• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Konsentasi Natrium Bikarbonat Dan Konsentrasi Manitol Terhadap Mutu Tablet Effervescent Rosela

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Konsentasi Natrium Bikarbonat Dan Konsentrasi Manitol Terhadap Mutu Tablet Effervescent Rosela"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM BIKARBONAT

DAN KONSENTRASI MANITOL TERHADAP

MUTU TABLET EFFERVESCENT ROSELA

RAHMAT DANI PANJAITAN 070305013

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM BIKARBONAT

DAN KONSENTRASI MANITOL TERHADAP

MUTU TABLET EFFERVESCENT ROSELA

SKRIPSI

Oleh:

RAHMAT DANI PANJAITAN 070305013

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM BIKARBONAT

DAN KONSENTRASI MANITOL TERHADAP

MUTU TABLET EFFERVESCENT ROSELA

SKRIPSI

Oleh:

RAHMAT DANI PANJAITAN

070305013/TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(4)

Judul Skripsi : Pengaruh Konsentrasi Natirum Bikarbonat dan Konsentrasi Manitol Terhadap Mutu Tablet Effervescent Rosela

Nama : Rahmat Dani Panjaitan

NIM : 070305013

Departemen : Teknologi Pertanian Program Studi : Teknologi Hasil Pertanian

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

Ir. Sentosa Ginting, M.P Linda Masniary Lubis, STP, M.Si

Ketua Anggota

Mengetahui:

(5)

ABSTRAK

RAHMAT DANI PANJAITAN: Pengaruh Konsentrasi Natrium Bikarbonat dan Konsentrasi Manitol Terhadap Mutu Tablet Effervescent Rosela, dibimbing oleh SENTOSA GINTING dan LINDA MASNIARY LUBIS.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat dan konsentrasi manitol terhadap mutu tablet effervescent rosela. Penelitian ini dilakukan pada Juni-Juli 2011 di Laboratorium Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian USU, Medan, menggunakan rancangan acak lengkap faktorial 2 faktor yaitu konsentrasi natrium bikarbonat (A) : (35, 40, 45 dan 50%) dan konsentrasi manitol (M) : (5,10, 15, dan 20%). Parameter yang dianalisa adalah kadar air, kadar vitamin C, total asam, daya larut, pH, dan uji organoleptik warna, aroma dan rasa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi natrium bikarbonat memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar vitamin C, total asam, daya larut, pH, dan uji organoleptik warna, aroma dan rasa. Konsentrasi manitol memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, daya larut, dan uji organoleptik aroma dan rasa, tetapi berbeda tidak nyata terhadap kadar vitamin C, total asam, pH, dan uji organoleptik warna. Interaksi kedua faktor memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap daya larut, dan uji organoleptik aroma dan rasa tetapi berbeda tidak nyata terhadap kadar air, kadar vitamin C, total asam, pH, dan uji organoleptik warna. Konsentrasi natirum bikarbonat 50% dan konsentrasi manitol 20% menghasilkan tablet effervescent rosela yang terbaik dan lebih diterima.

Kata Kunci : Tablet Effervescent Rosela, Natrium Bikarbonat, Manitol

ABSTRACT

RAHMAT DANI PANJAITAN: Effect of Sodium Bicarbonate Concentration and Mannitol Concentration on Quality of Rosella Effervescent Tablet, supervised by SENTOSA GINTING and LINDA MASNIARY LUBIS.

The aim of this research was to find the effect of the sodium bicarbonate concentration and mannitol concentration on the quality of rosella effervescent tablet. This research was conducted in June-July 2011 at the Laboratory of Food Technology, Faculty of Agriculture, North Sumatera University, Medan, using completely randomized design with two factors, i.e. : sodium bicarbonate concentration (A) : (35, 40, 45 and 50%) and mannitol concentration (M) : (5, 10, 15 and 20%). Parameters analyzed were moisture content, vitamin C content, total acid, pH, solubility, and organoleptic values of colour, flavour, and taste.

The results showed that sodium bicarbonate concentration had highly significant effect on moisture content, vitamin C content, total acid, solubility, pH, and organoleptic values of colour, flavour, and taste. The mannitol concentration had highly significant effect on moisture content, solubility, organolepticvalues of flavour and taste but had no significant effect on vitamin C content, total acid, pH and organoleptic value of colour. Interactions of the two factors had highly significant effect on solubility and organolpetic values of flavour and taste but had no significant effect on moisture content, vitamin C content, total acid, pH and organoleptic value of colour. Sodium bikarbonat concentration of 50% and 20% mannitol produced the best quality of rosella effervescent tablet.

Keywords: Rosella Effervescent tablet, Sodium Bicarbonate, Mannitol

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

RAHMAT DANI PANJAITAN dilahirkan di Tanjungbalai pada tanggal

18 April 1989 dari ayah Effendi Panjaitan dan Ibu Hikmah. Penulis merupakan

anak ketiga dari tiga bersaudara.

Pada Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Tanjungbalai dan pada

tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis

Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih program studi Teknologi

Hasil Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan

Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian dan Himpunan Mahasiswa Islam

komisariat Fakultas Pertanian.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PTPN IV Bah

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat

dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Konsentasi Natrium Bikarbonat Dan Konsentrasi Manitol Terhadap

Mutu Tablet Effervescent Rosela".

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih

sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan,

memelihara dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan

terima kasih kepada Ir. Sentosa Ginting, M.P selaku ketua komisi pembimbing

dan Linda Masniary Lubis STP, MSi selaku anggota komisi pembimbing yang

telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis

dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir.

Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada staf

pengajar dan pegawai di Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Departemen

Teknologi Pertanian, serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan

satu per satu di sini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

(8)

DAFTAR ISI

Proses Pembuatan Tablet Effervescent Rosela ... 15

(9)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Konsentrasi Natrium Bikarbonat terhadap

parameter yang Diamati ... 28 Pengaruh Konsentrasi Manitol terhadap Parameter yang Diamati ... 29 Kadar Air

Pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap kadar air (%) 30 Pengaruh konsentrasi manitol terhadap kadar air (%) ... 32 Pengaruh interaksi antara konsentrasi natrium bikarbonat dan

konsentras manitol terhadap kadar air (%) ... 33 Kadar Vitamin C (mg/100 g bahan)

Pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap kadar

vitamin C (mg/100 g bahan) ... 33 Pengaruh konsentrasi manitol terhadap kadar vitamin C

(mg/100 g bahan) ... 35 Pengaruh interaksi antara konsentrasi natrium bikarbonat dan

konsentrasi manitol terhadap kadar vitamin C

(mg/100 g bahan) ... 35 Total Asam (%)

Pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap total

asam (%) ... 35 Pengaruh konsentrasi manitol terhadap total asam (%) ... 37 Pengaruh interaksi antara konsentrasi natrium bikarbonat dan

konsentrasi mantol terhadap total asam (%)... 37 Daya Larut (%)

Pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap daya

larut (%)... 37 Pengaruh konsentrasi manitol terhadap daya larut (%) ... 39 Pengaruh interaksi antara konsentrasi natrium bikabonat dan

konsentrasi manitol terhadap daya larut (%) ... 40 pH

Pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap pH ... 42 Pengaruh konsentrasi manitol terhadap pH ... 43 Pengaruh interaksi antara konsentrasi natrium bikabonat dan

konsentrasi manitol terhadap pH ... 43 Uji Organoleptik Warna (Numerik)

Pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap

uji organoleptik warna (numerik) ... 44 Pengaruh konsentrasi manitol terhadap uji organoleptik warna

(numerik) ... 45 Pengaruh interaksi antara konsentrasi natrium bikarbonat dan

konsentrasi manitol terhadap uji organoleptik warna (numerik).. 46 Uji Organoleptik Aroma dan Rasa (Numerik)

Pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap

uji organoleptik aroma dan rasa (numerik) ... 46 Pengaruh konsentrasi manitol terhadap uji organoleptik aroma

dan rasa (numerik) ... 48 Pengaruh interaksi antara konsentrasi natrium bikarbonat dan

konsentrasi manitol terhadap uji organoleptik aroma dan

(10)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 52

Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

LAMPIRAN ... 57

(11)

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Komposisi kimia rosela kelopak rosela segar per 100 g bahan ... 13

2. Skala uji hedonik terhadap warna ... 25

3. Skala uji hedonik terhadap aroma dan rasa ... 25

4. Pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap parameter

yang diamati ... 21

5. Pengaruh konsentrasi manitol terhadap parameter yang diamati ... 22

6. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat

terhadap kadar air (%) ... 23

7. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi manitol terhadap kadar

air (%) ... 25

8. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap kadar vitamin C (mg/100 g bahan) ... 27

9. Uji LSR efek pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap

total asam (%) ... 29

10. Uji LSR efek utama pengaruh konsentras natrium bikarbonat terhadap daya larut (%) ... 30

11. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi manitol terhadap daya larut

