1 TINJAUAN YURIDIS TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN JASA PENILAI
(Studi Kantor Jasa Penilai Publik Kota Palu)
GABRIEL CH NGANTUNG/D 101 11 156
Pembimbing:
1. Dr. H.Sahlan,S.H.,S.E.,M.S. 2. Syamsu Thamrin,S.H.,M.H.
ABSTRAK
Perusahaan jasa penilai independen sebagai perusahaan yang berbadan hukum mempunyai hak dan kewajiban hukum.Perusahaan jasa penilai independen haruslah bertanggung jawab atas segala tindakan yang dilakukannya dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Dalam melakukan kegiatannya, penilaian dilakukan dengan memperhatikan Standar Penilaian Indonesia, Kode Etik Penilai Indonesia, Kode Etik Perusahaan Penilai Indonesia, dan aturan hukum yang berhubungan dengan objek penilaian.Penilaian yang dilakukan secara objektif tanpa ada maksud dan tujuan yang negatif inilah yang harus dilakukan oleh perusahaan jasa penilai agar hasilnya bisa diterima pemakai jasa dan pihak ketiga. Sebagai badan hukum, perusahaan jasa penilai mempunyai tanggung jawab hukum atas hasil penilaian yang dilakukan oleh penilai yang ditunjuknya baik kepada kliennya maupun kepada pihak ketiga yang bersangkutan yang akan memberikan perlindungan hukum atas atas para pihak yang melakukan perjanjian tersebut hal ini sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku.Isu hukum yang akan dibahas adalah Bagaimanakah tanggung jawab perusahaan jasa penilai dalam melaksanakan penilaian aktiva tetap?dan Bagaimanakah perlindungan hukum bagi perusahaan jasa penilai, pemakai jasa, dan pihak ketiga dalam pelaksanaan perjanjian penilaian aktiva tetap?. Metode yang digunakan untuk menjawab masalah tersebut adalah Metode Yuridis Normatif.
2 I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Pada tahun 2000 sampai dengan sekarang ini, jasa penilai berkembang dengan pesat seiring dengan pertumbuhan sektor properti dan pengadaan infrastruktur kota yang semakin modern. Perusahaan jasa penilai independen yang dulunya hanya menilai agunan kredit kemudian memperluas kegiatan-kegiatan usaha seperti yang tercantum dalam Pasal 2 Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan No.
594/MPP/Kep/VII/2002 tentang Ketentuan Perizinan Usaha Jasa Penilaian yang meliputi kegiatan:
1. Penilaian untuk menentukan nilai ekonomis terhadap harta benda berwujud maupun yang tidak berwujud yaitu Penilaian Aktiva Tetap dan Penilaian usaha.
2. Penilaian Proyek.
3. Penilaian Kelayakan Teknis 4. Penilaian dan Konsultasi
Pengembangan Termasuk Study Kelayakan Proyek. 5. Penilaian dan Pengawasan
Proyek .
6. Penilaian dan Konsultasi Investasi .
7. Penilaian dan Teknologi Informasi di Bidang Properti . 8. Penilaian Konsultasi Properti
Termasuk Kegiatan Konsultasi Keuangan Properti.
9. Pengelolaan Harta Benda. Kegiatan jasa penilaian di Indonesia dilakukan oleh pihak swasta (perusahaan penilai) dan pihak pemerintah.Lembaga pemerintah yang berwenang melakukan jasa penilaian
yaitu Departemen
Keuangan.Perusahaan penilai dari luar negeri dapat juga melakukan jasa penilaian asalkan mempunyai izin yang dikeluarkan oleh Departemen Keuangan.
3 memperhatikan Standar Penilaian
Indonesia, Kode Etik Penilai Indonesia, Kode Etik Perusahaan Penilai Indonesia, dan aturan hukum yang berhubungan dengan objek penilaian.
Dalam perkembangan ekonomi dewasa ini, penilaian aset properti dalam hal ini tanah dan bangunan banyak dilakukan dibandingkan dengan penilaian harta kekayaan lainnya. Penilaian aset tanah dan
1
bangunan sebagai aset yang berwujud digunakan sebagai dasar untuk menilai harga pasar dari agunan kredit atau memberi pendapat atas harga dasar aset tersebut untuk dijual kepada pihak lain.
