42 Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ... HUBUNGAN PEMBERIAN IMUNISASI DPT DAN CAMPAK TERHADAP
KEJADIAN PNEUMONIA PADA ANAK USIA 10 BULAN - 5 TAHUN DI PUSKESMAS SANGURARA KOTA PALU TAHUN 2015
Puspita Sari*,Vitawati**
* Departemen Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Tadulako ** Mahasiswi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Tadulako
ABSTRACT
Background: Pneumonia is one of the largest contributors to health problems and causes of death of children under five years old. Pneumonia kills approximately 935,000 children under the age of five in 2013, accounting for 15% of all deaths in children under five years of age. Pneumonia in children most commonly found in children with incomplete immunization status. Immunizations are associated with the incidence of pneumonia is the pertussis immunization in DPT, measles, Haemophilus influenza, and pneumococcal. Objective: To determine the correlation of DPT and measles immunization on the incidence of pneumonia in children aged 10 months-5 years in the city of Palu Sangurara health centers in 2015.
Methods: This study is a non-experimental study with cross sectional approach. The population is all pediatric patients who came to the Sangurara clinic which were as many as 1,782 children. The sample was 95 children aged 10 months-5 years, obtained by purposive sampling.
Results: The results of the data analysis conducted with chi-square test to find out the correlation between DPT immunization towards pneumonia showed p value was 0,011 so that H1 is accepted. The value of phi test showed 0,260 that indicate negative correlation with the strength of the correlation is weak. Furthermore, the results of data analysis with chi square test about the correlation between measles immunization towards pneumonia found that value of p <0.05 is 0,002 so that H1 is accepted. Phi test values was 0,319 indicates that the negative correlation with the strength of the correlation was intermediate. Conclusion: There is a significant correlation between DPT and measles immunization in reducing the incidence of pneumonia in children aged 10 months-5 years in the city of Palu Sangurara health centers in 2015.
43 Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ... ABSTRAK
Latar Belakang : Pneumonia membunuh kira-kira 935.000 anak di bawah usia lima tahun pada tahun 2013, terhitung untuk 15% dari seluruh kematian anak di bawah usia lima tahun. Pneumonia pada anak paling banyak ditemukan pada anak dengan status imunisasi yang belum lengkap. Imunisasi yang berhubungan dengan kejadian penyakit pneumonia adalah imunisasi pertusis dalam DPT, campak, Haemophilus influenza, dan pneumokokus. Tujuan : Untuk mengetahui hubungan pemberian imunisasi DPT dan campak terhadap kejadian pneumonia pada anak usia 10 bulan-5 tahun di puskesmas Sangurara kota Palu tahun 2015.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah semua pasien anak usia 10 bulan-5 tahun yang datang ke puskesmas Sangurara berjumlah 1.782 anak. Sampel yang digunakan berjumlah 95 anak yang berusia 10 bulan-5 tahun, diperoleh dengan cara purposive sampling.
Hasil : Hasil analisa data uji chi square mengenai hubungan antara pemberian imunisasi DPT terhadap kejadian pneumonia diperoleh nilai p < 0,05 yaitu 0,011 sehingga H1 diterima. Nilai uji Phi 0,260 menunjukkan bahwa korelasi negatif dengan kekuatan korelasi lemah. Selanjutnya hasil analisis data uji chi square mengenai hubungan antara pemberian imunisasi campak terhadap kejadian pneumonia diperoleh nilai p < 0,05 yaitu 0,002 sehingga H1 diterima. Nilai uji Phi 0,319 menunjukkan bahwa korelasi negatif dengan kekuatan korelasi sedang.
Kesimpulan : Terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian imunisasi DPT dan campak dalam menurunkan kejadian pneumonia pada anak usia 10 bulan-5 tahun di puskesmas Sangurara kota Palu tahun 2015.
Kata Kunci : Pneumonia, Imunisasi DPT dan campak
PENDAHULUAN
Pneumonia merupakan salah satu
masalah kesehatan dan penyumbang
terbesar penyebab kematian anak usia di
bawah lima tahun. Pneumonia membunuh
anak lebih banyak daripada penyakit lain
apapun, mencakup hampir 1 dari 5
kematian anak-balita, membunuh lebih
dari 2 juta anak-balita setiap tahun yang
sebagian besar terjadi di negara
berkembang. Oleh karena itu pneumonia
disebut sebagai pembunuh anak no 1 (the
number one killer of children). Di negara
berkembang pneumonia merupakan
penyakit “yang terabaikan” (the neglegted disease) atau “penyakit yang terlupakan” (the forgotten disease) karena begitu
banyak anak yang meninggal karena
44 Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ... yang diberikan kepada masalah
pneumonia[1]. Pneumonia membunuh kira-kira 935.000 anak di bawah usia lima
tahun pada tahun 2013, terhitung untuk
15% dari seluruh kematian anak di bawah
usia lima tahun[2].
