PEMANFAATAN MENTIMUN (CUCUMIS SATIVUS)
TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA
PENDERITA HIPERTENSI DI DUSUN I DESA PULAU SEJUK
KECAMATAN LIMA PULUH KABUPATEN BATU BARA
SKRIPSI
Oleh
Fauziah Rahmah Karim
081121009
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul : Pemanfaatan Mentimun (cucumis sativus) terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Dusun I Desa Pulau Sejuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara
Nama : Fauziah Rahmah Karim Jurusan : Sarjana Keperawatan Tahun : 2010
Tanggal Lulus : 26 Juni 2010
Pembimbing Penguji I
……… ………
Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp, MNS Iwan Rusdi, S.Kp, MNS NIP. 19740826 200212 1 002 NIP. 19730909 200003 1 1001
Penguji II
……….. Mula Tarigan, S.Kp, M.Kes NIP. 19741002 200112 1 001
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui Skripsi ini sebagai bagian dari persayaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep).
Medan, 26 Juni 2010 Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan
PRAKATA
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang atas berkat rahmat dan
hidayahnya memberikan saya motivasi terbesar dalam hidup ini, serta shalawat
beriring salam saya haturkan kepada junjungan umat sepanjang zaman Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat yang memberikan tauladan
terindah sehinga saya mampu melangkah untuk menyelesaikan skripsi ini dengan
judul “Pemanfaatan Mentimun (cucumis sativus) terhadap Penurunan Tekanan
Darah pada Penderita Hipertensi di Dusun I Desa Pulau Sejuk Kecamatan Lima
Puluh Kabupaten Batu Bara.
Penyusunan skripsi ini telah banyak banyak mendapat bantuan, bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Bapak Dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara dan Ibu Erniyati, S.Kp, MNs sebagai Pembantu
Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS sebagai dosen Pembimbing
Skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta
memberikan masukan-masukan yang bermanfaat bagi skripsi ini dan juga
memberi motivasi, semangat, dan dukungan kepada saya selama proses
penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Mula Tarigan, S.Kp, M.Kes dan Iwan Rusdi, S.Kp, MNS selaku dosen
Penguji yang telah banyak memberi masukan-masukan yang bermanfaat bagi
4. Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS selaku Pembimbing Akademik yang
telah memberikan nasehat dan motivasi kepada penulis selama masa
perkuliahan di PSIK.
5. Seluruh dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
yang telah banyak memberikan pendidikan kepada saya selama proses
perkuliahan dan staf nonakademik yang membantu memfasilitasi saya secara
administratif.
6. Bapak Kepala Desa Dusun I Desa Pulau Sejuk dan staf yang telah
memberikan izin penelitian ditempat yang saya tuju.
7. Teristimewa kepada seluruh keluarga saya, kepada Ayahanda dan Ibunda
tercinta Abd. Karim Hasba, AMaPd dan Zuraidah, AMaPd yang terus
memberikan motivasi dan doa yang tiada henti yang begitu berarti bagi saya,
kepada abang dan adikku Fazrul Rahman Karim, ST dan Fadhillah Rahmih
Karim yang tiada henti memotivasi agar segera menyelesaikan skripsi.
8. Tersayang kepada Irwansyah yang tak pernah henti menasehatiku dan
memberi motivasi untuk belajar dan segera menyelesaikan kuliah dengan baik.
Teman-teman Mahasiswa/i Fakultas Keperawatan terutama stambuk 2008
yang terus memberikan dorongan agar tetap semangat dalam menyelesaikan
skripsi.
9. Responden yang telah bersedia meluangkan waktu dan berpartisipasi dalam
penelitian saya.
10.Semua Pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat seluruhnya disebutkan
penyelesaian skripsi ini maupun dalam menyelesaikan perkuliahan di Fakultas
Keperawatan USU.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia dan rahmat dari-Nya
kepada semua pihak yang telah membantu saya. Harapan saya semoga skripsi ini
bermanfaat dalam memberikan informasi di bidang kesehatan terutama
keperawatan.
Medan, Mei 2010
DAFTAR ISI
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Tekanan Darah ... 7
2. Hipertensi ... 10
3. Mentimun(cucumis sativus) ... 19
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konseptual ... 25
2. Defenisi Operasional ... 25
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 27
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian ... 34
2. Pembahasan... 46
BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Kesimpulan ... 53
DAFTAR PUSTAKA ... 57 LAMPIRAN
1. Lembar Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian 2. Kuesioner Data Demografi
3. Instrumen Penelitian Lembar Observasi Pemanfaatan Mentimun 4. Instrumen PenelitianLembar Observasi Hasil Pengukuran Tekanan
Darah pada Penderita Hipertensi 5. Cara Mengukur Tekanan Darah
6. Cara Meramu Mentimun Mejadi Sebuah Minuman 7. Taksasi Dana
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Klasifikasi Hipertensi ... 11 Tabel 2 Karakteristik Demografi Responden ... 36 Tabel 3 Klasifikasi Tingkat Pemanfaatan Mentimun (cucumis sativus)
pada Kelompok yang Memanfaatkan Mentimun ... 38 Tabel 4 Tingkat Pemanfaatan Mentimun (cucumis sativus)
pada Kelompok yang Memanfaatkan Mentimun ... 39 Tabel 5 Tekanan Darah Responden pre dan post pada Kelompok
Yang Memanfaatan Mentimun dan Kelompok yang
Tidak Memanfaatkan Mentimun ... 40 Tabel 6 Tekanan Darah Responden pre dan post Pemanfaatan
Mentimun (cucumis sativus) ... 42 Tabel 7 Pemanfaatan Mentimun (cucumis sativus) dengan Penurunan
Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi ... 43 Tabel 8 Resiko Relatif Pemanfaatan Mentimun terhadap Penurunan
Tekanan Darah ... 43 Tabel 9 Perbedaan Tekanan Darah pre dan pos Pemanfaatan
Mentimun (cucumis sativus) ... 45 Tabel 10 Perbedaan Tekanan Darah Kelompok yang Memanfaatkan
Mentimun dengan Kelompok yang Tidak Memanfaatkan
Mentimun ... 46
DAFTAR SKEMA
DAFTAR GRAFIK
Judul : Pemanfaatan Mentimun (cucumis sativus) terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Dusun I Desa Pulau Sejuk Kecamatan Lima Puluh Labupaten Batu Bara Tahun 2009 Nama : Fauziah Rahmah Karim
NIM : 081121009
Jurusan : Fakultas Keperawatan
Abstrak
Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi memang bukan pembunuh sejati. Tetapi penyakit ini digolongkan sebagai the selent killer (pembunuh diam-diam). Pemanfaatan Mentimun (cucumis saivus) merupakan salah satu terapi non farmakologis yang ditawarkan untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Dimana mentimun (cucumis sativus) memiliki sifat diuretik yang dapat menurunkan tekanan darah dengan cara mengeluarkkan cairan tubuh (melalui air seni). Desain penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif
observasional. Pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) dalam penelitian ini
dilakukan selama 7 hari sebanyak 2 kali sehari mulai tanggal 25 Desember 2009 sampai 1 Januari 2010. Berdasarkan teknik purposif sampling diperoleh sampel sebanyak 20 orang. Sampel ini terbagi dalam 2 kelompok, 10 orang kelompok yang memanfaatkan dan 10 orang kelompok yang tidak memanfaatkan. Pada kedua kelompok dilakukan pengukuran tekanan darah pre dan post pemanfaatan mentimun (cucumis sativus). Dan datanya dicatat dalam lembar observasi tekanan darah. Kemudian data penelitian ini di analisa dengan uji statistik deskripif, odds
ratio dan inferensial. Berdasarkan data demografi pada kedua kelompok sebanyak
(55%) berada pada rentang 41-60, (70%) berjenis kelamin perempuan, dan berdasarkan BMI (15%) mempunyai berat badan berlebih dan (10%) adalah obesitas. Jika dilihat dari tingkat pemanfaatan sebanyak 70% cukup memanfaatkan dan 30% kurang memanfaatkan. Sementara hasil analisa data dengan uji odds ratio menunjukkan bahwa responden yang memanfaatkan mentimun 81 kali lebih besar mengalami penurunan tekanan darah dibandingkan responden yang tidak memanfaatkan mentimun. Sedangkan dengan uji paired
t-test menunjukkan bahwa tekanan darah kelompok yang memanfaatkan berbeda
