• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Sektor Informal Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Kecamatan Medan Tuntungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peranan Sektor Informal Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Kecamatan Medan Tuntungan"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PERANAN SEKTOR INFORMAL TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

ANDRI MARLIA 050501051

EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(2)

ABSTRACT

The objective of research is to know the comparison of labor absorption in informal sector. The level of comparison intended is what is the effect of independent variables: number of business capital, education, and business experience on dependent variable: labor of informal sector in subdistrict of Medan Tuntungan.

The method of research conducted was field research, the collection of data was accomplished by direct interview and distribution of questionnaires, and then the collected data was processed and analyzed by using OLS (Ordinary Least Square) method via computer program of EVIEWS 4.1.

The result of research indicated that number of business capital has negative and significant effect, while volume of sale, education and business experience has positive and significant effect on labor absorption in informal sector in subdistrict of Medan Tuntungan.

Keywords : Labor, Business Capital, Volume of Sale, Educational Level and Business Experience.

(3)

ABSTRAK

Tujuan penelitian yang dilakukan ini adalah untuk mengetahui perbandingan tingkat penyerapan tenaga kerja sektor informal. Adapun tingkat perbandingan yang dimaksud ialah bagaimana pengaruh variabel independent yaitu Jumlah Modal Usaha, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman Usaha terhadap variabel dependent yaitu Tenaga Kerja sektor informal di Kecamatan Medan Tuntungan.

Metode penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian lapangan, pengumpulan data-data yang dilakukan dengan wawancara langsung dengan alat kuisioner selanjutnya data yang telah terkumpul diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) menggunakan program komputer EVIEWS 4.1.

Hasil penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa Jumlah Modal Usaha mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan sedangkan Omset Penjualan, Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Usaha memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja sektor informal di Kecamatan Medan Tuntungan.

(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji dan syukur yang sedalam-dalamnya penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena dengan berkat dan rahmat-Nya, penulis masih diberikan kesehatan dan kesempatan serta kemudahan dalam mengerjakan skripsi ini serta Nabi Muhammad SAW atas doa serta syafaatnya.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa hasil yang diperoleh masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis akan menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

Namun terlepas dari segala kekurangan yang ada pada penulisan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, S.E, M.Ec sebagai Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

(5)

4. Ibu Dr. Murni Daulay, SE, MSi, sebagai Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan semangat pantang menyerah kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Inggrita Gusti Sari, SE, MSi, sebagai Dosen Pembanding I Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Dr. Irsyad Lubis, SE, M.Soc, PhD, sebagai Dosen Pembanding II Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

7. Semua Dosen yang telah memberikan ilmunya pada Penulis selama di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

8. Orangtuaku tercinta, Ayahanda Sukarman dan Ibunda Syahliah yang telah sabar dan mencurahkan segenap kasih sayangnya dan segala pengorbanannya serta doa dan ridhonya sehingga penulis dapat memperoleh pendidikan tinggi dan dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. My Husband Herry Sahputra, SE. Terima kasih atas motivasi, waktu, doa dan

seluruh kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini.

10. Adik-adik ku, Arfidsyah, Ardiassyah dan Afrizal. Terima kasih atas semangat dan doanya.

11. Temen-temen ku, Tiwie, Merin, Vica, Marina, Qiki, Tia, temen-temen satu perjuangan seluruhnya EP’05 dan semua temen-temenku yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Thank you for all.

(6)

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata kiranya tulisan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan, terutama dalam penerapan serta pengembangan ilmu ekonomi di Indonesia.

Wassalamualaikum wr. wb. Medan, Maret 2010

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRACT...i

ABSTRAK...ii

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR GAMBAR...ix

DAFTAR LAMPIRAN...x

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Perumusan Masalah...6

1.3 Hipotesis...6

1.4 Tujuan Penelitian………...……….7

1.5 Manfaat Penelitian………...…………...8

BAB II URAIAN TEORITIS...9

2.1 Pembangunan Ekonomi...9

2.1.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi...9

2.1.2 Tujuan pembangunan Ekonomi...10

2.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik...12

(8)

2.4 Konsep Pemberdayaan Sektor Informal...16

2.4.1 Pemberdayaan Sektor Informal...16

2.4.2 Peranan Masyarakat Pada Sektor Informal...16

2.4.3 Ciri-Ciri Sektor Informal...18

2.4.4 Kekuatan dan Kelemahan Sektor Informal...21

2.4.5 Pembinaan dan Pengembangan Sektor Informal...22

2.5 Tenaga Kerja...23

2.5.1 Pengertian Ketenagakerjaan...23

2.5.2 Teori Ketenagakerjaan...24

2.6 Teori Modal...26

2.6.1 Pengertian Modal...26

2.6.2 Modal Usaha...27

2.6.3 Manfaat Modal...28

2.6.4 Akumulasi Modal...28

2.7 Omset Penjualan (Pendapatan Pedagang)...28

2.8 Tingkat Pendidikan...30

2.8.1 Pengertian Pendidikan...30

2.8.2 Bentuk-bentuk Pendidikan...30

2.9 Pengalaman Usaha...31

BAB III METODE PENELITIAN...32

3.1 Lokasi Penelitian...32

(9)

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data...34

3.4 Pengolahan Data...34

3.5 Model Analisis Data...35

3.6 Test of Goodness of Fit ( Uji Kesesuaian )……….……...……36

3.6.1 Koefisien Determinasi ( R-Squere )………...…………..36

3.6.2 Uji t-statistik ( Uji Parsial )…………...………...…...………37

3.6.3 Uji F-statistik ( Uji Keseluruhan )...38

3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik………...…...…...………..38

3.7.1 Uji Multikolinearity...38

3.8 Definisi Operasional………...…………...………..39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………..……….………...40

4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian………....………….40

4.1.1 Kondisi Geografis Kecamatan Medan Tuntungan………....……....40

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan...45

4.2.1 Identitas Responden...45

4.2.2 Kelompok Umur...46

4.2.3 Jenis Usaha Pedagang...47

4.2.4 Pendidikan Responden...47

4.2.5 Jumlah Hari dan Jam Kerja...48

4.2.6 Jumlah Modal Usaha………...48

4.2.7 Penghasilan Responden………...….49

(10)

4.3.1 Hasil Estimasi Model………...…….……….50

4.3.2 Interpretasi Model………...……….………..51

4.3.3 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian)………....……..52

a. Analisis Koefisien Determinasi………...…….………..52

b. Uji t-statistik (Uji parsial)...53

c. Uji F-statistik (Uji Overall)...59

4.3.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik...60

a. Multikolinearity...60

4.3.5 Interpretasi Model………...…………...………...63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………...……...……....65

5.1 Kesimpulan………...……….………65

5.2 Saran……….….66

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

No.Tabel Judul Halaman

3.1 Kelurahan yang terdapat di Kecamatan Medan Tuntungan...33

4.1 Kelurahan yang terdapat di Kecamatan Medan Tuntungan...40

4.2 Data Umum Kecamatan Medan Tuntungan...41

4.3 Pelayanan Umum di Kecamatan Medan Tuntungan...42

4.4 Pendidikan di Kecamatan Medan Tuntungan...42

4.5 Perdagangan di Kecamatan Medan Tuntungan...43

4.6 Data Kelurahan...44

4.7 Jumlah Responden...45

4.8 Umur Responden...46

4.9 Jenis Usaha...47

5.0 Pendidikan Responden...48

5.1 Modal Usaha per Bulan...49

(12)

DAFTAR GAMBAR

No.Gambar Judul Halaman

4.1 Uji t-Statistik Modal Usaha (X1)...54

4.2 Uji t-Statistik Omset Penjualan (X2)...55

4.3 Uji t-Statistik Tingkat Pendidikan (X3)...57

4.4 Uji t-Statistik Pengalaman Usaha (X4)...58

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabel Data Primer Pedagang Makanan dan Minuman di Kecamatan

Medan Tuntungan (4 Variabel)...xiii

Lampiran 2 Regresi Linier...xv

Lampiran 3 Uji Multikolinieritas...xvi

Tabel Data Primer Pedagang Makanan dan Minuman di Kecamatan Medan Tuntungan (3 Variabel)...xviii

Regresi Linier...xx

Uji Multikolinieritas...xxi

(14)

ABSTRACT

The objective of research is to know the comparison of labor absorption in informal sector. The level of comparison intended is what is the effect of independent variables: number of business capital, education, and business experience on dependent variable: labor of informal sector in subdistrict of Medan Tuntungan.

