• Tidak ada hasil yang ditemukan

Serangan Hama Uret di Perkebunan Tebu Jengkol Kabupaten Kediri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Serangan Hama Uret di Perkebunan Tebu Jengkol Kabupaten Kediri"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

SERANGAN HAMA URET DI PERKEBUNAN TEBU

JENGKOL KABUPATEN KEDIRI

ARIFFATCHUR FAUZI

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul SERANGAN HAMA URET DI PERKEBUNAN TEBU JENGKOL KABUPATEN KEDIRI adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2015

(4)
(5)

ABSTRAK

ARIFFATCHUR FAUZI. Serangan Hama Uret di Perkebunan Tebu Jengkol Kabupaten Kediri. Dibimbing oleh Teguh Santoso.

Tebu adalah salah satu komoditas perkebunan utama untuk bahan baku utama gula putih. Salah satu kendala dalam peningkatan budidaya tebu adalah serangan hama uret yang dapat menurunkan 45%-60% produksi. Penelitian ini bertujuan mempelajari tingkat kerusakan akibat serangan uret dan musuh alami yang berasosiasi dengan hama tersebut di pertanaman tebu wilayah kebun HGU (Hak Guna Usaha) Jengkol milik PG Pesantren Baru PTPN X Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, Jawa timur. Kegiatan penelitian lapangan dimulai dari bulan Juli 2014 sampai bulan Agustus 2014. Pengamatan tanaman terinfestasi hama uret dilaksanakan di 23 lahan yang mencakup 4.10 – 12.95 ha/lahan. Dari tiap lahan ditentukan lima plot dan dalam tiap plot ditentukan lima subplot dengan metode diagonal. Di tiap subplot dilakukan penggalian untuk pengambilan sampel hama. Penelitian perkembangan uret dilaksanakan di Laboratorium Patologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hama yang dijumpai semua dalam stadia larva. Jenis yang dijumpai adalah Lepidiota stigma (Coleoptera: Scarabaeidae) dan Euchlora viridis

(Coleoptera: Scarabaeidae). Jenis E. viridis lebih dominan dibandingkan dengan

L. stigma dengan persentase sebesar 95.23% dari populasi uret yang diperoleh. Varietas tebu tidak berpengaruh nyata terhadap serangan kedua jenis hama.

Serangan hama uret di perkebunan tebu Jengkol selama penelitian tergolong rendah berkisar pada 0.01% - 10.6% . Di perkebunan tebu Jengkol, tidak ditemukan musuh alami baik dari kelompok parasitoid maupun cendawan entomopatogen. Perlakuan insektisida yang cukup intensif diduga menjadi sebab rendahnya populasi hama dan absennya musuh alami.

(6)
(7)

ABSTRACT

ARIFFATCHUR FAUZI. White Grub infestation on Sugarcane Plantation at Jengkol, District Kediri. Under Supervised Teguh Santoso.

Sugarcane is one of the major estate commodities as source of white sugar. Among constraints limit the sugarcane culture is damage by grubs that could reduce 45% - 60% sugar production. The objective of this research is to study the damage caused by whitegrub and their natural enemies in Jengkol plantation, owned by Pesantren Baru Sugar Factory PTPN X Plosoklaten, District Kediri, East Java Province. The research has been conducted from July 2014 until August 2014. Observation of the grub infestation has been carried out in 23 fields covering 4.10 to 12.95 Ha each field. Using diagonal method, five plots in each field and five subplots in each plot were determined to be sampled. In each subplot digging was done to check the presence of insect pest. The collected insect then reared and observed in the laboratory. The result showed that all insect samples were in the larval stage, consisted of two species i.e. Lepidiota stigma

(Coleoptera: Scarabeideae) and Euchlora viridis (Coleoptera: Scarabeideae). Of the collected samples, 95.23 % were dominated by E. viridis. The plant damage were not in correlation with the clone of sugarcane. The infestation of white grubs on sugarcane in Jengkol estate was estimated low, ranged between 0.01% – 10.6%. In this estate neither parasitoids nor entomopathogenic fungi were found. Presumably the intensive use of chemical insecticides limited the pest population and caused the absence of parasitoid and entomopathogenic fungi.