antara pre-post pemanfaatan mentimun (sistolik: t=6.319, p=0.000; diastolik: t=6.8666, p=0.000). Selanjutnya dengan uji independent t-test, penelitian ini juga menemukan bahwa tekanan darah kelompok yang memanfaatkan berbeda dengan kelompok yang tidak memanfaatkan (sistolik: 2.522, p=0.021; diastolik: t=-2.969, p=0.08). Penemuan ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan tekanan darah yang signifikan setelah pemanfaatan mentimun (cucumis sativus). Juga terdapat perbedaan tekanan darah yang signifikan bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kesimpulan dari penemuan penelitian ini menunjukkan bahwa menimun (cucumis sativus) dapat dimanfaatkan terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Judul : Pemanfaatan Mentimun (cucumis sativus) terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Dusun I Desa Pulau Sejuk Kecamatan Lima Puluh Labupaten Batu Bara Tahun 2009 Nama : Fauziah Rahmah Karim
NIM : 081121009
Jurusan : Fakultas Keperawatan
Abstrak
Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi memang bukan pembunuh sejati. Tetapi penyakit ini digolongkan sebagai the selent killer (pembunuh diam-diam). Pemanfaatan Mentimun (cucumis saivus) merupakan salah satu terapi non farmakologis yang ditawarkan untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Dimana mentimun (cucumis sativus) memiliki sifat diuretik yang dapat menurunkan tekanan darah dengan cara mengeluarkkan cairan tubuh (melalui air seni). Desain penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif
observasional. Pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) dalam penelitian ini
dilakukan selama 7 hari sebanyak 2 kali sehari mulai tanggal 25 Desember 2009 sampai 1 Januari 2010. Berdasarkan teknik purposif sampling diperoleh sampel sebanyak 20 orang. Sampel ini terbagi dalam 2 kelompok, 10 orang kelompok yang memanfaatkan dan 10 orang kelompok yang tidak memanfaatkan. Pada kedua kelompok dilakukan pengukuran tekanan darah pre dan post pemanfaatan mentimun (cucumis sativus). Dan datanya dicatat dalam lembar observasi tekanan darah. Kemudian data penelitian ini di analisa dengan uji statistik deskripif, odds
ratio dan inferensial. Berdasarkan data demografi pada kedua kelompok sebanyak
(55%) berada pada rentang 41-60, (70%) berjenis kelamin perempuan, dan berdasarkan BMI (15%) mempunyai berat badan berlebih dan (10%) adalah obesitas. Jika dilihat dari tingkat pemanfaatan sebanyak 70% cukup memanfaatkan dan 30% kurang memanfaatkan. Sementara hasil analisa data dengan uji odds ratio menunjukkan bahwa responden yang memanfaatkan mentimun 81 kali lebih besar mengalami penurunan tekanan darah dibandingkan responden yang tidak memanfaatkan mentimun. Sedangkan dengan uji paired
t-test menunjukkan bahwa tekanan darah kelompok yang memanfaatkan berbeda
antara pre-post pemanfaatan mentimun (sistolik: t=6.319, p=0.000; diastolik: t=6.8666, p=0.000). Selanjutnya dengan uji independent t-test, penelitian ini juga menemukan bahwa tekanan darah kelompok yang memanfaatkan berbeda dengan kelompok yang tidak memanfaatkan (sistolik: 2.522, p=0.021; diastolik: t=-2.969, p=0.08). Penemuan ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan tekanan darah yang signifikan setelah pemanfaatan mentimun (cucumis sativus). Juga terdapat perbedaan tekanan darah yang signifikan bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kesimpulan dari penemuan penelitian ini menunjukkan bahwa menimun (cucumis sativus) dapat dimanfaatkan terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi memang bukan
pembunuh sejati. Tetapi penyakit ini digolongkan sebagai the silent killer
(pembunuh diam-diam) (Myrank, 2009). Penyakit darah tinggi atau hipertensi
merupakan penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat,
mengingat dampak yang ditimbulkannya baik jangka pendek maupun jangka
panjang sehingga membutuhkan penanggulangan jangka panjang yang
menyeluruh dan terpadu (Yundini, 2006). Contoh dampak yang ditimbulkan dari
penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi yaitu angina dan serangan jantung,
stroke, gagal jantung, kerusakan ginjal dan lain-lain (Palmer, 2007).
Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan sistoliknya mencapai
di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg. Tekanan sistolik
adalah tekanan maksimum dimana jantung berkontraksi dan memompa darah ke
luar, sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan dimana jantung sedang
mengalami relaksasi, menerima curahan darah dari pembuluh darah perifer
(Myrank, 2009).
Penyakit hipertensi menimbulkan angka morbilitas (kesakitan) dan mortalitas
(kematian) yang tinggi. Prevalensi hipertensi di Asia Tenggara cukup tinggi,
diantaranya yaitu Vietnam (2004) mencapai 34,5%, Thailand (1989) 17%,
Sedangkan dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995, prevalensi
hipertensi di Indonesia adalah 8,3%. Sama halnya, survei faktor resiko penyakit
kardiovaskuler (PKV) oleh proyek WHO di Jakarta, menunjukkan prevalensi
dengan tekanan darah 160/90 masing-masing pada pria adalah 13,6% (1988),
16,5% (1993), dan 21,1% (2000). Pada wanita, angka prevalensi mencapai 16%
(1988), 17% (1993), dan 12,2% (2000). Secara umum, prevalensi hipertensi pada
usia lebih dari 50 tahun berkisar antara 15%-20%. Survei di pedesaan Bali (2004)
menemukan prevalensi pria sebesar 46,2% dan 53,9% pada wanita (Infokes,
2007).
Dari berbagai penelitian epidemiologi yang dilakukan di Indonesia
menunjukkan 1,8-28,6% penduduk berusia di atas 20 tahun adalah penderita
hipertensi. Saat ini terdapat adanya kecendrungan bahwa masyarakat perkotaan
lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini
antara lain dihubungkan dengan adanya gaya hidup masyarakat kota yang
berhubungan dengan resiko penyakit hipertensi seperti stress, obesitas
(kegemukan), kurangnya olah raga, merokok, dan makanan yang tinggi kadar
lemaknya. Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata wanita lebih
banyak menderita hipertensi. Dari laporan Sugeri di Jawa Tengah didapatkan
angka prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk wanita. Prevalensi Sumatra
Barat 18,6% pria dan 17,4% wanita, sedangkan daerah perkotaan di Jakarta
didapatkan 14,6% pria dan 13,7% wanita (Yundini, 2006).
Pengendalian hipertensi, bahkan di negara maju pun, belum memuaskan.
hingga 8%. Akan lebih baik jika penanganan hipertensi diintegrasikan dengan
sistem kesehatan karena menyangkut aspek ketenagaan, sarana dan obat-obatan.
Obat yang telah berhasil diproduksi teknologi kedokteran harganya masih relatif
mahal sehingga menjadi kendala penanganan hipertensi, terutama bagi yang
memerlukan pengobatan jangka panjang (Infokes, 2007).
Selain dengan mengkonsumsi obat-obatan yang harganya masih relatif mahal
dan merubah gaya hidup, hipertensi juga bisa ditanggulangi dengan pengobatan
tradisional yaitu dengan menggunakan mentimun (Cucumis Sativus) yang diolah
menjadi sebuah minuman. Mentimun sering digunaka sebagai lalapan, makanan
diet atau pun sebagai masker untuk kecantikan. Padahal, banyak khasiat yang
dapat diperoleh dari memtimun (Cucumis Sativus), Salah satunya adalah
mengobati Hipertensi (Myrank,2009).
Timun atau mentimun (Cucumis Sativus) merupakan salah satu tanaman yang
dapat mengobati penyakit hipertensi. Selain mudah didapat dan murah, mentimun
(Cucumis Sativus) ternyata memiliki banyak khasiat (Genie, 2009). Meilinasari,
MKes dari Politeknik Kesehatan Jakarta telah mengemukakan bahwa mereka
yang menderita hipertensi disarankan untuk mengonsumsi mentimun. Menurutnya
mentimun dapat mengobati hipertensi karena kandungan mineral yang ada
didalamnya yaitu potassium, magnesium, dan pospor. Selain itu mentimun
bersifat diuretic karena kandungan airnya yang tinggi sehingga membantu
menurunkan tekanan darah (Myrank, 2009).
Sementara dalam Majalah Nirmala (2008 dalam http://cybermed.cbn.net.id)
mentimun. Kandungan mineral kalium, magnesium, dan serat di dalam mentimun
bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah. Mineral magnesium juga berperan
melancarkan aliran darah dan menenangkan saraf. Walupun mentimun (cucumis
sativus) mudah didapat dan harganya yang terjangkau, tetapi banyak masyarakat
yang tidak tahu pemanfaatan mentimunn (Cucumis Sativus) tersebut terhadap
penurunan tekanan darah.
