ADISI HCL PADA KAROTENOID
DENGAN MENGGUNAKAN KATALIS PdCl2
TESIS
Oleh
ADRESTA PINEM
087006006 / KIM
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ADISI HCl PADA KAROTENOID
DENGAN MENGGUNAKAN KATALIS PdCl2
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Magister Ilmu Kimia pada Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Oleh
ADRESTA PINEM
087006006 / KIM
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
Judul Tesis : ADISI HCl PADA KAROTENOID DENGAN MENGGUNAKAN KATALIS PdCl2
Nama Mahasiswa : Adresta Pinem Nomor Pokok : 087006006
Program Studi : Magister Ilmu Kimia
Menyetujui : Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Seri Bima Sembiring M.Sc Drs. Nimpan Bangun M.Sc
Ketua Anggota
Ketua Program Studi Dekan
Prof. Basuki Wirjosentono MS. Ph.D Prof. Dr. Eddy Marlianto M.Sc
PERNYATAAN ORISINALITAS
ADISI HCl PADA KAROTENOID
DENGAN MENGGUNAKAN KATALIS PdCl2
T E S I S
Dengan ini saya nyatakan bahwa yang tertulis dalam tesis ini benar benar hasil karya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat pendapat atau karya yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan sumbernya dalam daftar pustaka. Pendapat atau temuan yang terdapat dalam tesis ini dikutip berdasarkan kode ilmiah.
Medan, 18 Mei 2010 Penulis,
Adresta Pinem
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini :
N a m a : ADRESTA PINEM
N I M : 087006006
Program Studi : Magister Kimia Jenis Karya Ilmiah : Tesis
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty Free Righ) atas Tesis saya yang berjudul :
ADISI HCl PADA KAROTENOID DENGAN MENGGUNAKAN KATALIS PdCl2
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak Bebas Royalti
Non-Ekslusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media,
memformat, mengelola dalam bentuk data base, merawat dan
mempublikasikan Tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta.
Medan, 18 Mei 2010
Telah diuji pada
Tanggal : 18 Mei 2010.
PANITIA PENGUJI TESIS :
Ketua : Prof. Dr. Seri Bima Sembiring, M.Sc Anggota : 1. Drs. Nimpan Bangun, M.Sc
2. Prof. Basuki Wirjosentono MS. Ph.D 3. Prof. Dr. Harry Agusnar M.Sc., M.Phill 4. Drs. Darwis Surbakti M.Sc
vi
RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Adresta Pinem SPd
Tempat dan Tanggal Lahir : Juhar, 3 Agustus 1965
Alamat Rumah : Komplek Perumahan BTN Sukamaju Indah
Blok UU No.17 Sunggal Kab. Deli Serdang
Telepon / HP : 06176334632 / HP 0819855806
E-mail : ad2est_pinem@yahoo.co.id
Instansi Tempat Bekerja : SMA Negeri 4 Binjai
Alamat Kantor : Jln. Cut Nyak Dhien No. 134 Binjai
Telepon / Fax : 061-8821608 / -
DATA PENDIDIKAN
SD : TAPNAS Telaga Sari Tamat : 1979
SMP : SMP Katolik Deli Murni Sukamaju Tamat : 1982
SMA : SMA Negeri Tiga Binanga Tamat : 1985
D-III/A-III : FPMIPA IKIP Medan Tamat : 1989
Strata-1 : FPMIPA IKIP Medan Tamat : 1998
KATA PENGANTAR
Terlebih dahulu penulis mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Allah Bapa di dalam Yesus Kristus dan Penyertaan Roh Kudus, karena hanya berkat kasih dan lindunganNya penulis dapat melaksanakan penelitian dan penulisan laporan ini.
Penelitian adalah satu hal yang tidak terpisahkan dalam satu rangkaian kegiatan akademik untuk dapat menyelesaikan perkuliahan pada Program Magister Ilmu Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis telah melaksanakan penelitian dibawah bimbingan dari Komisi Pembimbing. Hasil penelitian tersebut disusun dalam bentuk laporan penelitian dan diajukan sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Magister Sains.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara c.q Badan Perencanaan Pembangunan Daerah ( Bappeda ) karena telah memberikan kesempatan dan bantuan dana berupa beasiswa kepada penulis untuk dapat mengikuti pendidikan pada Program Magister Ilmu Kimia FMIPA USU Medan.
2. Bapak Prof. Dr. Eddy Marlianto M.Sc sebagai Dekan FMIPA USU yang telah mendukung pelaksanaan perkuliahan dan penelitian yang penulis kerjakan di Laboratorium Kimia Anorganik FMIPA USU.
3. Bapak Prof. Basuki Wirjosentono, MS. Ph.D. sebagai Ketua Program Magister Ilmu Kimia dan Bapak Prof. Dr Harry Agusnar, MSc. M.Phill sebagai Sekretaris Program Magister Ilmu Kimia FMIPA USU yang juga sebagai Komisi Penguji yang telah banyak memberikan saran dan dorongan semangat kepada penulis yang sangat menolong penulis dalam menyelesaikan penelitian yang penulis kerjakan.
4. Bapak Prof. Dr. Seri Bima Sembiring, MSc. Sebagai Kepala Laboratorium Kimia Anorganik FMIPA USU yang juga sebagai Komisi Pembimbing I dan kepada Bapak Drs. Nimpan Bangun M.Sc sebagai Komisi Pembimbing II penulis, yang selalu setia dalam membimbing penulis sehingga penelitian dapat terlaksana dan penulisan laporan dapat diselesaikan. Penulis juga mendapat banyak pelajaran yang sangat berguna dalam pelaksanaan tugas setelah selesai pendidikan nantinya.
viii
mengikuti perkuliahan, kegiatan diskusi dan seminar serta ujian yang telah dilaksanakan.
6. Bapak Wali Kota Binjai dan Bapak Kepala Dinas Pendidikan Kota Binjai yang telah memberikan izin belajar kepada penulis untuk dapat mengikuti pendidikan pada Program Magister Ilmu Kimia FMIPA USU.
7. Bapak Drs. Sukatno, Drs. Darmanto M.Pd dan Khaidir Nasutin SPd sebagai Kepala SMA Negeri 4 Binjai beserta guru dan pegawai tempat penulis bertugas atas bantuan moril dan kerja sama selama ini, sehingga penulis dapat membagi waktu untuk bertugas di sekolah dan juga untuk menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan dan penelitian ini.