(%) ... 32

12. Uji LSR efek utama pengaruh interaksi antara konsentrasi natrium

bikarbonat dan konsentrasi manitol terhadap daya larut (%) ... 34

13. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap pH... 35

14. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap uji organoleptik warna (numerik) ... 37

(12)

16. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi manitol terhadap uji

organoleptik aroma dan rasa (numerik) ... 40

17. Uji LSR efek utama pengaruh interaksi antara konsentrasi natrium bikarbonat dan konsentrasi manitol terhadap uji organoleptik aroma

(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal

1. Skema pembuatan sari kelopak rosela ... 26

2. Skema pembuatan tablet effervescent rosela ... 27

3. Hubungan konsentrasi natrium bikarbonat terhadap kadar air (%) ... 31

4. Hubungan konsentrasi manitol terhadap kadar air (%)... 32

5. Hubungan konsentrasi natrium bikarbonat dengan kadar vitamin C (mg/100 g bahan) ... 34

6. Hubungan konsentrasi natrium bikarbonat terhadap total asam (%) ... 36

7. Hubungan konsentrasi natrium bikarbonat terhadap daya larut (%) ... 38

8. Hubungan konsentrasi manitol terhadap daya larut (%)... 39

9. Hubungan interaksi antara konsentrasi natrium bikarbonat dan konsentrasi manitol terhadap daya larut (%) ... 41

10.Hubungan konsentrasi natrium bikarbonat terhadap pH ... 43

11.Hubungan konsentrasi natrium bikarbonat terhadap uji orgaoleptik warna (numerik)... 45

12.Hubungan konsentrasi natrium bikarbonat terhadap uji organoleptik aroma dan rasa (numerik)... 47

13.Hubungan konsentrasi manitol terhadap uji organoleptik aroma dan rasa (numerik)... 49

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal

1. Data pengamatan kadar air (%) ... 57

2. Data pengamatan kadar vitamin C (mg/100 g bahan) ... 58

3. Data pengamatan total asam (%) ... 59

4. Data pengamatan daya larut (%) ... 60

5. Data pengamatan pH ... 61

6. Data pengamatan uji organoleptik warna (numerik) ... 62

7. Data pengamatan uji organoleptik aroma dan rasa (numerik) ... 63

(15)

ABSTRAK

RAHMAT DANI PANJAITAN: Pengaruh Konsentrasi Natrium Bikarbonat dan Konsentrasi Manitol Terhadap Mutu Tablet Effervescent Rosela, dibimbing oleh SENTOSA GINTING dan LINDA MASNIARY LUBIS.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat dan konsentrasi manitol terhadap mutu tablet effervescent rosela. Penelitian ini dilakukan pada Juni-Juli 2011 di Laboratorium Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian USU, Medan, menggunakan rancangan acak lengkap faktorial 2 faktor yaitu konsentrasi natrium bikarbonat (A) : (35, 40, 45 dan 50%) dan konsentrasi manitol (M) : (5,10, 15, dan 20%). Parameter yang dianalisa adalah kadar air, kadar vitamin C, total asam, daya larut, pH, dan uji organoleptik warna, aroma dan rasa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi natrium bikarbonat memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar vitamin C, total asam, daya larut, pH, dan uji organoleptik warna, aroma dan rasa. Konsentrasi manitol memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, daya larut, dan uji organoleptik aroma dan rasa, tetapi berbeda tidak nyata terhadap kadar vitamin C, total asam, pH, dan uji organoleptik warna. Interaksi kedua faktor memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap daya larut, dan uji organoleptik aroma dan rasa tetapi berbeda tidak nyata terhadap kadar air, kadar vitamin C, total asam, pH, dan uji organoleptik warna. Konsentrasi natirum bikarbonat 50% dan konsentrasi manitol 20% menghasilkan tablet effervescent rosela yang terbaik dan lebih diterima.

Kata Kunci : Tablet Effervescent Rosela, Natrium Bikarbonat, Manitol

ABSTRACT

RAHMAT DANI PANJAITAN: Effect of Sodium Bicarbonate Concentration and Mannitol Concentration on Quality of Rosella Effervescent Tablet, supervised by SENTOSA GINTING and LINDA MASNIARY LUBIS.

The aim of this research was to find the effect of the sodium bicarbonate concentration and mannitol concentration on the quality of rosella effervescent tablet. This research was conducted in June-July 2011 at the Laboratory of Food Technology, Faculty of Agriculture, North Sumatera University, Medan, using completely randomized design with two factors, i.e. : sodium bicarbonate concentration (A) : (35, 40, 45 and 50%) and mannitol concentration (M) : (5, 10, 15 and 20%). Parameters analyzed were moisture content, vitamin C content, total acid, pH, solubility, and organoleptic values of colour, flavour, and taste.

The results showed that sodium bicarbonate concentration had highly significant effect on moisture content, vitamin C content, total acid, solubility, pH, and organoleptic values of colour, flavour, and taste. The mannitol concentration had highly significant effect on moisture content, solubility, organolepticvalues of flavour and taste but had no significant effect on vitamin C content, total acid, pH and organoleptic value of colour. Interactions of the two factors had highly significant effect on solubility and organolpetic values of flavour and taste but had no significant effect on moisture content, vitamin C content, total acid, pH and organoleptic value of colour. Sodium bikarbonat concentration of 50% and 20% mannitol produced the best quality of rosella effervescent tablet.

Keywords: Rosella Effervescent tablet, Sodium Bicarbonate, Mannitol

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menurut DEP.KES.RI.No.SPP.1065/35.15/05, setiap 100 g rosela

mengandung 260-280 mg vitamin C, vitamin D, B1 dan B2. Kandungan lainnya

adalah kalsium 486 mg, omega 3, magnesium, betakaroten serta asam amino

esensial seperti lisin dan arginin. Bunga rosela juga kaya akan serat yang bagus

untuk kesehatan saluran pencernaan. Tanaman yang berkembangbiak dengan biji

ini bermanfaat baik untuk kesehatan. Vitamin C rosela juga dipercaya mampu

menangkal radikal bebas penyebab kanker. Kalsium yang tinggi dapat

mencegah keropos tulang. Sedangkan zat-zat tertentu di dalam rosela mampu

meremajakan sel tubuh serta melindungi tubuh dari infeksi kuman dan virus

(Maria dan Sulastri, 2008)

Rosela dengan nama ilmiah Hibiscus sabdariffa Linn merupakan tanaman

yang mempunyai habitat beriklim tropis dan subtropis yang tersebar di seluruh

dunia. Tanaman rosela berupa semak berdiri tegak dengan tinggi 3-5 m. Ketika

masih muda, batangnya berbentuk silindris dan banyak bercabang dan daunnya

berwarna hijau. Ketika beranjak dewasa dan masih berbunga, batangnya akan

berwarna cokelat kemerahan. Rosela dapat tumbuh di segala macam tanah tapi

lebih mudah tumbuh di lahan pasir tanpa harus disiram atau diberi pupuk secara

intensif. Tanaman ini hanya mengalami satu kali masa produktif sehingga untuk

mengoptimalkan hasil panen disarankan rosela di tanam secara khusus tanpa

diselingi tanaman lain.

Selama ini rosela dikonsumsi lokal yang disajikan dalam bentuk rosela

kering kemasan, air rosela dalam kemasan dan rosela instan sebagai bentuk

(17)

2

baru yang mampu memenuhi keinginan konsumen untuk menyajikan rosela secara

praktis, mudah, dan cepat karena untuk menyajikannya cukup melarutkan dalam

air baik dingin maupun panas tanpa harus mengaduknya, tidak perlu ditambah

gula dan tidak menghasilkan limbah.

Effervescent artinya berhubungan dengan gas atau gelembung-gelembung.

Jadi, suatu tablet disebut tablet effervescent jika tablet itu menghasilkan

gelembung-gelembung gas ketika dicelupkan dalam air. Gas yang keluar adalah

gas karbondioksida (CO2), sama dengan gas yang ada dalam minuman cola.

Tablet effervescent mengandung campuran asam (seperti asam sitrat, tartarat,

malat dan fumarat) dan karbonat (seperti natrium, kalium bikarbonat) yang

melepaskan karbondioksida ketika dilarutkan dalam air (Avani, dkk., 2008). Asam

karbonat inilah yang memberikan rasa “menggigit” pada minuman bersoda atau

pada larutan effervescent tablet.

Keberadaan air di dalam tablet effervescent dapat berperan sebagai pemicu

terjadinya reaksi effervescing sebelum pelarutan, sehingga ketika dilarutkan,

reaksi antara komponen asam dan basa berjalan lambat dan reaksinya hampir

jenuh. Hal ini ditunjukkan dengan lamanya waktu yang diperlukan oleh tablet

untuk larut secara sempurna dan menjadi bagian yang tersuspensi, sehingga tidak

tampak adanya partikel di dalam larutan (Ansar, dkk., 2006). Oleh karena itu

dalam proses pencampuran kedua bahan ini dilakukan dengan berbagai

perbandingan antara komponen asam dan basa yang tepat.