The method of research conducted was field research, the collection of data was accomplished by direct interview and distribution of questionnaires, and then the collected data was processed and analyzed by using OLS (Ordinary Least Square) method via computer program of EVIEWS 4.1.

The result of research indicated that number of business capital has negative and significant effect, while volume of sale, education and business experience has positive and significant effect on labor absorption in informal sector in subdistrict of Medan Tuntungan.

Keywords : Labor, Business Capital, Volume of Sale, Educational Level and Business Experience.

(15)

ABSTRAK

Tujuan penelitian yang dilakukan ini adalah untuk mengetahui perbandingan tingkat penyerapan tenaga kerja sektor informal. Adapun tingkat perbandingan yang dimaksud ialah bagaimana pengaruh variabel independent yaitu Jumlah Modal Usaha, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman Usaha terhadap variabel dependent yaitu Tenaga Kerja sektor informal di Kecamatan Medan Tuntungan.

Metode penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian lapangan, pengumpulan data-data yang dilakukan dengan wawancara langsung dengan alat kuisioner selanjutnya data yang telah terkumpul diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) menggunakan program komputer EVIEWS 4.1.

Hasil penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa Jumlah Modal Usaha mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan sedangkan Omset Penjualan, Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Usaha memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja sektor informal di Kecamatan Medan Tuntungan.

(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tujuan pembangunan nasional yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata baik material maupun spiritual. Pembangunan nasional juga merupakan wujud pelaksanaan demokrasi ekonomi yang merupakan upaya pembangunan yang dilandasi dengan jiwa dan semangat kebersamaan dan kekeluargaan, dimana koperasi dan usaha kecil di kembangkan sebagai gerakan ekonomi rakyat yang sehat, kuat, tangguh, dan mandiri sehingga dapat berperan sebagai sokoguru perekonomian nasional. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi harus diarahkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat serta mengatasi ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial. Oleh karena itu, pertumbuhan itu harus didukung oleh peningkatan produktivitas dan efisiensi serta sumber daya manusia yang berkualitas.

Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah bertujuan meningkatkan jenis dan jumlah peluang kerja. Pembangunan ekonomi daerah di era otonomi menghadapi berbagai tantangan baik internal maupun eksternal, seperti masalah kesenjangan dan iklim globalisasi, yang akhirnya menuntut tiap-tiap daerah untuk mampu bersaing di dalam dan luar negeri. Kesenjangan dan globalisasi berimplikasi kepada propinsi, kabupaten atau kota untuk melaksanakan percepatan pembangunan ekonomi daerah melalui pembangunan ekonomi daerah berdasarkan potensi sektor unggulan yang dimiliki oleh masing-masing daerah.

(17)

sektor yang satu dengan sektor lain. Pembangunan ekonomi kota Medan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Propinsi Sumatera Utara Tahun 2006, diantaranya dengan menempatkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) pada posisi yang strategis untuk mempercepat pertumbuhan struktural dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak, serta sebagai wadah kegiatan usaha bersama bagi produsen maupun konsumen. Pengembangan UMKM merupakan langkah strategis dalam meningkatkan dan memperkuat dasar kehidupan perekonomian sebagian besar rakyat Indonesia, khususnya dalam hal menyediakan lapangan kerja, mengurangi kesenjangan dan kemiskinan, mempercepat pemulihan ekonomi, serta memperkuat landasan pembangunan yang berkelanjutan dan keadilan berdasarkan sistem ekonomi kerakyatan.

(18)

sebesar 99% dalam jumlah badan usaha di Indonesia dan 99,6% dalam penyerapan tenaga kerja.

Sektor informal merupakan unit-unit usaha tidak resmi berskala kecil yang menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa tanpa memiliki izin usaha dan atau izin lokasi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sektor informal kini menjadi salah satu kebijakan eksplisit ekonomi dalam pembangunan nasional, dimana sektor informal diharapkan dapat berperan sebagai penyelamat serta penopang dalam menghadapi permasalahan ekonomi seperti lapangan kerja bagi angkatan kerja yang tidak dapat terserap dalam sektor formal.

Konsep sektor informal pertama kali muncul di dunia ketiga, yaitu ketika dilakukan serangkaian penelitian tentang pasar tenaga kerja perkotaan di negara Afrika oleh Keith Hart, serta orang yang pertama kali memperkenalkan konsep sektor informal pada tahun 1971.

Di Indonesia sendiri dijelaskan bahwa belum ada kebulatan pendapat tentang batasan yang tepat untuk sektor informal di Indonesia. Akan tetapi ada kesepakatan tidak resmi antara para ilmuwan yang terlihat dalam penelitian masalah-masalah sosial untuk menerima definisi kerja sektor informal di Indonesia sebagai berikut:

• Sektor yang tidak menerima bantuan atau proteksi ekonomi dari pemerintah. • Sektor yang belum dapat menggunakan (karena tidak punya akses) bantuan,

meskipun pemerintah telah menyediakannya.

(19)

Berkembangnya sektor informal yang terjadi di kota-kota besar khususnya di negara berkembang seperti Indonesia disebabkan karena terbatasnya daya serap sektor modern atau formal terhadap angkatan kerja. Terbatasnya daya serap sektor formal atau modern karena tenaga kerja yang dibutuhkan adalah mereka yang mempunyai pendidikan atau ketrampilan yang tinggi, namun disisi lain sebagian besar tenaga kerja di Indonesia masih mempunyai pendidikan yang rendah. Oleh sebab itu, tenaga kerja yang tidak terserap di sektor formal masuk ke sektor informal yang tidak membutuhkan persyaratan seperti di sektor formal.

Peran sektor informal kota sangat strategis sebagai katup pengaman pengangguran. Di saat situasi krisis melanda Indonesia dan mengakibatkan bertambahnya pengangguran, maka peluang satu-satunya yang dapat menyelamatkan nasib pengangguran tersebut adalah adanya sektor informal. Persoalan sektor informal selain kenyataan bahwa sektor informal bisa menjadi katup penyelamat dan mendorong pertumbuhan ekonomi perkotaan, sektor informal juga menjadi salah satu penyebab persoalan penataan ruang dan ekonomi perkotaan.

(20)

Secara keseluruhan sektor informal diperkirakan menyumbang sekitar lebih dari 50% PDB (Produk Domestik Bruto) dan kebanyakan berada disektor perdagangan dan pertanian serta sekitar 10% dari hasil ekspor. Meski tidak tersedia data yang terpercaya, namun BPS (tanpa tahun) mengindikasikan bahwa pekerja industri skala menengah telah turun secara relatif sebesar 10% dari keseluruhan pekerja pada pertengahan tahun 1980-an menjadi sekitar 5% diakhir tahun 1990-1980-an.

Pengembangan dan perlindungan usaha kecil dan sektor informal harus bertumpu pada mekanisme pasar yang sehat dan adil. Pemerintah daerah perlu melakukan langkah strategis yang harus ditempuh demi perlindungan usaha kecil dan sektor informal. Kebanyakan usaha sektor informal dibentuk dari ekonomi kerakyatan, keberadaannya di era otonomi daerah merupakan potensi yang harus digali dan dikembangkan karena dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup tinggi dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana tujuan dari pembangunan daerah. Kondisi ini dialami oleh pemerintah Kota Medan dengan potensi jasa dan industri yang dimilikinya, agar mampu mendorong peningkatan jumlah unit usaha kecil maupun sektor informal. Dimana salah satu wujud dari sektor informal adalah Pedagang Makanan dan Minuman. Pedagang makanan dan minuman ini yang menjadi fokus utama dari penelitian.

(21)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis menyimpulkan perumusan masalah sebagai kajian dari objek yang diteliti. Perumusan masalah yang dapat disimpulkan antara lain:

1. Seberapa besar pengaruh Modal Usaha terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pedagang Makanan dan Minuman di Kecamatan Medan Tuntungan?

2. Seberapa besar pengaruh Omset Penjualan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pedagang Makanan dan Minuman di Kecamatan Medan Tuntungan?

3. Seberapa besar pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pedagang Makanan dan Minuman di Kecamatan Medan Tuntungan?

4. Seberapa besar pengaruh Pengalaman Usaha terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pedagang Makanan dan Minuman di Kecamatan Medan Tuntungan?

1.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang ada, dimana kebenarannya masih perlu untuk dikaji dan diteliti melalui data-data yang telah tersedia. Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut:

(22)

2. Omset Penjualan berpengaruh positif terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pedagang Makanan dan Minuman di Kecamatan Medan Tuntungan, ceteris

paribus.

