TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi dan Morfologi Ikan Lele Dumbo
Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) berasal dari Benua Afrika dan
pertama kali didatangkan ke Indonesia pada tahun 1984. Jenis ikan lele ini termasuk hibrida dan pertumbuhan badannya cukup spektakuler baik panjang
tubuh maupun beratnya. Dibanding kerabat dekatnya ikan lele lokal (Clarias batrachus) lele dumbo memiliki pertumbuhan empat kali lebih cepat. Oleh sebab itu, ikan jenis ini dengan mudah menjadi populer di masyarakat
(Santoso,1994).
Ikan lele dumbo memiliki morfologi yang mirip dengan lele lokal.
Bentuk tubuh memanjang, agak bulat, kepala gepeng dan batok kepalanya keras, tidak bersisik dan berkulit licin, mulut besar, warna kulit badannya
terdapat bercak-bercak kelabu seperti jamur kulit manusia (panu). Ikan lele dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish (Puspowardoyo dan Djarijah, 2002).
Klasifikasi ikan lele dumbo (C. gariepinus) menurut Djatmika, dkk. (1986):
Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Pisces
Ordo : Ostariophysi Famili : Claridae Genus : Clarias
Ciri-ciri morfologis lele dumbo lainnya adalah sungutnya. Sungut
berada di sekitar mulut berjumlah delapan buah atau 4 pasang terdiri dari sungut nasal dua buah, sungut mandibular luar dua buah, mandibular dalam
dua buah, serta sungut maxilar dua buah. Ikan lele mengenal mangsanya dengan alat penciuman, lele dumbo juga dapat mengenal dan menemukan makanan dengan cara rabaan (tentakel) dengan menggerak-gerakan salah satu
sungutnya terutama mandibular (Santoso, 1994).
Lele dumbo mempunyai lima buah sirip yang terdiri dari sirip pasangan
(ganda) dan sirip tunggal. Sirip yang berpasangan adalah sirip dada (pectoral) dan sirip perut (ventral), sedangkan yang tunggal adalah sirip punggung (dorsal), ekor (caudal) serta sirip dubur (anal). Sirip dada ikan lele dumbo
dilengkapi dengan patil atau taji tidak beracun. Patil lele dumbo lebih pendek dan tumpul bila dibandingkan dengan lele lokal (Santoso, 1994).
Habitat Ikan Lele Dumbo
Lele dumbo asal Afrika ternyata sangat toleransi terhadap suhu air yang
cukup tinggi yaitu 20º – 35ºC, disamping itu lele dumbo dapat hidup pada kondisi lingkungan perairan yang jelek. Kondisi air dengan kandungan oksigen yang sangat minim lele dumbo masih dapat bertahan hidup, karena
lele dumbo memiliki alat pernafasan tambahan yang disebut organ arborescent. Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air, semua perairan tawar dapat menjadi lingkungan hidup atau habitat lele dumbo misalnya waduk, bendungan, danau, rawa, dan
menyukai air yang arusnya mengalir secara perlahan atau lambat. Aliran air
arus yang deras lele dumbo kurang menyukainya (Santoso, 1994).
Pemeliharaan Ikan Lele Dumbo
Memelihara lele dumbo bisa dilakukan di berbagai tempat. Ikan lele umumnya dipelihara di kolam. Kolam bisa dibuat dari bermacam-macam bahan bisa beton, terpal, bahkan bisa dipelihara di sawah penduduk. Kolam
beton bisa dibangun dengan syarat adanya lahan yang cukup. Ukuran kolam sebagai pedoman, setiap 1 m³ air dapat menampung 30 – 50 ekor lele
berukuran sekitar 10 cm. Bila kedalaman kolam 1 - 1,5 m, maka setiap 1 m² kolam dapat digunakan untuk memelihara paling sedikit 30 ekor lele. Dinding kolam sebaiknya dibuat tegak lurus, karena lele memiliki patil yang dapat
digunakan untuk merangkak dengan berpijak pada dinding yang agak miring. Dasar kolam sebaiknya dibuat agak miring ke arah pintu pengeluaran air, agar
pengeringan kolam tidak mengalami kesulitan (Puspowardoyo dan Djarijah, 2002).
Variasi Kolam bisa dilakukan dengan berbagai cara karena tidak adanya spesifikasi ukuran kolam yang baku. Bisa bervariasi, luas minimal 20 m² dan maksimal 70 m². Tinggi kolam antara 80 cm – 120 cm, kedalaman air
antara 70 – 110 cm. Bentuk kolam pun bisa bervariasi, bisa segiempat panjang atau pun bujursangkar, dan bundar. Saluran pemasukan air posisinya
sedikit di atas. Kolam dilengkapi dengan 2 atau 3 pembuangan yaitu pembuangan atas, tengah dan bawah. Lubang pembuangan atas untuk membuang kotoran dan fitoplankton yang berlebih atau tebal biasanya
berasal dari sisa-sisa pakan, kotoran ikan, maupun plankton yang mati. Air
diupayakan tidak terlalu bening agar lele merasa lebih nyaman (Puspowardoyo dan Djarijah, 2002).
