• Tidak ada hasil yang ditemukan

PSAK 1 Revisi 2009 Disusun Oleh Sofian A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PSAK 1 Revisi 2009 Disusun Oleh Sofian A"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PSAK 1 (Revisi 2009)

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seminar Akuntansi Keuangan Dosen Pembimbing : Rahmawati, SE., M.M.

Makalah

Disusun Oleh:

Sofian Alem Khoeri (1110082000134)

KONSENTRASI AKUNTANSI MANAJEMEN

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

Kata Pengantar

Bismillahirrahmaanirrahiim

Puji dan syukur kami Kami panjatkan kehadirat Allah Subhana Wata’ala yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada umat manusia, serta yang telah menjadikan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi Wasallam sebagai utusan-Nya. Shalawat dan salam kami sampaikan pula kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi Wasallam, beserta keluarga, sahabat-sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Alhamdulillah atas pertolongan dan kemurahan-Nya, dengan penuh rasa tanggung jawab penulis dapat menyelesaikan makalah ini tentang “ PSAK 1 (Revisi 2009) ” sebagai salah satu tugas untuk mengikuti mata kuliah Seminar Akuntansi Keuangan. Makalah ini dapat pula digunakan untuk bahan kuliah.

Makalah ini telah penulis susun dengan cermat, namun demikian masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Kritik dan saran dari para pembaca sangat penulis harapkan demi perbaikan pada makalah-makalah selanjutnya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan kepada penulis. Terutama pada dosen kami ibu Rahmawati, SE., M.M. beserta kedua orang tua kami. Dan kepada staf Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, berserta teman-teman kami yang telah dengan sepenuh hati membantu kami dalam mencari referensi guna terselesaikanya makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat sesuai dengan apa yang penulis harapkan. Dan semoga Allah Subhana Wata’ala senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Amin Ya Rabbal ‘Alamin

(3)

Bab I. Pendahuluan

I. Latar Belakang

Jika seorang investor ingin mengambil keputusan bisnis seperti apakah investor ingin berinvestasi di perusahaan A?, perlukah investor menjual sahamnya di perusahaan B atau tetap dipertahankan? dan berapa kira-kira keuntungan yang diperolehnya jika saham dijual ataupun mempertahankan saham tersebut? Investor membutuhkan pertimbangan untuk menentukan lagkah bisnis yang dia akan ambil. Salah satu pertimbangannya itu adalah dengan melihat dan menganalisa keuangan yang dikeluarkan maupun diperoleh perusahaan selama tahun berjalan sehingga investor dapat memprediksi keadaan perusahaan di masa depan.

Untuk menanalisanya, perusahaan sudah menyiapkan laporan keuangan sebagai bahan referensi bagi investor. Kenapa laporan keuangan? Laporan keuangan adalah media utama yang dapat digunakan perusahaan untuk mengkomunikasikan informasi keuangannya kepada pihak luar. Laporan ini juga merekam peristiwa kejadian bisnis dalam bentuk moneter (mudahnya mata uang negara bersangkutan). Maka dengan tersediannya laporan keuangan ini, maka keadaan ekonomi perusahaan dapat tercermin dalam laporan tersebut. Namun, bagaimana jika laporan keuangan berbeda pada setiap perusahaan karena perbedaan fungsi perusahaan, sistem produksi, dan penjualan? Hal ini akan membuat para investor kebingungan dan merasa khawatir untuk mengambil keputusankarena laporan keuangan yang tidak memiliki landasan yang kuat. Maka dari itu, Standar akan laporan keuangan haruslah dibuat sehingga mudah dimengerti dan dipahami oleh pihak luar, baik investor maupun auditor.

II. Permasalahan

1. Apakah yang dimaksud dengan PSAK 1? 2. Apakah yang diatur dalam PSAK 1?

3. Bagaimanakah PSAK 1 ini menghadapi perubahan ekonomi yang sekarang tidak lagi hanya dalam batas negara, namun sudah menjadi ekonomi internasional dimana sudah tidak ada lagi batas negara yang membatasi bisnis?

(4)

III. Tujuan

1. Mengerti mengenai PSAK 1 dan apa yang diatur didalamnya.

2. Mengetahui perkembangan PSAK 1 terhadap berubahan ekonomi dan bisnis. 3. Mengerti teknik penggunaan PSAK 1 dalam contoh kasus.

Bab II.Pembahasan

I. Laporan Keuangan

A. Tujuan Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi:

(5)

2. Liabilitas/kewajiban; 3. Ekuitas;

4. Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;

5. Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik;dan

6. Arus kas.

Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan, khususnya, dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.

