Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 57 No. 2 April 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
41
PENGARUH
CORRUPTION
DAN
ECONOMIC FREEDOM
TERHADAP
INVESTMENT
(Studi pada Negara Indonesia Tahun 2006-2016)
Arum Masyitah Suhadak Ferina Nurlaily Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya Malang
Email : arummasyitah@gmail.com
ABSTRACT
The purpose of this reasearch is to find out and explain the influence of corruption on investmnet, find out and expalain the influence of corruption on economic freedom, find out the economic freedom influence on investment in state of Indonesia. The type of this research is explanatory research with quantitative approach. The data used is from Corruption Eradication Commission (KPK), Heritage Foundation, Bank Indonesia, and Capital Investment Coordinating Board (BKPM) with uses time series data of corruption, economic freedom and investment Indonesia during the periods of 2006-2016 with 11 observations for sample. Data analysis technique using Partial Least Square by SmartPLS 3.2.7 application. The result of the research indicate : insignificant influence of corruption towards investment, significant influence of corruption to economic freedom, significant between economic freedom towards investment.
Keyword : Corruption, Economic Freedom, Foreign Direct Investment, Domestic Direct Investment
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan pengaruh Corruption terhadap Investment, Corruption terhadap Economic Freedom, pengaruh Economic Freedom terhadap Investment pada Negara Indonesia. Jenis penelitian ini adalah explanatory research dengan pendekatan kuantitatif. Sumber data berasal dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Heritage Foundation, Bank Indonesia, dan BKPM dengan menggunakan data time series dari Corruption, Economic Freedom dan Investment Negara Indonesia periode tahun 2006-2016 dengan jumlah sampel sebanyak 11 pengamatan. Teknik analisis data menggunakan Partial Least Square (PLS)dengan menggunakan aplikasi SmartPLS 3.2.7.Hasilnya menujukkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan antara Corruption terhadap Investment, terdapat pengaruh signifikan antara Corruption terhadap EconomicFreedom, terdapat pengaruh signifikan antara Economic Freedom terhadap Investment.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 57 No. 2 April 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
42 A.PENDAHULUAN
Peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat. “Pertumbuhan ekonomi adalah syarat fundamental untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat” (Bappenas.go.id, 2017).
Peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat tercermin dari peningkatan pendapatan per kapita. Peningkatan nilai pendapatan harus dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. Salah satu cara pengelolaan kelebihan dana yang baik adalah dengan investasi.
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di wilayah Asia yang menjadi tujuan favorit para investor. Japan Bank of International Cooperation (JBIC) melakukan survei pada tahun 2016 yang menunjukkan bahwa Indonesia berhasil menempati peringkat ketiga dari 20 negara seluruh dunia yang cocok untuk berinvestasi. Peringkat tersebut lebih tinggi dibandingkan negara ASEAN yang lain, yakni Vietnam dengan peringkat 4, Thailand peringkat 5, Philipina peringkat 8, Malaysia peringkat 11 dan Singapura peringkat 12. Peringkat tersebut memberikan keuntungan bagi Indonesia salah satunya tingkat kepercayaan investor yang direalisasi dengan meningkatnya aliran dana investasi baik dari investasi asing maupun investasi dalam negeri.
Investasi dapat dibedakan menjadi 2 yakni investasi langsung (direct investment) dan investasi tidak langsung (indirect investment). “Investasi langsung adalah investasi pada assets atau faktor produksi, yang menghasilkan aneka barang dan jasa untuk berbisnis. Investasi tidak langsung adalah investasi bukan pada aset atau faktor produksi tetapi pada aset keuangan (financial assets)” (Noor, 2014:8).
Investasi langsung (direct investment) menjadi pilihan favorit para investor karena dengan melakukan investasi langsung investor dapat memiliki kontrol terhadap dana yang diinvestasikan. Investasi langsung dapat dilakukan oleh investor
asing dan domestik. “Bentuk investasi asing dapat dilakukan melalui kerjasama dengan perusahaan asing, membeli perusahaan asing, membentuk anak perusahaan di negara asing dan membeli saham perusahaan hingga mempunyai kendali atas
perusahaan tersebut” (Madura, 2011:101). UU No 25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal menyatakan
bahwa, “Investasi domestik dapat dilakukan dalam
berbagai bentuk, misalnya pendirian dengan badan
hukum, tidak berbadan hukum, maupun perseorangan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”.
