PENGARUH KONSENTRASI XANTHAN GUM DAN
KONSENTRASI NATRIUM BENZOAT TERHADAP
MUTU SIRUP SIRSAK
SKRIPSI
OLEH:
MARANATA J. CAPAH
030305039/TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
PENGARUH KONSENTRASI XANTHAN GUM DAN
KONSENTRASI NATRIUM BENZOAT TERHADAP
MUTU SIRUP SIRSAK
SKRIPSI
OLEH:
MARANATA J. CAPAH
030305039/TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing :
Ir. Ismed Suhaidi, M.Si. Ir. Satya R. Siahaan Ketua Anggota
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
ABSTRACT
THE EFFECT OF XANTHAN GUM AND SODIUM BENZOATE CONCENTRATION ON THE QUALITY OF SOUR SOP SYRUP
The aim of this research was to analize the effect of xanthan gum and sodium benzoate concentration on the quality of sour sop syrup. The research had been performed using factorial completely randomized design with two factors i.e; xanthan gum concentration (L): 0,10 %, 0,15 %, 0,20 %, and 0,25 %; and sodium benzoate concentration (N): 0,050 %, 0,075 %, 0,10 %, and 0,125 %. Parameters analyzed were vitamin C content, total acid content, TSS content, viscosity, organoleptic values (smell and taste and colour). The result showed that xanthan gum concentration had highly significant effect on the vitamin C content, total acid content, TSS content, viscosity and organoleptic values smell and taste but had no significant effect on the organoleptic colour value. The sodium benzoate concentration had highly significant effect on the vitamin C content, total acid content, viscosity, and organoleptic values of smell and taste but had no significant effect on the TSS content and organoleptic colour value. The interaction of the xanthan gum and sodium benzoate concentration had significant effect on the vitamin C content but had no significant effect on the total acid
content, TSS content, viscosity, organoleptic values of smell taste, and colour. The 0,20 % xanthan gum concentration and the 0,10 % sodium benzoate concentration
produced the better and more acceptable quality of sour sop syrup.
Keyword: Sour sop syrup, xanthan gum, sodium benzoate
ABSTRAK
PENGARUH KONSENTRASI XANTHAN GUM DAN KONSENTRASI NATRIUM BENZOAT TERHADAP MUTU SIRUP SIRSAK
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh konsentrasi gum xantan dan konsentrasi natrium benzoat terhadap mutu sirup sirsak. Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap dengan 2 faktor yaitu, konsentrasi gum xantan (L); 0,10 %, 0,15 %, 0,20 %, dan 0,25 % dan konsentrasi natrium benzoat (N); 0,050 %, 0,075 %, 0,10 %, dan 0,125 %. Parameter yang diamati adalah kadar vitamin C (mg/100 gr bahan), total asam (%), TSS (0Brix), viskositas (cP), nilai organoleptik aroma
dan rasa, dan nilai warna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi gum xantan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar vitamin C, total asam, TSS, viskositas dan nilai organoleptik aroma dan rasa tetapi berbeda tidak nyata terhadap nilai organoleptik warna. Konsentrasi natrium benzoat memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar vitamin C, total asam, viskositas, dan uji organoleptik aroma dan rasa tetapi berbeda tidak nyata terhadap TSS dan nilai organoleptik warna. Interaksi konsentrasi gum xantan dan konsentrasi natrium benzoat memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap kadar vitamin C tetapi berbeda tidak nyata terhadap total asam, TSS, viskositas, nilai organoleptik aroma rasa, dan nilai warna. Konsentrasi gum xantan 0,20 % dengan konsentrasi natrium benzoat 0,10 % menghasilkan sirup sirsak yang lebih baik dan dapat diterima.
RINGKASAN
MARANATA J. CAPAH, “Pengaruh Konsentrasi Xanthan Gum dan
Konsentrasi Natrium Benzoat Terhadap Mutu Sirup Sirsak ” dibimbing oleh
Ir. Ismed Suhaidi, M.Si. selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. Satya R.Siahaan
selaku anggota komisi pembimbing.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi xanthan
gum dan konsentrasi natrium benzoat terhadap mutu sirup sirsak.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial
4 x 4 terdiri dari 2 faktor dengan 2 ulangan. Faktor I ialah konsentrasi xanthan
gum (L) terdiri dari 4 taraf yaitu L1 = 0,10 %, L2 = 0,15 %, L3 = 0,20 %,
dan L4 = 0,25%. Faktor II ialah konsentrasi natrium benzoat terdiri dari 4 taraf
yaitu N1 = 0,050 %, N2 = 0,075 %, N3 = 0,10 %, dan N4 = 0,125 %.
Parameter yang diamati adalah vitamin C (mg/100 g bahan), TSS
(0 Brix), viskositas (cP), total asam (%), organoleptik aroma dan rasa (skor), dan
organoleptik warna (skor).
Hasil penelitian analisa secara statistik menghasilkan kesimpulan sebagai
berikut :
1. Vitamin C (mg/100 g bahan)
Perlakuan konsentrasi xanthan gum berpengaruh sangat nyata (P<0.01)
terhadap kadar vitamin C sirup sirsak. Kadar vitamin C tertinggi diperoleh pada
perlakuan L4 sebesar 15.08 mg/100 g bahan dan yang terendah diperoleh pada
Perlakuan konsentrasi natrium benzoat berpengaruh sangat nyata (P<0.01)
terhadap kadar vitamin C sirup sirsak. Kadar vitamin C tertinggi diperoleh pada
perlakuan N4 sebesar 13.58 mg/100 g bahan dan yang terendah diperoleh pada
perlakuan N1 sebesar 10.27 mg/100 g bahan.
Interaksi konsentrasi xanthan gum dan konsentrasi natrium benzoat
berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap kadar vitamin C sirup sirsak. Kadar
vitamin C tertinggi diperoleh pada perlakuan L4N4 sebesar 19 mg/100 g bahan dan
yang terendah diperoleh pada perlakuan L1N2 sebesar 9.35 mg/100 g bahan.
2. Total Asam (%)
Perlakuan konsentrasi xanthan gum berpengaruh sangat nyata (P<0.01)
terhadap kadar total asam sirup sirsak. Kadar total asam tertinggi diperoleh pada
perlakuan L4 sebesar 1.18 % dan yang terendah diperoleh pada perlakuan L1
sebesar 0.56 %.
Perlakuan konsentrasi natrium benzoat berpengaruh sangat nyata (P<0.01)
terhadap kadar total asam sirup sirsak. Kadar total asam tertinggi diperoleh pada
perlakuan N4 sebesar 1.07 % dan yang terendah diperoleh pada perlakuan N1
sebesar 0.79 %.
Interaksi konsentrasi xanthan gum dan natrium benzoat berpengaruh tidak
nyata (P>0.05) terhadap kadar total asam sirup sirsak. Kadar total asam tertinggi
diperoleh pada perlakuan L4N4 sebesar 1.32 % dan yang terendah diperoleh pada
3. TSS (0 Brix)
Perlakuan konsentrasi xanthan gum berpengaruh sangat nyata (P<0.01)
terhadap kadar TSS sirup sirsak. Kadar TSS tertinggi diperoleh pada perlakuan
L1 sebesar 41.75 0 Brix dan terendah diperoleh pada perlakuan L4 sebesar
32.38 0 Brix.
Perlakuan konsentrasi natrium benzoat berpengaruh tidak nyata (P>0.05)
terhadap kadar TSS sirup sirsak. Kadar TSS tertinggi diperoleh pada perlakuan
N1 sebesar 40.25 0 Brix dan terendah diperoleh pada perlakuan N4 sebesar
34.50 0 Brix.
Interaksi perlakuan konsentrasi xanthan gum dan natrium benzoat
berpengaruh tidak nyata (P>0.05) terhadap kadar TSS sirup sirsak. Kadar TSS
tertinggi diperoleh pada perlakuan L1N1 sebesar 44.50 0 Brix dan terendah
diperoleh pada perlakuan L4N4 sebesar 290 Brix.
4. Viskositas (cP)
Perlakuan konsentrasi xanthan gum berpengaruh sangat nyata (P<0.01)
terhadap kadar viskositas sirup sirsak. Kadar viskositas tertinggi diperoleh pada
perlakuan L4 sebesar 127.50 cP dan terendah diperoleh pada perlakuan L1 sebesar
70 cP.
Perlakuan natrium benzoat berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap
kadar viskositas sirup sirsak. Kadar viskositas tertinggi diperoleh pada perlakuan
N4 sebesar 108.13 cP dan terendah diperoleh pada perlakuan N1 sebesar 88.75 cP.
Interaksi perlakuan konsentrasi xanthan dan konsentrasi natrium benzoat
viskositas tertinggi diperoleh pada perlakuan L4N4 sebesar 137.50 cP dan
terendah diperoleh pada perlakuan L1N1 sebesar 65 cP.
5. Uji Organoleptik Aroma dan Rasa (Skor)
Perlakuan konsentrasi xanthan gum berpengaruh sangat nyata (P<0.01)
terhadap uji organoleptik aroma dan rasa sirup sirsak. Kadar uji organoleptik
aroma dan rasa tertinggi diperoleh pada perlakuan L4 sebesar 3.39 dan terendah
diperoleh pada perlakuan L1 sebesar 2.53 .
