• Tidak ada hasil yang ditemukan

Atrial Fibrilasi Pada Hipertiroid

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Atrial Fibrilasi Pada Hipertiroid"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ATRIAL FIBRILASI PADA HIPERTIROID

Refli Hasan, Fiblia

Divisi Kardiologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam

FK-USU/ RSUP H. Adam Malik Medan

PENDAHULUAN

Hipertiroid merupakan suatu kondisi gangguan kelenjar tiroid yang memiliki

manifestasi pada sistem kardiovaskuler salah satu diantaranya adalah atrial fibrilasi. Hal ini

disebabkan karena secara fisiologis hormon tiroid sendiri memiliki efek terhadap sistem

kardiovaskuler yaitu meliputi efek langsung hormon tiroid terhadap jantung, efek hormon

tiroid terhadap sistem saraf simpatis dan efek sekunder terhadap perubahan hemodinamik.

Atrial fibrilasi sendiri merupakan suatu kondisi yang menyebabkan tingginya angka

mortalitas jika dihubungkan dengan tingginya frekuensi emboli. 1,4

PEMBAHASAN

Definisi Atrial Fibrilasi & Hipertiroid

Definisi Atrial Fibrilasi

Atrial Fibrilasi (AF) merupakan suatu irama yang tidak teratur dengan frekuensi

rata-rata (350-600 kali/menit) dimana tidak ditemukan gelombang P pada elektrokardiografi

(EKG). Rata-rata ventriculer rate pasien AF yang telah diterapi sekitar 140-160 kali/menit. Pada AF, gelombang P tidak terlihat pada EKG, hal ini disebabkan amplitudo gelombang P

rendah dan tertutupi oleh gelombang QRS dan gelombang T. 6,9

AF merupakan suatu kondisi aritmia yang berbahaya oleh karena : (1) ventrikel rate yang cepat dapat mengganggu cardiac output dan berefek terhadap hipotensi dan kongesti `paru khususnya pada pasien dengan hipertiroid dan kekakuan ventrikel kiri dimana kontraksi

atrial yang normal dapat secara signifikan menurunkan pengisiian ventrikel kiri dan stroke

(2)

meningkatkan resiko trombus, khususnya pada atrium kiri. Emboli pada atrium kiri

merupakan penyebab stroke. 9

Definisi Hipertiroid

Hipertiroid adalah suatu keadaan hipermetabolik disebut juga tirotoksikosis, terjadi

akibat kelebihan sekresi tiroksin (T4) atau triiodo-tironin (T3). (Barbara, C. Long, 1996:

265). Hipertiroid adalah kadar HT dalam darah yang berlebihan.(Corwin, 2000: 263).

Hipertiroidisme adalah suatu ketidakseimbangan metabolik yang merupakan akibat dari

produksi hormone tiroid yang berlebihan. (Doenges, M. E, 2000: 708). Hipertiroid adalah

keadaan di mana kadar hormon tiroid yang berlebihan dan terlalu aktif. Hipertiroidisme

adalah keadaan di mana produksi hormon tiroksin berlebihan. (Ranakusuma, A. B, 1992:

24-25). Hyperthiroidism is characterized by overactivity of the thyroid gland, hipersecretion of thyroid hormone, and increased body metabolism and heat production. (Luckman and

Sorenson’s, 1993: 1809).7

Epidemiologi Atrial Fibrilasi pada Hipertiroid

Prevalensi AF di Amerika Serikat ± 2,2 juta pasien pertahun dan jumlah ini meningkat ±

160.000 kasus baru /tahun. Prevalensi AF meningkat sesuai dengan peningkatan usia yaitu <

1% pada usia < 50 tahun sedangkan pada usia > 80 tahun sekitar 9%. Laki-laki lebih banyak

dibanding perempuan.

Prevalensi hipertiroid di Inggris pada praktek umum 25-30 kasus dalam 10.000 wanita,

di rumah sakit 3 kasus dalam 10.000 wanita. Prevalensi hipertiroid 10 kali lebih sering pada

wanita dibanding pria (wanita : 20-27 kasus dalam 1.000 wanita, pria : 1-5 per 1.000 pria ).

Data dari Whickham survey pada pemeriksaan penyaring kesehatan dengan Free Thyroxine Index (FT4) menunjukkan prevalensi hipertiroid pada masyarakat sebanyak 2 % (Stommat, 1996).

