• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PEMBERIAN IMUNISASI DPT DAN CAMPAK TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA ANAK USIA 10 BULAN - 5 TAHUN DI PUSKESMAS SANGURARA KOTA PALU TAHUN 2015 | Sari | Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 8028 26383 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN PEMBERIAN IMUNISASI DPT DAN CAMPAK TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA ANAK USIA 10 BULAN - 5 TAHUN DI PUSKESMAS SANGURARA KOTA PALU TAHUN 2015 | Sari | Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 8028 26383 1 PB"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

42 Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ... HUBUNGAN PEMBERIAN IMUNISASI DPT DAN CAMPAK TERHADAP

KEJADIAN PNEUMONIA PADA ANAK USIA 10 BULAN - 5 TAHUN DI PUSKESMAS SANGURARA KOTA PALU TAHUN 2015

Puspita Sari*,Vitawati**

* Departemen Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Tadulako ** Mahasiswi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Tadulako

ABSTRACT

Background: Pneumonia is one of the largest contributors to health problems and causes of death of children under five years old. Pneumonia kills approximately 935,000 children under the age of five in 2013, accounting for 15% of all deaths in children under five years of age. Pneumonia in children most commonly found in children with incomplete immunization status. Immunizations are associated with the incidence of pneumonia is the pertussis immunization in DPT, measles, Haemophilus influenza, and pneumococcal. Objective: To determine the correlation of DPT and measles immunization on the incidence of pneumonia in children aged 10 months-5 years in the city of Palu Sangurara health centers in 2015.

Methods: This study is a non-experimental study with cross sectional approach. The population is all pediatric patients who came to the Sangurara clinic which were as many as 1,782 children. The sample was 95 children aged 10 months-5 years, obtained by purposive sampling.

Results: The results of the data analysis conducted with chi-square test to find out the correlation between DPT immunization towards pneumonia showed p value was 0,011 so that H1 is accepted. The value of phi test showed 0,260 that indicate negative correlation with the strength of the correlation is weak. Furthermore, the results of data analysis with chi square test about the correlation between measles immunization towards pneumonia found that value of p <0.05 is 0,002 so that H1 is accepted. Phi test values was 0,319 indicates that the negative correlation with the strength of the correlation was intermediate. Conclusion: There is a significant correlation between DPT and measles immunization in reducing the incidence of pneumonia in children aged 10 months-5 years in the city of Palu Sangurara health centers in 2015.

(2)

43 Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ... ABSTRAK

Latar Belakang : Pneumonia membunuh kira-kira 935.000 anak di bawah usia lima tahun pada tahun 2013, terhitung untuk 15% dari seluruh kematian anak di bawah usia lima tahun. Pneumonia pada anak paling banyak ditemukan pada anak dengan status imunisasi yang belum lengkap. Imunisasi yang berhubungan dengan kejadian penyakit pneumonia adalah imunisasi pertusis dalam DPT, campak, Haemophilus influenza, dan pneumokokus. Tujuan : Untuk mengetahui hubungan pemberian imunisasi DPT dan campak terhadap kejadian pneumonia pada anak usia 10 bulan-5 tahun di puskesmas Sangurara kota Palu tahun 2015.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah semua pasien anak usia 10 bulan-5 tahun yang datang ke puskesmas Sangurara berjumlah 1.782 anak. Sampel yang digunakan berjumlah 95 anak yang berusia 10 bulan-5 tahun, diperoleh dengan cara purposive sampling.

Hasil : Hasil analisa data uji chi square mengenai hubungan antara pemberian imunisasi DPT terhadap kejadian pneumonia diperoleh nilai p < 0,05 yaitu 0,011 sehingga H1 diterima. Nilai uji Phi 0,260 menunjukkan bahwa korelasi negatif dengan kekuatan korelasi lemah. Selanjutnya hasil analisis data uji chi square mengenai hubungan antara pemberian imunisasi campak terhadap kejadian pneumonia diperoleh nilai p < 0,05 yaitu 0,002 sehingga H1 diterima. Nilai uji Phi 0,319 menunjukkan bahwa korelasi negatif dengan kekuatan korelasi sedang.