Perlakuan natrium benzoat berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap uji
organoleptik aroma dan rasa sirup sirsak. Kadar uji organoleptik aroma dan rasa
tertinggi diperoleh pada perlakuan N4 sebesar 3.16 dan terendah diperoleh pada
perlakuan N1 sebesar 2.79 .
Interaksi perlakuan konsentrasi xanthan gum dan konsentrasi natrium
benzoat berpengaruh tidak nyata (P>0.05) terhadap uji organoleptik aroma dan
rasa sirup sirsak. Kadar uji organoleptik aroma dan rasa tertinggi diperoleh pada
perlakuan L4N3 sebesar 3.65 dan terendah diperoleh pada perlakuan L1N1 sebesar
2.35 .
6. Uji Organoleptik Warna (Skor)
Perlakuan konsentrasi xanthan gum berpengaruh tidak nyata (P>0.05)
terhadap uji organoleptik warna sirup sirsak. Kadar uji organoleptik warna
tertinggi diperoleh pada perlakuan L3 sebesar 3.33 dan terendah diperoleh pada
perlakuan L1 sebesar 2.70 .
Perlakuan konsentrasi natrium benzoat berpengaruh tidak nyata (P>0.05)
tertinggi diperoleh pada perlakuan N4 sebesar 3.16 dan terendah diperoleh pada
perlakuan N1 sebesar 2.81 .
Interaksi perlakuan konsentrasi xanthan gum dan konsentrasi natrium
benzoat berpengaruh tidak nyata (P>0.05) terhadap kadar uji organoleptik warna
sirup sirsak. Kadar uji organoleptik warna tertinggi diperoleh pada perlakuan
RIWAYAT HIDUP
MARANATA J. CAPAH dilahirkan di Medan pada tanggal 08 Mei 1985.
Anak kedua dari empat bersaudara, dari Bapak E. Capah (Alm) dan Ibu
T. Samosir.
Pada tahun 1991 memasuki SD. ST. Yosef Kabupaten Sidikalang dan
lulus pada tahun 1997. Pada tahun yang sama masuk SLTP Neg. 2 Kabupaten
Sidikalang dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama masuk SMA Neg. 4
Medan dan pada tahun 2003 lulus dari SMA Neg. 4 Medan dan diterima di
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan melalui jalur SPMB.
Penulis telah mengikuti Praktek Kerja Lapangan di PT. Central Windu
Sejati II Medan. Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif menjadi pengurus
IMTHP (Ikatan Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian).
Melaksanakan penelitian skripsi di Laboratorium Teknologi Pangan
dengan judul ” Pengaruh Konsentrasi Xanthan Gum dan Konsentrasi Natrium
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
tepat pada waktunya.
Adapun skripsi ini berjudul “Pengaruh Konsentrasi Xanthan Gum dan
Konsentrasi Natrium Benzoat Terhadap Mutu Sirup Sirsak ” yang
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di Departemen
Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada komisi
pembimbing Ir. Ismed Suhaidi, M.Si. selaku ketua komisi pembimbing dan
Ir. Satya R.Siahaan selaku anggota komisi pembimbing, atas arahan dan
bimbingan yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pihak yang membutuhkannya.
Medan, Mei 2009
BAHAN DAN METODA Pengaruh Konsentrasi Xanthan Gum (%) terhadap Vitamin C (mg/100 g bahan) ... 27
Pengaruh Konsentrasi Natrium Benzoat (%) terhadap Vitamin C (mg/100 g bahan) ... 29
Pengaruh Interaksi Konsentrasi Xanthan Gum (%) dan Konsentrasi Natrium Benzoat (%) terhadap Vitamin C (mg/100 g bahan) ... 31
Total Asam Pengaruh Konsentrasi Xanthan Gum (%) terhadap Total Asam (%) ... 33
Pengaruh Konsentrasi Natrium Benzoat (%) terhadap Total Asam (%) ... 35
Pengaruh Interaksi Konsentrasi Xanthan Gum (%) dan Konsentrasi Natrium Benzoat (%) terhadap Total Asam (%) ... 37
Total Soluble Solid (TSS) Pengaruh Konsentrasi Xanthan Gum (%) terhadap TSS (0Brix) ... 37
Pengaruh Konsentrasi Natrium Benzoat (%) terhadap TSS (0Brix) ... 38
Pengaruh Interaksi Xanthan Gum (%) dan Konsentrasi Natrium Benzoat (%) terhadap TSS (0Brix) ... 40
Viskositas Pengaruh Konsentrasi Xanthan Gum (%) terhadap Viskositas (cP) ... 40
Pengaruh Interaksi Konsentrasi Xanthan Gum (%) dan Konsentrasi Natrium Benzoat (%) terhadap
Viskositas (cP) ... 43
Uji Organoleptik Aroma dan Rasa Pengaruh Konsentrasi Xanthan Gum (%) terhadap Uji Organoleptik Aroma dan Rasa (Skor) ... 44
Pengaruh Konsentrasi Natrium Benzoat (%) terhadap Uji Organoleptik Aroma dan Rasa (Skor) ... 45
Pengaruh Interaksi Konsentrasi Xanthan Gum (%) dan Konsentrasi Natrium Benzoat (%) terhadap Uji Organoleptik Aroma dan Rasa (cP) ... 47
Uji Organoleptik Warna Pengaruh Konsentrasi Xanthan Gum (%) terhadap Uji Organoleptik Warna (Skor) ... 47
Pengaruh Konsentrasi Natrium Benzoat (%) terhadap Uji Organoleptik Warna (Skor) ... 48
Pengaruh Interaksi Konsentrasi Xanthan Gum (%) dan Konsentrasi Natrium Benzoat (%) terhadap Uji Organoleptik Warna (Skor) ... 48
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 49
Saran ... 49
DAFTAR PUSTAKA ... 50
DAFTAR TABEL
1. Komposisi Kimia Buah Sirsak ... 6 No. Judul Halaman
2. Uji Organoleptik Aroma dan Rasa ... 23
3. Uji Organoleptik Warna ... 23
4. Pengaruh Konsentrasi Xanthan Gum (%) terhadap Parameter
yang Diamati ... 26
5. Pengaruh Konsentrasi Natrium Benzoat (%) terhadap
Parameter yang Diamati ... 27
6. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Xanthan Gum (%) terhadap
Vitamin C (mg/100 g bahan) ... 28
7. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Natrium Benzoat (%)
terhadap Vitamin C (mg/100 g bahan) ... 30
8. Pengujian LSR Utama Interaksi Perlakuan Konsentrasi Xanthan Gum (%) dan Konsentrasi Natrium Benzoat (%)
terhadap Vitamin C ... 32
9. Uji LSR Konsentrasi Xanthan Gum (%)
terhadap Total Asam (%)... 34
10. Uji LSR Konsentrasi Natrium Benzoat (%)
terhadap Total Asam (%)... 35
11. Uji LSR Konsentrasi Xanthan Gum (%) terhadap
TSS (0Brix) ... 37
15. Uji LSR Konsentrasi Xanthan Gum (%) terhadap
16. Uji LSR Konsentrasi Natrium Benzoat (%) terhadap
DAFTAR GAMBAR
1. Reaksi Metabolisme Asam Sitrat Menjadi Asam Sukinat dan
No. Judul Halaman
Asam Malat Menjadi Asam Laktat ... 15
2. Perubahan Asam Askorbat ... 16
3. Skema Pembuatan Sari Sirsak ... 24
4. Grafik Hubungan Konsentrasi Xanthan Gum (%) dengan
Vitamin C (mg/100 g bhn) ... 29
5. Grafik Hubungan Konsentrasi Natrium Benzoat (%) dengan
Vitamin C (mg/100 g bhn) ... 31
6. Grafik Hubungan Interaksi Perlakuan Konsentrasi
Xanthan Gum (%) dan Konsentrasi Natrium Benzoat (%)
terhadap Kadar Vitamin C (mg/100 g bahan) ... 33
7. Grafik Hubungan Konsentrasi Xanthan Gum (%) dengan
Total Asam (%) ... 35
8. Grafik Hubungan Konsentrasi Natrium Benzoat (%)
dengan Total Asam (%)... 36
9. Grafik Hubungan Konsentrasi Xanthan Gum (%)
dengan TSS (0 Brix) ... 38
10. Grafik Hubungan Konsentrasi Natrium Benzoat (%)
dengan TSS (0 Brix) ... 40
11. Grafik Hubungan Konsentrasi Xanthan Gum (%)
dengan Viskositas (cP) ... 42
12. Grafik Hubungan Konsentrasi Natrium Benzoat (%)
dengan Viskositas (cP) ... 43
13. Grafik Hubungan Konsentrasi Xanthan Gum (%)
dengan Uji Organoleptik Aroma dan Rasa (Skor) ... 45
14. Grafik Hubungan Konsentrasi Natrium Benzoat (%)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Data Pengamatan Analisa Kadar Vitamin C (mg/100 g bahan) ... 52
2. Data Pengamatan Analisa Total Asam (%) ... 53
3. Data Pengamatan Analisa TSS (0 Brix) ... 54
4. Data Pengamatan Analisa Viskositas (cP) ... 55
5. Data Pengamatan Uji Organoleptik Aroma dan Rasa (Skor) ... 56
ABSTRACT
THE EFFECT OF XANTHAN GUM AND SODIUM BENZOATE CONCENTRATION ON THE QUALITY OF SOUR SOP SYRUP
The aim of this research was to analize the effect of xanthan gum and sodium benzoate concentration on the quality of sour sop syrup. The research had been performed using factorial completely randomized design with two factors i.e; xanthan gum concentration (L): 0,10 %, 0,15 %, 0,20 %, and 0,25 %; and sodium benzoate concentration (N): 0,050 %, 0,075 %, 0,10 %, and 0,125 %. Parameters analyzed were vitamin C content, total acid content, TSS content, viscosity, organoleptic values (smell and taste and colour). The result showed that xanthan gum concentration had highly significant effect on the vitamin C content, total acid content, TSS content, viscosity and organoleptic values smell and taste but had no significant effect on the organoleptic colour value. The sodium benzoate concentration had highly significant effect on the vitamin C content, total acid content, viscosity, and organoleptic values of smell and taste but had no significant effect on the TSS content and organoleptic colour value. The interaction of the xanthan gum and sodium benzoate concentration had significant effect on the vitamin C content but had no significant effect on the total acid
content, TSS content, viscosity, organoleptic values of smell taste, and colour. The 0,20 % xanthan gum concentration and the 0,10 % sodium benzoate concentration
produced the better and more acceptable quality of sour sop syrup.