Sedang prevalensi hipertiroid di Indonesia belum diketahui. Pada usia muda umumnya

disebabkan oleh penyakit Graves, sedangkan struma multinodular toksik umumnya timbul

pada usia tua. Didaerah pantai dan kota insidennya lebih tinggi dibandingkan daerah

(3)

Prevalensi atrial fibrilasi pada hipertiroid antara 2%-20%. Sedangkan jika dikaitkan

dengan umur, 15% pasien dengan usia >70 tahun. Pada pasien atrial fibrilasi yang tidak

diseleksi prevalesi hipertiroid < 1% . 1,6

Etiologi Atrial Fibrilasi pada Hipertiroid

Atrial Fibrilasi (AF) disebabkan oleh hal yang berhubungan dengan kardia ataupun non

kardia. Adapun beberapa penyebab kardia diantaranya penyakit jantung koroner,

kardiomiopati dilatasi, kardiomiopati hipertropik, penyakit katup jantung dan aritmia jantung.

Sedangkan penyebab AF yang berasal dari non kardia yaitu selain hipertiroid diantaranya

hipertensi sistemik, diabetes melitus, penyakit paru serta neurogenik.6

Patofisiologi

Patofisiologi Atrial Fibrilasi

Atrial fibrilasi terjadi karena eksitasi dan recovery yang sangat tidak teratur dari

atrium. Oleh karena itu impuls listrik yang timbul dari atrium juga sangat cepat dan sama

sekali tidak teratur. Bentuk gelombang fibrilasi dapat sangat kasar dengan amplitudo >1 mm

atau halus sehingga gelombangnya tidak terlihat nyata. Biasanya hanya sedikit dari impuls

tersebut yang sampai ventrikel kanan karena dihambat nodus AV untuk melindungi ventrikel,

agar denyut ventrikel tidak terlalu cepat sehingga menimbulkan denyut ventrikel

80-150kali/menit.9

Patofisiologi Hipertiroid

Penyebab hipertiroid mayoritas disebabkan oleh grave diseases, goiter multinoduler

toksik dan goiter mononoduler toksik. Hipertiroidisme pada penyakit graves biasanya

disebabkan antibodi reseptor TSH yang menyebabkan rangsangan pada aktivitas tiroid dan

pada goiter multinoduler toksik biasanya berhubungan dengan sistem autonom dari tiroid itu

sendiri. Selain itu terdapat juga hipertiroid akibat dari peningkatan TSH dari pituatri, namun

kasus ini jarang. Hipertiroid pada T3 tirotoksikosis mungkin diakibatkan T3 deiodinisasi dari

(4)

Patofisiologi Atrial Fibrilasi pada Hipertiroid

Mekanisme seluler hormon tiroid

Kelenjar tiroid memproduksi hormon triiodotironin (T3) dan levotiroksin (T4) dalam

merespon TSH (Tiroid Stimulating Hormon). Kelenjar tiroid awalnya mensekresikan T4

kemudian akan dikonversikan menjadi T3 oleh 5 monodeiodination di hati, ginjal,

muskuloskeletal. T3 berperan penting pada jantung karena pada jantung tidak terdapat

aktivitas miosin intraseluler yang teriodinisasi secara signifikan. T3 berikatan dengan thyroid hormone nuclear receptors (TRs). Ikatan ini menginduksi thyroid hormone response elements (TREs). TRs berikatan denga TREs sebagai homodimer atau heterodimer.

Hormon tiroid berefek pada miosit jantung dan hal ini berhubungan erat dengan

fungsi jantung dalam meregulasi struktur dan regulasi gen. Efek T3 ini dapat muncul dengan

segera dan tidak berpengaruh terhadap transkripsi TRE. T3 dapat merubah ion channel pada

membran yaitu natrium, kalium, dan kalsium serta adenin nukleotida translokator 1 pada

membran mitokondrial dan berbagai pathway sinyal intraseluler jantung.1,5

Gamb.1. Efek T3 pada miosit jantung

Efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler

Hormon tiroid berefek pada jantung dan pembuluh darah perifer yaitu meliputi

penurunan SVR (Systemic Vascular Resistance) dan peningkatan pada heart rate dan kontraktilitas ventrikel kiri serta volume darah. Hormon tiroid menyebabkan penurunan

(5)

penurunan mean atrial pressure dan ketika hal ini dieteksi oleh ginjal maka sistem renin

angiotensin aldosteron akan teraktifasi dan absorbsi natrium akan meningkat. T3 juga

berperan dalam memproduksi eritropoetin dimana hal ini akan menyebabkan peningkatan

eritrosit dan menyebabkan kenaikan blood volume dan preload. Pada kondisi hipertiroid, hal

ini menyebabkan kenaikan cardiac output 50% - 300% lebih tinggi dibanding keadaan normal.