Keywords: Lepidiota stigma, Euchlora viridis, clone , parasitoid

(8)
(9)

©Hak Cipta milik IPB, tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(10)
(11)

SERANGAN HAMA URET DI PERKEBUNAN TEBU

JENGKOL KABUPATEN KEDIRI

ARIFFATCHUR FAUZI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pertanian

pada

Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(12)
(13)

Judul Skripsi : Serangan Hama Uret di Perkebunan Tebu Jengkol Kabupaten Kediri

Nama Mahasiswa : Ariffatchur Fauzi NIM : A34100062

Disetujui oleh

Dr Ir Teguh Santoso, DEA Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Abdjad Asih Nawangsih, M Si Ketua Departemen

(14)
(15)

PRAKATA

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT senantiasa penulis panjatkan atas rahmat dan karunia yang telah diberikan. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Rasullullah SAW, sebagai tauladan yang membawa umat manusia menuju zaman terang benderang dan beradab. Skripsi yang berjudul “Serangan Hama Uret di Perkebunan Tebu Jengkol Kabupaten Kediri” dapat diselesaikan oleh penulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr Ir Teguh Santoso, DEA selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan dukungan selama penelitian dan penulisan skripsi. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Dr Ir Tri Asmira Damayanti, M Agr selaku dosen penguji tamu yang telah memberikan banyak saran dalam penulisan skripsi. Ungkapan terima kasih penulis ucapkan kepada Ayahanda Gatot Soebijakto dan Ibunda Luluk Aflakhah serta adek Gafrinda Kautsari dan adek Abi Faizal Nasrul yang tak pernah lepas mencurahkan kasih sayang, doa dan semangat. Ucapan terima kasih penulis juga ucapkan kepada teman-teman laboratorium patologi serangga yaitu Syifa, Susilawati, Umami, Suci, Resa, kak Icha, kak Agung dan Bu Silvi yang telah memberikan bantuan dan saran selama pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada pembimbing akademik, bapak Dr Ir Yayi Munara Kusumah serta teman-teman Departemen Proteksi Tanaman angkatan 47, Rois, Adiyantara, Yusuf Ardika, Sandy, Lutfi, Dery, Mulyana, Satria serta Dhango atas dukungan yang diberikan. Ungkapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada para Sinder HGU, Pak Naim dan keluarga, Dizky, Reno, Deny , Yanuar, Meme, Arizka, bang Bushairi, bang Zakarias pikindu dan mas Rado Puji Santoso yang selalu memberi dukungan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini terdapat banyak kekurangannya, oleh karena itu kritik dan saran diharapkan agar dapat menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi semua pihak yang membacanya.

Bogor, Februari 2015

(16)
(17)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar belakang 1

Tujuan penelitian 1

Manfaat penelitian 2

BAHAN DAN METODE 3

Tempat dan waktu penelitian 3

Bahan dan alat 3

Penentuan lahan contoh 3

Penghitungan serangan dan pengambilan serangga contoh 3

Pemeliharaan uret 4

Data pendukung 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Keadaan umum lahan pertanaman 5

Budidaya tanaman tebu HGU jengkol 5 Hama uret di HGU jengkol PG. Pesantren Baru 6

Lepidiota stigma 7

Euchlora viridis 8

SIMPULAN 10

DAFTAR PUSTAKA 11

LAMPIRAN 12

(18)
(19)

DAFTAR TABEL

1. Populasi hama uret di tiap lahan pengamatan 8

DAFTAR GAMBAR

1. Contoh lahan tebu untuk pengamatan 4 2. Tanaman rusak akibat serangan hama 6 3. Uret yang terdapat pada pengamatan 7 4. Perbedaan celah posterior bagian ventral 7 5. Pertanaman Mente yang dipergunakan imago untuk berlindung atau mencari

makan 9

6. Hasil penggalian di kedalaman 2 meter 9

DAFTAR LAMPIRAN

1. Peta Lahan HGU Jengkol 12

(20)
(21)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Tebu adalah salah satu komoditas perkebunan utama untuk bahan baku utama gula putih (Sulistyaningsih et al 1994). Hingga saat ini, gula tebu merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia sebagai sumber kalori yang relatif murah. Produktivitas gula tebu di Indonesia pada tahun 2013 hanya mencapai 5.5 ton/ha (BPS 2013). Produksi gula tebu Indonesia sampai dengan saat ini belum dapat memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri (Suprihatin 2005). Usaha peningkatan produksi gula terhambat oleh beberapa faktor, di antaranya faktor serangan hama dan penyakit tebu (Mardiyani 2013).

