• Tidak ada hasil yang ditemukan

Artikel Hubungan Bakat Minat dan Hasil P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Artikel Hubungan Bakat Minat dan Hasil P"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Antara Bakat Minat dengan Hasil Prestasi pada Mata Pelajaran IPA

Dini Tian Puspita Jurusan Sastra Jerman

Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang dinitian27@gmail.com

Jurusan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) di Sekolah Menengah Atas (SMA) memang

mempunyai image tersendiri di kalangan siswa. Mereka yang dapat meneruskan ke jurusan tersebut memiliki nilai di atas rata – rata pada mata pelajaran IPA sebagai syarat masuk yang

telah ditentukan oleh masing – masing sekolah.

Dengan adanya anggapan tersebut, penulis melihat adanya perbedaan antara bakat dan minat atau keinginan dengan prestasi atau hasil belajar seseorang (siswa). Menurut kamus Bahasa Indonesia, bakat adalah sesuatu yang telah ada pada diri seseorang mulai sejak lahir, sedangkan minat adalah keinginan yang besar terhadap sesuatu yang disukai oleh seseorang. Keduanya sering dihubungkan dan menjadi satu kesatuan. Tetapi dalam kenyataanya ada beberapa siswa yang merasa mampu dan telah memenuhi syarat masuk jurusan IPA, tetapi hasil belajarnya, khususnya pada mata pelajaran IPA, kurang memuaskan bahkan ada yang nilainya di bawah SKM (Standar Kompoetensi Minimum).

Selain itu, hal ini juga erat hubungannya dengan pilihan jurusan yang akan dipilih siswa ketika akan memasuki Perguruan Tinggi nantinya. Banyak juga yang penulis temukan, siswa jurusan IPA memilih jurusan sosial ketika mengambil bimbingan belajar intensif SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) atau pun saat mengikuti tes langsung di suatu Perguruan Tinggi.

Oleh karena itu dalam laporan ini penulis membahas tentang masalah tersebut diatas agar dapat diketahui lebih dalam serta dihubungkan dengan teori perkembangan kognitif juga menjadi nilai tambah bila dapat membantu siswa dalam menentukan pilihan jurusan yang tepat untuknya.

METODE

(2)

KAJIAN TEORI

A. Perkembangan Kognitif Jean Piaget

Jean Piaget (1896-1980), mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Piaget yakin bahwa anak-anak menyesuaikan pemikiran mereka untuk menguasai gagasan-gagasan baru, karena informasi tambahan akan menambah pemahaman mereka terhadap dunia.

Piaget mengatakan bahwa kita melampui perkembangan melalui empat tahap dalam memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara berpikir yang

berbeda. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut:

a. Tahap sensorimotor (sensorimotor stage), yang terjadi dari lahir hingga usia 2 tahun,

merupakan tahap pertama Piaget. Pada tahap ini, perkembangan mental ditandai oleh kemajuan yang besar dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensorik (seperti melihat dan mendengar) melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik.

b. Tahap praoperasional (preoperational stage), yang terjadi dari usia 2 hingga 7 tahun, merupakan tahap kedua Piaget, pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Mulai muncul pemikiran egosentrisme, animisme, dan intuitif. Egosentrisme adalah suatu ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif seseorang dengan perspektif oranglain dengan kata lain anak melihat sesuatu hanya dari sisi dirinya. Animisme adalah keyakinan bahwa obyek yang tidak bergerak memiliki kualiatas semacam kehidupan dan dapat bertindak.

c. Tahap operasional konkrit (concrete operational stage), yang berlangsung dari usia 7 hingga 11 tahun, merupakan tahap ketiga Piaget. Pada tahap ini anak dapat melakukan penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam cotoh-contoh yang spesifik atau konkrit.

d. Tahap operasional formal (formal operational stage), yang terlihat pada usia 11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat dan terkahir dari Piaget. Pada tahap ini, individu melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkrit dan berpikir secara abstrak dan

lebih logis.

B. Perkembangan Kognitif Remaja

(3)

Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai

keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.

