32 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Gambaran subjek dalam penelitian ini melibatkan siswa dengan subjek penelitiannya adalah 46 siswa kelas IV SDN Sidorejo Lor 01 yang dibagi menjadi 2 kelas paralel, yaitu kelas IVA dan kelas IVB. Pada kelas IVA terdiri dari 23 siswa dan menjadi kelas eksperimen di dalam penelitian ini sedangkan pada kelas IVB yang juga memiliki jumlah yang sama yaitu 23 siswa sekaligus menjadi kelas kontrol dalam penelitian ini. Pemilihan kedua kelas pada SD ini menjadi subjek penelitian didasarkan pada hal-hal berikut. a) Kedua kelas yang terletak pada satu SD dengan lokasi yang berdekatan, b) prestasi kedua kelas yang hampir sama, c) bila dilihat dari hasil uji pre-test yang dilakukan pada awal penelitian, kedua kelas memiliki rata-rata yang hampir sama, d) keadaan kedua kelas sama baik itu luas ruang maupun fasilitas yang menunjang pembelajaran sehari-hari, e) jumlah siswa kedua kelas sama, sehingga dalam perbandingan hasil yang didapat mempunyai taraf yang sama.
Sebagian besar siswa SDN Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga saat ini masih terbiasa dengan model pembelajaran konvensional. Terutama pada pelajaran bahasa Inggris kelas IV SDN Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga yang selalu menggunakan LKS (Lembar Kerja Siswa) sebagai buku acuannya. Pembelajaran ini berpusat pada guru, komunikasi hanya terjadi satu arah yaitu dari guru ke siswa. Pembelajaran ini lebih banyak menggunakan ceramah dan demonstrasi, sehingga dirasa hasil belajar masih dinilai kurang tinggi. Jika dilihat dari nilai rata-rata kedua kelas.
Ditinjau dari hasil pre-test kedua kelas ekperimen yaitu kelas 4A dan kelas kontrol yaitu kelas 4B menghasilkan rata-rata yang hampir sama yaitu 64,3 untuk kelas 4A dan 62,2 untuk kelas 4B dengan homogenitas yang signifikansinya 0,100. Dapat dilihat pada tabel berikut ini hasil dari pre-test yang dilakukan sebelum dilakukan tindakan. Berikut hasil pre-test kedua kelas tersebut.
Tabel 4.1
Rekap Nilai dari Hasil Pre-Test Kelas 4A dan Kelas 4B No. Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1. 64 64 2. 68 76 3. 60 60 4. 56 64 5. 72 60 6. 72 52 7. 72 60 8. 68 68 9. 64 60 10. 64 68 11. 52 64 12. 64 60 13. 68 76 14. 64 60 15. 60 56 16. 56 60 17. 60 60 18. 72 64 19. 68 60 20. 56 68 21. 68 48 22. 76 64 23. 56 60 Rata-rata 64,34783 62,26087 Sig. .100
Di dalam penelitian ini, terdapat satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebasnya adalah model kooperatif tipe picture and picture dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada saat pembelajaran.
4.2 Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini adalah di Sekolah Dasar Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga. Siswa kelas 4 SDN Sidorejo Lor 01 Salatiga tersebut keseluruhannya berjumlah 46 siswa. Pelaksanaan penelitian ini dimudahkan karena siswa kelas 4 SD tersebut sudah dibagi menjadi 2 kelas paralel sehingga peneliti menetapkan bahwa kelas 4A yang terdiri dari 23 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas 4B yang terdiri dari 23 siswa sebagai kelas kontrol. Pada kedua kelas tersebut sebelumnya sudah diuji kesamaan variannya menggunakan aplikasi SPSS 16.0 for windows dan menunjukan kelas itu homogen, yang artinya data berdistribusi normal dan varian yang dimiliki tidak terlalu berbeda secara signifikan.