Imunisasi adalah suatu upaya untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu
penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit
atau hanya mengalami sakit ringan[3]. Pneumonia pada anak paling banyak
ditemukan pada anak dengan status
imunisasi yang belum lengkap. Anak yang
belum mendapatkan imunisasi lebih
rentan terkena pneumonia. Imunisasi yang
berhubungan dengan kejadian penyakit
pneumonia adalah imunisasi pertusis
dalam DPT, campak, Haemophilus
influenza, dan pneumokokus[4]. Pada
penelitian terdahulu (Anonim, 2009)
mengemukakan bahwa dengan imunisasi
campak yang efektif sekitar 11% kematian
pneumonia balita dapat dicegah dan
dengan imunisasi pertusis (DPT) 6%
kematian pneumonia dapat dicegah[5]. Jumlah anak pada tahun 2014 di
kota Palu adalah sebanyak 38.538 anak.
Sedangkan angka kejadian pneumonia
pada anak di kota Palu pada tahun 2014
mencapai 4.050 kasus. Dimana wilayah
kerja puskesmas Sangurara sendiri
merupakan salah satu wilayah dengan
jumlah penderita pneumonia terbanyak
pada tahun 2014 yaitu mencapai 468
kasus dari 5.143 anak di puskesmas
Sangurara. Anak yang memperoleh
imunisasi DPT di kota Palu tahun 2014
mencapai 3.596 anak dan anak yang
memperoleh imunisasi campak di
mencapai 7804 anak. Sedangkan di
peskesmas Sangurara sendiri pada tahun
2014, anak yang memperoleh imunisasi
DPT mencapai 594 anak dan imunisasi
campak sebesar 1052 anak[6].
Banyak faktor yang mempengaruhi
kejadian pneumonia salah satunya ialah
imunisasi, yang kemudian dapat
meningkatkan angka kejadian pneumonia.
Hal inilah yang mendasari penulis untuk
melakukan penelitian mengenai hubungan
pemberian imunisasi DPT dan campak
terhadap kejadian pneumonia pada anak
usia 10 bulan-5 tahun di Puskesmas
45 Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ... METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
non eksperimen dengan pendekatan Cross
Sectional. Lokasi penelitian ini adalah di
Puskesmas Sangurara Kota Palu dan
waktu penelitian dilaksanakan pada bulan
Desember 2015- Februari 2016. Populasi
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah semua pasien anak yang datang ke
puskesmas Sangurara periode
Januari-Desember 2015 yang berjumlah 1.782
anak. Tehnik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian adalah dengan
cara Purposive Sampling, sedangkan
jumlah sampel yang di teliti sesuai dengan
rancangan penelitian ini adalah 95 anak.
Analisis univariat digunakan untuk
menggambarkan karakteristik
masing-masing variabel yang diteliti. Analisis data
bivariat yang digunakan adalah uji
statistik Chi Square untuk mengetahui
hubungan antara 2 variabel. Jika H1
diterima, selanjutnya dilakukan uji Phi
untuk mengetahui kekuatan hubungan
antara kedua variabel.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan penelitian diperoleh
data yang telah dianalisis yaitu sebagai
berikut:
1. Analisis Univariat
a. Distribusi sampel berdasarkan usia
Tabel 4.1 Distribusi sampel berdasarkan usia
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan
jumlah pasien anak yang datang di
puskesmas Sangurara kota Palu usia 10-12
bulan sebanyak 27 anak (28,4%) yang
terdiri dari 14 anak (31,8%) tidak
mengalami pneumonia dan 13 anak
(25,5%) mengalami pneumonia, jumlah
pasien usia 13-24 bulan adalah sebanyak
38 anak (40%) yang terdiri dari 17 anak
(38,6%) tidak mengalami pneumonia dan
21 anak (41,2%) mengalami pneumonia,
jumlah pasien usia 25-36 bulan adalah
sebanyak 23 anak (24,2%) yang terdiri
46 Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ... pneumonia dan 11 anak (21,6%)
mengalami pneumonia, dan jumlah pasien
usia 37-60 bulan adalah 7 anak (7,3%)
yang terdiri dari 1 anak (2,3%) tidak
mengalami pneumonia dan 6 anak
(11,7%) mengalami pneumonia.