B. Komponen Laporan Keuangan Lengkap

Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini: 1. Laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir periode

2. Laporan laba rugi komprehensif 3. Laporan perubahan ekuitas 4. Laporan arus kas

5. Catatan atas laporan keuangan berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan penjelasan lain

6. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara restropektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan.

Selain komponen tersebut di atas entitas juga dianjurkan untuk menyajikan laporan tambahan di luar laporan keuangan, misalnya tentang laporan lingkungan dan laporan nilai tambah (value added statement) jika manajamen meyakini bahwa informasi tambahan tersebut akan membantu pengguna dalam membuat keputusan ekonomi. Laporan tambahan tersebut disajikan di luar laporan keuangan.

IV. Karakteristik Umum

(6)

A. Penyajian secara wajar dan kepatuhan terhadap persyaratan standar akuntansi keuangan

Penyajian secara wajar mensyaratkan bahwa dampak transaksi, peristiwa, dan kondisi lainnya disajikan secara akurat, sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan aset, liabilitas, pendapatan dan beban yang ditetapkan dalam kerangka dasar. Penyajian secara wajar juga mensyaratkan bahwa suatu entitas untuk:

1. Memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi berdasarkan PSAK 25: Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan. PSAK 25 antara lain mengatur hierarki panduan otoritatif yang dipertimbangkan oleh manajemen dalam hal tidak terdapat PSAK yang mengatur pos tertentu secara spesifik.

2. Menyajikan informasi termasuk kebijakan akuntansi sedemikian rupa sehingga dapat memberikan informasi yang releva, andal, dapat dibandingkan,dan mudah dipahami.

3. Memberikan pengungkapan tambahan jika kesesuaian dangan persyaratan spesifik dalam SAK tidak cukup bagi pengguna laporan keuangan untuk memahami pengaruh dari transaksi, peristiwa lain dan kondisi tertentu terhadap posisi keuangan dan kinerja keuangan entitas.

Entitas yang laporan keuangannya telah patuh terhadap SAK membuat pernyataan secara eksplisit dan tanpa kecuali tentang kepatuhan terhadap SAK dalam catatan atas laporan keuangan. Entitas tidak boleh menyebutkan bahwa laporan keuangan telah patuh terhadap SAK kecuali laporan keuangan tersebut talah patuh terhadap semua yang disyaratkan dalam SAK.

Dalam keadaan yang jarang terjadi ketika manajemen menyimpulkan bahwa kepatuhan terhadap persyaratan SAK dapat menimbulkan kesalahpahaman sehingga bertentangan dengan tujuan pelaporan keuangan yang diatur dalam kerangka, PSAK 1 mensyaratkan bahwa entitas itu tidak menerapkan persyaratan tersebut sepanjang tidak dilarang oleh kerangka peraturan yansg relevan. Bila keadaan tersebut terjadi, PSAK 1 mengatur bahwa entitas itu mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:

(7)

2. Judul SAK yang tidak diterapkan oleh entitas itu, sifat, alasan tidak diterapkan, dan perlakuan yang diterapkan.

Ketika menilai apakah kepatuhan terhadap ketentuan spesifik dari suatu PSAK akan memberikan pemahaman yang salah yang bertentangan dengan tujuan laporan keuangan, manajeman harus mempertimbangkan:

1. Alasan tujuan laoran keuangan tidak tercapai dalam kondisi tersebut

2. Bagaimana perbedaan kondisi entitas dengan kondisi entitas lain yang mematuhi persyaratan.

B. Kelangsungan usaha

PSAK 1 mengatur bahwa manejemen mempertimbangkan kelangsungan usaha entitas dalam menyusun laporan keuangan. manajemen memerhatikan semua informasi masa depan, paling sedikit (namun tidak dibatasi untuk) dua belas bulan dari akhir periode pelaporan.

PSAK 1 lebih lanjut mengatur bahwa laporan keuangan disusun berdasarkan kelangsungan usaha, kecuali jika manajemen berniat melikuidasi entitas itu atau menghentikan operasi, atau tidak memiliki alternatif realistis kecuali melakukan kedua hal tersebut.

Namun bila manajemen menyadari ketidakpastian material yang terkait dengan peristiwa atau kondisi yang dapat menimbulkan keraguan terhadap kelangsungan usaha entitas itu, PSAK 1 mensayratkan agar ketidakpastian itu diungkapan.