Hal-hal menunjukkan hasil belajar sebelum dilakukan tindakan atau perlakuan dilakukan pada kedua kelas tersebut. Kelas ini sudah memiliki bekal kemampuan yang sama sehingga peneliti dapat melanjutkan penelitian dengan memberikan perlakuan kepada kepada kelas eksperimen dengan menyelenggarakan pembelajaran bahasa Inggris menggunakan model kooperatif tipe picture and picture yaitu metode mencari pasangan dan mencocokkan gambar secara sistematis menggunakan gambar selama tiga kali tatap muka. Pada kelas kontrol pembelajaran menggunakan model konvensional dimana model pembelajaran ini hanya menggunakan ceramah dan demonstrasi. Setelah kedua kelas ini selesai dengan pembelajaran dengan model yang berbeda, selanjutnya diadakan tes akhir atau post-test.
Perlakuan pada kelas kontrol ini adalah siswa menerima pembelajaran dengan model dan metode konvensional. Beberapa siswa aktif dalam pembelajaran tetapi beberapa juga yang sibuk mengobrol dengan teman sebangku dan bermain dengan alat tulisnya. Di sini siswa diajak kembali untuk fokus pada pelajaran dengan ditegur secara halus oleh guru kelasnya.
Tindakan pada kelas eksperimen awalnya guru menyiapkan materi yang akan dipelajari pada mata pelajaran bahasa Inggris ini. Guru menjelaskan tentang materi yang akan dipelajari dan setelah itu guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Sebelumnya guru menjelaskan tentang peraturan dalam kelompok diskusi dan presentasi terlebih dahulu yaitu untuk mencocokkan secara sistematis,
urut dan benar dengan gambar-gambar yang sudah disiapkan kemudian siswa merangkainya dan mencocokkan dengan benar.
Akhirnya, pada pertemuan terakhir guru memberikan evaluasi mengenai materi yang telah dipelajari terlebih dahulu. Setelah evaluasi guru menutup pelajaran dengan refleksi dan menutup pelajaran dengan salam.Saat pertamakali dilakukan tindakan siswa kurang jelas dengan aturan pada saat proses belajar mengajar menggunakan media gambar dan memasangkan yang mana yang akan dicocokan dengan apa yang ditugaskan, sehingga guru memberi contoh kepada siswa bagaimana kerja kelompok dengan mencari pasangan gambar dengan artinya secara benar. Pada pertemuan kedua dan ketiga siswa sudah mampu bermain mencari gambar yang cocok dan memasangkan dengan baik dan terlihat senang.
Sewaktu pelaksanaan tes akhir, kelas eksperimen dan kelas control melakukan tes pada jam yang sama dan hari yang sama yaitu pada jam pelajaran pertama.
4.3 Hasil Penelitian
Penelitian ini menghasilkan beberapa hal dan pada sub-bab ini peneliti akan memberikan paparan mengenai hasil penelitan yang sudah dilakukan. Penelitian ini mendapatkan hasil seperti, dokumentasi penelitian, hasil observasi yang meliputi observasi guru dan siswa. semua hal tersebut akan dijelaskan pada sub bab ini, berikut uraiannya.
4.3.1 Hasil belajar kelas kontrol dan kelas eksperimen
Berikut ini adalah hasil dari penelitian terhadap kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pada hasil belajar kelas kontrol dan kelas ekperimen, terdapat perbedaan hasil, berikut data dati kelas kontrol dan eksperimen.
1. Perbedaan Hasil Belajar Kelas Kontrol
Pada hasil data yang diperoleh, menunjukan bahwa hasil belajar yang menggunakan model dan metode pembelajaran konvensional terjadi peningkatan antara hasil akhir yang berupa nilai pre-test dan post-test pada kelas kontrol (kelas 4B) dengan rata-rata pre-test yaitu 62,26 menjadi 77,21.
2. Perbedaan Hasil Belajar Kelas Eksperimen
Pada data kelas eksperimen yang diperoleh, menunjukan bahwa hasil belajar dengan menggunakan model kooperatif tipe picture and picture terlihat peningkatan rata-rata hasil belajar antara nilai pre-test dan post-test. Peningkatan rata-rata pada kelas eksperimen (kelas 4A) adalah 64,34 menjadi 90,08.