Keyword: Sour sop syrup, xanthan gum, sodium benzoate
ABSTRAK
PENGARUH KONSENTRASI XANTHAN GUM DAN KONSENTRASI NATRIUM BENZOAT TERHADAP MUTU SIRUP SIRSAK
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh konsentrasi gum xantan dan konsentrasi natrium benzoat terhadap mutu sirup sirsak. Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap dengan 2 faktor yaitu, konsentrasi gum xantan (L); 0,10 %, 0,15 %, 0,20 %, dan 0,25 % dan konsentrasi natrium benzoat (N); 0,050 %, 0,075 %, 0,10 %, dan 0,125 %. Parameter yang diamati adalah kadar vitamin C (mg/100 gr bahan), total asam (%), TSS (0Brix), viskositas (cP), nilai organoleptik aroma
dan rasa, dan nilai warna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi gum xantan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar vitamin C, total asam, TSS, viskositas dan nilai organoleptik aroma dan rasa tetapi berbeda tidak nyata terhadap nilai organoleptik warna. Konsentrasi natrium benzoat memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar vitamin C, total asam, viskositas, dan uji organoleptik aroma dan rasa tetapi berbeda tidak nyata terhadap TSS dan nilai organoleptik warna. Interaksi konsentrasi gum xantan dan konsentrasi natrium benzoat memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap kadar vitamin C tetapi berbeda tidak nyata terhadap total asam, TSS, viskositas, nilai organoleptik aroma rasa, dan nilai warna. Konsentrasi gum xantan 0,20 % dengan konsentrasi natrium benzoat 0,10 % menghasilkan sirup sirsak yang lebih baik dan dapat diterima.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya
bercocok tanam buah-buahan dan sayur-sayuran. Bahan pangan tersebut pada
umumnya tidak hanya dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian besar
diolah menjadi berbagai bentuk dan jenis pangan lainnya.
Tanaman sirsak menurut beberapa literatur berasal dari Amerika Tengah.
Buah tropis ini kemudian menyebar hampir ke seluruh benua. Tanaman sirsak
termasuk tanaman tahunan yang dapat tumbuh dan berbuah sepanjang tahun,
apabila air tanah mencukupi selama pertumbuhannya.
Buah sirsak merupakan buah majemuk dengan bentuk yang tidak
beraturan, tetapi umumnya lonjong, kulit buahnya agak tebal, berduri lemas dan
agak bengkok, daging buahnya berwarna putih, berserat, dan biji pipih berwarna
hitam. Sirsak merupakan buah yang mudah rusak dan tidak dapat disimpan dalam
waktu yang lama. Buah sirsak selain dalam bentuk buah segar dapat dimanfaatkan
menjadi bahan olahan lain yang memiliki nilai tambah lebih besar. Cara
pengolahan buah sirsak umumnya masih sederhana dan dalam lingkup industri
rumah tangga. Akibatnya hasil akhir yang diperoleh belum mampu menembus
pasaran secara luas.
Sirsak dapat tumbuh dengan baik di daerah beriklim tropis hangat dan
lembab. Pengolahan pascapanen seringkali menjadi kendala dalam
memaksimalkan pemanfaatan hasil panen. Akibatnya, kerugian kerap kali tak
buah-buahan yang mudah busuk. Sirsak mengandung karbohidrat, vitamin C,
vitamin B1, dan vitamin B2. Selain dimakan dalam keadaan segar, sirsak bisa
pula diolah menjadi selai, sirup, dan dodol. Banyak konsumen mengolah sirsak
menjadi sirup. Hal ini dikarenakan rasanya enak menyegarkan, terutama jika
diminum saat cuaca panas. Selain rasanya enak, pengolahan menjadi sirup dapat
memperpanjang mutu sirsak tersebut. Itu sebabnya, banyak pengusaha ingin
sekali menjadikan sirup sirsak sebagai industri.
Pada umumnya sirup yang dihasilkan dapat mengalami kerusakan dari
segi penampakan dalam arti tidak stabil dan dapat menimbulkan aroma yang tidak
diinginkan akibat terjadinya proses fermentasi yang dapat menimbulkan gas yang
akan merusak sirup. Oleh karena itu pada pembuatan sirup ini ditambahkan bahan
pengawet dan zat penstabil untuk menghasilkan sirup yang baik dan dapat
disimpan dalam waktu yang lebih lama.
Pengawet, seperti namanya, berfungsi membuat makanan atau minuman
lebih awet sehingga punya daya simpan lebih lama. Nyaris semua produk
makanan atau minuman kemasan mengandung bahan ini. Kecuali masyarakat
suku pedalaman yang masih hidup dari berburu dan bercocok tanam, rasanya
hampir semua orang pernah mengkonsumsi pengawet. Entah dari minuman atau
makanan kemasan. Salah satu contoh bahan pengawet yang sering digunakan
untuk sirup adalah natrium benzoat. Dengan fungsinya sebagai pengawet, maka
natrium benzoat perlu ditambahkan pada pengolahan sirup sirsak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada penambahan konsentrasi
xanthan gum dapat meningkatkan stabilitas sirup yang dihasilkan; penyimpanan
dengan stabilitas yang masih baik. Untuk itulah xanthan gum perlu ditambahkan
pada pengolahan sirup sirsak.
Xanthan gum dihasilkan melalui fermentasi dekstrose dengan bakteri
Xanthomonas compestris. Xanthan gum pada konsentrasi rendah larutannya
kental, pada perubahan suhu terjadi sedikit perubahan kekentalannya, mantap
pada rentangan pH yang luas, mantap pada keadaan beku. Xanthan gum ini
dinyatakan aman digunakan dalam pangan sebagai pemantap, pengemulsi,
pengental, dan pendorong buih pada pangan.
Sementara kemampuan gum untuk menyerap air dengan cepat dalam air
dingin untuk membentuk dispersi koloid sangat kental merupakan sifatnya yang
penting. Kecepatan penyerapan air dan kekentalannya naik pada suhu yang makin
tinggi.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “ Pengaruh Konsentrasi Xanthan Gum dan
Konsentrasi Natrium Benzoat Terhadap Mutu Sirup Sirsak ”.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi xanthan
Kegunaan Penelitian
- Sebagai sumber informasi untuk mengetahui pengaruh xanthan gum
dan konsentrasi natrium benzoat terhadap mutu sirup sirsak
- Sebagai sumber data di dalam penyusunan skripsi di Progam Studi
Teknologi Hasil Pertanian Departemen Teknologi Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
Hipotesa Penelitian
- Ada pengaruh konsentrasi xanthan gum terhadap mutu sirup sirsak
- Ada pengaruh konsentrasi natrium benzoat terhadap mutu sirup sirsak
- Ada pengaruh interaksi konsentrasi xanthan gum dan konsentrasi
TINJAUAN PUSTAKA
Sekilas Mengenai Sirsak
Sirsak (Annona mucurata L) berasal dari daerah tropis Amerika Selatan.
Sosok tanaman sirsak berupa pohon yang ukurannya tidak begitu besar dengan
tinggi pohon antara 3 - 8 m. daunnya berwarna hijau tua, tampak mengkilat dan
kaku. Ukuran buahnya agak besar, berat rata-rata 0,2 – 2 kg, produksi rata-rata per
pohon sekitar 25 buah. Buahnya yang sudah tua memiliki tanda-tanda : jarak daun
renggang, tangkai buah menguning, aroma lebih harum dan menusuk
(Widyastuti dan Paimin, 1993).