Manitol merupakan poliol (gula alkohol) yang telah lama digunakan

sebagai bahan pengisi dalam makanan seperti dalam permen karet atau permen

mint dan produk obat-obatan pada tablet karena sifatnya nonhigroskopis sehingga

tidak akan mengambil air dari udara. Manisnya manitol 0,5-0,7 dari manisnya

(18)

3

menginduksi efek pendingin yang kuat. Rasa yang menyenangkan dan mouthfeel

inilah yang membuat manitol ini populer pada tablet. Oleh karena itu, dalam

penelitian ini dibuat formulasi tablet effervescent rosela dengan manitol sebagai

bahan pengisi tambahan yang aman dikonsumsi manusia.

Pada kesempatan ini, penulis mencoba untuk mengkombinasikan

kelebihan-kelebihan yang terdapat pada rosela dengan tablet effervescent, dengan

memperhatikan konsentrasi natrium bikarbonat dan konsentrasi manitol pada

rosela. Hal inilah yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian tentang

“Pengaruh Konsentrasi Natrium Bikarbonat dan Konsentrasi Manitol

Terhadap Mutu Tablet Effervescent Rosela”

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi

natrium bikarbonat dan konsentrasi manitol terhadap mutu tablet effervescent

rosela.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai

salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Ilmu dan

Teknologi Pangan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Semoga penelitian ini juga dapat berguna untuk pihak-pihak yang berkepentingan

dalam industri tablet effervescent.

Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat, konsentrasi manitol dan

interaksi antara pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat dan konsentrasi manitol

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Tablet Effervescent

Effervescent didefenisikan sebagai timbulnya gelembung gas dari cairan

sebagai hasil dari reaksi kimia. Campuran effervescent telah diketahui dan

digunakan sebagai obat sejak 100 tahun yang lalu. Tablet effervescent merupakan

metode yang nyaman untuk pemberian sejumlah zat aktif atau bahan kimia

yang telah diukur sebelumnya dengan disolusi. Larutan effervescent berkilau,

lezat, dan menyediakan zat aktif dalam bentuk larutan dengan ketersediaan

hayati yang terjamin bagi orang yang sulit menelan tablet atau kapsul biasa

(Siregar dan Wikarsa, 2010).

Effervescent didefenisikan sebagai bentuk sediaan yang menghasilkan

gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia larutan. Gas yang dihasilkan saat

pelarutan effervescent adalah karbon dioksida sehingga dapat memberikan efek

sparkling (rasa seperti air soda) (Lieberman, dkk., 1992).

Tablet effervescent merupakan salah satu bentuk sediaan tablet dengan cara

pengempaan bahan-bahan aktif campuran asam-asam organik, seperti asam sitrat

atau asam tartarat dan natrium bikarbonat. Bila tablet ini dimasukkan ke dalam

air, mulailah terjadi reaksi kimia antara asam dan natrium bikarbonat sehingga

terbentuk garam natrium dari asam dan menghasilkan gas karbondioksida serta

air. Reaksinya cukup cepat dan biasanya berlangsung dalam waktu satu menit atau

kurang. Di samping menghasilkan larutan yang jernih, tablet juga menghasilkan

rasa yang enak karena adanya karbonat yang dapat membantu memperbaiki rasa

(20)

Reaksinya adalah sebagai berikut :

C6H8O7 + 3 NaHCO3 Na3C6H5O7 + 4 H2O + 3 CO2

Asam sitrat Na-Bikarbonat Na-Sitrat Air Karbondioksida

Reaksi di atas tidak dikehendaki terjadi sebelum effervescent dilarutkan,

oleh karena itu kadar air bahan baku dan kelembaban lingkungan perlu

dikendalikan tetap rendah untuk mencegah ketidakstabilan produk. Pengendalian

akan berlangsung terus secara cepat karena hasil reaksi adalah air. Kelarutan dari

bahan baku merupakan salah satu hal yang penting dalam pembuatan tablet

effervescent. Jika kelarutannya kurang baik maka reaksi tidak akan terjadi dan

tablet tidak larut dengan cepat (Lieberman, dkk., 1992).

Garam effervescent yang baik mengandung asam sitrat dan asam tartarat

(1:2) agar didapatkan granul yang rapuh. Reaksinya sebagai berikut:

a. Asam sitrat

C6H8O7 .H2O + 3NaHCO3 Na3C6H5O7 + 4H2O + 3CO2

210 3x84

1 gram asam sitrat (BM = 210) bereaksi dengan 1,2 g natrium bikarbonat

(BM = 84) berdasarkan perhitungan berikut :

x = 1,2 g Na bikarbonat

b. Asam Tartarat

C4H6O6+ 2NaHCO3 Na2C4H4O6 + 2H2O + 2CO2

150 2x84

2 gram asam tartarat (BM=150) bereaksi dengan 2,24 g natrium bikarbonat

berdasarkan perhitungan berikut :

(21)

Sehingga total natrium bikarbonat yang dibutuhkan untuk mereaksikan

asam sitrat dan asam tartarat adalah 1,2 g + 2,24 g = 3,44 g atau 3,4 g. Dari

perhitungan tersebut didapatkan perbandingan asam sitrat : asam tartarat : natrium

bikarbonat adalah 1 : 2 : 3,4 (Ansel, dkk., 1995).

Manfaat Effervescent

Keuntungan tablet effervescent adalah bentuk sediaan tablet dengan

penyiapan bahan-bahan dalam waktu seketika jika mengandung dosis yang tepat.

Sedangkan kerugian tablet effervescent adalah kesukaran untuk menghasilkan

produk yang stabil secara kimia. Bahkan kelembaban udara selama pembuatan

produk mungkin sudah cukup untuk memulai reaktivitas effervescent. Selama

reaksi berlangsung, air yang dibebaskan dari bikarbonat menyebabkan

autokatalisis dari reaksi. Kelembaban udara di sekitar tablet setelah wadahnya

di buka juga dapat menyebabkan penurunan kualitas yang cepat dari produk,

setelah sampai di tangan konsumen. Karena itu tablet effervescent dikemas secara

khusus dalam kantong lembaran alumunium kedap udara atau kemasan padat

dalam tabung silindris dengan ruang udara yang minimum. Alasan lain untuk

kemasan adalah kenyataan bahwa tablet biasanya telah dikempa sehingga

cukup mudah untuk menghasilkan reaksi effervescent dalam waktu yang cepat

(Banker dan Anderson, 1994).

Ada berbagai keuntungan sediaan tablet effervescent seperti di bawah ini :

1. Memberi cita rasa menyenangkan karena membantu menutup rasa zat aktif

yang tidak menyenangkan.

2. Tablet mudah digunakan setelah dilarutkan, nyaman dan merupakan bentuk

sediaan yang mengandung zat aktif.

6

(22)

3. Dapat dikemas secara individual untuk mencegah masuknya kelembaban

sehingga menghindari masalah ketidakstabilan kandungan selama

penyimpanan.

4. Dapat diberikan kepada pasien yang sulit menelan tablet atau kapsul (setelah

dilarutkan terlebih dulu dalam air minum).

5. Zat aktif yang tidak stabil apabila disimpan dalam larutan bercair akan lebih

stabil dalam tablet effervescent.

(Siregar dan Wikarsa, 2010)

Asam Sitrat

Asam sitrat merupakan asam yang umum digunakan sebagai asam

makanan dan harganya relatif murah. Asam ini memiliki kelarutan yang tinggi,

mempunyai kekuatan asam yang tinggi dan tersedia dalam bentuk granular,

anhidrat dan bentuk monohidrat. Selain itu, tersedia juga dalam bentuk serbuk.

Asam ini sangat higroskopis, oleh karena itu penanganan dan penyimpanannya

memerlukan perhatian khusus (Lieberman, dkk., 1992).

Sumber asam yang paling umum digunakan dalam pembuatan tablet

effervescent adalah asam sitrat dan asam tartarat. Asam sitrat terdapat dalam

bentuk serbuk hablur, anhidrat, dan bentuk monohidrat. Asam sitrat bersifat

higroskopis sehingga harus dijaga dari masuknya udara terutama bila disimpan

dalam ruang dengan kelembaban udara yang tinggi (Wilisa, 2009).

