PENGARUH PENAMBAHAN GUM ARAB DAN JENIS
PEMANIS TERHADAP MUTU SERBUK MINUMAN
PENYEGAR ROSELA
RABBANIY AHKAMIL HAKIM 070305022
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
PENGARUH PENAMBAHAN GUM ARAB DAN JENIS
PEMANIS TERHADAP MUTU SERBUK MINUMAN
PENYEGAR ROSELA
SKRIPSI
Oleh:
RABBANIY AHKAMIL HAKIM 070305022
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS PERTANIAN
PENGARUH PENAMBAHAN GUM ARAB DAN JENIS
PEMANIS TERHADAP MUTU SERBUK MINUMAN
PENYEGAR ROSELA
SKRIPSI
Oleh:
RABBANIY AHKAMIL HAKIM
070305022/TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS PERTANIAN
Judul Skripsi : Pengaruh Penambahan Gum Arab dan Jenis Pemanis Terhadap Mutu Serbuk Minuman Penyegar Rosela
Nama : Rabbaniy Ahkamil Hakim
NIM : 070305022
Departemen : Ilmu dan Teknologi Pangan Program Studi : Teknologi Hasil Pertanian
Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Elisa Julianti, M.Si
Ketua Anggota
Era Yusraini, S.TP, M.Si
Mengetahui:
ABSTRAK
RABBANIY AHKAMIL HAKIM. Pengaruh Penambahan Gum Arab dan Jenis Pemanis Terhadap Mutu Serbuk Minuman Penyegar Rosela, dibimbing oleh ELISA JULIANTI dan ERA YUSRAINI.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh konsentrasi gum arab dan jenis pemanis terhadap mutu serbuk minuman penyegar rosela. Penelitian ini merupakan salah satu langkah awal untuk mendapatkan minuman penyegar rosela yang terbaik. Penelitian ini dilakukan pada Juli-Oktober 2011 di Laboratorium Analisa Kimia Bahan Pangan, Fakultas Pertanian USU, Medan, menggunakan rancangan acak lengkap faktorial 2 faktor yaitu konsentrasi gum arab (A) : (1,0%, 1,5%, 2,0% dan 2,5%) dan jenis pemanis (M) : (Aspartam, Stevia, Asesulfam, dan Sukrosa). Parameter yang dianalisa adalah kadar air, kadar vitamin C, total asam, daya larut, total padatan terlarut, kecepatan larut, uji deskriptif warna, dan uji organoleptik aroma dan rasa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi gum arab memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar vitamin C, total asam, daya larut, total padatan terlarut, dan kecepatan larut. Jenis pemanis memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar vitamin C, total asam, daya larut, total padatan terlarut, kecepatan larut dan uji deskriptif warna dan uji organoleptik aroma. Interaksi kedua faktor memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, dan vitamin C tetapi berbeda tidak nyata terhadap total asam, daya larut, total padatan terlarut, kecepatan larut, uji deskriptif warna dan uji organoleptik aroma dan rasa. Konsentrasi gum arab 2,5% dan penggunaan aspartam menghasilkan serbuk minuman penyegar rosela yang terbaik dan lebih diterima.
Kata Kunci : Serbuk minuman penyegar rosela, gum arab, jenis pemanis
ABSTRACT
RABBANIY AHKAMIL HAKIM:T The Effect of the addition of Arabic Gum and Sweetener’s Type on The Quality of Roselle’s Fresher Drink Powder supervised by ELISA JULIANTI and ERA YUSRAINI.
The aim of this research was to find the effect of the addition of arabic gum and sweetener’s type on the quality of roselle’s fresher drink powder. This research is an initial step to find the best quality of roselle’s fresher drink powder. This research was conducted in July-October 2011 at the Laboratory of Food Chemical Analysis, Faculty of Agriculture, University of Sumatera Utara, Medan, using completely randomized design with two factors, i.e. : arabic gum concentration (A) : (1,0%, 1,5%, 2,0% and 2,5%) and sweetener’s type (M) : (Aspartame, Stevia, Acesulfame, dan Sucrose). Parameters analyzed were moisture content, vitamin C content, total acid, solubility, rate of solubility, colour and organoleptic values of flavour and taste.
The results showed that the arabic gum concentration had highly significant effect on moisture content, vitamin C content, total acid, solubility, and rate of solubility. The sweetener’s type had highly significant effect on vitamin C content, total acid, solubility, rate of solubility, colour and flavour. Interactions of the two factors had highly significant effect on moisture content, and vitamin C content but had no significant effect on total acid, solubility, rate of solubility, colour and organoleptic values of flavour and taste. Arabic gum concentration of 2,5% and aspartame produced the best quality of roselle’s fresher drink powder.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
RABBANIY AHKAMIL HAKIM dilahirkan di Batuphat pada tanggal 21 Juni 1989 dari ayah Bakhtiar dan Ibu Mufridayati. Penulis merupakan anak
pertama dari tiga bersaudara.
Pada Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 7 Medan dan pada tahun
yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih program studi Teknologi Hasil
Pertanian, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan
Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian, sebagai asisten praktikum di Laboratorium
Analisa Kimia Bahan Pangan.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Pabrik Pengolahan
Minyak Kelapa Sawit (CPO) PTP. Nusantara III (Persero) Unit Rambutan dari 7
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Penambahan Gum Arab dan Jenis Pemanis Terhadap Mutu Serbuk
Minuman Penyegar Rosela".
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih
sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan,
memelihara dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada Dr. Ir. Elisa Julianti, M.Si selaku ketua komisi pembimbing
dan Era Yusraini STP, MSi selaku anggota komisi pembimbing yang telah
membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari
mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir.
Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada staf
pengajar dan pegawai di Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Departemen
Ilmu dan Teknologi Pertanian, teman-teman stambuk 2007, asisten-asisten
seperjuangan di Laboratorium Analisa Kimia Bahan Pangan dan semua pihak
yang tidak dapat disebutkan satu per satu di sini yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Total padatan terlarut ... 25
Uji kecepatan larut ... 25
Uji deskriptif warna... 25
Penentuan uji Organoleptik aroma dan rasa... 26
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Konsentrasi Gum Arab terhadap Parameter yang diamati . 27
Pengaruh Jenis Pemanis terhadap Parameter yang Diamati ... 27
Kadar Air Pengaruh konsentrasi gum arab terhadap kadar air minuman penyegar rosela ... 28
Pengaruh jenis pemanis kadar air minuman penyegar rosela ... 29
Pengaruh interaksi antara gum arab dan jenis pemanis terhadap kadar air minuman penyegar rosela ... 30
Kadar Vitamin C Pengaruh konsentrasi gum arab terhadap kadar vitamin C minuman penyegar rosela ... 32
Pengaruh jenis pemanis terhadap kadar vitamin C minuman penyegar rosela ... 33
Pengaruh interaksi antara konsentrasi gum arab dan jenis pemanis terhadap kadar vitamin C minuman penyegar rosela ... 35
Total Asam Pengaruh konsentrasi gum arab terhadap total asam minuman penyegar rosela ... 37
Pengaruh jenis pemanis terhadap total asam minuman penyegar rosela ... 38
Pengaruh interaksi antara konsentrasi gum arab dan jenis pemanis terhadap total asam minuman penyegar rosela ... 39
Daya Larut Pengaruh konsentrasi gum arab terhadap daya larut minuman penyegar rosela ... 40
Pengaruh jenis pemanis terhadap daya larut minuman penyegar rosela ... 41
Pengaruh interaksi antara konsentrasi gum arab dan jenis pemanis terhadap daya larut minuman penyegar rosela ... 43
Total padatan terlarut Pengaruh konsentrasi gum arab terhadap total padatan terlarut minuman penyegar rosela ... 43
Pengaruh jenis pemanis terhadap total padatan terlarut minuman penyegar rosela ... 44
Pengaruh interaksi antara konsentrasi gum arab dan jenis pemanis terhadap total padatan terlarut minuman penyegar rosela ... 46
Uji kecepatan larut Pengaruh konsentrasi gum arab terhadap kecepatan larut minuman penyegar rosela ... 46
Pengaruh interaksi antara konsentrasi gum arab dan jenis pemanis terhadap kecepatan larut
minuman penyegar rosela ... 49
Uji Organoleptik Warna Pengaruh konsentrasi gum arab terhadap uji organoleptik warna minuman penyegar rosela ... 50
Pengaruh jenis pemanis terhadap uji organoleptik warna minuman penyegar rosela ... 50
Pengaruh interaksi antara konsentrasi gum arab dan jenis pemanis terhadap uji organoleptik warna minuman penyegar rosela ... 51