3. Perbedaan Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Berlandaskan dari data yang diperoleh di dalam penelitian yang menunjukan bahwa hasil belajar dengan menggunakan model kooperatif tipe picture and picture mengalami peningkatan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penggunaan model dan metode konvensional, nilai hasil belajar rata – rata post-test kelas eksperimen yaitu kelas 4A SD Negeri Sidorejo Lor 01 mencapai 90,08. Dilain hal terlihat rata – rata dari nilai post-test kelas kontrol yaitu kelas 4B SD Negeri Sidorejo Lor 01 adalah 77,21.
Penggunaan model kooperatif tipe picture and picture pada siswa kelas 4 lebih cenderung mengajak siswa untuk lebih aktif dalam mengembangkan ilmu pengetahuan serta mampu untuk bekerja sama pada suatu kelompok yang mana pada konteks ini adalah rekan atau siswa atau teman sekelas dalam memecahkan masalah sehingga hasil belajar lebih meningkat. Model kooperatif tipe picture and picture sendiri juga menimbulkan suasana yang menyenangkan dan ramai dalam artian aktif dalam kerja kelompok karena dalam kegiatan menggunakan picture and picture secara tidak langsung siswa telah bermain sambil belajar menemukan gambar-gambar yang cocok pada materi atau soal yang diberikan secara sistematis. Para siswa khususnya siswa SD harus diberikan pembelajaran yang bersifat menyenangkan karena hal tersebut akan membuat siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran, bukan menggunakan metode atau model yang membuat mereka pasif sehingga siswa kurang berminat pada mata pelajaran tersebut khususnya bahasa Inggris.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa menggunakan model kooperatif tipe picture and picture pada pelajaran bahasa Inggris adalah efektif untuk peningkatan hasil belajar siswa dibandingkan dengan hasil belajar siswa
yang menggunakan model atau metode konvensional yang cenderung lebih rendah.
4.3.2 Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran
Selama kegiatan pembelajaran atau selama melakukan tindakan pada kelas 4 SDN Sidorejo Lor 01 Salatiga, peneliti melakukan observasi dan pengamatan. Observasi ini dilakukan di dalam setiap pembelajaran. Penelitian yang dilakukan dalam pembelajaran ini terdiri dari 3 kali pertemuan. Sehingga hasil yang diperoleh mencakup atas aktifitas guru dan siswa dalam pembelajaran selama 3 kali pertemuan.
1. Hasil Observasi Aktifitas Guru
Hasil observasi aktifitas guru meliputi kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Hasil observasi ini meliputi kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan sistematika, persiapan, tanggung jawab, implementasi dan respect di dalam pembelajaran. Setiap kegiatan terdiri atas beberapa indikator. Pada aspek sistematika pengajaran terdapat 5 indikator, a) menyampaikan tujuan dan kompetensi yang dicapai, b) Guru melakukan kegiatan apersepsi sesuai dengan RPP, c) guru melakukan kegiatan eksplorasi sesuai dengan RPP, d) guru melakukan kegiatan elaborasi sesuai dengan RPP, e) guru melakukan kegiatan konfirmasi sesuai dengan RPP. Pada aspek ini perolehan persentase 100% yang berarti bahwa guru selalu mengajar berpatokan pada RPP yang telah disiapkan dalam 3 kali pertemuan.
Aspek kedua adalah persiapan yang terdiri dari 2 indikator yaitu, a) guru mempersiapkan materi yang akan disampaikan, b) guru mempersiapkan evaluasi sebelum pelajaran dimulai. Dalam kegiatan ini perolehan persentase adalah 100%, artinya dalam 3 kali pertemuan guru selalu mempersiapkan materi yang akan disampaikan di dalam kelas dan juga melakukan evaluasi pada setiap pembelajaran.
Pada aspek berikutnya adalah aspek tanggung jawab yang hanya terdiri dari satu indikator yaitu guru bertanggung jawab terhadap berlangsungnya proses belajar mengajar. Di dalam 3 kali pertemuan mengajar guru sangat baik dalam melaksanakan indikator ini, sehingga persentase yang di dapat adalah 100%.