Berdasarkan studi pemaparan di atas tentang banyaknya kandungan dan
manfaat mentimun (Cucumis Sativus) dalam mengobati penyakit terutama pada
penderita hipertensi, maka peneliti tertarik untuk mengetahui “Bagimana
Pemanfaatan Mentimun (Cucumis Sativus) Terhadap Penurunan Tekanan Darah
pada Penderita Hipertensi di Dusun I Desa Pulau Sejuk Kec. Lima puluh Kab.
Batu Bara”.
2. Masalah Penelitian
Berdasarka uraian dalam latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan
dalam penelitian ini yaitu, bagaimana pemanfaatan mentimun (Cucumis Sativus)
terhadap penurunan tekanan darah oleh penderita hipertensi di Dusun I Desa
Pulau Sejuk Kec. Lima Puluh Kab. Batu Bara.
3. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan pada penelitian ini adalah ”Bagaimana pemanfaatan mentimun
(Cucumis Sativus) terhadap penurunan tekanan darah oleh Penderita Hipertensi di
4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
4.1Untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan mentimun (cucumis sativus)
terhadap penurunan tekanan darah oleh penderita hipertensi di Dusun I
Desa Pulau Sejuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara.
4.2Untuk mengetahui bagaimana resiko relatif Odds Ratio pemanfaatan
mentimun (Cucumis Sativus) terhadap penurunan tekanan darah oleh
penderita hipertensi di Dusun I Desa Pulau Sejuk Kec. Lima Puluh Kab.
Batu Bara.
4.3Untuk mengetahui bagaimana perbedaan tekanan darah pre dan post
pemanfaatan mentimun (Cucumis Sativus) oleh penderita hipertensi di
Dusun I Desa Pulau Sejuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara
4.4Untuk mengetahui bagaimana perbedaan tekanan darah pada kelompok
intervensi dengan kelompok kontrol.
5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
5.1Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi
mahasiswa tentang pemanfaatan mentimun (Cucumis Sativus) terhadap penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tentang
pemanfaatan mentimun (Cucumis Sativus) terhadap penurunan tekanan darah
pada penderita hipertensi, sehingga informasi tersebut dapat dipergunakan sebagai
bahan pertimbangan bagi perawat dalam asuhan keperawatan dan pendidikan
kesehatan pada penderita hipertensi dan keluarganya.
5.3Area Penelitian
Hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan pengetahuan bagi
masyarakat terhadap manfaat mentimun (Cucumis Sativus) untuk mencegah
peningkatan tekanan darah pada penderita hipertensi.
5.4Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menambah informasi bagi penelitian
keperawatan mengenai pemanfaatan mentimun (Cucumis Sativus) terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. Peneliti mengharapkan pada
penelitian selanjutnya dilakukan penelitian tentang perbandingan mentimun
(Cucumis Sativus) dengan tanaman yang lain terhadap penurunan tekanan darah
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Tekanan Darah
1.1 Pengertian Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri.
Tekanan puncakterjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik.
Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat.
Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap
tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai
140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare, 2001).
Menurut Hayens (2003), tekanan darah timbul ketika bersikulasi di dalam
pembuluh darah. Organ jantung dan pembuluh darah berperan penting dalam
proses ini dimana jantung sebagai pompa muskular yang menyuplai tekanan untuk
menggerakkan darah, dan pembuluh darah yang memiliki dinding yang elastis dan
ketahanan yang kuat. Sementara itu Palmer (2007) menyatakan bahwa tekanan
darah diukur dalam satuan milimeter air raksa (mmHg).
1.2 Pengukuran Tekanan Darah
Untuk mengukur tekanan darah maka perlu dilakukan pengukuran tekanan
darah secara rutin. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara langsung
atau tidak langsung. Pada metode langsung, kateter arteri dimasukkan ke dalam
arteri. Walaupun hasilnya sangat tepat, akan tetapi metode pengukuran ini sangat
2001). Menurut Nursecerdas (2009), bahaya yang dapat ditimbulkan saat
pemasangan kateter arteri yaitu nyeri inflamasi pada lokasi penusukkan, bekuan
darah karena tertekuknya kateter, perdarahan: ekimosis bila jarum lepas dan
tromboplebitis. Sedangkan pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan
menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop. Sphgmomanometer tersusun
atas manset yang dapat dikembangkan dan alat pengukur tekanan yang
berhubungan dengan ringga dalam manset. Alat ini dikalibrasi sedemikian rupa
sehingga tekanan yang terbaca pada manometer seseuai dengan tekanan dalam
milimeter air raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis (Smeltzer & Bare,
2001).
Adapun cara pengukuran tekanan darah dimulai dengan membalutkan
manset dengan kencang dan lembut pada lengan atas dan dikembangkan dengan
pompa. Tekanan dalam manset dinaikkan sampai denyut radial atau brakial
menghilang. Hilangnya denyutan menunjukkan bahwa tekanan sistolik darah telah
dilampaui dan arteri brakialis telah tertutup. Manset dikembangkan lagi sebesar
20 sampai 30 mmHg diatas titik hilangnya denyutan radial. Kemudian manset
dikempiskan perlahan, dan dilakukan pembacaan secara auskultasi maupun
palpasi. Dengan palpasi kita hanya dapat mengukur tekanan sistolik. Sedangkan
dengan auskultasi kita dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dengan lebih
akurat (Smeltzer & Bare, 2001).
Untuk mengauskultasi tekanan darah, ujung stetoskop yang berbentuk
corong atau diafragma diletakkan pada arteri brakialis, tepat di bawah lipatan siku
diantara kedua kaput otot biseps. Manset dikempiskan dengan kecepatan 2 sampai
3 mmHg per detik, sementara kita mendengarkan awitan bunyi berdetak, yang
menunjukkan tekanan darah sistolik. Bunyi tersebut dikenal sebagai Bunyi
Korotkoff yang terjadi bersamaan dengan detak jantung, dan akan terus terdengar
dari arteri brakialis sampai tekanan dalam manset turun di bawah tekanan
diastolik dan pada titik tersebut, bunyi akan menghilang (Smeltzer & Bare, 2001).
Adapun prosedur pengukuran tekanan darah dapat dilihat pada lampiran 4.
1.3 Mekanisme Pemeliharaan Tekanan Darah
Tekanan darah dikontrol oleh otak, sistem saraf otonom, ginjal, beberapa
kelenjar endokrin, arteri dan jantung. Otak adalah pusat pengontrol tekanan darah
di dalam tubuh. Serabut saraf adalah bagian sistem saraf otonom yang membawa
isyarat dari semua bagian tubuh untuk menginformasikan kepada otak perihal
tekanan darah, volume darah dan kebutuhan khusus semua organ. Semua
informasi ini diproses oleh otak dan keputusan dikirim melalui saraf menuju
organ-organ tubuh termasuk pembuluh darah, isyaratnya ditandai dengan
mengempis atau mengembangnya pembuluh darah. Saraf-saraf ini dapat berfungsi
secara otomatis (Hayens, 2003).
Ginjal adalah organ yang berfungsi mengatur fluida (campuran cairan dan
gas) di dalam tubuh. Ginjal juga memproduksi hormon yang disebut renin. Renin
dari ginjal merangsang pembentukan angiotensin yang menyebabkan pembuluh
darah kontriksi sehingga tekanan darah meningkat. Sedangkan hormon dari
beberapa organ juga dapat mempengaruhi pembuluh darah seperti kelenjar
aldosteron juga ovari yang mensekresikan estrogen yang dapat meningkatkan
tekanan darah. Kelenjar tiroid atau hormon tiroksin, yang juga berperan penting
dalam pengontrolan tekanan darah (Hayens, 2003).
Pada akhirnya tekanan darah dikontrol oleh berbagai proses fisiologis
yang bekerja bersamaan. Serangkaian mekanisme inilah yang memastikan darah
mengalir di sirkulasi dan memungkinkan jaringan mendapatkan nutrisi agar dapat
berfungsi dengan baik. Jika salah satu mekanisme mengalami gangguan, maka
dapat terjadi tekanan darah tingggi.
2. Hipertensi
2.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi dapat didefenisikan sebagai tekanan darah tinggi persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90
mmHg (Smeltzer & Bare, 2001). Wiryowidagdo (2002) mengatakan bahwa
hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah seseorang berada pada
tingkatan di atas normal. Jadi tekanan di atas dapat diartikan sebagai peningkatan
secara abnormal dan terus menerus pada tekanan darah yang disebabkan satu atau
beberapa faktor yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam
mempertahankan tekanan darah secara normal (Hayens, 2003).
Hipertensi dapat dikelompokkan dalam dua kategori besar, yaitu hipertensi
esensial (primer) dan hipertensi skunder. Hipertensi esensial (primer) merupakan
tipe yang hampir sering terjadi 95 persen dari kasus terjadinya hipertensi.
kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Sedangkan hipertensi sekunder
berkisar 5 persen dari kasus hipertensi. Hipertensi sekunder disebabkan oleh
kondisi medis lain (misalnya penyakit jantung) atau reaksi terhadap obat-obatan
tertentu (Palmer, 2007).