Uji Organoleptik Aroma Pengaruh konsentrasi gum arab terhadap uji organoleptik aroma minuman penyegar rosela ... 52
Pengaruh jenis pemanis terhadap uji organoleptik aroma minuman penyegar rosela ... 52
Pengaruh interaksi antara konsentrasi gum arab dan jenis pemanis terhadap uji organoleptik aroma minuman penyegar rosela ... 54
Uji Organoleptik Rasa Pengaruh konsentrasi gum arab terhadap uji organoleptik rasa minuman penyegar rosela ... 54
DAFTAR TABEL
No. Hal
1. Komposisi kimia rosela kelopak rosela segar per 100 g bahan ... 8
2. Skala uji deskriptif terhadap warna ... 25
3. Skala uji hedonik terhadap aroma dan rasa ... 26
4. Pengaruh konsentrasi gum arab terhadap parameter mutu
minuman penyegar rosela ... 27
5. Pengaruh jenis pemanis terhadap parameter mutu
minuman penyegar rosela ... 27
6. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi gum arab
terhadap kadar air minuman penyegar rosela ... 28
7. Uji LSR efek utama pengaruh jenis pemanis
terhadap kadar air minuman penyegar rosela ... 29
8. Uji LSR efek utama pengaruh interaksi antara konsentrasi gum arab
dan jenis pemanis terhadap kadar air minuman penyegar rosela ... 31
9. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi gum arab terhadap kadar
vitamin C minuman penyegar rosela ... 32
10. Uji LSR efek utama pengaruh jenis pemanis terhadap
kadar vitamin C minuman penyegar rosela ... 34
11. Uji LSR efek utama pengaruh interaksi antara konsentrasi gum arab dan jenis pemanis terhadap kadar vitamin C
minuman penyegar rosela ... 35
12. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi gum arab terhadap
total asam minuman penyegar rosela ... 37
13. Uji LSR efek utama pengaruh jenis pemanis terhadap
total asam minuman penyegar rosela ... 38
14. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi gum arab terhadap
daya larut minuman penyegar rosela ... 39
15. Uji LSR efek utama pengaruh jenis pemanis terhadap
16. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi gum arab terhadap
total padatan terlarut minuman penyegar rosela ... 43
17. Uji LSR efek utama pengaruh jenis pemanis terhadap
total padatan terlarut minuman penyegar rosela ... 45
18. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi gum arab terhadap
kecepatan larut minuman penyegar rosela ... 47
19. Uji LSR efek utama pengaruh jenis pemanis terhadap
kecepatan larut minuman penyegar rosela ... 48
20. Uji LSR efek utama pengaruh jenis pemanis terhadap
uji organoleptik warna minuman penyegar rosela ... 51
21. Uji LSR efek utama pengaruh jenis pemanis terhadap
DAFTAR GAMBAR
No. Hal
1. Skema pembuatan sari kelopak rosela ... 21
2. Skema pembuatan serbuk minuman penyegar rosela ... 22
4. Hubungan konsentrasi gum arab terhadap kadar air
minuman penyegar rosela ... 29
5. Hubungan jenis pemanis terhadap kadar air
minuman penyegar rosela ... 30
6. Hubungan interaksi antara konsentrasi gum arab dan jenis pemanis
terhadap kadar air minuman penyegar rosela ... 32
7. Hubungan konsentrasi gum arab dengan kadar vitamin C
minuman penyegar rosela ... 33
8. Hubungan jenis pemanis dengan kadar vitamin C
minuman penyegar rosela ... 34
9. Hubungan interaksi antara konsentrasi gum arab dan jenis pemanis
terhadap kadar vitamin C minuman penyegar rosela ... 36
10.Hubungan konsentrasi gum arab dengan total asam
minuman penyegar rosela ... 37
11. Hubungan jenis pemanis dengan total asam
minuman penyegar rosela ... 39
12. Hubungan konsentrasi gum arab terhadap daya larut
minuman penyegar rosela ... 41
13. Hubungan jenis pemanis terhadap daya larut
minuman penyegar ... 42
14.Hubungan konsentrasi gum arab terhadap total padatan terlarut
minuman penyegar rosela ... 44
15. Hubungan jenis pemanis terhadap total padatan terlarut
16. Hubungan konsentrasi gum arab terhadap kecepatan larut
minuman penyegar rosela ... 47
17. Hubungan konsentrasi jenis pemanis terhadap kecepatan larut
minuman penyegar rosela ... 49
18. Hubungan konsentrasi jenis pemanis terhadap uji organoleptik warna
minuman penyegar rosela ... 51
19. Hubungan konsentrasi jenis pemanis terhadap uji organoleptik aroma
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal
1. Data pengamatan kadar air (%) ... 57
2. Data pengamatan kadar vitamin C (mg/100 g bahan) ... 58
3. Data pengamatan total asam (%) ... 59
4. Data pengamatan daya larut (%) ... 60
5. Data pengamatan total padatan terlarut (oBrix) ... 61
6. Data pengamatan kecepatan larut (g/detik) ... 61
7. Data pengamatan uji organoleptik warna (numerik) ... 62
8. Data pengamatan uji organoleptik aroma (numerik) ... 63
9. Data pengamatan uji organoleptik rasa (numerik) ... 63
ABSTRAK
RABBANIY AHKAMIL HAKIM. Pengaruh Penambahan Gum Arab dan Jenis Pemanis Terhadap Mutu Serbuk Minuman Penyegar Rosela, dibimbing oleh ELISA JULIANTI dan ERA YUSRAINI.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh konsentrasi gum arab dan jenis pemanis terhadap mutu serbuk minuman penyegar rosela. Penelitian ini merupakan salah satu langkah awal untuk mendapatkan minuman penyegar rosela yang terbaik. Penelitian ini dilakukan pada Juli-Oktober 2011 di Laboratorium Analisa Kimia Bahan Pangan, Fakultas Pertanian USU, Medan, menggunakan rancangan acak lengkap faktorial 2 faktor yaitu konsentrasi gum arab (A) : (1,0%, 1,5%, 2,0% dan 2,5%) dan jenis pemanis (M) : (Aspartam, Stevia, Asesulfam, dan Sukrosa). Parameter yang dianalisa adalah kadar air, kadar vitamin C, total asam, daya larut, total padatan terlarut, kecepatan larut, uji deskriptif warna, dan uji organoleptik aroma dan rasa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi gum arab memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar vitamin C, total asam, daya larut, total padatan terlarut, dan kecepatan larut. Jenis pemanis memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar vitamin C, total asam, daya larut, total padatan terlarut, kecepatan larut dan uji deskriptif warna dan uji organoleptik aroma. Interaksi kedua faktor memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, dan vitamin C tetapi berbeda tidak nyata terhadap total asam, daya larut, total padatan terlarut, kecepatan larut, uji deskriptif warna dan uji organoleptik aroma dan rasa. Konsentrasi gum arab 2,5% dan penggunaan aspartam menghasilkan serbuk minuman penyegar rosela yang terbaik dan lebih diterima.
Kata Kunci : Serbuk minuman penyegar rosela, gum arab, jenis pemanis
ABSTRACT
RABBANIY AHKAMIL HAKIM:T The Effect of the addition of Arabic Gum and Sweetener’s Type on The Quality of Roselle’s Fresher Drink Powder supervised by ELISA JULIANTI and ERA YUSRAINI.
The aim of this research was to find the effect of the addition of arabic gum and sweetener’s type on the quality of roselle’s fresher drink powder. This research is an initial step to find the best quality of roselle’s fresher drink powder. This research was conducted in July-October 2011 at the Laboratory of Food Chemical Analysis, Faculty of Agriculture, University of Sumatera Utara, Medan, using completely randomized design with two factors, i.e. : arabic gum concentration (A) : (1,0%, 1,5%, 2,0% and 2,5%) and sweetener’s type (M) : (Aspartame, Stevia, Acesulfame, dan Sucrose). Parameters analyzed were moisture content, vitamin C content, total acid, solubility, rate of solubility, colour and organoleptic values of flavour and taste.
The results showed that the arabic gum concentration had highly significant effect on moisture content, vitamin C content, total acid, solubility, and rate of solubility. The sweetener’s type had highly significant effect on vitamin C content, total acid, solubility, rate of solubility, colour and flavour. Interactions of the two factors had highly significant effect on moisture content, and vitamin C content but had no significant effect on total acid, solubility, rate of solubility, colour and organoleptic values of flavour and taste. Arabic gum concentration of 2,5% and aspartame produced the best quality of roselle’s fresher drink powder.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan dan
sayur-sayuran. Berbagai tanaman buah dan sayur dapat tumbuh dengan subur di berbagai
wilayah Indonesia. Dewasa ini dengan semakin tingginya pendidikan dan
pengetahuan masyarakat tentang pentingnya kesehatan, maka permintaan produk
pangan yang berserat dan bervitamin semakin tinggi.