Aspek yang keempat adalah Implementasi. Indikator pada aser ini ialah a) guru menjelaskan materi dengan jelas dan runtut dan b) guru menggunakan bahasa baku dalam proses belajar mengajar. Kedua indikator ini menghasilkan persentase 100% yang dapat dikaji dari perolehan hasil dari observasi yang menunjukkan bahwa, guru menjelaskan materi secara runtut dan tidak terbolak balik sesuai dengan RPP yang di rancang dan juga guru telah menggunakan bahasa yang baku pada setiap kali pengajaran berlangsung.
Aspek yang terakhir adalah aspek rescpect, dimana hanya terdiri dari satu indikator yaitu guru memberikan penghargaan kepada siswa yang aktif pada saat kegiatan pembelajaran seperti memberikan pujian kepada siswa yang mau aktif dalam pembelajaran. Persentase yang didapat selama 3 kali pertemuan adalah 100% yang dapat diartikan bahwa guru selalu memberikan pujian atau penghargaan bagi siswa yang aktif dalam kelas.
Aspek berikutnya yaitu pelaksanaan pembelajaran (kegiatan awal dan kegiatan inti) terdiri dari 12 indikator dengan rincian 4 indikator dalam kegiatan awal dan 8 indikator pada kegiatan inti. Saat kegiatan awal guru selalu memberikan salam pembuka dalam setiap pertemuan sehingga guru mencapai persentase 100% pada indikator 4. Guru melakukan apersepsi dan motivasi dalam setiap pertemuan, prosentase perolehan 100%. Pada pertemuan 1, 2 dan 3 guru selalu menjelaskan tujuan pembelajaran sehingga persentase perolehan sebesar 100%. Pada indikator 7, guru memperoleh persentase 50% karena pada pertemuan 1 guru tidak menjelaskan langkah-langkah dari pembelajaran tersebut dan pada hari ke-2 justru guru baru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan.
2. Hasil Observasi Keaktifan Siswa
Peneliti juga melakukan observasi juga dilakukan pada keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Tujuan dari observasi ini adalah untuk mengetahui keaktifan, tingkat kesenangan, dan motivasi yang lebih dalam mengikuti pelajaran. Kegiatan-kegiatan siswa yang diamati dan dinilai terdiri dari 8 indikator di dalam 3 pertemuan. Hasil observasi diketahui bahwa 100% dari 23 siswa antusias mendengarkan instruksi dan penjelasan dari guru. Siswa yang
berjumlah 23, seluruhnya mengikuti proses belajar mengajar di kelas dapat dinyatakan dengan persentase 100%, karena saat proses belajar di kelas tidak ada satupun siswa yang meninggalkan kelas. Dari seluruh siswa yang berjumlah 23 siswa, 86% siswa yang terlihat aktif dalam tanya jawab dengan guru maupun siswa dalam kelompok. Saat 23 siswa menjadi kelompok mendapat persentase yaitu 100% siswa memiliki tujuan yang sama. Seluruh siswa yang berjumlah 23 anak memiliki rasa tanggungjawab terhadap tugas masing-masing sehingga persentase pencapaiannya adalah 100%. Pada indikator ketrampilan belajar, 23 siswa mendapatkan persentase 100% karena seluruh siswa sangat ingin menyelesaikan soal dengan cepat dan kompetitif antar kelompok. Saat mendengarkan instruksi guru, 23 siswa sangat bertanggungjawab dalam menjaga ketenangan dan kondusivitas dalam kelas yang memperoleh persentase menjadi 100%. Kerjasama dari 23 siswa dalam pembagian tugas tiap kelompok memiliki persentase 100%, karena seluruh anggota kelompok sangat berperan dalam kegiatan yang dilakukan
4.3.3 Metode Tes
Setelah menjalankan tiga kali perlakuan, kelas tersebut diukur hasil belajarnya. Pada akhir perlakuan, kedua kelas diberikan tes akhir yang menjadi post-test penelitian ini. Hasil tes akhir atau post-test dapat dilihat dan sudah tertera pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.2
Rekap Nilai Post-Test Hasil Belajar Bahasa Inggris Nomer Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1. 92 68 2. 84 76 3 88 72 4 84 84 5 84 88 6 92 60 7 80 88 8 84 84 9 88 84 10 96 80 11 84 80 12 88 84 13 96 80 14 84 80 15 92 60 16 96 88 17 100 80 18 96 84 19 96 84 20 92 72 21 100 60 22 96 64 23 80 76 Rata-rata 90,08696 77,21739 Sig. 0.120
Setelah hasil belajar diukur dari nilai post-test yang diberikan pada kedua kelas, didapatkan hasil rata-rata nilai post-test pada kelas eksperimen sebesar 90,08 dan hasil nilai rata-rata pada kelas kontrol sebesar 77,21. Dari hasil rata-rata post-test dapat dilihat bahwa terdapat rata- tata kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas control. Tingkat ketuntasan pada kelas eksperimen yaitu kelas 4A mencapai 100%. Hal ini menunjukkan bahwa adanya efektivitas model Kooperatif tipe picture and picture untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Inggris Kelas 4 SD.