Asam sitrat adalah asam makanan yang paling umum digunakan. Asam

sitrat mudah di dapat, melimpah, relatif tidak mahal, sangat mudah larut,

memiliki kekuatan asam yang tinggi, tersedia sebagai granula halus, mengalir

(23)

makanan. Bahan ini sangat higroskopis sehingga harus disimpan dengan hati-hati

untuk mencegah pemaparan pada daerah dengan kelembaban yang tinggi

jika bahan ini di keluarkan dari wadah aslinya dan di kemas kembali dengan

tidak sesuai. Asam sitrat mudah larut dalam etanol. Pada kelembaban relatif

yang lebih rendah dari 65% asam sitrat mengembang pada suhu 25oC

(Siregar dan Wikarsa, 2010).

Natrium Bikarbonat

Natrium bikarbonat merupakan serbuk kristal berwarna putih yang

memiliki rasa asin, mudah larut air, dan tidak higroskopis. Natrium bikarbonat

pada RH di atas 85% akan cepat menyerap air di lingkungannya dan akan

menyebabkan dekomposisi dan hilangnya karbondioksida sehingga sebagai bahan

effervescent diperlukan penyimpanan yang rapat. Natrium bikarbonat selain dapat

dipakai sebagai salah satu bahan gas forming yang menghasilkan karbondioksida,

senyawa ini juga dapat dipakai sebagai pengisi tablet effervescent (Juita, 2008)

Natrium bikarbonat merupakan sumber utama karbondioksida dalam

sistem effervescent. Senyawa ini larut sempurna dalam air, tidak higroskopis,

tidak mahal, banyak tersedia di pasaran dalam lima tingkat ukuran partikel (mulai

dari serbuk halus sampai granula seragam yang mengalir bebas), dapat dimakan

dan digunakan secara luas dalam produk makanan sebagai soda kue. Natrium

bikarbonat merupakan alkali natrium yang paling lemah, mempunyai pH 8,3

dalam larutan air dalam konsentrasi 0,85%. Zat ini menghasilkan kira-kira 52%

karbondioksida (Siregar dan Wikarsa, 2010).

Sumber karbonat, digunakan sebagai bahan penghancur dan sumber

timbulnya gas yang berupa CO2 pada tablet effervescent. Sumber karbonat yang

biasa digunakan dalam pembuatan tablet effervescent adalah natrium karbonat dan 8

(24)

natrium bikarbonat. Keduanya adalah yang paling reaktif. Dalam tablet

effervescent, sodium bikarbonat merupakan sumber karbon yang paling utama

yang dapat larut sempurna, nonhigroskopik, murah, banyak, dan tersedia

secara komersial mulai dari bentuk bubuk sampai bentuk granul. Sehingga

natrium bikarbonat lebih banyak dipakai dalam pembuatan tablet effervescent

(Mohrle, 1989).

Manitol

Manitol dengan rumus kimia C6H14O6 atau D-mannitol; 1,2,3,4,5,6-hexane

hexol merupakan monosakarida poliol dengan nama kimia manitol berbentuk

kristal berwarna putih, tidak berbau, larut dalam air, sangat sukar larut dalam

alkohol dan tidak larut hampir dalam semua pelarut organik. Manitol berasa manis

dengan tingkat kemanisan relatif sebesar 0,5 kali sampai 0,7 kali tingkat

kemanisan sukrosa. Nilai kalori manitol sebesar 1,6 kkal/g atau 6,69 kJ/g,

termasuk golongan GRAS (Generally Recognized As Safe), sehingga aman

dikonsumsi manusia, tidak menyebabkan karies gigi, dan tidak menyebabkan

peningkatan kadar glukosa dan insulin dalam darah bagi penderita diabetes.

Konsumsi manitol sebayak 20 g/hari akan mengakibatkan efek laksatif

(Cahyadi, 2009).

Manitol tidak menyebabkan peningkatan glukosa darah, dan karena itu

digunakan sebagai

memiliki renda

rendah. Meskipun manitol memiliki gula alkohol yang relatif rendah yang

mempunyai efek pendingin yang biasanya ditemukan dalam permen mint. Namun,

ketika manitol benar-benar di larutkan dalam produk menginduksi efek

(25)

rendah yang tidak akan mengambil air dari udara sampai tingkat kelembaban

98%. Rasa yang menyenangkan dan mouthfeel dari manitol juga membuatnya

menjadi populer untuk tablet kunyah (Wikipedia, 2011).

Sekilas Tentang Rosela

Nama latin rosela adalah Hibiscus sabdariffa L. Hibiscus termasuk

tanaman tropis yang tumbuh tahunan. Rosela mempunyai kemiripan dengan

kembang sepatu karena memang tanaman ini masih satu famili, yaitu malvaceace.

Berbagai jenis varietas dari hibiscus tersebar di seluruh dunia termasuk India,

Afrika, Sudan, Jamaika, Cina, Filipina, dan Amerika. Koleksi terbesar plasma

nutfah dari hibiscus disimpan di Maryland (Amerika Serikat) dan Australia

(Mardiah, dkk., 2009)

Dalam taksonomi tumbuhan, rosela diklasifikasikan sebagai berikut.

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Malvaceales

Famili : Malvaceae

Genus : Hibiscus

Spesies : Hibiscus sabdariffa L.

(Mardiah, dkk., 2009).

Rosela mempunyai nama ilmiah Hibiscus sadbariffa L merupakan anggota

family Malvaceae. Rosela dapat tumbuh baik di daerah beriklim tropis dan

subtropis. Tanaman ini mempunyai habitat asli di daerah yang terbentang dari

India hingga Malaysia. Namun, sekarang tanaman ini telah tersebar luas

(26)

tanaman ini mempunyai nama umum yang berbeda-beda di berbagai negara

(Maryani dan Kristiana, 2005).

Tanaman rosela berupa semak berdiri tegak dengan tinggi 3-5 m. Ketika

masih muda, batang dan daunnya berwarna hijau. Ketika beranjak dewasa dan

masih berbunga, batangnya berwarna coklat kemerahan. Batang berbentuk

silindris dan berkayu, serta memiliki banyak percabangan. Pada batang melekat

daun-daun yang tersusun berseling, berwarna hijau, berbentuk bulat telur dengan

pertulangan menjari dan tepi bergerigi. Ujung daun ada yang runcing atau

bercabang. Tulang daunnya berwarna merah. Panjang daun dapat mencapai 6-15

cm dan lebar 5-8 cm. Akar yang menopang batangnya berupa akar tunggang

(Widyanto dan Nelistya, 2008).

Pada prinsipnya rosela dapat hidup di kondisi lahan, cuaca, serta suhu

yang bagaimanapun, akan tetapi di setiap daerah yang berbeda akan menghasilkan

warna yang berbeda pula. Batang rosela akan tumbuh dari satu titik tumbuh.

Rosela yang ditanam di lereng pegunungan memiliki warna kelopak yang merah

agak kehitam-hitaman sedangkan yang ditanam di tanah pekarangan memiliki

warna yang merah kurang cerah dan yang ditanam di sawah dan dataran rendah

memiliki warna merah cerah dan dapat dijadikan standart ekspor. Batangnya

tumbuh sangat tinggi. Satu pohon bisa keluar kelopak bunga sebanyak 10 kg

(Warientek, 2008).

Komposisi Kimia Rosela

Beberapa penelitian yang telah dilakukan ternyata rosela terutama pada

(27)

tanaman ini berwarna merah tua, tebal, dan berair serta banyak mengandung

vitamin A, vitamin C dan asam amino. Selain itu kelopak bunga rosela juga

mengandung asam organik, polisakarida, dan flavonoid (Daryanto, 2008).

Kelopak bunga rosela mempunyai kandungan vitamin C yang sangat

tinggi sehingga mampu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan

berbagai penyakit dengan menghambat terakumulasinya radikal bebas penyebab

penyakit kronis dan dapat mencegah penuaan dini. Dalam hal ini yang berperan

adalah antosianin. Selain kandungan vitamin C yang sangat tinggi, rosela juga

kaya akan mineral, seperti kalsium, fosfor, potasium, dan zat besi yang sangat

penting untuk tubuh. Selain vitamin C, rosela juga mengandung vitamin B1,

vitamin B2, niasin dan vitamin D. Tubuh manusia membutuhkan 22 asam amino.

Dari 22 ini, 18 di antaranya terpenuhi dari bunga rosela. Dua diantaranya (arginin

dan lisin) bila bersinergi dengan asam glutamat dapat merangsang otak untuk

menggerakkan hormon tubuh manusia (Mangkurat, 2008).

Dari semua jenis vitamin yang ada, vitamin C merupakan vitamin yang

paling mudah rusak. Di samping sangat larut dalam air, vitamin C mudah rusak

teroksidasi dan proses tersebut dipercepat oleh panas, sinar, alkali, enzim,

oksidator, serta oleh katalis tembaga dan besi. Oksidasi akan terhambat bila

vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam, atau pada suhu rendah

(Winarno, 1995).