Kesimpulan : Terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian imunisasi DPT dan campak dalam menurunkan kejadian pneumonia pada anak usia 10 bulan-5 tahun di puskesmas Sangurara kota Palu tahun 2015.

Kata Kunci : Pneumonia, Imunisasi DPT dan campak

PENDAHULUAN

Pneumonia merupakan salah satu

masalah kesehatan dan penyumbang

terbesar penyebab kematian anak usia di

bawah lima tahun. Pneumonia membunuh

anak lebih banyak daripada penyakit lain

apapun, mencakup hampir 1 dari 5

kematian anak-balita, membunuh lebih

dari 2 juta anak-balita setiap tahun yang

sebagian besar terjadi di negara

berkembang. Oleh karena itu pneumonia

disebut sebagai pembunuh anak no 1 (the

number one killer of children). Di negara

berkembang pneumonia merupakan

penyakit “yang terabaikan” (the neglegted disease) atau “penyakit yang terlupakan” (the forgotten disease) karena begitu

banyak anak yang meninggal karena

(3)

44 Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ... yang diberikan kepada masalah

pneumonia[1]. Pneumonia membunuh kira-kira 935.000 anak di bawah usia lima

tahun pada tahun 2013, terhitung untuk

15% dari seluruh kematian anak di bawah

usia lima tahun[2].

Imunisasi adalah suatu upaya untuk

menimbulkan/meningkatkan kekebalan

seseorang secara aktif terhadap suatu

penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan

dengan penyakit tersebut tidak akan sakit

atau hanya mengalami sakit ringan[3]. Pneumonia pada anak paling banyak

ditemukan pada anak dengan status

imunisasi yang belum lengkap. Anak yang

belum mendapatkan imunisasi lebih

rentan terkena pneumonia. Imunisasi yang

berhubungan dengan kejadian penyakit

pneumonia adalah imunisasi pertusis

dalam DPT, campak, Haemophilus

influenza, dan pneumokokus[4]. Pada

penelitian terdahulu (Anonim, 2009)

mengemukakan bahwa dengan imunisasi

campak yang efektif sekitar 11% kematian

pneumonia balita dapat dicegah dan

dengan imunisasi pertusis (DPT) 6%

kematian pneumonia dapat dicegah[5]. Jumlah anak pada tahun 2014 di

kota Palu adalah sebanyak 38.538 anak.

Sedangkan angka kejadian pneumonia

pada anak di kota Palu pada tahun 2014

mencapai 4.050 kasus. Dimana wilayah

kerja puskesmas Sangurara sendiri

merupakan salah satu wilayah dengan

jumlah penderita pneumonia terbanyak

pada tahun 2014 yaitu mencapai 468

kasus dari 5.143 anak di puskesmas

Sangurara. Anak yang memperoleh

imunisasi DPT di kota Palu tahun 2014

mencapai 3.596 anak dan anak yang

memperoleh imunisasi campak di

mencapai 7804 anak. Sedangkan di

peskesmas Sangurara sendiri pada tahun

2014, anak yang memperoleh imunisasi

DPT mencapai 594 anak dan imunisasi

campak sebesar 1052 anak[6].

Banyak faktor yang mempengaruhi

kejadian pneumonia salah satunya ialah

imunisasi, yang kemudian dapat

meningkatkan angka kejadian pneumonia.

Hal inilah yang mendasari penulis untuk

melakukan penelitian mengenai hubungan

pemberian imunisasi DPT dan campak

terhadap kejadian pneumonia pada anak

usia 10 bulan-5 tahun di Puskesmas

(4)

45 Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ... METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian

non eksperimen dengan pendekatan Cross

Sectional. Lokasi penelitian ini adalah di

Puskesmas Sangurara Kota Palu dan

waktu penelitian dilaksanakan pada bulan

Desember 2015- Februari 2016. Populasi

yang digunakan dalam penelitian ini

adalah semua pasien anak yang datang ke

puskesmas Sangurara periode

Januari-Desember 2015 yang berjumlah 1.782

anak. Tehnik pengambilan sampel yang

digunakan dalam penelitian adalah dengan

cara Purposive Sampling, sedangkan

jumlah sampel yang di teliti sesuai dengan

rancangan penelitian ini adalah 95 anak.