Terdapat lima perubahan kognitif dalam diri remaja, diantaranya adalah :

 Remaja sudah bisa melihat ke depan (future) ke hal-hal yang mungkin, termasuk mengerti keterbatasannya dalam memahami realita, sistem abstraksi, pendekatan & penalaran yang sistematis (logis-idealis), sampai ke berfikir hipotetis yang berdampak pada perilaku sosial, dan berperan dalam meningkatkan kemampuan membuat keputusan.

 Remaja mampu berfikir abstrak. Kemampuan ini berdampak dan dapat diaplikasikan dalam proses penalaran dan berfikir logis.

 Remaja mulai berfikir lebih sering, tentang berfikir itu sendiri biasa dikenal dengan istilah metacognition, yaitu monitoring tentang aktivitas kognitifnya sendiri selama proses berfikir menjadikannya instrospektif.

 Pemikirannya lebih multidimensional dibandingkan singular, remaja mulai mampu melihat dari berbagai perspektif.

 Remaja mengerti hal-hal yg bersifat relatif, tidak selalu absolut yang sering muncul saat remaja meragukan sesuatu. Hal itu ditandai dengan seringnya berargumentasi dengan orang tua terutama tentang nilai-nilai moral.

ANALISIS MASALAH

Dalam bab ini penulis akan menguraikan dengan penjelasan mengenai hasil wawancara dan hubungannya dengan teori Piaget.

A. Hasil Wawancara

(4)

kompetensi minimal (SKM) dalam beberapa pelajaran eksakta; matematika, biologi, kimia dan fisika. Responden ini tidak mengikuti bimbingan belajar di luar rumah, belajar sesuai dengan mood, dan memiliki motivasi yang baik dalam belajar. Dua responden lain memiliki motivasi yang sama dalam belajar, mengikuti bimbingan belajar di luar rumah dan nilai yang lebih baik.

B. Hubungan antara Hasil Wawancara dengan Teori Piaget

Telah dikatakan di atas dalam teori Piaget bahwa remaja sudah bisa melihat kedepan

dengan berpikir yang abstrak dan dampaknya untuk dirinya sendiri maupun sosialnya serta bisa membuat keputusannya sendiri.

Dengan data yang penulis peroleh berdasarkan hasil wawancara dan perolehan nilai semester Ganjil seorang siswa kelas XI diatas, dapat di katakan bahwa siswa tersebut memiliki perkembangan kognitif seperti perkembangan remaja pada umumnya tetapi cenderung lebih santai dan melakukan segala sesuatunya seperti air yang mengalir walaupun telah memiliki goal tersendiri untuk mencapai sesuatu.

Siswa yang mempunyai tipe seperti ini dapat mencapai sesuatu yang diinginkan sesuai standar, dalam hal ini pencapaian nilai minimum mata pelajaran IPA, walaupun ada beberapa yang di bawah standar. Ini dikarenakan siswa sedang tidak konsentrasi penuh saat pelajaran berlangsung dan tidak dalam kondisi badan yang fit (sesuai pengakuan siswa saat wawancara).

Selain kedua faktor tersebut, menurut penulis sesuai hasil wawancara, faktor lain yang dapat mempengaruhi tidak tercapainya nilai diatas SKM (Standar Kompetensi Minimum) adalah cara belajar siswa yang sambil tiduran. Cara belajar seperti ini kurang baik karena jarak antara mata dan objek yang dipelajari atau dibaca terlalu dekat sehingga dapat mengurangi konsentrasi, walaupun siswa merasa nyaman dengan posisi seperti itu.

Tidak mengikuti bimbingan belajar juga menjadi faktor berikutnya. Dalam hal ini bimbingan belajar memang tidak terlalu berpengaruh besar dalam pencapaian nilai, menurut beberapa pendapat sebagian orang. Tetapi dapat menambah nilai plus karena siswa mendapat

latihan – latihan soal serta pembahasannya saat bimbingan berlangsung. Mengingat mata pelajaran kimia dan fisika adalah pelajaran ilmu pasti yang banyak penerapannya serta rumus – rumus yang disertai praktek dalam pembelajarannya.