Kebutuhan Pakan Ikan
Menurut Khairuman dan Amri (2001), bahwa kecepatan laju
pertumbuhan ikan sangat dipengaruhi oleh jenis dan kualitas pakan yang diberikan serla kondisi lingkungan. Apabila pakan yang diberikan berkualitas
baik secara jumlahnya mencukupi serta kondisi lingkungan mendukung dapat dipastikan laju pertumbuhan ikan akan menjadi lebih cepat sesuai yang diharapkan. Sebaliknya apabila jumlah pakan yang diberikan berkualitas jelek,
jumlah tidak mencukupi serta kondisi lingkungannya tidak mendukung dapat dipastikan pertumbuhan ikan akan terhambat. Oleh karena itu, untuk
meperoleh hasil yang optimal, maka pemberian pakan harus tepat dosis, artinya jumlah pakan yang diberikan harus dapat dikonsumsi ikan secara utuh
atau dapat habis (Cahyono, 2001).
Menurut Djajasewaka (1990), pakan yang dimakan oleh ikan selain mempunyai fungsi untuk memelihara kelangsungan hidup juga untuk
pertumbuhan. Untuk mencapai pertumbuhan optimal dari ikan, maka pakan yang diberikan harus mempunyai kualitas yang tinggi. Hal ini berarti pakan
yang diberikan tadi mengandung nutrisi dan kandungan energi yang sesuai untuk pertumbuhan ikan. Nutrisi yang dapat mendukung kelangsungan hidup dan pertumbuhan tersebut diantaranya seperti protein, lemak,
utama yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Berdasarkan pernyataan Suhenda,
dkk., (2003), pada benih ikan patin dengan 7,6 g/ekor menyatakan bahwa pakan yang mengandung protein 35%, karbohidrat 36% dan lemak 6%
memberikan pertumbuhan paling baik bagi benih.
Lele dumbo sering digolongkan pemakan segala (omnivora). Lele dumbo terkenal rakus, karena mempunyai ukuran mulut yang cukup lebar
hingga mampu menyantap makanan alami di dasar perairan dan buatan misalnya pellet. Makanan berupa bangkai seperti ayam, bebek, angsa, burung,
bangkai unggas lainnya dilahapnya hingga tulang belulangnya. Lele dumbo juga dikenal sebagai pemakan bangkai atau scavenger. Di kolam budidaya, lele dumbo mau menerima segala jenis makanan yang diberikan (Santoso,
1994).
Menurut SNI (2006), kandungan nutrisi dalam pakan ikan lele dumbo
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Syarat Mutu Pakan Ikan Lele Dumbo
No. Jenis Uji menjadi bentuk khusus sesuai yang dikehendaki, misalnya pelet, tepung,
selain harus mempunyai nilai gizi tinggi juga harus memenuhi syarat
pencernaan dan selera ikan (Mudjiman, 1987).
Enzim
Reaksi kimia yang terjadi dalam sistem biologis selalu melibatkan katalis. Katalis ini dikenal sebagai katalis biologis (biokatalisator) berupa protein yang sangat spesifik yang disebut enzim (Winarno, 1986), merupakan katalis yang
sedang dikembangkan dalam industri kimia. Pengembangan katalis biologis ditujukan untuk mengurangi konsumsi energi proses serta menghilangkan
terikutnya senyawa-senyawa pengotor dalam produk suatu proses. Katalis ini digunakan sebagai alternatif katalis anorganik seperti natrium, kalium atau kalsium hidroksida.
Kata enzim diperkenalkan oleh Kuhne pada tahun 1878 untuk suatu zat yang bekerja pada suatu substrat. Kata enzim berasal dari bahasa Yunani yang
berarti di dalam sel. Enzim merupakan protein yang mempunyai daya katalitik karena aktivitas spesifiknya (Dixon, 1979). Enzim secara biokimia merupakan
suatu kelompok protein yang berperan sangat penting dalam proses aktivitas biologis. Tugasnya sebagai katalisator di dalam sel dan bersifat khas. Kerja enzim umumnya mempercepat reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi
(Lehninger, 1993).
Protein yang mempunyai fungsi sebagai enzim adalah bentuk tersier.