3. Tingkat Pendidikan berpengaruh positif terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pedagang Makanan dan Minuman di Kecamatan Medan Tuntungan, ceteris

paribus.

4. Pengalaman Usaha berpengaruh positif terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pedagang Makanan dan Minuman di Kecamatan Medan Tuntungan, ceteris

paribus.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Modal Usaha terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pedagang Makanan dan Minuman di Kecamatan Medan Tuntungan. 2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Omset Penjualan terhadap Penyerapan

(23)

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai tambahan wawasan ilmiah dan ilmu pengetahuan bagi penulis dalam disiplin ilmu yang penulis tekuni.

2. Sebagai tambahan informasi dan masukan bagi mahasiswa/i Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara terutama mahasiswa/i Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

3. Sebagai masukan maupun perbandingan bagi kalangan akademisi dan peneliti lain yang tertarik dan menaruh perhatian pada penelitian sejenis.

4. Sebagai penambah, pelengkap, sekaligus pembanding hasil-hasil penelitian yang sudah ada menyangkut topik yang sama.

(24)

BAB II

URAIAN TEORITIS 2.1 Pembangunan Ekonomi

2.1.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang dapat menyebabkan perubahan-perubahan, terutama terjadi perubahan menurunnya tingkat pertumbuhan penduduk dan perubahan dari struktur ekonomi, baik peranannya terhadap pembentukan pendapatan nasional, maupun peranannya dalam penyediaan lapangan kerja (Ahmad Mahyudi, S.E, 2004 : 1). Dalam arti luas bahwa pembangunan merupakan peningkatan produksi memang merupakan salah satu ciri produk dalam proses pembangunan, selain segi peningkatan produksi secara kuantitatif, proses pembangunan mencakup perubahan komposisi produksi, perubahan pada pola penggunaan (alocation), sumber daya produksi

(productive resource) diantara sektor-sektor kegiatan ekonomi, perubahan pada pola

pembagian (distribusition), kekayaan dan pendapatan diantara berbagai golongan pelaku ekonomi, perubahan pada kerangka kelembagaan (institusional framework) dalam kehidupan masyarakat secara keseluruhan.

(25)

2.1.2 Tujuan Pembangunan Ekonomi

Pengertian pembangunan ekonomi selama tiga dasawarsa yang lalu adalah kemampuan ekonomi suatu negara dimana keadaan ekonomi mula-mula relatif statis selama jangka waktu yang lama untuk meningkatkan dan mempertahankan suatu pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) antara 5 sampai 7 persen atau lebih pertahunnya. Dalam dinamikanya, pengertian pembangunan ekonomi mengalami perubahan karena pengalaman pada tahun 1950-an itu menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi yang hanya berorientasi pada kenaikan Produk Domestik Bruto saja tidak mampu memecahkan permasalahan pembangunan secara mendasar. Hal ini tampak pada taraf dan kualitas hidup sebagian besar masyarakat yang tidak mengalami perbaikan kendatipun target PDB pertahun telah tercapai.

Menurut pendapat Todaro pembangunan ekonomi tidak hanya melihat dari satu segi saja, akan tetapi merupakan suatu proses multidimensional yang meliputi perubahan besar di sturuktur sosial, sikap mental masyarakat dan instansi pemerintah sebagai akibat dari percepatan pertumbuhan ekonomi penurunan ketidakmerataan dan pemberantasan kemiskinan.

Intisari pembangunan harus mewakili seluruh perubahan bidang sosial, penyediaan bermacam-macam kebutuhan masyarakat dan keinginan individu dan sosial dalam sistem kehidupan masyarakat, perubahan dari kondisi hidup yang tidak memuaskan menuju situasi atau kondisi hidup yang lebih baik materil dan spiritual.

(26)

mengembangkan kegiatan-kegiatan ekonomi dan kualitas hidup masyarakat. Dengan adanya batasan diatas maka pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan rill perkapita penduduk suatu negara meningkat dalam jangka panjang disertai dengan perbaikan sistem kelembagaan.

Dari definisi diatas jelas bahwa pembangunan ekonomi mempunyai pengertian: a. Suatu proses yang berarti perubahan yang terus-menerus.

b. Usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita.

c. Kenaikan pendapatan perkapita dalam jangka panjang.

d. Perbaikan sistem kelembagaan di segala bidang (misalnya: ekonomi politik, hukum, sosial, dll).

Sistem kelembagaan ini biasanya ditinjau dari dua aspek yaitu : 1. Aspek perbaikan dibidang organisasi (instansi)

2. Aspek perbaikan dibidang regulasi (baik formal maupun informal)

(27)

2.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik

Tokoh klasik ini dipelopori oleh Adam Smith, David Ricardo, Malthus, dan John Stuart Mill yang menyatakan bahwa petumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu luas tanah, jumlah penduduk, jumlah barang modal, dan teknologi yang digunakan. Para tokoh ini lebih memfokuskan perhatiannya pada pengaruh pertambahan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi. Mereka mengasumsikan luas tanah dan kekayaan alam serta teknologi tidak mengalami perubahan.

Teori yang menjelaskan hubungan antara pendapatan perkapita dengan jumlah penduduk disebut teori optimal penduduk. Menurut teori ini, pada awalnya pertambahan penduduk akan menyebabkan kenaikan pendapatan perkapita. Namun jika jumlah penduduk terus bertambah maka hukum hasil yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi yaitu produksi marjinal akan mengalami penurunan, dan mengubah keadaan pendapatan per kapita sama dengan produk marjinal.

2.3 Teori Pertumbuhan Rostow

(28)

dibedakan dalam lima tahap dan posisi setiap negara di dunia dapat digolongkan ke dalam salah satu dari kelima tahap pertumbuhan ekonomi yang dijelaskan.

a. Tahap Masyarakat Tradisional (The Traditional Society)

Masyarakat tradisional ialah suatu masyarakat yang strukturnya dibangun di dalam fungsi produksi yang terbatas berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi pra-Newton terhadap dunia fisik. Akan tetapi, konsep tentang masyarakat tradisional itu sama sekali tidak berarti statis, dan konsep itu tidak selalu mengabaikan pertambahan output. Namun kenyataan pokok tentang masyarakat tradisional adalah adanya suatu batas tertinggi untuk tingkat output dan pendapatan perkapita. Secara umum dapat dikatakan bahwa masyarakat ini, karena terbatasnya produktivitas, terpaksa menggunakan sebagian besar dari sumber produksinya untuk pertanian. Dari sistem pertanian itu timbul suatu struktur sosial yang hierarkis dengan ruang lingkup yang relatif sempit, tetapi masih dapat terjadi upaya untuk berlangsungnya mobilitas vertikal, dan memasukkan masyarakat yang beraneka ragam dan yang selalu berubah ini ke dalam suatu kategori yang seragam atas dasar adanya batas tertinggi untuk produksi dan produktivitas teknis ekonomi mereka, memang sangat sedikit artinya.

b. Tahap Peletakan Dasar Untuk Tinggal Landas (The Precondition For Take Off) Tahap Precondition atau disebut tahap peralihan (transisi) adalah merupakan tahap untuk meletakkan dasar dan syarat-syarat untuk beralih pada periode berikutnya

(tahap take off) dimana perekonomian akan dapat berkembang dengan cukup pesat. Pada

(29)

masyarakat mulai banyak terdapat perubahan-perubahan yang menyimpang dari kebiasaan masyarakat yang tradisional, maka mulai terdapat pembaharuan - pembaharuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologinya yang telah bertambah luas dan telah mulai berkembang untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan ekonomi yang lebih maju.

c. Tahap Tinggal Landas (The Take Off)

Tahap take off ini merupakan tahap dimana berbagai penghalang dan rintangan lama kearah kemajuan dan pertumbuhan perekonomian telah dapat diatasi dan dikuasai. Kekuatan-kekuatan dan faktor - faktor yang menuju kearah pembaruan dan kemajuan ekonomi, seperti tingkat pendidikan dan ilmu pengetahuan, perkembangan teknologi, perkembangan perbankan, perniagaan, perhubungan, dan sebagainya telah meluas dan menguasai kehidupan masyarakat.

Selama tahap lepas landas ini, terdapat industri-industri baru yang merupakan

leading sectors (sektor pemimpin dan penggerak) yang berkembang dengan pesat serta

menghasilkan keuntungan besar, dimana pada umumnya keuntungan-keuntungan ini diinvestasikan kembali kedalam industri-indutri yang baru maupun yang semula. Dan demikian seterusnya perkembangan berbagai bidang industri ini dapat mendorong kemajuan dan pembaruan perekonomian nasional untuk selanjutnya.

d. Tahap Gerak Menuju Kematangan (The Drive To Maturity)

(30)

tahap ini, perekonomian nasional telah mencapai apa yang disebut sebagai keadaan "momentum" yaitu dimana perekonomian dalam masyarakat yang bersangkutan telah dapat berjalan dan berkembang atas kekuatan sendiri.

