• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Universal-Diverse Orientation dengan Psychological Capital

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Universal-Diverse Orientation dengan Psychological Capital"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Berkembangnya zaman, ilmu, pengetahuan, dan teknologi serta adanya pengaruh globalisasi menjadikan persaingan dunia semakin sengit. Setiap negara berlomba-lomba menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada dengan banyak cara. Bagi negara-negara yang tergabung dalam anggota ASEAN, salah satu fenomena yang mereka rasakan terkait hal ini ialah adanya kesepakatan dan realisasi AFTA (ASEAN Free Trade Area) dan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) yang mulai dilaksanakan secara bertahap sejak tahun 2015 untuk meningkatkan daya saing dan stabilitas perekonomian di kawasan regional ASEAN (ASEAN Free Trade Aea (AFTA); Suroso, 2015).

(2)
(3)

pada mahasiswa mencakup banyak hal, seperti karakter, studi/ akademik, organisasi, dan sosial (Syaiful, Rofiqoh, Imma, & Byu, 2014).

Mahasiswa sendiri didefinisikan sebagai individu/ orang yang belajar di perguruan tinggi (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Serupa dengan pengertian tersebut, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) No. 30 tahun 1990 mendefinisikan mahasiswa sebagai peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Mahasiswa merupakan lapisan masyarakat yang digolongkan sebagai pelajar yang memiliki pemikiran luas dan kematangan fisik. Mahasiswa memiliki tujuan untuk menguasai ilmu tertentu secara matang yang pada akhirnya ilmu tersebut akan diaplikasikan dan diabdikan kepada masyarakat (Yahya dalam Suci, 2007; Putri & Budiani, 2012).

(4)

akademis (Nurdin, 2014; Paryati Sudarman dalam Rivaldi, 2013; Febriana, Amriyatun, Winanti, & Amelia, 2013).

Di dalam organisasi kampus, mahasiswa tidak hanya mengembangkan atau memperoleh keahlian dalam hal yang diminatinya, namun juga diperlengkapi dari banyak sisi lainnya (Sudiana, 2011; Worthington & Farrar, 1998). Hal ini didukung oleh pernyataan seorang mahasiswa anggota organisasi kemahasiswaan sebagai berikut:

“Kalau aku sih yang ku pahami organisasi kayak KMK ya, mungkin awalnya spiritualitas, sebenarnya visinya kan itu. Tapi kalau aku sendiri sih yang ku dapatkan nggak hanya masalah spiritualitas, nggak, tapi bagaimana membangun karakter kita juga, kayak gitu. Memiliki karakter yang, sebagai seorang mahasisswa dulu, mahasiswa, gitu. Kemudian membangun mental kita juga, gitu, membangun mental kita berhadapan dengan orang lain, berhadapan dengan banyak tantangan, masalah, gitu... Banyak sih yang kudapatkan, jadi banyak dibentuk sih dalam karakter kemudian, jadi ada kesinambungannya juga dengan psikologi, gitu”.

(5)

suatu pekerjaan yang menantang; (2) Memiliki atribusi positif (optimism)

tentang keberhasilan di masa sekarang dan masa depan; (3) Tetap fokus

mengejar tujuan, dan jika perlu akan menciptakan jalan singkat untuk

mencapai tujuan (hope) agar dapat berhasil; dan (4) Akan tetap berta han,

bahkan menjadi lebih baik dari sebelum mengalami masalah (resiliency)

dalam rangka mengejar dan mencapai keberhasilan (Luthans, Avey, Avolio,

Norman, & Combs, 2006).

Adapun pernyataan-pernyataan narasumber yang menunjukkan hal tersebut akan ditampilkan di bawah ini. Pertama, dari dimensi PsyCap efficacy yang mengindikasikan adanya kepercayaan individu terhadap

pekerjaan yang dilakukannya. Narasumber mendukung adanya peningkatan dimensi ini sebagai berikut:

“Ada sih, kalau misalnya kan kalau aku di dalam organisasi tiap orang kan memang harus menyampaikan pendapat, kayak diskusi gitu, jadi aku sih lama-lama bisa terbiasa. Udah gitu kan orang-orang di organisasi itu pun ngedukung kalau ada yang menyampaikan pendapat, gitu. Ada juga kan senangnya kalau nyampein pendapat kalau misalnya ada yang setujui, jadi makin percaya diri gitu aku bisa ngelakuin ini itu, ada yang mau dicapai buat target-target kita jadi lebih percaya bisa dapat”.