Adapun komposisi kimia kelopak bunga rosela dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :

Tabel 1. Komposisi kimia kelopak rosela segar per 100 g bahan

Komposisi Kimia Jumlah

Kalori (kal) 49

(28)

Air (%) 84,5

Sumber : (Mardiah, dkk., 2009).

Kelopak rosela mengandung antioksidan yang dapat menghambat

terakumulasinya radikal bebas yang dapat menyebabkan penyakit kronis, seperti

kerusakan ginjal, diabetes, jantung koroner, kanker (darah) dan dapat mencegah

penuaan dini. Dalam hal ini, antosianin merupakan pigmen tumbuhan yang

memberikan warna merah pada bunga rosela dan berperan mencegah kerusakan

sel akibat paparan sinar ultra violet berlebih (Widyanto dan Nelistya, 2009).

Banyaknya kandungan antosianin menentukan tingkat kepekatan warna

merah pada bunga rosela. Semakin banyak kandungan antosianin maka semakin

pekat warna merahnya dan semakin banyak kandungan antioksidannya. Kadar

antosianin juga mempengaruhi rasa seduhan. Warna yang pekat menandakan

rasanya sangat asam oleh karena kandungan asam malat, asam sitrat dan asam

askorbat (Widyanto dan Nelistya, 2009).

Bahan-Bahan Tambahan

Gula Sukrosa

Sukrosa adalah disakarida yang mempunyai peran penting dalam

(29)

kopyor. Sukrosa merupakan gula yang murah dan diproduksi dalam jumlah besar.

Secara komersial gula pasir dibuat melalui proses penyulingan dan kristalisasi

(Almatsier, 2001).

Sukrosa mempunyai sifat yang mudah larut dalam air, berbentuk kristal

dan mempunyai rasa manis sehingga sukrosa yang ditambahkan sebagai pemanis

terutama untuk meningkatkan cita rasa. Di samping itu juga digunakan sebagai

pengawet karena tekanan osmosisnya yang tinggi sehingga menyebabkan

terjadinya plasmolisis yang mengakibatkan kematian bagi mikroba

(Buckle, dkk., 1987).

Komponen bahan pangan yang terutama berperan membentuk kristal

adalah air (es), gula, gula alkohol, lemak dan pati. Komponen lain yang juga dapat

membentuk kristal dalam bahan pangan antara lain pengemulsi, garam, asam

organik, dan protein. Elemen pembentuk struktur dalam produk pangan seperti

sel, udara, kristal dan globula lemak berperan penting dalam menentukan umur

simpan produk pangan. Adanya kristal ini mempengaruhi mutu, tekstur dan daya

simpan produk pangan (Estiasih dan Ahmadi, 2009).

Dekstrin

Dekstrin adalah golongan karbohidrat dengan berat molekul tinggi

yang merupakan modifikasi pati dengan asam. Dekstrin mudah larut dalam air,

lebih cepat terdispersi, tidak kental serta lebih stabil daripada pati. Fungsi

dekstrin yaitu sebagai pembawa bahan pangan yang aktif seperti bahan flavor

dan pewarna yang mempunyai sifat mudah larut air dan bahan pengisi

(filler) karena dapat meningkatkan berat produk dalam bentuk bubuk

(Ribut dan Kumalaningsih, 2004).

Penambahan dekstrin ke dalam produk dapat mengurangi kerusakan

(30)

unit glukosa yang dapat mengikat air, sehingga oksigen yang larut dapat

dikurangi, akibatnya proses oksidasi dapat dicegah. Dekstrin memiliki sifat

yang dapat larut dalam air, lebih stabil terhadap suhu panas sehingga dapat

melindungi senyawa volatil dan senyawa yang peka terhadap panas atau oksidasi.

Proses Pembuatan Tablet Effervescent Rosella

a. Sortasi

Kelopak bunga yang telah di panen dipisahkan berdasarkan tingkat

serangan hama dan penyakit, tingkat kematangan, dan ukuran. Kelopak yang

terserang kutu daun, akan diselimuti oleh bahan lekat berwarna putih, sehingga

perlu dipisahkan dan dibersihkan terlebih dahulu (Mardiah, dkk.2009).

b. Pencucian

Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran (tanah) yang menempel, residu

fungisida atau insektisida dan memperoleh penampakan yang baik. Pencucian

dapat dilakukan dengan menggunakan air atau dengan sikat (Baliwati, dkk.,

2004).

c. Blansing

Blansing merupakan perlakuan pendahuluan untuk beberapa jenis sayuran

dan buah-buahan dengan tujuan mendapatkan mutu produk yang dikeringkan,

dikalengkan, dan dibekukan dengan kualitas baik. Proses blansing termasuk

ke dalam proses termal dan umumnya membutuhkan suhu berkisar 75-95oC

selama 1-10 menit (Estiasih dan Ahmadi, 2009).

Pada dasarnya proses blansing bertujuan untuk menginaktifkan

enzim-enzim yang menyebabkan perubahan kualitas bahan pangan. Proses ini diterapkan

(31)

aktivitas enzim yang tinggi. Contoh bahan pangan tersebut adalah sayuran dan

buah-buahan (Estiasih dan Ahmadi, 2009).

d. Penghancuran

Setelah diblanshing masukkan kelopak bunga ke dalam blender dan

ditambahkan air. Kumalaningsih dan Suprayogi (2006) mengatakan penambahan

air ini ditujukan agar memudahkan proses penghancuran. Proses penghancuran ini

dilakukan sampai halus untuk mengurangi endapan pada sari buah yang

dihasilkan.

e. Penyaringan

Setelah dilakukan penghancuran, maka langkah selanjutnya adalah proses

penyaringan dengan kain saring atau saringan yang halus. Tujuan dari

penyaringan ini adalah untuk mengurangi biji atau daging buah yang tidak hancur

sempurna sehingga nanti akan mempengaruhi penampilan dari produk yang

dihasilkan (Kumalaningsih dan Suprayogi, 2006).

f. Pengeringan

Pengeringan merupakan suatu metoda untuk mengeluarkan atau

menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air

tersebut dengan menggunakan energi panas. Biasanya kandungan air bahan

tersebut dikurangi sampai satu batas agar mikroba tidak dapat tumbuh lagi

didalamnya (Winarno, dkk., 1980).

Selain bertujuan untuk mengawetkan, pengeringan juga bertujuan untuk

mengurangi volume dan berat produk. Implikasi pengurangan volume dan berat

produk terhadap biaya produksi, distribusi, dan penyimpanan dapat mereduksi

(32)

seperti inovasi pada produk sereal instan (instant cereal) dan minuman instan

(instant beverages) (Estiasih dan Ahmadi, 2009).

g. Pencampuran

Proses pencampuran merupakan proses yang sangat penting sebelum

dilakukan pencetakan tablet. Pencampuran bertujuan untuk memperolah

campuran homogen antar partikel-partikel penyusunnya, pencampuran yang

kurang baik atau tidak homogen akan menyebabkan kadar zat aktif dalam tablet

kurang seragam (Siregar dan Wikarsa, 2010).

h. Pengayakan

Pengayakan dimaksudkan untuk menghasilkan campuran butir dengan ukuran

tertentu agar dapat diolah lebih lanjut sehingga diperoleh penampilan atau bentuk

komersial yang diinginkan (Bernasconi, dkk., 2005).

Ayakan biasanya berupa anyaman dengan mata jala yang berbentuk bujur

sangkar atau empat persegi panjang, berupa plat yang berlubang-lubang bulat atau

bulat panjang. Selama proses pengayakan ukuran lubang ayakan harus tetap

konstan. Yang menjadi ciri ayakan antara lain adalah:

1. Ukuran dalam mata jala

2. Jumlah mata jala (mesh) per satuan panjang, misalnya per cm atau per inch

3. Jumlah mata jala (mesh) per satuan luas, misalnya per cm2 atau per inchi2

(Bernasconi, dkk., 1995).

i. Pencetakan

Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan

bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan

(33)

Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk, dan penandaaan permukaan

tergantung pada desain cetakan (Ditjen POM, 1995).

Tablet cetakan dibuat dengan cara menekan masa serbuk lembab dengan tekanan

rendah ke dalam lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada ikatan kristal

yang terbentuk selama proses pengeringan selanjutnya dan tidak tergantung pada

kekuatan tekanan yang diberikan (Ditjen POM, 1995).

j. Pengemasan

Setelah pencampuran dan tabletasi selesai, produk tablet effervescent

segera dikemas dengan kemasan primer yang hermetis (kedap uap air dan kedap

gas), misalnya dengan aluminium foil berlapis polietilen supaya dapat dikelim

(sealing). Setelah dikemas dengan kemasan primer, penyimpanan produk

effervescent dapat dilakukan pada ruangan bersuhu dan ber-RH normal

(Liberman, dkk., 1992)

Bahan-bahan yang dapat digunakan untuk pengemasan produk antara lain kotak

cardboard dengan atau tanpa jendela selofan transparan, plastik polietilen atau

propilen, dan satu lapis kantong plastik (polietilen atau polipropilen) (Mardiah,

(34)

BAHAN DAN METODA

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni – Juli 2011 di Laboratorium

Teknologi Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga rosela yang

diperoleh dari Pasar Sore Padangbulan, Medan, asam sitrat, natrium bikarbonat,

manitol, dekstrin, dan tepung gula.

