahwa kualitas data ditentukan oleh kualitas alat

pengambil data, jika alat pengambil datanya cukup reliabel dan valid maka

datanya juga akan reliabel dan valid.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode skala.

Azwar (2008) menjelaskan karakteristik skala sebagai alat ukur psikologi, yaitu:

a. Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung

mengungkap atribut yang hendak diukur, melainkan mengungkap indikator

perilaku dari atribut yang bersangkutan.

(5)

c. perilaku kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk aitem-aitem sehingga

skala psikologi selalu berisi banyak aitem.

d. Respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban benar atau salah.

Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan

sungguh-sungguh. Hanya saja, jawaban yang berbeda akan diinterpretasikan berbeda

pula.

1. Skala Work-Life Balance

Skala work-life balance dalam penelitian ini disusun berdasarkan

aspek-aspek work-life balance yang dikemukakan oleh Greenhaus, Collins dan Shaw

(2003), yaitu time balance, involvement balance, dan satisfaction balance. Skala

ini menggunakan model skala likert yang menggunakan lima pilihan jawaban,

yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), netral (N), tidak sesuai (TS) dan sangat tidak

sesuai (STS).

Skala disusun dalam dua jenis aitem, yaitu favorable (aitem yang isinya

mendukung atau menggambarkan ciri atribut yang diukur) dan unfavorable (aitem

yang isinya tidak mendukung atau tidak menggambarkan ciri atribut yang diukur).

Pemberian skor dalam skala ini bergerak dari 5 sampai 1 untuk aitem favorable.

Pernyataan yang sangat sesuai (SS) diberi skor 5, sesuai (S) skornya 4, netral (N)

skornya 3, tidak sesuai (TS) skornya 2 dan sangat tidak sesuai (STS) skornya 1.

Aitem yang unfavorable diberi skor yang bergerak dari 1 sampai 5. Pernyataan

yang sangat sesuai (SS) diberi skor 1, sesuai (S) skornya 2, netral (N) skornya 3,

(6)

Tabel 3.1. Distribusi Aitem-Aitem Skala Work-life Balance Sebelum Uji Coba

No. Aspek Work-life Balance Favorable Unfavorable Jumlah Aitem

1. Time balance 1, 7, 13, 19 4, 10, 16, 22 8

2. Involvement balance 2, 8, 14, 20 5, 11, 17, 23 8

3. Satisfaction balance 3, 9, 15, 21 6, 12, 18, 24 8

Total 12 12 24

2. Skala Persepsi Dukungan Organisasi

Skala persepsi dukungan organisasi dalam penelitian ini disusun

berdasarkan aspek-aspek persepsi dukungan organisasi oleh Rhoades dan

Eisenberger (2002), yaitu keadilan, dukungan yang diterima dari atasan, dan

penghargaan organisasi dan kondisi pekerjaan. Skala ini menggunakan model

skala likert yang menggunakan lima pilihan jawaban, yaitu sangat sesuai (SS),

sesuai (S), netral (N), tidak sesuai (TS) dan sangat tidak sesuai (STS).

Skala disusun dalam dua jenis aitem, yaitu favorable (aitem yang isinya

mendukung atau menggambarkan ciri atribut yang diukur) dan unfavorable (aitem

yang isinya tidak mendukung atau tidak menggambarkan ciri atribut yang diukur).

Pemberian skor dalam skala ini bergerak dari 5 sampai 1 untuk aitem favorable.

Pernyataan yang sangat sesuai (SS) diberi skor 5, sesuai (S) skornya 4, netral (N)

skornya 3, tidak sesuai (TS) skornya 2 dan sangat tidak sesuai (STS) skornya 1.

(7)

yang sangat sesuai (SS) diberi skor 1, sesuai (S) skornya 2, netral (N) skornya 3,

tidak sesuai (TS) skornya 4 dan sangat tidak sesuai (STS) skornya 5.

Tabel 3.2. Distribusi Aitem-Aitem Skala Persepsi Dukungan Organisasi Sebelum Uji Coba

No. Aspek Persepsi Dukungan Organisasi

Favorable Unfavorable Jumlah Aitem

1. Keadilan 1, 7, 13, 19 14, 10, 16, 22 8

2. Dukungan yang diterima dari atasan 2, 8, 14, 20 5, 11, 17, 23 8

3. Penghargaan organisasi dan kondisi

pekerjaan

3, 9, 15. 21 6, 12, 18, 24 8

Total 12 12 24

E. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR

1. Validitas Alat Ukur

Validitas alat ukur adalah sejauh mana alat ukur menjalankan fungsi

ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya

pengukuran tersebut (Azwar, 2009). Tujuan pengukuran validitas adalah untuk

mengetahui sejauh mana suatu alat ukur mampu menghasilkan data yang akurat

sesuai dengan tujuan ukurnya (Azwar, 2009). Validitas alat ukur yang digunakan

dalam penelitian ini adalah validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi yaitu

sejauh mana aitem dalam skala mencakup keseluruhan kawasan sasaran ukur yang

hendak diukur. Untuk menegakkan validitas isi dalam alat ukur, peneliti membuat

(8)

sehingga aitem-aitem yang dikembangkan memang mengukur apa yang

seharusnya diukur (Suryabrata, 2011).