Petani sering mengalami kegagalan panen akibat gangguan hama dan penyakit yang belum dapat diatasi dengan efektif. Hama yang sering menyerang di pertanaman tebu adalah tikus yang endemik di daerah Cirebon, Pekalongan serta daerah delta sungai Brantas (Indrawanto et al. 2010). Selain itu belalang kembara juga mampu menghilangkan hasil produksi tebu sekitar 30% (Notojoewono 1970). Hama lainnya yang dapat mengancam produktivitas tanaman tebu adalah uret (Pramuhadi 2009). Uret yang masuk kategori ganas (misal Holotrichia helleri Brsk. dan Lepidiota stigma F.) dapat menurunkan 60% produksi, sedangkan uret yang kurang ganas misalkan Euchlora viridis F. mampu menurunkan produksi hingga 45% (Pramono 2005). Uret merupakan hama penting pada perkebunan tebu di Indonesia terutama pada lahan-lahan tegalan (Wirioatmodjo 1970).

Seiring dengan dimulainya sistem memanen tebu dengan membiarkan batangnya tumbuh kembali untuk dapat dipanen kedua atau ketiga pada musim berikutnya (keprasan) pada tahun 1970 dan meluasnya pelaksanaan program ekstensifikasi ke daerah-daerah baru, baik di Jawa maupun luar Jawa, permasalahan hama uret pada budidaya tebu semakin meningkat dan semakin kompleks (Indrawanto et al. 2010). Hama uret ini telah menyerang pertanaman tebu yang ada di Jawa Timur, Yogyakarta, Cirebon, Lampung, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan. Jenis-jenis uret yang menyerang tebu di Indonesia adalah L. stigma , E. viridis, H. helleri, Psilopholis sp.dan Pachnessa nicobarica (Samoedi 1993). Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), hama uret di wilayah PTPN X didominasi oleh jenis L. stigma dan E. viridis). Musuh alami seperti cendawan

metarhizium mampu mengendalikan populasi hama uret mencapai 20% dari populasi (ACIAR 2004).

(22)

yang pada tahun 2014 berkisar pada jumlah 2,6 juta ton. Namun kebun tebu tersebut tidak terlepas dari serangan hama yang dapat mengganggu kualitas dan kuantitas hasil produksi tebu. Salah satu hama yang menyerang kebun tebu tersebut adalah hama uret (Pramono 2005).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mempelajari tingkat kerusakan akibat serangan uret dan musuh alami yang berasosiasi dengan hama tersebut pada pertanaman tebu di wilayah kebun HGU (Hak Guna Usaha) Jengkol milik PG Pesantren Baru PTPN 10 Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, Jawa timur.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan penggunaan musuh alami sebagai salah satu cara pengendalian pada hama uret dan sebagai sarana mempelajari kerusakan yang ditimbulkan oleh uret.

(23)

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Kegiatan penelitian lapangan dimulai dari bulan Juli 2014 sampai bulan Agustus 2014. Pengamatan tanaman terinfestasi hama uret dilaksanakan di 23 lahan perkebunan tebu HGU PG Pesantren Baru, Kecamatan Plosoklaten Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur. Penelitian perkembangan uret dilaksanakan di Laboratorium Patologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Prosedur Penentuan lahan contoh

Lahan contoh yang digunakan untuk penelitian ini tersebar dalam 24 (dua puluh empat) lahan yang menurut praktisi dan sinder HGU Jengkol daerah tersebut memiliki tingkat serangan berat dan cukup serius. Hal yang mendasari pengambilan contoh lahan tersebut adalah varietas yang berbeda dan umur tanam yang sama, memiliki gejala terserang uret, dan merupakan lahan endemik uret menurut peta serangan uret yang dibuat oleh P3GI pada tahun 2013. Pola pengambilan sampel yang digunakan adalah pola diagonal. Dalam satu lahan ditentukan 5 plot, selanjutnya di dalam setiap plot tersebut ditentukan 5 subplot (gambar 1). Luas plot berkisar pada 200m2 hingga 300m2.