Buah sirsak mengandung serat dan vitamin, setiap buah sirsak
masing-masing mengandung komposisi rata-rata 67,5 % daging buah yang dapat dimakan,
20 % kulit buah, 8,5 % biji dan 4 % hati atau empelur. Selain mengandung
vitamin A, B, C juga mengandung sukrosa 2,54 %, dekstrosa 5,05 % dan
levulosa 0,04 % (Radi, 1997).
Dalam bentuk segar, daging buah sirsak mengandung vitamin C yang
cukup tinggi. Selain itu daun dan bijinya dapat digunakan sebagai obat pengusir
nyamuk. Selain dikonsumsi dalam bentuk segar buah ini dapat diolah dalam
bentuk lain (Widyastuti dan Paimin, 1993).
Buah sirsak kaya akan vitamin C yakni 20 mg / 100 g daging buah dan
vitamin B. Daging buah mempunyai aroma dan flavour yang baik sekali, sehingga
sering digunakan untuk pengharum es krim. Dalam industri sari buah, buah sirsak
Setiap 100 g sirsak mengandung 65 kalori, 1 g protein, 0,3 g lemak dan
16,3 g karbohidrat, selain itu juga mengandung kalsium, fosfor, besi, vitamin A,
vitamin B, dan vitamin C. Sirsak juga mengandung senyawa
caffeine hydrocyanic acid, myricyl alcohol dan sterol, sedangkan daun dan
batangnya mengandung senyawa tanin, fitosterol, Ca-oksalat dan alkaloid
murisine (Paimin, 2001).
Secara umum komposisi kimia dari buah sirsak dapat dilihat pada Tabel 1
di bawah ini :
Secara umum bahan-bahan pengental dan pembentuk gel yang larut dalam
air disebut gum. Pentingnya gum dalam bentuk bahan pangan adalah berdasarkan
ciri suka air (hidrofilik) yang mempengaruhi struktur pangan dan sifat yang
berkaitan dengan ciri tersebut. Gum yang sebagian besar terdapat pada bahan
pangan alami dibutuhkan sebagai bahan tambahan yang penting yang dapat
penggunaan lain yang berfungsi dengan fungsi tersebut
(Winarno dan Rahayu, 1994).
Gum dipakai secara luas dalam industri makanan sebagai bahan pengental,
pemantap, dan pensuspensi. Senyawa dalam golongan ini berasal dari sumber
yang berlainan dan dapat mencakup senyawa alam dan turunannya, seperti gum
eksudat, gum rumput laut, gum biji, gum mikroba dan turunan pati dan selulosa.
Sifat molekul sangat mempengaruhi sifat berbagai gum. Gum molekul
polisakarida rantai lurus menempati lebih banyak ruangan dan lebih kental
daripada molekul yang sangat bercabang dengan bobot molekul yang sama
(deMan, 1997).
Xanthan gum
Xanthan gum dihasilkan melalui fermentasi dekstrose dengan bakteri
Xanthomonas compestris. Xanthan gum berupa bubuk berwarna krem yang
dengan cepat larut dalam air panas atau air dingin membentuk larutan kental yang
tidak tiksotrofik. Xanthan gum pada konsentrasi rendah larutannya kental, pada
perubahan suhu terjadi sedikit perubahan kekentalannya, mantap pada rentangan
pH yang luas, mantap pada keadaan beku. Xanthan gum dinyatakan aman
digunakan dalam pangan sebagai pemantap, pengemulsi, pengental, dan
pendorong buih pada pangan (Tranggono, dkk, 1989).
Telah dilakukan pengembangan formulasi suspensi rifampisin yang
mengandung 100 mg/5 ml, menggunakan serbuk kristal - rifampisin dengan
rentang ukuran partikel 5 - 20 um. Zat pengental terbaik yang digunakan adalah
agar 0,15% dan xanthan gum 0,2%. Hasil evaluasi stabilitas secara fisik
daripada suspensi dengan agar. Hasil uji ketersediaan hayati terbanding kedua
suspensi terhadap suspensi yang beredar di pasaran adalah 84,0% untuk suspensi
dengan xanthan gum dan 88,36% untuk suspensi dengan agar
(Haryadi, dalam Tranggono, 1989).
Xanthan gum dapat membentuk larutan kental pada konsentrasi rendah
(0,1% – 0,2%). Pada konsentrasi 2% - 3% terbentuk gel. Xanthan gum dapat
dicampur dengan protein atau polisakarida lain. Xanthan gum ini membentuk film
yang liat dan lentur (deMan, 1997)
Bahan Aditif
Bahan aditif dapat diartikan sebagai bahan yang ditambahkan dengan
sengaja dan kemudian terdapat dalam makanan sebagai akibat dari berbagai tahap
budidaya, pengolahan, penyimpanan maupun pengemasan.
Adapun tujuan dari penggunaan bahan tambahan adalah :
- Mempertahankan atau memperbaiki nilai-nilai gizi makanan
- Mempertahankan kesegaran bahan, terutama untuk menghambat
kerusakan bahan oleh mikroorganisme
- Membantu mempermudah pengolahan dan persiapan
- Membantu memperbaiki kenampakan atau aroma makanan
Gula
Untuk industri-industri makanan biasanya digunakan sukrosa dalam
bentuk kristal halus atau kasar dan dalam jumlah yang banyak dipergunakan
dilarutkan dalam air dan dipanaskan, sebagian sukrosa akan terurai menjadi
glukosa dan sukrosa disebut gula invert (Winarno, 1995).
Apabila gula ditambahkan ke dalam bahan makanan dalam konsentrasi
yang tinggi (paling sedikit 40 %) padatan terlarut sebagian dari air yang ada
menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme dan aktivitas air (Aw)
dari bahan pangan berkurang sedangkan pada konsentrasi mencapai 65 % gula
akan menyebabkan sel-sel mikroorganisme yang terdapat dalam bahan pangan
akan mengalami dehidrasi atau plasmolisis (Buckle, dkk, 1987).
Mekanisme gula sebagai bahan pengawet yaitu menghasilkan tekanan
osmosis yang tinggi sehingga cairan sel mikroorganisme terserap keluar,
akibatnya menghambat sitoplasma menurun sehingga terjadi plasmolisis yang
menyebabkan kematian sel (Winarno, 1984).
Benzoat
Asam benzoat (C6H5COOH) merupakan bahan pengawet yang luas
penggunaannya dan sering digunakan pada bahan makanan yang asam. Bahan ini
digunakan untuk mencegah pertumbuhan khamir dan bakteri. Benzoat efektif
pada pH 2,5 – 4,0. Karena kelarutan garamnya lebih besar maka bisa digunakan
dalam bentuk garam natrium benzoat. Dalam bahan garam benzoat terurai
menjadi bentuk efektif, yaitu bentuk asam benzoat yang terdisosiasi
(Winarno, 1995).
Penggunaan asam benzoat dibatasi hampir dalam semua produk
buah-buahan dan sering digunakan bersama-sama dengan belerang oksida. Asam
benzoat lebih efektif pada khamir dan bakteri dari pada kapang pada konsentrasi
Asam benzoat akan ditolak pada konsentrasi diatas 400 mg/l dan tidak
mempunyai pengaruh pada pencoklatan enzimatik (Buckle, dkk
Aktivitas anti mikroba asam benzoat dan garamnya tergantung pada pH
substrat sangat menentukan banyaknya asam yang tidak terdisosiasi. Asam
benzoat mempunyai penghambatan mikrobia optimal pada pH 2,5 – 4,0
(Winarno, 1984).
, 1987).
Natrium benzoat lebih efektif menghambat khamir dan bakteri dari pada
jamur dan mempertahankan keasaman makanan seperti jam, sirup, jelly, pickle,
sosis, marmalade dan sari buah (Hughes, 1987).
Sirup buah dengan keasaman tinggi dapat diawetkan dengan
0,1% (1000 ppm) natrium benzoat tetapi sekalipun digunakan 0,2% tidak akan
dapat mengawetkan produk dengan keasaman rendah. Natrium benzoat kurang
efektif dalam suatu bahan pangan yang mempunyai pH 7,0 dibandingkan dengan
bahan pangan yang asam yang mempunyai pH mendekati 3,0. pH optimum dari
natrium benzoat sebagai pertumbuhan mikroba adalah 2,5-4,0 lebih rendah dari
pada asam sorbat dan asam propionat (Furia, 1972).
Menurut Tressler and Joslyn (1971), penggunaan natrium benzoat dalam
sirup buah dengan konsentrasi 0,05% sampai 0,1% tidak berpengaruh terhadap
flavour sirup buah.
Sulfit
SO2 lebih efektif dalam bahan-bahan pangan asam (pH 2,5 – 4,0) dimana
pengaruhnya disebabkan karena molekul SO2 bebas. Bahan ini akan lebih
menghambat bakteri daripada khamir, suatu sifat yang digunakan misalnya dalam
akan bergabung dengan komponen aldehid dan keton dari beberapa bahan pangan,
terutama dalam minuman menjadi tidak tersedia sebagai anti mikroorganisme
(Buckle, dkk, 1987).
