• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI EFEKTIVITAS SUMBER FOSFOR DAN PUPUK ORGANIK PADA BUDIDAYA KACANG TANAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UJI EFEKTIVITAS SUMBER FOSFOR DAN PUPUK ORGANIK PADA BUDIDAYA KACANG TANAH"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

UJI EFEKTIVITAS SUMBER FOSFOR DAN PUPUK ORGANIK

PADA BUDIDAYA KACANG TANAH

(Arachis hypogaea)

Agus Mulyadi Purnawanto dan Bambang N.

Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto JI. Raya Dukuhwaluh Purwokerto 53182

e-mail: agoesmp@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji mengenai efektifitas sumber fosfor dan pupuk organik yang berbeda yang diaplikasikan pada pertanaman kacang dalam rangka untuk meningkatkan produksi tanaman kacang tanah.

Penelitian ini merupakan percobaan faktorial yang disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Penelitian ini terdiri dari dua faktor. faktor pertama yaitu sumber pupuk fosfor (P), terdiri dari tiga taraf antara lain P = tanpa pupuk P (Kontrol), P2 = diberi pupuk SP 36 dengan dosis 100 kg/ha (2 gram/tanaman) dan P3 = diberi pupuk GP 2000 dengan dosis 100 kg/ha (2 gram/tanaman). Sedangkan faktor kedua adalah sumber pupuk organik (O), terdiri dari tiga taraf antara lain O1 = tanpa pupuk organik (Kontrol), O2 = diberi pupuk kandang dengan dosis 10 ton/ha (100 g/tanaman) dan O3 = diberi jerami padi dengan dosis 10 ton/ha (100 g/tanaman).

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan sumber fosfor yang berbeda tidak berpengaruh nyata pada budidaya kacang tanah. Sedangkan penggunaan sumber pupuk organik yang berbeda berpengaruh nyata hanya pada variabel jumlah polong, jumlah ginofor gagal dan bobot kering polong Tidak terdapat interaksi antara perlakuan sumber phospor dan sumber pupuk organik terhadap semua variabel pengamatannya.

PENDAHULUAN

Kacang tanah merupakan salah satu kelompok tanaman legum yang secara morfologis memiliki suatu keunikan tersendiri, yaitu pada proses pembentukan polongnya. Kalau pada tanaman legum yang lain polong terbentuk di atas permukaan tanah (berada pada posisi yang sama dengan tajuk tanaman) tetapi untuk kacang tanah, polong baru akan terbentuk manakala ginofor (calon bakal buah yang memanjang) sudah mencapai dan masuk ke dalam tanah.

Oleh karena itu, agar ginofor tersebut dapat dengan mudah masuk ke dalam tanah maka tanah yang akan ditembus oleh ginofor harus dalam kondisi yang cukup gembur. Upaya yang selama ini banyak dilakukan untuk menggemburkan tanah adalah dengan pengolahan, baik dengan cangkul, bajak ataupun dengan mesin bajak. Namun sesungguhnya pengolahan tersebut bukanlah tindakan yang cukup bijaksana jika dilihat terhadap dampak jangka panjangnya. Pengolahan yang terus menerus terhadap lahan pertanaman justru dapat mengakibatkan berkurangnya pori-pori makro tanah karena partikel tanah yang semakin kecil dan pada akhirnya tanah akan menjadi semakin padat (Sanchez, 1987).

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengurangi kepadatan tanah dan cukup baik ditinjau dari aspek ekologis adalah dengan pemberian pupuk organik, baik yang berasal dari kotoran hewan (pupuk kandang) atau dari sisa-sisa tanaman (jerami padi). Hal positif yang diperoleh dari pemberian pupuk organik tersebut adalah dapat memperbaiki sifat fisik dan struktur tanah, meningkatkan KTK tanah dan kapasitas menahan air.

(2)

Hasil penelitian Suwardjono (2001) menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan jumlah polong isi penuh pada kacang tanah. Penggunaan jerami padi juga dapat meningkatkan bobot kering polong isi kacang tanah (Purnawanto, 1998).