Penghitungan serangan dan pengambilan serangga contoh

Serangan hama uret diamati di setiap subplot. Tanaman tebu yang terserang hama uret menunjukkan tanda daun mengering. Pada tahap serangan berat, tanaman mati. Akar tanaman yang terserang dimakan uret sehingga sering kali hanya menyisakan batang tanpa akar. Di hamparan lahan tebu, jika ada sebagian lahan yang tanaman tebunya mati akibat serangan hama, lahan terlihat botak.

(24)

Untuk mengetahui populasi uret, dilakukan penggalian menggunakan cangkul di setiap subplot, sebanyak satu galian per subplot. Luas galian adalah 1.5 m X 1.5 m dengan kedalaman 1.5 m - 1.6 m. Luas galian tersebut mencakup dua atau tiga tanaman tebu. Uret yang didapat dihitung dan ditempatkan pada suhu kamar.

Pemeliharaan Uret

Larva hidup yang didapatkan dikelompokkan menurut lahan dan dimasukkan ke tempat pemeliharaan. Tempat pemeliharaan uret adalah gelas plastik berpenutup berdiameter 3 cm dan tinggi sekitar 15 cm. Penutup dilubangi untuk sirkulasi udara. Wadah tersebut diisi dengan campuran pasir dan tanah dengan komposisi pasir lebih banyak. Larva diberi pakan berupa akar muda tanaman tebu baik akar tanaman tebu yang masih hidup maupun akar tanaman tebu yang sudah dipanen (ditebang). Selanjutnya tempat pemeliharaan uret disimpan di rak yang terhindar dari sinar matahari secara langsung. Untuk uret yang mati di lapang maupun mati saat pemeliharaan dikeluarkan dari tanah dan dimasukkan ke gelas berpenutup tanpa lubang yang didalamnya sudah ada kertas yang dilembabkan. Pengamatan dilakukan terhadap larva setiap hari. Apabila muncul musuh alami maka dipindahkan ke dalam cawan petri berukuran 6 cm untuk memudahkan penghitungan jumlah musuh alami yang keluar. Untuk keperluan identifikasi lebih lanjut, musuh alami disimpan dalam ethanol 70%, kemudian diamati dengan menggunakan mikroskop.

Data pendukung

Data pendukung diperoleh dari penanggungjawab lahan (sinder) pada saat pengamatan di lapang dan data perusahaan PG Pesantren Baru. Data yang diperoleh yaitu umur dan klon tanaman, data produksi 10 tahun terakhir serta pengendalian yang dilakukan. Data tersebut digunakan untuk menganalisis tingkat serangan hama yang terjadi.

(25)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lahan Pertanaman

Pertanaman tebu HGU Jengkol, kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, Jawa Timur berada di koordinat S7 52.327 E112 09.629 pada ketinggian 240 - 260 meter di atas permukaan laut dan memiliki luas lahan ±2400 ha.

Lahan HGU Jengkol landai bergelombang. Jenis tanah di lahan HGU Jengkol adalah regosol. Jenis tanah ini dicirikan oleh tekstur ringan berpasir. Tanah di HGU Jengkol masih muda dan belum banyak terurai. Pada tiap letusan Gunung Kelud lahar baru yang berpindah-pindah jalurnya dan abu pasir halus yang tersebar merata menyebabkan tanah homogen. Akibat dari pasir tanah ini maka kondisi tanah HGU menjadi sedikit mengikat air, mudah sekali terjadi erosi, mudah kehilangan zat hara pada lapisan atas, struktur tanah kurang baik, suhu tanah lebih rendah.

Penguapan tanah lebih besar sehingga tanaman tebu cepat kering ketika musim kemarau. HGU Jengkol memiliki kelembaban udara rata-rata bulanan lima tahun terakhir berkisar antara 64-75%, dengan kelembaban tertinggi 75% dan terendah 64% (BMKG). Berdasarkan data suhu di HGU Jengkol suhu minimum rata-rata adalah 18 oC dan rata-rata suhu maksimum 35 oC, sedangkan suhu rata-rata berkisar 20-25 oC sehingga cocok untuk pertumbuhan tebu. Curah hujan di HGU Jengkol berkisar 1200–1600 mm/tahun dan rata-rata kecepatan angin berkisar 0.42 km/jam.