Setelah melakukan uji validitas isi, dilakukan uji daya beda aitem untuk

melihat sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok

individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar,

2008). Pengujian daya beda aitem dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi

antara distribusi skor aitem dengan suatu kriteria yang relevan, yaitu distribusi

skor total skala itu sendiri dengan menggunakan formulasi koefisien korelasi

Pearson Product Moment. Azwar (2008) mengatakan bahwa semua aitem yang

mencapai koefisien korelasi minimal 0.30, daya pembedanya dianggap

memuaskan. Pengujian daya beda aitem pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan program komputer SPSS 20.0 for windows.

Validitas konstruk yaitu analisa aitem untuk membuktikan seberapa bagus

hasil yang diperoleh dari penggunaan alat ukur sesuai dengan teori yang hendak

diukur (Noor, 2011). Untuk menegakkan validitas konstruk, peneliti melakukan

analisis faktor terhadap aitem-aitem yang dikembangkan. Uji analisis faktor

diawali dengan melihat nilai Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) untuk mengukur apakah

sampel yang digunakan dalam penelitian sudah cukup memadai. Wibisono (2003)

menyatakan bahwa kriteria kesesuaian dalam penggunaan analisis faktor adalah

nilai KMO > 0.5 dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Jika harga KMO sebesar 0.9 berarti sangat memuaskan

b. Jika harga KMO sebesar 0.8 berarti memuaskan

(9)

d. Jika harga KMO sebesar 0.6 berarti cukup

e. Jika harga KMO sebesar 0.5 berarti kurang memuaskan

f. Jika harga KMO kurang dari 0.5 berarti tidak dapat diterima

Langkah selanjutnya dalam uji analisis faktor adalah melihat nilai Measures

of Sampling Adequacy (MSA) dengan cara membandingkan besarnya koefisien

korelasi yang diamati dengan koefisien korelasi parsialnya. Santoso (2002)

menyatakan bahwa angka MSA berkisar antara 0 sampai 1 dengan kriteria sebagai

berikut:

a. Jika MSA = 1, maka variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh

variabel yang lainnya.

b. Jika MSA ≥ 0.5, maka variabel tersebut masih dapat diprediksi dan dapat

dianalisis lebih lanjut.

c. Jika MSA < 0.5, maka variabel tersebut tidak dapat dianalisis lebih lanjut atau

dikeluarkan dari variabel lainnya.

Selanjutnya, uji analisis faktor dapat dilihat dari nilai loading factor yang

menunjukkan besarnya korelasi antara variabel awal dengan faktor yang

terbentuk. Santoso (2002) menyatakan bahwa validitas yang baik memiliki nilai

loading factor > 0.5.

2. Reliabilitas Alat Ukur

Noor (2011) menjelaskan bahwa reliabilitas adalah indeks yang

menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya dan diandalkan.

(10)

dilakukan berulang kali terhadap kelompok subjek yang sama, menunjukkan hasil

yang sama dalam kondisi yang sama.

Menurut Azwar (2008), reliabilitas dinyatakan oleh koefisien korelasi yang

angkanya berada dalam rentang 0 sampai 1,00. Semakin tinggi koefisien

reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas, sebaliknya

koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 menunjukkan semakin

rendahnya reliabilitas (Azwar, 2008).

Uji reliabilitas penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi internal

(Internal Consistency) yang hanya memerlukan satu kali penyajian tes kepada

sekelompok responden (Azwar, 2008). Reliabilitas dalam penelitian ini diuji

dengan menghitung koefisien Alpha Cronbach. Pengujian daya beda aitem dan

koefisien reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

program komputer SPSS 20.0 for windows.

F. HASIL UJI COBA ALAT UKUR

1. Skala Work-life Balance

Hasil analisis skala work-life balance menunjukkan bahwa dari 24 aitem,

terdapat 16 aitem yang memiliki daya beda tinggi. Ada 8 aitem yang gugur (daya

bedanya rendah), yaitu aitem nomor 6, 10, 11, 12, 20, 22, 23 dan 24. Koefisien

korelasi aitem total yang memenuhi kriteria bergerak dari 0.315 sampai dengan

0.531. Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan Cronbach Alpha adalah rxx =

(11)

Selanjutnya dilakukan analisis faktor pada setiap aspek dengan melihat nilai

KMO, nilai MSA dan nilai loading factor. Pada aspek time balance, dari 6 aitem

yang telah memiliki daya beda yang baik, terdapat 1 aitem yang gugur karena

nilai loading factor-nya di bawah 0.5, yaitu aitem nomor 7 sehingga diperoleh 5

aitem dengan nilai KMO sebesar 0.600, nilai MSA bergerak dari 0.515 sampai

dengan 0.719 dan nilai loading factor bergerak dari 0.544 sampai dengan 0.809.

Aitem-aitem tersebut adalah nomor 1, 4, 13, 16 dan 19.

