DAFTAR ISI
PROMOTING LIVELIHOOD SUSTAINABILITY THROUGH AGRICULTURAL RESOURCES MANAGEMENT
Panomsak Promburom
EKSOTISME BUDIDAYA GANDUM TROPIS MENDUKUNG KERGAMANAN TANAMAN DAN PANGAN
Dr. Ir. Nugraheni Widyawati, MP
POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TANAMAN KORO PEDANG DI LAHAN SUB-OPTIMAL SEBAGAI PENDUKUNG KEMANDIRIAN PANGAN
Maria Theresia Darini, Sri Endah Prasetyowati, Yacobus Sunaryo
PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK PIE SUSU APEL PADA UMKM Aurelia Tamba, Effy Yuswita, Heptari Elita Dewi
KAJIAN PELUANG USAHATANI JAGUNG DI KABUPATEN
MAJALENGKA DALAM MENDUKUNG INDUSTRI PAKAN TERNAK Zumi Saidah,Rani Andriani Budi Kusumo, Erna Rachmawati
MOTIVASI KERJA UTAMA PETANI DALAM KEMITRAAN (Studi Kasus di Asosiasi Aspakusa Makmur Boyolali)
Vianeylisari dan Maria
ANALISIS PROYEK USAHA PETERNAKAN AYAM BURAS PEDAGING Sri Haryani Sitindaon, Suroto, Alfan Sagito
FENOMENA PERMINTAAN BUAH LOKAL MASA PANDEMI COVID 19 DI DUA PASAR TRADISIONAL DI KOTA SALATIGA
Nur Baiti Cahya Ningrum W R H dan Tinjung Mary Prihtanti STRATEGI PROMOSI PENJUALAN MADU
(Studi Kasus di PO. Madu Asli Senjaya) Tito Alfaro Primaputra, Maria, Liska Simamora
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMBELIAN PRODUK ORGANIK Monika Shania Meisy, Maria, Liska Simamora
KARAKTERISTIK DAN PERSEPSI KONSUMEN SAYURAN
YANG MELAKUKAN PEMBELIAN SECARA ONLINE
Martiana Nur Nugraheni dan Tinjung Mary Prihtanti
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SAYUR ORGANIK MERBABU Danada Adita Putri, Maria
1-26 27-62 63-74 75-91 92-104 105-114 115-126 127-134 135-142 143-154 155-164 165-178 i
DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP MANAJEMEN DAN STRATEGI PEMASARAN SAYUR ORGANIK
(Studi Kasus di Kelompok Tani Tranggulasi Desa Batur, Kabupaten Semarang) Illene Naomi Nugroho dan Yuliawati
PERKEMBANGAN KOMODITAS BASIS DAN NON-BASIS SUB-SEKTOR TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN BANTUL
Dewi Masitoh, Abi Pratiwa Siregar, Meita Puspa Dewi, Moh. Ali Abdur Rohman, Ahmad Samsudin
KONSEP PERANCANGAN SKATEPARK KOTA SALATIGA
Bio Pravasadipta dan Endang Pudjihartati
PENGARUH PERIODE KRITIS BEBAS GULMA PADA TANAMAN GANDUM (Triticum aestivum L.)