2.2 Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi dilihat berdasarkan tekanan darah sistolik dan
tekanan darah diastolik dalam satuan mmHg dibagi menjadi beberapa stadium.
Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah pada penderita hipertensi
Kategori Tekanan Darah
Sistolik
Hipertensi perbatasan 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Hipertensi Ringan (stadium 1) 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Hipertensi Sedang (stadium 2) 160-179 mmHg 100-109 mmHg
Hipertensi Berat (stadium 3) 180-209 mmHg 110-119 mmHg
Hipertensi Maligna (stadium 4) 210 mmHg atau
lebih
120 mmHg atau
lebih
Diambil dari Wiryowidagdo (2002). Tanaman Obat untuk Penyakit Jantung,
Darah Tinggi, &Kolesterol. Jakarta: Agromedia Pustaka.
2.3 Respon Penderita Hipertensi
Pada waktu tidur malam hari tekanan darah berada dalam kondisi rendah,
aktif seseorang maka semakin naik tekanan darahnya. Dapat dibayangkan
semakin tinggi tekanan darah seseorang maka semakin tinggi kekuatan yang
mendorong darah dan dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh darah dan
perdarahan (haemmorrhage) yang dapat terjadi di otak dan jantung sehingga dapat
mengakibatkan, stroke, gagal jantung bahkan kematian (Hayens, 2003).
Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah
yang terus menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan
komplikasi. Oleh karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan
pemeriksaan tekanan darah secara berkala, yang dapat dilakukan pada waktu
check-up kesehatan atau saat periksa ke dokter. Seseorang baru merasakan
dampak gawatnya hipertensi ketika telah terjadi komplikasi. Jadi baru disadari
ketika telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung,
koroner, fungsi ginjal, gangguan fungsi kognitif atau stroke (Lenny, 2008).
Pada penelitian ini, untuk menghindari hasil penelitian yang bias, maka
penderita hipertensi yang menjadi responden dalam penelitian ini yaitu penderita
hipertensi yang tidak mengkonsumsi obat-obatan anti hipertensi sehingga dapat
dilihat hasil pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) terhadap penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi. Oleh karena itu, pada penelitian ini lebih
difokuskan untuk melihat pemanfaatan mentimun (Cucumis Sativus) terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi yang ringan dan sedang saja.
2.4 Bahaya Hipertensi
Hipertensi apabila tidak disembuhkan maka dalam jangka panjang dapat
mendapatkan suplai darah darinya seperti jantung, otak dan ginjal (Hayens, 2003).
Penyakit yang sering timbul akibat hipertensi adalah stroke, aneurisma, gagal
jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal (Ina, 2008).
Pada organ jantung, hipertensi adalah faktor resiko pendukung terbesar
di seluruh dunia terhadap kejadian penyakit pembuluh darah jantung (Ezzati et al.,
2003 dalam Kaplan, 2006). Infokes (2007) mengatakan bahwa hipertensi adalah
salah satu penyebab kematian nomor satu, secara global. Komplikasi pembuluh
darah yang disebabkan hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung koroner,
imfark (penyumbatan pembuluh darah yang menyebabkan kerusakan jaringan)
jantung, stroke, gagal ginjal dan angka kematian yang tinggi. Dari pemaparan di
atas, terlihat bahwa hipertensi berdampak negatif pada organ-organ tubuh bahkan
dapat mengakibatkan kematian.
2.5 Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi dapat dilakukan dengan dua jenis yaitu penatalaksanaan farmakologis
atau dan penatalaksanaan non farmakologis. Pengobatan hipertensi juga dapat
dilakukan dengan terapi herbal.
2.5.1 Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis adalah penatalaksanaan hipertensi
dengan menggunakan obat-obatan kimiawi, seperti jenis obat anti hipertensi. Ada
berbagai macam jenis obat anti hipertensi pada penatalaksanaan farmakologis,
2.5.1.1 Diuretik
Obat-obatan jenis ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan
tubuh (melalui kencing). Dengan demikian, volume cairan dalam tubuh berkurang
sehingga daya pompa jantung lebih ringan (Dalimartha, et al, 2008). Menurut
Hayens (2003), diuretik menurunkan tekanan darah dengan cara megurangi
jumlah air dan garam di dalam tubuh serta melonggarkan pembuluh darah.
Sehingga tekanan darah secara perlahan-lahan mengalami penurunan karena
hanya ada fluida yang sedikit di dalam sirkulasi dibandingkan dengan sebelum
menggunakan diuretik. Selain itu, jumlah garam di dinding pembuluh darah
menurun sehingga menyebabkan pembuluh darah membesar. Kondisi ini
membantu tekanan darah menjadi normal kembali.
2.5.1.2 Penghambat adrenergik (β-bloker)
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui
penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita
yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial
(Lenny, 2008). Pemberian β-bloker tidak dianjurkan pada penderita gangguan
pernapasan seperti asma bronkial karena pada pemberian β-bloker dapat
mengkambat reseptor beta 2 di jantung lebih banyak dibandingkan reseptor beta 2
di tempat lain. Penghambatan beta 2 ini dapat membuka pembuluh darah dan
saluran udara (bronki) yang menuju ke paru-paru. Sehingga penghambatan beta 2
dari aksi pembukaan ini dengan β-bloker dapat memperburuk penderita asma
2.5.1.3 Vasodilator
Agen vasodilator bekeja langsung pada pembuluh darah
dengan merelaksasi otot pembuluh darah (Wikipedia, 2008). Contoh yang
termasuk obat jenis vasodilator adalah prasosin dan hidralasin. Kemungkinan
yang akan terjadi akibat pemberian obat ini adalah sakit kepala dan pusing
(Dalimartha, et al, 2008).
2.5.1.4 Penghambat enzim konversi angiotensin (penghambat ACE)
Obat ini bekerja melalui penghambatan aksi dari sistem
renin-angiotensin. Efek utama ACE inhibitor adalah menurunkan efek enzim pengubah
angiotensin (angiotensin-converting enzym). Kondisi ini akan menurunkan
perlawanan pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah (Hayens, 2003).
2.5.1.5 Antagonis Kalsium
Antagonis Kalsium adalah sekelompok obat yang berkerja
mempengaruhi jalan masuk kalsium ke sel-sel dan mengendurkan otot-otot di
dalam dinding pembuluh darah sehingga menurunkan perlawanan terhadap aliran
darah dan tekanan darah. Antagonis Kalsium bertindak sebagai vasodilator atau
pelebar (Hayens, 2003). Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung
dengan cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk
golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping
yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah (Lenny,
2008).
Menurut Dalimartha, et al (2008), upaya pengobatan hipertensi dapat
dilakukan dengan pengobatan non farmakologis, termasuk mengubah gaya hidup
yang tidak sehat. Penderita hipertensi membutuhkan perubahan gaya hidup yang
sulit dilakukan dalam jangka pendek. Oleh karena itu, faktor yang menentukan
dan membantu kesembuhan pada dasarnya adalah diri sendiri (Palmer, 2007).
Enam langkah dalam perubahan gaya hidup yang sehat bagi para
penderita hipertensi yaitu:
2.5.2.1 Mengontrol Pola Makan
Hayens (2003) menyarankan mengkonsumsi garam sebaiknya
tidak lebih dari 2000 sampai 2500 miligram. Karena tekanan darah dapat
meningkat bila asupan garam meningkat. Dimana pembatasan asupan sodium
dapat mempertinggi efek sebagian besar obat yang digunakan untuk mengobati
tekanan darah tinggi kecuali kalcium antagonis.
Dalimartha, et al (2008) menyarankan lemak kurang dari 30%
dari konsumsi kalori setiap hari. Mengonsumsi banyak lemak akan berdampak
pada kadar kolestereol yang tinggi. Kadar kolesterol yang tinggi meningkatkan
resiko terkena penyakit jantung (Sheps, 2005).
2.5.2.2 Tingkatkan Konsumsi Potasium dan Magnesium
Pola makan yang rendah potasium dan magnesium menjadi
salah satu faktor pemicu tekanan darah tinggi. Buah-buahan dan sayuran segar
merupakan sumber terbaik bagi kedua nutrisi tersebut untuk menurunkan tekanan
darah (Dalimartha, et al, 2008).