Pada aspek involvement balance, dari 5 aitem yang telah memiliki daya

beda yang baik, terdapat 1 aitem yang gugur karena nilai loading factor-nya di

bawah 0.5, yaitu aitem nomor 5 sehingga diperoleh 4 aitem dengan nilai KMO

sebesar 0.655, nilai MSA bergerak dari 0.626 sampai dengan 0.706 dan nilai

loading factor bergerak dari 0.562 sampai dengan 0.690. Aitem-aitem tersebut

adalah nomor 2, 8, 14 dan 17.

Pada aspek satisfaction balance, dari 5 aitem yang telah memiliki daya beda

yang baik, tidak terdapat aitem yang gugur karena nilai loading factor-nya di atas

0.5 sehingga tetap diperoleh 5 aitem dengan nilai KMO sebesar 0.660, nilai MSA

bergerak dari 0.583 sampai dengan 0.686 dan nilai loading factor bergerak dari

0.659 sampai dengan 0.858. Aitem-aitem tersebut adalah nomor 3, 9, 15, 18 dan

(12)

Tabel 3.3. Skala Work-life Balance

No. Aspek Work-life Balance Aitem Jumlah Aitem

1. Time Balance 1, 4, 13, 16, 19 5

2. Involvement Balance 2, 8, 14, 17 4

3. Satisfaction Balance 3, 9, 15, 18, 21 5

Total 14

2. Skala Persepsi Dukungan Organisasi

Hasil analisis skala persepsi dukungan organisasi menunjukkan bahwa dari

24 aitem, terdapat 21 aitem yang memiliki daya beda tinggi. Ada 3 aitem yang

gugur (daya bedanya rendah), yaitu aitem nomor 4, 6 dan 23. Koefisien korelasi

aitem total yang memenuhi kriteria bergerak dari 0.342 sampai dengan 0.607.

Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan Cronbach Alpha adalah rxx = 0.869.

Hal ini berarti tingkat reliabilitas tinggi.

Selanjutnya dilakukan analisis faktor pada setiap aspek dengan melihat nilai

KMO, nilai MSA dan nilai loading factor. Pada aspek keadilan, dari 7 aitem yang

telah memiliki daya beda yang baik, terdapat 1 aitem yang gugur karena nilai

loading factor-nya di bawah 0.5, yaitu aitem nomor 1 sehingga diperoleh 6 aitem

dengan nilai KMO sebesar 0.684, nilai MSA bergerak dari 0.615 sampai dengan

0.800 dan nilai loading factor bergerak dari 0.504 sampai dengan 0.844.

Aitem-aitem tersebut adalah nomor 7, 10, 13, 16, 19 dan 22.

Pada aspek dukungan yang diterima dari atasan, dari 7 aitem yang telah

(13)

factor-nya di bawah 0.5, yaitu aitem nomor 8 sehingga diperoleh 6 aitem dengan

nilai KMO sebesar 0.706, nilai MSA bergerak dari 0.618 sampai dengan 0.760

dan nilai loading factor bergerak dari 0.546 sampai dengan 0.854 Aitem-aitem

tersebut adalah nomor 2, 5, 11, 14, 17 dan 20.

Pada aspek penghargaan organisasi dan kondisi pekerjaan, dari 7 aitem yang

telah memiliki daya beda yang baik, terdapat 1 aitem yang gugur karena nilai

loading factor-nya di bawah 0.5, yaitu aitem nomor 21 sehingga diperoleh 6 aitem

dengan nilai KMO sebesar 0.676, nilai MSA bergerak dari 0.584 sampai dengan

0.759 dan nilai loading factor bergerak dari 0.542 sampai dengan 0.871

Aitem-aitem tersebut adalah nomor 3, 9, 12, 15, 18 dan 24.

Tabel 3.4. Skala Persepsi Dukungan Organisasi

No. Aspek Persepsi Dukungan Organisasi Aitem Jumlah Aitem

1. Keadilan 7, 10. 13, 16, 19, 22 6

2. Dukungan yang diterima dari atasan 2, 5. 11, 14, 17, 20 6

3. Penghargaan organisasi dan kondisi pekerjaan 3, 9, 12, 15, 18, 24 6

Total 18

G. METODE ANALISIS DATA

Analisis data adalah rangkaian kegiatan pengolahan data agar rumusan

masalah penelitian dapat terpecahkan, hipotesis penelitian dapat dibuktikan atau

(14)

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik yang

akan dihasilkan dalam bentuk angka-angka (Suryabrata, 2011).

Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi. Sebelum menganalisis

data, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari

hasil penelitian benar-benar terdistribusi secara normal atau tidak (Noor, 2011).

Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat hasil output dari

skewness dan kurtosis yang tertera pada tabel Descriptives dengan menghitung

nilai score skewness dan score kurtosis. Data dikatakan memiliki sebaran normal

jika score skewness dan score kurtosis berada di antara -1.96 sampai dengan

+1.96 (Field, 2009).

2. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk melihat apakah hubungan antara variabel

dependen dengan variabel independen bersifat garis lurus (Erlina, 2011). Uji

linearitas dalam penelitian ini menggunakan uji F dengan bantuan program SPSS

(15)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan analisis data dan pembahasan sesuai dengan

data yang diperoleh saat pengambilan data. Pembahasan akan diawali dengan

memberikan gambaran umum mengenai subjek penelitian dan hasil dari penelitian

hingga pembahasan.