Metode penilaian atas tanah dan bangunan menggunakan metode pendekatan data pasar, metode pendekatan kalkulasi biaya penyusutan, dan metode kapitalisasi pendapatan. Metode pendekatan data pasar atas tanah dan bangunan dilakukan dengan cara mengambilnya dan Nilai Jual Objek Pasar yang merupakan tax base dari pajak bumi
1Ibrahim, Johanes.Hukum Bisnis Dalam Persepsi Manusia Modem.Refika Aditama. Jakarta: 2003. hlm 3
dan bangunan. Nilai Jual Objek Pajak pada dasarnya digunakan sebagai patokan dalam kegiatan pelelangan dan transaksi jual beli, sebagaimana yang diatur dalam UU no.12/1985 dan disempurnakan oleh UU no.12/1994 tentang perubahan pajak bumi dan bangunan.Selain itu, penilaian aset tanah dan bangunan juga memperhatikan semua keterangan, factor-faktor, kapasitas lokasi, Iingkungan dan pemanfaatan tertinggi dan terbaik dari tanah dan aset di atasnya yang dikuasai secara fisik oleh perusahaan.
4 dengan peraturan hukum yang
berlaku.2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah tanggung jawab perusahaan jasa penilai dalam melaksanakan penilaian aktiva tetap?
2. Bagaimanakah perlindungan hukum bagi perusahaan jasa
A. Tanggung Jawab Perusahaan
Jasa Penilai Dalam
Melaksanakan Penilaiaan
Aktiva Tetap.
Dalam kegiatan ekonomi di Indonesia sekarang ini, penilaian aset kekayaan negara, daerah, maupun swasta merupakan hal yang sangat penting untuk mengetahui nilai pasar suatu aset yang tujuan tergantung dari
2
Ibrahim, Johanes. Hukum Bisnis Dalam Persepsi Manusia Modem. Refika Aditama. Jakarta: 2003.hlm 5
masing-masing pihak yang yang memakai jasa penilaian aset tersebut.
Alatkekayaan negara, daerah, atau swasta yang biasa dilakukan penilaian adalah aset tetap atau yang biasa disebut dengan aktiva tetap. sebagai benda berwujud, aktiva tetap Iebih mudah dinilai nhlai ekonomisnyadi banding dengan jenis-jenis aset lainnya,Aktiva tetap juga menjadi tolak ukur dari nilai kekayaan negara, daerah, maupun swasta meskipun jenis-jenis asetlainnya juga mempunyai nilai yangsama pentingnya.
5 melakukan penilaian aktiva tetap, kode
Etik Perusahaan Penilai Indonesia adalah pedoman moral perusahaan penilal dalam menjalankan usaha jasa penilalan aktiva tetap, sedangkan ketentuan perundang-undangan yang berkaitan dengan penilaian aktiva tetap didasarkan atas status hukum dan aktiva tetap dan peraturan lainnya mengenai objek aktiva tetap yang dinilai. Contohnya seperti penilaian bangunan suatu perusahaan yang hanya di sewa oleh perusahaan sehingga status hukumnya bukan menjadi hak milik dari perusahaan tersebut.
Perusahaan jasa penilai yang melakukan penilaian aktiva tetap tidak sesuai dengan Standar Penilaian Indonesia, Kode Etik Penilai Indonesia, Kode Etik Perusahaan Penilaian Indonesia dan aturan hukum yang berhubungan dengan penilaian aktiva tetap akan mengakibatkan
laporan hasil
penilaian menjadi subjektif dan tidak akurat. Laporan hasil penilalan yang akurat dan subjektif akan merugikan pemakai jasa dan pihak ketiga dan Perusahaan jasa peniIai harus
mengganti kerugian akibat kesalahannya.
Dalam melakukan kegiatan usaha jasa penilaian, perusahaan jasa penilai dan penilai bersama-sama bertanggung jawab terhadap mutu dan kebenaran dan laporan hasil penilaian yang dibuat oleh penilai yang ditunjuk oleh perusahaan jasa penilai.Meskipun mempunyai kesamaan dalam tanggung jawab atas mutu dan kebenaran laporan hasil penilaian, tetapi tangung jawab perusahaan jasa penilai mempunyai perbedaan-perbedaan dalam asumsi dan syarat pembatasan penilaian yang menjadi dasar pembatasan tanggung jawab penilai dan perusahaan penilai.Perbedaan tanggung jawab perusahaan penilai dan penilai juga terdapat tanggung jawab moral dan tanggung jawab hukum.
6 hukum yang dapat digugat secara
pidana dan perdata.