Penelitian yang dimuat dalam American Journal of Clinical
Nutrition yang ditulis dalam Dalimartha, et al (2008) ditemukan bahwa pria yang
mengkonsumsi sedikitnya satu porsi sereal dari jenis padi-padian per hari
mempunyai kemungkinan yang sangat kecil (0-20%) untuk terkena penyakit
jantung. Semakin banyak konsumsi padi-padian, semakin rendah resiko penyakit
jantung koroner, termasuk terkena hipertensi (Dalimartha, et al, 2008).
2.5.2.4 Aktivitas (Olah Raga)
Melalui olah raga yang isotonik dan teratur (aktivitas fisik
aerobik selama 30-45 menit per hari) dapat menurunkan tahanan perifer yang
akan menurunkan tekanan darah (Yundini, 2006). Palmer (2007) mengatakan
bahwa ada delapan cara untuk meningkatkan aktivitas fisik yaitu: dengan
menyempatkan berjalan kaki misalnya mengantar anak kesekolah, sisihkan 30
menit sebelum erangkat bekerja untuk berenang di kolam renang terdekat,
gunakan sepeda untuk pergi kerja selama 2 sampai 3 hari dalam satu minggu,
mulailah berlari setiap hari dimana melakukan latihan ringan pada awalnya dan
tingkatkan secara perlahan-lahan, pada sat istirahat makan siang tinggalkan meja
kerja anda dan mulailah berjalan, pergilah bermain ice-skating, roller-blade atau
bersepeda bersama keluarga atau teman, satu hari dalam satu minggu, lakukan
aktivitas baru misalnya bergabung dengan klub tenis atau bulu tangkis atau belajar
dansa, yang terakhir pilih tangga dibandingkan lift atau eskalator.
2.5.2.5 Bantuan dari Kelompok Pendukung
Sertakan keluarga dan teman menjadi kelompok pendukung
mengerti sepenuhnya tentang besarnya resiko jika tekanan darah kita tidak
terkendali. Dengan demikian keluarga dan teman akan membantu dengan
memperhatikan makanan kita atau mengingatkan saat tiba waktunya untuk minum
obat atau untuk melakukan aktivitas berjalan-jalan setiap hari dan mungkin saja
mereka bahkan akan menemani kita (Sheps, 2005). Penelitian yang ditulis dalam
Dalimartha, et al (2008) menunjukkan dukungan kelompok terbukti berhasil
dalam mengubah gaya hidup untuk mencegah hipertensi
2.5.2.6 Berhenti Merokok dan Hindari Konsumsi Alkohol berlebih
Nikotin dalam tembakau adalah penyebab meningkatnya
tekanan darah. Nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah di dalam
paru-paru dan diedarkan ke aliran darah. Dalam beberapa detik nikotin mencapai ke
otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal
untuk melepas epinefrin (adrenalin), sehingga dengan pelepasan hormon ini akan
menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat
karena tekanan yang lebih tinggi (Sheps, 2005).
Demikian juga dengan alkohol, efek semakin banyak
mengkonsumsi alkohol maka semakin tinggi tekanan darah, sehingga peluang
terkena hipertensi semakin tinggi (Hayens, 2003). Menurut Sheps (2005) alkohol
dalam darah merangsang pelepasan epinefrin (adrenalin) dan hormon-hormon lain
yang membuat pembuluh darah menyempit atau menyebabkan penumpukan lebih
banyak natrium dan air. Selain itu minum-minuman alkohol yang berlebihan
dapat menyebabkan kekurangan gizi yaitu penurunan kadar kalsium dan
peningkatan tekanan darah (Sheps, 2005). Beberapa laporan mnyimpulkan bahwa
efek alkohol dimulai dari asupan alkohol yang paling rendah. Jadi, seseorang yang
tidak mengkonsumsi alkohol maka cenderung memiliki tekanan darah yang
normal. Laporan lain menunjukkan ada batas atau ambang tertentu dari alkohol
yang dapat mempengaruhi tekanan darah (Hayens, 2003).
2.5.3 Terapi Herbal
Di dalam Traditional Chinesse Pharmacology, ada lima macam cita
rasa dari tanaman obat yaitu pedas, manis, asam, pahit, dan asin. Penyajian jenis
obat-obatan herbal khususnya dalam terapi hipertensi disuguhkan dengan
beberapa cara, misalnya dengan dimakan langsung, disajikan dengan dibuat jus
untuk diambil sarinya, diolah menjadi obat ramuan ataupun dimasak sebagai
pelengkap menu sehari-hari (Dalimartha, et al, 2008).
Adapun tanaman obat tradisional yang dapat di gunakan untuk
penyakit hipertensi yaitu: bawang putih (Allimun sativum L), seledri (Apium
graveolens L), belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L), belimbing (Averrhoa
carambola L), teh (Camellia sinensis L), wortel (Daucus carota L), mengkudu
(Morinda citrifolia L), mentimun (Cucumis sativus L) dan lain-lain
(Wiryowidagdo, 2002).
3. Mentimun (Cucumis Sativus)
3.1 Pengertian
Timun atau mentimun (Cucumis Sativus) adalah tanaman merambat,
daunnya seperti bentuk tangan, besar dan berbulu kasar serta berkeping 3 sampai
7, berakar serabut dan bentuknya bulat panjang, berwarna hijau muda dan
mengandung banyak air. Isi buahnya lembut dan berbiji kecil-kecil berbentuk
pipih (Wiryowidagdo, 2002).
Para ahli menamai mentimun Cucumis Sativus L. Mentimun termasuk
keluarga besar suku labu-labuan atau Cucurbitaceae. Timun biasanya dipanen
sebelum matang benar. Timun berupa herbal menjalar atau setengah merambat. Ia
termasuk tanaman semusim. Artinya setelah berbunga dan berbuah ia akan mati.
Satu tumbuhan dapat menghasilkan 20 buah namun dalam budidaya biasanya
jumlah buah dibatasi untuk menghasilkan ukuran buah yang baik (Fikri, 2008).
3.2 Sejarah
Menurut Fikri (2008) di dalam berbagai literatur tertulis, timun merupakan
tumbuhan asli India. Tumbuhan ini ditemukan pertama kali 10.000 tahun lalu.
Uniknya, dari India timun justru tidak menyebar ke negara Asia lainnya, tetapi
malah ditanam di Yunani dan Italia. Setelah itu barulah bibit timun di bawa ke
China. Pada abad ke-9 timun ditanam di Prancis. Kemudian abad ke-14 ditanam
di Inggris, dan dua abad kemudian barulah timun masuk ke Amerika Utara. Saat
itu, tahun 1494 timun sudah ditanam di Haiti. Tahun 1535 tumbuhan ini ditanam
petani di Montreal, kemudian tahun 1584 ditanam di Florida. Tidak jelas benar
kapan timun masuk ke Indonesia. Yang jelas kini timbuhan ini dapat ditemukan di
hampir seluruh dunia (Fikri, 2008).
Ada banyak jenis mentimun yang bisa ditemukan di pasaran.
Mentimun-mentimun ini bervariasi dalam bentuk, ukuran, maupun warna kulitnya. Tetapi
efek sehat yang terkandung dalam masing-masing jenis ini sama ampuhnya untuk
menyembuhkan penyakit (Majalah Nirmala, 2008 dalam
http://cybermed.cbn.net.id).
3.3.1 Mentimun Lokal. Sayuran berbentuk bulat panjang dengan kulit berwarna hijau berlarik-larik putih kekuningan ini bisa dimakan mentah sebagai
lalapan, campuran keredok den rujak, serta bisa diolah menjadi acar, dijus,
direbus, atau dikukus. Mentimun lebih disarankan untuk dimakan mentah, karena
proses pemasakan dan pengolahan menjadi acar akan mengurangi kandungan
vitamin dan mineralnya, terutama vitamin C (Majalah Nirmala, 2008 dalam
http://cybermed.cbn.net.id).
3.3.2 Mentimun Jepang (Kyuri). Timun asal negeri sakura ini memiliki bentuk yang lebih 'ramping' dan panjang dibanding mentimun lokal. Kulitnya
berwarna hijau gelap dengan bintik-bintik putih timbul yang membuat
permukaannya tidak rata. Rasa dan teksturnya lebih lembut daripada mentimun
lokal. Mentimun jeinis kyuri sangat cocok diolah menjadi campuran salad dan
acar (Majalah Nirmala, 2008 dalam http://cybermed.cbn.net.id).
3.3.3 Mentimun Gherkin. Disebut juga mentimun acar atau baby kyuri. Sesuai namanya mentimun ini lebih sering diolah menjadi acar. Ukurannya lebih
kecil dengan kulit berwarna hijau tua dan ada bintik-bintik yang timbul seperti
kyuri. Rasanya renyah, tidak terlalu berair dan tidak bergetah (Majalah Nirmala,
3.3.4 Zucchini. Sayuran yang masih bersaudara dengan mentimun ini sering disebut sukini atau timun Italia. Memiliki ukuran lebih besar den tidak
terlalu berair dibanding mentimun. Bentuknya tidak bulat sempurna, tapi
bersegi-segi. Warna kulitnya hijau lumut tua dan mengkilap. Bagian dalamnya berwarna
putih menyerupai oyong. Majalah Nirmala (2008 dalam
http://cybermed.cbn.net.id) mengatakan berbeda dengan mentimun, sukini jarang
dimakan mentah.