Selain kondisi fisik tanah, pertumbuhan dan produksi kacang tanah juga ditentukan oleh ketersediaan unsur hara. Salah satunya adalah unsur Fosfor (P). Unsur P sangat bermanfaat bagi tumbuhan terutama dalam hal transfer energi, penyusunan protein, koenzim, asam nukleat dan senyawa metabolik (Suyamto, 1993).

Kebutuhan unsur P bagi kacang tanah dapat dipenuhi melalui pemberian pupuk anorganik (pupuk buatan). Saat ini banyak diproduksi pupuk anorganik sebagai media pemenuhan kebutuhan (sebagai sumber) unsur P, diantaranya adalah SP 36 dan GP 2000. Tentunya ada perbedaan dari kedua sumber pupuk tersebut, karena masing-masing memiliki karakterisitik dan spesifikasi sendiri-sendiri baik dari kandungan Fosfomya ataupun dari kandungan senyawa yang lain yang juga diikutkan dalam produk pupuk tersebut.

Akan tetapi, mengingat kandungan unsur P pada tanah pertanian di Indonesia hampir semuanya tinggi, hanya ketersediaannya yang rendah (Friesen, Adiningsih, Sudjadi dan Soetjipto, 1990) maka penggunaan sumber pupuk P tersebut tentunya harus dicari yang paling efektif. Terlebih lagi jika tanah sudah diberi pupuk organik, karena pupuk organik tersebut nantinya dapat menambang kembali unsur P dari dalam tanah.

Dengan demikian maka menarik kiranya untuk dikaji mengenai efektifitas sumber fosfor dan pupuk organik yang diaplikasikan pada pertanaman kacang tanah (Arachis hypogaea) dalam rangka untuk meningkatkan produksi tanaman tersebut. Karena pada saat ini kacang tanah menduduki peringkat ketiga sebagai sumber protein di Indonesia.

Sementara itu produksi yang ada masih relatif rendah sehingga Indonesia harus rnengimpor kacang tanah dari beberapa negara. Menurut Anonimus (2002) jumlah impor kacang tanah Indonesia untuk tahun 2001 adalah sebesar 118.758 ton. Angka tersebut cukup tinggi dan merupakan peluang bagi petani kita untuk sedapat mungkin mengurangi impor kacang tanah.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas yang terletak pada ketinggian 85 m dpl. Bahan-bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang tanah, Furadan, Supracide, Curaeron, KCl, SP 36, GP 2000, pupuk kandang dan jerami padi. Adapun peralatan yang dipergunakan adalah bajak, cangkul, hand sprayer, timbangan, kantong kertas dan beberapa peralatan non teknis lainnya. Penelitian ini merupakan percobaan faktorial yang disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. penelitian ini terdiri dari dua faktor yaitu :

Faktor I = Sumber pupuk Fosfor (P), terdiri dari tiga taraf : P1 = tanpa pupuk P (Kontrol)

P2 = diberi pupuk SP 36 dengan dosis 100 kg/ha (2 gram/tanaman) P3 = diberi pupuk GP 2000 dengan dosis 100 kg/ha (2 gram/tanaman) Faktor II = Sumber pupuk organik (O), terdiri dari tiga taraf:

O1 = tanpa pupuk organik (Kontrol)

O2 = diberi pupuk kandang dengan dosis 10 ton/ha (100 g/tanaman) O3 = diberi jerami padi dengan dosis 10 ton/ha (100 g/tanaman)

(3)

Pelaksanaan Percobaan

Tanah diolah menggunakan bajak dan cangkul hingga diperoleh kondisi tanah yang bersih dan tidak terlalu padat. Selanjutnya dibuat petakan dengan ukuran panjang 3 meter, lebar 1,5 meter dan tinggi 20 cm. Jarak petak antar perlakuan adalah 30 cm, sedangkan jarak petak antar ulangan adalah 1 meter.

Penanaman benih kacang tanah dilakukan menggunakan tugal, kedalaman tanam 3 cm dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm. Setiap lubang tanam ditanami 3 benih kacang tanah, yang selanjutnya jika tumbuh akan disisakan menjadi satu tanaman yang paling sehat. Setelah benih ditanam maka ditutup kembali dengan tanah secukupnya.