Endi Irfani dan Yohanes Hendro Agus
UJI KUALITAS JAMU DARI BEBERAPA VARIAN “S’JAMU SALATIGA” Wisnu Tri Hanggoro, Rama Wisnu Putra, Agung Rimayanto Gintu
POTENSI KADAR MINERAL “MUD VOLCANO” BANYU ASIN SANGIRAN
SEBAGAI SUMBER MINERAL UNTUK PERTANIAN LAHAN KERING Agung Rimayanto Gintu, Rejo Wagiman, Marchelia Welma Salenussa dan Dwi Pramana PENGARUH KONSENTRASI ENZIM PEKTINASE DARI LIMBAH KULIT PISANG OLEH KAPANG Aspergillus niger TERHADAP KLARIFIKASI MINUMAN FUNGSIONAL JAHE LEMON
Dyan Yulianti dan Maria Marina Herawati
KEANEKARAGAMAN HAYATI SEMUT (Hymenoptera: Formicidae) DI HUTAN KOTA BENDOSARI, KOTA MADYA SALATIGA
Titus Septianjaya dan Yohanes Hendro Agus
TAHAPAN PENYUSUNAN ROADMAP DIVERSIFIKASI PERKEBUNAN RAKYAT DENGAN TANAMAN OBAT Akhmad Jufri, Djatmiko Pinardi, Armelia Tanjung
KAJIAN PERKEMBANGAN MORFOLOGI BUNGA DAN BENIH SEBAGAI INDIKATOR KEMASAKAN BENIH Artemisia annua L
Putri Rizky Lestari dan Endang Pudjihartati
TANTANGAN TEKNIS UPAYA INTRODUKSI BUDIDAYA GANDUM TROPIS PADA MASYARAKAT PETANI
Djoko Murdono, Tinjung Mary Prihtanti, Sarlina Palimbong
TEKNOLOGI PENGOLAHAN VCO DENGAN
DRY PROCESS
SKALA PEDESAAN DAN PENGARUH MUTUNYA SELAMA
PENYIMPANAN
Adhitya Yudha Pradhana dan Ismail Maskromo
179-192 193-198 199-210 211-218 219-228 229-240 241-250 251-260 261-270 271-278 279-286 287-293
193 PROSIDING WEBINAR
KONSER KARYA ILMIAH TINGKAT NASIONAL TAHUN 2020
“Pengembangan Komoditas Unggulan
Mewujudkan Wilayah Perdesaan yang Berkelanjutan”
Kamis, 24 September 2020 | Fakultas Pertanian & Bisnis UKSW
ISSN 2460 - 5506
PERKEMBANGAN KOMODITAS BASIS DAN NON-BASIS
SUB-SEKTOR TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN BANTUL
Dewi Masitoh1, Abi Pratiwa Siregar2, Meita Puspa Dewi1, Moh. Ali Abdur Rohman1,
Ahmad Samsudin1
1Prodi Agribisnis, Fakultas Industri Halal, Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta 2Prodi Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada email korespondensi: abipratiwasiregar@ugm.ac.id
ABSTRACT
Planning is one of the important stages in the development of the agricultural sector, including food crops sub-sector. In connection with the relatively large number of food crop commodities, it is necessary to identify basic and non-basic commodities. Thus, the development plan can be realized more effectively and efficiently. This study aims to identify and provide an overview of the development of basic and non-basic commodities in the food crop sub-sector. The basic method used is descriptive-analytical using secondary data from the Ministry of Agriculture and the Central Bureau of Statistics. The data analysis used is Location Quotient (LQ) and trend analysis. The results showed that rice was a single commodity that was classified as a basic commodity, while maize, green beans, peanuts, soybeans, sweet potatoes, and cassava were classified as non-basic commodities. Based on the development of harvested area and production, food crops can be categorized into 3. First, land area and production tend to decline (maize, green beans, soybeans, and cassava). Second, land area decreases but production tends to increase (peanuts and sweet potatoes). Third, land area increases but production tends to decrease (rice). Furthermore, based on real price trends, the seven food crop sub-sector commodities tend to increase from time to time.