Analisis univariat digunakan untuk

menggambarkan karakteristik

masing-masing variabel yang diteliti. Analisis data

bivariat yang digunakan adalah uji

statistik Chi Square untuk mengetahui

hubungan antara 2 variabel. Jika H1

diterima, selanjutnya dilakukan uji Phi

untuk mengetahui kekuatan hubungan

antara kedua variabel.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan penelitian diperoleh

data yang telah dianalisis yaitu sebagai

berikut:

1. Analisis Univariat

a. Distribusi sampel berdasarkan usia

Tabel 4.1 Distribusi sampel berdasarkan usia

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan

jumlah pasien anak yang datang di

puskesmas Sangurara kota Palu usia 10-12

bulan sebanyak 27 anak (28,4%) yang

terdiri dari 14 anak (31,8%) tidak

mengalami pneumonia dan 13 anak

(25,5%) mengalami pneumonia, jumlah

pasien usia 13-24 bulan adalah sebanyak

38 anak (40%) yang terdiri dari 17 anak

(38,6%) tidak mengalami pneumonia dan

21 anak (41,2%) mengalami pneumonia,

jumlah pasien usia 25-36 bulan adalah

sebanyak 23 anak (24,2%) yang terdiri

(5)

46 Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ... pneumonia dan 11 anak (21,6%)

mengalami pneumonia, dan jumlah pasien

usia 37-60 bulan adalah 7 anak (7,3%)

yang terdiri dari 1 anak (2,3%) tidak

mengalami pneumonia dan 6 anak

(11,7%) mengalami pneumonia.

b. Distribusi sampel berdasarkan

pemberian imunisasi DPT

Tabel 4.2 Distribusi sampel berdasarkan pemberian imunisasi DPT

Jum

lah

Persentase

(%)

Imunisasi

DPT

Ya 45 47,4

Tidak 50 52,6

Total 95 100

Sumber : Data sekunder (KMS, 2015)

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat

sebanyak 45 anak (47,4%) memperoleh

imunisasi DPT dan 50 anak (52,6%) tidak

memperoleh imunisasi DPT.

c. Distribusi sampel berdasarkan

pemberian imunisasi campak

Tabel 4.3 Distribusi sampel berdasarkan pemberian imunisasi campak

Jum lah

Persentase (%)

Imunisasi

Campak

Ya 38 40

Tidak 57 60

Total 95 100

Sumber : Data sekunder (KMS, 2015)

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat

sebanyak 38 anak (40%) memperoleh

imunisasi campak dan 57 anak (60%)

tidak memperoleh imunisasi campak.

d. Distribusi sampel berdasarkan

pneumonia

Tabel 4.4 Distribusi sampel berdasarkan pneumonia

Jum lah

Persentase (%) Pneum

onia

Ya 51 53,7

Tidak 44 46,3

Total 95 100

Sumber : Data sekunder (RekamMedik,

(6)

47 Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ... Berdasarkan tabel 4.4 diketahui ada

sebanyak 51 anak (53,7%) yang menderita

pneumonia dan 44 anak (46,3%) tidak

menderita pneumonia.

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan Imunisasi DPT dengan

Kejadian Pneumonia

Tabel 4.5 Hubungan Imunisasi DPT dengan Kejadian Pneumonia

Dari tabel 4.5 diketahui bahwa anak

yang tidak mengalami pneumonia dan

tidak mendapatkan imunisasi DPT adalah

sebanyak 17 anak (38,6%) sedangkan

yang tidak mendapat imunisasi DPT dan

mengalami pneumonia adalah 33 anak

(64,7%). Pasien anak yang memperoleh

imunisasi DPT dan tidak mengalami

pneumonia adalah 27 anak (61,4%)

sedangkan anak yang mengalami

pneumonia dan memperoleh imunisasi

DPT adalah sebanyak 18 anak (35,3%).

