• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN AIR LIMBAH DIKAWASAN KUMUH (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGELOLAAN AIR LIMBAH DIKAWASAN KUMUH (1)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

MAGISTER TEKNIK SANITASI LINGKUNGAN

SURABAYA

2016

OLEH :

NAMA : ADITYA NOOR RAKHMAD

NRP :3315 202 004

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.rer.reg.

PENGELOLAAN

AIR LIMBAH DIKAWASAN KUMUH DITINJAU DARI SEGI

ALTERNATIF SISTEM PENGOLAHAN

Studi Kasus di Kelurahan Benteng, Kecamatan Nusaniwe, Ambon

(2)

1. Latar Belakang

Penurunan (Degradasi) kualitas lingkungan secara luar biasa akhir - akhir ini akan

menyebabkan menurunnya tingkat kesehatan, keadaan sosial dan tingkat ekonomi masyarakat.

Keadaan ini diperparah dengan rendahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang

perilaku hidup bersih dan sehat. Pengelolaan air limbah domestik dapat ditangani melalui

sistem setempat (on site) dan melalui sistem terpusat (off site). Di kawasan pesisir pengelolaan

air limbah domestik ditangani melalui sistem terpusat, yaitu dengan cara mengalirkan air limbah

dari rumah-rumah ke jaringan perpipaan yang telah dibangun oleh Pemerintah.

Berdasarkan RPJMN III bidang cipta karya hingga akhir 2019 pemerintah

mencanangkan program 100 0 100 yaitu program pemenuhan 100 % akses air bersih, 0 %

pemukiman kumuh dan 100 % pemenuhan akses air limbah. Dalam lampiran UU No.17

Tahun 2007 tentang RPJPN 2005 – 2025 juga disebutkan arahan yang jelas tentang

permukiman kumuh yaitu terpenuhi kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan

sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat yang didukung oleh sistem pembiayaan

perumahan jangka panjang yang berkelanjutan, efisien dan akuntabel untuk mewujudkan kota

tanpa permukiman kumuh. Salah satu kota dengan permukiman kumuh ada di kawasan

Benteng, kecamatan Nusaniwe Kota Ambon. Diperlukan penanganan yang diharapkan akan

memperbaiki kualitas lingkungan disana.

2. Studi Kasus

Kawasan kumuh di Kota Ambon terpusat pada permukiman padat yang umumnya di

perkotaan, dan beberapa terdapat pula di perdesaan. Berdasarkan Keputusan Walikota Ambon

Nomor 1653 Tahun 2014, kawasan kumuh di Kota Ambon terdapat di beberapa wilayah yang

dapat dilihat pada tabel berikut.

Kawasan Kumuh di Kota Ambon

Kecamatan Kelurahan

Nusaniwe Waihaong

Silale

Wainitu

Kudamati (Bantaran Air

Putri)

Benteng (Pantai)

Sirimau Desa Batu Merah

(3)

Honipopu

Sumber: Buku Putih Sanitasi Kota Ambon, 2012

Pemerintah Kota Ambon telah menetapkan kawasan Benteng menjadi kawasan kumuh

kota, sehingga perbaikan sarana baik jalan, air bersih, air limbah, drainase dan persampahan di

daerah benteng akan mendapat prioritas untuk pembangunan. Salah satunya adalah

pembangunan sarana pengolahan air limbah domestik. Kondisi saat ini di daerah benteng,

pembuangan air limbah rumah tangga yang dari kamar mandi dan dapur (grey water) langsung

dibuang melalui saluran drainase yang ada disekitar rumah sedangkan yang berasal dari kloset

(WC) diarahkan ke septictank yang ada. Hal ini secara teknis kurang sehat karena jarak antara

septictank dengan sumur gali yang relatif dekat, padahal sebagian masyarakat masih

menggunakan air sumur gali tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Masyarakat di lokasi perencanaan semuanya telah memiliki kamar mandi maupun

jamban sendiri - sendiri, tidak ada MCK Umum di dalam kawasan Benteng. Hal ini sudah

cukup bagus karena menandakan bahwa masyarakat sudah mengetahui arti pentingnya sanitasi

buat kesehatan mereka. Namun yang sangat disayangkan adalah pembuangan air limbah dari

kamar mandi dan dapur karena langsung dialirkan menuju selokan di samping atau depan

rumah. Hal ini menyebabkan saluran drainase yang seharusnya diperuntukkan untuk saluran

air hujan menjadi kotor dan menghitam. Sehingga mengakibatkan penyumbatan-penyumbatan

pada saluran tersebut. Yang pada gilirannya nanti pada musim penghujan akan menimbulkan

banjir.