Bila laporan keuangan tidak disusun berdasarkan asumsi kelangsungan usaha , PSAK 1 mensyaratkan agar fakta tersebut beserta alasannya diungkapkan, beserta dasar dalam menyusun laporan keuangan. Apabila laporan keuangan disusun misalnya dengan asumsi perusahaan akan dilikuidasi, pos-pos dalam laporan posisi keuangan diukur bukan dengan harga perolehannya namun dengan nilai bila perusahaan tersubut dilikudasi.

C. Dasar akrual akuntansi

PSAK1 mensyaratkan bahwa suatu entitas dalam menyusun laporan keuangannya, kecuali laporan arus kas, dengan menggunakan dasar akrual akuntansi.

D. Materialitas dan agregasi

(8)

Suatu informasi disebut material jika informasi tersebut dihapuskan atau disajikan secara tidak tepat, maka keputusan ekonomi pengguna berdasarkan laporan keuangan itu akan terpengaruh. Materialitas bergantung pada besaran dan sifat penghapusan atau penyajian yang tidak tepat, yang dipertimbangkan menurut kondisi yang ada. Besaran atau sifat suatu unsur, atau gabungan keduanya, dapat menjadi faktor penentu.

PSAK 1 juga mengatur bahwa unsur-unsur tidak material harus digabungkan dengan unsur lain yang sejenis dan tidak perlu disajikan secara terpisah.

Penerapan konsep materialitas juga berarti bahwa persyaratan pengungkapan dalam SAK tidak perlu dipenuhi jika informasi yang dihasilkan tidak maerial.

E. Saling hapus (offsetting)

PSAK1 mengatur bahwa aset dan liabilitas, serta pendapatan dan beban tidak boleh saling hapus kecuali bila disyaratkan atau diijinkan oleh SAK lain karena saling hapus dapat mempengaruhi pemahaman pengguna laporan keuangan.

Dalam konteks ini, aset yang dilaporkan sebesar nilai setelah dikurangi penyisihan (misalnya penyisihan pitang ragu-ragu) tidak termasuk saling hapus.

F. Frekuensi pelaporan

Kebermanfaatan laporan keuangan akan berkurang bila laporan keuangan itu tidak diberikan kepada pengguna secara tepat waktu. PSAK1 mensyaratkan bahwa laporan keuangan disajikan paling sedikit satu tahun sekali.

Apabila tanggal pelaporan berubah, PSAK 1 mensyaratkan bahwa entitas mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:

1. Alasan menggunakan periode yang lebih atau kurang darpi satu tahun kalender 2. Fakta bahwa informasi komparatif laba rugi, perubahan ekuitas, arus kas, dan

catatan terkait tidak seluruhnya dapat dibandingkan

G. Informasi komparatif

PSAK 1 mengatur bahwa informasi komparatif diungkapkan secara komparatif dengan periode sebelumnya untuk seluruh informasi angka dalam laporan keuangan kecuali bila tidak diperbolehkan atau dipersyaratkan oleh SAK lain.

(9)

Bila ada perubahan penyajian laporan keuangan, informasi komparatif umumnya disesuaikan atau diklasifikasikan ulang agar sesuai dengan penyajian periode berjalan. Fakta ini juga diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

H. Konsistensi penyajian

PSAK 1 mengatur bahwa penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antarperiode harus konsisten.

PSAK 1 memperbolehkan penyajian dan klasifikasi untuk diubah apabila perubahan tersebut:

1. Menghasilkan penyajian yang lebi tepat 2. Disyaratkan oleh SAK atau interpretasi

V. Struktur dan Isi Laporan Keuangan

A. Identifikasi Laporan Keuangan

Entitas mengidentifikasikan laporan keuangan secara jelas dan membedakannya dari informasi lain dalam dokumen publikasi yang sama. Entitas mengidentifikasi secara jelas setiap laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan dengan menyajikan informasi berikut ini secara jelas:

1. Nama entitas pembuat laporan keuangan atau identitas lain, dan setiap perubahan informasi dari akhir periode laporan sebelumnya

2. Apakah merupakan laporan keuangan satu entitas atau suatu kelompok entitas 3. Tanggal akhir periode pelaporan atau periode yang dicakup oleh laporan

keuangan atau catatan atas laporan keuangan

4. Mata uang pelaporan sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 52

5. Pembulatan yang digunakan dalam penyajian jumlah dalam laporan keuangan

B. Laporan Posisi Keuangan

1. Informasi yang Disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan

Laporan posisi keuangan minimal mencakup penyajian jumlah pos-pos berikut: a. Aset tetap

b. Properti investasi c. Aset tidak berwujud

(10)

e. Investasi dengan menggunakan metode ekuitas; f. Aset biolojik

g. Persediaan;

h. Piutang dagang dan piutang lainnya; i. Kas dan setara kas;

j. Total aset yang diklasifikasikan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual dan aset yang termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai yang dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58

k. Utang dagang dan terutang lainnya l. Kewajiban diestimasi

m. Laibilitas keuangan (tidak termasuk jumlah yang disajikan dalam (k) dan (l)) n. Laibilitas dan aset untuk pajak kini sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 46 o. Laibilitas dan aset pajak tangguhan, sebagaimana didefinisikan dalam PSAK