Pemberian pupuk dasar berupa KC1 sebanyak 100 kg/ha (2 g/tanaman) dilakukan bersamaan dengan saat penanaman dengan cara dimasukkan ke dalam lubang di samping lubang tanam. Pupuk P (baik SP 36 maupun GP 2000) dan pupuk kandang diberikan sehari sebelum penanaman dengan cara dicampur merata dengan tanah, besarnya disesuaikan dengan perlakuan. Sedangkan jerami padi diberikan di atas permukaan tanah dengan dosis sesuai perlakuan, setelah penanaman selesai.

Pemeliharaan tanaman meliputi pengairan, penyiangan dan pengendalian hama dan penyakit dilakukan menyesuaikan dengan kondisi yang ada di lapang. Pemanenan kacang tanah dilakukan setelah tanaman berumur sekitar 100 hari dengan kriteria daun sudah banyak yang menguning dan polong cukup keras dengan garis-garis yang jelas.

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, bobot kering tajuk, jumlah polong, jumlah ginofor gagal dan bobot kering polong.

Data hasil pengamatan selanjutnya ditabulasikan kemudian dianalisa dengan Uji F dan jika menunjukkan hasil yang signifikan maka dilanjutkan dengan perbandingan rata-rata perlakuan dengan Uji Beda Nyata Terkecil pada taraf 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan serta analisis ragam terhadap tanaman kacang tanah akibat perlakuan sumber phospor dan sumber pupuk organik yang berbeda, diperoleh hasil bahwa pengaruh yang nyata hanya terlihat pada variabel jumlah polong, jumlah ginofor gagal dan bobot kering polong (Tabel 1). Tidak terdapat interaksi antara perlakuan sumber phospor dan sumber pupuk organik terhadap semua variabel pengamatan.

Tabel 1. Rata-rata hasil pengamatan beberapa variabel pada kacang tanah akibat perlakuan sumber phospor dan sumber pupuk organik yang berbeda

Perlakuan

Variabel yang diamati Tinggi Tanaman BK Tanaman Jml Polang Jml Ginofor Gagal BK Polong/ Tan -- cm -- -- g -- -- g -- Sumber Phospor : P0 = tanpa phospor P1 = SP 36 P2 = GP 2000 Sumber Ppk Organik : O1 = tanpa pupuk O2 = pupuk kandang 43,2 44,5 44,7 42,9 43,1 114,70 117,48 151,63 109,26 135,48 26,7 30,1 30,7 25,6 a 30,6 b 3,7 3,7 3,0 4,4 b 3,7 a 33,70 34,17 37,18 31,40 a 38,59 b

(4)

O3 = jerami padi 43,6 138,74 31,3 b 2,3 a 39,96 b Keterangan: Angka dalam kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata pada Uji BNT taraf 5 %.

Pemberian phospor dan pupuk organik tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap variabel tinggi tanaman dan bobot kering tajuk tanaman kacang tanah. Hal ini disadari bahwa kedua variabel tersebut merupakan indikator dari komponen pertumbuhan vegetatif tanaman yang ada di atas permukaan tanah. Pertumbuhan vegetatif tanaman, ditinjau dan aspek pendukung yang berasal dari dalam tanah, cenderung lebih banyak dipengaruhi oleh tingkat ketersediaan unsur nitrogen dan kalium. Pada kondisi penelitian ini unsur kalium telah diupayakan seoptimal mungkin melalui penambahan pupuk buatan berupa KC1, sedangkan unsur nitrogen sudah dapat disediakan sendiri oleh tanaman kacang tanah secara simbiotik, yaitu bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium untuk mengikat nitrogen bebas dari udara. Oleh karena itu tinggi tanaman dan bobot kering tajuk tanaman kacang tanah tidak terpengaruh oleh perlakuan sumber phospor dan pupuk organik yang berbeda. Namun demikian kalau dilihat pada Tabel 1, ada kecenderungan bahwa terjadi peningkatan tinggi tanaman dan bobot kering tajuk dengan adanya penambahan phospor maupun pupuk organik. Jika tanpa diberi phospor, tinggi tanaman dan bobot kering tajuk masing-masing hanya sebesar 43,2 cm dan 114,37 g, tetapi dengan penambahan phospor (GP 2000) dapat mencapai 44,7 cm dan 121,63 g.