Pada sel VSM, efek mediasi hormon tiroid merupakan hasil aksi genomik dan

nongenomik. Target aksi non genomik yaitu membran ion chanel dan sintesis nitric oxide

endotel yang berperan dalam menurunkan SVR. Relaksasi VSM bertujuan untuk menurunkan

resistensi dan tekanan arterial yang berakibat terhadap peningkatan cardiac output. Peningkatan produksi nitric oxide endotel terjadi. 1,5

Gamb.2. Efek hormon tiroid pada hemodinamik kardiovaskuler, T3 berefek pada tissue thermogenesis, systemic vascular resistence, blood volume, cardiac contractility, heart rate and cardiac output

Efek Langsung Hormon Tiroid pada jantung

Hormon tiroid merupakan regulator penting dalam ekpresi gen jantung dan banyak

manifestasi jantung yang berhubungan dengan ekspresi gen T3. Beberapa efek dari hormon

(6)

Patogenesis Atrial Fibrilasi pada Hipertiroid

Mekanisme elektrofisiologis fibrilasi atrial diduga karena reentry (masuknya kembali) berbagai gelombang eksitasi yang mengelilingi atrium, sebagai akibat penyebaran

(dispersion) yang nonuniform dari kerefraktorian atrium (Maisel dkk, 2001). Secara pasti mekanisme ini belum dapat diketahui, namun kejadiannya mungkin diinisiasi oleh beberapa

faktor pencetus seperti kontraksi prematur atrium, terutama pada penderita yang memiliki

substrat pokok yang rentan pada atrium. Ada kalanya fibrilasi atrium dapat disebabkan olah

peletusan fokus atrium secara rnendadak (Fauci et al, 1998).

Secara normal bagian atrium yang saling berbatasan mempunyai periode refrakter

yang sama (waktu setelah depolarisasi ketika miokardium tidak dapat direstimulisasi) dan

menyebabkan penyebaran gelombang yang terdepolarisasi secara teratur diseluruh atrium.

Reentry dan fibrilasi atrial dipermudah jika bagian atrium yang saling berbatasan memiliki periode refrakter yang berbeda, sehingga sebuah gelombang yang terdepolarisasi menjadi

terpecah karena menghadapi baik refrakter maupun miokardium yang mudah terangsang, Hal

ini membuat gelombang yang terdahulu membalik dan menstimulasi miokardium yang

sebelumnya refrakter, tapi sekarang terepolarisasi, sehingga menyebabkan perambatan yang

tak henti-hentinya dari gelombang terdahulu dan reentry (Houge and Hyder, 2000).

Hormon tiroid memberikan efek multipel pada jantung. Sebagian disebabkan oleh

kerja langsung T3 pada miosit, tetapi interaksi antara hormon-hormon tiroid, katekolamin,

dan sistem saraf simpatis juga dapat mempengaruhi fungsi jantung, dan juga perubahan

hemodinamika dan peningkatan curah jantung yang disebabkan oleh peningkatan umum

metabolisme (Sherwood, 1996).

Gambar 4. Norepinephrine (NE) dikeluarkan dari saraf adrenergik. NE mengalami deaminasi dan dioksidasi menjadi DOMA, NMN, MOPEG, VMA.

(7)

Konduksi atrium yang lambat juga mempermudah reentry, dan hal ini menjelaskan hubungan yang ada antara potensial aksi yang memendek dan meningkatnya resiko terjadinya

fibrilasi atrial pada hipertiroidism. Iskemi pada atrium serta penyakit jantung yang terkait

tidak hanya memberikan sumbangan pada konduksi dan kerefraktorian abnormal atrium

tetapi juga meningkatkan frekuensi munculnya faktor pencetus (triggering events) (Maisel dkk, 2001).

Hipotesis, bahwa fibrilasi atrial akibat hipertiroid berkaitan dengan perubahan

ekspresi gen (mRNA) merupakan suatu penjelasan dimana efek hormon tiroid pada ekspresi

mRNA meningkat sebesar 1,5Kv dan menurunkan channel kalsium pada ekspresi mRNA (Watanabe et al, 2003).