8. Assisten Laboratorium Kimia Anorganik FMIPA USU antara lain Julianto L.Tobing, Suwanto Gullit, Elisa Saragih dan Catherine atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama melaksanakan penelitian di Laboratorium Kimia Anorganik FMIPA USU.
9. Istriku tercinta Dra. Terkelin Br Ginting dan juga anak anakku yang kukasihi, Santhy Ardelina Pinem, Vienny Yuliarti Pinem dan Avelia Hemagita Pinem yang selalu sabar dan setia serta selalu memberikan dukungan doa dan dana sehingga penulis dapat menyelesaikan semua tugas-tugas dalam perkuliahan dan penelitian.
10. Ibunda D Br Ginting yang selalu memberi nasihat dan dorongan semangat kepada penulis.
11. Teman teman mahasiswa Program Pascasarjana FMIPA USU Angkatan Tahun 2008 teristimewa Adinta Tarigan atas semua kerja sama dan persahabatan sehingga semua tugas perkuliahan dan penelitian dapat penulis kerjakan.
Penulis mengakui bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, kiranya laporan yang telah disusun ini dapat menjadi lebih baik.
Kiranya laporan ini dapat memenuhi syarat untuk menyelesaikan tugas perkuliahan yang penulis kerjakan. Sekian dan terima kasih.
Medan, 18 Mei 2010 Penulis
ADISI HCl PADA KAROTENOID
DENGAN MENGGUNAKAN KATALIS PdCl2
Abstrak
Adisi gas HCl kering pada karotenoid telah dilakukan dengan menggunakan katalis PdCl2. Gas HCl kering diperoleh dengan cara meneteskan H2SO4 98% ke dalam larutan HCl 36% dan karotenoid yang digunakan terlebih dahulu diperkaya hingga konsentrasinya 3452 ppm dalam campuran ester asam lemak pada CPO. Reaksi adisi ini berlangsung selama sepuluh jam pada suhu 5 – 7 oC.
Analisa kualitatif dari produk menunjukkan terdapat khlorida pada hasil reaksi dan bilangan iodium karotenoid berkurang dari 82,23 sebelum adisi gas HCl kering menjadi 64,42 setelah adisi gas HCl kering, mengindikasikan HCl telah diadisi karotenoid.
Spektrum FT-IR dari produk reaksi menunjukkan adanya puncak pada bilangan gelombang 608 cm-1 yang diberikan oleh ikatan C – Cl sebagai indikasi terjadinya adisi HCl oleh karotenoid.
x
ADDITION OF HCl IN CAROTENOIDS USING
PdCl
2CATALYST
Abstract
Catalytic addition of dry HCl to carotenoid using PdCl2 as the catalyst has been carried out. Dry HCl was prepared from HCl ( 36% ) and concentrated H2SO4 ( 98% ). The carotenoids used was previously enriched to 3452 ppm in a mixture of fatty acids ester in CPO. The reaction tookplace at 5 – 7 oC for 10 hours.
Elemental analysis of the product showed the present of chloride, and the iodine number of the product decreased from 82.23 before addition of dry HCl to 64.42 after the addition of dry HCl gas, indicating HCl has been added to carotenoid.
The FT-IR spectrum of the product also showed the presence of a peak at 608 cm-1 indicating the presence of C – Clbond.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar vii
Abstrak ix
Abstract x
Daftar Isi xi
Daftar Tabel xiii
Daftar Gambar xiv
Daftar Lampiran xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 5
1.3 Tujuan Penelitian 5
1.4 Manfaat Penelitian 5
1.5 Lokasi Penelitian 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karotenoid 7
2.2 Minyak Kelapa Sawit 10
2.3 Reaksi Adisi 12
2.4 Katalis 13
2.5 Logam Transisi sebagai katalis 17
2.6 Paladium Sebagai Katalis 19
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Alat 21
xii
3.3 Prosedur Penelitian 22
3.4 Bagan penelitian 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 26
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 29
DAFTAR PUSTAKA 30
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Komposisi asam lemak dalam minyak sawit 11
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1.1 Struktur beberapa karotenoid 1
1.2 Struktur Poliena 2
2.1 Rumus struktur β-karoten 7
2.2 Ikatan kepala – ekor pada isoprena 8
2.3 Ikatan ekor – ekor pada isoprena 8
2.4 Energi pengaktifan reaksi dengan katalis dan tanpa katalis 14
3.1 Rangkaian alat penelitian 23
3.2 Bagan penelitian 25
4.1 Spektrum FT-IR produk reaksi adisi HCl pada karotenoid 27 4.2 Spektrum FT-IR karotenoid sebelum diadisi 28
L-1 Spektrum FT-IR karotenoid dalam ester asam lemak sebelum adisi HCl dengan katalis PdCl2
34
L-2 Spektrum FT-IR karotenoid dalam ester asam lemak setelah adisi HCl dengan katalis PdCl2
35
L-3.1 Karotenoid sebelum diadisi 36
L-3.2 Rangkaian alat adisi HCl pada karotenoid 36
L-3.3 Karotenoid setelah diadisi 37
L-3.4 Tanur alat uji elemental untuk klor 37
L-3.5 Tanur alat uji elemental untuk klor (tampak dalam) 38
L-3.6 Spektroskopi FT-IR 38
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 Spektrum FT-IR Karotenoid dalam ester asam lemak sebelum adisi HCl dengan katalis PdCl2
34
2 Spektrum FT-IR Karotenoid dalam ester asam lemak setelah adisi HCl dengan katalis PdCl2
35
ix
ADISI HCl PADA KAROTENOID
DENGAN MENGGUNAKAN KATALIS PdCl2
Abstrak
Adisi gas HCl kering pada karotenoid telah dilakukan dengan menggunakan katalis PdCl2. Gas HCl kering diperoleh dengan cara meneteskan H2SO4 98% ke dalam larutan HCl 36% dan karotenoid yang digunakan terlebih dahulu diperkaya hingga konsentrasinya 3452 ppm dalam campuran ester asam lemak pada CPO. Reaksi adisi ini berlangsung selama sepuluh jam pada suhu 5 – 7 oC.
Analisa kualitatif dari produk menunjukkan terdapat khlorida pada hasil reaksi dan bilangan iodium karotenoid berkurang dari 82,23 sebelum adisi gas HCl kering menjadi 64,42 setelah adisi gas HCl kering, mengindikasikan HCl telah diadisi karotenoid.