46

p. Laibilitas yang termasuk dalam kelompok yang dilepaskan yang diklasifikasikan sebagai yang dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58; q. Kepentingan non-pengendali, disajikan sebagai bagian dari ekuitas

r. Modal saham dan cadangan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk.

Entitas menyajikan pos-pos tambahan, judul dan subtotal dalam laporan posisi keuangan jika penyajian tersebut relevan untuk pemahaman posisi keuangan entitas.

Ketika entitas menyajikan aset lancar dan tidak lancar dan laibilitas jangka pendek dan jangka panjang sebagai klasfikasi yang terpisah dalam laporan posisi keuangan, maka aset (laibilitas) pajak tangguhan tidak boleh diklasifikasikan sebagai aset lancar (laibilitas jangka pendek)

PSAK 1 tidak mengatur susunan atau format penyajian pos-pos, namun memberikan pedoman sebagai berikut:

a. Suatu pos disajikan terpisah jika ukuran, sifat, atau fungsi dari pos tersebut atau agregasi pos-pos yang sama menyebabkan penyajian terpisah menjadi relevan untuk memahami laporan posisi keuangan entitas.

(11)

Dalam mempertimbangkan apakah pos-pos tambahan disajikan secara terpisah, entitas mendasarkannya atas penilaian dari:

a. Sifat dan likuiditas aset

b. Fungsi aset tersebut dalam entitas c. Jumlah, sifat dan jangka waktu laibilitas

2. Pembedaan Aset Lancar dengan Tidak Lancar dan Laibilitas Jangka Pendek dengan Jangka Panjang

Entitas menyajikan aset lancar dan tidak lancar dan laibilitas jangka pendek dan jangka panjang sebagai klasifikasi yang terpisah dalam laporan posisi keuangan sesuai, kecuali penyajian berdasarkan likuiditas memberikan informasi yang lebih relevan dan dapat diandalkan. Jika pengecualian tersebut diterapkan, maka entitas menyajikan seluruh aset dan laibilitas berdasarkan urutan likuiditas.

Untuk masing-masing pos asset dan laibilitas yang menggabungkan jumlah yang diperkirakan dipulihkan atau diselesaikan baik sebelum maupun setelah 12 bulan sejak tanggal pelaporan, PSAK 1 mensyaratkan pengungkapan jumlah yang diperkirakan dipulihkan atau diselesaikan setelah lebih dari 12 bulan.

Entitas mengklasifikasikan aset sebagai aset lancar, jika:

a. Entitas mengharapkan akan merealisasikan aset, atau bermaksud untuk menjual atau menggunakannya dalam siklus operasi normal;

b. Entitas memiliki aset untuk tujuan diperdagangkan;

c. Entitas mengharapkan akan merealisasi aset dalam jangka waktu 12 bulan setelah periode pelaporan

d. Kas atau setara kas (seperti yang dinyatakan dalam PSAK 2: Laporan Arus Kas) kecuali aset tersebut dibatasi pertukarannya atau penggunaannya untuk menyelesaikan laibilitas sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan

Aset yang tidak termasuk kategori tersebut sebagai aset tidak lancar.

(12)

a. Entitas mengharapkan akan menyelesaikan laibilitas tersebut dalam siklus operasi normalnya

b. Entitas memiliki laibilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan

c. Laibilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah periode pelaporan; atau

d. Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian laibilitas selama sekurangkurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.

Laibilitas yang tidak termasuk kategori tersebut diklasifikasikan sebagai laibilitas jangka panjang.

3. Informasi yang Disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan atau Catatan atas Laporan Keuangan

Entitas mengungkapkan di laporan posisi keuangan atau di catatan atas laporan keuangan, subklasifikasi pos-pos yang disajikan, dan diklasifikasikan dengan cara yang tepat sesuai dengan operasi entitas.