(Wawancara Personal, 19 Januari 2016)

Kedua, untuk dimensi PsyCap optimism, pernyataan narasumber yang

(6)

keagamaan ini ya, iya sih, pasti ya lebih punya rasa, pengharapan, kemudian keyakinan, gitu”.

(Wawancara Personal, 24 Oktober 2015)

Dari dimensi PsyCap hope, narasumber menjelaskan bahwa dengan berkumpul dengan banyak orang, dalam hal ini organisasi, ia merasa lebih memiliki PsyCap hope. Adapun hasil wawancara tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

“Ada, ya ada lah. Karena kalau di dalam organisasi kita nggak sendiri kan, kayak misalnya di organisasi yang ku ikuti ini kan di bidang keagamaan. Yang aku dapatkan apa ya, masukan dari temen-temen satu organisasi, hm, terus apa ya, terus kami pelajari juga yang membuat aku, mengajarkan aku harus tetap berpengharapan. Kalau sebelumnya sebelum ikut organisasi, misalnya apa ya, kalau apa yang aku harapkan nggak tercapai atau apa ngerasa sedih, tapi pas di organisasi aku bisa dapat masukan dari temen-temen, nilai-nilai dari organisasi kalau misalnya harus tetap berpengharapan. Nggak boleh lemah dan nggak boleh, apa ya, patah semangat, gitu”.

(Wawancara Personal, 19 Januari 2016)

(7)

bangkit kembali, bahkan orang lain yang di sekitar kita juga menolong kita untuk bangkit, gitu”.

(Wawancara Personal, 24 Oktober 2015)

Sesuai dengan teori PsyCap yang dikemukakan Luthans, Avey, Avolio, Norman, & Combs (2006), seluruh dimensi tersebut berorientasi kepada diri individu dan cenderung berfokus pada pencapaian tujuan. Lebih lanjut Luthans, Avey, Avolio, Norman, & Combs (2006) menjelaskan bahwa PsyCap bersifat terbuka terhadap perubahan, serta mencakup level metakonstruk kelompok, yang dalam artian dapat dipengaruhi oleh hubungan dan dukungan sosial.

Salah satu pendekatan pada dimensi PsyCap, yakni resources pada PsyCap hope, orang-orang berpengaruh yang ada di sekitar individu

merupakan salah satu resource itu sendiri, yang mana pengaruh orang-orang ini dapat membantu individu mencapai tujuannya. Pada dimensi lain, yakni PsyCap optimism, jelas dikatakan bahwa peran orang lain di sekitar individu

juga turut membantu individu mencapai kesuksesan sehingga individu yang memiliki PsyCap optimism mampu menunjukkan perasaan terima kasihnya terhadap orang-orang yang berkontribusi terhadap kesuksesannya tersebut (Luthans, Youssef, & Avolio, 2007).

(8)

dimensi PsyCap resiliency, satu dari banyak faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya PsyCap resiliency individu ialah resiliency assets, yang mana di sini dijelaskan bahwa asset hubungan dan kontribusinya terhadap resiliency merupakan hal yang penting, khususnya dalam konteks menerima keragaman/perbedaan (Luthans, Youssef, & Avolio, 2007).

Hogg & Vaughan (2011) mengatakan konflik interpersonal dapat muncul karena individu tidak dapat menerima persamaan atau perbedaan yang ada pada diri orang atau kelompok lain yang ada di sekitarnya. Jika hal ini terjadi maka dampak yang diberikan hubungan sosial terhadap PsyCap kemungkinan akan buruk, dan karena PsyCap terbuka terhadap perubahan, hal ini dapat memungkinkan terjadinya perubahan PsyCap ke arah yang negatif. Untuk itu agar hal ini tidak terjadi, tiap orang perlu memahami dan menerima setiap persamaan dan perbedaan yang ada pada orang lain di sekitarnya, bahkan semestinya merasa nyaman di dalam keberagaman tersebut (Fuertes, Miville, Mohr, Sedlacek, & Gretchen, 2000).