b. Distribusi sampel berdasarkan
pemberian imunisasi DPT
Tabel 4.2 Distribusi sampel berdasarkan pemberian imunisasi DPT
Jum
lah
Persentase
(%)
Imunisasi
DPT
Ya 45 47,4
Tidak 50 52,6
Total 95 100
Sumber : Data sekunder (KMS, 2015)
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat
sebanyak 45 anak (47,4%) memperoleh
imunisasi DPT dan 50 anak (52,6%) tidak
memperoleh imunisasi DPT.
c. Distribusi sampel berdasarkan
pemberian imunisasi campak
Tabel 4.3 Distribusi sampel berdasarkan pemberian imunisasi campak
Jum lah
Persentase (%)
Imunisasi
Campak
Ya 38 40
Tidak 57 60
Total 95 100
Sumber : Data sekunder (KMS, 2015)
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat
sebanyak 38 anak (40%) memperoleh
imunisasi campak dan 57 anak (60%)
tidak memperoleh imunisasi campak.
d. Distribusi sampel berdasarkan
pneumonia
Tabel 4.4 Distribusi sampel berdasarkan pneumonia
Jum lah
Persentase (%) Pneum
onia
Ya 51 53,7
Tidak 44 46,3
Total 95 100
Sumber : Data sekunder (RekamMedik,
47 Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ... Berdasarkan tabel 4.4 diketahui ada
sebanyak 51 anak (53,7%) yang menderita
pneumonia dan 44 anak (46,3%) tidak
menderita pneumonia.
2. Analisis Bivariat
a. Hubungan Imunisasi DPT dengan
Kejadian Pneumonia
Tabel 4.5 Hubungan Imunisasi DPT dengan Kejadian Pneumonia
Dari tabel 4.5 diketahui bahwa anak
yang tidak mengalami pneumonia dan
tidak mendapatkan imunisasi DPT adalah
sebanyak 17 anak (38,6%) sedangkan
yang tidak mendapat imunisasi DPT dan
mengalami pneumonia adalah 33 anak
(64,7%). Pasien anak yang memperoleh
imunisasi DPT dan tidak mengalami
pneumonia adalah 27 anak (61,4%)
sedangkan anak yang mengalami
pneumonia dan memperoleh imunisasi
DPT adalah sebanyak 18 anak (35,3%).
Dari data tersebut terlihat bahwa anak
yang tidak diberikan imunisasi DPT lebih
berisiko mengalami pneumonia. Hal ini
juga didukung dengan hasil uji
Chi-Square dimana nilai p < nilai α yaitu p = 0,011 yang berarti H1 diterima.
Selanjutnya untuk mengetahui kekuatan
hubungan kedua variabel maka dilakukan
uji Phi, dari hasil statistik ditemukan nilai
Phi sebesar 0,260. Hal ini berarti,
kekuatan hubungan antara pemberian
imunisasi DPT dengan kejadian
pneumonia yaitu lemah.
b. Hubungan Imunisasi Campak
dengan Kejadian Pneumonia
Tabel 4.6 Hubungan Imunisasi Campak dengan Kejadian Pneumonia
Dari tabel 4.6 diketahui bahwa anak
yang tidak mengalami pneumonia dan
tidak mendapatkan imunisasi campak
adalah sebanyak 19 anak (43,2%)
sedangkan yang tidak mendapat imunisasi
campak dan mengalami pneumonia adalah
38 anak (74,5%). Pasien anak yang
48 Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ... mengalami pneumonia adalah 25 anak
(56,8%) sedangkan anak yang mengalami
pneumonia dan memperoleh imunisasi
campak adalah sebanyak 13 anak (25,5%).
Dari data tersebut terlihat bahwa anak
yang tidak diberikan imunisasi campak
lebih berisiko mengalami pneumonia. Hal
ini juga didukung dengan hasil uji
Chi-Square dimana nilai p < nilai α yaitu p = 0,002 yang berarti H1 diterima.