Keywords : Basic commodities, food crop subsector, trends of harvest area, real price of food crop, Bantul Regency
ABSTRAK
Perencanaan merupakan salah satu tahapan penting di dalam pengembangan sektor pertanian, termasuk di dalamnya sub-sektor tanaman pangan. Sehubungan dengan jumlah komoditas tanaman pangan yang relatif banyak, maka perlu dilakukan identifikasi terhadap komoditas basis dan non-basis. Dengan demikian, rencana pengembangan dapat diwujudkan dengan lebih efektif dan efisien. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memberikan gambaran mengenai perkembangan komoditas basis dan non basis sub-sektor tanaman pangan. Metode dasar yang digunakan adalah deskriptif analitis dengan menggunakan data sekunder yang berasal dari Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik. Analisis data yang digunakan adalah Location Quotient (LQ) dan analisis tren. Hasil penelitian menunjukkan padi sebagai komdoditas tunggal yang tergolong basis, sedangkan jagung, kacang hijau, kacang tanah, kedelai, ubi jalar, dan ubi kayu tergolong komoditas non basis. Ditinjau berdasarkan perkembangan luas panen dan produksi, tanaman pangan dapat dikategorikan menjadi 3. Pertama, luas panen dan produksi cenderung menurun (jagung, kacang hijau, kedelai, dan ubi kayu). Kedua, luas panen berkurang namun produksi cenderung naik (kacang tanah dan ubi jalar). Ketiga, luas panen bertambah namun produksi cenderung menurun (padi). Lebih lanjut, berdasarkan tren harga riil, tujuh komoditas sub sektor tanaman pangan cenderung naik dari waktu ke waktu.
Kata kunci: Komoditas basis, Subsektor tanaman pangan, Tren luas panen, tren harga riil, Kabupaten Bantul
PENDAHULUAN
Tanaman pangan merupakan komoditas strategis dan menarik dalam kaitannya dengan isu peningkatan produksi dan jaminan ketersediaannya. Oleh karena itu, pada masing-masing wilayah, salah satu langkah penting untuk pengembangan sub sektor tanaman pangan adalah melakukan pemetaan komoditas basis dan non basis (Mulyono & Munibah, 2016). Ditinjau dari aspek pembangunan wilayah, pemetaan ini merupakan bagian dari maksimalisasi potensi daerah untuk mencapai pembangunan ekonomi daerah (Sapriadi & Hasbiullah, 2015).
Zakiah et al. (2015) menggunakan analisis
Location Quotient (LQ) untuk mengidentifikasi
komoditas basis sub sektor perkebunan di Kabupaten Aceh Selatan. Disebut komoditas basis apabila memiliki nilai LQ lebih besar dari satu. Sebaliknya, apabila suatu komoditas memiliki nilai LQ lebih kecil dari satu, dikategorikan non basis. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pala, kapuk, nilam, dan
kelapa merupakan komoditas basis. Sementara itu, Harinta et al. (2018) menggunakan analisis LQ untuk mengidentifikasi komoditas basis di Kabupaten Karanganyar. Komoditas yang mendapatkan nilai LQ tertinggi dan mempunyai sebaran wilayah terbanyak adalah cabai (Kecamatan Jumapolo, Jumantono, Matesih, Ngargoyoso, Karanganyar, Mojogedang, Kerjo dan Jenawi). Lebih lanjut, wortel memiliki nilai LQ tertinggi di Kecamatan Karangpandan. Sedangkan bawang putih dan sawi memiliki produksi tertinggi, masing-masing di Kecamatan Tawangmangu dan Kecamatan Jatiyoso. Setelah dilakukan pemetaan dan diketahui komoditas basis pada suatu wilayah, hal penting selanjutnya adalah memperhatikan perkem-bangan dari komoditas tersebut. Hidayah menggunakan analisis tren untuk mengetahui bagaimana tren luas tanam, luas panen, produksi, dan produktivitas tanaman per-kebunan di Kabupaten Buru. Melalui penelitian ini disimpulkan bahwa kakao diprioritaskan untuk dikembangkan, karena memiliki tren yang
195 relatif lebih baik dibandingkan kelapa, cengkeh,
pala, kopi, dan jambu mete. Analisis tren juga digunakan oleh Widjayanti dalam menggambar-kan peran komoditas basis dan non basis di dalam pengembangan wilayah jalur lintas selatan Kabupaten Jember. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa tembakau, white burley,
tomat, ketimun, cabe besar dan cabe rawit mengalami produksi yang cenderung menurun atau bahkan minus.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dan memberikan gambaran mengenai perkembangan komoditas basis dan non basis sub-sektor tanaman pangan. Kebaha-ruan pada penelitian ini adalah mengikutsertakan tren harga riil dari komoditas basis dan komo-ditas non basis. Di dalam perencanaan pem-bangunan pertanian maupun pempem-bangunan daerah, indikator perkembangan harga riil menjadi indikator penting untuk mengambil kebijakan terkait konsumsi masyarakat. Purbiyanti menyatakan bahwa untuk mencari harga riil, maka harga nominal dideflasi dengan indeks harga pada tahun dasar tertentu.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis dengan menggunakan data sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bantul dan BPS Daerah Istimewa Yogyakarta. Analisis data untuk mengidentifikasi komoditas basis dan non basis sub-sektor
tanaman pangan adalah Location Quotient
(LQ) (Antara, 2007; Widianingsih et al., 2015). ... (1) Keterangan : LQ = Indeks/koefisien Location Quotient sektor i di provinsi j; Xij = PDRB sektor i di provinsi j; Xi = PDB sektor i; RVj = Total PDRB provinsi j; RV = Total PDB.