Entitas mengungkapkan masing-masing kelas modal saham dalam laporan posisi keuangan atau laporan perubahan ekuitas, atau catatan atas laporan keuangan:

a. Jumlah saham modal dasar

b. Jumlah saham yang diterbitkan dan disetor penuh, dan yang diterbitkan tetapi tidak disetor penuh

c. Nilai nominal saham, atau nilai dari saham yang tidak memiliki nilai nominal d. Rekonsiliasi jumlah saham beredar pada awal dan akhir periode

e. Hak, keistimewaan, dan pembatasan yang melekat pada setiap jenis saham, termasuk pembatasan atas dividen dan pembayaran kembali atas modal

f. Saham entitas yang dikuasai oleh entitas itu sendiri atau oleh entitas anak atau entitas asosiasi

g. Saham yang dicadangkan untuk penerbitan dengan hak opsi dan kontrak penjualan saham, termasuk jumlah dan persyaratan

(13)

C. Laporan Laba Rugi Komprehensif

PSAK 1 mengatur bahwa seluruh pos penghasilan dan pengelauaran yang diakui dalam suatu periode dimasukkan ke dalam laporan laba rugi komprehensif, kecuali jika tidak diwajibkan oleh standar akuntansi lain. Dalam PSAK 1, perusahaan juga harus menyajikan pendapatan komprehensif lain selain laba rugi dari operasi.

Pendapatan komprehensif lain berisi pos-pos pendapatan dan beban yang tidak diakui dalam laba rugi dari laporan pendapatan komprehensif. Komponen pendapatan komprehensif lain meliputi:

1. Perubahan dalam surplus revaluasi (PSAK 16: Aset tetap dan PSAK 19: Aset tak berwujud)

2. Keuntungan dan kerugian aktuaria aras program manfaat pasti yang diakui sesuai dengan PSAK 24: Imbalan kerja paragraf 99

3. Keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran laporan keuangan dari kegiatan usaha luar negeri (PSAK 10: Pengaruh perubahan kurs valuta asing) 4. Keuntungan dan kerugian dari pengukuran kembali aset keuangan sebagai

“tersedia untuk dijual” (PSAK 55: instrumen keuangan: Pengakuan dan Pengukuran)

5. Bagian efektif dari keuntungan dan kerugian instrumen lindung nilai dalam rangka lindung nilai arus kas (PSAK 55)

PSAK 1 memberikan dua pilihan dalam format laporan laba rugi komprehensif. Yang pertama adalah laporan laba rugi komprehensif di mana pendapatan komprehensif disajikan dalam satu kesatuan. Sedangkan pilihan kedua adalah menyajikan secara terpisah yakni laporan laba rugi dan laporan laba rugi komprehensif lain.

Laporan laba rugi komprehensif minimal menyajikan pos-pos sebagai berikut: 1. Pendapatan

2. Biaya keuangan

3. Bagian laba rugi dari entitas asosiasi dan joint ventures yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas

4. Beban pajak

(14)

dengan pengukuran nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual atau dari pelepasan aset atau kelompok yang dilepaskan dalam rangka operasi yang dihentikan

6. Laba rugi

7. Setiap komponen dari pendapatan komprehensif lain yang diklasifikasikan sesuai dengan sifat (selain jumlah dalam huruf (h))

8. Bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan joint ventures yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas

9. Total laba rugi komprehensif

Entitas mengungkapkan pos-pos di bawah ini dalam laporan laba rugi komprehensif sebagai alokasi laba rugi untuk periode:

1. laba rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada: a. kepentingan non-pengendali; dan

b. pemilik entitas induk

2. total laba rugi komprehensif periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada: a. kepentingan non-pengendali; dan

b. pemilik entitas induk

D. Informasi yang Disajikan dalam Laporan Laba Rugi Komprehensif atau Catatan atas Laporan Keuangan

Ketika pos-pos pendapatan atau beban bernilai material, maka entitas mengungkapkan sifat dan jumlahnya secara terpisah.

Keadaan yang menyebabkan pengungkapan secara terpisah atas pos-pos pendapatan dan beban adalah sebagai berikut:

1. Penurunan nilai persediaan menjadi nilai realisasi neto atau penurunan nilai aset tetap menjadi jumlah yang dapat dipulihkan kembali, sebagaimana pemulihan atas penurunan tersebut;

2. Restrukturisasi atas aktivitas-aktivitas suatu entitas dan untuk setiap laibilitas diestimasi atas biaya restrukturisasi;

3. Pelepasan aset tetap; 4. Pelepasan investasi; 5. Operasi yang dihentikan; 6. Penyelesaian litigasi; dan

(15)

Entitas menyajikan analisis beban yang diakui dalam laba rugi dengan menggunakan klasifikasi berdasarkan sifat atau fungsinya dalam entitas, mana yang dapat menyediakan informasi yang andal dan lebih relevan.