Kondisi tidak jauh berbeda adalah badan air penerima yang muaranya langsung ke

Teluk Ambon, selain warnanya menghitam pada saluran tersebut banyak sampah hasil buangan

masyarakat. Kondisi ini sangat mengganggu secara estetika maupun secara kesehatan,

masyarakat akan rentan terhadap penyakit diare dan malaria. Apalagi ditunjang oleh lokasi

kawasan Benteng yang berada di hilir badan air yang akan menuju ke Teluk Ambon, maka hasil

buangan penduduk yang berada di hulu akan semakin memperparah keadaan di kawasan

(4)

3. Tinjauan Pustaka

Sistem Sanitasi di Indonesia

Pengelolaan air limbah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 16/2005 tentang

pengembangan sistem air minum. Mengacu dari berbagai referensi, sistem pengelolaan air

limbah dapat dikelompokkan (Soedjono dkk, 2010):

a. Sistem setempat, air limbah (black dan grey water) langsung di olah setempat.

b. Sistem terpusat, di mana air limbah dialirkan melalui perpipaan ke instalasi pengolahan air

limbah (IPAL).

c. Hibrida, merupakan modifikasi dari kedua sistem.

Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (Keputusan Menteri Kimpraswil No.

534/KPTS/M/2001), pemilihan sistem setempat atau sistem terpusat didasarkan pada jenis

kota, kepadatan penduduk, dan tinggi muka air tanah:

1. Sistem setempat lebih diarahkan untuk kota sedang kecil dengan kepadatan rata-rata <=

200 jiwa/ha,dengan taraf muka air tanah > 2 m, dan potensi cost recovery yang belum

mendukung untuk sistem perpipaan.

2. Sistem terpusat lebih diarahkan untuk kota metro besar dengan kepadatan rata-rata >=

200 jiwa/ha, taraf muka air tanah < 2 m, dan potensi pemulihan biaya belum mendukung

untuk sistem perpipaan (perlu studi kelayakan).

Keuntungan dan kelebihan sistem setempat dan sistem terpusat, antara lain:

Tabel Keuntungan dan Kelebihan Sistem Setempat dan Sistem Terpusat

Sistem Setempat Sistem Terpusat

Keuntungan:

a. Menggunakan teknologi sederhana. b. Memerlukan biaya yang rendah. c. Masyarakat dan tiap-tiap keluarga

dapat menyediakan sendiri. d. Pengoperasian dan pemeliharaan

oleh masyarakat.

e. Pengoperasian dan pemeliharaan oleh masyarakat.

f. Manfaat dapat dirasakan secara langsung.

Keuntungan:

a. Menyediakan pelayanan yang terbaik.

b. Sesuai untuk daerah dengan kepadatan tinggi.

c. Pencemaran terhadap air tanah dan badan air dapat dihindari. d. Memiliki masa guna lebih lama. e. Dapat menampung semua limbah

Kerugian:

a. Tidak dapat diterapkan pada daerah, misalnya sifat permeabilitas tanah, tingkat kepadatan.

b. Fungsi terbatas hanya dari buangan

Kerugian:

a. Memerlukan biaya investasi, operasi, dan pemeliharaan yang tinggi.

(5)

kotoran manusia, tidak melayani air limbah kamar mandir dan air bekas cucian.

c. Operasi dan pemeliharaan sulit dilaksanakan.

c. Manfaat secara penuh diperoleh setelah selesai jangka panjang.

d. Waktu yang lama dalam

perencanaan dan pelaksanaan. e. Perlu pengelolaan, operasional,

dan pemeliharaan yang baik. (Sumber: Nurhidayat, 2009)

Pemilihan Teknologi Sanitasi

Teknologi yang biasanya digunakan adalah cubluk dan tangki septik. Ada beberapa

faktor yang mempengaruhi pemilihan teknologi untuk sanitasi, yaitu:

1. Kepadatan penduduk yang berhubungan dengan ketersediaan atau tidaknya lahan yang

cukup untuk membangun sistem pengolahan limbah.

2. Sumber air, untuk kondisi dimana ketersediaan air kurang, teknologi pembuangan limbah

setempat lebih cocok diterapkan dibandingkan menggunakan sistem pembuangan limbah

terpusat.

3. Keadaan topografi tanah.

4. Kemampuan membangun yang berhubungan dengan perencanaan dan pemilihan

teknologi.

5. Kondisi sosial ekonomi masyarakat; Penekanannya lebih kepada status ekonomi

masyarakat setempat, yang berkaitan kepada penyelenggaraan operasional dan

pemeliharaan sarana tersebut.

a. Teknologi Cubluk

Cubluk merupakan ruangan yang berfungsi menampung dan mengolah air limbah

domestik yang memiliki dua tipe, yaitu cubluk tunggal dan cubluk kembar.

i. Cubluk tunggal, terdiri dari satu lubang, harga murah dan ditempatkan pada daerah

kepadatan sedang dan rendah serta muka air tanah rendah. Gambar cubluk tunggal

pada Gambar berikut.

(6)

ii. Cubluk kembar, terdiri dari dua lubang yang digunakan bergantian untuk menerima

limbah yang dibilas dari jamban leher angsa. Biayanya lebih murah dari tangki septik,

konstruksi ditempatkan pada jarak tertentu dari sumur untuk menghindari

pencemaran. Dapat digunakan untuk 5 KK. Gambar cubluk kembar pada Gambar

berikut

Cubluk Kembar (Wardani, 2012)

b. Teknologi Tangki Septik

Tangki septik berfungsi untuk mengolah air limbah domestik dengan memanfaatkan

proses biologis melalui pemisahan padatan dari cairan dimana padatan tersebut akan secara

anaerobik terdekomposisi sementara airnya akan dialirkan ke sistem pembuangan. Tangki

septik konvensional yang dilengkapi dengan sistem resapan merupakan metode yang paling

umum untuk pengolahan air limbah rumah tangga dari perumahan yang tidak tersambung

dengan sistem perpipaan air buangan (WSP, 2011).