Aliran dana FDI dan DDI yang mendorong peningkatan perekonomian Indonesia menuntut Indonesia untuk tetap menjaga kondisi negaranya. Undang-Undang Penanaman Modal No 25 Tahun 2007 menyatakan bahwa penciptaan birokrasi yang efisien, kepastian hukum di bidang penanaman modal serta iklim usaha yang kondusif diharapkan dapat meningkatkan realisasi penanaman modal di Indonesia. Kepastian hukum dapat berupa perlindungan kepada investasi dan investornya. Salah satu bentuk perlindungan hukum adalah perlindungan dari korupsi.
“Corruption may deter investment
opportunities” (Hakimi dan Hamdi, 2017). Corruption dalam investasi dapat tecermin dari rendahnya kualitas birokrasi dan biaya investasi yang semakin tinggi akibat adanya tindak korupsi. Corruption juga dapat mempengaruhi tingkat investasi suatu negara. “Tingkat korupsi suatu negara menjadi pertimbangan investor asing dalam melakukan FDI. Tingkat korupsi yang tinggi memang sangat rentan bagi suatu negara untuk menarik investor, terutama investasi yang berhubungan langsung dengan pemerintah. Kesulitan perijinan dan birokrasi oleh pemerintah
juga menjadi pertimbangan” (Barassi dan Zhou,
2012).
Meningkatnya kasus korupsi di Indonesia dapat tercermin dari jumlah penanganan kasus korupsi yang terjadi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Selain itu, World Economic Forum (WEF) menyusun Global Competitiveness Index untuk Indonesia menempatkan corruption pada peringkat pertama sebagai faktor yang menjadi masalah dalam berbisnis di Indonesia. Tidak hanya dapat mengurangi tingkat investasi, corruption juga dapat menurunkan tingkat kebebasan ekonomi suatu negara (economic freedom).
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 57 No. 2 April 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
43 pajak yang terlalu tinggi, kesulitan birokrasi,
kesulitan transfer dana dan sebagainya. “Manajemen
ekonomi yang baik, sedikit campur tangan pemerintah dalam perekonomian, sedikit intervensi negara, dan ketiadaan kontrol harga dan upah serta tingginya kebebasan politik mempengaruhi tinggi aliran FDI yang masuk (FDI inflows)” (Sambharya dan Rasheed, 2013).
Status economic freedom Indonesia adalah moderately free. Status moderately free adalah status kebebasan ekonomi suatu negara yang memiliki skor index of economic freedom antara 60-69,9 poin (Heritage Foundation, 2017). Berkaitan dengan status tersebut, maka Indonesia masih perlu melakukan perbaikan-perbaikan terutama di bidang pemerintahan, misalnya mempermudah perijinan, mempermudah birokrasi dan meningkatkan upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. Corruption yang dapat menurunkan integritas pemerintah akan berdampak pada sektor ekonomi khususnya investasi, baik investasi asing maupun investasi domestik.
Tren kebebasan ekonomi Indonesia selama 10 tahun terakhir dapat membuktikan bahwa Indonesia belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Tentunya hal ini akan berdampak kurang baik terhadap pertumbuhan ekonomi negara. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, akhirnya peneliti mengambil judul “Pengaruh Corruption dan Economic Freedom terhadap Investment (Studi pada Negara Indonesia tahun 2006-2016)”.
B.KAJIAN PUSTAKA 1. Corruption
Corruption merupakan suatu tindakan yang melanggar hukum dengan tujuan memperkaya diri sendiri atau orang lain yang menyebabkan kerugian bagi bangsa dan negara. “Tingginya tingkat korupsi juga tercermin dari meningkatnya kasus korupsi
yang ditangani oleh KPK dari tahun ke tahun”
(Kristina, 2016:39).