Selanjutnya untuk mengetahui kekuatan
hubungan kedua variabel maka dilakukan
uji Phi, dari hasil statistik ditemukan nilai
Phi sebesar 0,319. Hal ini berarti,
kekuatan hubungan antara pemberian
imunisasi campak dengan kejadian
pneumonia yaitu sedang.
PEMBAHASAN
Distribusi sampel berdasarkan usia
diperoleh jumlah pasien terbanyak pada
anak usia 13-24 bulan yaitu 38 (40%).
Hasil ini sesuai dengan Hartati (2012)
bahwa anak-anak berusia 0-24 bulan lebih
rentan terhadap penyakit pneumonia
dibanding anak-anak berusia diatas 2
tahun. Bayi dan balita memiliki
mekanisme pertahanan tubuh yang masih
rendah dibanding orang dewasa, sehingga
balita masuk dalam kelompok yang rawan
terhadap infeksi seperti influenza dan
pneumonia. Hal ini disebabkan imunitas
yang belum sempurna dan saluran
pernapasan yang relatif sempit.
Hasil analisa univariat menunjukkan
bahwa sebagian besar balita mengalami
pneumonia. Pemberian imunisasi lengkap
sebelum anak mencapai usia 1 tahun, anak
akan terlindung dari beberapa penyebab
yang paling utama dari infeksi pernafasan
termasuk batuk rejan, difteri, tuberkulosa
dan campak. Dengan pemberian imunisasi
berarti mencegah kematian pneumonia
yang diakibatkan oleh komplikasi
penyakit campak dan pertusis[7].
Anak yang telah mendapat imunisasi
campak diharapkan terhindar dari
penyakit campak dan pneumonia
merupakan komplikasi yang paling sering
terjadi pada anak yang mengalami
penyakit campak. Oleh karena itu,
imunisasi campak sangat penting
membantu pencegahan terjadinya
penyakit pneumonia[7].
Imunisasi DPT dapat mencegah
terjadinya penyakit difteri, pertusi, dan
tetanus. Dimana pemberian imunisasi
49 Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ... menyebabkan pneumonia sebagai
komplikasi penyakit pertusi. Pertusi dapat
diderita oleh semua orang tetapi penyakit
ini lebih serius bila terjadi pada bayi. Oleh
karena pemberian imunisasi DPT
sangatlah tepat untuk mencegah anak
terhindar dari penyakit pneumonia[8]. Uji statistik yang dipilih untuk
mengetahui hubungan antara pemberian
imunisasi DPT dan campak terhadap
kejadian pneumonia adalah uji
Chi-Square. Berdasarkan hasil perhitungan uji
antara pemberian imunisasi DPT dengan
kejadian pneumonia, diperoleh bahwa
nilai p < 0,05 yaitu 0,011 yang artinya
terdapat hubungan antara pemberian
imunisasi DPT dengan kejadian
pneumonia. Oleh karena itu, hipotesis
kerja (H1) pada penelitian ini dapat
diterima. Selanjutnya untuk mengetahui
kekuatan hubungan kedua variabel maka
dilakukan uji Phi, dari hasil statistik
ditemukan nilai Phi sebesar 0,260. Hal ini
berarti, kekuatan hubungan antara
pemberian imunisasi DPT dengan
kejadian pneumonia yaitu lemah dan
korelasinya kearah negatif dimana
semakin tinggi pemberian imunisasi DPT
maka semakin rendah kejadian pneumonia
pada anak. Begitu pula hasil perhitungan
uji statistik antara pemberian imunisasi
campak dengan kejadian pneumonia pada
anak, diperoleh nilai p < 0,05 yaitu 0,002
yang artinya terdapat hubungan yang
bermakna antara pemberian imunisasi
campak dengan kejadian pneumonia.
Dimana hipotesis kerja (H1) pada
penelitian ini dapat diterima. Selanjutnya
untuk mengetahui kekuatan hubungan
maka dilakukan uji Phi, dari hasil statistik
ditemukan nilai Phi sebesar 0,319. Hal ini
berarti, kekuatan hubungan antara
pemberian imunisasi campak dengan
kejadian pneumonia yaitu sedang dan
korelasinya kearah negatif.