Dari data tersebut terlihat bahwa anak

yang tidak diberikan imunisasi DPT lebih

berisiko mengalami pneumonia. Hal ini

juga didukung dengan hasil uji

Chi-Square dimana nilai p < nilai α yaitu p = 0,011 yang berarti H1 diterima.

Selanjutnya untuk mengetahui kekuatan

hubungan kedua variabel maka dilakukan

uji Phi, dari hasil statistik ditemukan nilai

Phi sebesar 0,260. Hal ini berarti,

kekuatan hubungan antara pemberian

imunisasi DPT dengan kejadian

pneumonia yaitu lemah.

b. Hubungan Imunisasi Campak

dengan Kejadian Pneumonia

Tabel 4.6 Hubungan Imunisasi Campak dengan Kejadian Pneumonia

Dari tabel 4.6 diketahui bahwa anak

yang tidak mengalami pneumonia dan

tidak mendapatkan imunisasi campak

adalah sebanyak 19 anak (43,2%)

sedangkan yang tidak mendapat imunisasi

campak dan mengalami pneumonia adalah

38 anak (74,5%). Pasien anak yang

(7)

48 Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ... mengalami pneumonia adalah 25 anak

(56,8%) sedangkan anak yang mengalami

pneumonia dan memperoleh imunisasi

campak adalah sebanyak 13 anak (25,5%).

Dari data tersebut terlihat bahwa anak

yang tidak diberikan imunisasi campak

lebih berisiko mengalami pneumonia. Hal

ini juga didukung dengan hasil uji

Chi-Square dimana nilai p < nilai α yaitu p = 0,002 yang berarti H1 diterima.

Selanjutnya untuk mengetahui kekuatan

hubungan kedua variabel maka dilakukan

uji Phi, dari hasil statistik ditemukan nilai

Phi sebesar 0,319. Hal ini berarti,

kekuatan hubungan antara pemberian

imunisasi campak dengan kejadian

pneumonia yaitu sedang.

PEMBAHASAN

Distribusi sampel berdasarkan usia

diperoleh jumlah pasien terbanyak pada

anak usia 13-24 bulan yaitu 38 (40%).

Hasil ini sesuai dengan Hartati (2012)

bahwa anak-anak berusia 0-24 bulan lebih

rentan terhadap penyakit pneumonia

dibanding anak-anak berusia diatas 2

tahun. Bayi dan balita memiliki

mekanisme pertahanan tubuh yang masih

rendah dibanding orang dewasa, sehingga

balita masuk dalam kelompok yang rawan

terhadap infeksi seperti influenza dan

pneumonia. Hal ini disebabkan imunitas

yang belum sempurna dan saluran

pernapasan yang relatif sempit.

Hasil analisa univariat menunjukkan

bahwa sebagian besar balita mengalami

pneumonia. Pemberian imunisasi lengkap

sebelum anak mencapai usia 1 tahun, anak

akan terlindung dari beberapa penyebab

yang paling utama dari infeksi pernafasan

termasuk batuk rejan, difteri, tuberkulosa

dan campak. Dengan pemberian imunisasi

berarti mencegah kematian pneumonia

yang diakibatkan oleh komplikasi

penyakit campak dan pertusis[7].

Anak yang telah mendapat imunisasi

campak diharapkan terhindar dari

penyakit campak dan pneumonia

merupakan komplikasi yang paling sering

terjadi pada anak yang mengalami

penyakit campak. Oleh karena itu,

imunisasi campak sangat penting

membantu pencegahan terjadinya

penyakit pneumonia[7].