Untuk mengetahui bagaimana gambaran mengenai perkembangan komoditas basis dan non basis digunakan analisis tren (Siregar et al., 2020).
Y = a + bX ... (2) Keterangan:
Y = luas panen, produksi, dan harga riil; a= intercept; b = slope; X = tahun
HASIL DAN PEMBAHASAN Komoditas Basis dan Non Basis
Komoditas sub sektor tanaman pangan di Kabupaten Bantul terdiri dari jagung, kacang hijau, kacang tanah, kedelai, padi, ubi jalar, dan ubi kayu/ketela pohon. Ketersediaan data untuk tujuh jenis komoditas ini bervariasi, namun demikian untuk indikator luas panen dan produksi, data yang lengkap maksimal tahun 2015. Hal ini menjadi masukan bagi para pemangku kepentingan untuk senantiasa memperbaharui data, karena untuk menyusun kebijakan yang dapat diandalkan dan mengikuti perkembangan zaman, dibutuhkan data yang senantiasa diperbaharui.
Padi merupkan komoditas yang konsisten menjadi basis di Kabupaten Bantul. Sedangkan ubi jalan pada awalnya memiliki produksi yang relatif rendah, namun seiring berjalannya waktu jumlah panen yang dihasilkan relatif meningkat hingga akhirnya sejak tahun 2014, tanaman ini termasuk kategori basis. Sebaliknya, ubi kayu dan kacang hijau memiliki kecendrungan penu-runan produksi dari tahun ke tahun. Sementara itu, jagung, kacang tanah, dan kedelai memiliki kecendrungan peningkatan kuantitas hasil panen. Namun demikian, belum termasuk sebagai komoditas basis.
No Komoditas 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Jagung 0,54 0,66 0,43 0,41 0,47 0,62 2 Kacang Hijau 0,35 0,84 na 0,82 0,34 0,03 3 Kacang Tanah 0,32 0,49 0,40 0,29 0,38 0,47 4 Kedelai 0,50 1,11 0,69 0,43 0,82 0,95 5 Padi 1,46 1,97 1,35 1,41 1,34 1,36 6 Ubi jalar 0,77 0,33 0,30 0,82 1,15 2,92
7 Ubi kayu / Ketela Pohon 0,24 0,11 0,25 0,21 0,21 0,21
Sumber: Analisis Data Sekunder, 2020 Keterangan: na = data tidak tersedia
Tabel 1 Hasil Analisis LQ Komoditas Sub Sektor Tanaman Pangan di Kabupaten Bantul, 2010 - 2015
Berdasarkan hasil analisis tren, tanaman pangan di Kabupaten Bantul dapat terbagi menjadi tiga kategori, yaitu: Pertama, luas panen dan produksi cenderung menurun (jagung, kacang hijau, kedelai, padi dan ubi kayu). Kedua, luas panen berkurang namun produksi cenderung naik (kacang tanah). Ketiga, luas panen bertambah namun produksi cenderung menurun (jagung). Lebih lanjut, berdasarkan tren harga riil, tujuh komoditas sub sektor tanaman pangan cenderung naik dari waktu ke waktu.