3.4 Habitat
Masyarakat pada umumnya menanam mentimun (Cucumis Sativus) di
sawah atau di ladang sebagai tanaman komersial. Mentimun tumbuh sepanjang
tahun dan tergolong tanaman merambat (Mangonting, et al, 2008).
3.5Kandungan Mentimun (Cucumis Sativus)
Buah mentimun (Cucumis Sativus) mengandung sejumlah zat kimia alami
diantaranya, vitamin A, B, C, E, saponin, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi,
belerang, flavonoid dan polifenol. Secara rinci di dalam 100 gram buah timun
terdapat energi 20 kkal, karbohidrat 3.63 gr, gula 1.67 gr, serat pangan 0.5 gr,
lemak 0.11 gr, protein 0.65 gr, Vitamin B1 0.027 mg, Vitamin B2 0.033 mg,
Vitamin B3 0.098 mg, vitamin B5 0.259 mg, vitamin B6 0.040 mg, folate 2%,
vitamin C 2.8 mg, kalcium 16 mg, zat besi 0.28 mg, magnesium 13 mg, fospor 24
mg, potassium 147 mg, zinc 0.20 mg (Fikri, 2008).
3.6Khasiat Mentimun (Cucumis Sativus)
Mentimun (Cucumis Sativus) mempunyai banyak khasiat. Dalam berbagai
untuk mengobati penyakit seperti susah buang air besar, menurunkan kolesterol,
meningkatkan kekebalan tubuh, mencegah hepatitis, sariawan, demam, darah
tinggi dan beberapa gangguan kesehatan lainnya (Mangonting, et al, 2008).
Kandungan serat dalam mentimun dapat menurunkan kadar lemak tubuh
dan kolesterol serta memberi efek mengenyangkan sehingga kita jadi tidak
gampang lapar. Selain itu, mentimun juga mengandung asam malonat yang dapat
mencegah gula darah berubah menjadi lemak, sehingga sangat membantu
menurunkan berat badan (Majalah Nirmala, 2008 dalam
http://cybermed.cbn.net.id).
3.7Pemanfaatan Mentimun terhadap Tekanan Darah Tinggi
Pemanfaatan mentimun dalam menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi yaitu dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (melalui air seni)
(Mangonting, et al, 2008). Dimana mentimun mengandung mineral yaitu
potassium, magnesium, dan pospor. Selain itu mentimun juga bersifat diuretic
karena mengandung banyak air sehingga menbantu menurunkan tekanan darah
(Myrank, 2009). Sementara di dalam Majalah Nirmala (2008, dalam
http://cybermed.cbn.net.id) Penderita hipertensi sangat disarankan untuk
mengkonsumsi mentimun, karena kandungan mineral kalium, magnesium, dan
serat di dalam timun bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah. Serta mineral
magnesium yang juga berperan melancarkan aliran darah dan menenangkan saraf.
3.8Cara Meramu atau Membuat Jus Mentimun (Cucumis Sativus)
Cara meramu atau membuat jus mentimun untuk penyakit hipertensi yaitu:
dan selanjutnya disaring. Pemarutan bisa dilakukan secara manual maupun non
manual. Pemakaian hasil saringan diminum sekaligus, sementara untuk
penggulangan harus dibuat ramuan baru (Wiryowidagdo, 2002). Sementara
menurut Fikri (2008) cara meramu mentimun (Cucumis Sativus) untuk
menurunkan tekanan darah tinggi yaitu ambil sebanyak 2 buah timun ukuran
sedang. Cuci sampai bersih lalu potong-potong seperlunya. Kemudian rebus
dengan 3-4 gelas air sampai tersisa separuhnya. Dinginkan, saring. Bagi ramuan
menjadi dua. Minum pagi dan malam. Lakukan pengobatan sampai sembuh.
Dalam penelitian ini, peneliti memilih ramuan mentimun menurut
Wiryowidagdo, (2002) dimana sebanyak 300 gram mentimun dicuci dan diparut
kemudian diperas dan selanjutnya disaring dan diminum 2 kali sehari yaitu pagi
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat
pemanfaatan mentimun (Cucumis Sativus) terhadap penurunan tekanan darah oleh
pendeita hipertensi (ringan dan sedang) yang digambarkan sebagai berikut:
Skema: Kerangka konseptual penelitian Pemanfaatan Mentimun (Cucumis Sativus) terhadap Panurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi.
2. Defenisi Operasional 2.1Tekanan darah
Tekanan darah pada penelitian ini didefenisikan sebagai tekanan yang
ditimbulkan pada dinding arteri brachialis yang terdiri dari tekanan sistolik dan
tekanan diastolic dengan kategori tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan Penderita
tekanan darah diastolic 90-99 mmHg pada penderita hipertensi ringan, dan
tekanan darah sistolik 160-179 mmHg dan tekanan darah diastolic 100-109
mmHg pada penderita hipertensi sedang yang diukur dengan sphygmomanometer
dan stetoskop pada saat sebelum dan sesudah melakukan pemanfaatan mentimun
(cucumis sativus), kemuadian hasil pengukuran tekanan darah disajikan dalam
bentuk lembar observasi tekanan darah dengan satuan mmHg dan dengan skala
interval.
2.2 Pemanfaatan Mentimun
Pemanfaatan yang dimaksud didalam penelitian ini adalah pemanfaatan
mentimun yang diolah menjadi sebuah minuman yaitu dengan cara memarut 300
gr mentimun yang sudah dicuci, kemudian hasil parutan diperas dan selanjutnya
disaring, kemudian diminum sebanyak 2 kali sehari selama satu minggu. Alat
ukur yang digunakan yaitu lembar observasi daftar kegiatan selama 7 hari.
Dimana minum 1x = 1, minum 2x = 2 dan tidak minum = 0. Dengan hasil ukur
memanfaatkan 10-14 kali, cukup memanfaatkan 5-9 kali dan kurang
BAB 4
METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif observasional yang bertujuan
untuk mengetahui pemanfaatan mentimun (Cucumis Satuvus) terhadap penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi dan bagaimana perbedaan tekanan darah
sebelum dan sesudah pemanfaaatan mentimun (Cucumis Sativus).
2. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita hipertensi ringan dan
sedang dengan kategori ringan (tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan
diastolik 90-99 mmHg) dan sedang (tekanan darah sistolik 160-179 mmHg dan
diastolik 100-109 mmHg) yang merupakan warga Dusun I Desa Pulau Sejuk
Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara.
3. Sampel Penelitian
Sampel dipilih dengan mengggunakan tehnik purposive sampling, yaitu suatu
tehnik penempatan sampel dengan dikehendaki peneliti sehingga sampel tersebut
dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam,
2003). Penentuan jumlah sampel digunakan berdasarkan Besar Sampel Dalam
Penelitian Kesehatan oleh Lemeshow (1997) yaitu sebanyak 20 orang. Kemudian
20 orang ini akan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 10 orang untuk kelompok
Adapun kriteria sample dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penderita hipertensi (ringan dan sedang)
2. Tidak tidak minum alkohol
3. Pria/Wanita dewasa berusia sekitar 25-60 tahun
4. Ada riwayat penyakit hipertensi
5. Tidak minum obat anti hipertensi
6. Bersedia mengikuti kegiatan penelitian selama penelitian
berlangsung
4. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Dusun I Desa Pulau Sejuk Kecamatan Lima Puluh
Kabupaten Batu Bara. Alasan peneliti memilih lokasi ini sebagai tempat
penelitian karena lokasi ini jauh dari pusat kesehatan masyarakat dan jumlah
penduduk yang berusia di atas 25 tahun lebih kurang 50% dari jumlah penduduk
yang berada di Dusun I Desa Pulau Sejuk. Penelitian ini dilaksanakan mulai 25
Desemer 2009 sampai 1 Januari 2010.
5. Pertimbangan Etik Penelitian
Pertimbangan etik dalam penelitian ini yaitu pertama peneliti mengajukan
surat permohonan izin untuk pelaksanaan penelitian kepada Dekan Fakultas
Keperawatan USU, mengajukan surat permohonan izin melakukan penelitian
kepada kepala desa Desa Pulau Sejuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu
Bara. Setelah mendapatkan izin dari kepala desa peneliti menyerahkan langsung
lembar penelitian kepada responden, agar responden mengetahui maksud dan
menandatangani lembar persetuajuan. Jika responden menolak untuk dimenjadi
responden penelitian maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati
haknya sebagai responden. Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak
akan mencantumkan nama responden. Lembar tersebut hanya diberi nomor kode
tertentu. Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh
peneliti. Selanjutnya responden diminta untuk membaca dan memahami isi surat
persetujuan. Apabila responden bersedia maka responden diminta untuk
menandatangani surat persetujuan yang telah dibaca dan dipahami. Lembar
persetujuan dapat dilihat pada lampiran I.
6. Instrumen Penelitian 1. Data Demografi
Data demografi ini berguna untuk membantu peneliti mengetahui latar
belakang dari responden yang bisa berpengaruh terhadap penelitian ini. Data
demografi meliputi nomor responden, usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi
badan, pekerjaan/aktivitas, suku. Data demografi ini dapat dilihat pada lampiran 2.
2. Lembar Observasi Daftar Kegiatan Penelitian
Lembar observasi daftar kegiatan penelitian ini berguna untuk melihat
tingkat pemanfaatan responden terhadap pemanfaatan mentimun (cucumis
sativus). Untuk menentukan tingkat pemanfaatan mentimun (cucumis sativus)
digunakan rumus panjang kelas (Sudjana, 1998) yaitu: perbandingan antara
rentang kelas dengan jumlah kelas. P = rentang/banyak kelas, dimana P
merupakan panjang kelas dengan rentang 14 dengan 3 kategori nilai 0 untuk yang
dalam satu hari. untuk menilai tingkat pemanfaatan mentimun (cucumis Sativus),
maka didapat panjang kelas 4,66 dan dibulatkan menjadi 5, menggunakan P = 5
dan nilai terendah 0. Jadi tingkat pemanfaatan mentimun (cucumis sativus):
memanfaatkan = 10-14, cukup memanfaatkan = 5-9, dan kurang memanfaatkan =
0-4.
3. Lembar observasi tekanan darah pre dan post Pemanfaatan Mentimun
(Cucumis Sativus)
Hasil pengukuran tekanan darah pre dan post pemanfaatan mentimun
(Cucumis Sativus) disajikan dalam bentuk lembar observasi dengan skala mmHg
yang dapat dilihat pada lampiran 3 dengan tujuan untuk melihat hasil pemanfaatan
mentimun (cucumis sativus) terhadap penurunan tekanan darah pada penderita
hipertensi.
7. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat pengukur
tekanan darah (sphygmomanometer), lembar cara mengukur tekanan darah,
mentimun (cucumis sativus), lembar cara meramu mentimun (cucurmis sativus)
menjadi sebuah minuman, dan lembar observasi daftar pelaksanaan pemanfaatan
mentimun selama penelitian berlangsung.
8. Proses Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Mengajukan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada Dekan
2. Mengajukan surat permohonan izin kepada kepala desa Desa Pulau Sejuk
Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara.
3. Mengumpulkan calon responden dilakukan dalam dua tahap, yaitu: calon
responden wanita diambil dari perwiritan wanita/ibu-ibu, dan calon
responden pria diambil dari perwiritan pria/bapak-bapak.
4. Memberikan penyuluhan tentang pemanfaatan mentimun (Cucumis
Sativus) terhadap hipertensi dan memberikan leaflet kepada seluruh calon
responden. Kemudian mengukur tekanan darah dengan menggunakan
sphygmomanometer dan stetoskop seluruh calon responden pre
pemanfaatan mentimun (cucumis sativus). Setelah itu peneliti menentukan
siapa saja yang menjadi kelompok responden.
5. Menjelaskan tujuan, manfaat, prosedur pengumpulan data pada calon
responden.
6. Mengelompokkan responden yang bersedia mengikuti penelitian dan
memenuhi kriteria penelitian dijadikan sebagai kelompok pemanfaatan.
7. Memberikan informed consent kepada kelompok responden.
8. Menjelaskan jadwal kontrak kegiatan pemanfaatan mentimun (cucumis
sativus).
9. Mengisi kuesioner data demografi responden dengan melakukan
wawancara pada responden.
10.Memantau responden dalam melakukan kegiatan pemanfaatan mentimun
(Cucumis Sativus) setiap hari selama 7 hari sebanyak 2 x sehari, dan
11.Pengukuran pre dan post tekanan darah pada kelompok yang
memanfaatkan mentimun dilakukan selama 7 hari. Untuk tekanan darah
pre dilakukan pada pagi hari sebelum responden minum jus mentimun,
sedangkan untuk pengukuran tekanan darah post dilakukan pada sore
hari. Alasan peneliti melakukan pengukuran setiap hari karena tidak semua
responden dalam penelitian ini melakukan pemanfaatan mentimun setiap
hari , jadi peneliti ingin melihat perbedaan tekanan darah responden yang
melakukan pemanfaatan mentimun dengan yang tidak melakukan
pemanfaatan mentimun.
12.Dalam melakukan pemanfaatan mentimun, peneliti tidak langsung
melakukan intervensi kepada responden, tetapi responden melakukan
pemanfaatan mentimun dengan kehendaknya sendiri. Pertimbangan
peneliti tidak memaksakan responden untuk melakukan pemanfaatan
mentimun (cucumis sativus) yaitu karena pertimbangan etika.
13.Mengukur kembali tekanan darah post pemanfaatan mentimun (Cucumis
Sativus).
9. Analisa Data
Setelah dilakukan pengumpulan data maka dilakukan analisa data. Data yang
diperoleh dari setiap responden berupa data demografi yang merupakan hasil
wawancara peneliti pada saat pengisian kuesioner data demografi kepada
penderita hipertensi, hasil observasi pelaksanaan pemanfaatan mentimun
(Cucumis Sativus), dan hasil pengukuran tekanan darah sebelum dilakukan
mentimun (Cucumis Sativus) terhadap penurunan tekanan darah pada penderita
hipertensi. Selanjutnya dilakukan pengolahan data.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menyajikan data-data demografi dan
tekanan darah pre dan post pemanfaataan mentimun (Cucumis Sativus) dalam
bentuk tabel.
2. Uji Statistik Odds-Ratio
Dalam penelitian ini uji statistik odds ratio digunakan untuk melihat
berapa besar resiko penurunan tekanan darah pada kelompok pemanfaatan setelah
melakukan pemanfaatan mentimun dengan kelompok kontrol. Kemudian data
statistik yang telah diperoleh diolah dengan menggunakan komputerisasi.
3. Statistik Inferensial
Statistik inferensial digunakan untuk mengetahui penurunan tekanan darah
pre dan post pemanfaatan mentimun (cucumis sativus), uji yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji statistik paired sample t-test sedangkan perbedaan
tekanan darah antara kelompok pemanfaatan dan kontrol di uji dengan
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian serta pembahasan mengenai
pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) terhadap penurunan tekanan darah pada
penderita hipertensi di Dusun I Desa Pulau Sejuk Kecamatan Lima Puluh
Kabupaten Batu Bara.
1. Hasil Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan mulai dari tanggal 25 Desember 2009 sampai
1 Januari 2010. Penelitian ini melibatkan 20 orang responden yang dibagi menjadi
dua kelompok yaitu 10 orang responden kelompok yang memanfaatkan mentimun
(cucumis sativus) selama 7 hari yang dilakukan 2 kali sehari. Sedangkan 10 orang
responden yang lain adalah kelompok yang tidak memamfaatkan mentimun
(cucumis sativus) yang dilakukan pendidikan kesehatan tentang hipertensi dan
manfaat mentimun (cucumis saivus) untuk menurunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi.
Hasil penelitian ini memaparkan karakteristik demografi responden, tingkat
pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) pada kelompok yang memanfaatkan,
resiko relatif pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) terhadap penurunan
tekanan darah, tekanan darah responden pre dan post pemanfaatan mentimun
(cucumis sativus), perbedaan tekanan darah pre dan post pemanfaatan mentimun
memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) dengan kelompok yang tidak
memanfaatkan mentimun (cucumis sativus).
1.1 Karakteristik Demografi Responden
Responden penelitian ini adalah penderita hipertensi ringan dan sedang di
Dusun I Desa Pulau Sejuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara. Usia
responden dalam penelitian ini berada pada rentang 21-60 tahun yang merupakan
usia dewasa akhir (M=45.60, SD=9,675), dan lebih dari setengah responden
(70%) pada kelompok yang memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) berada
pada rentang usia 41-60 tahun yaitu usia setengah baya (middle age) dan lebih
dari setengah responden (60%) dari kelompok yang tidak memanfaatkan
mentimun (cucumis sativus) berada pada rentang usia 21-40 tahun yaitu usia
dewasa awal (early adulthood).