Reagensia

Reagensia yang digunakan dalam penelitian ini adalah Iodin 0,01N,

larutan NaOH 0,1N, pati 1%, phenoptalein 1%, dan akuadest.

Alat Penelitian

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan,

erlenmeyer, blender, cawan aluminium, oven blower, pipet tetes, pH-meter, cawan

(35)

Metode Penelitian (Bangun, 1991)

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak

lengkap (RAL), yang terdiri dari dua faktor, yaitu:

faktor I : Konsentrasi Natrium Bikarbonat (A) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu:

A1 = 35%

A2 = 40%

A3 = 45%

A4 = 50%

faktor II : Konsentrasi Manitol (M) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu :

M1 = 5 %

M2 = 10 %

M3 = 15 %

M4 = 20 %

Banyaknya kombinasi perlakuan atau Treatment Combination (Tc) adalah

4 x 4 = 16, maka jumlah ulangan (n) minimum adalah sebagai berikut:

Tc (n-1) ≥ 15

16 (n-1) ≥ 15

16 n ≥ 31

n ≥ 1,93...dibulatkan menjadi 2

(36)

Model Rancangan (Bangun, 1991)

Penelitian ini dilakukan dengan model rancangan acak lengkap

(RAL) dua faktorial dengan model sebagai berikut:

Ŷijk =

µ

+

α

i + βj + (

αβ

)ij +

ε

ijk

dimana:

Ŷijk : Hasil pengamatan dari faktor A pada taraf ke-i dan faktor M pada taraf

ke-j dalam ulangan ke-k

µ

: Efek nilai tengah

α

i : Efek faktor Apada taraf ke-i

βj : Efek faktor M pada taraf ke-j

(

α

β)ij : Efek interaksi faktor A pada taraf ke-i dan faktor M pada taraf ke-j

ε

ijk : Efek galat dari faktor A pada taraf ke-i dan faktor M pada taraf ke-j dalam ulangan ke-k

Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata dan sangat nyata maka

uji dilanjutkan dengan uji beda rataan, menggunakan uji Least Significant

Range (LSR).

Pelaksanaan Penelitian

Dipilih kelopak bunga rosela yang segar yang sudah matang atau tua dan

berwarna merah. Kelopak bunga rosela yang telah dicuci diblansing pada suhu

sekitar 75-95oC selama 5 menit. Kemudian kelopak bunga rosela dihancurkan

dengan menggunakan blender dengan penambahan air masak dengan

perbandingan 1 : 2, dan kemudian disaring untuk mendapatkan sari dari kelopak

rosela. Selanjutnya sari kelopak rosela dipanaskan sampai suhu 40oC dan

(37)

diaduk hingga tercampur rata, setelah itu dikeringkan dalam oven blower dengan

suhu 60oC selama 5 hari. Tepung yang terbentuk, dihaluskan dengan blender.

Untuk menyeragamkan ukuran kehalusannya, tepung tersebut diayak dengan

menggunakan ayakan 30 mesh.

Ditimbang tepung hasil ayakan masing-masing sebanyak 10 g untuk setiap

perlakuan, kemudian ditambahkan dengan konsentrasi natrium bikarbonat yaitu

A1 (35%), A2 (40% ), A3 (45%), dan A4 (50%) dari 10 g tepung sari kelopak

rosela, kemudian ditambahkan setiap perlakuan konsentrasi manitol sebesar

M1 (5%), M2 (10%), M3 (15%) dan M4 (20%) dari 10 g tepung sari kelopak rosela,

kemudian ditambahkan asam sitrat 40 % dan 250% tepung gula dari 10 g tepung

sari kelopak rosela, setelah itu dihomogenkan lalu diambil 4,5 g dari setiap

perlakuan untuk dicetak pertablet. Tablet effervescent yang dihasilkan dikemas

dengan menggunakan plastik dan ditutup dengan rapat dengan menggunakan

plastic clip sehingga udara tidak dapat masuk.

Pengamatan dan Pengukuran Data

Pengamatan dan pengukuran data dilakukan dengan cara analisis terhadap

parameter sebagai berikut:

1. Kadar air (%)

2. Kadar vitamin C (mg/100 g bahan)

3. Total asam (%)

4. Daya larut (%)

5. pH

6. Uji organoleptik warna (numerik)

7. Uji organoleptik aroma dan rasa (numerik)

(38)

1. Penentuan Kadar Air (%) (Dengan Metode Oven) (AOAC, 1984)

Satu tablet effervescent rosela (4,5 g) dimasukkan ke dalam aluminium foil

yang telah diketahui berat kosongnya. Kemudian bahan tersebut dikeringkan

dalam oven dengan suhu sekitar 105 oC – 110 oC selama 3 jam, selanjutnya

didinginkan di dalam desikator selama 15 menit lalu ditimbang kembali. Setelah

itu, bahan dipanaskan kembali di dalam oven selama 30 menit, kemudian

didinginkan kembali dengan desikator selama 15 menit lalu ditimbang. Perlakuan

ini diulangi sampai diperoleh berat yang konstan.

Kadar air = x100%

2. Penentuan Kadar Vitamin C (mg /100 gr bahan) (Ranganna, 1977)

Satu tablet effevescent rosela (4,5 g) dimasukkan ke dalam beaker glass

dan ditambahkan akuades sampai volume 45 ml. Diaduk hingga rata dan disaring

dengan kertas saring. Diambil filtrat sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam

erlenmeyer lalu ditambahkan 2-3 tetes larutan pati 1% dan dititrasi dengan Iodium

0,01N. Titrasi dianggap selesai bila telah terbentuk warna biru stabil.

Vitamin C = 100%

3. Penentuan Total Asam (%) (Ranganna, 1977)

Satu tablet effevescent rosela (4,5 g) dimasukkan ke dalam beaker glass

dan ditambahkan akuades sampai volume 45 ml. Diaduk hingga merata dan

disaring dengan kertas saring dan diambil filtratnya sebanyak 10 ml dan

(39)

Kemudian dititrasi dengan menggunakan larutan NaOH 0,1N. Titrasi dihentikan

setelah timbul warna merah jambu yang stabil.

Total asam = 100%

4. Penentuan Daya Larut (%) (SNI, 1989)

Satu tablet effevescent rosela (4,5 g) lalu dimasukkan ke dalam gelas ukur

yang berisi air masak 200 ml sampai tablet tersebut hancur. Setelah itu disaring

dengan menggunakan kertas saring, kemudian diambil 10 ml dan dituang ke

dalam cawan porselin yang sudah ditimbang beratnya. Kemudian dimasukkan ke

dalam oven dengan suhu pertama 80oC untuk 1 jam pertama, lalu langsung

dinaikkan suhunya menjadi 90oC untuk 1 jam kedua dan dinaikkan lagi menjadi

100oC untuk 1 jam ketiga, kemudian dikeluarkan dari oven dan ditimbang.

Sampel tersebut dimasukkan lagi ke dalam oven selama 30 menit, lalu diangkat

dan ditimbang. Perlakuan ini diulangi sampai diperoleh berat yang konstan.

(40)

5. Penentuan pH (Leonard, W.A., 1987)

Satu tablet effevescent rosela (4,5 g) lalu dimasukkan ke dalam gelas ukur

yang berisi akuades 200 ml sampai tablet hancur dan larut semua. Elektroda dari

pH meter dicelupkan ke dalam larutan buffer (penyangga) terlebih dahulu untuk

kalibrasi alat. Kemudian dicelupkan ke dalam larutan sampel yang akan dianalisis

keasamannya (pH). Nilai pH-nya akan tertera langsung pada layar digital pH

meter tersebut.