Ada dua metode analisis dalam mengklasifikasi beban:

1. Berdasarkan sifatnya

Entitas mengabungkan beban dalam laba rugi berdasarkan sifatnya (misalnya, penyusutan, pembelian bahan baku, biaya transportasi, imbalan kerja, dan biaya iklan), dan tidak merealokasikan menurut berbagai fungsi dalam entitas. Metode ini mudah diterapkan karena tidak memerlukan adanya alokasi beban menurut klasifikasi fungsional.

Contoh dari klasifikasi dengan menggunakan metode sifat beban adalah sebagai berikut:

Pendapatan XXX

Pendapatan lainnya XXX Perubahan atas persediaan

Barang jadi dan barang dalam proses XXX Bahan baku yang digunakan XXX Beban imbalan kerja XXX Beban penyusutan dan amortisasi XXX

Beban lainnya XXX

Total beban (XXX)

Laba sebelum pajak XXX

2. Berdasarkan fungsinya

Mengklasifikasikan beban berdasarkan fungsinya sebagai bagian dari biaya penjualan atau, misalnya, biaya aktivitas distribusi atau administratif. Sekurang-kurangnya entitas mengungkapkan biaya penjualan berdasarkan metode ini secara terpisah dari beban-beban lainnya. Metode ini dapat memberikan informasi yang lebih relevan kepada pengguna laporan keuangan dibandingkan dengan metode klasifikasi beban berdasarkan sifat, namun pengalokasian biaya berdasarkan fungsi mungkin membutuhkan pengalokasian secara arbiter dan pertimbangan yang matang. Contoh klasifikasi berdasarkan metode fungsi beban adalah sebagai berikut:

(16)

Beban penjualan XXX Laba bruto XXX Pendapatan lainnya XXX Beban distribusi XXX Beban administratif XXX Beban lainnya XXX Laba sebelum pajak XXX

E. Laporan Perubahan Ekuitas

Beberapa jenis laba/rugi seperti surplus/defisit revaluasi, selisih penjabaran mata uang, dan laba/rugi akibat perubahan nilai pasar aset kuangan tersedia untuk dijual tidak disajikan dalamlaporan laba rugi namun diakui secara langsung dalam ekuitas. Oleh karena seluruh informasi laba/rugi penting untuk diperhitungkan dalam menilai posisi keuangan entitas, PSAK 1 mensyaratkan suatu laporan tersendiri yaitu laporan perubahan ekuitas.

a. Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan:

b. Total laba rugi komprehensif selama suatu periode, yang menunjukkan secara terpisah total jumlah yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk dan kepada kepentingan non-pengendali;

c. Untuk tiap komponen ekuitas, pengaruh penerapan retrospektif atau penyajian kembali secara retrospektif yang diakui sesuai dengan psak 25;

d. Untuk setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada awal dan akhir periode, secara terpisah mengungkapkan masing-masing perubahan yang timbul dari:

1. laba rugi;

2. masing-masing pos pendapatan komprehensif lain; dan

3. transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, yang menunjukkan secara terpisah kontribusi dari pemilik dan distribusi kepada pemilik dan perubahan hak kepemilikan pada entitas anak yang tidak menyebabkan hilang pengendalian.

F. Modal

(17)

dan proses entitas dalam mengelola permodalannya baik dalam bentuk informasi kualitatif maupun ringkasan informasi kuantitatif.

1. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas Laporan Keuangan merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan.

PSAK 1 mengatur bahwa catatan atas laporan keuangan harus:

a. Menyajikan informasi tentang dasar akuntansi dan kebijakan akuntansi penting yang diterapkan

b. Mengungkapkan informasi yang diwajibkan oleh SAK yang tidak disajikan di bagian lain dari laporan keuangan; dan

c. Memberikan informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan untuk penyajian secara wajar.

PSAK 1 lebih jauh mensyaratkan bahwa catatan atas laporan keuangan disajikan secara sistematis. Selain itu, masing-masing pos dalam laporan posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif, dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan.

PSAK 1 mengatur bahwa catatan atas laporan keuangan secara umum mencakup hal-hal berikut dan biasanya disajikan secara berurutan:

a. Pernyataan kepatuhan terhadap SAK (sebagaimana diwajibkan oleh paragraf 17)

b. Dasar akuntansi

c. Kebijakan akuntansi signifikan

d. Informasi pendukung untuk pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan sesuai urutan penyajiannya; dan (misalnya peristiwa setelah periode pelaporan (PSAK 8), informasi segmen operasi (PSAK 5), dan pengungkapan pihak-pihak berelasi (PSAK 7); dan

e. Pengungkapan nonkeuangan (misalnya kebijakan pengelolaan risiko)

2. Pengungkapan Kebijakan Akuntansi

Kebijakan akuntansi adalah serangkaian prinsip, dasar, konvensi, peraturan, dan praktik spesifik yang diterapkan oleh suatu entitas dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan.