Pada tahap ini telah tercapai kemajuan ekonomi dan kemakmuran pada tingkat yang sangat tinggi, perekonomian telah maju ke tingkat yang sedemikian rupa sehingga tingkat pendapatan dan konsumsinya telah sangat tinggi sekali. Pendapatan rata-rata tiap jiwa meningkat terus dan sangat tinggi sekali, pada umumnya setiap penduduk dalam masyarakat dan negaranya telah memiliki tingkat konsumsi berlebihan yang sangat jauh melampaui pemenuhan kebutuhan pokoknya dalam hal makanan, pakaian, perumahan, dan lainnya.

(31)

2.4Konsep Pemberdayaan Sektor Informal 2.4.1 Pemberdayaan Sektor Informal

Apabila sektor ekonomi informal dikelola dengan baik, maka tidak dapat dipungkiri bahwa sektor ekonomi informal akan menjadi sebuah survival strategi. Hal ini tentu saja tidak dapat dilepaskan dari campur tangan pemerintah dan semua pihak dalam mewujudkan potensi yang ada disektor ekonomi informal melalui langkah – langkah sebagai berikut:

Pertama adalah hendaknya pemerintah daerah dapat memahami bahwa modernisasi diperkotaan bukan hanya sebatas pembangunan plaza dan mall – mall saja. Akan tetapi modernisasi perkotaan perlu diartikan sebagai pemberian tempat yang lebih layak bagi ekonomi informal pada struktur ekonomi perkotaan yang merupakan sumber kehidupan sebagian besar rakyat miskin.

Kedua adalah hendaknya pemerintah daerah bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk menciptakan pusat pelayanan bagi sektor – sektor

ekonomi informal demi pemberdayaan dan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM).

2.4.2 Peran Masyarakat pada Sektor Informal

(32)

memenuhi dan menyerap pertambahan angkatan kerja secara maksimal yang disebabkan adanya ketimpangan antara angkatan kerja yang tumbuh dengan cepat dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. Karena itu sektor informal menjadi suatu bagian yang penting dalam menjawab permasalahan lapangan kerja dan angkatan kerja.

Istilah sektor informal biasanya digunakan untuk menunjukkan sejumlah kegiatan ekonomi yang berskala kecil. Tetapi akan menyesatkan bila disebutkan perusahaan berskala kecil, karena sektor informal dianggap sebagai suatu manifestasi situasi pertumbuhan kesempatan kerja di negara sedang berkembang, karena itu mereka yang memasuki kegiatan berskala kecil ini di kota, terutama bertujuan untuk mencari kesempatan kerja dan pendapatan dari pada memperoleh keuntungan. Karena mereka yang terlibat dalam sektor ini pada umumnya miskin, berpendidikan sangat rendah, tidak terampil dan kebanyakan para migran, jelaslah bahwa mereka bukanlah kapitalis yang mencari investasi yang menuntungkan dan juga bukan pengusaha seperti yang dikenal pada umumnya.

Saat ini, sektor informal menjadi bagian penting dalam perumusan kebijakan ketenagakerjaan. Sektor informal merupakan salah satu alternatif kesempatan kerja yang mampu menampung tenaga kerja tanpa persyaratan tertentu seperti tingkat pendidikan dan keterampilan kerja. Hal ini merupakan salah satu faktor utama yang memudahkan tenaga kerja memasuki sektor ini dan semakin mengukuhkan kehadirannya sebagai penyangga terhadap kelebihan tenaga kerja.

(33)

Dalam beberapa hal, sektor informal lebih dapat beradaptasi dan tidak terganggu oleh manajemen operasional yang kaku.

Dalam periode krisis perekonomian nasional, sektor informal yang bersifat adaptif dan lentur, masih tetap bertahan bahkan mampu mengembangkan peluang-peluang usaha dibandingkan dengan perusahaan besar. Pada dasarnya, apabila seseorang mempunyai kemampuan, memiliki sedikit pengetahuan praktis serta memiliki peralatan yang sederhana dan keuletan berusaha maka ia dapat melakukan usaha dalam sektor informal.

Keberadaan pekerja sektor informal turut memberikan sumbangan bagi perkembangan dan kegiatan usaha. Tidak bisa dipungkiri bahwa kegiatan sektor informal tersebut telah memberikan sumbangan yang tidak kecil bagi ekonomi lokal dalam suatu wilayah bahkan di dalam suatu kabupaten dimana terdapatnya sektor informal tersebut.

Dilihat dari uraian diatas, bahwa dengan terjadinya peningkatan pendapatan masyarakat golongan bawah maka menjadi peningkatan taraf hidup mereka. Keadaan ini diharapkan memberikan kontribusi peningkatan pendapatan daerah dan nasional. Oleh karena itu peranan sektor informal mempunyai peran penting dalam mewujudkan tujuan pemerataan pembangunan.

2.4.3 Ciri- Ciri Sektor Informal

(34)

perbincangan tentang pembangunan ekonomi. Dalam laporannya kepada organisasi buruh sedunia (ILO), Hart mengajukan model dualisme terhadap kesempatan memperoleh pendapatan pada angkatan kerja perkotaan. Konsep informalitas diterapkan kepada bekerja sendiri (self employed).

Informalitas didefinisikan ulang sebagai sesuatu yang sinonim dengan kemiskinan. Sektor informal menunjukkan kepada cara perkotaan melakukan sesuatu dengan dicirikan dengan :

a. Mudah memasukinya dalam arti keahlian, modal, dan organisasi. b. Perusahaan milik keluarga.

c. Beroperasi pada skala kecil.

d. Intentif tenaga kerja dalam produksi dan menggunakan teknologi sederhana. e. Pasar yang tidak diatur dan berkompetitif.

Karakteristik negatif yang dilekatkan pada sektor informal oleh ILO, banyak mendapatkan kritikan tajam dari berbagai ilmuwan yang berkecimpung dalam bidang Ekonomi. Mereka menganggap bahwa aktivitas sektor informal merupakan suatu tanda berkembangnya dinamika kewiraswastaan masyarakat.

Tetapi ada kesepakatan tidak resmi antara para ilmuwan yang terlihat dalam penelitian masalah-masalah sosial untuk menerima definisi kerja sektor informal di Indonesia sebagai berikut :

• Sektor yang tidak menerima bantuan atau proteksi ekonomi dari pemerintah.

(35)

• Sektor yang telah menerima bantuan pemerintah tetapi bantuan tersebut belum sanggup membuat sektor itu mandiri.

Berdasarkan definisi kerja tersebut, disepakati pula serangkaian ciri sektor informal di Indonesia, yang meliputi :

a. Kegiatan usaha tidak terorganisasi secara baik, karena unit usaha timbul tanpa menggunakan fasilitas atau kelembagaan yang tersedian secara formal.

b. Pada umumnya unit usaha tidak memiliki izin usaha.

c. Pola kegiatan usaha tidak teratur dengan baik, dalam arti lokasi maupun jam kerja.

d. Pada umumnya kebijakan pemerintah untuk membantu golongan ekonomi lemah tidak sampai ke sektor ini.

e. Unit usaha berganti-ganti dari satu sub-sektor ke sub-sektor lain. f. Teknologi yang digunakan masih tradisional.

g. Modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasinya juga kecil. h. Untuk menjalankan usaha tidak diperlukan pendidikan formal, sebagian besar

hanya diperoleh dari pengalaman sambil bekerja.

i. Pada umumnya unit usaha termasuk kelompok one man enterprise, dan kalau ada pekerja, biasanya berasal dari keluarga sendiri.

j. Sumber dana modal usaha pada umumnya berasal dari tabungan sendiri, atau dari lembaga keuangan tidak resmi.

(36)

2.4.4 Kekuatan dan Kelemahan Sektor Informal

Sektor Usaha dengan skala kecil merupakan solusi bagi penyelesaian masalah – masalah ekonomi di dunia saat ini. Perubahan - perubahan global yang paling hebat sekalipun dapat diatasi dengan masalah- masalah manajemen yang fleksibel. Usaha skala kecil memenuhi persyaratan ini karena sektor informal secara organisator manajerial bersifat tidak kaku, jadi sifat ini merupakan kekuatan utama yang dimiliki sektor informal. Kekuatan sektor informal adalah sebagai berikut:

1. Sangat padat karya dan persediaan tenaga kerja di Indonesia masih sangat banyak, mengikuti laju pertumbuhan penduduk, angkatan kerja yang rata-rata pertahun masih sangat tinggi sehingga upah nominal tenaga kerja khususnya dari kelompok berpendidikan masih ralatif rendah.