Salah satu contoh tanaman sumber serat dan vitamin adalah rosela (Hibiscus
Sabdariffa Linn). Pada awalnya pembudidayaan rosela ditujukan untuk memperoleh serat batangnya sebagai bahan baku pembuatan tali dan pengganti rami (Maryani dan
Kristiana, 2008). Tetapi dari beberapa penelitian yang telah dilakukan ternyata rosela
terutama pada bagian kelopaknya mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh.
Kelopak bunga tanaman ini berwarna merah tua, tebal, dan berair serta banyak
mengandung vitamin A, vitamin C dan asam amino. Selain itu kelopak bunga rosela
juga mengandung asam organik, polisakarida, dan flavonoid (Daryanto, 2008)
sehingga rosela mulai dikenal di kalangan masyarakat sebagai sumber pangan
berkhasiat tinggi.
Rosela kemudian mulai diminati dan banyak dikonsumsi masyarakat.
Kelopak bunga rosela telah diolah menjadi berbagai bentuk produk pangan seperti
teh, selai, kopi, sirup, es krim dan manisan. Pengolahan rosela menjadi beraneka
produk pangan bermanfaat selain dapat mengantisipasi hasil produksi yang
melimpah pada saat panen, juga dapat meningkatkan nilai ekonomisnya.
Rosela juga dapat dibuat menjadi serbuk minuman penyegar atau minuman
produk pangan yang bersifat praktis (mudah dan cepat) dan sehat, sehingga produk
olahan yang bersifat instan (cepat saji) menjadi lebih disukai dibandingkan yang
segar.
Serbuk minuman penyegar dapat diperoleh dengan cara mengeringkan
ekstrak bahan yang kemudian ditambahkan zat penstabil, pemanis, asam
sitrat serta NaHCO3 (Natrium Bikarbonat) (Istijanto, 2008). Saat ini serbuk
minuman penyegar dari kelopak bunga rosela belum terdapat di pasaran.
Jenis bahan penstabil yang dapat digunakan untuk membuat serbuk minuman
penyegar adalah gum arab atau pektin. Gum arab dapat digunakan untuk pengikatan
flavor, bahan pengental, pembentuk lapisan tipis dan pemantap emulsi pada proses
pembuatan produk makanan (Wikipedia, 2010).
Pemanis yang digunakan biasanya adalah sukrosa, tetapi untuk masyarakat
yang tidak dapat mengkonsumsi gula yang berlebihan, sukrosa dapat diganti dengan
pemanis sintetis (buatan). Pemanis buatan (artificial sweeteners) merupakan senyawa
yang secara substansial memiliki tingkat kemanisan lebih tinggi, yaitu berkisar antara
30 sampai dengan ribuan kali lebih manis dibandingkan sukrosa. Karena tingkat
kemanisannya yang tinggi, penggunaan pemanis buatan dalam produk pangan hanya
dibutuhkan dalam jumlah kecil sehingga dapat dikatakan rendah kalori atau tidak
mengandung kalori dan dapat langsung digunakan ke dalam makanan atau minuman
sebagai pengganti gula (Ambarsari, dkk. 2009). Sehingga diharapkan ada interaksi
antara konsentrasi penstabil dan jenis pemanis ini pada sifat fisik maupun kimia dari
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis mencoba membuat dan
meneliti tentang “ Pengaruh Konsentrasi Gum Arab dan Jenis Pemanis Terhadap Mutu Serbuk Minuman Penyegar Rosela.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi gum
arab dan jenis pemanis terhadap mutu serbuk minuman penyegar rosela.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna sebagai acuan pembuatan serbuk minuman penyegar
rosela untuk pihak-pihak yang berkepentingan dalam usaha serbuk minuman
penyegar.
Hipotesis Penelitian
Diduga ada pengaruh konsentrasi gum arab dan jenis pemanis serta interaksi
TINJAUAN PUSTAKA
Serbuk Minuman Penyegar
Serbuk penyegar merupakan serbuk yang dihasilkan dari pengeringan sari
buah-buahan dengan penambahan gula, asam sitrat dan NaHCO3. Salah satu fungsi
serbuk penyegar untuk menyembuhkan panas dalam. Panas dalam dan sariawan
adalah penyakit yang cukup unik di negara tropis seperti Indonesia. Penyakit yang
tidak dijumpai di negara-negara empat musim tersebut telah membuka peluang
pasar bagi minuman penyegar. Minuman penyegar memiliki beberapa varian
seperti berbentuk larutan cair, serbuk dan ada juga yang seperti tablet hisap
namun dilarutkan (Istijanto, 2008).
Penyajiannya pun tak lagi memerlukan penyeduhan dengan air mendidih,
namun cukup dengan air suam-suam kuku atau bahkan dengan air dingin. Bahan
serbuk yang telah diberi perlakuan instan akan menjadi mudah larut dan terdispersi.
Serbuk instan memiliki memiliki ciri mudah (mengalir) tanpa “tersumbat”, juga tidak
higrospik (menyerap lembab udara) sehingga tidak menggumpal dan apabila dibasahi
maka serbuk instan akan terdispersi, melarut, serta stabil (tetap instan) (Hardiatmoko
dan Widiatmoko, 1993).
Hartomo dan Widiatmoko (1993) juga menyatakan dengan membuat produk
pangan instan, kendala dan masalah penyimpanan serta transport juga makin
dipermudah. Pada minuman instan dalam kemasan jumlah air dikurangi sehingga
mutu produk lebih terjaga dan tidak mudah kotor serta terjangkit bibit penyakit.
Produk pangan instan harus mudah larut dan terdispersi dalam media air.
Beberapa kriteria tertentu supaya produk pangan bersifat instan dengan baik adalah
1) bersifat hidrofilik karena bahan pangan awalnya mengandung lemak/minyak dan
bubuk hidrofobik, misalnya susu atau coklat sehingga affinitasnya terhadap air harus
diperbesar terlebih dahulu, 2) tidak memiliki lapisan gel, karena lapisan gel dapat
menunda pembasahan sehingga lapisan gel yang tidak permiabel tidak boleh ada
dalam produk, 3) pembasahan pada saat yang tepat dan dan produk harus segera
turun (tenggelam) tanpa menggumpal, 4) produk yang telah mengendap setelah
dimasukkan ke dalam air harus mudah terdispersi dan tidak boleh menjadi sedimen
(Hartomo dan Widiatmoko, 1993).
Proses instan sempurna dan ideal terjadi dengan urutan sebagai berikut:
1) bubuk, aglomerat, atau granul (butiran) dikenai media air, menjadi basah dan
dalam beberapa saat lalu tenggelam, 2) produk instan tersebut kemudian segera larut
(misal teh) atau terdispersi (misal coklat) merata dalam mediumnya. Dalam
kenyataan, sering hanya salah proses tersebut yang terjadi sempurna. Misalnya ada
produk yang segera larut namun tidak tenggelam sempurna atau cepat tenggelam
namun tidak sempurna terdispersi (Hartomo dan Widiatmoko, 1993).
Rosela
Saat ini rosela (Hibiscus Sabdariffa L.) menjadi begitu popular. Hal ini
disebabkan hampir seluruh bagian tanaman ini dapat dipergunakan untuk kebutuhan
Dalam taksonomi tumbuhan, rosela diklasifikasikan sebagai berikut.
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Malvaceales
Famili : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Spesies : Hibiscus sabdariffa L.
(Mardiah, dkk., 2009).
Hibiscus sabdariffa varietas sabdariffa merupakan tanaman semusim, yang tumbuh tegak, bercabang-cabang, dengan tinggi tanaman dapat mencapai 3,5 m.
batangnya bulat dan berkayu. Warna batang beragam mulai dari hijau tua sampai
merah (Mardiah, dkk., 2009).
Kelopak Rosela
Bunga rosela bertipe tunggal yaitu hanya terdapat satu kuntum bunga pada
setiap tangkai bunga. Ukuran bunga cukup besar berdiameter lebih dari 12,5 cm
ketika mekar dan memiliki dasar bunga pendek. Bunga ini mempunyai 8-11 helai
kelopak yang berbulu dengan panjang 1 cm, pangkal saling berlekatan, dan berwarna
merah. Bagian inilah yang sering dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan
minuman. Kelopak bunga rosela juga memberikan sensasi bau harum dan rasa asam
yang menyegarkan (Mardiah, dkk., 2009).
Kelopak bunga rosela berwarna merah tua, tebal, dan berair serta banyak
mengandung vitamin A, vitamin C dan asam amino. Rasanya sangat masam dan
terkandung dalam kelopak bunga rosela adalah grossy peptin, antosianin, dan gluside
hibiscin. Selain itu kelopak bunga rosela juga mengandung asam organik, polisakarida, dan flavonoid yang bermanfaat mencegah penyakit kanker,
mengendalikan tekanan darah, melancarkan peredaran darah dan melancarkan buang
air besar (Daryanto, 2008).