Budidaya tanaman tebu HGU Jengkol

Bibit tanaman tebu yang digunakan adalah bibit hasil pemuliaan tanaman baik oleh Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) maupun oleh pihak PTPN X. Pengolahan tanah pada lahan produksi dilakukan setelah tanaman sebelumnya dipanen (kecuali yang diberi perlakuan bera agar tanah tidak jenuh).

Pada awal pengolahan tanah dilakukan pembukaan lahan yaitu pembersihan lahan dari sisa tanaman yang telah dipanen maupun tumbuhan lain dengan cara dibakar. Pembakaran sisa-sisa pemanenan dapat menambah unsur hara kalium yang berasal dari abu hasil pembakaran tersebut. Kemudian dilakukan penebaran benih koro benguk (Mucuna pruriens) sebanyak 25 kg/ha. Setelah tanaman berumur tiga bulan, koro benguk akan dibenamkan sebagai pupuk hijau. Selanjutnya dilakukan pemecahan hardpan atau lapisan tanah yang mengeras. Pembajakan dilakukan satu minggu setelah pemecahan hardpan, pembajakan bertujuan untuk membalik tanah sehingga semua permukaan tanah terolah, memperbaiki aerasi dan membenamkan gulma secara sempurna.

Setelah dilakukan pembajakan dibuatlah juringan yang akan dilewati

(26)

Untuk mengendalikan gulma lahan HGU diberi perlakuan Sidamin 2.4 D dengan dosis 1.5 liter per ha. Dalam hal pengendalian uret, PG Pesantren Baru menerapkan pengaplikasian insektisida sintetik berbahan aktif imidakloprid dengan dosis 1000 gram per ha. Selain penggunaan bahan kimia untuk pengendalian uret pihak PG Pesantren Baru juga menerapkan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) secara mekanis dengan gropyokan.

Akhir akhir ini sedang diujicobakan penggunaan parasitoid larva

Campsomeris sp. dan cendawan Metarhizium. Pengendalian hama uret dilakukan setelah melewati ambang ekonomi. Batasan ambang ekonomi serangan uret sangat tergantung pada spesies (Achadian 2012). Ambang ekonomi untuk uret yang ganas seperti L. stigma adalah apabila jumlah populasi sudah mencapai 4-5 individu per rumpun tebu, sedangkan untuk spesies yang kurang ganas seperti E. viridis dan H. helleri adalah ketika populasi 8-11 individu per rumpun tebu (Pramono 2005).

Hama uret di HGU Jengkol PG. Pesantren baru

Pengamatan yang telah dilakukan menunjukkan gejala serangan uret sebagai berikut: daun mengering, tanaman kering, jaringan tanaman mati, tanaman mudah tercabut karena akar tanaman dirusak oleh uret (Gambar 2). Tanaman yang ditanam pada masa tanam bulan Mei mengalami kerusakan berupa kebotakan lahan, sehingga memerlukan penyulaman. Istilah kebotakan lahan menunjukkan lahan yang tanamannya tidak tumbuh lagi akibat serangan hama. Berdasarkan hasil penggalian tanah pada pertanaman tebu masa tanam 5 (penanaman pada bulan Mei) ada dua spesies yang terdapat pada HGU Jengkol yaitu L. stigma dan

E. viridis (Gambar 3). Hama uret yang diperoleh adalah hama yang bersifat polifagus. Lembaga P3GI telah melakukan penelitian dan menunjukkan hasil yang sama.

Gambar 2 Tanaman rusak akibat serangan hama. (a) daun tanaman mengering (b) lahan yang menunjukkan gejala botak (c) akar tanaman yang diserang oleh uret , cabang dan serabut akan habis dimakan hama (d) uret yang ditemukan masih didalam akar tebu

6

a

b

(27)

Lepidiota stigma

Larva L. stigma (Coleoptera: Scarabaeidae) atau uret (dalam bahasa lokal disebut embuk) yang ditemukan saat penelitian lapang berwarna putih keku-ningan. Saat mendekati masa pra-pupa, panjang larva sekitar 6-7 cm dengan dia-meter 1.5 cm. Larva memiliki rambut banyak di sekitar celah posterior dan berwarna hitam kemerahan atau merah bata. Celah posterior terlihat sedikit ter-buka dengan panjang sekitar 13 mm (gambar 4). Larva instar awal makan (Achadian 2012). Uret jenis L. stigma memerlukan waktu sekitar 12 bulan untuk menyelesaikan siklus hidupnya (Pramono 2005).