2. Industri kecil masih lebih banyak membuat produk-produk sederhana yang tidak terlalu membutuhkan pendidikan formal yang tinggi melainkan hanya keahlian khusus yang dapat dimiliki warga setempat lewat sumber daya formal.

3. Secara umum kegiatan sektor informal masih sangat agricultural besed, karna memang banyak komoditas - komoditas yang banyak diolah dalam skala kecil. 4. Pengusaha - pengusaha kecil dan rumah tangga lebih banyak menggantungkan

diri pada uang sendiri atau pinjaman dari sumber lain seperti rentenir untuk modal kerja dan khususnya pemerintah (Tambunan, 1999: 100).

Sedangkan kelemahan sektor informal adalah:

(37)

sektor informal terutama adalah keterbatasan modal, khususnya modal kerja. Kendala lain adalah kesulitan pemasaran dan penyediaan bahan-bahan baku, keterbatasan sumber daya manusia, pengetahuan minim mengenai bisnis, dan kurang penguasaan teknologi.

2.4.5 Pembinaan dan Pengembangan Sektor Informal

Pengertian bahwa pembangunan tidak hanya mengejar lahiriah seperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan sebagainya atau kepuasan batiniah seperti pendidikan, rasa aman, dll. Melainkan keselarasan dan keseimbangan yang merata diseluruh tanah air bukan hanya untuk satu golongan atau sebagian masyarakat tetapi untuk seluruh masyarakat sebagai perbaikan tingkat hidup yang berkeadilan sosial yang menjadi tujuan dan cita – cita bangsa. Tujuan pembangunan ini bahwa hal yang mudah dicapai, lebih – lebih apabila mencakup begitu banyak segi, dalam keadaan demikian maka peranan pemerintah memimpin dan mendorong gerakan perombakan ini menjadi penting, memimpin gerakan pembangunan ini dilakukan pemerintah melalui kedudukannya, selalu pelaksanaan kebijaksanaan, konsumen, produsen, dan investor, perusahaan Negara mengatur investor. Pembinaan sektor informal harus diarahkan secara terpadu agar akar masalah dapat diatasi. Sasaran utama dan pertama yang harus diperjuangkan adalah pengalihan tempat usaha dari situsi informal menjadi tempat formal.

(38)

jalur distribusi untuk mempertahankan daya saing, perlu diprakarsai upaya pengadaan barang dangan langsung dari produsen. Dengan demikian harga jual usaha masih lebih rendah tanpa mengurangi keuntungan perdagangan.

Sasaran keempat adalah perlunya adanya bantuan permodalan dalam hal anggota beralih tempat dan sekaligus menjual dagangan, karena tuntutan permintaan barang harus demikian maka peranan bantuan permodalan menjadi lebih penting.

2.5 Tenaga Kerja

2.5.1 Pengertian Ketenagakerjaan

Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja. Dalam literatur biasanya adalah seluruh penduduk berusia 15-64 tahun. Atau dengan kata lain tenaga kerja adalah jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa. Tenaga kerja adalah pengertian tentang potensi yang terkandung dalam diri manusia yang dikaitkan dengan perdagangan diberbagai kegiatan atau usaha yang ada keterlibatan manusia yang dimaksud adalah keterlibatan unsur jasa atau tenaga kerja.Tenaga kerja merupakan salah - satu faktor produksi yang sangat penting disamping sumber daya alam, modal, dan teknologi. Ditinjau dari segi umum pengertian tenaga kerja menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk menghasilkan barang dan jasa dan mempunyai nilai ekonomi yang dapat beragam bagi kebutuhan masyarakat dimana secara fisik kemampuan tenag kerja diukur dari usia.

(39)

perempuan yang sedang mencari pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan balas jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

2.5.2 Teori Ketenagakerjaan

Walau banyak negara berkembang tingkat pertumbuhan ekonominya telah menjadi lebih cepat jika dibandingkan dengan waktu - waktu sebelumnya, akan tetapi ternyata bahwa kesempatan kerja baru yang tercipta dapat mengimbangi pertambahan tenaga kerja yang telah terjadi hingga sekarang. Maka jumlah tenaga kerja yang baru yang tidak dapat memperoleh pekerjaan telah memperbesar jumlah pengangguran yang telah terjadi pada masa-masa sebelumnya. Keadaan inilah yang memperbesar masalah pengangguran yang dihadapi oleh negara-negara sedang berkembang.

Atas dasar pengalaman itulah banyak pakar pembanguanan ekonomi di negara- negara sedang berkembang menitikberatkan pembangunan pada sektor industri-industri di perkotaan. Dewasa ini, banyak negara – negara berkembang dihadapkan pada kondisi unik dari kombinasi permasalahan pergerkan penduduk dari desa kekota dalam besar, stagnannya produktivitas pertanian, dan meningkatnya pengangguran.

Untuk memperoleh pengertian sepenuhnya tentang arti penting dari masalah kesempatan kerja (employment) khususnya diperkotaan, kita harus memperhitungkan masalah pertambahan penggangguran terbuka maupun terselubung yang jumlahnya lebih besar yaitu mereka yang kelihatannya aktif bekerja tetapi secara ekonominya mereka tidak bekerja sepenuhnya.

(40)

sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Secara praktis pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja hanya di bedakan oleh batas umur. Di Indonesia semula dipilih batas umur minimum adalah 15 tahun. Pemilihan 15 tahun sebagai batas umur minimum adalah berdasarkan kenyataan bahwa dalam umur tersebut sudah banyak penduduk berumur muda terutama di desa-desa sudah bekerja atau mencari pekerjaan.

Tenaga kerja atau manpower terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja atau labor force terdiri dari golongan yang bekerja, golongan yang menganggur dan golongan yang mencari pekerjaan. Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga dan golongan lain-lain atau penerima pendapatan. Ketiga golongan dalam kelompok angkatan kerja sewaktu-waktu dapat menawarkan jasanya untuk bekerja. Oleh sebab itu kelompok sering juga dinamakan sebagai potential labor force.

Edwart membedakan 5 (Lima) bentuk pengangguran sebagai berikut:

a. Pengangguran terbuka (Open unemployment) yaitu baik yang suka rela (mereka yang tidak mau bekerja karna mengharapkan pekerjaan yang lebih baik)

maupun secara terpaksa (mereka yang mau bekerja tetapi tidak memperoleh keuntungan)

b. Setengah menganggur (under-employment) yaitu mereka yang bekerja menurut lamanya (hari, minggu, musiman) kurang dari pada yang mereka bisa kerjakan. c. Tampaknya bekerja tetapi tidak bekerja secara optimal yaitu mereka yang tidak

(41)

d. Tenaga kerja yang tidak produtif (Unproductive labour) yaitu mereka yang kurang mampu untuk bekerja secara produktif, tapi karena sumber-sumber daya penolong kurang memadai maka mereka tidak bisa menghasilakan sesuatu secara optimal.

Faktor – faktor yang menentukan permintaan tenaga kerja adalah sebagai berikut:

a. Elastisitas Permintaan output terhadap laju perubahan harga output. Ketika harga output meningkat namun diikuti peningkatan permintaan output maka permintaan tenaga akan tetap meningkat.

b. Perbandingan biaya untuk input tenaga kerja dengan total biaya. Apabila perbandingan meningkat maka input tenaga kerja yang di pergunakan akan semakin meningkat.

c. Kemampuan substitusi oleh input lain, misalnya input modal teknologi lebih efisien dan efektif dari pada penggunaan tenaga kerja maka akan terjadi penurunan permintaan tenaga kerja.

2.6 Teori Modal

2.6.1 Pengertian Modal

(42)

Proses penambahan persediaan modal (capital stok) fisik bersih dalam suatu perekonomian dalam upaya untuk meningkatkan total out-put. Akumulasi barang modal

(capital good) adalah gambaran dari akumulasi sebelum mengharuskan adanya suatu

pengembalian dari modal yang didapat dalam bentuk bunga (interest), keuntungan

(profit) yang semakin besar. Tingkat akumulasi persediaan modal fisik suatu

perekonomian merupakan suatu hal yang penting dalam penentuan pertumbuhan ekonomi dan digambarkan dalam beragam fungsi produksi (produktion funtion) dan model-model pertumbuhan ekonomi. Suatu cabang dari ilmu ekonomi adalah Ekonomi Pembanguanan (Developmen Economies) melakukan analisis untuk tingkat pengakumulasian modal yang sesuai dengan bentuk modal yang dibutuhkan dan bentuk proyek investasi untuk memaksimalkan pembangunan di negara-negara berkembang.