Jenis tindak pidana korupsi di Indonesia yang mengacu pada UU No 31 Tahun 1999 jo. UU No 20 Tahun 2001 digolongkan menjadi 7 (tujuh) jenis perkara korupsi, yaitu :
a. Pengadaan Barang/Jasa
Pengadaan barang atau jasa dilakukan oleh pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung atau tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan atau persewaan, yang pada saat dilakukan perbuatan,
untuk seluruh atau sebagian ditugaskan untuk mengurus atau mengawasi.
b. Perijinan
Tindak pidana perijinan merupakan tindakan yang dilakukan oleh pejabat pemerintahan yang menerbitkan ijin tidak sesuai aturan perundang-undangan yang berlaku. Misalnya dalam peijinanan usaha yang tidak memenuhi persyaratan amdal.
c. Penyuapan
Tindak pidana penyuapan pada prinsipnya tidak berakibat langsung pada kerugian keuangan negara ataupun perekonomian negara, karena bukan berasal dari uang negara atau aset negara melainkan dari uang atau aset orang yang melakukan penyuapan. Dalam peristiwa ini melibatkan peran aktif antara orang yang melakukan suap dengan pegawai negeri sipil atau penyelenggara negara sebagai penerima suap.
d. Pungutan
Pemeran aktif peristiwa ini adalah pegawai negeri sipil atau penyelenggara yang meminta bahkan cenderung melakukan pemerasan kepada masyrakat yang memerlukan pelayanan ataupun bantuan dari pegawai negeri sipil.
e. Penyalahgunaan Anggaran
Tindak pidana korupsi jenis ini termasuk jenis korupsi yang menyebabkan kerugian keuangan negara. Hal ini dilakukan untuk memperkaya diri sendiri. f. TPPU
TPPU atau Tindak Pidana Pencuciaan Uang merupakan suatu upaya untuk menyembunyikan atau mneyamarkan asal usul dana melalui berbagai transaksi keuangan agar uang tersebut tampak seolah-olah berasal dari kegiatan yang sah atau legal.
g. Merintangi proses KPK
Peristiwa atau perbuatan yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi, yaitu perbuatan dengan sengaja mencegah, merintangi atau menggagalkan secara tidak langsung penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap tersangka atau terdakwa ataupun saksi dalam perkara pidana.
Corruption di Indonesia tergolong sebagai tindak kejahatan luar biasa (extra ordinary crimes) sehingga perlu dilakukan upaya pemberantasan yang luar biasa. “Upaya pemberantasan tidak dapat dilakukan secara biasa, tetapi dituntut cara-cara yang luar biasa” (Gunawan, 2015:53). Kristiana (2016:34) mengatakan bahwa upaya pemberantasan tidak hanya urusan penegakan hukum tapi juga mengenai paradigma antikorupsi, mengenai bagaimana antikorupsi dibangun dalam aspek kehidupan.
2. Economic Freedom
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 57 No. 2 April 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
44 untuk mengontrol bisnisnya. Negara dengan tingkat
kebebasan ekonomi yang tinggi, memberikan kebebasan kepada warga negaranya untuk bekerja, mengonsumsi maupun membeli aset seperti keinginan setiap warga negara.
“Economic Freedom is the fundamental right
of every human to control his or her own labor and property. In an economically free society, individuals are free to work, produce, consume, and invest in any way they please. In economically free societies, governments allow labor, capital and goods to move freely, and refrain from coercion or constraint of liberty beyond the extent necessary to protect and maintain liberty itself “(Heritage Foundation, 2017)
Penilaian Economic freedom oleh Heritage Foundation diukur melalui rating berdasarkan 10 komponen, yaitu:
1. Property Rights
Komponen ini mengukur kerangka hukum suatu negara yang memperbolehkan atau mengizinkan individu untuk memperbanyak hak miliknya secara bebas, dijamin aman oleh hukum yang bersih yang dijalankan secara efektif oleh pemerintah. Faktor pengukurnya adalah hak milik fisik, hak milik intelektual, kekuatan perlindungan investor, pengambilalihan resiko, dan kualitas administrasi.