Euchlora viridis

Larva E. viridis (Coleoptera: Scarabaeidae) yang ditemukan memiliki ukuran sekitar 2.5 – 3.5 cm (lebih kecil daripada L. stigma) berwarna putih dan beru-bah warna menjadi kekuningan pada saat akan menjadi pupa. Larva makan bahan organik atau akar tanaman hidup. Larva berpindah tempat menggunakan tung-kainya. Celah posterior lebih tertutup bila dibandingkan dengan L. stigma.

Pan-jang celah posterior bagian ventral sekitar 9 mm dengan rambut warna kemerahan yang lebih jarang dibandingkan L. stigma.Hama uret jenis E. viridis

memerlukan waktu sekitar 8 bulan untuk menyelesaikan siklus hidupnya (Naidu 2009).

Gambar 3 Uret yang terdapat pada pertanaman tebu Jengkol (a) L. stigma instar 3 (b) E. viridis instar 3

b a

(28)

Gambar 4 Perbedaan celah posterior bagian ventral (a) L. stigma (b) E. Viridis

Tabel 1 Populasi hama uret di tiap lahan pengamatan

(29)

Persentase kerusakan tanaman tebu dihitung berdasarkan lahan yang terserang dibanding luas lahan tersebut (tabel 1). Tanaman dalam 1 subplot luasnya mencakup 2-3 juring. Kerusakan paling berat ditemukan pada lahan C-10 klon PSJK 922 dengan kerusakan mencapai 10.6% dan kerusakan paling ringan ada pada tanaman tebu lahan F-5 (klon PSJK 992) dengan kerusakan sebesar 0,01%. Kondisi serangan yang berat pada C-10 ada kemungkinan disebabkan oleh lokasi lahan yang berada dekat dengan hutan dan kebun jambu mente (Anacardium occidentale). Dalam keadaan panas terik, sering dijumpai kumbang hinggap di tanaman jambu mente. Menurut Kalshoven (1981), E. viridis dijumpai makan daun Albizia, Acacia decurrens, dadap dan tumbuhan lain. Pertanaman mente sengaja ditanam oleh pengelola perkebunan sebagai salah satu cara pengendalian dengan cara mekanis yaitu imago yang hinggap di pertanaman mente tersebut dikumpulkan dan dibakar. Pertanaman mente tersebut selain menjadi salah satu alternatif pengendalian hama uret diharapkan juga membantu perekonomian warga sekitar pertanaman tebu. Kondisi serangan terkecil ada kemungkinan disebabkan oleh lokasi lahan pertanaman tebu F-5 cukup jauh dari tanaman jambu mente, hanya dekat dengan kebun nanas. Diduga keberadaan kumbang di tanaman tebu mente maupun tumbuhan hutan karena serangga tersebut berlindung atau mencari makan.

Selain itu lahan F-5 merupakan lahan yang dekat ke pemukiman warga yang terdapat antara kebun tebu. Di lahan ini uret dicari oleh warga untuk dikonsumsi atau pakan ternak. Di lahan C-11 meskipun terdapat cukup banyak uret tetapi tidak menunjukkan kerusakan yang terlalu besar karena kebanyakan uret yang ditemukan berada pada instar 1. Stadia larva paling merusak adalah instar 3 yang membutuhkan makanan paling banyak dibandingkan dengan stadia lain (Pramono 2005).

Gambar 5 Pertanaman mente yang dipergunakan imago untuk berlindung atau mencari makan

Hasil penggalian menunjukkan populasi L. stigma rendah. Diduga pada periode ini L. stigma masuk ke tanah lebih dalam lagi untuk menjadi pupa. Larva

L. stigma dapat ditemukan di kedalaman 2 meter padahal pada kedalaman ini tidak ditemui perakaran tanaman. Hal tersebut menunjukkan bahwa L. stigma

masuk tanah hingga kedalaman tersebut bukan untuk mencari makan. Namun demikian hasil penggalian selama penelitian menunjukkan bahwa tidak ditemukan pupa di kedalaman 2 meter tersebut.