(18)

a. Dasar pengukuran yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan (yang biasanya disebut ‘dasar akuntansi’)

b. Setiap kebijakan akuntansi spesifik yang diperlukan untuk memahami laporan keuangan.

VI. PSAK 01 dan Perkembangan Ekonomi dan Bisnis

Seiring jaman yang mulai berkembang dimana teknologi telah membuka batas dalam perkembangan bisnis, dibutuhkan Standar yang dapat dimengerti oleh pihak-pihak luar di seluruh dunia. Maka dari itu, Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) telah mensahkan PSAK 1 (revisi 2009) pada tanggal 15 Desember 2009 untuk merevisi PSAK 1 tahun 1998.

Pada kesempatan ini, akan dipaparkan tentang beberapa perubahan-perubahan yang terkait dengan PSAK 1 tantang penyajian laporan keuangan yang akan dimulai dari istilah-istilah apa saja yang berubah, disusul dengan komponen laporan keuangan yang lengkap, dan bagaimana bentuk penyajian laporan keuangan, dan alasan mengapa pos luar biasa (extraordinary items) tidak diperbolehkan lagi disajikan dalam laporan keuangan.

A. Istilah dan Perubahan Istilah

Dalam PSAK 1 (Revisi 2009) terdapat beberapa istilah baru yang diungkap dan terdapat juga beberapa istilah yang telah berubah jika dibandingkan dengan PSAK 1 tahun 1998. Istilah-istilah baru yang diungkap dalam PSAK 1 (Revisi 2009), yang sebelumnya tidak diungkap dalam PSAK 1 (Revisi 1998), adalah:

1. Catatan atas laporan keuangan 2. Laba atau rugi

3. Laporan keuangan bertujuan umum 4. Material

5. Pemilik

(19)

10. Total laba rugi komprehansif

Beberapa perubahan istilah diantaranya adalah:

1. Penggantian istilah “kewajiban” pada PSAK 1 (Revisi 1998) menjadi “liabilitas” pada PSAK 1 (Revisi 2009).

2. Penggantian istilah “aktiva” pada PSAK 1 (Revisi 1998) menjadi “aset” pada PSAK 1 (Revisi 2009).

3. Penggantian istilah “neraca” pada PSAK 1 (Revisi 1998) menjadi “laporan posisi keuangan” pada PSAK 1 (Revisi 2009)

4. Satu hal penting dalam kaitannya dengan istilah, PSAK 1 (Revisi 2009) tidak lagi memperkenankan penggunaan istilah “Pos Luar Biasa”, sedangkan PSAK 1 (1998) masih memperkenankan penggunaan istilah tersebut. Pertanyaannya adalah, mengapa pos luar biasa tidak diperkenankan lagi ada?

B. Komponen Laporan Keuangan Lengkap

Berdasar pada PSAK 1 (Revisi 2009), komponen laporan keuangan lengkap mengalami perubahan dari yang tadinya hanya mencakup lima item, sekarang mencakup enam item.

Berdasar PSAK 1 (Revisi 1998), komponen laporan keuangan lengkap meliputi: 1. Neraca,

2. Laporan laba rugi,

3. Laporan perubahan ekuitas, 4. Laporan arus kas, dan

5. Catatan atas laporan keuangan.

Sedangkan menurut PSAK No. 1 (Revisi 2009) yang disahkan pada tanggal 15 Desember 2009 dan mulai yang efektif berlaku untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2011, laporan keuangan yang lengkap harus meliputi komponen-komponen berikut ini :

1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode 2. Laporan laba rugi komprehensif selama periode 3. Laporan perubahan ekuitas selama periode 4. Laporan arus kas selama periode

(20)

7. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara restrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.