Spektrum FT-IR dari produk reaksi menunjukkan adanya puncak pada bilangan gelombang 608 cm-1 yang diberikan oleh ikatan C – Cl sebagai indikasi terjadinya adisi HCl oleh karotenoid.
ADDITION OF HCl IN CAROTENOIDS USING
PdCl
2CATALYST
Abstract
Catalytic addition of dry HCl to carotenoid using PdCl2 as the catalyst has been carried out. Dry HCl was prepared from HCl ( 36% ) and concentrated H2SO4 ( 98% ). The carotenoids used was previously enriched to 3452 ppm in a mixture of fatty acids ester in CPO. The reaction tookplace at 5 – 7 oC for 10 hours.
Elemental analysis of the product showed the present of chloride, and the iodine number of the product decreased from 82.23 before addition of dry HCl to 64.42 after the addition of dry HCl gas, indicating HCl has been added to carotenoid.
The FT-IR spectrum of the product also showed the presence of a peak at 608 cm-1 indicating the presence of C – Clbond.
BAB I
P E N D A H U L U A N
1. Latar Belakang.
Karotenoid merupakan suatu kelompok pigmen organik berwarna kuning
oranye, atau merah oranye yang terjadi secara alamiah dalam tumbuhan yang
berfotosintesis, ganggang, beberapa jenis jamur dan bakteri. (Gross, 1991).
Karotenoid adalah sanyawa poliena isoprenoid yang tidak larut dalam air, mudah
diisomerisasi dan dioksidasi, menyerap cahaya, meredam oksigen singlet, memblok
reaksi radikal bebas dan dapat berikatan dengan permukaan hidrofobik (Dutta, dkk,
2005). Saat ini lebih dari 600 karotenoid yang telah diisolasi dan dikelompokkan
(Holden, 1999). Beberapa diantaranya adalah :
(Rodriguez, 1997)
2
Senyawa β-karoten merupakan suatu produk yang penting dan bernilai ekonomis
karena senyawa ini berguna terhadap kesehatan. Beberapa manfaat β-karoten adalah
sebagai provitamin A yang berguna pada pembentukan vitamin A, menurunkan
resiko penyakit kanker, meningkatkan sistem daya kekebalan tubuh, memperlambat
penuaan serta mencegah penyakit katarak (Roth, 1991, Sahidin, 2001,Dutta, 2005).
Salah satu sumber karotenoid yang utama adalah minyak sawit mentah ( Crude Palm
Oil ) dengan konsentrasi karotenoid yang terkandung di dalamnya berkisar 500 – 700 ppm dan sekitar 80 % dari karotenoid tersebut adalah senyawa β-karoten. (Choo,
1993; Sahidin,2001) Karotenoid dalam CPO ini dapat diperkaya dengan cara
mereaksikan campuran metil ester karotenoid dengan larutan urea dalam etanol 25%
hingga diperoleh karotenoid dalam ester asam lemak dengan konsentrasi 3452 ppm.
(Catherine, 2010).
Salah satu ciri dari karotenoid adalah adanya sistem ikatan rangkap terkonjugasi
dengan elektron π yang terdelokalisasi di sepanjang rantai poliena. Hal inilah yang
menyebabkan karotenoid memiliki reaktifitas kimia dan dapat menyerap cahaya
sehingga karotenoid memiliki warna (Wikipedia, 2010)
3
Organoklor merupakan senyawa organik yang mengandung setidaknya satu atom
klor. Dewasa ini penggunaan senyawa organoklor sangat luas. Kebanyakan
digunakan sebagai insektida. Walau demikian keberadaan klor dalam senyawa
organik tidak selalu bersifat racun. Banyak senyawa organoklor yang cukup aman
untuk dikonsumsi dalam makanan dan obat-obatan. Misalnya asam klor
4-chloroindole-3-asetat dan pemanis Sucralose (Splenda) yang secara luas digunakan dalam produk makanan. Pada tahun 2004, ada 165 jenis senyawa organoklor yang
diperbolehkan untuk digunakan sebagai bahan farmasi dan obat-obatan seluruh
dunia, diantaranya digunakan sebagai anti depressant, anti-epilepsi dan juga sebagai
zat anestesi. (Wikipedia, 2010).
Pembuatan organoklor di laboratorium dilakukan dengan dengan mereaksikan
alkohol dengan tionil klorida (SOCl2), dengan fosfor triklorida (PCl3) atau fosfor
pentaklorida (PCl5) sesuai dengan reaksi :
R – OH + SOCl2 R – Cl + SO2 + HCl
3 R – OH + PCl3 3 R – Cl + H3PO3
R – OH + PCl5 R – Cl + POCl3 + HCl
Selain dengan cara di atas, untuk membuat organoklor juga dapat dilakukan dengan
reaksi adisi HCl pada olefin sesuai dengan reaksi :
CH3– CH = CH2 + HCl CH3– CHCl – CH3
Reaksi di atas dapat berlangsung jika di dalam campuran reaksi tidak terdapat air.
4
alkohol. Hal ini terjadi karena H2O adalah basa yang lebih kuat dari HCl sehingga
air terlebih dahulu akan menyerang ikatan rangkap dan menghasilkan alkohol sesuai
dengan reaksi :
CH3 – CH = CH2 + H2O
H
CH3– CHOH – CH3 (Fessenden, 1982)
Umumnya reaksi adisi berlangsung secara eksoterm, sehingga reaksi adisi
berlangsung pada suhu rendah.
Mitchenko, dkk telah melaporkan reaksi hidroklorinasi asetilen yaitu dengan
mengadisi HCl pada asetilen yang dikatalis oleh permukaan aktif dari K2PdCl4 yang
berlangsung pada suhu kamar. (Mitchenko,dkk,. 2009) Hal ini mengindikasikan
bahwa senyawa paladium dapat digunakan sebagai katalis reaksi hidroklorinasi pada
ikatan rangkap.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti tertarik untuk mengadisi gas HCl kering
pada karotenoid berkadar tinggi (3452 ppm) yang masih tercampur dalam campuran
ester asam lemak untuk mendapatkan suatu senyawa karotenil klorida dengan
menggunkan katalis PdCl2.