A. ANALISIS DATA

1. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan/karyawati PT. Perkebunan

Nusantara III yang telah menikah dan berjumlah 262 orang. Sebelumnya telah

dilakukan penyebaran kuesioner kepada 350 orang, namun setelah dicek

kelengkapan pengisian kuesioner diperoleh 262 orang yang menjadi subjek

penelitian. Dengan demikian, respon rate dalam penelitian ini adalah sebesar

74.85%. Dari subjek penelitian tersebut, diperoleh gambaran subjek menurut usia,

jenis kelamin, tingkat pendidikan, masa kerja dan jumlah anak.

a. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

(16)

Tabel 4.1. Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan Usia

No. Usia (tahun) Jumlah (N) Presentase

1. 21-40 109 41.60%

2. 41-60 153 58.40%

Jumlah 262 100%

Hurlock (1993) mengelompokkan fase perkembangan usia dewasa dalam

tiga kelompok, yaitu dewasa awal (usia 21 sampai 40 tahun), dewasa madya (usia

41 sampai 60 tahun) dan usia lanjut (usia lebih dari 60 tahun).

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa mayoritas subjek penelitian

berusia 41-60 tahun, yaitu berjumlah 153 orang (58.40%). Selanjutnya, subjek

penelitian berusia 21-40 tahun berjumlah 109 orang (41.60%).

b. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Penyebaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.2. Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah (N) Presentase

1. Laki-laki 191 72.90%

2. Perempuan 71 27.10%

(17)

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa mayoritas subjek penelitian

berjenis kelamin laki-laki, yaitu berjumlah 191 orang (72.90%), sedangkan subjek

penelitian yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 71 orang (27.10%).

c. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Penyebaran subjek penelitian berdasarkan tingkat pendidikan adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.3. Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Tingkat

Pendidikan

Jumlah (N) Presentase

1. SMA 82 31.30%

2. Diploma 108 41.22%

3. S-1 53 20.23%

4. S-2 19 7.25%

Jumlah 262 100%

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa mayoritas subjek penelitian

memiliki tingkat pendidikan Diploma, yaitu berjumlah 108 orang (41.22%),

selanjutnya subjek penelitian memiliki tingkat pendidikan SMA berjumlah 82

orang (31.30%), pendidikan S-1 berjumlah 53 orang (20.23%) dan pendidikan S-2

(18)

d. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Masa Kerja

Penyebaran subjek penelitian berdasarkan masa kerja adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.4. Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan

Masa Kerja

No. Masa Kerja (tahun)

Jumlah (N) Presentase

1. 0-2 14 5.34%

2. 3-10 66 25.19%

3. > 10 182 69.47%

Jumlah 262 100%

Kaur dan Sandhu (2010) mengelompokkan masa kerja ke dalam tiga

tahapan, yaitu early career stage (masa kerja 0 sampai 2 tahun), middle career

stage (masa kerja 3 sampai 10 tahun) dan late career stage (masa kerja lebih dari

10 tahun).

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa mayoritas subjek penelitian

memiliki masa kerja selama lebih dari 10 tahun (late career stage), yaitu

berjumlah 182 orang (69.47%), selanjutnya subjek penelitian memiliki masa kerja

selama 3-10 tahun (middle career stage) berjumlah 66 orang (25.19%), dan masa

(19)

e. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jumlah Anak

Penyebaran subjek penelitian berdasarkan jumlah anak adalah sebagai

berikut

Tabel 4.5. Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan

Jumlah Anak

No. Jumlah Anak Jumlah (N) Presentase

1. Tidak memiliki anak 38 14.50%

2. 1 52 19.85%

3. 2 87 33.21%

4. 3 61 23.28%

5. 4 18 6.87%

6 5 6 2.29%

Jumlah 262 100%

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa mayoritas subjek penelitian

memiliki jumlah anak sebanyak 2 orang, yaitu berjumlah 87 orang (33.21%),

selanjutnya subjek penelitian memiliki jumlah anak 3 orang berjumlah 61 orang

(23.28%), jumlah anak 1 orang berjumlah 52 orang (19.85%), tidak memiliki anak

berjumlah 38 orang (14.50%), jumlah anak 4 orang berjumlah 18 orang (6.87%)

(20)

2. Hasil Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas terhadap work-life balance dan persepsi dukungan

organisasibertujuan untuk mengetahui sebaran variabel penelitian tersebut normal.

Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan hasil output dari skewness dan

kurtosis yang tertera pada tabel Descriptives dengan menghitung score skewness

dan score kurtosis. Data dikatakan memiliki sebaran normal jika score skewness

dan score kurtosis berada di antara -1.96 sampai dengan +1.96 (Field, 2009).