4.3.4 Dokumentasi
Dari penelitian secara dokumentasi didapatkan data dari pre-test yang dilakukan di awal penelitian. Pembagian kelompok eksperiman dan kelompok kontrol disesuaikan dengan data yang didapatkan dari pre-test yang telah dilaksanakan. Rata – rata nilai dari kelas 4A adalah 64,3 sedangkan pada kelas 4B rata-ratanya adalah 62,2. Data dari kedua rata-rata kelas 4A dan kelas 4B tersebut digunakan sebagai dasar untuk menentukan pemilihan kelas eksperimen dan kela kontrol sesuai hasil nilai pre test.
4.4 Hasil Uji Persyaratan
Didalam sub bab ini penulis akan memaparkan hasil uji pra syarat dengan menggunakan SPSS 16 for windows. Hasilnya berupa hasil uji homogenitas data akhir kelas kontrol dan kelas eksperimen, uji normalitas data dan uji hipotesis. Hasil tersebut dapat dilihat pada penjelasan berikut ini.
4.4.1 Uji Homogenitas Data Akhir Kelas Eksperimen dan Kontrol
Uji Homogenitas dilakukan pada nilai pre-test dan post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berikut adalah hasil analisis uji homogenitas menggunakan SPSS 16 for windows.
a. Homogenitas Pre-Test
Berdasarkan data hasil pre-test antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilakukan uji homogenitas. Setelah pengujian homogenitas, dapat dilihat pada tabel test of homogenety of Variance bahwa nilai probabilitas (signifikansi) adalah 0,100 lebih kecil dari 0,05 sebagai berikut.
Tabel 4.3
Uji Homogenitas Pre-Test Kelas 4
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2.464 3 16 .100
b. Homogenitas Post-Test
Berdasarkan data hasil post-test antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan signifikansi 0,120 lebih kecil dari 0,05 sebagai berikut.
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
4.4.2 Uji Normalitas Data
Uji normalitas data akhir dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan pada nilai pos-test setelah dilaksanakan pembelajaran baik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berikut hasil analisis uji normalitas menggunakan SPSS 16 for windows pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Berdasarkan uji normalitas data post-test dapat disimpulkan bahwa data kelas eksperimen nilai sig (2-tailed) sebesar 0,426 dan data kelas kontrol sebesar 0,186. Karena signifikansi > 0,05 maka data kelas eksperimen dan data kelas kontrol dinyatakan berdistribusi normal. Berikut gambaran grafik uji normalitas data.
4.4.3 Uji Signifikasi
Dalam uji signifikasi ini akan menjelaskan bagaimana pengujian data dan hasil data yang telah diolah. Terdapat dua data pengujian yaitu uji signifikasi data dan uji data observasi siswa.
1. Uji Signifikansi Data
Pengujian hipotesis dilakukan pada hasil post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol, Rumusan pengujiannya sudah tertera pada bab II yang di rumuskan sebagai berikut.
a. H0 : X1=X2 dan nilai sig > 0,05.