Tangki Septik (WSP, 2011).

Aplikasi tangki septik konvensional, antara lain (WSP, 2011):

1. Cocok untuk jamban pribadi atau jamban bersama

2. Hanya mengolah black water, kecuali telah dilakukan pengolahan pendahuluan pada grey

water.

3. Tidak boleh di daerah muka air tanah tinggi.

4. Tidak boleh diterapkan di daerah padat penduduk.

5. Harus memiliki akses pengurasan.

(7)

c. Teknologi Anaerobic Baffled Reactor (ABR)

Anaerobic Baffled Reactor (ABR) adalah salah satu reaktor hasil modifikasi septic tank

dengan penambahan sekat-sekat. ABR merupakan bioreaktor anaerob yang memiliki

kompartemen-kompartemen yang dibatasi oleh sekat-sekat vertical (Bachman, et.al).

Teknologi sanitasi ini dirancang menggunakan beberapa baffle vertikal yang akan memaksa

air limbah mengalir keatas melalui media lumpur aktif. Pada ABR ini terdapat tiga zone

operasional: asidifikasi, fermentasi, dan buffer. Zone asidifikasi terjadi pada kompartemen

pertama dimana nilai pH akan menurun karena terbentuknya asam lemak volatil dan

setelahnya akan meningkat lagi karena meningkat- nya kapasitas buffer. Zona buffer

digunakan untuk menjaga agar proses berjalan dengan baik. Gas methan dihasilkan pada

zona fermentasi (WSP, 2011).

Anaerobic Baffled Reactor (ABR) (WSP, 2011 ).

Aplikasi Anaerobic Baffled Reactor (ABR), antara lain (WSP, 2011):

1. Cocok untuk lingkungan kecil

2. Dapat mengolah black water dan grey water

3. ABR terpusat sangat cocok jika teknologi penyedotan dan pengangkutan sudah ada

4. Tidak boleh diterapkan di daerah MAT tinggi

5. Harus memiliki akses pengurasan

d. Teknologi Rotating Biological Contractor (RBC)

Rotating biological contactor (RBC) merupakan salah satu sistem pengolahan air limbah

secara aerobik dengan sistem lapisan tetap (aerobic fixed film system). RBC sendiri

merupa- kan media tempat menempelnya mikroorganisme aerobik. Dalam sistem RBC

terdapat tiga unit utama, yaitu (WSP, 2011):

1. Zona primer

Tangki sedimentasi dimana air limbah masuk dan padatan akan terendapkan untuk

kemudian dibuang dengan penyedotan. Proses anaerobik dapat pula terjadi pada zona

(8)

2. RBC

Dimana pengolahan secara biologis terjadi. Sejumlah cakram (disk) menempel pada

tuas pemutar dan sebagian dari cakram ini akan terendam oleh air buangan sehingga

akan terbentuk lingkungan biomasa aktif pada media. RBC ini secara perlahan berputar

pada porosnya sehingga biomasa yang ada dapat kontak dengan air limbah maupun

oksigen di atmosfir secara bergantian.

3. Zona pengendapan akhir: dimana terjadi pengendapan campuran air limbah yang telah

terolah dan biomasa yang berlebih.

Rotating Biological Contractor (RBC) (WSP, 2011)

Sistem Penyaluran Air Limbah

Menurut Noerbambang dan Takeo (2005), berdasarkan karakteristik hidrolis sistem

penyaluran air limbah dibedakan menjadi:

a. Gravitasi

Penyaluran air limbah dilakukan dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi, yakni

mengarahkan aliran air limbah dari tempat yang lebih rendah. Penggunaan metode gravitasi

ini sangat bergantung pada kondisi topografi setempat.

b. Tekanan

Penyaluran air limbah dengan tekanan ini dilakukan apabila penggunaan metode gravitasi

tidak memungkinkan dalam suatu wilayah. Metode tekanan ini dilakukan dengan

menggunakan pipa bertekanan yang dilengkapi dengan pompa.

Tipe Saluran

Tipe saluran air limbah menurut Metcalf dan Eddy (1981), dapat dibedakan

menjadikan tiga, yaitu:

a. Saluran Rumah atau Gedung

Saluran ini dihubungkan dengan sistem perpipaan air limbah di rumah atau gedung dan

(9)

air limbah dari rumah atau gedung ke pipa lateral.

b. Saluran Lateral

Saluran ini merupakan saluran pertama dari sistem penyaluran air limbah, umumnya

terletak di jalan. Saluran ini untuk mengumpulkan air limbah dari satu atau lebih saluran

rumah dan menyalurkan ke saluran utama air limbah.

c. Saluran Utama

Saluran yang digunakan untuk menyalurkan air limbah dari saluran lateral ke instalasi

pengolahan air limbah.