Kelopak bunga rosela mempunyai kandungan vitamin C yang sangat tinggi.
Sehingga mampu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan berbagai penyakit,
dapat menghambat terakumulasinya radikal bebas penyebab penyakit kronis dan dapat
mencegah penuaan dini. Selain vitamin C, rosela juga mengandung vitamin B1, vitamin
B2, niasin dan vitamin D. Rosela juga kaya akan mineral, seperti kalsium, phosphor,
potassium, dan zat besi yang sangat penting untuk tubuh. Selain itu dari 22 asam amino
yang dibutuhkan oleh tubuh manusia, 18 diantaranya terpenuhi dari bunga rosela. Dua
diantaranya (arginin dan lisin) bersinergi dengan asam glutamate dan merangsang otak
untuk menggerakkan hormon tubuh manusia (Mangkurat, 2008).
Produk olahan kelopak maupun produk olahan minyak rosela berwarna
merah yang sangat menarik. Warna merah ini disebabkan kandungan antosianin
rosela yang cukup tinggi. Antosianin merupakan pigmen tumbuhan yang
memberikan warna merah dan berperan sebagai antioksidan yang dapat mencegah
kerusakan sel akibat paparan sinar UV berlebih (Mardiah, dkk. 2009 dan Wikipedia,
2010). Karena itu, rosela sering dijadikan sumber pewarna pada makanan. Bunga
rosela juga mengandung 3,19% pektin sehingga dapat digunakan sebagai sumber
Adapun komposisi kimia kelopak bunga rosela dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi kimia kelopak rosela segar per 100 g bahan
Komposisi Kimia Jumlah
Sumber : (Mardiah, dkk., 2009).
Jenis Pemanis
Acesulfam
Pemanis ini banyak digunakan sebagai gula meja dan pada berbagai macam
permen, makanan yang dipanggang, soft drink dan makanan penutup (dessert).
Penggunaan K-Acesulfam diijinkan sejak 1988. Pemanis ini adalah garam kalium
6-metil-1,2,3-oksatiozina-4 (3H)-on-2,2-dioksida dan merupakan glikosida fenolik.
Senyawa ini berbentuk serbuk kristal dengan kemanisan sekitar 200 kali kemanisan
gula. Daya manisnya dipengaruhi keasaman makanan yang ditambahi senyawa ini.
K-asesulfam lebih stabil dari pada pemanis lain. Pemanis hidrokarbon ini diperoleh
dari glikosida fenolik yang terdapat dalam kulit jeruk, anggur atau dari flavanoid
CAC (Codex Alimentarius Commision) mengatur maksimum penggunaan
K-acesulfam pada berbagai produk pangan berkisar antara 200 sampai dengan 1.000
mg/kg produk. FSANZ (Food Standard Australia New Zealand) mengatur
maksimum penggunaan K-acesulfam pada berbagai produk pangan berkisar antara
200 sampai dengan 3.000 mg/kg produk. Beberapa kajian memperlihatkan bahwa
K-acesulfam tidak dapat dicerna, bersifat non glikemik dan non karsinogenik, sehingga
JECFA (The Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives) menyatakan
aman untuk dikonsumsi manusia sebagai pemanis buatan dengan ADI sebanyak 15
mg/kg berat badan (POM RI, 2009).
Aspartam
Aspartam ditemukan secara kebetulan oleh James Schulter pada tahun 1965,
ketika mensintesis obat-obat untuk bisul atau borok. Aspartam adalah senyawa metil
ester dipeptida, yaitu L-aspartil-L-alanin-metilester dengan rumus C14H16N2O5
memiliki daya kemanisan 100-200 kali sukrosa (Cahyadi, 2009).
Penggunaan aspartam dalam minuman ringan, yang disimpan lama kurang
menguntungkan karena akan mengakibatkan turunnya rasa manis. Selain itu
aspartam tidak tahan panas sehingga tidak baik digunakan dalam bahan pangan yang
diolah melalui pemanasan (Cahyadi, 2009).
Aspartam merupakan produk bubuk kristal yang tidak berbau dan berwarna
putih serta kestabilannya sangatlah bergantung pada waktu, suhu, pH, dan aktivitas
air serta stabil apabila dalam keadaan kering. Sehingga hanya pada makanan yang
sedikit mengandung air saja rasa manis aspartam akan tetap bertahan. Aspartam
keadaan beku. Pada suhu 30oC hingga 80oC atau jika mengalami pemanasan atau
sterilisasi maka aspartam akan kehilangan rasa manisnya (Kompas Online, 2010).
Kajian digestif dari Monsanto memperlihatkan bahwa aspartam
dimetabolisme dan terurai secara cepat menjadi asam amino, asam aspartat,
fenilalanin, dan metanol, sehingga dapat meningkatkan kadar fenilalanin dalam
darah. Oleh karena itu pada label, perlu dicantumkan peringatan khusus bagi
penderita fenilketonuria. Penggunaan aspartam sesuai dengan petunjuk FDA dinilai
aman bagi wanita hamil. JECFA mengijinkan aspartam sebagai pemanis buatan
dengan ADI sebanyak 50 mg/kg berat badan (POM RI, 2009).
Stevia (Tropicana Slim®)
Stevia adalah genus dari sekitar 240 spesies tumbuhan dan semak dalam
keluarga bunga matahari (Asteraceae), asli daerah subtropis dan tropis dari barat
Amerika Utara ke Amerika Selatan. Spesies Stevia rebaudiana, umumnya dikenal
sebagai sweetleaf, daun manis, sugarleaf, atau hanya stevia, yang banyak ditanam
untuk daun manis yang dapat digunakan sebagai pemanis dan pengganti gula
(Wikipedia, 2011).
Ekstrak glikosida steviol yang memiliki hingga 300-400 kali manisnya gula,
stevia telah mendapat perhatian dan kenaikan permintaan alternatif makanan rendah
gula. Karena Stevia memiliki efek minimal terhadap glukosa darah, hal ini menarik
sebagai pemanis alami untuk orang-orang dalam mengendalikan dietnya (Wikipedia,
Sukrosa
Sukrosa adalah oligosakarida yang mempunyai peran penting dalam
pengolahan makanan dan banyak terdapat pada tebu. Untuk industri-industri
makanan biasa digunakan sukrosa dalam bentuk kristal halus atau kasar, dan dalam
jumlah yang banyak dipergunakan dalam bentuk cairan sukrosa (sirup). Pada
pembuatan sirup, gula pasir (sukrosa) dilarutkan dalam air dan dipanaskan, sebagian
sukrosa akan terurai menjadi glukosa dan fruktosa, yang disebut gula invert
(Winarno, 2002).
Sukrosa mempunyai sifat yang mudah larut dalam air, berbentuk kristal dan
mempunyai rasa manis sehingga sukrosa yang ditambahkan sebagai pemanis
terutama untuk meningkatkan cita rasa. Disamping itu juga digunakan sebagai
pengawet karena tekanan osmosisnya yang tinggi sehingga menyebabkan terjadinya
plasmolisis yang mengakibatkan kematian bagi mikroba (Buckle, dkk., 1987).
Bahan-bahan Tambahan
Dekstrin
Dekstrin adalah golongan karbohidrat dengan berat molekul tinggi yang
merupakan modifikasi pati dengan asam. Dekstrin mudah larut dalam air, lebih cepat
terdispersi, tidak kental serta lebih stabil daripada pati. Fungsi dekstrin yaitu
sebagai pembawa bahan pangan yang aktif seperti bahan flavor dan pewarna
yang memerlukan sifat mudah larut air dan bahan pengisi (filler) karena dapat meningkatkan berat produk dalam bentuk bubuk (Ribut dan Kumalaningsih,
Penambahan dekstrin ke dalam produk dapat mengurangi kerusakan
vitamin C. Fennema (1985) mengemukakan bahwa dekstrin tersusun atas unit
glukosa yang dapat mengikat air, sehingga oksigen yang larut dapat
dikurangi, akibatnya proses oksidasi dapat dicegah. Dekstrin memiliki sifat yang
dapat larut dalam air, lebih stabil terhadap suhu panas sehingga dapat melindungi
senyawa volatil dan senyawa yang peka terhadap panas atau oksidasi.
Asam Sitrat
Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun dan
buah tumbuhan genus Citrus (jeruk-jerukan). Senyawa ini merupakan bahan pengawet yang baik dan alami, selain digunakan sebagai penambah rasa asam
pada makanan dan minuman ringan. Dalam biokimia, asam sitrat dikenal
sebagai senyawa antara dalam siklus asam sitrat, yang penting dalam metabolisme
makhluk hidup, sehingga ditemukan pada hampir semua makhluk hidup (Wikipedia,
2009).