Imunisasi DPT dapat mencegah

terjadinya penyakit difteri, pertusi, dan

tetanus. Dimana pemberian imunisasi

(8)

49 Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ... menyebabkan pneumonia sebagai

komplikasi penyakit pertusi. Pertusi dapat

diderita oleh semua orang tetapi penyakit

ini lebih serius bila terjadi pada bayi. Oleh

karena pemberian imunisasi DPT

sangatlah tepat untuk mencegah anak

terhindar dari penyakit pneumonia[8]. Uji statistik yang dipilih untuk

mengetahui hubungan antara pemberian

imunisasi DPT dan campak terhadap

kejadian pneumonia adalah uji

Chi-Square. Berdasarkan hasil perhitungan uji

antara pemberian imunisasi DPT dengan

kejadian pneumonia, diperoleh bahwa

nilai p < 0,05 yaitu 0,011 yang artinya

terdapat hubungan antara pemberian

imunisasi DPT dengan kejadian

pneumonia. Oleh karena itu, hipotesis

kerja (H1) pada penelitian ini dapat

diterima. Selanjutnya untuk mengetahui

kekuatan hubungan kedua variabel maka

dilakukan uji Phi, dari hasil statistik

ditemukan nilai Phi sebesar 0,260. Hal ini

berarti, kekuatan hubungan antara

pemberian imunisasi DPT dengan

kejadian pneumonia yaitu lemah dan

korelasinya kearah negatif dimana

semakin tinggi pemberian imunisasi DPT

maka semakin rendah kejadian pneumonia

pada anak. Begitu pula hasil perhitungan

uji statistik antara pemberian imunisasi

campak dengan kejadian pneumonia pada

anak, diperoleh nilai p < 0,05 yaitu 0,002

yang artinya terdapat hubungan yang

bermakna antara pemberian imunisasi

campak dengan kejadian pneumonia.

Dimana hipotesis kerja (H1) pada

penelitian ini dapat diterima. Selanjutnya

untuk mengetahui kekuatan hubungan

maka dilakukan uji Phi, dari hasil statistik

ditemukan nilai Phi sebesar 0,319. Hal ini

berarti, kekuatan hubungan antara

pemberian imunisasi campak dengan

kejadian pneumonia yaitu sedang dan

korelasinya kearah negatif.

Tambunan S, et al (2013) melaporkan

bahwa riwayat status imunisasi memiliki

hubungan yang bermakna dengan kejadian

pneumonia pada balita. Jika dilihat dari

nilai p = 0,009; OR = 3,839 berarti balita

yang tidak mendapatkan imunisasi dapat

meningkatkan kejadian pneumonia 3,839

kali. Hasil penelitian ini didukung oleh

teori yang menyatakan bahwa bayi dan

balita yang mempunyai status imunisasi

lengkap bila menderita ISPA dapat

diharapkan perkembangan penyakitnya

(9)

50 Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ... terbukti paling efektif saat ini adalah

dengan pemberian imunisasi campak dan

pertusis (DPT). Dengan imunisasi campak

yang efektif sekitar 11% kematian

pneumonia balita dapat dicegah dan

dengan imunisasi pertusis (DPT) 6%

kematian pneumonia dapat dicegah. Hasil

penelitian ini juga sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Fanada M

& Widyaiswara M, yang menunjukkan

adanya hubungan yang bermakna antara

riwayat stastus imunisasi dengan kejadian

pneumonia pada balita (p value = 0,000; α

= 0,05)[9].

Berbagai faktor resiko yang

meningkatkan kejadian, beratnya

penyakit, dan kematian karena pneumonia

yaitu status gizi (gizi kurang dan gizi

buruk memperbesar resiko), pemberian

ASI (ASI eksklusif mengurangi resiko),

suplementasi vitamin A (mengurangi

resiko), suplementasi Zinc (mengurangi

resiko), bayi dengan berat badan lahir

rendah (meningkatkan resiko), vaksinasi

(mengurangi resiko), dan polusi udara

dalam kamar terutama asap rokok dan

asap bakaran dari dapur (meningkatkan

resiko). Namun dalam penelitian ini

peneliti hanya meneliti pengaruh

pemberian imunisasi DPT dan campak

melalui data sekunder pada rekam medis

dan KMS, sehingga hasilnya kurang

maksimal[1].

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penelitian ini

dipeoleh kesimpulan yaitu terdapat

hubungan antara pemberian imunisasi

DPT dan campak dalam menurunkan

kejadian pneumonia pada anak.