Tanggung jawab moral penilai didasarkan atas Kode Etik Penilai Indonesia yang hanya mengikat penilai yang masuk dalam asosiasi Profesi penilai yang bernama Masyarakat Propfesi Penilai Indonesia.Kode etik penilai Indonesia tidak mempunyai kekuatan hukum yang tetap sehingga apabila seorang penilai melakukan pelanggaran kode etik maka sanksinya hanya berupa denda atau dikeluarkan dari asosiasi.Sedangkan tanggung jawab hukum seorang penilai adalah apabila melakukan perbuatan melanggar hukum yang secara pribadi ditanggung oleh penilai tersebut. Apabila seorang penilai melanggar hukum dalam melakukan penilaian akan berakibat rusaknya citra perusahaan tempat ia bekerja dan dirinya secara pribadi selaku seorang penilai dan dapat dikenakan hukuman pidana berdasarkan Pasal 1378 Kitab Undang-undangHukum Pidana mengenai perbuatan curang dan penipuan dan apabila tindakannya tersebut tanpa didasari oleh persetujuan dari pimpinan perusahaan maka penilai tersebut yang
menanggung sendiri ganti kerugian yang akibat tindakan perbuatan melawan hukumnya.
Syarat-syarat pembatasan penilaian yang terdapat dalam laporan akhir penilai sebagai acuan untuk melihat tanggung jawab perusahaan jasa penilai, tanggung jawab perusahaan jasa penilai juga dapat dilihat darikewajiban perusahaan jasa penilai yang tercantum dalam isi perjanjian penilaian aktiva tetap yang telah dibuat.
7 pihak3 ketiga menjadi tanggung jawab
Perusahaan jasa penilai untuk mengganti kerugian tersebut.Hal ini sesuai dengan Pasal 1367 Kitab Undang-undang Hukum Perdata Ayat 3 di mana majikan (perusahaan jasa penilai) yang menunjuk bawahan atau karyawan (penilai).Untuk mewakili urusan-urusan mereka, adalah bertanggung jawab tentang kerugian yang terbit oleh pelayan-pelayannya atau bawahan-bawahan di dalam melakukan pekerjaan.
Tanggung jawab moral perusahaan jasa penilai terbagi atas 4 macam, yaitu tanggung jawab terhadap integritas perusahaan jasa penilai,
pelanggan, masayarakat, dan kepada sesama perusahaan penilai.Menurut wawancara dengan penilai sewaktu melakukan penelitian, tanggung jawab moral perusahaan jasa penilai terdapat dalam kode etik perusahaan jasa penilai yang dibuat oleh asosiasi perusahaan jasa penilai di Indonesia yang bernama Gabungan Perusahaan Penilaian Indonesia (GAPPI). Namun, kode etik tersebut tidak mempunyai
3
Jusuf, AL Haryono. Dasar-dasar
Akuntansi. BagianPenerbitan STIE
YKPN,Yokyakarta. 1994. hlm 25
kekuatan hukum yang mengikat sehingga apabila terjadi pelanggaran tanggung jawab yang sesuai dengan kode etik perusahaan jasa penilai hanya akan dikenai sanksi, yang terbesar dikeluarkan dari asosiasi.
B. Perlindungan Hukum
Perusahaan Jasa Penilai,
Pemakai Jasa, Pihak Ketiga
Dalam Melaksanakan
Perjanjian Penilaian Aktiva
Tetap.
Dalam melaksanakan
perjanjian penilaian aktiva tetap, tiap-tiap pihak yang terikat dalam perjanjian tersebut yang dalam halini perusahaan jasapenilai dengan pemakai jasa berkewajiban tunduk pada kesepakatan yang telah dibuat bersama.
8 pihak mengikatkan diri dalam suatu
persetujuan dan berkewajiban melakukan prestasi sesuai dengan isi perjanjian yang telah disepakati.
Perjanjian penilaian aktiva tetap termasuk dalam perjanjian tidak bernama, namun dengan mengacu pada Pasal 1319 Kitab Undang-undang Hukum Perdata maka perjanjian tersebut akan berlaku sesuai dengan ketentuan umum perikatan (Bab Pertama Dan Kedua Buku III KUH Perdata).
Perjanjian penilaian aktiva tetap memberikan sejumlah hak dan kewajiban kepada kedua belah pihak, oleh karena itu perjanjian penilaian aktiva tetap masuk dalam kategori perjanjian yang bersifat timbal balik dan telah memenuhi persyaratan dalam Pasal 1320 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yaitu dengan adanya kesepakatan untuk saling mengikatkan diri yang di tuangkan dalam perjanjian tertulis maupun tidak tertulis.