(5)

diatas SKM sehingga dapat mengejar cita – cita memasuki jurusan Arsitektur (atau Seni Desain) yang membutuhkan pemahaman yang baik dalam ilmu gambar dan hitung (fisika).

Dengan begitu, siswa dapat mengembangkan kognitifnya dengan baik. Karena dalam diri siswa sudah terdapat kematangan dalam perkembangan ini, sehingga kedepannya siswa dapat melanjutkan perjalanan pencapaian cita – cita dengan tidak meninggalkan saran dari orang tua dan lingkungan sekitarnya.

Seseorang akan berubah sesuai dengan lingkungannya. Seseorang ketika duduk di bangku SMA akan berbeda ketika di Perguruan Tinggi. Hal ini kemungkinan dapat terjadi

dalam pribadi siswa ketika dalam Perguruan Tinggi nanti.

Jadi, pada diri siswa terdapat sinkronisasi yang cukup dalam hubungan antara bakat

minat dan pencapaian hasil prestasi mata pelajaran IPA. Walaupun membutuhkan perubahan sedikit dalam kebiasaan belajarnya, yang dapat membantu memperbaiki nilai yang pencapaiannya dibawah SKM.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisis yang telah dikemukakan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa (i) bakat minat dan pencapaian hasil prestasi sesuai jurusan yang dipilih (dalam hal ini jurusan IPA) mempunyai hubungan yang erat, (ii) hubungan keduanya dapat dicapai dengan kebiasaan belajar yang baik dan kemauan siswa untuk terus berlatih, (iii) kebiasaan belajar mempengaruhi pencapaian nilai seorang siswa, (iv) pengetahuan dalam penentuan keputusan mengambil jurusan di Perguruan Tinggi diperlukan sebelum menentukan jurusan yang akan dipilih dan (v) faktor lingkungan dan dukungan orang tua yang berpengaruh dalam pencapaian keberhasilan siswa.

Sesuai dengan hasil penelitian yang telah diperoleh, diajukan saran untuk siswa agar memiliki pengetahuan tentang jurusan yang akan dipilih. Orang tua sebaiknya mendukung dan mengarahkan siswa dalam penentuan jurusan ini, juga jurusan saat di Perguruan Tinggi

Referensi

Dokumen terkait

Arimoto, “Mitigation of Atmospheric Effects on Terrestrial FSO Communication Systems by Using High-speed Beam Tracking Antenna,” SPIE Photonic West LASE 2006 Conference , (San

Penerapan kecerdasan emosional yang dilakukan kepala sekolah perlu disadari manfaatnya dan perlu ditingkatkan menuju taraf yang lebih baik untuk dapat memanfaatkan

Plat kendaraan berasal dari kelas berbeda namun teridentifikasi sebagai kelas yang sama , antara query dari kelas kedua yang diambil pada pagi dan siang hari dengan citra no.84

Karbon biomassa kelapa sawit pada penelitian ini diperoleh dari data penelitian sebelumnya yang dilaksanakan oleh Yulianti (2009), sehingga pada penelitian ini

Tujuan kreatif dalam perancangan integrated digital campaign Pulau Nusa Penida sebagai salah satu potensi wisata Provinsi Bali ini adalah menciptakan brand awareness yaitu

Kabupaten Sleman memiliki pertumbuhan ekonomi dan sosial yang pesat serta migrasi penduduk yang tinggi (BAPPEDA, 2011; Perda, 2009, 2019); 2) melengkapi penelitian yang

Dari hasil visualisasi dengan elektroforesis pada semua sampel terdapat pita dengan panjang antara 300 bp dan 400 bp sesuai dengan target DNA yang ingin diamplifikasi

Soal nomer tiga terlihat pada jawaban siswa di atas, siswa sudah memahami permasalahan yang disajikan dan proses menjawab siswa sudah benar, pertama siswa bisa mendapatkan informasi