Berdasarkan jenis kelamin, lebih dari setengah responden pada kelompok
yang memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) adalah perempuan (60%),
sedangkan pada kelompok yang tidak memanfaatkan mentimun (cucumis sativus)
hampir seluruhnya adalah perempuan yaitu (80%). Hampir setengah berat badan
responden dalam penelitian ini berada pada rentang 50-59 kg (45%), dengan
mayoritas tinggi badan 150-159 cm (60%) pada kelompok yang memanfaatkan
mentimun (cucumis sativus) dan (60%) pada kelompok yang tidak memanfaatkan
mentimun (cucumis sativus). Jika dilihat dari BMI (Body Mass Index) sebanyak
obesitas, sedangkan pada kelompok yang tidak memanfaatkan mentimun
(cucumis sativus) sebanyak 20% adalah berat badan berlebih. Menjadi seorang
petani adalah pilihan terbanyak sebagai jenis pekerjaan atau aktivitas keseluruhan
dari responden yaitu setengah responden (50%) pada kelompok yang
memanfaatan mentimun (cucumis sativus) dan tiga perlima (60%) pada kelompok
yang tidak memanfaatkan mentimun (cucumis sativus). Menurut kategori suku
responden pada kelompok yang memanfaatan mentimun (cucumis sativus) lebih
dari setengah (70%) bersuku Jawa dan pada kelompok yang tidak memanfaatkan
mentimun (cucumis sativus) seluruhnya responden (100%) bersuku Jawa.
Karakteristik demografi responden dapat dilihat pada tabel 2.
Table 2. Karakteristik Demografi Responden
Karakteristik Data
Frekuensi (n) Persentase (%)
4. BB (kg)
1.2 Tingkat Pemanfaatan Mentimun (cucumus sativus) pada Kelompok
Kasus
Tingkat pemanfaatn mentimun (cucumis sativus) pada kelompok yang
memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) diukur berdasarkan banyaknya
responden melakukan pemanfaatan mentimun. Dalam peneitian ini didapatkan
lebih dari setengah (70%) responden termasuk tingkat cukup memanfaatkan dan
(30%) termasuk kurang memanfaatkan. Tingkat Pemanfaatan Mentimun
Tabel 3. Tingkat pemanfaatan mentimun pada kelompok yang
memanfaatkan mentimun (cucumis sativus)
Tingkat pemanfaatan Range Frekuensi (n) Persentase (%)
Cukup Memanfaatkan 5-9 7 70%
Kurang Memanfaatkan 3-4 3 30%
Grafik 1. Tingkat pemanfaatan mentimun pada kelompok pemanfaatan
mentimun (cucumis sativus)
Dari hasil penggukuran diatas maka dapat diketahui gambaran nilai
rata-rata pada tingkat cukup memanfaatkan adalah 7.29 (SD: 1.496) dengan rentang
(5-9) dan tingkat kurang memanfaatkan adalah 3.33 (SD: 0.577) dengan rentang
Tabel 4. Tingkat pemanfaatan mentimun pada kelompok yang
memanfaatkan mentimun (cucumis sativus)
Tingkat Pemanfaatan Mean Sd Range
Cukup Memanfaatkan 7.29 1.496 5-9
Kurang Memanfaatkan 3.33 0.577 3-4
1.3Tekanan darah responden pre dan post pemanfaatan mentimun (cucumis
sativus)
Responden kedua kelompok diukur tekanan darahnya pada arteri
brachialis dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop. Tekanan
darah sistolik dan diastolik yang diukur dan dikelompokkan berdasarkan
klasifikasi tekanan darah dimana hipertensi ringan berarti tekanan sistolik
140-159 dan tekanan diastolik 90-99, dan hipertensi sedang berarti tekanan sistolik
160-179 dan tekanan diastolik 100-109 (Wiryowidagdo, 2002). Kemudian hasil
pengukuran tekanan darah pada kedua kelompok dicatat dalam lembar observasi
Dari hasil pengukuran tekanan darah yang dicatat dalam lembar observasi
diketahui bahwa tekanan darah pre pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) pada
kelompok yang memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) lebih dari setengah
responden (70%) termasuk klasifikasi hipertensi ringan dan kurang lebih sepertiga
responden (30%) termasuk hipertensi sedang. Kemudian setelah dilakukan
pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) pada kelompok yang memanfaatkan
mentimun (cucumis sativus) tekanan darah post pemanfaatan mentimun (cucumis
sativus) (90%) responden mengalami penurunan tekanan darah yaitu sebanyak
lebih dari satu pertiga dari responden (40%) mengalami penurunan keklasifikasi
mengalami penurunan menjadi normal, dan (10%) tidak mengalami penurunan.
Sedangkan pada kelompok yang tidak memanfaatkan mentimun (cucumis
sativus), setelah dilakukan pendidikan kesehatan seluruh respnden (100%) berada
pada klasifikasi hipertensi ringan. Tekanan darah responden pre dan post
pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) dilihat pada tabel 5.
Tabel 5: Tekanan darah responden pre dan post pada kelompok yang memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) dengan kelompok yang tidak
memanfaatkan mentimun (cucumis sativus)
Kelompok Range Pre Post
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Kasus 150-159 / 100-109 3 30% 1 10%
140-149 / 90-99 7 70% 0 0%
130-139 / 85-89 0 0% 4 40%
< 130 / < 85 0 0% 5 50%
Kontrol 150-159 / 100-109 1 10% 0 0%
140-149 / 90-99 9 90% 10 100%
Grafik 2. Tekanan darah pre dan post Kelompok yang memanfaatkan mentimun (cucumis sativus)
Grafik 3. Tekanan darah kelompok yang tidak memanfaatkan mentimun (cucumis
Dari hasil penggukuran diatas maka dapat diketahui gambaran nilai
rata-rata tekanan darah sistolik responden pre dan post pemanfaatan mentimun
(cucumis sativus) yaitu rata-rata tekanan darah sistolik pada kelompok yang
memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) pre pemanfaatan metimun adalah
154.60 (SD: 10.658) dengan rentang (140-178) dan post pemanfaatan mentimun
adalah 131.50 (SD: 12.581) dengan rentang (114-162). Sedangkan rata-rata
tekanan darah sistolik pre pada kelompok yang tidak memanfaatkan mentimun
(cucumis sativus) adalah 151.60 (SD: 6.328) dengan rentang (142-162) dan post
adalah 151.90 (SD: 5.363) dengan rentang (144-159).
Adapun tekanan darah diastolik pada kelompok yang memanfaatkan
mentimun (cucumis sativus) pre pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) adalah
97.30 (SD: 4.498) dengan rentang 92-105 dan post pemanfaatan mentimun
(cucumis sativus) 83.50 (SD: 7.821) dengan rentang 72-100. Sedangkan rata-rata
tekanan darah diastolik pre pada kelompok yang tidak memanfaatkan mentimun
(cucumis sativus) adalah 95.60 (SD: 2.757) dengan rentang 92-101 dan post
adalah 94.90 (SD: 2.283) dengan rentang 92-98. Tekanan darah responden pre
dan post pemanfaatan mentimun (cucmis sativus) dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Tekanan darah responden pre dan post pemanfaatan mentimun (cucumis sativus)
Kelompok Pengukuran Pre pemanfaatan Post pemanfaatan
Mean Sd Range Mean Sd Range
Kasus Sistolik 154.60 10.658 140-178 131.50 12.581 114-162
Diastolik 97.30 4.498 92-105 83.50 7.821 72-100
Kontrol Sistolik 151.60 6.328 142-162 151.90 5.363 144-159
1.4Resiko Relatif Pemanfaatan Mentimun (cucumis sativus) Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada kedua kelompok
Uji statistik Odds Ratio digunakan untuk mengetahui seberapa besar
resiko pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) terhadap terjadinya penuruna
tekanan darah. Penelitian ini berhasil mengungkapkan bahwa 81,000 kali lebih
besar responden mengalami penurunan tekanan darah dibandingkan dengan
responden yang tidak memanfaatkan mentimun. Berdasarkan perhitungan Odds
Ratio (OR) terhadap penurunan tekanan darah pada tingkat kepercayaan (CI) =
95% (4.361<OR<1504.642 ), maka didapatkan OR sebesar 81.00. Dengan Asymp.
Sig:0.003. Resiko Relatif Odds Ratio pemanfaatan mentimun terhadap penurunan
tekanan darah dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 7. Pemanfaatan Mentimun(cucumis sativus) dengan Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi
Tabel 8. Resiko Pemanfaatan Mentimun Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Value Lower Upper Asym. Sig Odds Ratio kelompok
(kasus / kontrol)
81.000 4.361 1504.462 0.003
TD Total