2.6.2 Modal Usaha

(43)

2.6.3 Manfaat Modal

Perusahaan manufaktur, sebagian besar aktiva merupakan aktiva lancar. Mengingat investasi dalam Modal kerja cukup besar, maka perlu dikelola dengan baik. Kegiatan manajemen keuangan, lebih separuh waktu dialokasikan untuk mengelola aktiva lancar. Modal kerja penting untuk kelancaran kegiatan perusahaan ataupun usaha. Perusahaan kecil, keputusan modal kerja lebih penting dari pada keputusan investasi jangka panjang.

2.6.4 Akumulasi Modal

Akumulasi modal meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang di tanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia. Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan di investasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan dikemudian hari. Investasi produktif yang bersifat langsung tersebut harus dilengkapi dengan berbagai investasi penunjang yang disebut investasi infrastruktur ekonomi dan sosial.

2.7 Omset Penjualan (Pendapatan Pedagang)

(44)

Evers merinci pendapatan adalah sebagai berikut:

1. Pendapatan berupa uang yaitu pendapatan dari usaha sendiri yaitu merupakan hasil bersih yang diperoleh dari usaha sendiri, komisi, atau penjualan. Dan juga dari hasil investasi yaitu pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah, modal dan lain-lain.

2. Pendapatan berupa barang yaitu pendapatan dari pembayaran upah atau gaji yang dibutuhkan berupa barang seperti dalam betuk beras, pengobatan, transfer dan lain sebagainya.

3. Penerimaan yang bukan pendapatan yaitu pengambilan tabungan, penjualan barang yang dipakai di pemukiman dan rekreasi.

(45)

2.8 Tingkat Pendidikan 2.8.1 Pengertian Pendidikan

Dalam GBHN ( Garis – Garis Besar Haluan Negara ) ditegaskan bahwa yang di maksud dengan pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan pribadi dan kemampuan seseorang baik di dalam maupun diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Tegasnya pendidikan itu dapat berlangsung sejak lahir dan seumur hidup dan dapat diselenggarakan disekolah maupun diluar sekolah. Menurut Phil. Coombs Pendidikan itu dapat dibedakan menjadi 3 bentuk, yaitu:

a. Pendidikan Formal b. Pedidikan informal c. pendidikan Non formal

Selain itu, Ivan Illich mengunakan istilah lain untuk membedakan tiga bentuk yaitu:

a. Pendidikan Formal b. Pendidikan Informal c. Pendidikan Subsisten

2.8.2 Bentuk – Bentuk Pendidikan

Bentuk – bentuk dari pendidikan yang dikemukakan diatas oleh Ivan Illich, yaitu sebagai berikut:

a. Pendidikan formal

(46)

pendidikan formal ini masyarakat telah memberikan mandat kepada sekolah agar dapat mendidik dan mengajar anak-anak mereka. Sekolah merupakan lembaga utama yang bertugas untuk:

• Mengembangkan dan membentuk kepribadian siswa. • Mentransmisikan kulturil.

• Inovasi

• Pra seleksi dan pra alokasi tenaga kerja b. Pendidikan Informal

Pendidikan yang didapatkan melalui pelatihan-pelatihan, kursus, dan pengalaman- pengalaman turun temurun.

2.9 Pengalaman Usaha

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna menyelesaikan atau memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dilakukan yaitu di kawasan Kecamatan Medan Tuntungan. Dimana mengamati dan menganalisis mengenai Peranan Sektor Informal terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Medan khususnya Pedagang Makanan dan Minuman yang berada di kawasan Kecamatan Medan Tuntungan.

3.2 Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran baik kuantitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas. Yang termasuk populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang makanan dan minuman yang ada di kecamatan Medan Tuntungan.

(48)

Berikut tabel Kelurahan yang terdapat di kecamatan Medan Tuntungan beserta sampel yang di ambil dalam setiap kelurahan :

(49)

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan data

Untuk pengumpulan data peneliti menggunakan 2 jenis metode. Hal ini bertujuan, untuk membuktikan hipotesis yang diajukan, menjelaskan masalah yang diteliti dan untuk mencapai tujuan penelitian yang dilakukan. Adapun jenis metode pengumpulan data tersebut adalah:

1. Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan yang diperoleh secara langsung di lapangan dari responden dengan cara wawancara yang berpedoman kepada kuesioner yang telah di persiapkan mengenai peranan sektor informal terhadap penyerapan tenaga kerja di kota Medan khususnya pedagang makanan dan minuman yang berada di kawasan kecamatan medan tuntungan.

2. Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder merupakan data tambahan yang menjadi pendukung data primer, yang diperoleh dari BPS, buku-buku kepustakaan, jurnal-jurnal ilmiah dan artikel-artikel (internet) yang berhubungan dengan topik yang diteliti.

3.4 Pengolahan Data

(50)

3.5 Model Analisis Data

Model analisis yang digunakan dalam menganalisis data tersebut adalah model ekonometrika. Model analisis data yang digunakan dengan Metode Kuadrat Terkecil Biasa (Ordinary Least Square). Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja sektor informal di kota Medan khususnya kawasan Kecamatan Medan Tuntungan adalah modal usaha, omset penjualan, retribusi (pungutan), tingkat pendidikan, dan pengalaman usaha.

Variabel-variabel tersebut dibuat terlebih dahulu dalam bentuk fungsi sebagai berikut :

Y = f (X1,X2,X3,X4)...1 Kemudian dibentuk ke dalam model ekonometrika dengan spesifikasi model sebagai berikut :

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + μ...2

Dimana :

Y = Tenaga kerja (orang)

α = Intercept

X1 = Modal usaha (Rp) X2 = Omset penjualan (Rp) X3 = Tingkat Pendidikan (tahun) X4 = Pengalaman Usaha (tahun) β1,β2,β3,β4 = Koefisien Regresi

(51)

Bentuk hipotesisnya adalah sebagai berikut :

artinya apabila Modal Usaha (X1) mengalami kenaikan maka Penyerapan

Tenaga Kerja (Y) Pedagang Makanan dan Minuman akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

Artinya apabila Omset Penjualan (X2) mengalami kenaikan maka

Penyerapan Tenaga Kerja (Y) Pedagang Makanan dan Minuman mengalami kenaikan, ceteris paribus.

Artinya apabila Tingkat Pendidikan (X3) mengalami kenaikan maka

Penyerapan Tenaga Kerja (Y) Pedagang Makanan dan Minuman mengalami kenaikan, ceteris paribus.

Artinya apabila Pengalaman Usaha (X4) mengalami kenaikan maka

Penyerapan Tenaga Kerja (Y) Pedagang Makanan dan Minuman mengalami kenaikan, ceteris paribus.

3.6. Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) 3.6.1. Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar variabel - variabel independen secara bersama mampu memberikan penjelasan mengenai variabel dependen.

(52)

3.6.2. Uji t-statistik

Uji t-statistik merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan.

Dalam pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut : Ho : bi = b (tidak signifikan)

Ha : bi ≠ b (signifikan)

Dimana bi adalah koefisien independen ke-i nilai parameter hipotesis, artinya tidak ada pengaruh variabel X1 terhadap Y. Bila t-hitung > t-tabel, maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. Dan bila hitung < t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho diterima, ini artinya bahwa variabel independen yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus :

t-hitung =

Sbi = simpangan baku dari variabel independen ke-i

(53)

3.6.3. Uji F-statistik

Uji F-statistik merupakan pengujian yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh koefisien regresi secara keseluruhan atau bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

Ho : b = 0 (signifikan) Ha : b ≠ 0 (tidak signifikan)

Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel. Jika F-hitung (F*) > F-tabel, maka Ho ditolak, yang artinya variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.

Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut :

F-hitung =

R = koefisien determinasi

K = jumlah variabel independen n = jumlah sampel

3.7. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.7.1. Multikolinearity

Multikolinearity adalah alat yang digunakan untuk mengetahui suatu kondisi, apakah terdapat kolerasi variabel independen diantara satu sama lainnya. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearity dapat dilihat dari nilai R , F-statistik, t-hitung, 2

(54)

Adanya multikolinearity ditandai dengan : a. Standard error tidak terhingga

b. Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α = 5%, α = 10%, α =1%

c. Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori d. 2

R sangat tinggi

3.8. Defenisi Operasional

1. Tenaga Kerja (Y) adalah orang yang bekerja pada Pedagang Makanan dan Minuman (orang).

2. Modal Usaha (X1) adalah besarnya uang yang digunakan Pedagang Makanan dan Minuman selama satu bulan dalam operasional usahanya (Rupiah).

3. Omset Penjualan (X2) adalah besarnya jumlah uang yang diterima Pedagang Makanan dan Minuman dari hasil usahanya selama satu bulan (Rupiah).

4. Tingkat Pendidikan (X3) adalah status dari pada Pendidikan Pedagang Makanan dan Minuman (tahun).

(55)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Deskripsi Wilayah Penelitian

4.1.1Kondisi Geografis Kecamatan Medan Tuntungan

Kecamatan Medan Tuntungan adalah salah satu dari 21 kecamatan di kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Medan Tuntungan, berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah barat, Medan Johor di timur, Kabupaten Deli Serdang di selatan, dan Medan Selayang di utara.

Pada tahun 2001, kecamatan ini mempunyai penduduk sebesar 65.645 jiwa. Luasnya adalah 20,68 km² dan kepadatan penduduknya adalah 3.174,32 jiwa/km².

Tabel 4.1

Kelurahan yang terdapat di Kecamatan Medan Tuntungan

No. KELURAHAN

1 Namo Gajah 2 Simpang Selayang 3 Mangga

4 Sido Mulyo 5 Lau Cih

6 Tanjung Selamat 7 Baru Ladang Bambu 8 Kemenangan Tani 9 Simalingkar B

(56)

Kecamatan Medan Tuntungan adalah daerah pintu gerbang Kota Medan di sebelah Selatan yang merupakan pintu masuk dari Kabupaten Karo dan daerah lainnya di Sumatera Utara maupun Propinsi Nangroe Darussalam melalui transportasi darat dengan penduduknya berjumlah 68.983 Jiwa (2006).

Di Kecamatan Medan Tuntungan terdapat fasilitas Rumah Sakit Umum Adam Malik dengan Type Kelas A (Rumah Sakit Umum Pusat) dan Rumah Sakit Jiwa. Selain itu, di Kecamatan Medan Tuntungan ini memiliki prospek yang baik dalam bidang usaha agro industry karena tanahnya yang subur serta lahan kosongnya yang masih luas.

POTENSI WILAYAH

Tabel 4.2

. Data Umum Kecamatan Medan Tuntungan

No. Data Umum Keterangan

1. Luas 20,04 km2

2. Jumlah Kelurahan 9 kelurahan 3. Jumlah Penduduk 72.326 jiwa 4. Panjang Jalan Aspal -

5. Jumlah Lingkungan 75 lingkungan

(57)

Tabel 4.3

Pelayanan Umum di Kecamatan Medan Tuntungan No. Jenis Pelayanan Keterangan

1. Air Bersih -

2. Listrik -

3. Telepon -

4. Gas -

5. Lapangan Olah Raga -

6. Rumah Ibadah -

7. Rumah Sakit 2 unit

8. Puskesmas 2 unit

Sumber : Kantor Lurah Kecamatan Medan Tuntungan, 2001

Tabel 4.4

Pendidikan di Kecamatan Medan Tuntungan No. Jenis Pendidikan Keterangan 1. SD / Sederajat 27 unit

2. SLTP / Sederajat 11 unit 3. SMU / Sederajat -

4. Akademi -

5. Universitas -

(58)

Tabel 4.5

Perdagangan di Kecamatan Medan Tuntungan No. Jenis Perdagangan Keterangan 1. Pasar Tradisional 2 unit

2. Plaza / Mall -

3. Pasar Grosir -

(59)

Tabel 4.6

DATA KELURAHAN

No Kelurahan Keterangan

1. NAMO GAJAH

Alamat Kantor Jl. Petunia Raya Namo Gajah

Telepon Kantor -

2. SIMPANG SELAYANG

Alamat Kantor Jl. Setia Budi No. 34 Telepon Kantor (061) 836-3571

3. MANGGA

Alamat Kantor Jl. Tembakau Raya No. 35 A Perumnas Simalingkar

Telepon Kantor -

4. SIDO MULYO

Alamat Kantor Jl. Jamin Ginting / Bunga Turi I No. 7

Telepon Kantor -

5. LAU CIH

Alamat Kantor Jl. Bunga Sedap Malam Lau Cih

Telepon Kantor -

6. TANJUNG SELAMAT

Alamat Kantor Jl. Bunga Sakura No. 13 Tanjung Selamat

Telepon Kantor -

7. BARU LADANG BAMBU

Alamat Kantor Jl. Bunga Kardiol No. 121 A

Telepon Kantor -

8 KEMENANGAN TANI

Alamat Kantor Jl. Bunga Ncole Kemenangan Tani

Telepon Kantor -

9. SIMALINGKAR B

Alamat Kantor Jl. Bunga Rampai Raya Simalingkar B

Telepon Kantor -

(60)

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.2.1 Identitas Responden

Diperoleh data Pedagang Makanan dan Minuman di Kecamatan Medan Tuntungan dengan jumlah responden laki-laki sebanyak 15 orang sedangkan responden perempuan sebanyak 35 orang. Dengan jumlah responden yang di wawancarai sebanyak 50 orang yang diambil dari 9 (sembilan) Kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Tuntungan dengan cara acak (random). Keadaan ini ada kaitannya dengan karakter pekerjaannya yaitu semua responden menganggap bahwa pekerjaan sebagai Pedagang Makanan dan Minuman ini adalah pekerjaan pokoknya, atau merupakan penghasilan yang utama tidak lagi sebagai pekerjaan sambilan.

Tabel 4.7 Jumlah Responden

No Responden Jumlah (orang)

1. Laki-laki 15

2. Perempuan 35

Jumlah 50

Sumber : Kuisioner (Data Olahan Hasil Penelitian), 2009

(61)

4.2.2 Kelompok Umur

Dari segi usia/umur responden dapat dilihat bahwa seseorang masih bersemangat atau kreatif dan berpengalaman dalam salah satu kegiatan usaha atau pekerjaan. Pedagang Makanan dan Minuman di Kecamatan Medan Tuntungan yang telah di data secara acak (random) dari segi usianya rata-rata berusia antara 30-60 tahun.

Tabel 4.8 Umur Responden

Umur Jumlah (orang)

30 – 40 20

40 – 50 18

50 – 60 12

Jumlah 50

Sumber : Kuisioner (Data Olahan Hasil Penelitian), 2009

(62)

4.2.3Jenis Usaha Pedagang

Berbagai jenis usaha yang dilakoni Pedagang Makanan dan Minuman yang terdapat di Kecamatan Medan Tuntungan ini antara lain terdiri dari pedagang bakso, pedagang sate, warung nasi, dan pedagang kue/roti.

Tabel 4.9 Jenis Usaha

No Usaha Jumlah (orang)

1. Pedagang Bakso 13

2. Pedagang Sate 10

3. Warung Nasi 16

4. Pedagang Kue/Roti 11

Sumber : Kuisioner (Data Olahan Hasil Penelitian), 2009

4.2.4Pendidikan Responden

(63)

Tabel 5.0

Pendidikan Responden

No Pendidikan Jumlah (orang)

1. Tidak Sekolah 5

2. SD 19

3. SLTP 17

4. SMA 9

Sumber : Kuisioner (Data Olahan Hasil Penelitian),2009

4.2.5Jumlah Hari dan Jam Kerja

Seluruh responden memanfaatkan hari kerja selama 7 hari dalam seminggu di karenakan kegiatan sebagai pedagang makanan dan minuman merupakan penghasilan pokok bagi mereka maka dari itu seluruh responden memanfaatkan hari kerja selama 7 hari untuk berjualan, kecuali hari besar seperti Lebaran Idul Fitri dan Idul Adha.

4.2.6 Jumlah Modal Usaha

(64)

Tabel 5.1

Modal Usaha per Bulan

No Modal Usaha (Rp) Jumlah (orang)

1. 2.000.000 – 2.500.000 7

2. 2.500.000 – 3.000.000 7

3. 3.000.000 – 3.500.000 7

4. 3.500.000 – 4.000.000 7

5. 4.000.000 – 4.500.000 7

6. 4.500.000 – 5.000.000 8

7. 5.000.000 – 5.500.000 3

8. > 5.500.000 4

Sumber : Kuisioner (Data Olahan Hasil Penelitian), 2009

4.2.7 Penghasilan Responden

Penghasilan responden atau pendapatan pedagang makanan dan minuman di Kecamatan Medan Tuntungan sangat bervariasi sesuai dengan tingkat kemajuan usaha mereka. Rata-rata pedagang makanan dan minuman memiliki 1 sampai dengan 5 orang tenaga kerja.