Dapat dimengerti bahwa kadar karotenoid ini sangat rendah dibanding dengan
keberadaan ester asam lemak dalam campuran tersebut, sehingga reaksi adisi HCl
5
1.2. Permasalahan.
Dapatkah reaksi adisi HCl pada karotenoid dengan menggunakan katalis PdCl2
berlangsung dimana karotenoid yang digunakan masih bercampur dengan ester asam
lemak ?
1.3. Tujuan Penelitian.
Untuk membuat senyawa karotenil klorida / kloro karotenoid dengan cara adisi HCl
pada karotenoid yang masih bercampur dengan ester asam lemak dengan
menggunakan katalis PdCl2
1.4. Manfaat Penelitian.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan berupa pendalaman reaksi
hidroklorinasi karotenoid yang masih bercampur dengan ester asam
6
1.5. Lokasi Penelitian
1. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik FMIPA
Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Karakterisasi senyawa yang terbentuk dengan menghitung Bilangan
Iodium (Iodine Value) hasil reaksi adisi dilakukan pada salah satu
perusahaan swasta di Medan,
3. Analisis Spektroskopi Inframerah (FT-IR) dilakukan di Laboratorium
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karotenoid
Karotenoid adalah suatu kelompok pigmen yang berwarna kuning, orange, atau
merah orange, yang ditemukan pada tumbuhan, kulit, cangkang / kerangka luar
(eksoskeleton) hewan air serta hasil laut lainnya seperti molusca (calm, oyster,
scallop), crustacea (lobster, kepiting, udang) d an ikan (salmon, trout, sea beam,
kakap merah dan tuna). Karotenoid juga banyak ditemukan pada kelompok bakteri,
jamur, ganggang dan tanaman hijau. (Desiana, 2000).
Pigmen karotenoid mempunyai struktur alifatik atau alisiklik yang pada umumnya
disusun oleh delapan unit isoprena, dimana kedua gugus metil yang dekat pada
molekul pusat terletak pada posisi C1 dan C6, sedangkan gugus metil lainnya terletak
pada posisi C1 dan C5 serta diantaranya terdapat ikatan ganda terkonjugasi.
8
Semua senyawa karotenoid mengandung sekurang-kurangnya empat gugus metil dan
selalu terdapat ikatan ganda terkonjugasi diantara gugus metil tersebut. Adanya
ikatan ganda terkonjugasi dalam ikatan karotenoid menandakan adanya gugus
kromofora yang menyebabkan terbentuknya warna pada karotenoid. Semakin banyak
ikatan ganda terkonjugasi, maka makin pekat warna pada karotenoid tersebut yang
mengarah ke warna merah. (Heriyanto dkk, 2009. Wikipedia, 2010)
Karotenoid dibentuk oleh penggabungan delapan unit isoprene (C5H8) atau
2-metil-1,3-butadiena dimana isoprena yang membentuk karotenoid ini berikatan secara
“kepala-ekor” kecuali pada pusat molekul berikatan secara “ekor-kor” sehingga
menjadikan molekul kerotenoid simetris sesuai dengan struktur berikut :
Gambar 2.2 Ikatan kepala – ekor pada isoprena
Gambar 2.3 Ikatan ekor – ekor pada isoprena
(Rodriguez,1997, Gross, 1991, Dutta, 2005)
Istilah karoten digunakan untuk beberapa zat yang memiliki rumus molekul C40H56.
Secara kimia, karoten adalah terpena yang disintesa secara biokimia dari delapan
9
Karotenoid mempunyai sifat-sifat tertentu, diantaranya tidak larut dalam air, larut
sedikit dalam minyak, larut dalam hidrokarbon alifatik dan aromatik seperti heksana
dan benzene serta larut dalam kloroform dan metilen klorida. Karotenoid harus selalu
disimpan dalam ruangan gelap (tidak ada cahaya) dan dalam ruangan vakum, pada
suhu -20 0C. Karotenoid yang terbaik disimpan dalam bentuk padatan kristal dan
didalamnya terdapat pelarut hidrokarbon seperti petroleum, heksana atau benzena.
Hal ini bertujuan untuk meminimalkan resiko kontaminasi dengan air sebelum
dianalisa lebih lanjut.
Berdasarkan unsur-unsur penyusunnya karotenoid dapat digolongkan dalam dua
kelompok pigmen yaitu karoten dan xantofil. Karoten mempunyai susunan kimia
yang hanya terdiri dari C dan H seperti α-karoten, β-karoten dan -karoten.
Sedangkan xantofil terdiri dari atom-atom C, H dan O. Contoh senyawa yang
termasuk dalam xantofil antara lain : cantaxanthin, astaxanthin, rodoxanthin dan
torularhodin. (Gama, 2005)
Karotenoid alami (juga dikenal sebagai ekstrak karoten) secara alami memberikan
pigmen warna pada berbagai tumbuhan termasuk buah-buahan dan sayuran.
Karotenoid berperan penting bagi kesehatan dan kelangsungan hidup manusia.
Karotenoid dapat meningkatkan sistem immun, perlindungan terhadap kanker dan
10
Karotenoid mempunyai sifat sifat tidak larut dalam air, tetapi larut dalam lemak,
mudah diisomerisasi dan dioksidasi, menyerap cahaya, meredam oksigen singlet,
memblok reaksi radikal bebas dan dapat berikatan dengan permukaan hidrofobik
Karotenoid berada dalam lemak bersama-sama dengan klorofil. (Dutta, dkk., 2005.)
2.2 Minyak Kelapa Sawit.
Minyak yang dihasilkan dari bagian kulit atau sabut kelapa sawit dikenal
dengan nama Crude Palm Oil ( CPO ). Minyak kelapa sawit digunakan sebagai
bahan mentah minyak dan lemak pangan untuk menghasilkan minyak goreng,
shortening, margarin, dan minyak makan lainnya. Minyak sawit mengandung asam
lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh yang ikatannya mudah dipisahkan dengan
alkali. (Pasaribu, 2004)
Minyak kelapa sawit yang diperoleh dari pengolahan buah kelapa sawit ( Elaeis
guinensis jacq ) terdiri dari gliserida campuran yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Umumnya, komposisi asam lemak minyak sawit
11
Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Sawit
Nama Asam Lemak Rumus Asam Lemak Komposisi
Laurat C12:0 0,2 %
Myristat C14:0 1,1 %
Palmitat C16:0 44,0 %
Stearat C18:0 4,5 %
Oleat C18:1 39,2 %
Linoleat C18:2 10,1 %
Lainnya - 0,9 %
(Pahan, I. 2008)
Selain dari asam lemak, minyak sawit masih memiliki komponen minor. Kandungan
minor minyak kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini.