Pada struktur tersier mempunyai sisi katalitik yang merupakan sisi pengikatan enzim dengan substrat membentuk komplek. Tempat pengikatan enzim adalh spesifik untuk substrat terten-tu. Efektivitas katalitik suatu enzim didapat dari
katalitik dapat berupa gugus karbonil, gugus amida, gugus hidroksil dan lain
se-bagainya (Goldstein, 1996).
Aktivitas dari enzim dalam mengkatalis reaksi dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya adalah: 1. Konsentrasi enzim
Pada suatu konsentrasi substrat tertentu kecepatan reaksi enzimatis
bertambah pada saat ber-tambahnya konsentrasi enzim. 2. Konsentrasi substrat
Pada saat konsentrasi enzim konstan ber-tambahnya konsentrasi substrat meningkatkan ke-cepatan reaksi enzimatis. Pada konsentrasi tertentu tidak terjadi peningkatan kecepatan reaksi walau-pun konsentrasi substrat
ditambah. 3. Suhu
Pada suhu rendah reaksi kimia berlangsung lam-bat, pada suhu tinggi secara umum reaksi kimia berlangsung cepat. Pada suhu optimum kecepatan
reaksi enzimatis adalah maksimum. Pada suhu melewati suhu optimumnya dapat menyebabkan terjadinya denaturasi enzim sehingga menurunkan kecepatan reaksi.
4. Derajad Keasaman (pH)
Struktur enzim dipengaruhi oleh pH lingkungannya. Enzim dapat
Keberadaan inhibitor akan menurunkan kecepatan reaksi enzimatis.
Inhibitor dapat membentuk kom-pleks dengan enzim baik pada sisi aktiv enzim maupun bagian lain dari sisi aktiv enzim. Ter-bentuknya komplek
enzim inhibitor akan menurunkan aktivitas enzim terhadap substratnya. (Poedjiadi, 1994).
Macam – Macam Enzim dan Fungsinya
1. Berdasarkan tempat enzim bekerja
Endoenzim (enzim intraseluler) merupakan enzim yang bekerja di dalam sel.
Eksoenzim (enzim ekstraseluler) merupakan enzim yang bekerja di luar sel.
2. Berdasarkan cara terbentuknya
Enzim konstitutif yaitu enzim yang jumlahnya dipengaruhi oleh kadar
molekul awalnya (substrat). Contohnya adalah enzim amilase yang terdapat pada saliva.
Enzim adaptif yaitu enzim yang pembentukannya distimulasi oleh adanya
substrat, misalnya enzim β-galaktosidase yang dihasilkan oleh bakteri E.coli
yang ditumbuhkan di dalam medium yang mengandung laktosa 3. Berdasarkan proses metabolismenya
Enzim katalase merupakan enzim yang bersifat antioksidan pada makhluk
hidup akibat fungsinya yang membantu mengubah hidrogen peroksida (H2O2) yang berasal dari respirasi (pernafasan) menjadi air (H2O) dan
Enzim oksidase merupakan enzim yang fungsinya untuk mempercepat
penggabungan ikatan oksigen (O2) pada substrat tertentu yang spesifik dengan mengkatalisis transfer elektron, dan pada waktu yang bersamaan,
oksigen tersebut juga direduksikan menjadi air (H2O)
Enzim karbosilase merupakan enzim yang fungsinya untuk mengubah asam
organik dengan cara bolak balik. Seperti enzim karbosilase piruvat yang
mengkatalisis proses karboksilasi asam piruvat menjadi oksaloasetat. Pada keadaan kekurangan oksigen pada tubuh, asam piruvat dipecah secara
anaerob menghasilkan asam laktat pada manusia dan hewan, menjadi etanol pada tumbuhan. Penumpukan asam laktat ini akan menyebabkan terjadinya keletihan atau kelelahan yang bermakna pada seseorang.
Enzim hidrase merupakan enzim yang fungsinya untuk menambah atau
mengurangi air (H2O) dari senyawa spesifik tertentu, dengan tidak
menyebabkan terurainya senyawa tersebut. Contoh enzim hidrase seperti akonitase, enolase, dan fumarase
Enzim dehidrogenase merupakan enzim yang fungsinya memindahkan
hidrogen dari suata molekul/zat ke zat lainnya. Dengan begitu, enzim ini dapat membantu untuk melangsungkan proses oksidasi didalam sel-sel
hidup.
Enzim desmolase merupakan enzim oksidase dan reduktase yang fungsinya
Enzim transphoforilase merupakan enzim yang fungsinya memindahkan
H3PO4 dari suatu molekul/zat ke molekul lainnya dibantu oleh ion magnesium (Mg2+).
Enzim peroksida merupakan enzim oksireduktase yang terdiri atas protein
heme yang terdapat pada organisme prokariotik dan eukariotik. Fungsinya mengkatalisis proses oksidase substrat organik dengan H2O2, dan
mereduksinya menjadi H2O.