Komoditas Produksi Luas Panen Harga Riil
Intercept Slope Intercept Slope Intercept Slope
Jagung 332.334,6 -163,043 -654.334,12 337,45 -654.334,12 337,45 Kacang Hijau 12.177,79 -6,04 18.316,79 -9,08 -178.911.236,12 89.305,43 Kacang Tanah -244.371,13 123,30 197.934,94 -96,87 -54.722.422,92 27.594,70 Kedelai 685.198,87 -338,95 515.326,43 -255,05 -9.512.541,33 5.050,89 Padi 4.425.338,01 -2.101,10 331.124,79 -149,29 -131.847,02 68,02 Ubi jalar -566.962,05 282,13 -7.746,63 3,88 -11.200.577,53 5.666,76 Ubi kayu / Ketela Pohon 7.537.870,88 -3.727,80 516.134,25 -255,50 -30.193.981,96 15.067,61
Tabel 2 Tren Luas Panen, Produksi, dan Harga Riil Komoditas Sub Sektor Tanaman Pangan di Kabupaten Bantul, 2010 - 2015
Sumber: Analisis Data Sekunder, 2020
KESIMPULAN
Tanaman pangan yang menjadi komoditas basis di Kabupaten Bantul adalah padi dan ubi jalar. Dengan demikian, jagung, kacang hijau, kacang tanah, kedelai dan ubi kayu termasuk sebagai komoditas non basis. Di antara komoditas basis,
padi mengalami tren penurunan baik pada luas lahan maupun produksi, sementara luas panen dan produksi ubi jalar cenderung naik dari waktu ke waktu. Di sisi lain, pada komoditas non basis (ubi kayu, kedelai dan kacang hijau), luas panen berkurang diikuti dengan penurunan jumlah produksi. Sebaliknya, untuk tanaman jagung, luas panen bertambah tidak diikuti kenaikan produksi.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristekdikti atas kesempatan yang telah diberikan melalui Hibah Penelitian Dosen Pemula (PDP).
197
DAFTAR PUSTAKA
Antara, M. 2007. Kebutuhan Investasi Sektor Basis dan Non Basis dalam
Pereko-nomian Regional Bali. SOCA Jurnal
Sosial-Ekonomi Pertanian Dan Agribisnis, 7(2).
Harinta, Y. W., Basuki, J. S., & Sukaryani, S. 2018. Pemetaan dan Pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan Sayuran di K a b u p a t e n K a r a n g a n y a r .
AGRIEKONOMIKA, 7(1), 37–45. https:/
/doi.org/http://dx.doi.org/10.21107/ agriekonomika.v6i1.1895.
Mulyono, J., & Munibah, K. 2016. Pendekatan Location Quotient Dan Shift Share Analysis Dalam Penentuan Komoditas Unggulan Tanaman Pangan di Kabupaten
Bantul. Informatika Pertanian, 25(2),
221–230. https://doi.org/10.21082/ ip.v25n2.2016.p221-230.
Sapriadi, & Hasbiullah. 2015. ANALISIS PENENTUAN SEKTOR UNGGUL-AN PEREKONOMIAN KABUPATEN
BULUKUMBA. Jurnal Ekonomi Bisnis
dan Kewirausahaan, 4(2), 253. https:/
/doi.org/10.26418/jebik.v4i2.12485.
Siregar, A. P., Zeta, M., Indra, & Yusila. 2020. Pemetaan Neraca Beras dalam Rangka mempersiapkan Penyediaan Kebutuhan Pokok Utama Masyarakat Menghadapi
Pandemi COVID-19. Jurnal Ekonomi
Pertanian Dan Agribisnis (JEPA)2,
4(3).
Widianingsih, W., Suryantini, A., & Irham. 2015. Kontribusi Sektor Pertanian pada Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa
Barat. Agro Ekonomi, 26(2), 206–218.
https://jurnal.ugm.ac.id/jae/article/ viewFile/17272/11263
Zakiah, Safrida, & Santri, L. (2015). Pemetaan Komoditas Unggulan Sub Sektor Perkebunan Di Kabupaten Aceh Selatan.
Agrisep, 16(1), 35–52. https://doi.org/