Menurut referensi P3GI dan Pusat Penelitian Gula Jengkol lahan yang diamati adalah lahan yang sering terserang berat oleh uret baik L. stigma maupun

E. viridis. Namun pada pengamatan di lahan, uret yang mendominasi adalah E.

(30)

viridis dengan persentase mencapai 95.23%. Uret E. viridis yang ditemukan kebanyakan berada pada stadia 1. Dugaan sementara mengapa kebanyakan larva

E. viridis ditemukan dalam stadia 1 adalah karena telur diletakkan oleh imago tidak lama setelah penanaman. Penanaman dilakukan pada bulan mei 2014, dan pengamatan di lahan 2-3 bulan sesudah penanaman dilakukan.

Gambar 6 Hasil penggalian di kedalaman 2 meter (a) L. stigma (b) posisi L. stigma yang ditemukan pada kedalaman 2 meter

Pada pengamatan baik di lapangan maupun setelah pemeliharaan uret lebih lanjut tidak ditemukan parasitoid dan cendawan entomopatogen. Hal ini mungkin disebabkan karena lahan tertimbun oleh material letusan anak gunung Kelud yang terjadi beberapa bulan sebelum dilakukannya penelitian sehingga tidak mendukung berkembangnya cendawan. Dugaan lain adalah spora cendawan entomopatogen mati karena penggunaan bahan kimiawi yang melebihi dosis (Achadian 2012). Menurut de-Oliveira et al. (2003) aplikasi insektisida berpengaruh negatif terhadap propagul cendawan.

Kesimpulan

Hama uret yang terdapat di pertanaman tebu HGU Jengkol, Kediri, Jawa Timur adalah L. stigma (Coleoptera: Scarabaeidae) dan E. viridis (Coleoptera: Scarabaeidae). Di pertanaman tebu Jengkol spesies E. viridis lebih dominan dari

L. stigma dengan persentase sebesar 95.23%. Klon tebu tidak berpengaruh nyata terhadap serangan uret L. stigma dan E. viridis. Serangan hama uret di perkebunan tebu Jengkol tergolong rendah. Di perkebunan tebu Jengkol, tidak ditemukan musuh alami baik dari kelompok parasitoid maupun cendawan entomopatogen.

a b

(31)

DAFTAR PUSTAKA

[ACIAR]. 2004. The Biology and Ecology of Sugarcane (Saccharum spp. hybrids) in Australia. Adelaide (AU)

[ASTI]. 2011. Earthing up and nitrogen levels in sugarcane ratoon under subtropical Indian Condition. Indian Sugarcane Technology [Internet] [diunduh 2013 Des 10] ;1(2):126-131. Tersedia pada: http://www.iisr.nic.in.

[BPS] Badan Pusat Statistika. 2013. Statistik Tebu Indonesia [Internet] [diunduh 2015 Feb 5]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id.

Achadian E. 2012. Hama Uret Pada Pertanaman Tebu di Indonesia. Pasuruan (ID): BP3G.

Barnes AC. 1953. Agriculture of Sugarcane. London (GB): Leonard Hill Limited. de-Oliveira CN, Neves PMOJ, Kawazae LS. 2003. Compability between the

entomopathogenic fungus Beauveria bassiana and Imsectiside used in cofee plantatons. Sci Agric

Indrawanto C, Purwono, Siswanto, Rumini W, Syakir M. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Tebu. Jakarta (ID): ESKA Media.

Mardiyani P. 2013. Budidaya Tebu [Internet] [diunduh 2013 Des 10]. Tersedia pada : http://ditjenbun.deptan.go.id.\

Notojoewono A. 1970.Tebu. Jakarta (ID): PT. Soeroengan

Naidu P. 2009. IPM in sugarcane module B.XII [Internet] [diunduh 2013 Des 10]. Tersedia pada : http://www.devex.com

Nur MS. 2013. Karakteristik Tanaman Tebu Sebagai Bahan Baku Bioenergi.

Bogor (ID): PT Insan Fajar Mandiri Nusantara.