Tambunan S, et al (2013) melaporkan
bahwa riwayat status imunisasi memiliki
hubungan yang bermakna dengan kejadian
pneumonia pada balita. Jika dilihat dari
nilai p = 0,009; OR = 3,839 berarti balita
yang tidak mendapatkan imunisasi dapat
meningkatkan kejadian pneumonia 3,839
kali. Hasil penelitian ini didukung oleh
teori yang menyatakan bahwa bayi dan
balita yang mempunyai status imunisasi
lengkap bila menderita ISPA dapat
diharapkan perkembangan penyakitnya
50 Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ... terbukti paling efektif saat ini adalah
dengan pemberian imunisasi campak dan
pertusis (DPT). Dengan imunisasi campak
yang efektif sekitar 11% kematian
pneumonia balita dapat dicegah dan
dengan imunisasi pertusis (DPT) 6%
kematian pneumonia dapat dicegah. Hasil
penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Fanada M
& Widyaiswara M, yang menunjukkan
adanya hubungan yang bermakna antara
riwayat stastus imunisasi dengan kejadian
pneumonia pada balita (p value = 0,000; α
= 0,05)[9].
Berbagai faktor resiko yang
meningkatkan kejadian, beratnya
penyakit, dan kematian karena pneumonia
yaitu status gizi (gizi kurang dan gizi
buruk memperbesar resiko), pemberian
ASI (ASI eksklusif mengurangi resiko),
suplementasi vitamin A (mengurangi
resiko), suplementasi Zinc (mengurangi
resiko), bayi dengan berat badan lahir
rendah (meningkatkan resiko), vaksinasi
(mengurangi resiko), dan polusi udara
dalam kamar terutama asap rokok dan
asap bakaran dari dapur (meningkatkan
resiko). Namun dalam penelitian ini
peneliti hanya meneliti pengaruh
pemberian imunisasi DPT dan campak
melalui data sekunder pada rekam medis
dan KMS, sehingga hasilnya kurang
maksimal[1].
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penelitian ini
dipeoleh kesimpulan yaitu terdapat
hubungan antara pemberian imunisasi
DPT dan campak dalam menurunkan
kejadian pneumonia pada anak.
Berdasarkan tingkat usia yang
diperoleh, anak yang mengalami
pneumonia paling banyak pada usia
13-24 bulan yaitu 21 anak (41,2%).
Peneliti mengharapkan kepada
petugas kesehatan di puskesmas
Sangurara agar termotivasi untuk
berperan dalam meningkatkan
pemberian imunisasi DPT dan campak
dan bagi masyarakat terutama orang
tua diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman tentang pentingnya
pemberian imunisasi DPT dan campak
dalam mencegah pneumonia pada
balita serta untuk peneliti selanjutnya
sekiranya perlu melakukan penelitian
51 Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ... lain yang dapat menyebabkan
terjadinya penyakit pneumonia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kemenkes RI. Pneumonia Balita.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
2010
2. WHO. Pneumonia. 2014. [cited 28
April 2015].
3. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 42 Tahun 2013
tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
2013. [cited 14 Mei 2015].
4. Monita, O., Finny F.Y.,Yuniar L. Profil
Pasien Pneumonia Komunitas di
sBagian Anak RSUP DR. M. Djamil
Padang Sumatera Barat. Jurnal
Kesehatan Andalas. 2015; 4 (1): 220.
[cited 20 Agustus 2015].
5. Sukmawati., Sri, D.A. Hubungan
Status Gizi, Berat Badan Lahir (BBL),
Imunisasi dengan Kejadian Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Tunikamaseang Kabupaten Maros.
Media Gizi Pangan. 2010; 10 (2): 20. [
cited 20Agustus 2015].
6. Dinkes Kota Palu. Profil Kesehatan
Kota Palu. Palu: Dinas Kesehatan Kota
Palu. 2015.
7. Agussalim. Hubungan Pengetahuan,
Status Imunisasi dan Keberadaan
Perokok Dalam Rumah dengan
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan
Akut pada Balita Di Puskesmas Peukan
Bada Kabupaten Aceh Besar”. Jurnal Ilmiah STIKES U’Budiyah. 2012; 1 (2): 7-8. [cited 23 April 2016].
8. Hartati, S., Nani N., Dewi G. Faktor
Risiko terjadinya Pneumonia pada
Anak Balita. Jurnal Keperawatan
Indonesia. 2012; 15 (1): 18-19. [cited
04 Mei 2016].
9. Tambunan, S., Suharyo., Kriswiharsi,
K.S. Faktor-Faktor Risiko Kejadian
Pneumonia pada Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota
Semarang Tahun 2013. 2013; [cited 04