Jika kita bandingkan antara PSAK 1 (Revisi 1998) dengan PSAK No. 1 (Revisi 2009), terkait komponen laporan keuangan, maka terdapat dua perbedaan utama yaitu:

perubahan pada laporan laba rugi, dimana sebelumnya hanya mensyaratkan laporan laba rugi, sekarang harus menyajikan laporan laba rugi komprehensif PSAK 1 (Revisi 1998) tidak mensyaratkan adanya laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara restrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya. Perlu ditekankan bahwa antara laporan laba rugi dengan laporan laba rugi komprehensif memiliki perbedaan. Laporan laba rugi adalah total pendapatan dikurangi beban, tidak termasuk komponen-komponen pendapatan komprehensif lain. Sedangkan laporan laba rugi komprehensif termasuk didalamnya laporan laba rugi dan pendapatan komprehensif. Pendapatan komprehensif mencakup (paragraf 7):

1. Perubahan dalam surplus revaluasi (lihat PSAK 16 (Revisi 2007): Aset Tetap dan PSAK 19 (Revisi 2009): Aset Tidak Berwujud)

2. Keuntungan dan kerugian aktuarial atas program manfaat pasti yang diakui sesuai dengan PSAK 24: Imbalan Kerja

3. Keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran laporan keuangan dari entitas asing (lihat PSAK 10 (Revisi 2009): Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Valuta Asing)

4. Keuntungan dan kerugian dari pengukuran kembali aset keuangan yang dikategorikan sebagai ‘tersedia untuk dijual’ (lihat PSAK 55 (Revisi 2006) : Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran)

(21)

C. Penyajian Laporan Keuangan

Penyajian laporan keuangan yang dituangkan dalam PSAK No.1 merupakan adopsi dari IAS 1 Presentation of Financial Statements (2009). Terdapat beberapa perbedaan berdasar PSAK 1 (Revisi 2009) dengan PSAK 1 (Revisi 1998). Beberapa perbedaan terkait penyajian laporan keuangan di antaranya:

1. Dalam paragraf 9 PSAK 1 (Revisi 2009), laporan keuangan menyajikan beberapa informasi mengenai entitas yang meliputi: aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, serta arus kas sedangkan menurut PSAK 1 (1998), informasi yang disajikan dalam laporan keuangan meliputi: aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban, serta arus kas.

2. PSAK 1 (Revisi 2009) tidak mengatur kapan entitas sebaiknya mengeluarkan laporan keuangan, sedangkan PSAK 1 (1998) mengatur bahwa entitas sebaiknya mengeluarkan laporan keuangan paling lama 4 bulan setelah tanggal neraca. 3. Paragraf 84 PSAK 1 (Revisi 2009) tidak memperkenankan penyajian “pos luar

biasa” dalam laporan laba rugi komprehensif (akan dibahas spada bagian berikutnya).

4. Dalam paragraf 78 PSAK 1 (Revisi 2009) mensyaratkan bahwa seluruh pos penghasilan dan beban yang diakui dalam satu periode dapat disajikan dengan dengan memilih salah satu format berikut:

a. Dalam bentuk satu laporan laba rugi komprehensif, atau b. Dalam bentuk dua laporan, yaitu:

1) Laporan yang menunjukkan komponen laba rugi (laporan laba rugi terpisah), dan

(22)

Bab III.Kesimpulan

Seiring jaman yang mulai berkembang dimana teknologi telah membuka batas dalam perkembangan bisnis, dibutuhkan Standar yang dapat dimengerti oleh pihak-pihak luar di seluruh dunia. Tindakan ini dimaksudkan agar para investor luar negeri tidak takut lagi untuk berinvestasi di perusahaan dalam negeri.

Referensi

Dokumen terkait

Pelatihan menulis geguritan (puisi jawa) dan puisi berbahasa Indonesia serta pengemasan pentas geguritan dan puisi dalam bentuk musikalisasi puisi

Peningkatan kebutuhan pakan untuk usaha budidaya di Provinsi Jawa Tengah, secara tidak langsung menyebabkan peningkatan impor bahan baku oleh industri pakan komersil, karena

4.2.2 Analisis Dampak Pembangunan Infrastruktur Bidang CIpta Karya terhadap Ekonomi Lokal Masyarakat. Pelaksanaan usaha dan kegiatan pembangunan di bidang Pekerjaan

Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Hasil pengujian hipotesis 1 membuktikan bahwa secara statistik terdapat pengaruh positif

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa IC berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan, IC berpengaruh

Dalam penelitian ini pengumpulan dan analisis sederhana terhadap tweet yang terkait dengan aksi boikot Sari Roti.. Tercatat, tidak kurang dari 40 ribu tweet berhasil dikumpulkan

Umbi-umbian yang banyak tumbuh di lahan kering ternyata mempunyai berbagi keunggulan, yaitu: 1) mempunyai kandungan karbohidrat yang tinggi sebagai

Analisis data dalam penelitian ini yaitu analisis univariat yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap dan motivasi petugas kesehatan dengan