4. Berdasarkan proses reaksi yang dikatalisis
a. Karbohidrase
Enzim karbohidrase adalah enzim-enzim yang mengkatalisis pemecahan karbohidrat. Enzim ini terutama terdapat disaliva (air ludah) dan usus halus.
Contoh dari enzim ini adalah enzim selulose, amilase, pektinase, maltose, sukrose, laktose.
b. Esterase
Enzim esterase merupakan sebuah enzim yang fungsinya mengkatalisis
pemecahan rantai ester, terutama yang ditemukan di dalam asam nukleat dan juga lipid (lemak). Contoh dari enzim esterase adalah enzim lipase, dan fosfatase.
c. Protease
Enzim protease disebut juga dengan proteinase, proteolitik atau peptidase.
Merupakan enzim-enzim yang mengkatalisis pemecahan rantai protein didalam tubuh, sehingga protein yang masuk melalui makanan dapat menjadi molekul yang lebih sederhana diserap kedalam pembuluh darah dan dibawa ke sirkulasi
(protease) yang mampu mengurai dan memecah protein, sehingga protein dapat
dicerna oleh tubuh. Enzim protease ini terutama terdapat di lambung dan di usus halus. Contoh dari enzim ini adalah enzim pepsin, renin, tripsin,
enterokinase, peptidase, dan gelatinase (http://www.softilmu.com/).
Enzim Papain
Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman yang berasal dari
Amerika tropis. Buah pepaya tergolong buah yang popular dan digemari oleh hampir seluruh penduduk penghuni bumi ini. Batang, daun, dan buah pepaya
muda mengandung getah berwarna putih. Getah ini mengandung suatu enzim pemecah protein atau enzim proteolitik yang disebut papain (Moehd, 1999).
Hampir semua bagian tanaman pepaya dapat dimanfaatkan, mulai dari
daun, batang, akar, maupun buah. Getah pepaya yang paling banyak terkandung didalam buah pepaya jenis pepaya Bangkok. Getah pepaya yang
sering disebut sebagai papain dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan, antara lain: penjernih bir, pengempuk daging, bahan baku industri
penyamak kulit, serta digunakan dalam industri farmasi dan kosmetika (kecantikan). Papain merupakan enzim proteolitik, yaitu enzim yang dapat mengurai dan memecah protein yang ada.
Papain adalah suatu zat (enzim) yang dapat diperoleh dari getah tanaman pepaya dan buah pepaya muda. Getah pepaya tersebut terdapat hampir di semua
bagian tanaman pepaya, kecuali bagian akar dan biji. Kandungan papain paling banyak terdapat dalam buah pepaya yang masih muda. Getah pepaya (papain) cukup banyak mengandung enzim yang bersifat proteolitik (pengurai
oleh para pengusaha industri maupun ibu-ibu rumah tangga untuk mengolah
berbagai macam produk (Warisno, 2003).
Papain merupakan enzim proteolitik hasil isolasi dari penyadapan getah
buah pepaya (Carica papaya L.). Getah pepaya mengandung sebanyak 10% papain, 45% kimopapain dan lisozim sebesar 20% (Winarno, 1995).
Sebagai enzim proteolitik, papain memiliki nilai ekonomi tinggi dan
banyak digunakan dalam industri besar. Meskipun telah diketahui ada beberapa enzim protease yang dihasilkan dari tanaman lain, ternyata papain
merupakan enzim yang paling banyak dan paling sering digunakan. Oleh karenanya, potensi pasar papain dalam perdagangan dunia masih cukup besar (Moehd, 1999).
Manfaat Enzim Papain
1. Sebagai pengempuk daging
Proses pengempukan daging dengan menggunakan enzim papain akan
terjadi perubahan-perubahan yaitu berupa hancurnya sarkolema, akibatnya daging menjadi lunak (Price, 1971).
Penyebaran enzim tergantung pada waktu, suhu, dan konsentrasi enzim.
Lamanya pemberian enzim papain pada daging sapi umumnya berkisar 30 – 80 menit (Schwimmer, 1981).
2. Dalam Pembuatan Keju Cottage
jam. Keju cottage yang dihasilkan berwarna putih gading dan memiliki rasa dan
aroma yang asam (Geantaresa dan Supriyanti, 2010).
3. Melunakkan bahan pakan ternak (jagung, kacang hijau, dedak, pollard, kopra
dan lain-lain).
4. Enzim protease salah satu enzim yang bekerja meningkatkan kandungan protein.
5. Melenyapkan bekas kulit yang terbakar karena kuali panas, knalpot motor, tersiram air panas, terpercik minyak makan yang panas, kulit yang melepuh
dan lain-lain.
6. Digunakan pada industri penyamakan kulit, digunakan untuk melembutkan kulit.