Dari rumusan tersebut dapat ditarik pernyataan bahwa rata-rata dari hasil belajar kelas eksperimen (Kelas 4A) sama dengan rata-rata hasil belajar kelas kontrol (Kelas 4B) dan artinya adalah tidak ada keefektifan penggunaan model kooperatif tipe picture and picture dengan model dan metode pembelajaran konvensional.
b. H1 : X1 > X2 dan nilai sig > 0,05
Yaitu “Rata-rata hasil belajar kelas eksperimen (Kelas 4A) tidak sama dari rata-rata hasil belajar kelas kontrol (Kelas 4B). berarti ada keefektifan penggunaan model kooperatif tipe picture and picture dengan model dan metode pembelajaran konvensional.
Uji hipotesis dilaksanakan bertujuan untuk menguji H0 dan H1. Apakah H0 ditolak dan H1 diterima. Untuk menguji hipotesis digunakan uji beda rata-rata yaitu Independent Samples T-Test. Uji perbedaan dua rata-rata dilakukan pada nilai post -test dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk pengambilan
keputusan bahwa apakah H0 ditolak atau diterima maka menggunakan taraf signifikansi, untuk signifikansi > 0,05 H0 diterima (varian sama), signifikansi < 0,05 jadi H0 ditolak (varian berbeda). Berikut adalah hasil analisis data menggunakan SPSS 16.0 for windows
Berdasarkan output uji hipotesis dari perhitungan uji beda rata-rata hasil belajar bahasa inggris kelas eksperimen yaitu kelas 4A yang menggunakan model kooperatif tipe picture and picture dan kelas kontrol yaitu kelas 4B dengan menggunakan model dan metode pembelajaran konvensional. Dikaji dari hasil penelitian dapat dilihat pada tabel group statistic bahwa rata-rata hasil belajar bahasa Inggris kelas eksperimen memiliki rata-rata sebesar 90,08 dan dilain sisi pada kelas kontrol rata-ratanya sebesar 77,21. Jadi rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
Kemudian dapat dilihat pada tabel Independent Samples T-Test bahwa nilai sig pada kolom Levene’s Tes For Equality Of Variances diperoleh nilai 0,88 jika dirumuskan hipotesis yaitu H0 : sig < 0,05 yang berarti sampel tidak homogen dan H1 : sig > 0,05 artinya sampel homogen, maka dari hasil output disimpulkan bahwa H1 diterima karena sig > 0,05 yaitu 0,88> 0,05 artinya kedua sampel adalah homogen. Pada kolom T-Test For Equality Of Means diperoleh nilai 0,000 jika pada rumusan hipotesis yaitu H0 : sig > 0,05 artinya tidak ada perbedaan hasil belajar Bahasa Inggris kelas eksperimen dan kelas kontrol (tidak ada efektivitas model kooperatif tipe picture and picture) dan H1 : sig < 0,05 artinya terdapat perbedaan hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol (terdapat efektifitas model kooperatif tipe picture and picture pada pelajaran bahasa Inggris terhadap hasil belajar), maka dari output dapat disimpulkan bahwa H1 diterima karena sig < 0,05 yaitu 0,000 < 0,05 artinya bahwa hasil belajar kelas eksperimen yaitu kelas 4A SDN Sidorejo Lor 01 Salatiga yang menggunakan model kooperatif tipe picture and picture dalam pembelajaran bahasa Inggris berbeda dengan hasil belajar kelas kontrol yaitu kelas 4B SD Negeri Sidorejo Lor 01 yang pembelajarannya menggunakan model dan metode konvensional, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model kooperatif tipe picture and
picture pada pembelajaran, dapat efektif digunakan dalam pembelajaran bahasa Inggris terhadap hasil belajar siswa.