Keasaman asam sitrat didapat dari tiga gugus karboksil COOH yang
dapat melepas proton dalam larutan. Jika hal ini terjadi, ion yang dihasilkan
adalah ion sitrat. Sitrat sangat baik digunakan dalam larutan penyangga untuk
mengendalikan pH larutan. Ion sitrat dapat bereaksi dengan banyak ion logam
membentuk garam sitrat. Selain itu, sitrat dapat mengikat ion-ion logam dengan
pengkelatan, sehingga digunakan sebagai pengawet dan penghilang kesadahan air
Gum Arab
Gum arab merupakan serangkaian satuan-satuan D-galaktosa, L-arabinosa,
asam D-galakturonat dan L-ramnosa. Berat molekulnya antara 250.000 - 1.000.000.
Pada olahan pangan yang banyak mengandung gula, gum arab digunakan untuk
mendorong pembentukan emulsi lemak yang mantap dan mencegah kristalisasi gula.
Gum arab stabil dalam larutan asam dan dapat meningkatkan stabilitas dengan
peningkatan viskositas. Jenis pengental ini juga tahan panas pada proses yang
menggunakan panas namun akan lebih baik jika panasnya dikontrol untuk
mempersingkat waktu pemanasan karena gum arab dapat terdegradasi secara
perlahan-lahan dan mengurangi efisiensi emulsifikasi dan viskositas. Gum arab dapat
digunakan untuk pengikatan flavor, bahan pengental, pembentuk lapisan tipis dan
pemantap emulsi pada proses pembuatan produk makanan (Wikipedia, 2010).
Gum arab adalah eksudat kering dari pohon acacia. Senyawa ini merupakan
polisakarida kompleks yang mengandung anion kalsium, magnesium, dan kalium.
Gum arab merupakan salah satu dari beberapa gum yang memerlukan konsentrasi
tinggi untuk meningkatkan kekentalan dan dipakai sebagai penghambat
pengkristalan dan pengemulsi (deMan, 1997).
Natrium Bikarbonat (NaHCO3)
NaHCO3 akan menghasilkan gas CO2 yang dibutuhkan dalam proses
karbonasi. Proses yang paling penting dalam pembuatan minuman penyegar adalah
proses karbonasi karena rasa yang spesifik dan efek yang menyegarkan. Karbonasi
merupakan pelarutan CO2 di dalam air dengan kondisi suhu dan tekanan yang
terkontrol. Penyerapan CO2 akan semakin banyak dengan meningkatnya tekanan dan
murah dan tingkat kemurniannya tinggi, dan relatif tidak mempengaruhi rasa (Dania
dan Hidayat, 2005).
Reaksi NaHCO3 dalam air (Winarno, 2002) adalah sebagai berikut :
NaHCO3 Na+ + HCO3
-HCO3- + H2O H2CO3 + OH
-HCO3- CO3- + H
-Tahap Pembuatan Minuman Penyegar Sortasi
Kelopak bunga yang telah dipanen disortasi berdasarkan tingkat serangan
hama dan penyakit, tingkat kematangan, dan ukuran. Kelopak yang terserang kutu
daun, akan diselimuti oleh bahan lekat berwarna putih, sehingga perlu dipisahkan
dan dibersihkan terlebih dahulu (Mardiah, dkk. 2009).
Blansing
Blansing merupakan perlakuan pendahuluan untuk beberapa jenis sayuran
dan buah-buahan dengan tujuan mendapatkan mutu produk yang dikeringkan,
dikalengkan, dan dibekukan dengan kualitas baik. Proses blansing termasuk ke
dalam proses termal dan umumnya membutuhkan suhu berkisar 75-95oC selama
1-10 menit (Estiasih dan Ahmadi, 2009).
Pada dasarnya proses blansing bertujuan untuk menginaktifkan enzim-enzim
yang menyebabkan perubahan kualitas bahan pangan. Proses ini diterapkan terutama
pada bahan pangan segar yang mudah mengalami kerusakan akibat aktivitas enzim
Pencucian
Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran (tanah) yang
menempel, residu fungisida atau insektisida dan memperoleh penampakan yang baik.
Pencucian dapat dilakukan dengan menggunakan air atau dengan sikat (Baliwati,
dkk., 2004).
Penghancuran
Salah satu cara menghancurkan bahan pangan adalah menggunakan blender
dengan penambahan air. Kumalaningsih dan Suprayogi (2006) mengatakan
penambahan air bertujuan untuk memudahkan proses penghancuran. Proses
pencampuran dilakukan sampai halus untuk mengurangi endapan pada sari buah
yang dihasilkan.
Penyaringan
Proses penyaringan dapat dilakukan dengan kain saring atau saringan yang
halus. Tujuan dari penyaringan ini adalah untuk mengurangi biji atau daging
buah yang tidak hancur sempurna yang dapat menurunkan penampilan dari
produk yang dihasilkan (Kumalaningsih dan Suprayogi, 2006).
Pengeringan
Pengeringan merupakan suatu metoda untuk mengeluarkan
atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air
tersebut dengan menggunakan energi panas. Biasanya kandungan air bahan
tersebut dikurangi sampai batas tertentu sehingga mikroba tidak dapat tumbuh lagi
Selain untuk mengawetkan, pengeringan juga bertujuan untuk mengurangi
volume dan berat produk. Implikasinya adalah dapat mereduksi biaya operasional
yaitu biaya produksi, distribusi dan penyimpanan. Tujuan lain dari pengeringan
adalah untuk diversifikasi produk seperti inovasi pada produk sereal instan (instant cereal) dan minuman instan (instant beverages) (Estiasih dan Ahmadi, 2009).
Pencampuran
Proses pencampuran sari produk kering yang telah halus (bubuk instan yang
belum jadi) perlu penambahan asam sitrat 30%, pemanis, dan NaHCO3 sejumlah
35% yang kemudian dihomogenkan dengan blender (Kumalaningsih dan Suprayogi,
2006).
Pengayakan
Pengayakan dimaksudkan untuk menghasilkan campuran butir dengan
ukuran tertentu agar dapat diolah lebih lanjut atau agar diperoleh penampilan
atau bentuk komersial yang diinginkan (Bernasconi, et al., 1995).
Ayakan biasanya berupa anyaman dengan mata jala yang berbentuk
bujur sangkar atau empat persegi panjang, berupa plat yang berlubang-lubang
bulat atau bulat panjang. Selama proses pengayakan ukuran lobang ayakan harus
tetap konstan. Karakteristik ayakan ditentukan oleh : ukuran dalam mata jala, jumlah
mata jala (mesh) per satuan panjang, misalnya per cm atau per inchi, dan jumlah
Pengemasan
Mardiah, dkk. (2009) menyatakan rosela kering dapat dikemas dalam bentuk
kemasan konsumen atau kemasan pedagang (curah) dalam kantong yang dapat
BAHAN DAN METODA
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli – Oktober 2011 di Laboratorium
Analisa Kimia Bahan Pangan Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara.
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga rosela yang matang
dan berwarna merah tua yang diperoleh dari kebun rosela Biofood Teknologi. asam
sitrat, dekstrin, gum arab, aspartam, stevia (Tropicana Slim ®), acesulfame, dan
sukrosa.
Reagensia
Reagensia yang digunakan dalam penelitian ini adalah Iodin 0,01N, NaOH
0,1N dan akuades.
Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan digital,
erlenmeyer, blender, cawan aluminium, oven, pipet tetes, pipet skala, stirer, magnetic
Metode Penelitian (Bangun, 1991)
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap
(RAL), yang terdiri dari dua faktor, yaitu:
faktor I : Konsentrasi Gum arab (penstabil)
A1 = 1,%
A2 = 1,5%
A3 = 2%
A4 = 2,5%
faktor II : Jenis Pemanis
M1 = Aspartam
M2 = Stevia
M3 = Acesulfame
M4 = Sukrosa
Banyaknya kombinasi perlakuan adalah 16 dan setiap perlakuan dibuat dalam 2
ulangan.
Model Rancangan (Bangun, 1991)
Penelitian ini dilakukan dengan model rancangan acak lengkap (RAL) dua
faktorial dengan model sebagai berikut:
Ŷijk= µ + αi+ βj+ (αβ)ij+ εijk
dimana:
Ŷijk : Hasil pengamatan dari faktor A pada taraf ke-i dan faktor M pada taraf ke-j
dalam ulangan ke-k
µ : Efek nilai tengah
αi : Efek faktor A pada taraf ke-i
(αβ)ij : Efek interaksi faktor A pada taraf ke-i dan faktor M pada taraf ke-j
εijk : Efek galat dari faktor A pada taraf ke-i dan faktor M pada taraf ke-j dalam
ulangan ke-k
Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata dan sangat nyata maka dilanjutkan
dengan uji beda rataan, menggunakan uji Least Significant Range (LSR).
