• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keluarga Dasar Pendidikan Seks Anak Usia (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Keluarga Dasar Pendidikan Seks Anak Usia (1)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Keluarga : Dasar Pendidikan Seks Anak Usia Dini

Oleh : Laila Nursaliha(1)

Memperbincangkan pendidikan seks terutama pada masa usia dini masih menyodorkan berbagai persoalan kompleks. Pengamat Budaya dan Komunikasi Universitas Indonesia Devie Rahmawati mengatakan, kesadaran masyarakat tentang diri, tubuh dan hak untuk dilindungi dari kejahatan seksual sangat lemah di Indonesia. Pasalnya, seks menjadi hal yang tabu sehingga membuat pendidikan seks menjadi tertutup(2).Kurangnya pendidikan seks terhadap anak baik di

keluarga maupun di sekolah menyebabkan mereka kerap menjadi korban pelecehan seksual.Lebih dari itu, sekolah tidak mendukung para korban pelecehan.Beberapa sekolah malah menghentikan pendidikan korban. Alasannya, untuk menjaga nama baik sekolah dan mengecap korban tak bermoral(3).

Semua itu mengindikasikan bahwa kesadaran untuk memberikan pendidikan seks di Indonesia masih rendah. Terutama di sekolah, yang sulit untuk menerapkan pendidikan seks dicurigai sebagai kegiatan kontraproduktif dan mengarah pada pornografi(4).Sekolah merasa tidak memiliki kewajiban untuk

memberikan pendidikan tentang seks.Walaupun diajarkan, sistem sosial masyarakat belum mengizinkan untuk menjelaskan pendidikan seks yang lebih jauh karena pendidikan seks masih dianggap tabu di kalangan masyarakat Indonesia.

(1)Penulis merupakan mahasiswa jurusan Teknologi Pendidikan, angkatan 2012

(2)

http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/13/04/25/mlsmll-pendidikan-seksual-di-indonesia-lemah

(3)

http://www.metrotvnews.com/lifestyle/read/2013/04/10/917/145494/Ketua-KPAI-Pendidikan-Seks-Justru-Lindungi-Anak-anak

(4)

(2)

Mengapa paradigmapendidikan seks lebih mengarah kepada hal-hal yang berbau pornografi dan hubungan antara laki-laki dan perempuan?Salah satu sebabnya adalah istilah seks yang beredar di masyarakat sudah menyempit maknanya menjadi hal yang sebatas hubungan laki-laki dan perempuan.Boleh jadi ini mungkin tidak adanya penjelasan menyeluruh dan cenderung mengabaikan mengenai pendidikan seks itu sendiri baik di lingkungan keluarga, sekolah, ataupun masyarakat.

Pendidikan Seks

Sebelum membahas pendidikan seks diperlukan pemahaman mengenai pengertian seks sebagai rujukan awal.Selama ini memang sering terlontar istilah seks dalam berbagai media, tetapi istilah seks sering disalahartikan, atau setidaknya sering diidentikkan dengan suatu perbuatan yang mengarah kepada hal-hal yang berbau pornografi. Kesalahpahaman inilah yang sering menyebabkan sejumlah orang menjadi tabu untuk membicarakan persoalan seks atau menjadi salah pengajaran.

Dalam bahasa Inggris,sex memiliki arti jenis kelamin. J.S Tukan melalui(Suraji, 2008) mengartikan bahwa seks merupakan konsekuensi dari jenis kelamin(5).Konsekuensi ini berkait kepada fungsi atau tugas peranan manusia

didasarkan kepada hal tersebut.Sehingga aktivitas yang berkaitan dengan seks merupakan tanggungjawab perilaku yang dimiliki oleh jenis kelamin yang dimilikinya.Sedangkan menurut pendapat Mugi kasim dalam (Suraji, 2008) mengartikan seks sebagai sumber rangsangan baik dari dalam maupun dari luar yang mempengaruhi tingkah laku syahwat, yang bersifat kodrati.

Dari berbagai definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa seks merupakan suatu tanggungjawab pribadi untuk memahami berbagai macam organ yang dimiliki seseorang berdasarkan jenis seksnya. Hal itu mencakup organ-organ reproduksi yang membedakan antara laki-laki dan perempuan, hormon yang ada, hingga proses kehamilan dan kelahiran. Definisi tersebut sudah menyangkal

(3)

bahwa seks bukan hanya pelajaran mengenai hubungan antara lawan jenis semata yang nantinya akan berdampak pada timbulnya penyakit menular seksual dan berbagai pencegahan yang perlu dilakukan.

Dr. Mary Calderone melalui (Wuryani, 2008) mendefinisikan pendidikan seks sebagai Pelajaran untuk menguatkan kehidupan keluarga, untuk menumbuhkan pemahaman diri dan hormat terhadap diri, untuk mengembangkan kemampuan hubungan manusiawi yang sehat, untuk membangun tanggung jawab seksual dan sosial; untuk mempertinggi masa perkenalan yang bertanggungjawab, perkawinan yang bertanggungjawab, dan orangtua yang bertanggungjawab(6).