Zat pengawet anorganik yang sering dimanfaatkan sebagai campuran
dalam olahan, diantaranya senyawa sulfit dalam bentuk gas SO2 garam
natrium/kalium sulfit, bisulfit dan metabisulfit. Sulfit biasanya digunakan dalam
bentuk garam sulfit yang dilarutkan dalam air. Lalu larutan ini digunakan untuk
merendam bahan yang akan diawetkan (Fachruddin, 1998).
Asam Sitrat
Asam sitrat adalah asam hidroksi trikarboksilat (C6H8O7), yang diperoleh
dari ekstraksi buah-buahan, terutama jeruk. Asam sitrat biasanya ditambahkan
pada sirup minuman, jam dan jelly untuk menembah cita rasa dan sebagai bahan
pengawet (Frazeir and Westhoff, 1979).
Asam sitrat digunakan sebagai bahan pemberi derajat keasaman cukup
baik karena kelarutannya dalam air tinggi. Asam sitrat dapat digunakan sebagai
“Flavoring Agent”, menurunkan pH dan sebagai “Chelating Agent”. Pada proses
pengalengan dapat menggunakan asam sitrat untuk menurunkan pH sampai 4,
atau lebih rendah (Furia, 1972).
Asam sitrat bersifat “Chelating Agent” yaitu dapat mengikat atau
mencengkram logam-logam bivalen seperti Mn, Mg dan Fe yang sangat
dibutuhkan sebagai katalisator dalam reaksi biologis, karena itu
reaksi-reaksi biologis dapat dihambat dengan penambahan asam sitrat
Siklamat
Siklamat merupakan garam Na dari asam siklamat dengan rumus molekul
C6H11NHSO3Na. Na-Siklamat berasa manis tanpa rasa ikutan yang kurang
disenangi. Sangat mudah larut dalam air dan intensitas kemanisannya sekitar 30 x
tingkat kemanisan tebu murni. Rasa manis siklamat masih dapat dirasakan sampai
pengenceran 1 : 10.000. pH larutan siklamat 10 % terletak antara 5,5 sampai 7,5.
Na-Siklamat dalam industri makanan dipakai sebagai bahan pemanis non industri
sebagai pengganti sukrosa (Sudarmadji,1984).
Pembuatan Sirup Sirsak
Sirup adalah bahan minuman dari sari buah dengan kadar gula minimal
55%. Ke dalam sirup dapat ditambahkan bahan-bahan pengental, pengawet dan
cita rasa. Sari buah yang dipergunakan disini adalah cairan buah yang tidak
mengalami fermentasi yang diperoleh dari hasil pengepresan buah. Untuk
mendapatkan sari buah yang baik, perlu dipisahkan dari bagian-bagian yang tidak
larut dengan penyaringan (Makfoeld, 1982).
Pembuatan sirup pada garis besarnya meliputi tahap-tahap sortasi,
pencucian, pengupasan, pemotongan daging buah, pengisian ke dalam wadah,
penutupan, pasteurisasi, pendinginan dan penyimpanan (Kylwe et al., 1956).
Pengolahan sari buah sirsak menjadi sirup ditujukan untuk menaikkan
nilai ekonomis buah sirsak. Selain itu juga ditujukan untuk menganekaragamkan
bahan minuman dari sirsak dan sekaligus memperpanjang masa simpan. Syarat
utama yang penting dan perlu mendapat perhatian dalam pembuatan sirup mulai
dari bahan mentah sampai menjadi sirup yang dikonsumsi adalah jenis dan
keefektifan pengolahan dan perlakuan mekanis terhadap produk
(Desrosier, 1988).
Ekstraksi Sari Buah
Sari buah diperoleh dengan cara memasukkan daging buah yang telah
dipisahkan dari kulit, biji, dan serat ke dalam blender.
Penyaringan
Pemisahan dilakukan dengan penyaringan sari buah yang bertujuan untuk
memisahkan serat, biji atau benda asing lainnya. Penyaringan sebaiknya
dilakukan bertahap. Tahap pertama dimaksudkan untuk menghilangkan partikel
kasar, selanjutnya untuk menghilangkan partikel yang lebih halus (Braverman,
1949).
Pembotolan
Gelas sebagai alat pengemasan, saat ini masih merupakan jenis kemasan
yang sangat penting dan untuk kemasan yang biasa digunakan adalh botol. Sifat
kimia dari gelas adalah inert, tetapi korosif pada bagian tutupnya dan mudah
pecah karena tekanan dari dalam, berbenturan atau perbedaan panas yang
mendadak. Oleh karena itu gelas harus dipanaskan secara perlahan-lahan dan
tidak boleh langsung pada suhu tinggi karena dapat pecah jika terjadi perbedaan
panas yang cepat. Dalam penggunaannya botol harus disterilisasi terlebih dahulu
pada suhu sekitar 750C selama 24 jam, dimana sterilisasi ini bertujuan untuk
membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang ada dalam botol
Pasteurisasi
Pasteurisasi bertujuan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme
dan mencegah aktivitas enzim. Suhu dan lamanya pasteurisasi yang digunakan
tergantung dari jumlah dan resistensi mikrobia yang terdapat di dalam bahan
pangan serta kepekaan bahan terhadap panas. Pasteurisasi dilakukan dengan
menggunakan suhu dibawah 1000C (Houghton, 1984).
Perubahan-Perubahan Selama Penyimpanan
Bila ditinjau dari penyebab kerusakan pada bahan-bahan hasil pertanian
buah dalam bentuk hasil olahan, kerusakan dapat terjadi oleh kerusakan
mikrobiologis (Winarno dan Rahayu, 1994).
Kerusakan mikrobiologis yang terjadi pada daging buah sirsak adalah
disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada daging buah dan
pertumbuhan mikrobia selama penyimpanan. Adapun yang mempengaruhi
pertumbuhan mikrobia tersebut adalah waktu, pH, temperatur, air, tersedianya
oksigen, cahaya dan faktor-faktor kimia yang terdapat selama penyimpanan
(Buckle, dkk, 1987).
Perubahan Asam Organik
Asam organik banyak terdapat dalam buah-buahan. Khamir dan kapang
dapat mencegah asam yang terdapat dalam bahan makanan. Asam organik ini
merupakan substrat bagi kelangsungan aktivitas mikrobia sebagai sumber energi.
Jumlah asam pada sari buah dapat juga disebabkan oleh adanya mikrobia yang
Asam organik yang banyak terdapat pada buah-buahan dan sayur-sayuran
adalah asam sitrat dan asam malat. Asam sitrat merupakan asam organik terutama
pada buah jeruk, jambu biji, markisa, dan lain-lain. Sedangkan asam malat
merupakan asam organik utama pada buah apel, pisang, dan lain-lain. Asam sitrat
dapat dirombak oleh Lactobacillus yang mungkin terdapat pada daging buah
menjadi asam suksinat (Frazeir and Westhoff, 1979).
Perombakan asam sitrat menjadi asam suksinat oleh Lactobacillus dapat
dilihat pada gambar dibawah ini :
CH2 COOH CH2 COOH
HO – C COOH Lactobacilli + 2CO2
CH2 COOH CH2 COOH
Asam sitrat Asam suksinat
HO CH COOH CH3 CH COOH
Lactobacilli + CO2
CH2 COOH OH
Asam malat Asam laktat
Gambar 1. Reaksi Metabolisme Asam Sitrat Menjadi Asam Sukinat dan Asam Malat Menjadi Asam Laktat
Perubahan Kandungan Vitamin C
Pada umumnya buah merupakan sumber vitamin C yang penting, sehingga
stabilitas vitamin C dalam pengolahan dan penyimpanan buah serta hasil
pengolahannya merupakan masalah yang paling penting diperhatikan. Dalam
pengolahan dan penyimpanan sering terjadi kehilangan kandungan vitamin C
askorbat dan garam natriumnya sangat stabil dalam keadaan tanpa air, tetapi
dalam keadaan ada air dan oksigen atau bahan pengoksidasi lainnya maka asam
askorbat menjadi sangat labil (Hulme, 1977).
Vitamin C mudah rusak karena adanya oksigen terutama pada suhu tinggi
dan vitamin ini mudah hilang selama pengolahan dan penyimpanan. Peristiwa
oksidasi asam askorbat dipercepat dengan adanya cahaya, enzim sebagai
katalisator, logam seperti Cu, Fe, dan Mg di dalam wadah. Asam askorbat
mempunyai sifat pereduktif yang kuat dimana terdapat gugus hidroksin pada atom
karbon yang berikatan rangkap sehingga dengan cepat dapat dioksidasi oleh udara
(Apandi, 1984).
Asam askorbat sangat mudah teroksidasi menjadi asam L-dehidroaskorbat
yang secara kimia sangat labil dan mengalami perubahan-perubahan lebih lanjut
menjadi asam L-diketoglukonat, yang tidak memiliki keaktifan vitamin C lagi.
Dan jika oksidasi berlanjut terus, akan terbentuk asam oksalat dan asam treonat
(Winarno, 1995).
Reaksi metabolisme vitamin C adalah sebagai berikut :
O = C O = C COOH
BAHAN DAN METODA
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan
Bahan yang digunakan adalah buah sirsak matang yang diperoleh dari
Pasar Sore, Padang Bulan, Medan.