Tabel 2.2 Kandungan Minor Minyak Sawit
No Komponen Konsentrasi ( ppm )
1 Karoten 500 – 700
2 Tokoferol 400 – 600
3 Sterol Mendekati 300
4 Phospatida 500
5 Besi ( Fe ) 10
6 Tembaga ( Cu ) 0,5
7 Air 0,07 – 0,18
8 Kotoran-kotoran 0,01
12
2.3 Reaksi Adisi
Reaksi adisi adalah reaksi penjenuhan atau pemutusan ikatan rangkap menjadi
ikatan tunggal. Jadi pada reaksi adisi, ikatan rangkap pada suatu molekul atau
senyawa menerima atom atau gugus atom sehingga ikatan rangkapnya berubah
menjadi ikatan tunggal. Jadi reaksi adisi terjadi pada molekul-molekul yang memiliki
ikatan rangkap. Contoh : Reaksi adisi hidrogen ( Hidrogenasi ) pada etena dengan
katalis logam Ni : CH2 = CH2 + H2 Ni CH3– CH3
Pada reaksi adisi HX pada suatu alkena merupakan reaksi regioselektif yaitu suatu
reaksi dimana adisi kepada suatu alkena tak simetris produknya akan melimpah dari
pada arah yang lain. Jadi pada reaksi regioselektif akan diperoleh dua macam
produk adisi isometrid namun produk yang satu akan lebih melimpah dari pada
produk yang lain. (Fessenden, 1986)
Adisi HX pada alkena bersifat regioselektif karena H+ dari HX menjadi terikat pada
karbon alkenil yang telah lebih banyak mengikat energi. Alasan selektifitas ini
adalah bahwa jalur adisi ini menghasilkan karbokaktion antara yang lebih stabil
diantara dua kemungkinan.
Mekanisme adisi HX pada alkena pembentukan sebuah karbokation pada alkena yang
13
Urutan kestabilan karbokation adalah tersier > sekunder > primer.
Untuk propena, kedua posisi adisi H+ akan menghasilkan dua kemungkinan :
1 Karbokation primer, berenergi tinggi dan kurang stabil.
2 Karbokation sekunder, bernergi rendah dan lebih stabil.
Keadaan transisi menuju ke zat antara ini mempunyai karakter karbokation. Oleh
karena itu, karbokation sekunder memiliki keadaaan transisi yang berenergi lebih
rendah dan dengan laju pembentukan yang lebih cepat. Adisi suatu pereaksi kepada
suatu alkena tak simetris berlangsung lewat karbokation yang lebih stabil. Hal ini
sesuai dengan aturan Markovnikov. (Polling, 1985)
2.4 Katalis
Salah satu cara lain untuk mempercepat laju reaksi adalah dengan jalan
menurunkan energi pengaktifan suatu reaksi. Hal ini dapat dilakukan dengan
14
Suatu katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun sebagai
produk. Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan
reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi.
Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih rendah.
[image:32.612.195.477.309.468.2]Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan agar suatu reaksi dapat berlangsung.
Gambar 2.4 Energi pengaktifan reaksi dengan katalis dan tanpa katalis
Akhir akhir ini, katalis banyak digunakan untuk menghasilkan produk yang lebih
banyak dan dengan kualitas yang lebih baik. Banyak reaksi hanya dapat berlangsung
dengan adanya katalis. Beberapa produk kimia yang hanya dapat dihasilkan dengan
proses katalisis adalah asam sulfat, amoniak, dan karet sintetis. (Damanik, 1997)
Dalam penggunaannya, katalis dapat dibedakan ke dalam dua golongan utama: yaitu
15
F eCl3Katalis homogen adalah katalis yang mempunyai fasa sama dengan zat yang
dikatalisis. Biasanya katalis homogen adalah berupa kompleks logam yang larut
dalam medium reaksi.
Katalis homogen dapat digunakan pada suhu dan tekanan rendah dan biasanya
spesifik untuk reaksi tertentu.
Contohnya besi (III) klorida pada reaksi penguraian hidrogen peroksida menjadi air
dan gas oksigen menurut persamaan :
2 H2O2 (l) 2 H2O (l) + O2 (g)
Katalis heterogen adalah katalis yang ada dalam fase berbeda dengan pereaksi dalam
reaksi yang dikatalisisnya. Penggunaan katalis heterogen biasanya pada suhu dan
tekanan tinggu. Umumnya katalis heterogen berupa zat padat yang terdiri dari logam
atau oksida logam. Keuntungan penggunaan katalis heterogen adalah katalisnya dapat
dipisahkan dengan penyaringan dari produk bila reaksi telah selesai. Banyak proses
industri yang menggunakan katalis heterogen, sehingga proses dapat berlangsung
lebih cepat dan biaya produksi dapat dikurangi.
Beberapa logam ada yang dapat mengikat cukup banyak molekul-molekul gas pada
permukannya, misalnya Ni, Pt, Pd dan V. Gaya tarik menarik antara atom logam
dengan molekul gas dapat memperlemah ikatan kovalen pada molekul gas, dan
16
MnO2heterogen yaitu bahwa katalis menyediakan suatu permukaan di mana
pereaksi-pereaksi ( atau substrat ) untuk sementara terjerap. Ikatan dalam substrat-substrat
menjadi sedemikian lemah sehingga memadai terbentuknya produk baru. Ikatan atara
produk dan katalis lebih lemah, sehingga akhirnya terlepas.
Katalis dapat bekerja dengan membentuk senyawa antara atau mengabsorpsi zat
yang direaksikan. Sehingga katalis dapat meningkatkan laju reaksi, sementara katalis
itu sendiri tidak mengalami perubahan kimia secara permanen. Cara kerjanya yaitu
dengan menempel pada bagian substrat tertentu dan pada akhirnya dapat menurunkan
energi pengaktifan dari reaksi, sehingga reaksi berlangsung dengan cepat.