Berikut hasil perhitungan score skewness dan score kurtosis:

Tabel 4.6. Hasil Uji Normalitas

Skewness Kurtosis

Statistic Std. Error Statistic Std. Error

Work-life Balance -.189 .150 .585 .300

Persepsi Dukungan

Organisasi

.056 .150 -.075 .300

Berdasarkan hasil uji normalitas antara hubungan persepsi dukungan

organisasi dengan work-life balance, pada variabel work-life balance diperoleh

score skewness = -1.26 dan score kurtosis = 1.95, sedangkan pada variabel

persepsi dukungan organisasi diperoleh score skewness = 0.37 dan score kurtosis

= -0.25. Score skewness dan score kurtosis pada variabel work-life balance dan

persepsi dukungan organisasi terletak di antara -1.96 sampai dengan +1.96

(21)

b. Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui linear atau tidaknya hubungan

antara variabel bebasdengan variabel tergantung. Uji linearitas dilakukan dengan

menggunakan analisis statistik uji F. Variabel persepsi dukungan organisasi dapat

dikatakan memiliki hubungan linear dengan variabel work-life balance jika nilai

p< 0.05. Berikut hasil uji linearitas berdasarkan uji F:

Tabel 4.7 Hasil Uji Linearitas

Hubungan Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

Persepsi Dukungan

Organisasi &Work-Life

Balance

3412.293 1 3412.293 134.480 .000

Berdasarkan hasil uji linearitas antara hubungan persepsi dukungan

organisasi dengan work-life balance, diperoleh nilai F = 134.480 dan p = 0.000

(p < 0.05). Hal ini berarti terdapat hubungan yang linear antara persepsi dukungan

organisasi dengan work-life balance.

3. Hasil Utama Penelitian

Pengaruh Persepsi Dukungan Organisasi terhadap Work-life Balance

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh persepsi

dukungan organisasi terhadap work-life balance yang dilakukan melalui analisis

(22)

Tabel 4.8. Ringkasan Hasil Analisis Regresi antara Persepsi Dukungan

Berdasarkan tabel hasil analisis regresi antara persepsi dukungan organisasi

dengan work-life balance, dapat diketahui nilai R2 = 0.336 dan p = 0.000 (p <

0.05). Hal ini menunjukkan bahwa persepsi dukungan organisasi memberikan

pengaruh terhadap work-life balance sebesar 33.6%.

Tabel 4.9. Hasil Analisis Regresi antara Persepsi Dukungan Organisasi dengan Work-life Balance

Berdasarkan tabel Coefficients hasil analisis regresi antara persepsi

dukungan organisasi dengan work-life balance, diperoleh persamaan Y = 23.988 +

(23)

dukungan organisasi bernilai nol, maka work-life balance adalah sebesar 23.988

satuan.

4. Hasil Tambahan Penelitian

Pengaruh Aspek Persepsi Dukungan Organisasi terhadap Work-Life Balance

Hasil tambahan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh aspek

persepsi dukungan organisasi terhadap work-life balance. Aspek persepsi

dukungan organisasi yang akan dikorelasikan adalah keadilan, dukungan yang

diterima dari atasan, dan penghargaan organisasi dan kondisi pekerjaan. Hasil

analisis korelasi aspek persepsi dukungan organisasi dengan work-life balance

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.10. Hasil Analisis Korelasi antara Aspek Persepsi Dukungan Organisasi dengan Work-Life Balance

Berdasarkan hasil analisis korelasi antara aspek keadilan dengan work-life

(24)

bahwa terdapat korelasi positif yang sangat signifikan antara keadilan dengan

work-life balance.

Hasil analisis korelasi antara aspek dukungan yang diterima dari atasan

dengan work-life balance adalah r = 0.603 dan p < 0.01 sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat korelasi positif yang sangat signifikan antara

dukungan yang diterima dari atasan dengan work-life balance.

Hasil analisis korelasi antara aspek penghargaan organisasi dan kondisi

pekerjaan dengan work-life balance adalah r = 0.337 dan p < 0.01 sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat korelasi positif yang sangat signifikan antara

penghargaan organisasi dan kondisi pekerjaan dengan work-life balance.

Untuk memperoleh aspek persepsi dukungan organisasi yang menjadi

penentu work-life balance, dilakukan analisis regresi berganda dengan

menggunakan metode stepwise. Hasil analisis regresi dapat dilihat pada tabel

(25)

Tabel 4.11. Hasil Analisis Regresi Berganda antara Aspek Persepsi

Untuk mendapatkan aspek persepsi dukungan organisasi yang menjadi

penentu work-life balance, digunakan analisa regresi stepwise. Berdasarkan hasil

analisa regresi stepwise, ada dua aspek dari persepsi dukungan organisasi sebagai

prediktor terhadap work-life balance. Kedua aspek tersebut adalah keadilan dan

(26)

Tabel 4.12. Hasil Analisis Regresi Berganda antara Aspek Persepsi

Berdasarkan hasil analisis regresi berganda dengan metode stepwise antara

aspek persepsi dukungan organisasi dengan work-life balance, dapat diketahui

nilai koefisien determinasi aspek dukungan adalah R2 = 0.364 yang artinya

work-life balance dipengaruhi oleh aspek dukungan yang diterima dari atasan sebesar

36.4%. Nilai koefisien determinasi aspek dukungan yang diterima dari atasan dan

keadilan adalah R2 = 0.396 yang artinya work-life balance dipengaruhi oleh aspek

dukungan yang diterima dari atasan dan keadilan sebesar 39.6%.

5. Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik

a. Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik Work-Life Balance

Tujuan lain dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran work-life

balance dari subjek penelitian. Oleh karena itu, peneliti menggunakan alat

penelitian berupa skala work-life balance. Jumlah aitem pada skala work-life

(27)

pilihan jawaban. Hasil perhitungan rata-rata empirik dan rata-rata hipotetik

work-life balance dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.13. Mean Empirik dan Mean Hipotetik Work-Life Balance

Variabel Skor Empirik Skor Hipotetik

Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD

Work-Life Balance 31 70 54.37 6.237 14 70 42 9.33

Berdasarkan tabel 4.13, diperoleh bahwa nilai rata-rata empirik work-life

balance adalah 54.37 dengan nilai standar deviasi sebesar 6.237 dan nilai rata-rata

hipotetik work-life balance adalah 42 dengan nilai standar deviasi sebesar 9.33.

Jika dilihat perbandingan antara nilai rata-rata empirik dan nilai rata-rata

hipotetik, maka dapat dilketahui bahwa tingkat work-life balance pada subjek

penelitian lebih tinggi daripada rata-rata tingkat work-life balance pada populasi

umumnya.

b. Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik Persepsi Dukungan Organisasi

Tujuan selanjutnya dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran

persepsi dukungan organisasi dari subjek penelitian. Oleh karena itu, peneliti

menggunakan alat penelitian berupa skala persepsi dukungan organisasi. Jumlah

aitem pada skala persepsi dukungan organisasi yang digunakan dalam penelitian

ini adalah 18 aitem dengan 5 alternatif pilihan jawaban. Hasil perhitungan

rata-rata empirik dan rata-rata-rata-rata hipotetik persepsi dukungan organisasi dapat dilihat

(28)

Tabel 4.14. Mean Empirik dan Mean Hipotetik Persepsi Dukungan Organisasi

Variabel Skor Empirik Skor Hipotetik

Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD

Persepsi Dukungan

Organisasi

40 87 65.08 7.746 18 90 54 12

Berdasarkan tabel 4.14, diperoleh bahwa nilai rata-rata empirik persepsi

dukungan organisasi adalah 65.08 dengan nilai standar deviasi sebesar 7.746 dan

nilai rata-rata hipotetik persepsi dukungan organisasi adalah 54 dengan nilai

standar deviasi sebesar 12. Jika dilihat perbandingan antara nilai rata-rata empirik

dan nilai rata-rata hipotetik, maka dapat dilketahui bahwa tingkat persepsi

dukungan organisasi pada subjek penelitian lebih tinggi daripada rata-rata tingkat

persepsi dukungan organisasi pada populasi umumnya.

6. Kategorisasi Skor Work-Life Balance dan Persepsi Dukungan Organisasi

a. Kategorisasi Skor Work-Life Balance

Kategorisasi skor work-life balance dapat diperoleh dengan perhitungan

nilai rata-rata hipotetik sebesar 42 dan standar deviasi sebesar 9.33 yang

(29)

Tabel 4.15. Kategorisasi Skor Work-Life Balance

Rentang Nilai Kategori Jumlah (N) Presentase

X < 33 Rendah 1 0.38%

33 ≤ X < 51 Sedang 60 22.90%

X ≥ 51 Tinggi 201 76.72%

Jumlah 262 100%

Berdasarkan tabel 4.15 dapat diketahui bahwa jumlah subjek penelitian

yang memiliki work-life balance pada kategori rendah adalah 1 orang (0.38%),

jumlah subjek penelitian yang memiliki work-life balance pada kategori sedang

adalah 60 orang (22.90%) dan jumlah subjek penelitian yang memiliki work-life

balance pada kategori tinggi adalah 201 orang (76.72%).

b. Kategorisasi Skor Persepsi Dukungan Organisasi

Kategorisasi skor persepsi dukungan organisasi dapat diperoleh dengan

perhitungan nilai rata-rata hipotetik sebesar 54 dan standar deviasi sebesar 12.

Tabel 4.16. Kategorisasi Skor Persepsi Dukungan Organisasi

Rentang Nilai Kategori Jumlah (N) Presentase

X < 42 Negatif 1 0.38%

42 ≤ X < 66 Netral 139 53.06%

X ≥ 66 Positif 122 46.56%

(30)

Berdasarkan tabel 4.16 dapat diketahui bahwa jumlah subjek penelitian

yang memiliki persepsi dukungan organisasi pada kategori rendah adalah 1 orang

(0.38%), jumlah subjek penelitian yang memiliki persepsi dukungan organisasi

pada kategori sedang adalah 139 orang (53.06%) dan jumlah subjek penelitian

yang memiliki persepsi dukungan organisasi pada kategori tinggi adalah 122

orang (46.56%).

B. PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh persepsi dukungan

organisasi terhadap work-life balance dengan nilai R2 = 0.336 dan p = 0.000. Hal

ini berarti bahwa semakin positif persepsi dukungan organisasi seseorang maka

semakin tinggi tingkat work-life balance nya, sebaliknya semakin negatif persepsi

dukungan organisasi seseorang maka semakin rendah tingkat work-life balance

nya.