6. Uji Organoleptik Warna (Numerik) (Soekarto,1985)

Satu tablet effevescent rosela (4,5 g) dimasukkan ke dalam gelas yang

berisi air masak 200 ml sampai tablet hancur dan larut semua. Penentuan nilai

organoleptik dilakukan oleh panelis sebanyak 10 orang terhadap warna dengan uji

kesukaan secara hedonik, dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 2. Skala uji hedonik terhadap warna

Skala Hedonik Skala Numerik

Merah

6. Uji Organoleptik Aroma dan Rasa (Numerik) (Soekarto,1985)

Satu tablet effevescent rosela (4,5 gram) dimasukkan ke dalam gelas yang

berisi air masak 200 ml sampai tablet hancur dan larut semua. Penentuan nilai

organoleptik dilakukan oleh panelis sebanyak 10 orang terhadap aroma dan rasa

dengan uji kesukaan secara hedonik, dengan ketentuan sebagai berikut:

Proposi uji organoleptik terhadap aroma = 50% dan rasa = 50%

Tabel 3. Skala uji hedonik terhadap aroma dan rasa

Skala Hedonik Skala Numerik

(41)

Gambar 1. Skema pembuatan sari kelopak rosela Sortasi

Dicuci

Pengambilan Sari Buah (Buah : air masak = 1:2) dengan Blender

Penyaringan

Sari Kelopak Rosela Kelopak Bunga Rosela

Diblansing pada suhu berkisar 75-95oC selama 5 menit

(42)

Gambar 2 : Skema pembuatan tablet effervescent rosela Dipanaskan sampai suhu 40oC dan

ditambahkan tepung gula 5% dan dekstrin 10% hingga tercampur rata

Konsentrasi Natrium

Tablet Effervescent Rosela Pengeringan dengan oven blower

600C selama 5 hari

Pengayakan 30 mesh

Homogenisasi Sari Kelopak Rosela

Pencetakan tablet dalam 4,5 g

Analisa

(43)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Konsentrasi Natrium Bikarbonat terhadap Parameter yang Diamati.

Secara umum hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa

konsentrasi natrium bikarbonat memberikan pengaruh terhadap kadar air, kadar

vitamin C, total asam, daya larut, pH dan uji organoleptik (warna, aroma dan

rasa). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap parameter yang diamati.

Tabel 4 memperlihatkan bahwa konsentrasi natrium bikarbonat

memberikan pengaruh terhadap parameter yang diuji. Kadar air yang tertinggi

terdapat pada perlakuan A1 (konsentrasi natrium bikarbonat 35%) yaitu sebesar

7,01% dan terendah terdapat pada A4 (konsentrasi natrium bikarbonat 50%) yaitu

sebesar 5,24%. Kadar vitamin C tertinggi terdapat pada perlakuan A1 yaitu

sebesar 145,09 mg/100 g bahan dan terendah terdapat pada A4 yaitu sebesar

132,45 mg/100 g bahan. Total asam tertinggi terdapat pada perlakuan A1 yaitu

sebesar 1,59% dan terendah terdapat pada A4 yaitu sebesar 1,50%. Daya larut

tertinggi terdapat pada perlakuan A4 yaitu sebesar 84,02% dan terendah terdapat

pada A1 yaitu sebesar 81,31%. pH tertinggi terdapat pada perlakuan A4 yaitu

(44)

organoleptik warna tertinggi terdapat pada perlakuan A1 yaitu sebesar 2,26 (merah

kecoklatan) dan terendah terdapat pada A4 yaitu sebesar 1,49 (coklat). Nilai uji

organoleptik aroma dan rasa tertinggi terdapat pada perlakuan A4 yaitu sebesar

3,07 (suka) dan terendah terdapat pada A1 yaitu sebesar 2,59 (agak suka).

Pengaruh Konsentrasi Manitol terhadap Parameter yang Diamati

Secara umum hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa

konsentrasi manitol memberikan pengaruh terhadap kadar air, kadar vitamin C,

total asam, daya larut, pH dan uji organoleptik (warna, aroma dan rasa). Hal ini

dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Pengaruh konsentrasi manitol terhadap parameter yang diamati.

Uji organoleptik

Tabel 5 memperlihatkan bahwa perbandingan konsentrasi manitol

memberikan pengaruh terhadap parameter yang diuji. Kadar air yang tertinggi

terdapat pada perlakuan M1 (konsentrasi manitol 5%) yaitu sebesar 6,32% dan

terendah terdapat pada M4 (konsentrasi manitol 20%) yaitu sebesar 5,91%. Kadar

vitamin C tertinggi terdapat pada perlakuan M1 yaitu sebesar 139,16 mg/100 g

bahan dan terendah terdapat pada M4 yaitu sebesar 136,94 mg/100 g bahan. Total

asam tertinggi terdapat pada perlakuan M1 yaitu sebesar 1,56% dan terendah

terdapat pada M4 yaitu sebesar 1,54%. Daya larut tertinggi terdapat pada

perlakuan M4 yaitu sebesar 83,40% dan terendah terdapat pada M1 yaitu sebesar

82,52%. pH tertinggi terdapat pada perlakuan M4 yaitu sebesar 5,20 dan terendah

(45)

terdapat pada M1 yaitu sebesar 5,07. Nilai uji organoleptik warna tertinggi

terdapat pada perlakuan M1 yaitu sebesar 1,98 (merah kecoklatan) dan terendah

terdapat pada M4 yaitu sebesar 1,84 (merah kecoklatan). Nilai uji organoleptik

aroma dan rasa tertinggi terdapat pada perlakuan M4 yaitu sebesar 3,02 (suka) dan

terendah terdapat pada M1 yaitu sebesar 2,57 (suka).

Kadar Air (%)

Pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap kadar air (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa

konsentrasi natrium bikarbonat memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata

(P<0,01) terhadap kadar air tablet effervescent rosela yang dihasilkan. Hasil uji

LSR pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap kadar air tablet

effervescent rosela dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap kadar air (%)

LSR Notasi Jarak

0,05 0,01

Konsentrasi

natrium bikarbonat Rataan 0,05 0,01

- - - A1 = 35% 7,01 a A

2 0,28 0,38 A2 = 40% 6,26 b B

3 0,29 0,40 A3 = 45% 5,97 c C

4 0,30 0,41 A4 = 50% 5,24 d D

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).

Dari tabel 6 dapat diketahui bahwa perlakuan A1 berbeda sangat nyata

dengan A2, A3 dan A4. Perlakuan A2 berbeda sangat nyata dengan A3 dan A4.

Perlakuan A3 berbeda sangat nyata dengan A4. Kadar air tertinggi diperoleh pada

perlakuan A1 yaitu sebesar 7,01% dan terendah terdapat pada A4 yaitu sebesar

5,24%.

(46)

Hubungan konsentrasi natrium bikarbonat terhadap kadar air pada tablet

effervescent rosela dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Hubungan konsentrasi natrium bikarbonat terhadap kadar air (%)

Gambar 3 menunjukkan hubungan konsentrasi natrium bikarbonat

terhadap kadar air mengikuti persamaan garis linear. Bahwa semakin tinggi

konsentrasi natrium bikarbonat maka kadar air akan semakin rendah dikarenakan

semakin tingginya jumlah CO2 yang dihasilkan dari natrium bikarbonat yang dapat

menguapkan air dari bahan. Natrium bikarbonat akan bereaksi dengan asam dan air

dari bahan yang akan mengeluarkan air terikat menjadi air bebas yang akan mudah

menguap sehingga mengurangi kadar air dari bahan. Menurut Winarno (1995) yang

menyatakan bahwa air bebas yang terikat secara fisik akan terikat dalam bahan seperti

membran, kapiler, serta serat dan lainnya. Air ini mudah diuapkan dan media bagi

reaksi-reaksi kimiawi. Apabila air ini diuapkan secara keseluruhan maka kandungan

air bahan berkisar antara 12-25% dengan aktivitas air kira-kira 0,8 tergantung dari

jenis bahan dan suhu.

(47)

Pengaruh konsentrasi manitol terhadap kadar air (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa

konsentrasi manitol memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01)

terhadap kadar air tablet effervescent rosela yang dihasilkan. Hasil uji LSR

pengaruh konsentrasi manitol terhadap kadar air tablet effervescent rosela dapat

dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi manitol terhadap kadar air (%)

LSR Konsentrasi Notasi

Jarak

0,05 0,01 manitol Rataan 0,05 0,01

- - - M1= 5% 6,37 a A

2 0,28 0,38 M2= 10% 6,24 ab AB

3 0,29 0,40 M3= 15% 6,04 bc AB

4 0,30 0,41 M4= 20% 5,84 c B

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa perlakuan M1 berbeda tidak nyata dengan

M2, dan berbeda nyata dengan M3 dan berbeda sangat nyata dengan M4. Perlakuan

M2 berbeda tidak nyata dengan M3 dan berbeda nyata dengan M4. Perlakuan M3

berbeda tidak nyata dengan M4. Kadar air tertinggi terdapat perlakuan M1 yaitu

sebesar 6,37% dan terendah terdapat pada M4 yaitu sebesar 5,84%.

Hubungan antara konsentrasi manitol terhadap kadar air pada tablet

effervescent rosela dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Hubungan konsentrasi manitol terhadap kadar air (%)

(48)

Gambar 4 menunjukkan hubungan konsentrasi manitol dengan kadar air

mengikuti persamaan garis linear. Semakin tinggi konsentrasi manitol yang

ditambahkan maka kadar air semakin rendah karena manitol mempunyai sifat

tingkat kelembaban 98%(Wikipedia, 2011).