Komponen hasil kacang tanah berupa jumlah polong, jumlah ginofor gagal dan bobot kering polong juga tidak terpengaruh oleh pemberian phospor yang berbeda. Meskipun unsur phospor cukup berpengharuh terhadap pertumbuhan organ generatif tanaman, namun diduga karena ada keunikan pada kacang tanah dibandingkan tanaman legum yang lain yaitu organ generatifnya harus tumbuh dan berkembang di dalam tanah agar dapat membentuk polong. Sementara itu perkembangan polong kacang tanah di dalam tanah menurut Suwardjono (2001), lebih dipengaruhi oleh kondisi sifat fisika tanah dibandingkan sifat kimia dan biologi tanah.

Pada Tabel 1 terlihat bahwa jumlah polong, jumlah ginofor gagal dan bobot kering polong secara nyata dipengaruhi oleh perlakuan pemberian pupuk organik. Pemberian pupuk organik ke dalam tanah sangat bermanfaat untuk perbaikan sifat fisik tanah, seperti struktur, porositas, aerasi tanah dll. Dengan adanya sifat fisik tanah yang lebih baik maka terdapat dua manfaat bagi kacang tanah. Pertama, perakaran kacang tanah dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sehingga fungsinya sebagai organ penyerap hara dan air dari dalam tanah dapat berlangsung dengan baik. Kedua, ginofor yang terbentuk setelah mencapai tanah akan dengan mudah tumbuh dan berkembang membentuk polong, karena tanah yang gembur akan memberikan keleluasaan bagi ginofor untuk berkembang secara optimal. Selain itu ditinjau dari sisi lain fungsi ginofor di dalam tanah yaitu membantu penyerapan unsur Ca, juga dapat berlangsung dengan baik pada kondisi tanah yang gembur.

Tidak terdapat perbedaan yang nyata pada jumlah polong, jumlah ginofor gagal dan bobot kering polong antara pemberian pupuk organik berupa pupuk kandang (O2) maupun jerami padi (O3). Namun demikian jika dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemberian pupuk organik (O1) temyata dengan penambahan pupuk organik dapat meningkatkan jumlah polong dan bobot kering polong sebesar ± 20 % dan terjadi penurunan jumlah ginofor gagal sebesar ± 40 %. Dalam hal ini terlihat pula adanya kecenderungan bahwa penggunaan jerami padi menunjukkan hasil jumlah polong dan bobot kering polong yang lebih baik serta jumlah ginofor gagal yang lebih sedikit. Hal tersebut karena selain berfungsi sebagai pembenah tanah, jerami padi juga dapat berfungsi sebagai pelindung tanah (mulsa) yang dapat melindungi tanah dari sinar matahari yang terik dan pukulan air irigasi, dimana keduanya dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan kepadatan tanah. Hal tersebut sejalan dengan hasil

(5)

penelitian Purnawanto (1998) bahwa penggunaan jerami padi sebagai mulsa pada areal pertanaman kacang tanah dapat mengurangi kehilangan lengas tanah dan dapat meningkatkan produksi polong kcang tanah.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Penggunaan surnber phospor yang berbeda (SP 36 dan GP 2000) tidak berpengaruh pada budidaya kacang tanah, sehingga tidak dapat ditentukan sumber phospor yang lebih efektif. 2. Penggunaan sumber pupuk organik yang berbeda (pupuk kandang dan jerami padi)

berpengaruh pada budidaya kacang tanah dan, ada kecenderungan bahwa jerami padi lebih efektif dibandingkan dengan pupuk kandang.

3. Tidak terdapat interaksi antara sumber phospor dan sumber pupuk organik terhadap semua variabel yang diamati.

Saran

Setelah memperhatikan hasil penelitian ini maka disarankan kepada semua pihak yang tertarik mengkaji penggunaan pupuk organik pada budidaya kacang tanah untuk mengkaji penggunaan pupuk kandang maupun jerami padi ditinjau dari aspek dosis yang bervariasi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2002. Produksi Kacang Tanah Stagnan. Harian Pikiran Rakyat. Sabtu, 31 Agustus 2002.