(65)

Tabel 5.2 Tenaga Kerja

No Tenaga Kerja yang digunakan oleh Pedagang

Pedagang yang Mempekerjakan Tenaga

Kerja (orang)

1. 1 orang 14

2. 2 orang 18

3. 3 orang 11

4. 4 orang 4

5. 5 orang 3

Sumber : Kuisioner (Data Olahan Hasil Penelitian), 2009

4.3 Analisis Penyerapan Tenaga Kerja di Kecamatan Medan Tuntungan 4.3.1 Hasil Estimasi Model

Dalam mengestimasi faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di Kecamatan Medan tuntungan, secara sistematis model persamaannya dirumuskan sebagai berikut :

(66)

Berdasarkan hasil regresi di atas, diperoleh persamaan linier berganda sebagai berikut :

Y = -2.602505 – 1.240853X1 + 1.651778X2 + 0.007977X3 – 0.039216X4

SE (0.138859) (0.115274) (0.009283) (0.034655) t-stat (-8.936039) (14.32917) (0.859341) (-1.131592) R2 = 0.942560 R2 adj = 0.937454

F-stat = 184.6065 DW = 1.611858

4.3.2 Interpretasi Model

Dari persamaan regresi linier di atas, dapat dijelaskan pengaruh variabel independen yaitu Modal Usaha (X1), Omset Penjualan (X2), Tingkat Pendidikan (X3), dan Pengalaman Usaha (X4) terhadap jumlah tenaga kerja yang diminta pedagang makanan dan minuman sebagai berikut :

1. Modal usaha berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah tenaga kerja yang diminta. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi modal usaha yaitu sebesar -1.240853. Artinya setiap kenaikan modal usaha Rp.1.000,- maka jumlah tenaga kerja yang diminta akan menurun sebesar 124 orang dengan tingkat kepercayaan 99%, ceteris

(67)

2. Omset penjualan berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah tenaga kerja yang diminta. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi omset penjualan yaitu 1.651778. Artinya setiap kenaikan Rp.1.000,- maka jumlah tenaga kerja yang diminta akan bertambah sebesar 165 orang dengan tingkat kepercayaan 99%, ceteris paribus.

3. Tingkat pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah tenaga kerja yang diminta. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi tingkat pendidikan yaitu 0.007977. Artinya setiap bertambah 1 tahun, maka jumlah tenaga kerja yang diminta akan bertambah sebesar 000 orang dengan tingkat kepercayaan 95%, ceteris paribus.

4. Pengalaman usaha berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah tenaga kerja yang diminta. Hal ini ditunjukkan koefisien regresi pengalaman usaha yaitu -0.039216. Artinya setiap bertambahnya 1 tahun, maka jumlah tenaga kerja yang diminta akan berkurang sebesar 0.03 orang dengan tingkat kepercayaan 99%, ceteris paribus.

4.3.3 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) a. Analisis Koefisien Determinasi

(68)

b. Uji t-statistik (Uji parsial)

Uji t-statistik dilakukan untuk menguji apakah variabel independen di atas secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

1. Modal Usaha

a. Hipotesis : Ho ; bi = 0...Tidak signifikan

Ha ; bi ≠ 0...Signifikan

b. df = n-k-1

= 50-4-1

= 45

c . α = 1 %

d. t-tabel = 2,704

e. Kriteria pengambilan keputusan

a) Ho diterima apabila t hitung < t-tabel (α = 1%)

b) Ho ditolak apabila t hitung > t-tabel (α = 1%)

(69)

g. Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa - t hitung < - t table (-8.93 < -2.704), artinya Ho ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variable modal usaha (X1) berpengaruh nyata (signifikan) terhadap variable jumlah tenaga kerja yang diminta pedagang makanan dan minuman di kecamatan Medan Tuntungan pada tingkat kepercayaan 99%.

Ho ditolak Ho ditolak

Ho diterima

-8.93 -2.704 0 2.704 Gambar 4.1 Uji t-Statistik Modal Usaha (X1)

2. Omset Penjualan

a. Hipotesis : Ho ; bi = 0...Tidak signifikan

Ha ; bi ≠ 0...Signifikan

b. df = n-k-1

(70)

c. α = 1 %

d. t-tabel = 2,704

e. Kriteria pengambilan keputusan

a) Ho diterima apabila t hitung < t-tabel (α = 1%)

b) Ho ditolak apabila t hitung > t-tabel (α = 1%)

f. t hitung = 14.32

g. Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa t hitung > t table (14.32 > 2.704), artinya Ho ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variable Omset penjualan (X2) berpengaruh nyata (signifikan) terhadap variable jumlah tenaga kerja yang diminta pedagang makanan dan minuman di kecamatan Medan Tuntungan pada tingkat kepercayaan 99%.

Ho ditolak Ho ditolak

Ho diterima

(71)

3. Tingkat Pendidikan

a. Hipotesis : Ho ; bi = 0...Tidak signifikan

Ha ; bi ≠ 0...Signifikan

b. df = n-k-1

= 50-4-1

= 45

c. α = 5 %

d. t-tabel = 2,021

e. Kriteria pengambilan keputusan

a) Ho diterima apabila t hitung < t-tabel (α = 1%)

b) Ho ditolak apabila t hitung > t-tabel (α = 1%)

f. t hitung = 0.85

(72)

Ho ditolak Ho ditolak

Ho diterima

-2.021 0 0.85 2.021 Gambar 4.3 Uji t-Statistik Tingkat Pendidikan (X3)

4. Pengalaman Usaha

a. Hipotesis : Ho ; bi = 0...Tidak signifikan

Ha ; bi ≠ 0...Signifikan

b. df = n-k-1

= 50-4-1

= 45

c. α = 5 %

(73)

e. Kriteria pengambilan keputusan

a) Ho diterima apabila t hitung < t-tabel (α = 1%)

b) Ho ditolak apabila t hitung > t-tabel (α = 1%)

f. t hitung = -1.13

g. Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa -t hitung < -t table (-1.13 < -2.021), artinya Ho ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variable Pengalaman usaha (X4) berpengaruh nyata (signifikan) terhadap variable jumlah tenaga kerja yang diminta pedagang makanan dan minuman di kecamatan Medan Tuntungan pada tingkat kepercayaan 95%.

Ho ditolak Ho ditolak

Ho diterima

(74)

c. Uji F-statistik (Uji Overall)

Uji F-statistik ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama – sama mempengaruhi peningkatan variabel dependen.

a. Hipotesis : H0 ; b1 = b2 = 0 ……… Tidak signifikan Ha ; b1 ≠ b2 ≠ 0 ……… Signifikan b. V1 = k = 4

V2 = n-k-1 = 50-4-1 = 45 c. α = 1 %

d. F-tabel = 3,77 e. Kriteria pengujian:

a) H0 diterima apabila F-hitung > F-tabel (α = 1%) b) H0 ditolak apabila F-hitung < F-tabel (α = 1%) f. F-hitung = 184,6065

Gambar

Tabel 4.7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil uji t pada variabel debt to equity ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return on investment, dan hasil yang diperoleh dari uji regresi linier

DPRD Kabupaten Kepulauan Yapen telah melaksanakan fungsinya dalam hal pengawasan pembagian dana pemberdayaan masyarakat, walaupun tidak keseluruhan kampung-kampung

ANALISIS KEBIJAKAN PADA IMPLEMENTASI PROGRAM ADIWIYATA: PERSPEKTIF PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen ( Quasi Experimental Design). Desain yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design. Teknik sampling yang

Pemusnahan sampah padat dilakukan dari kegiatan penyapuan, pengumpulan sampah pada transfer depo dan kontainer-kontainer, kegiatan pengangkutan dan pemusnahan akhir pada

Gelar As Shidiq diberikan Nabi Muhammad SAW kepada Abu Bakar karena beliau adalah seorang yang .... Pada awal pemerintahannya Abu Bakar banyak menghadapi gangguan berikut kecuali

MTs PAB 5 Klambir Lima merupakan salah satu sekolah lanjutan tingkat pertama di kabupaten Deli Serdang.Sekolah tersebut terletak di Desa Hamparan perak kabupaten Deli