Pengaruh interaksi antara konsentrasi natrium bikarbonat dan konsentrasi manitol terhadap kadar air (%)

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa

konsentrasi natrium bikarbonat dan konsentrasi manitol memberikan pengaruh

berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar air tablet effervescent rosela yang

dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

Kadar Vitamin C (mg/100 g bahan)

Pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap kadar vitamin C (mg/100 g bahan)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa

pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat memberikan pengaruh berbeda sangat

nyata (P<0,01) terhadap kadar vitamin C tablet effervescent rosela yang

dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap kadar

vitamin C tablet effervescent rosela dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap kadar vitamin C (mg/ 100 g bahan)

LSR Notasi Jarak

0,05 0,01

Konsentrasi

natrium bikarbonat Rataan 0,05 0,01

- - - A1 = 35% 145,09 a A

2 3,00 4,13 A2 = 40% 139,56 b B

3 3,15 4,34 A3 = 45% 135,25 c C

4 3,23 4,45 A4 = 50% 132,45 d D

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).

(49)

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa perlakuan A1 berbeda sangat nyata

dengan A2, A3 dan A4. Perlakuan A2 berbeda sangat nyata dengan A3 dan A4.

Perlakuan A3 berbeda nyata dengan A4. Kadar vitamin C tertinggi terdapat pada

perlakuan A1 yaitu sebesar 145,09 mg/100 g bahan dan terendah terdapat pada A4

yaitu sebesar 132,45 mg/ 100 g bahan.

Hubungan konsentrasi natrium bikarbonat terhadap kadar vitamin C dapat

dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Hubungan konsentrasi natrium bikarbonat terhadap kadar vitamin C (mg/100 g bahan)

Gambar 5 menunjukkan hubungan konsentrasi natrium bikarbonat

terhadap kadar vitamin C mengikuti persamaan garis linear. Bahwa semakin

tinggi konsentrasi natrium bikarbonat yang ditambahkan maka kadar vitamin C

semakin menurun. Hal ini disebabkan karena karena natrium bikarbonat bersifat

alkali atau basa yang dapat menyebabkan vitamin C menjadi labil. Dimana

menurut Winarno (1997) vitamin C akan mudah teroksidasi oleh panas, alkali,

enzim oksidator, serta katalis tembaga dan besi. Oksidasi akan terhambat bila

vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam atau pada suhu rendah.

(50)

Pengaruh konsentrasi manitol terhadap kadar vitamin C (mg/100 g bahan)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa

konsentrasi manitol memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata (P>0,05)

terhadap kadar vitamin C tablet effervescent rosela yang dihasilkan, sehingga uji

LSR tidak dilanjutkan.

Pengaruh interakasi antara konsentrasi natrium bikarbonat dan konsentrasi manitol terhadap kadar vitamin C (mg/100 g bahan)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa interaksi

antara konsentrasi natrium bikarbonat dan konsentrasi manitol memberikan

pengaruh yang berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar vitamin C tablet

effervescent rosela yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

Total Asam (%)

Pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap total asam (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa

konsentrasi natrium bikarbonat memberikan pengaruh berbeda sangat nyata

(P<0,01) terhadap total asam tablet effervescent rosela yang dihasilkan. Hasil uji

LSR pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap total asam tablet

effervescent rosela dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap total asam(%)

LSR Notasi Jarak

0,05 0,01

Konsentrasi

natrium bikarbonat Rataan 0,05 0,01

- - - A1 = 35% 1,59 a A

2 0,0116 0,0159 A2 = 40% 1,56 b B

3 0,0121 0,0167 A3 = 45% 1,54 c C

4 0,0124 0,0171 A4 = 50% 1,50 d D

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan A1 berbeda sangat nyata

dengan A2, A3 dan A4. Perlakuan A2 berbeda sangat nyata dengan A3 dan A4.

(51)

Perlakuan A3 berbeda sangat nyata dengan A4. Total asam tertinggi terdapat pada

perlakuan A1 yaitu sebesar 1,59% dan terendah terdapat pada A4 yaitu sebesar

1,50%.

Hubungan konsentrasi natrium bikarbonat terhadap total asam pada tablet

effervescent rosela dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Hubungan konsentrasi natrium bikarbonat terhadap total asam (%)

Gambar 6 menunjukkan hubungan konsentrasi natrium bikarbonat

terhadap total asam mengikuti persamaan garis linear. Bahwa semakin tinggi

konsentrasi natrium bikarbonat maka total asam pada tablet effervescent rosela

akan semakin rendah. Hal ini disebabkan karena semakin banyak jumlah natrium

bikarbonat yang ditambahkan sehingga suasana menjadi basa dan total asam semakin

berkurang. Penurunan total asam juga disebabkan karena natrium bikarbonat bersifat

basa dan memliki kemampuan untuk merusak dan mengoksidasi asam dalam bahan

pangan karena natrium bikarbonat merupakan alkali natrium yang paling lemah,

mempunyai pH 8,3 dalam larutan air dalam konsentrasi 0,85%. Zat ini menghasilkan

kira-kira 52% karbondioksida (Siregar dan Wikarsa, 2010).

(52)

Pengaruh konsentrasi manitol terhadap total asam (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa

konsentrasi manitol memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata (P>0,05)

terhadap total asam tablet effervescent rosela yang dihasilkan, sehingga uji LSR

tidak dilanjutkan.

Pengaruh interakasi antara konsentrasi natrium bikarbonat dan konsentrasi manitol terhadap total asam (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa interaksi

konsentrasi natrium bikarbonat dan konsentrasi manitol memberikan pengaruh

yang berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap total asam tablet effervescent rosela

yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan

Daya Larut (%)

Pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap daya larut (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa

konsentrasi natrium bikarbonat memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata

(P<0,01) terhadap daya larut tablet effervescent rosela. Hasil uji LSR pengaruh

konsentrasi natrium bikarbonat terhadap daya larut tablet effervescent rosela dapat

dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi natrium bikarbonat terhadap daya larut (%)

LSR Notasi Jarak

0,05 0,01

Konsentrasi

natrium bikarbonat Rataan 0,05 0,01

- - - A1 = 35% 81,31 d D

2 0,066 0,091 A2 = 40% 82,83 c C

3 0,069 0,096 A3 = 45% 83,64 b B

4 0,071 0,098 A4 = 50% 84,02 a A

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).

(53)

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa perlakuan A1 berbeda sangat nyata

dengan A2, A3 dan A4. Perlakuan A2 berbeda sangat nyata dengan A3 dan A4.

Perlakuan A3 berbeda sangat nyata dengan A4. Daya larut tertinggi terdapat pada

perlakuan A4 yaitu sebesar 84,02% dan terendah terdapat pada A1 yaitu sebesar

81,31%.

Hubungan konsentrasi natrium bikarbonat terhadap daya larut pada tablet

effervescent rosela dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Hubungan konsentrasi natrium bikarbonat terhadap daya larut (%)

Gambar 7 menunjukkan hubungan konsentrasi natrium bikarbonat

terhadap daya larut mengikuti persamaan garis linear. Bahwa semakin tinggi

konsentrasi natrium bikarbonat maka daya larut pada tablet effervescent rosela

akan semakin tinggi. Menurut Banker dan Anderson (1986), apabila antara asam

dan natrium bikarbonat dimasukkan dalam air maka akan menimbulkan reaksi

kimia sehingga terbentuk garam natrium dari asam dan menghasilkan gas

karbondioksida serta air. Konsentrasi natrium bikarbonat dengan konsentrasi asam

harus sesuai dan tepat untuk memperoleh mutu tablet effervescent yang baik dan

kelarutan yang baik dalam air.

Gambar

Tabel 2. Skala uji hedonik terhadap warna
Gambar 1. Skema pembuatan sari kelopak rosela
Tablet  Effervescent Rosela
Tabel 4 memperlihatkan bahwa konsentrasi natrium bikarbonat
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Karena begitu kuatnya pengaruh atau apresiasi tradisi budaya lokal, sebagian ahli mengidentifikasi proses Islamisasi di Indonesia sebagai adhesi, yakni konversi ke dalam Islam tanpa

e. untuk trafe tepi dengan pertimbangan posisi lantai atas tidak berubah, karena perubahan akan mengakibatkan perubahan keseluruhan bangunan maka tinggi bersih trafe juga akan

Defining a concept such as terrorism is an important first step in seeing how terrorism is fun- damentally a communication process. To convey their message to the main target which

Berkaitan dengan hal tersebut diatas, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran pengaruh karakteristik individu (kemampuan dan keterampilan), karakteristik

Seorang guru harus dapat melaksnakan tata tertib atau peraturan sekolah dengan baik, karena tata tertib yang berlaku merupakan aturan dalam ketentuan yang harus ditaati

[r]