Pendidikan seks tidak hanya berkutat kepada pendidikan untuk melakukan hubungan intim antara laki-laki dan perempuan. Tetapi juga diajarkan bagaimana menghargai dan menjaga martabat diri sendiri dan orang lain. Pendidikan seks dijadikan sebagai langkah awal sebagai pemahaman konsep diri dan menanamkan tanggung jawab sejak dini kepada anak.

Menepis berbagai mitos seks yang beredar di masyarakat, maka pendidikan seks mempunyai tujuan untuk memberikan informasi dan penerangan yang jelas mengenai seks, hubungan antara laki-laki dan perempuan, dan aktivitas seksual yang diizinkan dalam masyarakat. Ada pula tujuan lain yaitu selain mencegah melakukan seksual semenjak dini, akan membantu menanamkan atau mendidik anak secara moral. Tentang penjagaan diri, dan manusia lain.

Pendidikan Seks pada Anak Usia Dini

Bukan hanya pendidikan formal dan perkembangan kognitif yang menjadi sasaran utama harus dilakukan dari usia dini. Tetapi, pendidikan seks juga harus dilakukan dilaksanakan semenjak usia dini. Seperti halnya Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Arist Merdeka Sirait mendukung pendidikan seks di usia dini. Menurutnya, pendidikan tersebut dapat membantu anak-anak melindungi diri dan tubuhnya dari kejahatan seksual(7).

(6)Sri Esti Wuryani, Pendidikan Seks Keluarga (Jakarta : Indeks, 2008), hlm. 4

(7)

(4)

Menurut tinjauan psikoseksual Sigmund Freud, anak sudah memiliki perkembangan aktivitas seksual yang terdiri atas tahap oral atau kenikmatan terletak pada saat anak mengemut puting ibunya (0-1 tahun), tahap anal atau masa pengenalan kamar mandi (1 tahun - 3 tahun), tahapphallic yaitu tahapgenital menjadi zona erogen (3 tahun 5 tahun) , latent (5 sampai masa pubertas), dan genitalatau tahap pembaruan minat seksualnya dan adanya objek pelampiasan seksual (masa pubertas dan seterusnya).

Pemberian pendidikan seks pada anak usia dini tidak perlu dilakukan secara serius dan mendalam. Pendidikan seks yang diberikan pada anak usia dini meliputi pengenalan organ-organ genital yang ada pada tubuhnya, pada jenis yang lain, bagian yang harus ditutupi dan tidak boleh diperlihatkan atau melihat organ tersebut pada orang lain, penanaman rasa malu, bagian yang tidak boleh disentuh orang, dan hal yang mesti dilakukan sesuai dengan jenis kelaminnya.

Banyak kesalahan pendidikan seks terjadi selama ini. Seperti sebagian besar orangtua menutupi istilah-istilah organ reproduksi seperti penis(8) diganti dengan istilah burung . Kemudian dalam menerangkan asal-usul bayi, banyak orangtua yang hanya memberikan penjelasan bahwa membuat bayi seperti membuat kue dengan adonannya yang berasal dari tepung, telur, dan berbagai bahan lainnya.Terlebih lagi, keputusan orangtua yang menganggap tidak perlunya pendidikan seks untuk anak-anaknya karena dipandang anak akan memperoleh dengan sendirinya atau melalui sekolahnya.

Kesalahan pendidikan seks pada anak usia dini ini digambarkan secara gamblang dalam cerpen Putu Wijaya yang berjudul MMK(9). Dalam cerpen

tersebut diceritakan bahwa orangtua memandang keingintahuan anak mengenai seks sebagai hal yang tercela ditambah dengan pemberian penjelasan yang bersifat konotatif kepada anak.Ketika anak bertanya kepada gurunya pun tidak bisa menerangkan secara lugas dan wajar.

(8)Istilah biologi untuk penamaan alat kelamin laki-laki

(5)

Semua itu mengindikasikan bahwa masih banyak kesalahan metode dalam menyampaikan pendidikan seks. Metode penyampaian dalam pendidikan seks pada anak usia dini seharusnya memperhatikan aspek-aspek seperti kejujuran, kelugasan, dan kewajaran pemberian nama. Kejujuran diperlukan dalam pemberian nama yang wajar seperti pada kasus diatas nama penisdiubah menjadi burung , jika hal ini dibiarkan terjadi, maka akan terjadi suatu kesalahan persepsi bagi anak hingga nanti dewasa. Kelugasan diperlukan dalam penyampaian informasi seperti lugas dalam penyampaian asal-usul bayi dan proses terlahirnya bayi melalui alat kelamin perempuan.

Pendidikan seks yang diberikan kepada anak usia dini memang mengundang banyak kekhawatiran yang berasal dari keluarga, dan masyarakat. Tetapi, ketika anak sudah tahu tentang sesuatu yang tidak boleh dilakukan, dilihat, atau dipertontonkannya maka secara otomatis anak akan memberikan suatu rambu-rambu kepada dirinya untuk tidak melakukan hal tersebut. Misalnya ketika anak tidak boleh melihat orang berbaju telanjang, maka secara otomatis anak akan membentengi atau mencegah dirinya untuk melakukan hal yang dilarang tersebut.

Peran Keluarga dalam Pendidikan Seks

Peran keluarga penting dalam pembentukan dasar pendidikan seks. Beberapa hal yang perlu dilakukan keluarga adalah memberikan contoh keteladanan kepada anggota keluarga yang lainnya karena pendidikan seks yang baik dimulai dari sikap-sikap kita sendiri, ketepatan dalam memberikan informasi, dan mengajar dalam suasana yang bertanggungjawab(10).

Ada beberapa sikap dan tindakan yang dilakukan oleh keluarga yaitu memisahkan tempat tidur(11). Anak harus dipisahkan tempat tidur dari orangtuanya

pada usia 7 tahun. Bahkan sebelum usia tujuh tahun pun sudah bisa dianjurkan

(10)Sri Esti Wuryani, Pendidikan Seks keluarga (Jakarta : Indeks, 2008), hlm. 8.

(11)"Suruhlah anak kamu menunaikan solat apabila berusia tujuh tahun dan pukul mereka apabila

(6)

untuk dipisah. Pada usia tersebut anak laki-laki dan perempuan sudah harus tidur di ranjang yang terpisah, kalaupun ada anak laki-laki yang dipisah tempat tidurnya maka tidak dengan satu selimut.

Upaya yang selanjutnya adalah menutup aurat(12) anak. Melalui

memberikan pakaian yang menutup aurat sesuai dengan yang diperintahkan oleh agama. Anak tidak kesulitan untuk menutupauratnya. Kemudian memperlakukan anak untuk berperilaku wajar di depan anaknya. Seperti memberikan ciuman pada anak di tempat yang semestinya misalnya di kening tidak memberikannya di bibir, tidak berlaku romantis di hadapan anak-anaknya karena dikhawatirkan anak akan mencontoh perilaku yang dilakukan oleh Bapak dan ibunya.

Membiasakan anak untuk mengetuk kamar orangtuanya sebelum memasuki kamar orangtua merupakan salah satu adab untuk memasuki kamar orangtua.Selain sebagai adab, hal ini juga telah mengajarkan kepada anak mengenai hal-hal yang boleh dan tidakboleh dilihat anak-anak yang dilakukan oleh orangtuanya.Peranan yang tidak kalah penting adalah memberikan jawaban dan penerangan yang lugas apabila anak bertanya mengenai organ-organ reproduksi yang ada pada dirinya. Apabila anak bertanya mengenai nama dan fungsi alat kealaminnya maka jawablah dengan jawaban normal bahwa alat kelamin (perempuan) bernama vagina dan berfungsi sebagai saluran kencing dan tempat untuk keluarnya bayi.

Dasar pendidikan seks memang sepatutnya didapatkan oleh anak dari keluarga.Karena anak pertama kali berkomunikasi dan berinteraksi dengan keluarganya, sehingga keluarga tahu seberapa jauh kematangan anak untuk diberikan pendidikan seks.Mulai dari keluarga sebaiknya dibangun sifat ketidaktabuan dan keterbukaan mengenai rasa ingin tahu anak mengenai seks.

(12) Aurat berasal dari bahasa Arab yang berarti tercela apabila terlihat. Dalam istilah Islam, ada

(7)

Dikhawatirkan anak akan mendapatkan informasi yang salah mengenai hal tersebut apabila tidak diajarkan atau diberitahu semenjak dini.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil perhitungan untuk reliabilitas komposit dari model penelitian skenario campuran keenam, didapatkan bahwa semua variabel yang digunakan telah

BAGI YANG MASIH TERDAPAT KETIDAKSESUAIAN DATA, SILAHKAN HUBUNGI ADMIN REPORT CENTER.. PENGUMUMAN DAN PENETAPAN JUARA DILAKUKAN PADA TANGGAL

Persentase Buta Huruf Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kabupaten / Kota dan Jenis Kelamin 2011 Percentage Illiteracy of Population Aged 15 Years and over by

Aplikasi dosis Control Release Fertilizer 3 butir per lubang tanam menunjukkan pertumbuhan dan kualitas benih tebu lebih unggul terhadap berbagai parameter tanaman

1) Lahirnya Undang-Undang Hak Tanggungan No 4 tahun 1996 telah memperjelas bahwa parate eksekusi tak perlu lagi melalui pengadilan negeri, tetapi dapat dilakukan

kerugian yang terjadi pada portofolio yang dimiliki oleh bank akibat adanya pergerakan variabel pasar ( adverse movement ) berupa suku bunga dan nilai tukar. Risiko jenis ini

Kolesterol merupakan precursor semua senyawa steroid dalam tubuh seperti hormone seks, asam empedu, vitamin D, serta senyawa lipoprotein bahan penyusun sel yang

Berdasarkan analisis SWOT-Kuantitatif telah dikemukakan penilaian terhadap kondisi saat ini atas kekuatan, kelemahan ancaman dan potensi pengembangan agroindustri halal yang