Pelaksanaan Penelitian
Dipilih kelopak rosela yang segar, sudah matang atau tua dan berwarna
merah. Kelopak rosela yang telah dicuci dengan air, kemudian diblanching dan
dihancurkan menggunakan blender dengan perbandingan kelopak rosela : air adalah
1 : 2. Campuran lalu disaring untuk mendapatkan sari dari kelopak rosela. Skema
pembuatan sari kelopak rosela dapat dilihat pada Gambar 1.
Selanjutnya sari kelopak rosela dipanaskan sampai suhu 40oC dan
ditambahkan dekstrin sebanyak 10%, dan penstabil (gum arab) sebanyak 1%, 1,5%,
2%, 2,5%. Kemudian campuran sari kelopak rosela dan penstabil tersebut disaring.
Filtrat sari kelopak rosela dikeringkan dalam oven blower dengan suhu 60oC selama
48 jam. Campuran sari kelopak rosela yang telah mengering ditepungkan dan diayak
lolos 80 mesh kemudian ditambahkan pemanis dengan tingkat kemanisan yang setara
dengan 100 gram sukrosa (bahan:gula= 1:1). Jika berat serbuk rosela 100 g maka
konsentrasi jenis pemanis yang ditambahkan adalah M1: 0,25 gram, M2: 8 gram, M3:
0,25 gram dan M4: 100 gram yang juga telah diayak lolos 80 mesh.
Bahan-bahan tambahan asam sitrat dan NaCHO3 secara terpisah dihaluskan
sehingga lolos 80 mesh. Kemudian campuran serbuk rosela kering ditambahkan
asam sitrat sebanyak 30% dari berat sari kelopak kering dan NaCHO3 sebanyak 35%
telah homogen lalu dikeringkan dengan suhu 50oC selama 30 menit. Kemudian
dikemas dengan alumunium foil dan dilakukan penyimpanan selama 1 minggu sebelum dianalisa. Produk disajikan dengan cara menimbang 7 gr serbuk minuman
penyegar rosela kemudian ditambahkan 150 ml air dingin dan diaduk selama 1
menit. Skema pembuatan serbuk minuman penyegar rosela dapat dilihat pada
Gambar 2.
Gambar 1. Skema pembuatan sari kelopak rosela Disortasi
Diblanching selama 5 menit
Pengambilan Sari Kelopak Rosela (Kelopak bunga rosela : air = 1:2 dengan Blender
Penyaringan
Sari Kelopak Rosela Dicuci
Gambar 2 : Skema pembuatan serbuk minuman penyegar rosela Dipanaskan dengan penambahan dekstrin 10%
dari sari kelopak rosela sampai mendidih
Campuran sari kelopak rosela disaring kembali
Campuran sari kelopak rosela dikeringkan dengan suhu 60oC selama 48 jam
Serbuk sari kelopak bunga rosela Misal 100 gr.
Sari kelopak rosela
Dikeringkan kembali 50oC selama 30 menit
Analisa Produk
Uji organoleptik aroma dan rasa (numerik)
Ditepungkan
Ditambahkan gum arab dengan konsentrasi yang telah ditentukan dari total sari kelopak rosela
Diayak lolos 80 mesh
Serbuk minuman penyegar dikemas selama 1 minggu
Pengamatan dan Pengukuran Data
Pengamatan dan pengukuran data dilakukan dengan cara analisis terhadap
parameter sebagai berikut:1) Kadar air (%), 2) Kadar vitamin C, 3) Total asam,
4) Daya larut, 5) Total padatan terlarut (TSS) oBrix, 6) Kecepatan larut
7) Uji organoleptik warna (numerik), dan 8) Uji organoleptik aroma dan rasa
(numerik)
Penentuan kadar air (dengan metode oven) (AOAC, 1984)
Ditimbang bahan sebanyak 5 gram di dalam aluminium foil yang telah diketahui berat kosongnya. Kemudian bahan tersebut dikeringkan dalam oven
dengan suhu sekitar 105 oC – 110 oC selama 3 jam, selanjutnya didinginkan di dalam
desikator selama 15 menit lalu ditimbang kembali. Setelah itu, bahan dipanaskan
kembali di dalam oven selama 30 menit, kemudian didinginkan kembali dengan
desikator selama 15 menit lalu ditimbang. Perlakuan ini diulangi sampai diperoleh
berat yang konstan.
Penentuan kadar vitamin C (Sudarmadji,dkk., 1984)
Kandungan vitamin C ditentukan dengan cara titrasi yaitu sebanyak 5 g
contoh, dimasukkan ke dalam beaker glass ukuran 200 ml dan ditambahkan aquades sampai 100 ml kemudian diaduk hingga merata dan disaring dengan kertas
saring. Filtrat diambil sebanyak 10 ml dengan menggunakan gelas ukur lalu
dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 2-3 tetes larutan pati 1% lalu dititrasi dengan menggunakan larutan iodium 0,01 N hingga terjadi perubahan
Vitamin C = ml I2 0,01N x 0,88 x fp x 100
Bahan ditimbang sebanyak 10 gram, dimasukkan ke dalam beaker glass dan
ditambahkan akuades sampai volume 100 ml. Diaduk hingga merata dan disaring
dengan kertas saring dan diambil filtratnya sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke
dalam erlenmeyer dan ditambahkan phenolptalein 1% 2-3 tetes. Kemudian dititrasi
dengan menggunakan NaOH 0,1N. Titrasi dihentikan setelah timbul warna merah
jambu yang stabil.
Total asam = ml NaOH x N NaOH x BM asam dominan x fp x 100 % Berat contoh (gr) x 1000 x valensi asam
fp = faktor pengencer (20)
Asam dominan = Asam sitrat (C6H8O7), BM = 192, valensi = 3
Penentuan daya larut (%) SNI (06-1451-1989)
Ditimbang bahan sebanyak 2 gr lalu dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml,
ditambahkan air sampai tanda tera. Dikocok selama 1 menit dan didiamkan selama
30 menit. Setelah itu disaring dengan menggunakan kertas saring, kemudian diambil
10 ml dan dituang ke dalam cawan porselin yang sudah ditimbang beratnya.
Kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu pertama 80oC untuk 1 jam
pertama, lalu langsung dinaikkan suhunya menjadi 90oC untuk 1 jam kedua dan
dinaikkan lagi menjadi 100oC untuk 1 jam ketiga, kemudian dikeluarkan dari oven
dan ditimbang. Sampel tersebut dimasukkan lagi ke dalam oven selama 30 menit,
lalu diangkat dan ditimbang. Perlakuan ini diulangi sampai diperoleh berat yang
Daya larut = 10 ( A – B ) x 100%
Total padatan terlarut (Muchtadi dan Sugiono, 1989).
Diambil bahan 2 gram dan ditambah akuades sebanyak 8 ml (volume total 10
ml). Hand refractometer terlebih dahulu distandarisasi dengan menggunakan akuades. Diambil sari yang sudah diencerkan dengan pipet tetes dan diteteskan pada
prisma hand refractometer. Diamati pembacaan skala dan dicatat nilainya. Kadar total padatan terlarutnya yaitu pembacaan skala dikalikan dengan 5.
Uji kecepatan larut (Yuwono dan Susanto, 1998)
Kecepatan larut serbuk penyegar dilakukan dengan cara melarutkan 7 gr
bahan dalam 150 ml air dan diaduk 10 kali. Waktu yang diperlukan serbuk penyegar
untuk larut dicatat, kemudian kecepatan larut serbuk penyegar dihitung dengan
rumus berikut:
Kecepatan larut (gram/detik) =
(detik)
Uji deskriptif warna (Soekarto, 1992)
Penentuan nilai organoleptik dilakukan dengan cara sampel disajikan dengan
standar merah dari sari rosela yang belum diolah. Kemudian panelis sebanyak 15
orang diminta untuk memberi penilaian terhadap warna seduhan serbuk penyegar
rosela dengan cara memberikan tanda (X) pada garis skala dimensi warna. Sampel
disajikan secara acak dengan memberikan kode pada bahan yang akan diuji.
Dimensi warna:
Uji organoleptik aroma dan rasa (Numerik) (Soekarto, 1985)
Penentuan nilai organoleptik dilakukan oleh panelis sebanyak 15 orang
terhadap aroma dan rasa dengan uji kesukaan secara hedonik sesuai dengan Tabel 2.