Danarti dan S. Najiyati. 1992. Palawija : Budidaya dan Analisa Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta

Friesen, D.K., J. S. Adiningsih, M. Sudjadi dan Soetjipto P.H., 1990. Reactive Phospate Rock as Alternative P Resources for Upland Crops on Sumatran Soils. Makalah Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk V. Cisarua. 12-13 November 1990.

Kasno, A., A. Winarno dan Sunardi. 1993. Kacang Tanah. Monograf Balittan Malang No. 12. Malang.

Ketring, D.L., R.H. Brown G.A. Sullivan, and B.B. Johnson 1982. Growth Physiology in Pattee, H.E. and C.T Young (eds.) Peanut Science and Technology. American Peanut Research and Education Society. Texas. USA.

Mullin. C.E., D.A. Mc.Leod K.H. Noethcose, J.M. Tisdall and I.M. Young, 1990. Hard Setting Soil : behaviour, Occurrence and Management. Soil Sci. Vol 11: Soil Degradation. Tokyo.

Nurmawati, S., J. Winarni dan A. Waskito. 2002. Penggunaan Mulsa Jerami, Alang-alang dan Plastik Hitam Perak pada Tanaman Semangka Tanpa Biji (Citrillus vulgaris). 10 Oktober 2002.

Purnawanto, A.M. 1998. Status Kadar Lengas Tanah dan Hasil Kacang Tanah pada Berbagai Bentuk dan Dosis Mulsa Jerami. Tesis. Unibraw. Malang.

Santosa, M., A.M. Prabowo dan D. Kustiono. 1994. Uji Tiga Kultivar Kentang (Solanum tuberrosum) pada Perlakuan Pupuk Kandang dan Mulsa di Dataran Medium (400 m dpl). Agrivita 17 (2): 48-54

(6)

Sanchez, P.A. 1987. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. ITB. Bandung.

Suwardjono. 2001. Pengaruh Beberapa Jenis Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah. Jurnal Matematika,Sain dan Teknologi Vol. 2 (2). September 2001.

Suyadi, A., B. Nugroho dan A.M. Purnawanto. 2001. Uji Efektifitas Sumber Fosfor dengan Berbagai Taraf pada Tanaman Padi (Oryza sativa L.). Laporan Penelitian. Univeritas Muhammadiyah Purwokerto. Purwokerto.

Suyamto H., 1993. Hara Mineral dan Pengelolaan Air pada Tanaman Kacang Tanah. Monograf Kacang Tanah No. 12. Balittan Malang.

Warjito, Z. Abidin dan S.M. Rachmat 1990. Pengaruh Pupuk Kandang Sapi dan Kerapatan Populasi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Putih kultivar Lumbu Hijau. Buletin Penelitian Hortikultura 19 (3) : 29-37.

Widjaya-Adhi, I.P.G. 1992. Soil Testing and Formulating Fertilizer Recommendation. Makalah Seminar “Fertilizer Marketing Training Program”. Jakarta. 7-18 Desember 1992.

Gambar

Tabel 1. Rata-rata hasil pengamatan beberapa variabel pada kacang tanah akibat perlakuan sumber  phospor dan sumber pupuk organik yang berbeda

Referensi

Dokumen terkait

mencapai budaya perubahan, maka akan lebih baik mengaitkan evaluasi kinerja dengan imbalan kerja (rewards) dalam pelaksanaan pengembangan SDM (Adie E. Tujuan pengembangan

Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif dalam mengkaji pesan atau makna feminisme dalam drama Korea My ID is Gangnam Beauty serta

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru SMK Swasta “X” Pekanbaru, maka berikut ini

Salah satu nikmat yang besar sehingga kita dapat bertemu pada hari ini Sabtu 06 Juli 2013 dalam forum Seminar Nasional X Program Studi Pendidikan Biologi

Oistribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan 20 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan 21 Oistribusi Responden Menllrut Lamanya Menikah 21 Oistribusi Responden rnenurut Jurnlah

dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pola pikir induktif yang disusun secara sistematis, sehingga menjadi data yang konkrit mengenai

Berdasarkan informasi dari informan 3 mengungkapkan bahwa kecemasan komunikasi interpersonal guru dan siswa dalam proses pembelajaran kecemasan komunikasi sudah