Bahan Kimia
- Larutan asam asetat 0.05N - Natrium benzoat
- Asam sitrat - Asam malat
- Aquadest - Gula
- Xanthan gum - Iodium
- Phenolpthalein - NaOH 0,1 N
Alat
- Timbangan - Pipet tetes
- Beaker glass - Kertas saring
- Alat titrasi - Handrefractometer
- Sendok - Kain saring
- Baskom - Pisau stainless
- Blender - Strirer
- Corong - Botol dan tutupnya
Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Pangan, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Metoda Rancang Acak Lengkap ( RAL ).
Faktorial yang terdiri dari 2 faktor, yaitu:
Faktor I : Konsentrasi Xanthan Gum (L), terdiri dari 4 taraf yaitu :
L1 = 0,10 %
L2 = 0,15 %
L3 = 0,20 %
L4 = 0,25 %
Faktor II : Konsentrasi Natrium Benzoat (N),terdiri dari 4 taraf yaitu :
N1 = 0,050 %
N2 = 0,075 %
N3 = 0,100 %
N4 = 0,125 %
Banyaknya kombinasi perlakuan ( Tc ) adalah 4 x 4 = 16, maka jumlah ulangan
( n ) adalah sebagai berikut :
Tc ( n – 1 ) ≥ 15
16 ( n – 1 ) ≥ 15
16n – 16 ≥ 15
16n ≥ 31
n ≥ 1, 93 ……… dibulatkan menjadi n = 2
Model Rancangan
Penelitian ini dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap ( RAL )
faktorial dengan model sebagai berikut :
Ŷijk = µ + αi + βj + ( αβ )ij + εijk
Ŷijk : Hasil pengamatan dari faktor L pada taraf ke - i dan faktor
N pada taraf ke - j dengan ulangan ke - k
µ : Efek nilai tengah
αi : Efek dari faktor L pada taraf ke - i
βj : Efek dari faktor N pada Taraf ke - j
( αβ )ij : Efek interaksi faktor L pada taraf ke - i dan faktor N pada
taraf ke - j
εijk : Efek galat dari faktor L pada taraf ke - i dan faktor N pada
taraf ke - j dalam ulangan ke - k
Pelaksanaan Penelitian
Pembuatan Sari
• Buah sirsak yang tingkat kematangannya seragam dibersihkan dengan
air mengalir sampai bersih
• Buah sirsak diblanching dengan menggunakan larutan asam asetat
0,05 N pada suhu 850C selama 10 menit
• Buah segera didinginkan dengan air, kemudian dibelah dan
• Daging buah dihancurkan dengan blender sambil dilakukan
penambahan air matang dengan perbandingan antara daging buah
dengan air adalah 1 : 1
• Disaring dengan menggunakan kain saring yang bersih
• Sari sirsak
Pembuatan Larutan
• Larutan yang akan dibuat yaitu 500 g
• Ditimbang gula 250 g
• Ditimbang asam sitrat, asam malat, asam sulfit masing-masing 0,5 g • Ditimbang natrium benzoat sesuai perlakuannya dan xanthan gum
sesuai perlakuannya
• Semua bahan ditambah air sehingga massa larutan menjadi 500 g
Pembuatan Sirup
• ...Sari sirsak dengan massa 45 % dicampurkan ke dalam
larutan sambil dipanaskan sampai suhu 800 – 900C sembil terus diaduk
• ...Setelah terbentuk sirup sirsak, langsung dimasukkan ke
dalam botol steril, ditutup, didinginkan delam air mengalir, dan diberi
label
• ...Dipasteurisasi
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengamatan dan pengumpulan data dilakukan berdasarkan hasil analisa
laboratorium yang meliputi parameter sebagai berikut :
1. Vitamin C
2. Total Asam
3. Total Soluble Solid (TSS)
4. Viskositas
5. Uji Organoleptik Aroma dan Rasa
6. Uji Organoleptik Warna
Kadar Vitamin C (Sudarmadji, dkk, 1984)
Contoh ditimbang sebanyak 10 g, dimasukkan ke dalam labu ukur
100 ml lalu ditambahkan aquadest sampai tanda tertera, kemudian digojog jingga
merata dan disaring dengan kertas saring. Filtratnya diambil sebanyak 10 ml lalu
ditambahkan larutan pati 1 % sebanyak 3 tetes lalu dititrasi dengan larutan iodium
0,01 N. Titrasi dianggap selesai setelah timbul warna biru konstan dan dicatat
berapa volume titrasi.
Kandungan Vitamin C dihitung sebagai berikut :
ml Iod 0,01 N x 0,88 x fp x 100 Kadar Vitamin C =
(mg/100g bahan) Berat Contoh (g) fp (faktor pengenceran) = 10
1 ml Iod 0,01 N = 0,88 mg Vitamin C
Contoh ditimbang sebanyak 10 g dimasukkan ke dalam beaker glass dan
ditambahkan aquadest sampai volume 100 ml, kemudian diaduk merata dan
disaring dengan kertas saring. Filtrat diambil sebanyak 10 ml, dan dimasukkan ke
dalam erlenmeyer lalu ditambahkan indikator phenolpthalein 1 % sebanyak 2 - 3
tetes. Kemudian dititrasi dengan NaOH 0,1 N. Titrasi dihentikan setelah timbul
warna merah jambu stabil.
ml NaOH x N NaOH x BM Asam Dominan x fp
Total Asam = x 100% (%) Berat contoh (g) x 1000 x 3
BM asam sitrat = 192
Total Soluble Solid (TSS) (Sudarmadji, dkk, 1984)
Pengukuran TSS menggunakan handrefractometer. Contoh ditimbang
sebanyak 10 g, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml lalu ditambahkan aquadest
sampai tanda tera, kemudian digojog hingga merata dan disaring dengan kertas
saring. Filtratnya diambil dengan pipet dan diteteskan pada lensa
handrefractometer, kemudian diamati angka pada batas terang dan gelap x 10.
Viskositas (AOAC, 1970)
Bahan dimasukkan ke dalam beaker glass sebanyak 100 ml, kemudian
diukur viskositas dengan menggunakan viskosimeter selama 5 menit.
Uji Organoleptik Aroma dan Rasa (Soekarto, 1981)
Penentuan nilai organoleptik dilakukan dengan uji kesukaan terhadap
aroma dan rasa oleh panelis. Nilai organoleptik adalah nilai rata-rata yang
diberikan oleh 10 orang panelis dengan skala hedonik seperti yang terlihat pada
Tabel 2. Uji Organoleptik Aroma dan Rasa
Skala Hedonik Skala Numerik
Sangat suka 4
Suka 3
Tidak suka 2
Sangat tidak suka 1
Uji Organoleptik Warna (Soekarto, 1981)
Penentuan nilai organoleptik dilakukan dengan uji kesukaan terhadap
warna oleh panelis. Nilai organoleptik adalah nilai rata-rata yang diberikan oleh
10 orang panelis dengan skala hedonik seperti yang terlihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 3. Uji Organoleptik Warna
Skala Hedonik Skala Numerik
Putih 4
Agak putih 3
Putih kekuningan 2
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan, secara umum pengaruh konsentrasi
xanthan gum dan konsentrasi natrium benzoat terhadap mutu sirup sirsak dapat
dilihat pengaruhnya terhadap vitamin C, total asam, TSS, viskositas, uji
organoleptik aroma dan rasa, dan uji organoleptik warna terlihat pada tabel 4:
Tabel 4 . Pengaruh Konsentrasi Xanthan Gum (%) terhadap Parameter yang Diamati.
Konsentrasi Vitamin C Total asam TSS Viskositas Organoleptik Organoleptik Xanthan gum (mg/100 g bhn) (%) (0Brix) (cP) (Aroma dan rasa) (Warna)
L1 = 0.10 % 9.54 0.56 41.75 70.00 2.68 2.70
L2 = 0.15 % 10.73 0.85 39.50 90.63 2.76 2.93
L3 = 0.20 % 12.02 1.13 35.50 103.13 3.04 3.33
L4 = 0.25 % 15.08 1.18 32.38 127.5 3.13 2.95
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa konsentrasi xanthan gum memberikan
pengaruh terhadap parameter yang diuji. Vitamin C tertinggi pada perlakuan L4
dan terendah pada perlakuan L1. Total asam tertinggi pada perlakuan L4 dan
terendah pada perlakuan L1. TSS tertinggi pada perlakuan L1 dan terendah pada
perlakuan L4. Viskositas tertinggi pada perlakuan L4 dan terendah pada
perlakuan L1. Uji organoleptik (aroma dan rasa) tertinggi pada perlakuan L3 dan
terendah pada perlakuan L1.
Secara umum pengaruh konsentrasi natrium benzoat terhadap mutu sirup
Tabel 5. Pengaruh Konsentrasi Natrium Benzoat (%) terhadap Parameter
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa konsentrasi natrium benzoat memberikan
pengaruh terhadap parameter yang diuji. Vitamin C tertinggi terdapat pada
perlakuan N4 dan terendah terdapat pada perlakuan N1. Total asam tertinggi
terdapat pada perlakuan N4 dan terendah pada perlakuan N1. TSS tertinggi
terdapat pada perlakuan N1 dan terendah pada perlakuan N4. Viskositas tertinggi
terdapat pada perlakuan L4 dan terendah pada perlakuan L1 . Organoleptik
(aroma dan rasa) tertinggi terdapat pada perlakuan N4 dan terendah pada
perlakuan N1. Dan organoleptik (warna) tertinggi terdapat pada N4 dan terendah
terdapat pada N1.