Ada beberapa alasan yang dapat menjelaskan pengaruh persepsi dukungan

organisasi terhadap work-life balance. Pertama, persepsi dukungan organisasi

dimaknai karyawan sebagai bentuk keinginan organisasi untuk membantu

karyawan dalam mengatur kehidupan kerja dan keluarganya (Shafter, Harrison,

Gilley & Luk, 2001). Hal ini ditandai dengan kebijakan organisasi dalam

menyediakan waktu kerja yang fleksibel bagi karyawan (Warren & Jhonson,

1995; Khan, Saleem, Khan & Khan, 2016). Selain itu, Kossek, Pichler, Bodner

dan Hammer (2011) menambahkan bahwa adanya perhatian merupakan salah satu

bentuk dukungan tidak langsung yang diberikan organisasi terhadap kehidupan

(31)

dukungan dari organisasi akan lebih mampu mengurangi tingkat stres dalam

kehidupan keluarganya sehingga karyawan tersebut mampu memenuhi peran di

pekerjaan dan keluarga dengan seimbang (Thakur dan Kumar, 2015).

Kedua, work-life balance ditandai dengan adanya pembagian waktu dan

komitmen yang baik oleh karyawan dalam memenuhi tuntutan peran di kehidupan

pekerjaan dan keluarganya (Greenhaus & Allen, 2011). Keseimbangan

pemenuhan tuntutan pekerjaan dan keluarga tidak hanya menjadi fokus karyawan,

tetapi juga menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh organisasi. Ketika karyawan

merasa bahwa kehidupannya diperhatikan oleh organisasi, maka karyawan akan

mempersepsikannya sebagai dukungan organisasi (Rhoades dan Eisenberger,

2002). Hal ini sejalan dengan penelitian Kumarasamy, dkk (2015) yang

menyatakan bahwa dukungan organisasi dapat membantu karyawan untuk

menjaga keseimbangan antara kehidupan pekerjaan dan keluarga.

Ketiga, bagi karyawan yang sudah menikah, setiap organisasi sebaiknya

meletakkan peran pekerjaan dan keluarga dalam kedudukan yang sama penting

sehingga karyawan dapat menjalankan kedua perannya dengan seimbang

(Thompson & Prottas, 2006; Sinha, 2012). Berkaitan dengan hal itu, dukungan

terhadap kehidupan pekerjaan dan keluarga merupakan sebuah bentuk

penghargaan organisasi terhadap kontribusi karyawan. Hal ini yang kemudian

membuat karyawan merasa bahwa mereka tidak perlu mengorbankan kehidupan

keluarga demi memenuhi tuntutan pekerjaannya sehingga mereka dapat menaruh

perhatian kepada kehidupan pekerjaan dan keluarganya secara seimbang (Kossek,

(32)

Berdasarkan hasil tambahan penelitian diperoleh bahwa aspek keadilan,

dukungan yang diterima dari atasan, dan penghargaan organisasi dan kondisi

pekerjaan berkorelasi dengan work-life balance. Pada aspek keadilan, Shore dan

Shore (1995) menyatakan bahwa keadilan dalam membuat keputusan merupakan

bentuk perhatian organisasi terhadap kesejahteraan karyawan. Hal ini menjadi

penting karena ketika karyawan merasa bahwa organisasi memperhatikan

kesejahteraannya, maka tidak sulit bagi karyawan untuk memenuhi tuntutan peran

pekerjaan dan keluarganya.

Pada aspek dukungan yang diterima dari atasan, adanya dukungan dari

atasan terhadap kehidupan pekerjaan dan keluarga merupakan hal yang sangat

dibutuhkan oleh karyawan (Stachowski, 2013). Atasan memiliki tanggung jawab

untuk memperhatikan kesejahteraan karyawan dalam menjalankan perannya di

dalam pekerjaan dan keluarga dimana hal ini merupakan indikasi dari adanya

persepsi dukungan organisasi (McCarthy, Cleveland, Hunter, Darcy & Grady,

2013; Kumarasamy, Pangil & Isa, 2015).

Pada aspek penghargaan organisasi dan kondisi pekerjaan, (Karasek &

Theorell, 1990; Fagan, Lyonette, Smith & Tejeda, 2012) menjelaskan bahwa

kondisi beban kerja yang terlalu berat akan menimbulkan stres yang membuat

karyawan kesulitan menyeimbangkan tuntutan peran pekerjaan dan keluarganya.

Selain itu, kondisi kerja yang tidak aman juga akan menghambat karyawan dalam

memenuhi tuntutan pekerjaan dan keluarga dengan seimbang. Sementara itu,

Lazar, Osoian dan Ratiu (2010) menjelaskan bahwa sistem penggajian yang baik

(33)

dan keluarga karyawan. Beham dan Drobnic (2010) juga menambahkan bahwa

kemandirian karyawan dalam bekerja akan membawa dampak positif bagi

kehidupan pekerjaan dan keluarga karyawan. Rhoades dan Eisenberger (2002)

kemudian menyimpulkan bahwa beban kerja, ketidakamanan dalam bekerja,

sistem penggajian dan kemandirian merupakan hal yang dipersepsikan karyawan

sebagai dukungan organisasi.