Sampel disajikan secara acak dengan memberikan kode pada bahan yang akan diuji.
Tabel 2. Skala uji hedonik terhadap aroma dan rasa (numerik)
Skala Hedonik Skala Numerik
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Konsentrasi Gum Arab terhadap Parameter yang Diamati.
Secara umum hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa
konsentrasi gum arab memberikan pengaruh terhadap kadar air, kadar vitamin C,
total asam, daya larut, total asam, total padatan terlarut, kecepatan larut dan uji
organoleptik (warna, aroma dan rasa) seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Pengaruh konsentrasi gum arab terhadap mutu minuman penyegar rosela. Konsentrasi Gum Arab (A) A1 =
Deskriptif Warna (numerik) 58,20 58,28 58,64 59,10
Organoleptik Aroma (numerik) 3,17 3,10 3,17 3,12
Organoleptik Rasa (numerik) 3,30 3,18 3,16 3,15
Pengaruh Jenis Pemanis terhadap Parameter yang Diamati
Secara umum hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa jenis
pemanis memberikan pengaruh terhadap kadar air, kadar vitamin C, total asam, daya
larut, total asam, total padatan terlarut, kecepatan larut dan uji organoleptik (warna,
aroma dan rasa) seperti pada Tabel 4.
Tabel 4. Pengaruh jenis pemanis terhadap mutu minuman penyegar rosela. Konsentrasi Jenis Pemanis (M) M1 :
Deskriptif Warna (numerik) 58,89 58,88 59,00 57,45
Organoleptik Aroma (numerik) 3,06 3,02 3,05 3,44
Kadar Air
Pengaruh penambahan gum arab terhadap kadar air minuman penyegar rosela
Dari hasil analisis ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa pengaruh
penambahan gum arab memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01)
terhadap kadar air serbuk minuman rosela yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh
konsentrasi gum arab terhadap kadar air serbuk penyegar rosela dapat dilihat pada
Tabel 5.
Tabel 5. Uji LSR efek utama pengaruh penambahan gum arab terhadap kadar air minuman penyegar rosela
Jarak LSR Penambahan Rataan Notasi
0,05 0,01 Gum Arab 0,05 0,01
- - - A1 = 1,0% 3,61 a A
2 0,119 0,164 A2 = 1,5% 3,36 b B
3 0,125 0,172 A3 = 2,0% 3,21 c C
4 0,128 0,176 A4 = 2,5% 2,96 d D
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa perlakuan A1 berbeda sangat nyata
dengan A2, A3 dan A4. Perlakuan A2 berbeda sangat nyata dengan A3 dan A4.
Perlakuan A3 berbeda sangat nyata dengan A4. Kadar air tertinggi diperoleh pada
perlakuan A1 yaitu sebesar 3,61% dan terendah terdapat pada A4 yaitu sebesar
2,96%.
Pada Gambar 3 dapat diketahui semakin tinggi konsentrasi gum arab maka
Gambar 3. Hubungan penambahan gum arab terhadap kadar air minuman penyegar rosela
Pengaruh jenis pemanis terhadap kadar air minuman penyegar rosela
Dari daftar analisis ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa jenis pemanis
memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air serbuk
penyegar rosela yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh jenis pemanis terhadap
kadar air serbuk penyegar rosela dapat dilihat pada Tabel 6.
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa perlakuan M1 berbeda nyata dengan M2, M4
dan berbeda tidak nyata M3. Perlakuan M2 berbeda tidak nyata dengan M3 dan
berbeda sangat nyata dengan M4. Perlakuan M3 berbeda sangat nyata dengan M4.
Kadar air tertinggi terdapat perlakuan M1 yaitu sebesar 3,99% dan terendah terdapat
pada M4 yaitu sebesar 1,88%.
Pada gambar 4 dapat diketahui bahwa perlakuan menggunakan sukrosa,
kadar air pada serbuk minuman penyegar paling rendah diantara perlakuan dengan
Tabel 6. Uji LSR efek utama pengaruh jenis pemanis terhadap kadar air minuman penyegar rosela
Jarak LSR Jenis Pemanis Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - M1 : Aspartam 3,99 a A
2 0,119 0,164 M2 : Stevia 3,72 b B
3 0,125 0,172 M3 : Asesulfam 3,56 c BC
4 0,128 0,176 M4 : Sukrosa 1,88 d D
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Hubungan antara jenis pemanis terhadap kadar air pada serbuk minuman
penyegar rosela dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar
4. Hubungan jenis pemanis terhadap kadar air minuman penyegar rosela
Pengaruh interaksi antara penambahan gum arab dan jenis pemanis terhadap kadar air minuman penyegar rosela
Dari hasil analisis ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa konsentrasi gum
arab dan jenis pemanis memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01)
terhadap kadar air serbuk penyegar rosela yang dihasilkan, uji LSR dapat dilihat pada
Dari hasil analisis ragam pada lampiran 1 dapat dilihat bahwa interaksi
perlakuan antara penambahan gum arab dan jenis pemanis memberikan pengaruh
yang berbeda sangat nyata terhadap kadar air. Kadar air tertinggi terdapat pada
perlakuan A2M1 yaitu sebesar 4,20% dan terendah terdapat pada A2M4 yaitu sebesar
1,71%.
Tabel 7. Uji LSR efek utama interaksi antara penambahan gum arab dan jenis pemanis terhadap kadar air minuman penyegar rosela
Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi
Hubungan interaksi antara penambahan gum arab dan jenis pemanis terhadap
kadar air dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 menunjukkan bahwa semakin
tinggi penambahan gum arab dan penggunaan sukrosa maka kadar air pada serbuk
penyegar rosela semakin rendah. Hal ini terjadi dikarenakan kemampuan gum arab
untuk mengikat air (Winarno dan Rahayu, 1994) dan merupakan pemantap dan
membantu terbentuknya sistem dispersi yang homogen pada makanan dan minuman
(Sulaiman, 2007) dibandingkan aspartam, stevia, dan acesulfam. Sehingga menyebabkan
kadar air serbuk rosela dengan pemanis sukrosa menjadi rendah dibandingkan serbuk
rosela dengan jenis pemanis lainnya.
Gambar 5. Interaksi antara penambahan gum arab dan jenis pemanis terhadap kadar air minuman penyegar rosela
Kadar Vitamin C
Pengaruh konsentrasi gum arab terhadap kadar vitamin C minuman penyegar rosela
Dari daftar analisis ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa pengaruh
konsentrasi gum arab memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap
kadar vitamin C serbuk penyegar rosela yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh
konsentrasi terhadap kadar vitamin C air serbuk penyegar rosela dapat dilihat pada
Tabel 8 berikut ini.
Tabel 8. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi gum arab terhadap kadar vitamin C minuman penyegar rosela
Jarak LSR Penambahan Rataan Notasi
0,05 0,01 Gum Arab 0,05 0,01
- - - A1 = 1,0% 140,33 d D
2 0,76 1,04 A2 = 1,5% 144,72 c C
3 0,79 1,09 A3 = 2,0% 146,77 b B
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa perlakuan A1 memberikan pengaruh,
berbeda sangat nyata dengan A2, A3 dan A4. Perlakuan A2 berbeda sangat nyata
dengan A3 dan A4. Perlakuan A3 berbeda sangat nyata dengan A4. Kadar vitamin C
tertinggi terdapat pada perlakuan A4 yaitu sebesar 149,98 mg/100 g bahan dan
terendah terdapat pada A1 yaitu sebesar 140,33 mg/ 100 g bahan.
Hubungan antara konsentrasi gum arab terhadap kadar vitamin C dapat
dilihat pada Gambar 6 yaitu semakin tinggi konsentrasi gum arab yang ditambahkan
maka semakin tinggi kadar vitamin C minuman penyegar rosela.
Gambar 6. Hubungan konsentrasi gum arab terhadap kadar vitamin C minuman penyegar rosela
Pengaruh jenis pemanis terhadap kadar vitamin C minuman penyegar rosela
Dari daftar analisis ragam (Lampiran 2) dapat dilihat jenis pemanis
memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar vitamin C
serbuk penyegar rosela yang dihasilkan, sehingga hasil uji LSR pengaruh jenis
pemanis terhadap kadar vitamin C air serbuk penyegar rosela dapat dilihat pada
Tabel 9. Uji LSR efek utama pengaruh jenis pemanis terhadap kadar vitamin C minuman penyegar rosela
Jarak LSR Jenis Pemanis Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - M1 : Aspartam 147,82 a A
2 0,76 1,04 M2 : Stevia 147,04 ab A
3 0,79 1,09 M3 : Asesulfam 147,65 b A
4 0,81 1,12 M4 : Sukrosa 139,30 c B
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Hubungan jenis pemanis terhadap kadar vitamin C dapat dilihat pada Gambar
7 yaitu penggunaan sukrosa pada minuman penyegar rosela membuat kadar vitamin
C paling rendah dibandingkan dengan perlakuan dengan jenis pemanis lainnya.