Hormon tiroid berpotensi memberikan efek adrenergik pada jantung. Konsetrasi

Catecholamine dapat normal atau berkurang pada penderita hipertiroidism. Mekanisme kerja

catecholamines yaitu meningkatkan kepekaan jaringan memalui peningkatan reseptor

adrenergi. Hyperthyroidism berhubungan dengan aktifitas vagal dan mengurangi variabilitas

denyut jantung (Watanabe et al, 2003).

Pada atrial fibrilasi terjadi pelepasan beberapa sitokin. Sitokin tersebut berpengaruh

pada pembentukan T3, sehingga pada beberapa pasien atrial fibrilasi akan diikuti dengan

penurunan kadar hormon T3. Penurunan hormon tersebut berpengaruh pada transkripsi

myosin a dan ß yang merupakan pembentuk utama otot jantung kontraktil, protein retikulum

sarkoplasmik, Ca2+ ATP-ASE dan fosfo lamban. Masing-masing protein tersebut tergantung

pada transkripsi genetik yang diregulasi oleh T3. Dilain pihak penurunan T3 juga dapat

menyebabkan peningkatan Ca2+ intraseluler, yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap

kinerja otot jantung maupun kemungkinan timbulnya penyulit atrial fibrilasi melalui

terjadinya stunned myocardium dan hybernating cardiac. Pengaruh hormon tiroid terhadap waktu aksi potensial otot jantung juga berpeluang terhadap timbulnya aritmia jantung

(Watanabe et al, 2002).

Durasi potensial aksi miosit lebih pendek pada hyperthyroid dibandingkan dengan

euthyroid. Pertukaran ion kalium terlambat dan hal tersebut meningkat pada hyperthyroid,

dan pertukaran L-type kalsium berkurang pada hyperthyroid sehingga jumlah T3 meningkat

yang akhirnya menghasilkan durasi potensial yang memendek.

Pada penyakit berat karena sebab apapun, down-regulation hormon tiroid dapat terjadi. Masih belum diketahui bagaimana hal ini akan mempengaruhi pasien dengan atrial

(8)

fibrilasi atrial serta hubungannya dengan fungsi jantung dan hasilnya maka Friberg dkk

melakukan penelitian ini (Ambarwati, 2000).

Pasien dengan kerusakan fungsi jantung atau mengalami reaksi inflamasi yang berat

menunjukkan down-regulation sistem tiroid yang lebih nyata. Tidak ditemukan hubungan dengan enzim-enzim jantung. Pasien dengan riwayat atrial fibrilasi sebelumnya memiliki

kadar T3 yang lebih rendah, infark yang lebih kecil, dan kadar protein reaktif C yang lebih

tinggi. Selain itu juga terdapat sitokin proinflamasi interleukin-6.

Dapat disimpulkan bahwa sistem hormon tiroid secara cepat mengalami down-regulation saat terjadi fibrilasi atrial. Kejadian ini bisa bermanfaat saat terjadinya iskemia akut. Pasien dengan angina memiliki kadar interleukin-6 dan protein reaktif C yang lebih

tinggi serta sistem hormon tiroid yang lebih tertekan. Penekanan kadar tiroid pada pasien

dengan angina mungkin telah terjadi sebelum proses infark dimulai. 5,8

Gejala dan Tanda Atrial Fibrilasi pada Hipertiroid

Beberapa manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada pasien AF pada hipertiroid

yaitu berupa palpitasi, angina saat aktivitas, dipsneu, cepat lelah, sinkop ataupun gejala

tromboemboli. Manifestasi lanjut dari keadaan AF ini yaitu suatu kondisi gagal jantung

kongestif oleh karena menurunnya curah jantung.1,4

Pemeriksaan Laboratorium & Penunjang

1. Elektrokardiografi berupa : aritmia, hilangnya gelombang P

2. Foto thoraks biasanya ventrikel kiri, aorta, arteri pulmonal biasanya tidak berubah namun

pada beberapa kasus terdapat pembesaran jantung.

3. Thyroid Ultrasonograpi berfungsi untuk mendeteksi nodul jika radioiodine uptake tidak

dapat dilakukan.

4. Scan radioiodine uptake berfungsi untuk mendiagnosa grave disease dan goiter

multinoduler toxic

5. Pemeriksaan laboratorium yaitu T3 (Total T3, Free T3 by analoque methode, Free T3 by

dialysis) , T4 (Total T4, Free T4 by analoque methode, Free T4 by dialysis) , TSH, thyrotropin,

(9)

Terapi

Pada kasus atrial fibrilasi dengan hipertiroid maka pengobatan diupayakan secara

etiologi yaitu dengan mengendalikan kondisi hipertiroidnya terlebih dahulu setelah itu

mengatasi masalah atrial fibrilasinya. Yang termasuk dalam terapi hipertiroidnya yaitu

menurunkan tirotoksikosis dengan 3 methode yaitu (1) tirostatika, (2) tiroidektomi, (3)

yodium radioaktif.

1.Tirostatika

Obat anti tiroid (OAT) yaitu golongan tiomidazol(Karbimazol 5 mg,metamizol(MTZ) atau

tiamizol 5,10,30mg) dan derivat tiourasil (PTU propiltiourasil 50,100mg) menghambat proses

organifikasi dan reaksi autoimun,dan efek tambahan PTU adalah untuk menghambat konversi

T4 menjadi T3 diperifer. Waktu paruh MTZ 4-6 jam sedangkan PTU 1-2 jam. PTU

dibandingkan MTZ disekresikan dalam air susu ibu 10 kali lebih rendah. OAT juga berperan

dalam menghambat ekspresi HLA-DR di sel folikel sehingga imunologis membaik. Dosis

dimulai dari 30 mg CMZ, 30 mg MTZ dan PTU 400mg sehari dalam dosis terbagi. Selama

4-6 minggu dapat mencapai eutiroid, kmudian dosis titrasi sesuai respon klinis. Lama

pengobatan 1-1,5 tahun kemudian dihentikan ntuk melihat apakah terjadi remisi. Terdapat

dua metode dalam menggunakan OAT ini yaitu metode titrasi dan metode blok substitusi.

Metode titrasi adalah dimulai dengan dosis besar kemudian diturunkan berdasarkan klinis dan

laboratorium. Metode blok substitusi adalah pasien diberi dosis tinggi terus menerus sampai

tercapai kondisi hipotiroid kemudian diberikan hormon tiroksin sehingga eutiroid dapat

tercapai.

2. Tiroidektomi

Yaitu tindakan operasi tiroid yang dilakukan jika kondisi eutiroid tercapai.

(10)

Tujuan pengobatan AF adalah untuk mengembalikan ke irama sinus, mengontrol laju irama

ventrikel dan mencegah terhadap terjadinya komplikasi tromboemboli.

1. Mengembalikan ke irama sinus

Yaitu dengan melakukan kardioversi baik farmakologis ataupun elektrik. Kardioversi

farmakologis yaitu paling efektif bila dilakukan pada kondisi AF dalm 7 hari .

Kardioversi elektrik diindikasikan pada pasien dengan gangguan hemodinamik

disertai tanda iskemik, hipotensi, sinkop. Kardioversi elektrik dilakukan dengan 200 J

dan bila tidak berhasil dapat dinaikkan menjadi 300 J. Obat antiaritmia tidak

digunakan pada pasien dengan AF permanen. Pada pasien pasien tertentu, terapi obat

antiaritmia selam 4 minggu setelah kardioversi elektrik berguna dalam meningkatkan

keselamatan pasien. Droedarone adalah salah satu obat yang berguna dalam menjaga

sinus ritme pada pasien AF paroksismal dan permanen. Dronedarone tidak boleh

diberikan pada pasien dengan gagal jantung moderat atau severe.

Adapun skema untuk kardioversi elektrik maupun farmakologi dapat dilihat

sbb: :

Gambar.5 Indikasi untuk melakukan kardioversi elektrik atau farmakologi dan pilihan antiaritmia sebagai kardioversi farmakologi pada pasien dengan onset akut AF

Untuk mempertahankan irama sinus dapat diberikan obat didalam tabel

(11)

2. Pilihan obat-obat untuk pengontrol laju ventrikel adalah digoxin, antagonis kalsium (

verapamil dan diltiazem) serta penyekat beta. Laju irama yang dianggap terkontol

60-80 kali/menit pada saat istirahat dan 90 -115 saat aktivitas.