Hasil analisa statistik terhadap masing-masing parameter yang diamati
dari setiap perlakuan dapat dilihat pada uraian sebagai berikut :
Vitamin C (mg/100 g bahan)
Pengaruh Konsentrasi Xanthan Gum (%) terhadap Vitamin C (mg/100 g bahan)
Dari hasil analisa sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa
konsentrasi xanthan gum memberi pengaruh berbeda sangat nyata (P<0.01)
terhadap kadar vitamin C sirup sirsak.
Hasil pengujian dengan LSR menunjukan pengaruh konsentrasi xanthan
gum terhadap kadar vitamin C tiap-tiap perlakuan seperti yang terlihat pada
Tabel 6. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Xanthan Gum (%) terhadap Vitamin C (mg/100 g bahan) Sirup Sirsak
Jarak LSR Konsentrasi Rataan Notasi
0.05 0.01 Xanthan Gum (%) 0.05 0.01
- - - L1 = 0.10 9.54 d C
2 1.143 1.573 L2 = 0.15 10.73 c BC
3 1.200 1.653 L3 = 0.20 12.02 b B
4 1.230 1.695 L4 = 0.25 15.08 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)
Dari Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan L1 berbeda nyata terhadap L2
dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan L3 dan perlakuan L4. Perlakuan L2
berbeda nyata terhadap L3 dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan L4.
Perlakuan L3 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan L4.
Vitamin C tertinggi diperoleh pada perlakuan L4 yaitu 15.08 mg/100g dan
vitamin C terendah diperoleh pada perlakuan L1 yaitu 9.54 mg/100 g. Dari hasil
analisa dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi xanthan gum maka
vitamin C semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena xanthan gum diperoleh
melalui fermentasi dengan bakteri Xanthomona compestris (Haryadi, 1987) yang
dapat mempertahankan kadar vitamin C pada bahan.
Hubungan konsentrasi xanthan gum terhadap vitamin C dapat dilihat pada
Gambar 4 : Grafik Hubungan Konsentrasi Xanthan Gum (%) dengan Vitamin C (mg/100 g bahan)
Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi xanthan
gum maka kadar vitamin C bahan akan semakin tinggi juga. Hal ini disebabkan
karena xanthan gum merupakan senyawa sintetik yang mengandung gugus asam
sehingga oksidasi terhambat dan vitamin C tidak akan rusak. Oksidasi akan
terhambat bila vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam atau suhu yang rendah
(Winarno, 1995).
Pengaruh Konsentrasi Natrium Benzoat (%) terhadap Vitamin C (mg/100 g bahan)
Dari hasil analisa sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa
konsentrasi natrium benzoat memberi pengaruh berbeda sangat nyata (P<0.01)
terhadap kadar vitamin C sirup sirsak.
Hasil pengujian dengan LSR menunjukan pengaruh konsentrasi natrium
benzoat terhadap kadar vitamin C tiap-tiap perlakuan seperti yang terlihat pada
Tabel 7. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Natrium Benzoat (%) terhadap Vitamin C (mg/100 g bahan) Sirup Sirsak
Jarak
LSR Konsentrasi
Rataan
Notasi
0.05 0.01 Natrium Benzoat
(%) 0.05 0.01
- - - N1 = 0.050 10.27 c C
2 1.143 1.573 N2 = 0.075 11.69 b BC
3 1.200 1.653 N3 = 0.10 11.83 b B
4 1.230 1.695 N4 = 0.125 13.58 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)
Dari Tabel 7 menunjukkan bahwa perlakuan N1 berbeda nyata terhadap N2
dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan N3 dan perlakuan N4. Perlakuan N2
berbeda tidak nyata terhadap perlakuan N3 dan berbeda sangat nyata terhadap
perlakuan N4. Perlakuan N3 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan N4.
Vitamin C tertinggi diperoleh pada perlakuan N4 yaitu 13.58 mg/100g dan
vitamin C terendah diperoleh pada perlakuan N1 yaitu 10.27 mg/100g bahan. Dari
hasil analisa diperoleh bahwa semakin tinggi konsentrasi natrium benzoat maka
semakin tinggi juga kadar vitamin C pada bahan.
Hubungan konsentrasi natrium benzoat terhadap vitamin C dapat dilihat
Gambar 5 : Grafik Hubungan Konsentrasi Natrium Benzoat (%) dengan Vitamin C (mg/100 g bahan)
Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi natrium
benzoat maka kadar vitamin C semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena
natrium benzoat yang ditambahkan pada bahan bertujuan selain untuk
menghambat pertumbuhan mikroorganisme, mencegah proses fermentasi dan
pembusukan, natrium benzoat juga dapat mencegah terjadinya proses oksidasi
pada bahan (Buckle, dkk, 1987), sehingga dengan berkurangnya proses oksidasi
pada sirup maka kandungan vitamin C sirup sirsak dapat dipertahankan. Maka,
semakin tinggi konsentrasi natrium benzoat maka kadar vitamin C yang
dikandung sirup akan semakin tinggi karena proses oksidasi berkurang..
Pengaruh Interaksi Konsentrasi Xanthan Gum (%) dan Konsentrasi Natrium Benzoat (%) terhadap Vitamin C
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 1) menunjukkan bahwa interaksi
konsentrasi xanthan gum dan konsentrasi natrium benzoat memberi pengaruh
berbeda nyata (P<0.05) terhadap kadar vitamin C sirup sirsak.
Untuk mengetahui perbedaan vitamin C pada masing-masing taraf
perlakuan dilanjutkan dengan uji LSR, hasil pengujian ditampilkan pada Tabel 8.
Tabel 8. Pengujian LSR Utama Interaksi Perlakuan Konsentrasi Xanthan Gum dan Konsentrasi Natrium Benzoat terhadap Vitamin C
Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi taraf 5 % (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)
Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa interaksi perlakuan antara konsentrasi
xanthan gum dengan konsentrasi natrium benzoat berpengaruh berbeda nyata
(P<0.05) terhadap kadar vitamin C sirup sirsak. Untuk kadar vitamin C tertinggi
diperoleh pada interaksi L4N4 yaitu 19 mg/100g bahan dan terendah pada interaksi
perlakuan L1N2 yaitu sebesar 9.35 mg/100 g bahan.
Dari hasil ini dapat dilihat bahwa kadar vitamin C meningkat dengan
semakin meningkatnya konsentrasi xanthan gum dan konsentrasi natrium benzoat.
Gambar 6 : Grafik Hubungan Interaksi Perlakuan Konsentrasi Xanthan Gum (%) dan Konsentrasi Natrium Benzoat (%) terhadap Kadar Vitamin C (mg/100 g bahan)
Total Asam (%)
Pengaruh Konsentrasi Xanthan Gum (%) terhadap Total Asam (%)
Dari hasil analisa sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa
konsentrasi xanthan gum memberi pengaruh berbeda sangat nyata (P<0.01)
terhadap total asam sirup sirsak.
Hasil pengujian dengan LSR menunjukkan pengaruh konsentrasi xanthan
gum terhadap total asam tiap-tiap perlakuan seperti yang terlihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Uji LSR PengaruhKonsentrasi Xanthan Gum (%) terhadap Total Asam (%) Sirup Sirsak
Jarak LSR Konsentrasi Rataan Notasi
0.05 0.01 Xanthan Gum (%) 0.05 0.01
- - - L1 = 0.10 0.56 c C
2 0.073 0.100 L2 = 0.15 0.85 b B
3 0.077 0.105 L3 = 0.20 1.13 a A
4 0.078 0.108 L4 = 0.25 1.18 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)
Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan L1 berbeda sangat nyata
terhadap perlakuan L2, perlakuan L3, dan perlakuan L4. Perlakuan L2 berbeda
sangat nyata terhadap perlakuan L3 dan perlakuan L4. Perlakuan L3 berbeda tidak
nyata terhadap L4. Total asam tertinggi diperoleh pada perlakuan L4 dan yang
terendah pada perlakuan L1.
Dari tabel diatas dapat diperoleh bahwa semakin tinggi konsentrasi
xanthan gum maka semakin tinggi juga jumlah total asam pada sirup. Hal ini
disebabkan karena xanthan gum mantap pada rentangan pH yang luas yaitu
pH 4 – 10.5 dan menunjukkan sedikit kemampuannya sebagai penyangga pH
sehingga total asam akan semakin meningkat seiring semakin meningkatnya
konsentrasi total asam (Haryadi, dalam Tranggono, 1990).
Hubungan konsentrasi xanthan gum terhadap total asam dapat dilihat pada
Gambar 7 : Grafik Hubungan Konsentrasi Xanthan Gum (%) dengan Total Asam (%)
Pengaruh Konsentrasi Natrium Benzoat (%) terhadap Total Asam (%)
Dari hasil analisa sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa
konsentrasi natrium benzoat memberi pengaruh berbeda sangat nyata (P<0.01)
terhadap total asam sirup sirsak.