Debit Air Limbah

Debit air limbah merupakan suatu hal yang paling pokok dalam perencanaan sistem

air limbah. Besarnya debit air limbah dihitung berdasarkan pemakaian air bersih untuk rumah

tangga Debit air buangan domestik berasal dari buangan setiap rumah warga, debit air buangan

domestik berkisar 60%-80% dari penggunaan air bersih. Dalam hal ini, angka persentase air

limbah yang diambil adalah sebesar 70%. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa tidak semua

air bersih yang digunakan nantinya akan menjadi air limbah, melainkan ada yang menguap.

Perencanaan menggunakan Qharian maksimum dimaksudkan untuk mengantisipasi

kebutuhan saat hari–hari maksimum yang masih bisa terlayani. Qharian maksimum adalah

Qave yang dikalikan dengan faktor harian maksimum. Ketika harian maksimum telah terlayani

maka diharapkan bahwa pada jam puncak dan rata – rata bisa terlayani (Diaratih, 2014).

Penanaman Pipa

Penempatan saluran air limbah perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan keamanan

jaringan sistem penyaluran air limbah dan pengaruhnya terhadap jaringan pipa air minum yang

telah ada maupun yang masih dalam taraf perencanaan. Kedalaman penanaman minimal adalah

1 m dan kedalaman maksimal dalah 5 m. Jika penanaman pipa lebih dari 5 m maka perlu

dilakukan pemompaan (Diaratih, 2014).

Angka kedalaman minimal dimaksudkan untuk mengurangi kerusakan pipa akibat

tekanan yang dari atas yang terlalu besar terhadap pipa. Sedangkan kedalaman maksimal

dimaksudkan untuk mempermudah perawatan terhadap pipa dan mengurangi kerusakan pipa

yang diakibatkan oleh faktor alam (Diaratih, 2014).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penempatan saluran limbah diantaranya

(Diaratih, 2014):

(10)

b. Jika pada saat pemasangan, pipa air limbah bertemu dengan pipa jaringan air minum makasaluran air buangan harus diletakkan di bawah pipa air minum sedalam 0,5 m.

Kriteria Jamban

Menurut Kepmenkes (2008), jamban adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif

untuk memutus rantai penularan penyakit. Jamban sangat berguna bagi manusia dan

merupakan bagian dari kehidupan manusia, karena jamban dapat mencegah berkembangnya

berbagai penyakit saluran pencernaan yang disebabkan oleh kotoran manusia yang tidak

dikelola dengan baik.

Kriteria jamban sehat menurut WSP (2009), fasilitas pembuangan tinja yang memenuhi

syarat:

a. Tidak mengkontaminasi badan air.

b. Menjaga agar tidak kontak antara manusia dan tinja.

c. Membuang tinja manusia yang aman sehingga tidak dihinggapi lalat atau serangga.

d. Menjaga buangan tidak menimbulkan bau.

e. Konstruksi dudukan jamban dibuat dengan baik dan aman bagi pengguna

Menurut Depkes RI (2004), jamban keluarga harus memenuhi syarat-syarat berikut:

a. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15 meter dari

sumber air minum.

b. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.

c. Cukup luas dan landau/miring kearah lubang jongkok sehingga tidak mencemari tanah

sekitar.

d. Mudah di bersihkan dan aman penggunaannya.

e. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan warna.

f. Cukup penerang.

g. Lantai kedap air.

h. Ventilasi cukup baik.

Tersedia air dan alat pembersih. Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari

lingkungan. Jamban yang baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal,

yaitu melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit, melindungi dari gangguan estetika, bau

dan penggunaan sarana yang aman, bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vector

penyakit, dan melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan. Jenis jamban

sehat yang dapat memutuskan hubungan antara tinja dan lingkungan akan bermanfaat bagi

(11)

Untuk kondisi daerah khusus, berdasarkan WSP (2011) jamban mempunyai kriteria

masing-masing, antara lain:

1. Jamban dengan permukaan ditinggikan

Jenis jamban ini dapat diterapkan untuk daerah dengan kondisi muka air tanah tinggi,

daerah banjir dan pasang surut.

Jamban dengan Permukaan Ditinggikan (WSP, 2011)

2. Jamban untuk daerah banjir/pasang surut/rumah panggung. Daerah-daerah yang banjir

selama musim hujan memerlukan pendekatan khusus. Sumur penampung tinja masih

dapat dibangun, tetapi di atas tanah. Sumur hendaknya dihubungkan dengan slab dan

kloset melalui sejumlah ring beton dan pipa. Banyaknya ring beton dan panjangnya pipa

akan disesuaikan dengan ketinggian air selama banjir. Karena sumur akan penuh selama

banjir, maka bagian satu-satunya yang dapat digunakan dari tangki adalah bagian yang

melewati permukaan air banjir. Rumah jamban perlu ditinggikan melebihi permukaan air

yang tinggi. Jamban di derah banjir lebih mahal daripada jenis jamban yang lain, dan bahan

bangunan dapat berkurang kekuatannya akibat terendam air (WSP, 2011).

Jamban untuk Daerah Banjir/Pasang Surut/Rumah Panggung (WSP, 2011)

3. Sistem sanitasi komunal untuk daerah padat penduduk

(12)

membangun sarana sanitasi sangat terbatas, maka dapat dilakukan dengan membangun

jamban type komunal, yaitu beberapa bangunan jamban keluarga (5 – 6 jamban keluarga)

dapat menggunakan satu sumur penampung tinja (septic tank) yang dapat dibangun

diantara bangunaan jamban, sehingga setiap jamban dapat melakukan akses yang sama

terhadap sumur penaampung tinja. Tipe bangunan jamban ini sangat cocok untuk daerah

semacam ini karena hanya membutuhkan sedikit lahan, namun dapat memberikan akses

jamban kepada beberapa keluarga. Pemeliharaan bangunan jamban dapat dilakukaan secara

individu setiap keluarga, namun untuk sumur penampung tinja dilakukaan secara bersama.

Sistem Sanitasi Komunal untuk Daerah Padat Penduduk (WSP, 2011)

4. Pendekatan

Dalam Studi kasus ini diharapkan memuat 4 (empat) pendekatan, yaitu :

A. Pendekatan Komprehensif

Pendekatan perencanaan yang komprehensif dalam melakukan perencanaan

penanganan pengolahan air limbah secara menyeluruh.

B. Pembangunan Terintegrasi

Pendekatan pembangunan yang terintegrasi dengan melakukan perencanaan

pembangunan tersistem dari skala lingkungan, kawasan, dan kota.

C. Keberlanjutan

Pendekatan keberlanjutan dalam melakukan penyusunan rencana pengelolaan

paska pembangunan dengan memastikan fungsi dan kualitas lingkungan untuk

(13)

5. Data dan Fakta / Isu Strategis

Isu-isu strategis dan permasalahan mendesak terkait dengan pengelolaan air limbah

domestik di Kota Ambon, adalah:

a. Terbatasnya sarana infrastruktur pengelolaan air limbah domestic yang baik dan sehat,

terutama di permukiman padat. Pada beberapa wilayah banyak dijumpai sarana

pembuangan air limbah tidak tertata atau dikelola dengan benar.

b. Kurangnya ketersediaan air bersih untuk MCK cenderung mendorong masyarakat

berperilaku kurang sehat.

c. Karena alasan ekonomi, masyarakat dari kalangan kurang mampu sering beralasan tidak

memiliki biaya untuk membuat jamban.

d. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan dan hidup sehat.

Pemahaman masyarakat mengenai keterkaitan antar manusia dan lingkungan hidup

belum memadai. Pada sisi lain, berbagai kearifan tradisional yang berorientasi untuk

menjaga keseimbangan ekosistem mulai ditinggalkan karena faktor ekonomi, teknologi

dan lain-lain.

e. Maraknya dugaan pembuangan limbah cair dari rumah penduduk, hotel dan restauran

ke badan sungai/ laut. Para pelaku memilih mengambil jalan pintas membuang limbah

cair ke badan sungai/ laut disebabkan karena kurangnya pemahaman, kepedulian, dan

kesadaran untuk mengelola limbah dengan benar, lokasi yang jauh dari jangkauan mobil

pelayanan, maupun alasan ekonomi yang tidak sanggup membayar biaya retribusi

penyedotan tinja.

f. Terbatasnya mobil layanan penyedotan lumpur tinja untuk melayani permintaan

masyarakat, dan belum optimalnya pengoperasian IPLT dalam pengolahan limbah di

Kota Ambon.

g. Belum adanya Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Air Limbah.

h. Terbatasnya lahan untuk pembangunan Small Scale Sewerage di Pusat Kota Ambon.

i. Kurangnya sosialisasi, edukasi, dan penyadaran kepada masyarakat secara

berkesinambungan tentang pengelolaan air limbah yang sehat.

j. Belum adanya peraturan daerah mengenai pengelolaan limbah domestic, limbah medis,

maupun limbah industry.

k. Tingkat kemiskinan dan pengangguran masih cukup tinggi, mempengaruhi

kecenderungan masyarakat untuk lebih memperhatikan pemenuhan kebutuhan pokok

(14)

6. Analisa dan Pembahasan

Dalam merencanakan sistem pengolahan air limbah, penerapan teknologi pengolahan

air ditentukan berdasarkan jenis dan karakteristik air limbah. Sistem pengolahan yang akan

digunakan adalah sistem pengolahan secara anaerobik dikarenakan biaya operasional dan

maintenance relatif rendah. Untuk kawasan benteng ini alternatif yang diusulkan adalah sistem

pengolahan menggunakan ABR (Anaerobic Baffle Reactor) dan Anaerobic Upflow Filter.

SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH ALTERNATIF 1

Dalam usulan rencana sistem pengolahan air limbah alternatif 1 yaitu menggunakan

sistem Anaerobic Baffle Reactor. Teknologi ABR ini berupa pengolahan dengan beberapa

dinding penyekat, dengan adanya dinding penyekat ini membuat waktu kontak dengan

biomassa aktif lebih lama sehingga hasil pengolahan menjadi lebih baik.

Desain dan Proses

ABR dirancang agar alirannya turun naik. Aliran seperti ini menyebabkan aliran air limbah yang

masuk (influent) lebih intensif terkontak dengan biomassa anaerobik, sehingga meningkatkan

kinerja pengolahan. Penurunan BOD dalam ABR lebih tinggi daripada tangki septik, yaitu

sekitar 70-95%. Perlu dilengkapi saluran udara. Untuk operasi awal perlu waktu 3 bulan untuk

menstabilkan biomassa di awal proses.

Pemeliharaan

Busa dan lapisan kotoran (scum) akan rusak jika terlalu tebal. Karena itu, pengendalian padatan

harus dilakukan untuk setiap ruang (kompartemen). Lumpur atau endapan harus dibuang

setiap 2–3 tahun dengan memakai truk penyedot tinja.

Aplikasi dan Efisiensi

• Cocok untuk semua macam air limbah, seperti air limbah permukiman, rumah-sakit, hotel/penginapan, pasar umum, rumah potong hewan (RPH), industri makanan. Semakin

banyak beban organik, semakin tinggi efisiensinya.

• Cocok untuk lingkungan kecil. Bisa dirancang secara efisien untuk aliran masuk (inflow) harian hingga setara dengan volume air limbah dari 1000 orang (200.000 liter/hari). • ABR terpusat (setengah-terpusat) sangat cocok jika teknologi pengangkutan sudah ada. • Tidak boleh dipasang jika permukaan air tanah tinggi, karena perembesan (infiltration)

akan memengaruhi efisiensi pengolahan dan akan mencemari air tanah. • Truk tinja harus bisa masuk ke lokasi.

(15)

Kelebihan Kekurangan + Tahan terhadap beban kejutan hidrolis

dan zat organik.

+ Tidak memerlukan energi listrik. + Grey water dapat dikelola secara

bersamaan.

+ Dapat dibangun dan diperbaiki dengan material lokal yang tersedia.

+ Umur pelayanan panjang. + Penurunan zat organik tinggi. + Biaya investasi dan operasi moderat.

- Memerlukan sumber air yang konstan. - Efluen memerlukan pengolahan

sekunder atau dibuang ke tempat yang cocok.

- Penurunan zat patogen rendah. - Pengolahan pendahuluan diperlukan

untuk mencegah penyumbatan.

SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH ALTERNATIF 2

Dalam usulan rencana sistem pengolahan air limbah alternatif 2 yaitu menggunakan sistem

Anaerobic Upflow Filter. Teknologi AUF ini berupa pengolahan dengan beberapa dinding

penyekat dan diantara dinding – dinding penyekat tersebut diberi media filter untuk

berkembangnya bakteri anaerob.

Desain dan Proses

Anaerobik Upflow Filter berupa sebuah tangki septik yang diisi satu atau lebih kompartemen

(ruang) yang dipasangi filter. Filter ini diisi dengan media filter bisa berupa batu volkano,

bioball atau plastik botol bekas yang disusun secara khusus. Bakteri aktif ditambahkan untuk

memicu proses. Bakteri aktif ini bisa didapat dari lumpur tinja tangki septik dan disemprotkan

pada materi filter. Aliran air limbah yang masuk (influent) akan mengaliri filter, kemudian

materi organik akan diuraikan oleh biomassa yang menempel pada materi filter tersebut.

Diperlukan 3 bulan untuk menstabilkan biomassa di awal proses.

Pemeliharaan

Semakin lama, padatan dan biomassa menebal dan bisa menyumbat pori-pori filter. Ketika

efisiensi menurun, filter harus dibersihkan dengan cara mengalirkan air dengan arah

berlawanan aliran, atau melepas materi filter dari tangkinya kemudian dibersihkan.

Aplikasi dan Efisiensi

• Perlu waktu untuk menstabilkan biomassa di awal proses, karena itu filter anaerobik sebaiknya tidak digunakan jika butuh pengolahan cepat.

(16)

• Dapat diaplikasikan pada level rumah tangga atau skala kawasan permukiman kecil. Khususnya yang memiliki cukup pasokan air untuk mencuci pakaian, mandi, dan

menggelontor kloset.

• Cocok untuk Rumah Sakit, Rusunawa. Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan Kekurangan

+ Banyak tersedia di Pasar, diproduksi massal (buatan Pabrik).

+ Umur pelayanan panjang.

+ Bila digunakan dengan benar, tidak ada masalah dengan lalat dan bau.

+ Biaya investasi rendah, biaya operasi tergantung harga satuan air dan pengurasan.

+ Keperluan lahan tanah kecil. + Tidak perlu energi listrik.

- Pengurangan bakteri patogen, padatan dan zat organik rendah.

- Efluen dan lumpur tinja masih perlu pengolahan sekunder dan atau pembuangan yang cocok.

- Memerlukan sumber air yang konstan. - Tidak dibolehkan terkena banjir, sehingga

permukaan bangunan/ lubang pemeriksaan harus di atas muka air banjir.

PEMILIHAN ALTERNATIF TERBAIK

Perbandingan alternatif sistem didasarkan pada aspek:  Teknis

 Ekonomis

Dengan adanya dua usulan alternatif desain sistem pengolahan air limbah maka perlu dipilih

alternatif yang mempunyai nilai keuntungan lebih besar sehingga investasi yang dikeluarkan

tepat sasaran. Dalam hal ini akan dibandingkan antara alternatif - alternatif yang ada. Pemilihan

alternatif yang optimal ini ditujukan untuk membantu dalam memutuskan alternatif yang

direalisasikan.

KRITERIA PEMILIHAN ALTERNATIF

Kriteria pemilihan alternatif sistem diperlukan untuk perbandingan. Adapun kriteria utama

dalam pemilihan alternatif ini adalah sebagai berikut:

A. Aspek Teknis

- Kehandalan sistem pengolahan air limbah - Kemudahan dalam operasional dan maintenance - Pengolahan lumpur

B. Aspek Ekonomis

(17)

PERBANDINGAN ALTERNATIF 1 DAN 2

Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan maka matrik perbandingan alternatif 1 dan 2

disajikan dalam tabel berikut:

Matriks Perbandingan Alternatif Pengolahan Air Limbah

ALTERNATIF

pengolahan sekunder Relatif sama

B. EKONOMI

Peningkatan jumlah penduduk yang sangat pesat di kawasan perkotaan, selalu

diikuti dengan bertumbuhnya kawasan permukiman yang semakin padat, dan konsekuensinya

adalah meningkatnya konsumsi air bersih yang diikuti juga dengan jumlah produksi air limbah

yang juga bertambah.

Pada saat ini pencemaran lingkungan oleh limbah rumah tangga dikawasan perkotaan

(18)

oleh teknologi pengolahan limbah cair dirumah tangga yang umum dilakukan dimasyarakat

sudah tidak/ kurang mampu untuk mengolah limbah Rumah Tangga secara baik, bahkan

karena keterbatasan lahan, banyak yang tidak melakukan pengolahan sama sekali.

Untuk alasan tersebutlah perlu dipikirkan alternatif teknologi yang mampu dan

tepat guna dalam mengatasi permasalahan pengolahan air limbah diperkotaan. Instalasi

pengolahan air limbah sentral kota, adalah suatu fasilitas pengolahan secara terpusat untuk

melayani sebagian besar limbah cair yang dihasilkan dari Rumah Tangga, Institusi, sarana

komersial dan perkantoran di kota tersebut.

Pengolahan limbah cair bertujuan untuk mengolah air sisa dari suatu

proses/kegiatan manusia yang berpotensi mencemari lingkungan termasuk air permukaan,

sehingga dapat menimbulkan penyakit bagi masyarakat luas. Selain itu, pedoman

pengoperasian juga perlu diterapkan agar prasarana dan sarana terbangun tetap berfungsi

sesuai dengan kualitas dan umur pelayanan sesuai rencana serta menjamin pemeliharaan yang

tepat waktu dan tepat sasaran, sehingga bisa menghemat biaya pemeliharaan. Pedoman

pengoperasian tidak hanya meliputi Tangki IPAL, tetapi jaringan perpipaan primer dan

sekunder serta sambungan rumah (SR).

Sarana dan prasarana system Pengelolaan Air Limbah Tepusat, terdiri dari:

1. Unit Tangki Instalasi Pengolah Air Limbah Sistem Anaerobic Biofilter

2. Jaringan Primer dan Sekunder beserta manhole

3. Sambungan Rumah (SR) / House connection

Secara terinci juga harus direncanakan, dihitung dan digambar cakupan dari Sarana dan

Prasarana tersebut, berapa hektar wilayah yang bisa tercakup dalam pelayanan dari jaringan

perpipaan dan IPAL.

Pemilihan proses yang tepat didahului dengan mengelompokkan karakteristik

kontaminan dalam air limbah dengan menggunakan indikator parameter yang sudah

ditampilkan pada tabel sebelumnya di atas. Setelah kontaminan dikarakterisasikan, diadakan

pertimbangan secara detail mengenai aspek ekonomi, aspek teknis, keamanan, kehandalan, dan

kemudahan peoperasian. Pada akhirnya, teknologi yang dipilih haruslah teknologi yang tepat

guna sesuai dengan karakteristik limbah yang akan diolah. Setelah pertimbangan-pertimbangan

detail, perlu juga dilakukan studi kelayakan atau bahkan percobaan skala laboratorium yang

bertujuan untuk:

(19)

 Mengembangkan dan mengumpulkan data yang diperlukan untuk menentukan efisiensi pengolahan yang diharapkan.

 Menyediakan informasi teknik dan ekonomi yang diperlukan untuk penerapan skala sebenarnya.

Unit Instalasi yang perlu diperhatikan meliputi:  Bak Inlet dan Outlet

- Melakukan pemantauan dan pembersihan minimal seminggu sekali, jika bak inlet tersumbat maka aliran limbah tidak bisa masuk ke IPAL sehingga bisa meluber ke

rumah yang terdekat dengan IPAL atau bak inlet itu sendiri.

- Melakukan perbaikan jika terjadi kebocoran pada bak inlet maupun outlet.  Tangki Instalasi Pengolahan Air Limbah

- Pemantauan Berkala

Lakukan pemantauan berkala pada tangki IPAL 1 kali per 6 bulan dengan langkah- langkah sbb:

Mulailah dari inhoff tank (bak awal) kemudian dilanjutkan ke bak-bak berikutnya

Ambil kotoran tepat di bawah tutup manhole IPAL

Gunakan alat T untuk mengumpulkan kotoran tepat di bawah manhole

Keluarkan semua kotoran yang terkumpul sampai tidak ada yang tersisa

(20)

Periode Pengurasan

1 kali per 2 tahun, pengurasan dengan truk tinja:

Telepon perusahaan jasa pengurasan tinja Buka semua tutup manhole pada IPAL

Angkat kotoran mengapung dan buang ke tempat sampah

Masukkan pipa sedot dari truk tinja sampai ke dasar bak, sedot mulai dari bak pertama

Lumpur yang disedot adalah lumpur yang berwarna hitam

Hentikan pengurasan jika lumpur sudah berwarna coklat

JARINGAN PIPA PRIMER DAN SEKUNDER SERTA MANHOLE

Pemantauan Berkala

Periksa setiap bak kontrol pada sistem perpipaan 1 minggu sekali

(21)

Jika tidak ada aliran air dalam bak kontrol, mungkin pipa tersumbat atau rusak hentikan kegiatan di rumah

buka pemipaan, minta tukang untuk memperbaiki kerusakan dalam waktu kurang dari 1hari

Jika ada luapan air dari bak kontrol, mungkin pipa tersumbat

hentikan kegiatan di rumah, segera perbaiki jika ada kerusakan pipa

dorong kotoran dari bak kontrol ke bak kontrol lain dengan alat bantu seperti besi kalau alat bantu tidak mencukupi, gunakan jet pump untuk mendorong kotoran

keluar ke bak kontrol terdekat

Minta tukang untuk memperbaiki kerusakan secepatnya Perawatan Saluran Komunal 2 minggu sekali dengan :

(22)

buang limbah padat dan kotoran mengapung dari bak inlet dengan sekop

kumpulkan semua kotoran, masukkan kedalam plastik dan buang ke tempat sampah

SAMBUNGAN RUMAH (SR) / HOUSE CONNECTION

Hal-hal yang dilakukan agar instalasi tetap terjaga

IPAL akan berfungsi dengan baik jika limbah-limbah yang masuk adalah limbah yang benar. IPAL bukan tempat membuang semua jenis sampah.

Jangan memasukkan limbah padat ke jamban karena akan menyumbat saluran

(23)

Jangan membuang bahan kimia ke saluran karena akan mematikan bakteri di IPAL

Jangan menanam pohon di dekat saluran pemipaan komunal dan IPAL karena bisa merusak pipa

Gunakan secukupnya sabun cuci dan pembersih, baik untuk sistem pengolahan dan penghematan

Buanglah limbah cair saja dari kamar mandi dan dapur. Dan beri saringan untuk

memisahkan limbah padat

b. Pemantauan Berkala

Ambil kotoran mengapung dari bak pengendap lemak setiap 3 hari sekali

Periksa bak kontrol di rumah setiap 3 hari sekali

(24)

7. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari studi kasus ini yaitu:

1. Kelurahan Benteng, Kecamatan Nusaniwe merupakan daerah kumuh yang menjadi

prioritas penganganan dari pemerintah kota Ambon.

2. Sistem pengolahan yang akan digunakan adalah sistem pengolahan secara anaerobik

dikarenakan biaya operasional dan maintenance relatif rendah.

3. Untuk kawasan benteng ini alternatif yang diusulkan adalah sistem pengolahan

Gambar

Tabel Keuntungan dan Kelebihan Sistem Setempat dan Sistem Terpusat

Referensi

Dokumen terkait

Pemakaian pengendali proporsional integral (PI) pada penyearah terkendali satu fasa dan tiga fasa tanpa umpan balik tidak berpengaruh terhadap besarnya amplitudo tegangan dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) layanan e-Banking yang sering digunakan oleh nasabah adalah penarikan tunai, (2) kendala yang sering dialami oleh nasabah dalam

penuh untuk menanamkan pengetahuan dan menentukan teknik evaluasi yang tepat serta membuat instruksi budaya religius dalam bait-bait kalimat atau unit-unit/bab-bab modul,

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, Persaudaraan Setia Hati Terate telah menyelenggarakan Parapatan Luhur 2016 yang menghasilkan penyempurnaan Anggaran

apabila dilihat dari jumlah desa contoh jumlah desa yang tahan pangan di kabupaten Sidoardjo lebih banyak dibandingkan 2 kabupaten lainnya, karena jumlah desa

u Mensuplai 40 - 55% energi yang dimakan oleh bayi u Merupakan komponen gizi yang penting karena :. mensuplai energi, pelarut vitamin adek, sumber asam lemak esensial, memberikan

Komunitas Basis Manusiawi (KBM) ini apabila terdiri dari anggota dengan pelbagai iman maka komunitas ini sekaligus dapat menjadi Komunitas Basis Antar/lintas Iman

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa triangulasi dalam penelitian ini merupakan cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan- perbedaan konstruksi kenyataan yang ada