3. Pengobatan antitrombotik bertujuan untuk mencegah komplikasi stroke emboli. Pada

pasien AF harus dilakukan penghitungan CHA2DS2-VASc untuk menilai resiko stroke

pada pasien AF non valvular. CHA2DS2-VASc terdiri dari [Congestive heart failure,

Hypertension, Age ≥75, Diabetes, Stroke (doubled), vascular disease, age 65-74, sex

kategory female]. Setelah itu dilakukan penghitungan HAS-BLED [Hypertension ,

Abnormal renal/liver function, Stroke, Bleeding history or predisposition, Labile INR,

Elderly (e.g. age .65, frailty, etc.) Drugs/alcohol concomitantly] sebagai alat untuk

menilai resiko perdarahan serta untuk langkah mengkoreksi jika HAS-BLED≥ 3

artinya memiliki resiko tinggi terhadap perdarahan, meskipun demikian pasien tetap

diberikan warfain. Warfarin lebih superior dibandingkan aspirin. Sedangkan

penggunaan kombinasi aspirin dengan clopidogrel pada pasien yang menolak untuk

(12)

terapi antitrombotik yang memiliki efikasi dan keselamatan dibandingkan warfarin.

Yang termasuk dalam NOACs adalah inhibitor trombin (dabigatran) serta inhibitor

faktor Xa ( Rivaroxaban, Apixaban) dengan target pengobatan INR 2 – 3, dan pada

pasien dengan usia > 70 tahun INR 1,6 - 2. Adapun rekomendasi yang dikeluarkan

sesuai dengan 2012 focused update of the ESC Guidelines for the management of

(13)
(14)
(15)

DAFTAR PUSTAKA

1. Klein Irwin, Danzi Sara : Thyroid Disease and the Heart.Circulation. 2007;116:1725-1735. doi: 10.1161/CIRCULATIONAHA.106.678326

2. Camm A.J, Lip G.Y.H, Caterina D.R, et al. 2012 focused update of the ESC Guidelines for the management of atrial fibrillation.European Heart Journal (2012) 33, 2719–2747 doi:10.1093/eurheartj/ehs253

3. Brent G.A, Graves Disease, The new England Journal of Medicine(2008);358:2594-605

4. Page R.L, Newli diagnosed Atrial Fibrillation, The new England Journal of Medicine(2004);351:2408-16

5. Kisyanto Y, Antono D, Penyakit Jantung Tiroid dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 5, Internal Publishing:2009;1798-1803

6. Ranitya R, Nasution S.A, Fibrilasi Atrial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 5, Internal Publishing:2009;1612-1617

7. Djokomoeljanto R, Kelenjar Tiroid, Hipertiroid dan Hipotiroid dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 5, Internal Publishing:2009;1993-2008

8. Wustmann K, Kucera P, Burow A,et.al. Activation of electrical triggers of Atrial Fibrilation in Hyperthyroidsm, J Clin Endocrinol Metab, June 2008,93(6):2104-2108

Gambar

Gambar 4. Norepinephrine (NE) dikeluarkan dari saraf adrenergik. NE mengalami deaminasi dan dioksidasi menjadi DOMA, NMN, MOPEG, VMA

Referensi

Dokumen terkait

Jungsi epri#adian Muhammadiyah adalah untuk men&#34;adi landasan&amp; ped$man dan pegangan para pemimpin&amp; akti!is dan angg$ta Muhammadiyah dalam men&#34;alankan

Jauhnya rentang kendali dengan pemerintah induk, Wilayah Pembangunan Utara Kabupaten Lombok Barat yang terdiri dari 5 (lima) kecamatan yaitu Pemenang,

Elektroda GTP terbaik diperoleh pada persentase 75%:25%:1 dengan nilai potensial oksidasi dan reduksi berkisar 0,25 V dan -0,6 V pada scan rate 1

Manfaat dari penelitian ini antara lain adalah ; 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan melalui suatu penelitian ilmiah

Utang PPh (pasal 29) adalah akun pajak penghasilan/ PPh Kurang bayar pada akhir tahun pajak dimana Beban Pajak Kini &gt; Uang Muka/Kredit pajak tahun

Untuk meningkatkan kualitas layanan penyelenggaraan dan hasil pembelajaran pendidikan masyarakat di lembaga tersebut diperlukan sarana pendukung dalam pelaksanaannya.

!ada pemeriksaan histologik didapatkan infiltrsi labirin oleh sel-sel leukosit  polimorfonuklear dan destruksi struktur jaringan lunak.Sebagian dari tulang

Dengan menggunakan ketiga persamaan tersebut dihasilkan suatu perangkat lunak yang dapat digunakan untuk menganalisis pengaruh getaran tanah hasil peledakan