Dalam praktik pelaksanaan perjanjian penilaian aktiva tetap, selalu ada saja kemungkinan terjadinya Wanprestasi dan Perbuatan Melanggar Hukum.Wanprestasi dalam perjanjian penilaian aktiva tetap dapat saja terjadi
karena salah satu pihak, baik4 perusahaan jasa penilai atau pemakai jasa yang tidak memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian yang telah di buat atau karena suatu keadaan yang memaksa seperti bencana alam,kerusuhan, dan lain-lain. Wanprestasi dan pihak perusahaan jasa penilai terjadi apabila melakukan hal-hal yang tersebut di bawah ini:
1. Sama sekali tidak melakukan, penilaian aktiva tetap;
2. Terlambat meyelesaikan laporan hasil penilaian aktiva tetap tepat waktu; 3. Penilaian aktiva tetap
bukan dilakuan oleh tenaga
ahli yang
berkompeten dan peralatan yang diperlukan tidak kurang memadai atau tidak ada sehingga kebenaran dan mutu pekerjaan tidak akurat dan subjektif;
4. Tidak bertanggung jawab penuh atas mutu dan
9 kebenaran laporan hasil
penilaian;
Dari keempat bentuk wanprestasi tersebut yang kadang terjadi adalah keterlambatan penyelesaian laporan hasil penilaian.Hal ini biasanya diakibatkan oleh sulitnya melakukan pengumpulan data karena kurangnya data atau kesalahan5 data yang diberikan oleh pemakai jasa dan waktu yang diberikan oleh perusahaan jasa penilai terkadang sangat singkat.Contohnya seperti pemberian data aktiva tetap berupa bangunan-bangunan tidak jelas adalah hak milik dari pemakai jasa atau hanya di sewa oleh pemakai jasa karena informasi yang diberikan kurang atau salah.
Dalam kasus seperti ini, pihak perusahaan jasa penilai menanggulangi keterlambatan tersebut dengan mengambil Iangkah kebijakan dengan meminta kelengkapan data-data yang lengkap kepada pemakai jasa untuk melakukan penilaian sebelum melakukan penilaian objek-objek dan
5Subekti. R. Dan R. Tjinsudibio. Kitab undang-undang hukum perdata.Rineka Cipta. Jakarta: 2001. hlm 35
aktiva tetap perusahaan yangakan dinilai dan memeriksa kebenaran data-data yang diberikan oleh pemakai jasa.Mengenai waktu yang diberikan untuk melakukan penilaian aktiva tetap yang singkat karena keperluan yang mendesak dari pemakai jasa, perusahaan penilai menanggulanginya dengan usaha memenuhi penyelesaian penilaian sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan.
10 didasarkan atas tanggung jawab
perusahaan penilai yang terdapat dalam Kode Etik Perusahaan Penilai Indonesia dan Pasal 19 Undang-undangPerlindungan
Konsumen.Penyelesaian terhadap perbuatan melanggar hukum perusahaan penilaian yang menimbulkan kerugian yaitu dengan mengganti kerugian pemakai jasa dan pihak ketiga.
Bentuk wanprestasi yang dilakukan oleh pemakai jasa adalah: 1. Tidak membayar biaya jasa
penilaian terhadap perusahaan jasa penilai
2. Terlambat membayar biaya jasa penilai terhadap perusahaan jasa penilai.
3. Menolak membayar jaminan biaya jasa penilaian dalam hal perjanjian penilaian agunan kredit calon debitur dengan pihak bank.
4. Kurang memberikan data-data yang lengkap yang dibutuhkan dalam penilaian aktiva tetap.
Dalam wawancara penulis dengan pihak PT. Aquila Terminal Palu dan pihak PT. Pembangunan Sulteng, pernah melakukan tindakan
wanprestasi yaitu
11 kerugian terhadap nama baik
perusahaan yang tercemar akibat perbuatan pemakai jasa yang menyembunyikan data atau memanipulasi data yang akan mempengaruhi hasil penilaian.
Sebagai pihak yang mempunyai kepentingan dengan laporan basil penilaian yang di buat oleh perusahaan jasa penilai atas permintaan dan pemakai jasa, pihak ketiga dapat meminta ganti kerugian kepada perusahaan jasa penilai dan pemakai jasa atas perbuatan melanggar hukum yang dilakukan keduanya yang menimbulkan kerugian kepada pihak ketiga.