Pramono D. 2005. Seri Pengelolaan Hama Tebu Secara Terpadu. Malang (ID): Dionta.

Pramuhadi G. 2009. Kajian efektivitas dan efisiensi pengolahan tanah pada budidaya tebu lahan kering. Di dalam: Abdullah, editor. Seminar Nasional dan Gelar Teknologi PERTETA Peran Teknik Pertanian dalam Pengembangan Agroindustri Berbasis Bahan Baku Loka;. 2009 Agustus 8-9; Mataram, Indonesia. Mataram (ID): [penerbit tidak diketahui]. hlm 1-12. Rahmad D. 2012. Karakteristik morfologi pertumbuhan beberapa varietas tebu.

Jurnal Agroplantae [Internet] [diunduh 2013 Des 10]; 1(2):126-131. Tersedia pada: http://situs.jurnal.lipi.go.id/agroplantae/.

Samoedi D. 1993. Hama – Hama Penting Pertanaman Tebu di Indonesia. Pasuruan (ID): Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia.

Sulistyaningsih et al. 1994. Studi anatomi daun Saccharum spp. sebagai induk dalam pemuliaan tebu. Hayati. [Internet] [diunduh 2013 Des 10];1(2):32-36. Tersedia pada: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/29625.

Suprihatin. 2005. Pengujian pemurnian nira tebu menggunakam membran ultrafiltrasi dengan sistem alih silang (crossflow). Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. [Internet] [diunduh 2014 Januari 16];12(2):93-99. Tersedia pada: http://journal.ipb.ac.id.

(32)
(33)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Peta HGU Jengkol 12

N

(34)
(35)

Lampiran 2 Pusat penelitian gula kecamatan Jengkol dan Kantor HGU Jengkol

Lampiran 3 Perakaran yang rusak akibat serangan hama uret

Lampiran 4 Proses budidaya tebu pada lahan HGU (a)Pemupukan

(b) Penanaman tebu menggunakan caneplanter

(36)
(37)

Lampiran 5 Data produksi tebu Djengkol 10 tahun terakhir

(38)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kediri pada tanggal 27 Januari 1992, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari Ir Gatot Soebijakto MM dan dr Luluk Aflakhah sppd.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pare, Kediri pada tahun 2010, dan pada tahun yang sama diterima di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB.

(39)

Gambar

Gambar 1 Contoh lahan tebu untuk pengamatan
Gambar 2  Tanaman rusak akibat serangan hama. (a) daun tanaman mengering (b) lahan yang menunjukkan gejala botak (c) akar tanaman yang diserang oleh uret , cabang dan serabut akan habis dimakan hama (d) uret yang ditemukan masih didalam akar tebu
Tabel 1 Populasi hama uret di tiap lahan pengamatan
Gambar 6 Hasil penggalian di kedalaman 2 meter (a)    L. stigma  (b) posisi L.

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran mengenal lambang bilangan di TK menurut Sriningsih (2008: 120) yaitu untuk mengembangkan pemahaman anak terhadap bilangan dan operasinya melalui proses

Serat rami banyak digunakan sebagai bahan industri, antara lain serat yang panjang digunakan untuk bahan pakaian dan benang, sedangkan serat yang pendek digunakan untuk

Dari semua hasil yang didapatkan dilapangan, terlihat bahwa vegetasi SM Gunung Raya Desa Bumi Agung pada komunitas I (komunitas tumbuhan ala- mi) masih bersifat alami

Bank BNI Syariah Cabang Makassar, serta mendeskripsikan persepsi nasabah terhadap produk mura>bahah dalam pembiayaan kredit pemilikan rumah (KPR) dan faktor-faktor

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian infeksi kecacingan yang ditularkan melalui tanah pada anak sekolah dasar di Distrik

dari Sapi Bali Menurut Tingkat Kedewasaan pada Geografis yang Berbeda serta Pola Kepekaannya Terhadap Antibiotika” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Penyebaran sentra industri dan non sentra industri kecil memang tidak merata sangat tergantung dari potensi bahan baku dan keahlian tenaga kerja yang dimiliki,

For antioxidant activity, ability of scavenging free radical and chelating Fe ion were shown by peptide and casein of goat hydrolyzed milk using combination of neutral protease