Suatu reaksi yang menggunakan katalis disebut reaksi katalis dan prosesnya disebut
katalisme. misalnya :
2 KClO3(g) 2KCl (s) + 3 O2 (g)
H2 (g) + Cl2 (g)
arang
2 HCl(g)
Secara umum proses suatu reaksi kimia dengan penambahan katalis dapat dijelaskan
sebagai berikut. Zat A dan zat B yang direaksikan membentuk zat AB dimana zat C
sebagai katalis. A + B AB (reaksi lambat)
Bila tanpa katalis diperlukan energi pengaktifan yang tinggi dan terbentuknya zat
17
A + C AC (reaksi cepat) Energi pengaktifan diturunkan, maka
AC terbentuk cepat dan seketika itu juga AC bereaksi dengan B membentuk
senyawa ABC. AC + B ABC (reaksi cepat).
Energi pengaktifan reaksi ini rendah sehingga dengan cepat terbentuk ABC yang
kemudian mengurai menjadi AB dan C. sesuai reaksi ABC AB + C
(reaksi cepat)
Ada dua macam katalis, yaitu katalis positif (katalisator) yang berfungsi
mempercepat reaksi, dan katalis negatif (inhibitor) yang berfungsi memperlambat
laju reaksi. Katalis positif berperan menurunkan energi pengaktifan, dan membuat
orientasi molekul sesuai untuk terjadinya tumbukan. Akibatnya molekul gas yang
teradsorpsi pada permukaan logam ini menjadi lebih reaktif daripada molekul gas
yang tidak terabsorbsi. Prinsip ini adalah kerja dari katalis heterogen, yang banyak
dimanfaatkan untuk mengkatalisis reaksi-reaksi gas.
2.5 Logam Transisi Sebagai Katalis.
Logam transisi yang dapat mengkatalis reaksi kimia merupakan dasar yang
sangat penting dalam proses industri seperti pada reaksi hidrogenasi, karbonilasi dan
reaksi polimerisasi bertekanan rendah untuk etilena dan propena. Semua proses ini
berlangsung secara heterogen dimana suatu bahan yang padat digunakan sebagai
18
Unsur unsur transisi mempunyai sifat-sifat tertentu yaitu :
1 Semua unsur transisi adalah logam.
2 Hampir semua unsur transisi bersifat keras, kuat, titik lelehnya tinggi, titik
didih tinggi serta penghantar panas dan listrik yang baik.
3 Unsur tansisi dapat membentuk campuran satu dengan yang lain dan
dengan unsur yang mirip logam
4 Banyak diantaranya cukup elektropositif sehingga dapat larut dalam asam
mineral, walau beberapa diantaranya bersifat mulia sehingga tidak
terpengaruh oleh asam.
5 Senyawa unsur transisi umumnya berwarna dengan valensi yang beragam
dan memiliki beberapa macam valensi.
6 Karena kulit yang terisi elektron sebagian, maka unsur ini kebanyakan
bersifat paramagnetik.
Pada beberapa kasus, logam transisi yang memiliki berbagai valensi dapat
membentuk suatu senyawa intermediet yang tidak stabil, pada kasus lain, logam
transisi memberikan reaksi permukaanyang sesuai. sehingga banyak logam logam
unsur transisi dan senyawanya bersifat katalitik.
Beberapa logam transisi yang berguna sebagai katalis adalah sebagai berikut :
Ni Raney nikel, pada proses reduksi seperti pembuatan heksametilendiamin,
19
Komplek Ni digunakan pada sintesis Reppe ( polimerisasi alkena menghasilkan
benzene atau siklooktatetraena).
Pd Digunakan untuk reaksi hidrogenasi
PdCl2 Pada proses Wacker untuk mengubah etilena menjadi methanol
Cu Digunakan pada proses langsung untuk pembuatan (CH3)2SiCl2
CuCl2 Pada proses Deacon untuk membuat Cl2 dari HCl (Lee, J.D., 1994)
Salah satu kegunaan yang penting dari unsur-unsur transisi dalam reaksi katalitik
adalah untuk mengatomisasi molekul-molekul diatomik dan menyalurkan atom-atom
tersebut pada reaktan yang lain dan reaksi intermediet. Gas H2, O2, N2 dan Co
adalah molekul diatomik yang penting. Kekuatan ikatan H, O, N dan C pada
permukaan logam-logam transisi memberikan daya dorong temodinamik untuk
atomisasi dan juga untuk pelepasan atom dalam reaksi dengan molekul-molekul yang
lain. Permukaan logam juga memiliki sifat-sifat yang unik lainnya yang dapat
mengkatalisis serangkaian reaksi-reaksi kompleks yang dimulai dengan disosiasi
adsorbsi yang diikuti dengan penataan ulang kompleks melalui formasi dan
pemutusan ikatan, yang terakhir proses adsorbsi dari produk (Hegedus, dkk. 1987)
2.6 Paladium Sebagai Katalis.
Paladium yang terletak pada golongan VIII B golongan logam transisi memiliki
20
anggota dari logam platinum bersama dengan Platinum, Rhodium, Ruthenium,
Iridium, dan paladium adalah salah satu logam mulia yang mudah mengalami korosi
ketika terkena panas. Paladium banyak digunakan sebagai katalis. perhiasan dan juga
digunakan sebagai salah satu bahan reaktor nuklir.
Salah satu senyawa paladium yang dapat digunakan sebagai katalis adalah paladium
klorida PdCl2. Paladium klorida berupa padatan brwarna merah. Dalam tipe α,
atom paladium yang berkoordinasi empat membentuk rantai 1-dimensi dengan
jembatan ganda klorin. Dihidratnya menyerap air dan larut dalam air, etanol, aseton,
dsb.
Bila PdCl2 dilarutkan dalam asam klorida, akan terbentuk [PdCl4]2- berkoordinasi
empat bujur sangkar. PdCl2 digunakan dalam katalis proses Wacker dan juga sebagai
katalis dalam berbagai reaksi organik. Salah satu diantaranya adalah pembuatan
etanal dari etena. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
(Miessler, 1990)
Salah satu bidang yang penting dalam kimia anorganik saat ini antara lain sintesis
organik yang menggunakan senyawa kompleks dan organologam, katalis homogen,
bioanorganik untuk mengelusidasi reaksi biologis yang melibatkan logam dan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Alat.