2. Government Integrity
Korupsi mengikis kebebasan ekonomi dengan munculnya ketidakamanan dan ketidakpastian dalam hubungan ekonomi. Masalah terbesar adalah korupsi sistematis dari institusi pemerintahan dan pembuatan keputusan melalui beberapa praktik seperti penyuapan, pemerasan, nepotisme, cronyism, perlindungan, penggelapan, dan penyogokan. Faktor-faktor pengukurnya adalah kepercayaan publik terhadap politisi, penyuapan dan pembayaran liar, transparansi dari kebijakan pemerintah, ketiadaan korupsi, persepsi korupsi, dan transparansi layanan sipil dan pemerintahan.
3. Tax Burden
Beban pajak merupakan ukuran gabungan yang merefleksikan tingkat pajak marginal antara pendapatan individu dan perusahaan serta keseluruhan total pajak (termasuk pengenaan pajak langsung dan tidak langsung oleh semua level pemerintah) atas persentase dari produk domestik bruto (PDB). Faktor pengukurnya adalah tingkat pajak marginal tertinggi pada pendapatan individu, tingkat pajak marginal tertinggi pada pendapatan
korporasi, dan total beban pajak dari prosentase PDB.
4. Goverment Spending
Pembelanjaan pemerintah mencakup pengenaan beban belanja pemerintah, termasuk konsumsi negara dan seluruh pengiriman pembayaran. Tidak ada kesepakatan untuk mengidentifikasi level yang optimal bagi pembelanjaan pemerintah. Pembelanjaan pemerintah antar negara berbeda-beda, tergantung dari beberapa faktor misalnya faktor kebudayaan, geografis, hingga level pembangunan ekonomi.
5. Business Freedom
Kebebasan bisnis mengukur tingkat regulasi dan lingkungan infrastruktur yang membatasi efisiensi operasi bisnis. Skor kuantitatif diperoleh dari susunan faktor yang mempengaruhi pergerakan pembukaan, operasi dan penutupan bisnis. Faktor pengukurannya yaitu pembukaan bisnis (prosedur, waktu, biaya dan modal minimum), perolehan izin ( prosedur, waktu, dan biaya), penutupan bisnis (waktu, biaya, dan tingkat recovery), dan getting electricity (prosedur, waktu dan biaya).
6. Labor Freedom
Kebebasan tenaga kerja merupakan ukuran kuantitatif yang mempertimbangkan berbagai aspek hukum dan kerangka aturan dari pasar tenaga kerja suatu negara, termasuk aturan mengenai upah minimum, hukum larangan pemberhentian, permintaan pemutusan, dan aturan pengukuran pengendalian terhadap perekrutan dan jam kerja, ditambah dengan tingkat partisipasi tenaga kerja sebagai indikasi pengukuran dari kesempatan karyawan di pasar tenaga kerja. Faktor pengukurnya adalah rasio upah minimum, halangan perekrutan pekerja, peraturan jam kerja, kesulitan pencopotan tenaga kerja yang berlebihan, periode pemberitahuan tugas menurut hukum, perintah pembayaran pesangon, tingkat pastisipasi tenaga kerja.
7. Monetary Freedom
Kebebasan moneter mengkombinasikan ukuran stabilitas harga dengan sebuah penilaian atas kontrol harga. Inflasi dan kontrol harga mengubah aktivitas pasar. Stabilitas harga tanpa adanya intervensi khusus dari pemerintah adalah negara yang ideal untuk pasar bebas. Kebebasan moneter didasarkan pada 2 (dua) faktor yaitu rata-rata inflasi tiga tahun terakhir dan pengendalian harga.
8. Trade Freedom
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 57 No. 2 April 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
45 mempengaruhi impor dan ekspor dari barang dan
jasa. Faktor pengukurnya adalah rata-rata biaya tarif dan non tarif.