Berdasarkan tingkat usia yang

diperoleh, anak yang mengalami

pneumonia paling banyak pada usia

13-24 bulan yaitu 21 anak (41,2%).

Peneliti mengharapkan kepada

petugas kesehatan di puskesmas

Sangurara agar termotivasi untuk

berperan dalam meningkatkan

pemberian imunisasi DPT dan campak

dan bagi masyarakat terutama orang

tua diharapkan dapat meningkatkan

pemahaman tentang pentingnya

pemberian imunisasi DPT dan campak

dalam mencegah pneumonia pada

balita serta untuk peneliti selanjutnya

sekiranya perlu melakukan penelitian

(10)

51 Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ... lain yang dapat menyebabkan

terjadinya penyakit pneumonia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI. Pneumonia Balita.

Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

2010

2. WHO. Pneumonia. 2014. [cited 28

April 2015].

3. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 42 Tahun 2013

tentang Penyelenggaraan Imunisasi.

2013. [cited 14 Mei 2015].

4. Monita, O., Finny F.Y.,Yuniar L. Profil

Pasien Pneumonia Komunitas di

sBagian Anak RSUP DR. M. Djamil

Padang Sumatera Barat. Jurnal

Kesehatan Andalas. 2015; 4 (1): 220.

[cited 20 Agustus 2015].

5. Sukmawati., Sri, D.A. Hubungan

Status Gizi, Berat Badan Lahir (BBL),

Imunisasi dengan Kejadian Infeksi

Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada

Balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Tunikamaseang Kabupaten Maros.

Media Gizi Pangan. 2010; 10 (2): 20. [

cited 20Agustus 2015].

6. Dinkes Kota Palu. Profil Kesehatan

Kota Palu. Palu: Dinas Kesehatan Kota

Palu. 2015.

7. Agussalim. Hubungan Pengetahuan,

Status Imunisasi dan Keberadaan

Perokok Dalam Rumah dengan

Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan

Akut pada Balita Di Puskesmas Peukan

Bada Kabupaten Aceh Besar”. Jurnal Ilmiah STIKES U’Budiyah. 2012; 1 (2): 7-8. [cited 23 April 2016].

8. Hartati, S., Nani N., Dewi G. Faktor

Risiko terjadinya Pneumonia pada

Anak Balita. Jurnal Keperawatan

Indonesia. 2012; 15 (1): 18-19. [cited

04 Mei 2016].

9. Tambunan, S., Suharyo., Kriswiharsi,

K.S. Faktor-Faktor Risiko Kejadian

Pneumonia pada Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota

Semarang Tahun 2013. 2013; [cited 04

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi sampel berdasarkan usia
Tabel 4.3 Distribusi sampel berdasarkan pemberian imunisasi campak
Tabel 4.5 Hubungan Imunisasi DPT dengan Kejadian Pneumonia

Referensi

Dokumen terkait

Rumah Susun Jetisharjo dengan konsep Green Landscape (CABE, 2016) dan Green Facade (City of Melbourne) ini merupakan penataan kawasan permukiman yang terdapat pada

Dalam pelaksnaanya pelaksanaan manajemen kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan konteks Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Ketika firman Allah dalam surah at-Taubah ayat 24 diturunkan (Katakanlah, 'jika ayah-ayah, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan

Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah menghasilkan perhitungan analisa struktur beton pratekan yang rasional dengan memenuhi persyaratan keamanan struktur yang berdasarkan ACI

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai peranan Kegiatan Kepramukaan dalam meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab siswa kelas XI di SMA Negeri

Latar belakang didirikannya Radio Dais salah satunya adalah jenuhnya masyarakat akan media hiburan yang mengikuti gaya kebarat-baratan yang dapat merusak moral

Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan maka tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian eksplanatori karena dalam penelitian ini peneliti akan

Fitoplankton merupakan salah satu mikroorganisme autotrop yang hidup di perairan dan memiliki fungsi sebagai produsen primer. Tujuan dari penelitian ini adalah