2. Uji Data Observasi Siswa
Peneliti juga melakukan observasi juga dilakukan pada keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Tujuan dari observasi ini adalah untuk mengetahui keaktifan, tingkat kesenangan, dan motivasi yang lebih dalam mengikuti pelajaran. Kegiatan-kegiatan siswa yang diamati dan dinilai terdiri dari 8 indikator di dalam tiap pertemuan. Hasil observasi diketahui bahwa 100% dari 23 siswa antusias mendengarkan instruksi dan penjelasan dari guru. Siswa yang berjumlah 23, seluruhnya mengikuti proses belajar mengajar di kelas dengan persentase yaitu 100%, karena saat proses belajar di kelas tidak ada satupun siswa yang meninggalkan kelas. Dari seluruh siswa yang berjumlah 23 siswa, 86% siswa yang terlihat aktif dalam tanya jawab dengan guru maupun siswa dalam kelompok. Saat 23 siswa menjadi kelompok dengan persentase yaitu 100% siswa memiliki tujuan yang sama. Seluruh siswa yang berjumlah 23 anak memiliki rasa tanggungjawab terhadap tugas masing-masing sehingga persentase mencapai 100%. Pada indikator ketrampilan belajar, 23 siswa mendapatkan persentase 100% karena seluruh siswa sangat ingin menyelesaikan soal dengan cepat dan kompetitif antar kelompok. Saat mendengarkan instruksi guru, 23 siswa sangat bertanggungjawab dalam menjaga ketenangan dan kondusifitas dalam kelas yang persentase hasil observasi menjadi 100%. Kerjasama dari 23 siswa dalam pembagian tugas tiap kelompok memiliki persentase 100%, karena seluruh anggota kelompok sangat berperan dalam kegiatan yang dilakukan
Dari ke delapan indikator tersebut ada 7 indikator yang mendapatkan persentase akhir persentase 100% dan yang 1 indikator mendapatkan persentase 86% sehingga semua siswa melakukan semua indikator dengan sangat baik sehingga seluruh indikator tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang didapatkan oleh siswa karena siswa aktif didalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture ini.
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian
Berlandaskan dari data yang diperoleh di dalam penelitian yang menunjukan bahwa hasil belajar dengan menggunakan model kooperatif tipe picture and picture mengalami peningkatan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penggunaan model dan metode konvensional. Pada hasil evaluasi pada tiap pertemuan, kelas eksperimen memiliki rata-rata ketuntasan yang lebih tinggi dibanding dengan kelas kontrol yahni sebesar 73% berbanding 66%. Perbedaan nilai hasil belajar rata – rata juga tampak pada hasil post-test kelas eksperimen yaitu kelas 4A SD Negeri Sidorejo Lor 01 mencapai 90,08. Dilain hal terlihat rata – rata dari nilai post-test kelas kontrol yaitu kelas 4B SD Negeri Sidorejo Lor 01 adalah 77,21.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2011) yang dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pada kelas yang menerapkan model picture and picture. Pada kondisi awal nilai siswa yang mencapai KKM hanya 33% meningkat menjadi 100% dari siswa yang berjumlah 15 siswa. penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini dilakukan oleh Adil (2010) yang mendapatkan kesimpulan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan secara runtut sesuai kaidah-kaidah pembelajaran picture and picture secara konsisten selama proses pembelajaran berlangsung dengan penggunaan media gambar dan pemberian kesempatan kepada siswa untuk aktif dan ambil bagian dalam merangkai/menyusun gambar secara logis di depan kelas dapat meningkatkan hasil belajar.
Penggunaan model kooperatif tipe picture and picture pada siswa kelas 4 lebih cenderung mengajak siswa untuk lebih aktif dalam mengembangkan ilmu pengetahuan serta mampu untuk bekerja sama pada suatu kelompok yang mana pada konteks ini adalah rekan atau siswa atau teman sekelas dalam memecahkan masalah sehingga hasil belajar lebih meningkat.terbukti dengan hasil observasi yang menunjukkan hasil yaitu dari ke delapan indikator tersebut ada 7 indikator yang mendapatkan persentase akhir persentase 100% dan yang 1 indikator mendapatkan persentase 86% sehingga semua siswa melakukan semua indikator dengan sangat baik sehingga seluruh indikator tersebut sangat berpengaruh
terhadap hasil belajar yang didapatkan oleh siswa karena siswa aktif didalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture ini.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa menggunakan model kooperatif tipe picture and picture pada pelajaran bahasa Inggris adalah efektif untuk peningkatan hasil belajar siswa dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang menggunakan model atau metode konvensional yang cenderung lebih rendah.