9. Investment Freedom
Negara ekonomi bebas tidak membatasi atau melarang aliran modal investasi. Individu atau perusahaan mengizinkan perpindahan sumber daya mereka ke dalam atau keluar dari aktifitas khusus. Dalam praktiknya, beberapa negara memiliki keanekaragaman pembatasan investasi. Beberapa memiliki peraturan yang berbeda untuk investasi asing dan investasi domestik. Faktor pengukuran komponen ini adalah tingkat pembatasan investasi. 10. Financial Freedom
Kebebasan keuangan adalah indikator dari efisiensi bank dan juga ukuran kebebasan dari pengendalian dan campur tangan pemerintah dalam sektor keuangan. Bank milik negara dan institusi keuangan lainnya seperti asuransi dan pasar modal menolak persaingan dan umumnya memiliki akses kredit yang rendah. Faktor pengukurnya adalah tingkat regulasi pemerintah terhadap pelayanan keuangan, derajat intervensi negara terhadap bank atau perusahaan keunagan lainnya melalui kepemilikian langsung atau tidak langsung, pengaruh pemerintah terhadap alokasi kredit, tingkat perkembangan pasar keuangan dan pasar modal, dan keterbukaan persaingan asin
3. Investment
a. Foreign Direct Investment
“Investasi langsung luar negeri (Foreign Direct Investment-FDI) terjadi ketika sebuah perusahaan secara langsung berinvestasi dengan memfasilitasi proses produksi ataupun memasarkan produk di negara lain” (Hill, 2014:268). Investasi asing langsung (Foreign Direct Investment-FDI) adalah akuisisi terhadap aset asing dengan tujuan untuk mengendalikannya (Griffin et al., 2015:162).
“Investasi asing langsung yaitu investasi pada aktiva
riil (seperti tanah, bangunan, atau bahkan pabrik
yang telah ada) di negara asing” (Madura, 2006:101). “Investasi langsung luar negeri (Foreign Direct Investment-FDI) terjadi ketika sebuah perusahaan secara langsung berinvestasi dengan memfasilitasi proses produksi ataupun memasarkan produk di
negara lain” (Hill, 2014:268).
b. Domestic Direct Investment
Undang-undang No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal menyebutkan beberapa pengertian terkait penanaman modal dalam negeri:
a) Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melkaukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.
b) Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal saham negeri c) Penanam modal dalam negeri adalah
perseorangan warga negara Indonesia, badan usaha Indonesia, negara Republik Indonesia, atau daerah yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia
Domestic Direct Investment (Penanaman Modal Dalam Negeri/PMDN) dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, misalnya badan hukum, tidak berbadan hukum atau usaha perseorangan, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Penanaman modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian nasional, khususnya PMDN. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja,
meningkatkan pembangunan ekonomi
berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, mendorong pembangunan ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya saing.
4. Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah :
H1 = Corruption berpengaruh terhadap Investment H2 = Corruption berpengaruh terhadap Economic
Freedom
H3 = Economic Freedom berpengaruh terhadap
Investment
C. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian penjelasan (explanatory research) dengan pendekatan kuantitatif.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan melalui website Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Heritage Foundation, Bank Indonesia, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 57 No. 2 April 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
46 Populasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah seluruh data time series tahunan corruption, economic freedom,dan investment selama 11 tahun periode 2006 sampai tahun 2016 sebanyak 11 pengamatan.
b. Sampel
Teknik pengambilan sampel menggunakan sampel jenuh. Sampel penelitian ini adalah data time series tahunan selama 11 tahun yakni tahun 2006 sampai tahun 2016 sebanyak 11 pengamatan.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi.
5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah Partial Least Square (PLS) dengan menggunakan aplikasi smartPLS 3.2.7.
a. Evaluasi Outer Model
Evaluasi outer model dilakukan untuk mengevaluasi variabel indikator. Penelitian ini menggunakan model reflektif dan menggunakan indicator reliability sebagai evaluasi outer model. Widarjono (2015:277) menyatakan bahwa indicator reliability merupakan evaluasi yang didasarkan pada outer loading. Jika nilai outer loading lebih dari 0,5 maka variabel indikator perlu dipertahankan dan apabila nilai outer loading kurang dari 0,5 maka variabel indikator harus dihilangkan dalam perhitungan bootstrapping.
b. Evaluasi Inner Model
Evaluasi inner model ini menjelaskan pengaruh variabel laten independen terhadap variabel laten dependen. Dasar evaluasi inner model adalah :
1)Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel laten independen terhadap variabel laten dependen. Pada aplikasi SmartPLS, nilai t-tabel merupakan angka konstan yakni sebesar 1,96 jika nilai alpha 5%. Sehingga apabila nilai t-tabel >1,96 dan p-value <0,05 maka H1 diterima. Hal ini menandakan bahwa terdapat hubungan parsial dari variabel independen terhadap variabel dependen.