Hasil pengujian dengan LSR menunjukkan pengaruh konsentrasi natrium
benzoat terhadap total asam tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Natrium Benzoat (%) terhadap Total Asam (%) Sirup Sirsak
Jarak taraf 5 % (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)
Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa perlakuan N1 berbeda nyata terhadap
perlakuan N2 dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan N3, dan perlakuan N4.
Perlakuan N2 berbeda nyata terhadap perlakuan N3 dan berbeda sangat nyata
terhadap perlakuan N4. Perlakuan N3 berbeda nyata terhadap perlakuan N4. Total
asam tertinggi diperoleh pada perlakuan N4 dan total asam terendah diperoleh
pada perlakuan N1.
Dari tabel diatas dapat juga diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi
dari natrium benzoat maka semakin tinggi juga total asam pada sirup. Hal ini
disebabkan karena peningkatan total asam berbanding terbalik dengan pH dimana
selama penyimpanan terjadi kerusakan asam yang menyebabkan penurunan pH.
Hubungan konsentrasi xanthan gum terhadap total asam dapat dilihat pada
Gambar 8.
Gambar 8 : Grafik Hubungan Konsentrasi Natrium Benzoat (%) dengan Total Asam (%)
0 0.025 0.05 0.075 0.1 0.125 0.15
Pengaruh Interaksi Konsentrasi Xanthan Gum (%) dan Konsentrasi Natrium Benzoat (%) terhadap Total Asam (%)
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 2) menunjukkan bahwa interaksi
konsentrasi xanthan gum dan konsentrasi natrium benzoat memberi pengaruh
yang berbeda tidak nyata (P>0.05) terhadap total asam sirup sirsak sehingga uji
LSR tidak dilanjutkan
TSS (0 Brix)
Pengaruh Konsentrasi Xanthan Gum (%) terhadap TSS (0Brix)
Dari hasil analisa sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa
konsentrasi xanthan gum memberi pengaruh berbeda sangat nyata (P<0.01)
terhadap TSS sirup sirsak.
Hasil pengujian dengan LSR menunjukkan pengaruh konsentrasi xanthan
gum terhadap TSS tiap-tiap perlakuan seperti yang terlihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Xanthan Gum (%) terhadap TSS (0Brix) Sirup Sirsak
Jarak LSR Konsentrasi Rataan Notasi
0.05 0.01 Xanthan Gum (%) 0.05 0.01
- - - L1 = 0.10 41.75 a A
2 4.129 5.685 L2 = 0.15 39.50 ab AB
3 4.336 5.974 L3 = 0.20 35.50 bc BC
4 4.446 6.125 L4 = 0.25 32.38 c C
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)
Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa perlakuan L1 berbeda tidak nyata
terhadap perlakuan L2 dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan L3 dan
perlakuan L4. Perlakuan L2 berbeda tidak nyata terhadap perlakuan L3 dan berbeda
perlakuan L4. Jumlah TSS tertinggi diperoleh pada perlakuan L1 yaitu 41.750 Brix
dan yang terendah pada perlakuan L4 yaitu 32.380 Brix.
Semakin tinggi konsentrasi dari xanthan gum maka semakin menurun juga
kadar TSS yang terdapat pada sirup. Hal ini terjadi karena perombakan
karbohidrat atau turunannya menjadi gula-gula sederhana seperti galaktosa,
arabinosa menjadi bahan-bahan yang dapat larut (Gaman dan Sherrington, 1992).
Hubungan konsentrasi xanthan gum dan TSS dapat dilihat lebih jelas pada
Gambar 9.
Gambar 9 : Grafik Hubungan Konsentrasi Xanthan Gum (%) dengan TSS (0 Brix)
Pengaruh Konsentrasi Natrium Benzoat (%) terhadap TSS (0 Brix)
Dari hasil analisa sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa
konsentrasi natrium benzoat memberi pengaruh berbeda tidak nyata (P>0.05)
terhadap TSS sirup sirsak.
Hasil pengujian dengan LSR menunjukkan pengaruh konsentrasi natrium
benzoat terhadap TSS tiap-tiap perlakuan seperti yang terlihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Natrium Benzoat (%) terhadap TSS (0 Brix) Sirup Sirsak
Jarak LSR Konsentrasi Rataan Notasi
0.05 0.01 Natrium Benzoat (%) 0.05 0.01
- - - N1 = 0.050 40.25 a A
2 4.129 5.685 N2 = 0.075 37.63 ab AB
3 4.336 5.974 N3 = 0.10 36.75 bc BC
4 4.446 6.125 N4 = 0.125 34.50 c C
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)
Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa perlakuan N1 berbeda tidak nyata
terhadap perlakuan N2 dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan N3 dan
perlakuan N4. Perlakuan N2 berbeda tidak nyata terhadap perlakuan N3 dan
berbeda sangat nyata terhadap perlakuan N4. Perlakuan N3 berbeda tidak nyata
terhadap perlakuan N4. Jumlah TSS tertinggi terdapat pada perlakuan N1 yaitu
40.250 Brix dan jumlah TSS terendah N4 yaitu 34.500 Brix.
Semakin tinggi konsentrasi natrium benzoat, maka nilai TSS akan semakin
menurun. Hal ini terjadi dikarenakan bahwa secara umum TSS cenderung
mengalami penurunan seiring dengan peningkatan konsentrasi zat penstabil
(Astawan dan Astawan, 1991).
Hubungan konsentrasi natrium benzoat dan TSS dapat dilihat lebih jelas
Gambar 10 : Grafik Hubungan Konsentrasi Natrium Benzoat (%) dengan TSS (0 Brix)
Pengaruh Interaksi Konsentrasi Xanthan Gum (%) dan Konsentrasi Natrium Benzoat (%) terhadap TSS (0 Brix)
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 3) menunjukkan bahwa interaksi
konsentrasi xanthan gum dan konsentrasi natrium benzoat memberi pengaruh
yang berbeda tidak nyata (P>0.05) terhadap TSS sirup sirsak sehingga uji LSR
tidak dilanjutkan.
Viskositas (cP)
Pengaruh Konsentrasi Xanthan Gum (%) terhadap Viskositas (cP)
Dari hasil analisa sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa
konsentrasi xanthan gum memberi pengaruh berbeda sangat nyata (P<0.01)
terhadap viskositas sirup sirsak.
Hasil pengujian dengan LSR menunjukkan pengaruh konsentrasi xanthan
gum terhadap viskositas tiap-tiap perlakuan seperti yang terlihat pada Tabel 13.
Ŷ = -72.5N + 43.625
0 0.025 0.05 0.075 0.1 0.125 0.15
Tabel 13. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Xanthan Gum (%) terhadap Viskositas (cP) Sirup Sirsak
Jarak LSR Konsentrasi Rataan Notasi
0.05 0.01 Xanthan Gum (%) 0.05 0.01
- - - L1 = 0.10 70.00 d D
2 7.844 10.798 L2 = 0.15 90.63 c C
3 8.236 11.347 L3 = 0.20 103.13 b B
4 8.445 11.635 L4 = 0.25 127.50 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5 % (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)
Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa perlakuan L1 berbeda sangat nyata
terhadap perlakuan L2, perlakuan L3, dan perlakuan L4. Perlakuan L2 berbeda
sangat nyata terhadap perlakuan L3 dan perlakuan L4. Perlakuan L3 berbeda sangat
nyata terhadap perlakuan L4. Nilai viskositas tertinggi terdapat pada perlakuan L4
yaitu 127.50 cP dan nilai viskositas terendah terdapat pada perlakuan L1 yaitu
70.00 cP.
Semakin tinggi konsentrasi xanthan gum maka semakin tinggi juga nilai
viskositas. Dapat diketahui bahwa viskositas tinggi karena merupakan senyawa
berantai lurus yang dapat menempati banyak ruangan sehingga lebih kental
(Satuhu, 1996) dan viskositas yang terendah karena kemampuan gum untuk
mencapai tingkat kekentalan yang baik pada konsentrasi 0,1 % - 0,2 %
(Satuhu, 1996).
Hubungan konsentrasi xanthan gum dan viskositas dapat dilihat lebih jelas
Gambar 11 : Grafik Hubungan Konsentrasi Xanthan Gum (%) dengan Viskositas (cP)
Pengaruh Konsentrasi Natrium Benzoat (%) terhadap Viskositas (cP)
Dari hasil analisa sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa
konsentrasi natrium benzoat memberi pengaruh berbeda sangat nyata (P<0.01)
terhadap viskositas sirup sirsak.
Hasil pengujian dengan LSR menunjukkan pengaruh konsentrasi natrium
benzoat terhadap viskositas tiap-tiap perlakuan seperti yang terlihat pada
Tabel 14.
Tabel 14. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Natrium Benzoat (%) terhadap Viskositas (cP) Sirup Sirsak
Jarak LSR Konsentrasi Rataan Notasi
0.05 0.01 Natrium Benzoat (%) 0.05 0.01 taraf 5 % (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar)