BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Pembahasan
Dari hasil penelitian, peneliti membahas masalah penelitian mengenai
bagaimana pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) terhadap penurunan tekanan
darah pada penderita hipertensi.
2.1Karekteristik Demografi Responden
Berdasarkan usia responden dari kedua kelompok dalam penelitian ini
dibagi kedalam rentang usia 21-60 tahun yaitu termasuk usia dewasa akhir di
mana 55% dari responden pada kelompok yang memanfaatkan mentimun
(cucumis sativus) dan kelompok yang tidak memanfaatkan mentimun (cucumis
sativus) berada pada rentang usia 41-60 tahun dan pada kelompok yang
memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) memiliki nilai M=46.20, SD=9.675
dan min-max=26-56, begitu juga pada kelompok yang tidak memanfaatkan
mentimun (cucumis sativus) memiliki nilai M=40.00, SD=8.435 dan min-
max=28-57.
Hal ini menunjukkan bahwa angka kejadian hipertensi banyak terjadi pada
rentang usia 20-60 tahun. Sesuai dengan pendapat Yundini (2006) yang
mengatakan bahwa dari berbagai penelitian epidemiologi yang dilakukan di
penderita hipertensi. Informasi yang lain juga sependapat dengan Yundini dimana
Sheps (2005) mengatakan hipertensi paling sering dijumpai pada orang berusia 35
tahun ke atas. Di antara orang amerika baik yang berkulit hitam maupun berkulit
putih yang berusia 65 tahun ke atas, 50% menderita penyakit hipertensi.
Dalimartha, et al (2008) juga sependapat dengan Sheps dimana pada umumnya,
hipertensi menyerang pada usia di atas 30 tahun
Berdasarkan jenis kelamin dari seluruh responden pada penelitian ini lebih
dari setengah responden adalah perempuan ((60%) pada kelompok yang
memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) dan (80%) pada kelompok yang tidak
memanfaatkan mentimun (cucumis sativus)). Sesuai dengan pendapat Lewington
(2002, dalam Kaplan, 2006) bahwa angka kematian dengan penyebab penyakit
tekanan darah tinggi lebih banyak pada wanita dari pada pria. Hal ini sesuai juga
dengan pendapat Yundini (2006) yang mengatakan bila ditinjau perbandingan
antara wanita dan pria, ternyata wanita lebih banyak menderita hipertensi. Sama
halnya di dalam penelitian ini dimana peneliti juga menemukan jumlah responden
perempuan lebih banyak daripada laki-laki.
Adapun berat badan responden bila diukur berdasarkan BMI (Body Mass
Index) dari WHO dengan perhitungan berat badan (kg) dibagi tinggi badan yang
dikuadratkan (m2) untuk mencari berat badan ideal maka (15%) responden
memiliki berat badan berlebih (BBB) dan (10%) responden adalah obesitas. Hal
ini menunjukkan bahwa responden penderita hipertensi memiliki masalah
kelebihan berat badan dan membuktikan bahwa ada kaitan antara kelebihan berat
Pendapat mengenai ini juga diutarakan oleh Dalimartha (2008) bahwa
berdasarkan penelitian, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi hipertensi,
penelitian membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah
penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita
hipertensi dengan berat badan normal.
2.2Tekanan Darah Responden pre dan post pemanfaatan mentimun (cucumis
sativus)
Data awal pengukuran tekanan darah pada penelitian ini didapatkan
sebanyak (75%) responden termasuk klasifikasi hipertensi ringan dan (25%)
responden termasuk klasifikasi hipertensi sedang. Bila ditinjau berdasarkan kedua
kelompok maka pada kelompok yang memanfaatkan mentimun (cucumis sativus)
lebih dari setengah termasuk menderita hipertensi ringan (70 %) dan selebihnya
termasuk hipertensi sedang (30%). Pada kelompok yang tidak memanfaatkan
mentimun (cucumis sativus) hampir keseluruhan responden (80%) menderita
hipertensi ringan, dan selebihnya (20%) adalah hipertensi sedang.
Dari data diatas, terlihat bahwa jumlah penderita hipertensi ringan lebih
banyak dari pada penderita hipertensi sedang. Hal ini sesuai dengan pendapat
Ridwanamiruddin (2007) yang menyatakan bahwa saat ini kejadian hipertensi di
Indonesia diperkirakan sebanyak 15 juta kasus dengan prevalensi 68,4 %
termasuk hipertensi ringan, 28,1 % hipertensi sedang dan hanya 3,5 % hipertensi
berat.
Penyakit hipertensi jika tidak segera disembuhkan maka dalam jangka
yang mendapatkan suplai darah darinya seperti jantung, otak dan ginjal (Hayens,
2003). Hipertensi merupakan penyebab utama stroke, serangan jantung, gagal
jantung, gagal ginjal, demensia dan kematian prematur. Apabila tidak ditanggapi
secara serius, umur penderitanya bisa diperpendek 10-20 tahun (Sheps, 2005).
Oleh karena itu sangat penting dilakukan penatalaksanaan hipertensi salah
satu terapi non farmakologis yaitu dengan menggunakan mentimun (cucumis
sativus) yang dapat menurunkan hipertensi. Menurut Myrank (2009) mentimun
bersifat diuretik karena kandungan airnya yang tinggi sehingga membantu
menurunkan tekanan darah.
Pada penelitian ini setelah dilakukan pemanfaatan mentimun diperoleh
hasil setengah dari responden (50%) mengalami penurunan tekanan darah menjadi
tekanan darah normal, kemudian (30%) responden turun ke klasifikasi normal
tinggi (prehipertensi) dan (10 %) tidak mengalami penurunan. Sedangkan
tekanan darah kelompok yang tidak memanfaatkan mentimun (cucumis sativus)
seluruhnya menjadi hipertensi ringan (100%).
Hal ini sesuai dengan penelitian Meilinasari, MKes dari Politeknik
Kesehatan Jakarta telah mengemukakan bahwa mereka yang menderita hipertensi
disarankan untuk mengonsumsi mentimun. Menurutnya mentimun dapat
mengobati hipertensi karena kandungan mineral yang ada didalamnya yaitu
potassium, magnesium, dan pospor. Selain itu mentimun bersifat diuretic karena
kandungan airnya yang tinggi sehingga membantu menurunkan tekanan darah
2.3Resiko Relative Pemanfaatan Mentimun Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada kedua kelompok
Pada penelitian ini berasarkan perhitungan Odds Ratio (OR) terhadap
pemanfaatan mentimun pada kepercayaan (CI=95%) dengan nilai lower limit:
4,362 dan upper limit: 1504,462 (4,362<OR<1504,462) maka didapatkan OR:
81,000. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penderita yang
memanfaatkan mentimun mempunyai 81,000 kali lebih besar mengalami
penurunan tekanan darah dibandingkan dengan penderita hipertensi yang tidak
memanfaatkan mentimun.
2.4Perbedaan Tekanan Darah pre dan post Pemanfaatan Mentimun (cucumis
sativus) dan Perbedaan Penurunan Tekanan Darah antara Kelompok yang
Memanfaatkan Mentimun (cucumis sativus) dengan Kelompok yang Tidk
Memanfaatkan Mentimun (cucumis sativus).
Pada penelitian ini dilakukan pemanfaatan mentimun (cucumis sativus)
dalam waktu 7 hari sebanyak 2 x sehari pada kelompok yang memanfaatkan
mentimun (cucumis sativus). Sedangkan pada kelompok yang tidak
memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) hanya diberikan pendidikan kesehatan
tentang manfaatan mentimun (cucumis sativus) untuk penurunan tekanan darah
pada penderita hipertensi. Kedua kelompok dilakukan pengukuran tekanan darah
sebelum dan sesudah pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) dengan
menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop yang kemudian hasilnya dicatat
dalam lembar observasi tekanan darah pre dan post pemanfaatan mentimun
Dari hasil penelitian pada kelompok yang memanfaatkan mentimun
(cucumis sativus) setelah dilakukan pemanfaatan mentimun (cucumis sativus)
terdapat penurunan tekanan darah yang bermakna sedangkan pada kelompok yang
tidak memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) tidak. Pada kelompok yang
memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) tekanan darah sistoliknya memiliki
mean difference = 23.100 dengan level of significant = 0.000, dan tekanan darah
diastolik memiliki mean difference = 13.800 dengan level significant = 0.000.
Hasil ini menunjukkan bahwa tekanan darah kelompok yang memanfaatkan
mentimun (cucumis sativus) pre dan post pemanfaatan mentimun (cucumis
sativus) memiliki perbedaan yang signifikan atau bermakna karena nilai sig yang
diperoleh p<0.05.
Jika ditinjau berdasarkan perbedaan penurunan tekanan darah kelompok
yang memanfaatkan mentimun (cucumis sativus) dan kelompok yang tidak
memanfaatkan mentimun (cucumis sativus), berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tekanan darah
sistolik dan diastolik antara kelompok yang memanfaatkan mentimun (cucumis
sativus) dengan kelompok yang tidak memanfaatkan mentimun (cucumis sativus).
Hal ini didukung dengan diperolehnya nilai p tekanan darah sistolik pemanfaatan
mentimun (cucumis sativus) = 0.021 sehingga dapat disimpulkan p<0.05, begitu
juga dengan perolehan nilai p tekanan darah diastolik = 0.008 yang berarti p<0.05
sehingga diketahui terdapat pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) terhadap
Hal ini sesuai dengan pendapat Genie (2009), bahwa mentimun dapat
mengobati penyakit hipertensi karena kandungan air yang sangat tinggi (hingga
90%),membuat mentimun memiliki efek diuretic (memperlancar buang air kecil)
sehingga membantu menurunkan tekanan darah. Dalimartha, et al (2008) juga
sependapat dengan Genie bahwa mentimun (cucumis sativus) bersifat diuretik
yang dapat menurunkan tekanan darah dengan cara menggeluarkan cairan tubuh
(melalui kencing), dengan demikian volume cairan dalam tubuh berkurang
sehingga daya pompa jantung lebih ringan. Informasi lain juga didapatkan dari
Hayens (2003) yang berpendapat diuretik menurunkan tekanan darah dengan cara
mengurangi jumlah air dan garam di dalam tubuh serta melonggarkan pembuluh
darah. Sehingga tekanan darah secara perlahan-lahan mengalami penurunan
karena hanya ada fluida yang sedikit di dalam sirkulasi dibandingkan dengan
sebelum menggunakan diuretik. Selain itu jumlah garam di dinding pembuluh
darah menurun sehingga menyebabkan pembuluh darah membesar. Kondisi ini
membantu tekanan darah menjadi normal kembali.
Penatalaksanaan hipertensi dengan mentimun (cucumis sativus)
merupakan salah satu cara untuk menurunkan tekanan darah. Dekker (1996)
menyatakan bahwa penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk menurunkan
tekanan darah dengan mengurangi jumlah darah, mengurangi kegiatan jantung
memompa, dan mengurangi mengerutnya dinding-dinding pembuluh nadi halus
sehingga tekanan pada dinding-dinding pembuluh darah berkurang dan aliran