Berdasarkan wawancara yang dilakukan, peneliti menemukan pernyataan seorang narasumber yang mendukung penjabaran di atas sebagai berikut:

“Gini juga sih ya dek.. Hmm, gimana ya ku bila ng.. Aku tuh mau terlibat ngelakuin apa-apa di kelompok yang aku gabung kalau orang yang di dalamnya tuh bikin aku nyaman. Ya, nggak masalah sih kau dari suku mana, kau dari agama apa, nggak penting buatku.. Hmm, cuman kan apa ya, bisa bikin nyamanlah bisa saling terima gitu kan... Aku terima kau tapi kau nolak aku, aku mau gimana coy? Ya aku nggak nyamanlah, mana bisa aku ngelakuin misi organisasilah, capai targetlah, apalah.. Visi ya namanya, ya itu, nggak bisalah”.

(9)

Dari penjelasan narasumber dapat disimpulkan bahwa penerimaannya dan penerimaan dari orang lain terhadap persamaan dan perbedaan dirinya dengan orang tersebut menjadi faktor kunci dirinya dalam keterlibatannya di dalam suatu kelompok/masyarakat. Ketika ia dapat memahami dan menerima persamaan dan perbedaan di sekitarnya maka ia akan terdorong untuk berkontribusi di dalam kelompok tersebut.

Dalam penelitian ini, sampel penelitian ini ialah mahasiswa yang berasal dari Universitas Sumatera Utara (USU). Alasan diambilnya sampel penelitian dari universitas ini ialah karena keberagaman di universitas ini cukup tinggi sebagaimana yang ditunjukkan dalam situs direktori mahasiswa USU (2015). Untuk itu keberagaman dalam lingkup sosial ini dirasakan oleh para mahasiswa di universitas ini. Hal ini dikarenakan banyaknya mahasiswa di tiap universitas yang berasal dari latar belakang yang berbeda satu sama lain sehingga terdapat keberagaman di dalamnya.

(10)

sendiri ini disebut sebagai universal-diverse orientation (UDO) (Miville et al. dalam Toscano, 2012; Fuertes, Miville, Mohr, Sedlacek, & Gretchen, 2000).

(11)

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, rumusan masalah dalam penelitian ini ialah “Apakah terdapat hubungan antara Universal-Diverse Orientation dengan Psychological Capital?”

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk melihat ada tidaknya hubungan antara UDO dengan PsyCap.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

a. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk membuktikan ada tidaknya hubungan antara UDO dengan PsyCap;

b. Penelitian ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu psikologi khususnya Psikologi Sosial;

c. Dapat menjadi referensi bagi para peneliti lain yang ingin meneliti fenomena yang sama yakni terkait UDO dengan PsyCap.

2. Manfaat Praktis

(12)

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika penulisan penelitian ini ialah sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teoritis

Berisi tentang teori yang digunakan dalam membahas permasalah penelitian. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini ialah teori UDO dan aspek-aspeknya; PsyCap yang mencakup definisi, dimensi, dan faktor yang mempengaruhi tiap dimensi. Penelitian ini juga menyertakan dinamika hubungan di antara kedua variabel, serta hipotesis penelitian.

BAB III : Metode Penelitian

Berisi tentang identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, subjek penelitian, metode pengumpulan data, validitas dan reliabilitas, dan metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB IV : Analisa dan Pembahasan

(13)

BAB V : Kesimpulan dan Saran

Referensi

Dokumen terkait

Dari analisa sprung Displacement pada masing masing variasi suspensi double wishbone, maka dapat disimpulkan jika variasi model 1 adalah yang terbaik karena memiliki

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan beloso memiliki kandungan formaldehida 8,62±3,4 ppm yang meningkat pada bulan penyimpanan pertama kemudian mulai menurun pada

Dari pertanyaan tersebut, penulis merumuskan masalah penelitian dari uraian diatas, penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam kajian budaya JKT 48 di Indonesia dengan

di Tsanawiyah Piraya Nawin Klonghin Wittaya Patani Selatan Thailand. Bab VI Penutup terdiri dari a) Kesimpilan tentang Upaya guru PAI. dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan siswa

Hasil: dari hasil pengujian hipotesis dengan paired sample t-test pada kelompok latihan Open Kinetik Chain didapatkan nilai (p<0,05) p = 0,000 yang berarti

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah pertama untuk mengkaji dan menganalisis putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap selalu dapat dieksekusi, kedua,mengkaji

ABUBAKAR TAFAWA BALEWA UNIVERSITY BAUCHI Ã...

Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Lembaran Negara Republik