2)Koefisien Determinasi atau R2
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui besarnya variabel dependen dijelaskan oleh variabel independen dalam suatu model. Secara umum, nilai R2≥0,75 adalah baik.
3)Predictive Relevance Q2
Predictive Relevance Q2 memprediksi seberapa besar keragaman data yang diperoleh dalam suatu yang dihitung menggunakan rumus:
Q2 = 1-(1-R12)(1-R22) . . . (1-Rp2)
Nilai Q2 yang menunjukkan 0 atau negatif maka diindikasikan bahwa path model tidak relevan untuk memprediksi faktor endogen.
D.HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Evaluasi Outer Model
Gambar 1 Path Model dengan Nilai Outer Loading
Sumber : Hasil Olah Data SmartPLS
Indikator yang berwarna kuning merupakan indikator yang memiliki nilai outer loading >0,5 yang masuk dalam perhitungan bootstrapping, sedangkan indikator yang berwarna merah merupakan indikator yang memiliki nilai <0,5 yang tidak masuk dalam perhitungan bootstrapping (indikator dihilangkan). Sehingga indikator yang masuk dalam perhitungan bootstrapping adalah penyuapan, tindak pidana pencucian uang, financial freedom, government integrity, investment freedom, dan monetary freedom.
Tabel 1 Outer Model Hasil Olah SmartPLS
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2017 Indikator Outer
Loading
T Statistics
P Values
COR_SUAP 0,871 9,991 0,000 COR_TPPU 0,897 14,959 0,000 EF_FINF 0,908 12,816 0,000 EF_GOVINT 0,930 21,082 0,000 EF_INVF 0,968 23,301 0,000
EF_MONF 0,765 6,782 0,000
INV_DDIINFL
OWS 0,989 35,406 0,000
INV_FDIINFL
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 57 No. 2 April 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
47 2. Evaluasi Inner Model
a. Uji t
Tabel 2 Inner Model Hasil Olah SmartPLS
Ket : * non significant
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2017
Perhitungan inner model pada Negara Indonesia menunjukkan bahwa :
1. Corruption tidak berpengaruh signifikan terhadap investment dengan t-statistic sebesar 1,659 dan p-value >0,05.
2. Corruption berpengaruh signifikan terhadap economic freedom dengan nilai t-statistic >1,96 yaitu 7,155.
3. Economic freedom berpengaruh signifikan terhadap investment dengan t-statistic sebesar 2,390 dan p-value 0,017.
b. Pengujian Goodness of Fit
Tabel 3 Nilai R2 Variabel Endogen
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2017
Nilai Q2 pada model ini adalah : Q2 = 1-(1-R12)(1-R22) . . . (1-Rp2) Q2 = 1-(1-0,658)(1-0,686) = 0,893
Hasil perhitungan Q2 menunjukkan bahwa nilai Q2 pada path model penelitian ini adalah sebesar 0,893 atau 89,3%. Artinya, path model relevan untuk memprediksi faktor endogen. Sisa nilai sebesar 0,107 atau 10,7% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terkandung dalam model dan error.
E.KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan :
1. Tidak terdapat pengaruh signifikan antara corruption terhadap investment. Semakin meningkat corruption maka tidak mempengaruhi tingkat investment.
2. Corruption berpengaruh signifikan terhadap economic freedom. Semakin meningkat corruption maka akan mempengaruhi economic freedom.
3. Economic freedom berpengaruh signifikan terhadap investment. Artinya, semakin meningkat economic freedom maka akan mempengaruhi tingkat investment.