Gambar 7. Hubungan jenis pemanis terhadap kadar vitamin C minuman penyegar rosela
Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan A1 memberikan pengaruh tidak
berbeda nyata dengan A2, berbeda nyata dengan A3, berbeda sangat nyata dengan A4.
Perlakuan A2 tidak berbeda nyata dengan A3 tetapi berbeda sangat nyata dengan A4.
pada perlakuan A1 yaitu sebesar 147,82mg/100 g bahan dan terendah terdapat pada
A4 yaitu sebesar 139,30 mg/ 100 g bahan.
Pengaruh interaksi antara konsentrasi gum arab dan jenis pemanis terhadap kadar vitamin C minuman penyegar rosela
Dari hasil analisis ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa konsentrasi gum
arab dan jenis pemanis memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01)
terhadap kadar vitamin C serbuk penyegar rosela yang dihasilkan, uji LSR dapat
dilihat pada Tabel 10 sebagai berikut.
Tabel 10. Uji LSR efek utama interaksi antara penambahan gum arab dan jenis pemanis terhadap kadar vitamin C minuman penyegar rosela
Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi
Dari hasil analisis ragam pada lampiran 2 dapat dilihat bahwa interaksi
perlakuan antara penambahan gum arab dan jenis pemanis memberikan pengaruh
yang berbeda sangat nyata terhadap kadar vitamin C. Kadar vitamin C tertinggi
terdapat pada perlakuan A4M1 yaitu sebesar 153,91 mg/100 gr bahan dan terendah
Hubungan interaksi antara penambahan gum arab dan jenis pemanis terhadap
kadar vitamin C dapat dilihat pada Gambar 8. Semakin tinggi konsentrasi gum arab
pada masing-masing jenis pemanis akan meningkatkan kadar vitamin C dalam
serbuk penyegar rosela yang dihasilkan. Hal ini disebabkan gum arab melindungi
vitamin C dari proses oksidasi karena gum arab dapat membentuk lapisan untuk
melindungi partikel flavor dari oksidasi, evaporasi dan absorbsi udara (Tranggono,
dkk., 1990). Penggunaan sukrosa pada semua perlakuan konsentrasi gum arab
menghasilkan kadar vitamin C yang lebih rendah dibandingkan penggunaan pemanis
jenis lainnya. Kadar vitamin C rendah diduga karena perbandingan jumlah sukrosa
yang ditambahkan lebih banyak dibandingkan jenis pemanis lainnya. Jumlah vitamin
C yang mungkin ada berasal dari serbuk rosela. Pada perlakuan tersebut untuk setiap
pengujian sampel bahan terdapat 50% sukrosa dibandingkan dengan 0,25%
aspartam, 7,4 % stevia, dan 0,25% asesulfam dari berat sampel keseluruhan.
Total Asam
Pengaruh konsentrasi gum arab terhadap total asam minuman penyegar rosela
Dari daftar analisis ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa konsentrasi gum
arab memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap total asam
serbuk penyegar rosela yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh konsentrasi gum
arab terhadap total asam serbuk penyegar rosela dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Uji LSR efek utama konsentrasi gum arab terhadap total asam minuman penyegar rosela
Jarak LSR Penambahan Rataan Notasi
0,05 0,01 Gum Arab 0,05 0,01
- - - A1 = 1,0% 3,88 b B
2 0,104 0,143 A2 = 1,5% 3,99 b B
3 0,109 0,150 A3 = 2,0% 4,18 ab AB
4 0,112 0,154 A4 = 2,5% 4,27 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Gambar 9. Hubungan konsentrasi gum arab terhadap total asam minuman penyegar rosela
Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa perlakuan A1 memberikan pengaruh tidak
berbeda sangat nyata dengan A3, dan A4. Perlakuan A3 berbeda tidak nyata dengan
A4. Total asam tertinggi terdapat pada perlakuan A4 yaitu sebesar 4,27% dan
terendah terdapat pada A1 yaitu sebesar 3,88%. Semakin tinggi konsentrasi gum arab
maka total asam serbuk penyegar rosela semakin meningkat. Hal ini karena gum arab
digunakan untuk pengikatan flavor, bahan pengental, pembentuk lapisan tipis dan
pemantap emulsi pada proses pembuatan produk makanan Wikipedia (2010)
sehingga asam-asam pada serbuk rosela terikat dan tidak hilang saat pengolahan.
Pengaruh jenis pemanis terhadap total asam minuman penyegar rosela
Dari daftar analisis ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa jenis pemanis
memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap total asam serbuk
penyegar rosela yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh jenis pemanis terhadap
total asam serbuk penyegar rosela dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Uji LSR efek utama jenis pemanis terhadap total asam minuman penyegar rosela
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa perlakuan M1 memberikan pengaruh
berbeda tidak nyata dengan M2 dan berbeda sangat nyata dengan M3 dan M4.
Perlakuan M2 berbeda sangat nyata dengan M3 dan M4. Perlakuan M3 berbeda sangat
nyata dengan A4. Total asam tertinggi terdapat pada perlakuan M3 yaitu sebesar
4,63% dan terendah terdapat pada M4 yaitu sebesar 2,69%.
Pada Gambar 10 dapat dilihat bahwa total asam yang begitu rendah pada
banyak dibandingkan dengan jenis pemanis lain yang digunakan, sehingga total asam
M4 lebih rendah dari perlakuan dengan jenis pemanis lain.
Gambar 10. Hubungan jenis pemanis terhadap total asam minuman penyegar rosela
Pengaruh interaksi antara konsentrasi gum arab dan jenis pemanis terhadap total asam minuman penyegar rosela
Dari daftar analisis ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa interaksi
konsentrasi gum arab dan jenis pemanis memberikan pengaruh yang berbeda tidak
nyata (P>0,05) terhadap total asam serbuk penyegar rosela yang dihasilkan, sehingga
uji LSR tidak dilanjutkan
Daya Larut
Pengaruh konsentrasi gum arab terhadap daya larut minuman penyegar rosela
Dari daftar analisis ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa konsentrasi gum
arab memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap daya larut
serbuk penyegar rosela. Hasil uji LSR pengaruh perbandingan konsentrasi gum arab
Tabel 13. Uji LSR efek utama konsentrasi gum arab terhadap daya larut minuman penyegar rosela
Jarak LSR Penambahan Rataan Notasi
0,05 0,01 Gum Arab 0,05 0,01
- - - A1 = 1,0% 62,05 b B
2 1,470 2,023 A2 = 1,5% 62,84 b B
3 1,543 2,126 A3 = 2,0% 65,58 a A
4 1,582 2,180 A4 = 2,5% 66,89 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa perlakuan A1 memberikan pengaruh tidak
berbeda nyata dengan A2 tetapi berbeda sangat nyata dengan A3 dan A4. Perlakuan
A2 berbeda sangat nyata dengan A3 dan A4. Perlakuan A3 berbeda tidak nyata
dengan A4. Daya larut tertinggi terdapat pada perlakuan A4 yaitu sebesar 66,89% dan
terendah terdapat pada A1 yaitu sebesar 62,05%.
Hubungan antara konsentrasi gum arab terhadap daya larut pada serbuk
penyegar rosela dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11 menunjukkan bahwa
semakin tinggi konsentrasi gum arab yang ditambahkan pada serbuk penyegar, maka
daya larut pada serbuk penyegar rosela akan semakin tinggi. Menurut Winarno
(1992) gum arab mampu meningkatkan daya larut dalam air karena gum arab
merupakan polisakrida yang memiliki gugus hidrofil sehingga kelarutannnya dalam
Gambar 11. Hubungan konsentrasi gum arab terhadap daya larut minuman penyegar rosela
Pengaruh jenis pemanis terhadap daya larut minuman penyegar rosela
Dari daftar analisis ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa jenis pemanis
memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap daya larut
serbuk penyegar rosela. Hasil uji LSR jenis pemanis terhadap daya larut serbuk
rosela dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Uji LSR efek utama jenis pemanis terhadap daya larut minuman penyegar rosela
Jarak LSR Jenis Pemanis Rataan Notasi
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - M1 : Aspartam 65,26 ab AB
2 1,470 2,023 M2 : Stevia 66,72 a A
3 1,543 2,126 M3 : Asesulfam 64,04 b B
4 1,582 2,180 M4 : Sukrosa 61,34 c C
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa perlakuan M1 memberikan pengaruh
berbeda tidak nyata dengan M2 dan M3 tetapi berbeda sangat M4. Perlakuan M2