1. Labu leher dua 6. Selang plastik
2 Labu leher tiga 7. Magnetic Stirrer
3. Buret 8. Erlenmeyer
4. Pipa kaca 9. Klim dan Statif
5. Pipa U 10. Sumbat karet
3.2. Bahan.
1. Karotenoid dalam asam lemak 8. Es
2. Katalis PdCl2 9. n-heksan kering
3. HCl pekat 10 gas N2
4. H2SO4pekat 11. Kapas
5. Aerosil 12. Larutan NaOH
6. Eter kering 13. Metanol kering
22
3.3 Prosedur Penelitian.
3.3.1. Pembuatan gas HCl.
Ke dalam labu leher tiga, dimasukkan 25 mL larutan HCl 36%. Ke dalam
buret dimasukkan 15 mL H2SO4 (pekat). H2SO4 (pekat) yang ada di dalam buret
diteteskan perlahan ke dalam larutan HCl 36% yang ada di dalam labu leher tiga,
sehingga HCl(g) akan dibebaskan.
3.2.2 Reaksi adisi pada Karotenoid.
Ke dalam labu leher dua dimasukkan karotenoid yang diperoleh dari CPO
yang masih bercampur dengan ester asam lemak dengan konsentrasi 3452 ppm
sebanyak 5 gram, 5 mL eter kering, 15 mL n-heksan kering dan 20 mg katalis
PdCl2. Kemudian labu disumbat dengan baik, lalu dimasukkan ke dalam wadah
yang berisi air es.
Untuk membuat suasana inert di dalam reaktor, terlebih dahulu dialirkan gas N2
dimulai dari labu leher tiga ke labu leher dua hingga ke erlenmeyer tempat
menampung sisa gas HCl. Setelah diperkirakan semua uap air yang ada keluar dari
reaktor, maka aliran gas N2 dihentikan. Selanjutnya kran buret tempat H2SO4( pekat)
dibuka perlahan sehingga H2SO4 (pekat) menetes ke dalam labu leher dua yang berisi
23
leher dua. Gas HCl inilah yang digunakan untuk adisi HCl pada karotenoid yang ada
dalam ester asam lemak. Reaksi adisi ini berlangsung pada suhu 5 – 7 o C selama 10
jam.
Gambar 3.1. Rangkaian alat penelitian
Setelah terlihat terjadi perubahan warna karotenoid dalam ester asam lemak, tetesan
H2SO4 (pekat) diberhentikan, sehingga gas HCl yang keluar dari labu leher tiga juga
terhenti. Untuk membersihkan sisa gas HCl yang masih ada dalam reaktor, kembali
dialirkan lagi gas N2.
Ke dalam hasil reaksi ditambahkan n-heksan kering lalu disaring untuk memisahkan
24
Hasil reaksi adisi HCl pada karotenoid yang masih bercampur dengan ester asam
lemak ini kemudian dilakukan uji elemental untuk menguji adanya klor pada hasil
reaksi, uji bilangan iodium (Iodine Value) dan analisa dengan spektroskopi FT-IR
Langkah selanjutnya adalah memperkaya konsentrasi hasil reaksi adisi. Kedalam satu
gram hasil reaksi adisi ini, ditambahkan urea dalam etanol (1gr/5mL) dan didinginkan
pada suhu 8 oC selama 8 jam. Kemudian ditambahkan n-heksan kering dan
disaring. Endapan yang terbentuk ditambahkan larutan HCl 1 %, diekstraksi
dengan n-heksan dan divakum. Hasil akhir ini kemudian dianalisis dengan
spektroskopi FT-IR.
3.4. Bagan Penelitian.
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Adisi gas HCl kering pada karotenoid yang diperoleh dari CPO yang
konsentrasinya diperkaya sampai 3452 ppm dengan katalis PdCl2 menghasilkan kloro
karotenoid (karotenil klorida)
Karotenid yang digunakan sebagai bahan dasar adalah karotenoid hasil ekstraksi dari
CPO, sehingga karotenoid ini masih bercampur dengan ester asam lemak yang telah
diperkaya hingga konsentrasinya mencapai 3452 ppm.
Gas HCl kering yang digunakan diperoleh dari H2SO4 pekat yang diteteskan ke dalam
larutan HCl 36%
Reaksi yang terjadi :
1. HCl (aq) + H2SO4 (pekat) HCl (g) + H2SO4
2. HCl (g) + Karotenoid
2P dCl
Kloro karotenoid (Karotenil klorida)
Analisa elemental secara kualitatif yang dilakukan dengan pengarangan menunjukkan
bahwa senyawa hasil adisi tersebut mengandung klor.
Dari analisa penentuan bilangan iodium terjadi penurunan bilangan iodium senyawa
27
dilakukan menjadi 64,42 setelah adisi. Hal ini mengindikasikan bahwa telah terjadi
reaksi adisi karena berkurangnya jumlah ikatan rangkap pada senyawa karotenoid.
Spektrum FT-IR dari produk reaksi adisi ( Gambar 4.1 ) menunjukkan adanya puncak
serapan baru, yaitu timbulnya pita serapan pada C-Cl 608 cm-1 yang diberikan
[image:45.612.116.533.279.624.2]oleh ikatan C – Cl.
28
Pita serapan pada frekuensi ini tidak timbul pada spektrum FT-IR dari karotenoid
[image:46.612.117.527.199.509.2]yang belum diadisi ( Gambar 4.2 ).
Gambar 4.2 Spektrum FT-IR Karotenoid sebelum diadisi yang masih bercampur dengan ester asam lemak
Puncak-puncak lain pada spektrum Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 semua sama. Dari
uraian tersebut di atas, jelas bahwa telah terjadi reaksi adisi HCl pada karotenoid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Reaksi adisi gas HCl pada karotenoid yang masih bercampur dengan ester
asam lemak dengan katalis PdCl2 yang berlangsungpada suhu 5 – 7 oC selama 10
jam telah berlangsung dengan baik. Hasil reaksi adisi ini telah dikarakterisasi dengan
analisa elementer, uji bilangan iodium dan juga dengan spektroskopi FT-IR.
5.2 Saran.
Karotenoid yang digunakan pada penelitian ini masih bercampur dengan ester
asam lemak, sehingga masih diperlukan penelitian lanjutan untuk memisahkannya
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto, Silsia.D, Efendi,Z.,2008. “Perubahan Kandungan β-Karoten dan
Kandungan Asam Lemak Bebas Minyak Sawit Merah Selama Pemanasan”,
Seminar Nasional Sains dan Teknologi II, hlm : 207 - 215
Choo,Y,M., Top, A.G.M, 1985, Minor Component from Palm Methyl Esters”, Palm Oil Depelopment, No. 14, , hlm : 39 – 44
Catherine, 2010, Pembuatan Garam Kalsium Karotenil Sulfat dan Pengarus Sifat Pemantapnya Terhadap Metil Ester Tidak Jenuh, Skripsi, USU Repository Medan.