Saran :
1. Bagi akademisi
Bagi peneliti selajutnya diharapkan untuk menambahkan indikator corruption yang lain yang berupa pelaku korupsi dan jumlah kerugian negara akibat korupsi di Indonesia dan memasukkan indikator lain dari economic freedom yang berupa judicial effectiveness dan fiscal health
2. Bagi investor
Investor sebaiknya tidak hanya melihat faktor ekonomi dalam melakukan investasi. Investor perlu melakukan analisis mengenai faktor-faktor lain seperti politik, hukum dan budaya di masing-masing negara yang dituju. Sehingga dapat diketahui dengan pasti faktor apa yang paling berpengaruh dalam melakukan investasi.
3. Bagi pemerintah
Pemerintah sebaiknya memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi investasi di Indonesia, baik investasi asing maupun inveastasi domestik serta memberikan perhatian khusus pada tingkat korupsi di Indonesia karena dapat mempengaruhi peringkat dalam index of economic freedom.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Yopi. 2015. Tindak Pidana Korupsi Kajian terhadap Harmonisasi antara Hukum Nasional dan The United Nations Convention Againts Corruption (UNCAC). Bandung: PT Refika Utama
Griffin, Ricky W and et al. 2015. Bisnis Internasional: sebuah perspektif manajerial. Jakarta: Salemba Empat
Pengaruh Inner Loading
T Statistics
P Value
Corruption -> Investment
-1,414 1,659 0,098*
Corruption -> Economic
Freedom
0,811 7,155 0,000
Economic Freedom -> Investment
1,101 2,390 0,017
Variabel Endogen Nilai R2
Economic Freedom 0,658
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 57 No. 2 April 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
48 Hill, Wee, dan Udayasankar (Penerjemah Catur
Sugiarto dan Ratna Saraswati). 2014. Bisnis Internasional Perspektif Asia. Jakarta:Salemba Empat
Kristiana, Yudi. 2016. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Yogyakarta: Thafa Media
Madura, Jeff. 2011. International Corporate Finance, buku 1. Jakarta: Salemba Empat
Noor, Henry Faizal. 2014. Investasi, Pengelolaan Keuangan, dan Pengembangan Ekonomi Masyarakat. Jakarta: Mitra Wacana Media
Widarjono, Agus. 2015. Analisis Multivariat Terapan. Yogyakarta:UPP STIM YKPM
Undang-undang
Undang-undang No.31.1999. “UU tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi No 31 Tahun 1999 jo. Undang-undang Nomor
20 Tahun 2001”, diakses pada 23 Oktober
dari
http://kpk.go.id/gratifikasi/BP/uu_31_1999
Undang-Undang No.25.2007. “UU tentang
Penanaman Modal No 25 Tahun 2007”,
diakses pada 23 Oktober 2017 dari http://www.bi.go.id/
Publikasi Ilmiah
Hakimi, Abdelaziz dan Hamdi, Helmi. 2017. Does Corruption Limit FDI and Economic Growth? Evidence from MENA Countries. International Journal of Emerging Markets, Volume 12 (3) Page 550-571
Barassi, Marco R dan Zhou, Ying. 2012. The Effect of Corruption on FDI: A Parametric and Non-parametric Analysis. European Journal of Political Economy, Volume 28 Page 302-312
Sаmbhаryа, Rаkesh B dаn Rаsheed, Аbdul А. 2015.
Does Economic Freedom in Host Countries
Leаd to Increаsed Foreign Direct
Investment. Competitiveness Review,
Volume 25 (1) Pаge 2-24 Website
JBIC. 2016. “Survey Report on Overseаs Business Operаtion”, diаkses pаdа 22 Oktober 2017 dаri www.jbic.go.jp
Heritаge Foundаtion. 2017. “Methodology”, diаkses
pаdа 01 Oktober 2017 dаri www.heritаge.org/methodology
World Economic Forum. 2017. “Globаl Competitiveness
Index Report 2017”, diаkses pаdа 21 Oktober 2017 dаri reports.weforum.org
Bаdаn Perencаnааn Pembаngunаn Nаsionаl. 2016.
“Siаrаn Pers:Mencаpаi Pertumbuhаn Ekonomi 5,3% sertа Pengurаngаn TPT 5,- 5,6% dаn
Tingkаt Kemiskinаn 9,5-10,5% pаdа 201”,
diаkses pаdа 09 November 2017 dаri