Banksebagai pihak ketiga yang mempunyai kepentingan atas hasil penilaian aktiva tetap yang dibuat oleh perusahaan penilai sebagai salah satu syarat bagi calon penerima kredit untuk mendapatkan kredit dan bank mempunyai hak untuk menerima ganti kerugian terhadap perbuatan melanggar hukum yang dilakukan perusahaan penilai atau pemakai jasa. Dalam menindak lanjuti perselisihan yang terjadi dalam perjanjian penilaian aktiva tetap, baik pihak perusahaan jasa penilai, pemakai jasa
dan pihak ketiga berusaha agar diselesaikan dengan cara musyawarah. Apabila ternyata berdasarkan musyawarah tetap tidak terjadi kesepakatan, maka para pihak memilih jalur pengadilan.Tetapi selama penulis melakukan penelitian pada keempat tempat penelitian, mereka tidak pernah membawa atau menyelesaikan perselisihan sampai pada jalur pengadilan karena dapat merusak hubungan baik dengan para pelaku usaha lainnya. Hak yang menyewakan adalah :
1. Uang sewa harus dibayar oleh pihak penyewa tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian.
2. Pihak yang menyewakan berhak untuk menuntut ganti rugi kepada pihak penyewa apabila barang yang disewakan rusak.
Pasal 1560 KUH Perdata mengatur mengenai kewajiban pokok pihak penyewa, yaitu:
1. Untuk memakai barang sewaan secara sangat berhati-hati dan menurut tujuan dan maksud dari persetujuan sewa menyewa.
12 Hak dari pihak penyewa :
1. Penyerahan barang yang disewa harus dalam keadaan terpelihara sehingga dapat dipergunakan untuk keperluan yang dimaksud.
2. Adanya jaminan dari pihak yang menyewakan akan kenikmatan, ketentraman dan tidak adanya cacat dari barang yang disewa.
Menurut Abdulkadir Muhammad wanprestasi atau tidak memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan mengandung dua kemungkinan alasannya yaitu:
a. Karena kesalahan penyewa, baik karena kesengajaan maupun karena kelalaian.
b. Karena keadaan memaksa (force
majeure) jadi diluar kemampuan
penyewa, penyewa tidak
bersalah.Cara yang ditempuh oleh
perusahaan rent a car dalam hal
terjadinya wanprestasi akan
diupayakan penyelesaian secara
musyawarah dan mufakat di kantor
pusat perusahaan persewaan atau
disebut sebagai pihak pertama,
mengenai pembayaran dan jangka
waktu tergantung pada hasil
musyawarah. Atau perusahaan rent a
car dapat memberikan surat
peringatan tertulis asal saja jangan
sampai dengan mudah dipungkiri
oleh si penyewa. Surat peringatan
biasa tidak akan menimbulkan
masalah jika penyewa menyadari
kewajibannya dan memenuhi
kewajibannya tersebut. Cara ini
dilakukan karena pada hakekatnya
perusahaan rent a car ingin selalu
menampilkan citra yang baik dan
penuh pengertian sehingga penyewa
dapat terus menjadi pelanggan yang
bisa memberi keuntungan kepada
perusahaan.
III PENUTUP
A. Kesimpulan
13 penilai. Segala tindakan dan hasil
penilaian perusahaan jasa penilai haruslah dipertanggung jawabkan secara hukum seperti tanggung jawab perdata dan tanggung jawab administrasi. Tanggung jawab perusahaan jasa penilai selama ini masih dituruti oleh perusahaan jasa penilai dalam melakukan penilaian aktiva tetap.
2. Perlindungan hukumterhadap perbuatan melanggar hukum yang di tanggung oleh perusahaan penilai kepada pemakai jasa dan pihak ke tiga di dasarkan atas tanggung jawab perusahaan penilai
yang terdapat dalam Kode Etik perusahaan penilai Indonesia dan pasal 19 undang-undang perlindungan konsumen.
B. Saran
14 DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU :
Badrulzaman, Mariam Dams. Kompilasi Hukum perikatan. Aditya Bakti. Bandung: 2001.
Ibrahim, Johanes.Hukum Bisnis Dalam Persepsi Manusia Modem.Refika Aditama. Jakarta: 2003.
Jusuf, AL Haryono. Dasar-dasar Akuntansi. BagianPenerbitan STIE YKPN,Yokyakarta. 1994.
Simatupang, Richard Burton. Aspek hukum dalam Bisnis. Jakarta: Rineka Cipta. 2003.
Subekti. R. Dan R. Tjinsudibio. Kitab undang-undang hukum perdata.Rineka Cipta. Jakarta: 2001.
B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN :
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 594/MPP/Kep/VII/2002 tentang Ketentuan Perizinan Usaha Jasa Penilaian.
15 BIODATA
Nama : Gabriel CH Ngantung
Tempat Tangal Lahir : Palu 25 Juni 1993
Alamat Rumah : Btn Baliase Blok P3 No 6
Alamat Email : Gabrielngantung@Gmail.Com