Damanik, F,S., 1997, Reaksi Karbonilasi Asam Oleat Dengan Menggunakan Katalis PdCl2 dan Ko-katalis CuCl2, Skripsi Sarjana Sains FMIPA Uiversitas Sumatera Utara, Medan,
Departemen Perindustrian, 2007, Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit, Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian,
Desiana, 2000, Ekstraksi Pigmen Karotenoid dari Limbah Udang Windu, Skripsi, IPB Bogor
Dutta, D.,Chaudhuri,U.R., Chakraborty, R.,β004, Retention of β-carotene in frozen carrots under frying condition of temperature and time of storage, Jadavpur University, Kolkata-700032, India.
Dutta, D.,Chaudhuri,U.R., Chakraborty, R., 2005, Structure, health benefits, antioxidant property and processing and storage of carotenoids, Jadavpur University, Kolkata-700032, India.
31
Foon,C,S., May,C.Y., Ngan,M.A., Hock,C.C., 2004, Kinetics Study on Transesterification of Palm Oil, Jurnal of Oil PalmResearch, hal 19-29, Database on line : MPOB. Tgl Akses 10 May 2010
Gama,J.J.T., Stylos, C.M., 2005, Major carotenoid composition of Brazilian Valencia orange juice: Identification and quantification by HPLC, Department of Food and Nutrition, FCF-UNESP, 14801-902, Araraquara/SP,Brazil.
Harianto, E, 2008.”Pertumbuhan Produksi Minyak Sawit Indonesia 1964 – β007”, Ekonomi Kelapa Sawit, hlm 1-2.
Hasanuddin, A, 2001 “Kajian Teknologi Pengolahan Minyak Sawit Mentah Untuk Produksi Emulsifier Mono-Diasil Gliserol dan Konsentrat Karotenoid” Makalah Falsafah Sains PPS IPB, hlm 1-3.
Hasibuan, H. A. Harjanto, S., Kajian Lanjutan Kandungan Karoten Pada Crude Palm Oil Indonesia, Pusat Penelitian Kelapa Sawit
Heriyanto dan Limantara, L., 2009, Produksi Karotenoid oleh Khamir Rhodotorula
sp”, Eksplanasi Volume 4 Nomor 7, hlm. 1-3
Holden,J,M., Eldridge, A,L., Beecher, G.R., Buzzard, M., Bhagwat, S., Davis, C.S., Douglass, L.W., Gebhardt, S., Haytowitz, D., Schakel, S., 1999, Carotenoid Content of U.S. Food: An Update of the Database, Journal of Food Composition and Analysis, No. 12, hlm 169 – 196, Database online : http://www.idealibrary.com,
Tanggal akses : 23 Oktober 2009
Ismunandar, 1996, Kimia Anorganik, Iwanami Shoten Publisher, hlm 171
Ketaren, S., 2005, Minyak dan Lemak Pangan, , UI Press, Jakarta
Kim, J., Penna, D.D., 2005, “Defining the primary route for lutein synthesis in plants: The Role of Arabidopsis carotenoid β-ring hydroxylase CYP97Aγ”, Departement of Biochemistryand Moleculer Biology, Vol. 103, No. 9, Data base online : www.pnas.org/cgi/dol/10.1073/pnas.051127103,
Tanggal akses : 6 Oktober 2009
Oil-32
Integrated Production of palm Biodiesel, Phytonutriens and Other Value Added Products. MPOB Information Series ISSN 1511-7871.
Miessler,G.L., Tarr, A.D, 1990, Inorganic Chemistry, St Olaf College North Field Minuesota, New Jersey.
Mitchenko,S.A., Krasnyakova,T.V., Zhikharev,I.V., 2009, Kinetics and Mecanism of Catalityc Acetylene Hydrochlorination with Gaseous HCl on the Surface of Mechanically Activated K2PdCl4, Kinetics and Catalysis Vol.50 No.5, , hal 734, Pleiades Publishing Ltd, Database on line : www.springerLink.com, Tanggal akses : 11 Mei 2010.
Oil World, 1994, Oil World 2012, ISTA Mielke, Hamburg.
Pasaribu, N., 2004, Minyak Buah Kelapa Sawit, USU Repository Medan
Polling, C. 1985, Kimia Karbon, Penerbit Erlangga, Jakarta
Rodriguez-Amaya, D.B., 1997, Carotenoids and Food Preparation: The Retention of Provitamin A Carotenoids in Prepared, Processed, and Stored Foods, Departamento de Ciências de Alimentos Faculdade de Engenharia de Alimentos Universidade Estadual de Campinas C.P. 6121, 13083-970 Campinas, SP., Brazil.
Sahidin; Matsjeh,S.; Nuryanto,E, 2001, Pemisahan β-Karoten dari Minyak Sawit Mentah Dengan Metode Ekstraksi dan Kromatografi Kolom, Warta PPKS, No.9, hlm. 29 – 35
Serlahwaty, D., 2007, Kajian Isolasi Karotenoid Dari Minyak Sawit Kasar Dengan Metode Adsorbsi Menggunakan Penjerap Bahan Pemucat, Tesis IPB Bogor, Bogor
Sulaswatty, A., 2001, Penggunaan Pelarut Teknis Pada Pemisahan α dan β Karoten dari Pemekatan Karotenoid Crude Olein, Prosiding Seminar Nasional XKimia dalam Industri dan Lingkungan,
33
Wenen, Z., Side, Y., Qiang, W., Suping, Q., Wenfeng, W., Yashan, H., 2003, Reaction of Carotenoid with CCl3OO- by Using Pulse Radiolysis”, Science in
China, Nomor 1, Vol. 46, hlm 58 – 63, Tgl akses : 10 Oktober 2009
Lampiran 2. Spektrum FT-IR Karotenoid dalam ester asam lemak setelah adisi HCl dengan katalis PdCl2
Lampiran 3 : Gambar Penelitian
Gambar 1. Karotenoid sebelum diadisi Gambar 2 Rangkaian alat adisi HCl pada karotenoid
Gambar 3. Karotenoid setelah diadisi Gambar 4 Tanur alat uji elemental untuk klor
Gambar 5 Tanur untuk alat uji elemental untuk klor Gambar 6 Spektroskopi FT-IR
Gambar 7 Sedang menganalisa dengan Spektroskopi FT-IR