Hasil tambahan dalam penelitian ini mengemukakan bahwa ada dua aspek

persepsi dukungan organisasi yang berpengaruh terhadap work-life balance, yaitu

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini diuraikan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian dan

saran-saran yang dapat digunakan untuk penelitian yang berkaitan berikutnya.

A. KESIMPULAN

1. Ada pengaruh positif persepsi dukungan organisasi terhadap work-life

balance. Persepsi positif karyawan terhadap dukungan organisasi

meningkatkan work-life balance pada karyawan. Sebaliknya, persepsi negatif

karyawan terhadap dukungan organisasi menurunkan work-life balance pada

karyawan.

2. Ada pengaruh aspek-aspek persepsi dukungan organisasi, yaitu aspek

keadilan dan dukungan yang diterima dari atasan terhadap work-life balance

dimana aspek keadilan berpengaruh paling dominan terhadap work-life

balance, diikuti oleh aspek dukungan yang diterima dari atasan.

3. Berdasarkan gambaran persepsi dukungan organisasi, rata-rata subjek

penelitian memiliki persepsi dukungan organisasi netral.

4. Berdasarkan gambaran work-life balance, rata-rata subjek penelitian memiliki

(35)

B. SARAN

Beberapa saran yang terkait dengan hasil penelitian dapat diuraikan

sebagai berikut:

1. Saran Metodologis

Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melanjutkan penelitian mengenai

persepsi dukungan organisasi dan work-life balance, hendaknya

mempertimbangkan saran berikut:

Pada penelitian ini, terdapat beberapa subjek penelitian yang tidak

mengembalikan skala penelitian dan beberapa subjek lain mengisi skala penelitian

dengan tidak lengkap. Oleh karena itu, peneliti selanjutnya hendaknya lebih

memperhatikan proses pengambilan data sehingga skala yang diberikan kepada

responden dapat lebih maksimal pengembaliannya kepada peneliti.

2. Saran Praktis

Adapun saran praktis yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Bagi Organisasi

1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata subjek penelitian

memiliki work-life balance yang tinggi. Untuk mempertahankan work-life

balance karyawan, organisasi sebaiknya tetap memperhatikan peran

pekerjaan dan peran keluarga para karyawan secara seimbang sehingga

karyawan tidak merasa kesulitan dalam memenuhi tuntutan kedua

(36)

2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata subjek penelitian

memiliki persepsi dukungan organisasi yang netral. Oleh karena itu,

untuk meningkatkan persepsi dukungan organisasi, organisasi sebaiknya

lebih memperhatikan kesejahteraan karyawan dengan memperlakukan

karyawan secara lebih adil, mengarahkan karyawan lewat evaluasi yang

dilakukan oleh atasan dan menyediakan kondisi pekerjaan yang aman

bagi karyawan.

b. Bagi Karyawan

1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata subjek penelitian

memiliki work-life balance yang tinggi. Untuk mempertahankan work-life

balance, karyawan sebaiknya mampu terlibat secara fisik dan emosional

dalam pengaturan total waktu jam kerja dan tanggung jawab dalam

mengurus rumah tangga.

2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata subjek penelitian

memiliki persepsi dukungan organisasi yang netral. Oleh karena itu,

organisasi sebaiknya memberikan dukungan dengan lebih memperhatikan

kesejahteraan dan kontribusi karyawan, karena dukungan organisasi yang

dirasakan karyawan akan mendorong respon positif dalam pemberdayaan

psikologis yaitu keyakinan dan percaya diri sehingga karyawan dapat

Gambar

Tabel 3.3. Skala Work-life Balance
Tabel 3.4. Skala Persepsi Dukungan Organisasi
Tabel 4.1. Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan Usia
Tabel 4.3. Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perlu dicatat bahwa dalam foto ini modem satelit digunakan untuk menyediakan 30 Volt yang diperlukan untuk memberi daya pada ODU Tooway, HD-TC8 memiliki 30 Volt tersedia

Ekspresi adalah pernyataan yang menghasilkan nilai dengan tipe tertentu, contoh ekspresi yang paling sederhana adalah operasi aritmatika seperti 5 + 2 (ekspresi yang menghasilkan

Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang berulang lebih dari 2 kali dan di antara bangkitan kejang anak tidak sadar.. Kejang lama terjadi pada

Fajar Reggy (2007) menjelaskan bahwa akibat dari perubahan tata guna lahan di daerah hulu DAS Banjaran, air hujan yang turun ke bumi banyak melimpas menjadi aliran permukaan

Selanjutnya dilakukan pencacahan untuk masing- masing sampel sumber radiasi β yaitu Thorium yang terkandung dalam abu kaos lampu petromaks dalam waktu pencacahan

dasar itulah penulis dalam tugas ak:hir ini menggunakan metode ijl;nrP·rm,(JrKJna sebagai alternatif yang efektif untuk mempertahankan keberadaan data wnjrPnnn,·K

(1) Penyuluh Kehutanan Pelaksana, pangkat Pengatur Muda tingkat 1, golongan ruang II/b sampai dengan Penyuluh Kehutanan Penyelia, pangkat Penata, golongan ruang III/c dan Penyuluh

Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa orang tua memerlukan media informasi yang dapat membantu mereka dalam mempelajari, dan memantau perkembangan