Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 1834 Dr. Ni Komang Arie Suwastini, S.Pd, M.Hum.1, I Gusti Made Arya Suta Wirawan, S.Hum.,
M.Si.2, Ni Nengah Suartini, S.S., M.A., Ph.D.3, Luh Diah Surya Adnyani, S.Pd., M.Pd.4, Komang Febrinayanti Dantes, S.H., M.Kn.5
ABSTRACT
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Dalam masyarakat Indonesia, termasuk di Bali, seks tidak dibicarakan secara terbuka. Ini
membuat pengungkapan pelecehan seksual menjadi sulit. Sepuluh makalah mengidentifikasi bahwa sifat sensitif PSA sering mengakibatkan korban dan keluarga
PENDIDIKAN SEKS SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEKERASAN
DAN PELECEHAN SEKSUAL ANAK DI SD UMEANYAR KABUPATEN
BULELENG, BALI
1,3,4Jurusan Pendidikan Bahasa Asing FBS UNDIKSHA; 2Jurusan Sejarah,Sosiologi dan Perpustakaan FHIS UNDIKSHA; 5Jurusan Hukum dan Kewargaengaraan FHIS Undiksha
Email: arie.suwastini@undiksha.ac.id
In principle, this service aimed at building awareness about how to prevent students at Umeanyar Elementary School from sexual harassment and violence, considering that Umeanyar Village is part of Seririt Sub-district, which in recent years had seen sexual harassment and violence against children. There were several challenges in building students' awareness and courage to give recognition to life related to their reproductive organs. Moreover, some grade 6 students at SD Umeanyar had entered puberty and the female students started having menstruation. Mentoring method that is facilitated by creating groups and individual guidance to students and parents makes students more open. At the end of the activity, the service team urged that this sexual education program can be used as a preventive program to increase self-protection from sexual exploitation of children in the future. The school is expected to be able to make this program part of the school-based intervention and be able to expand the benefits of this program for other students. Another thing, the school could consider making this sexual education program part of the learning curriculum in schools. The ultimate goal is to help overcome sexual exploitation behavior in children which may need continuous efforts.
Keywords: Sex Education, Adolescent Sexuality, Deviant Sexual Behavior
Pengabdian ini secara prinsip bertujuan untuk menghindarkan siswa/siswi di SD Umeanyar dari pelecehan dan kekerasan seksual mengingat Desa Umeanyar merupakan bagian dari Kecamatan Seririt yang beberapa tahun terakhir marak tindakan pelecehan dan kekerasan seksual terhadap anak di kecamatan tersebut. Terdapat beberapa tantangan dalam membangun kesadaran dan keberanian siswa untuk memberikan pengakuan terhadap kehidupan yang berhubungan dengan organ reproduksinya. Terlebih siswa kelas 6 di SD Umeanyar sudah beberapa yang mulai mengalami menstruasi. Untuk itu metode pendampingan yang difasilitasi dengan membuat grup dan bimbingan individual kepada siswa dan orang tua menjadikan siswa lebih terbuka. Di akhir kegiatan tim pengabdi mendesak agar program pendidikan seksual ini dapat dijadikan sebagai salah satu program preventif untuk meningkatkan proteksi diri dari eksploitasi seksual pada anak nantinya. Pihak sekolah diharapkan dapat menjadikan program ini sebagai bagian dari school-based intervention dan dapat memperluas kebermanfaatan program ini bagi para siswa-siswa lainnya. Hal lainnya juga, pihak sekolah dapat mempertimbangkan untuk menjadikan program pendidikan seksual ini sebagai bagian dari kurikulum pembelajaran di sekolah. Tujuan akhirnya dapat membantu mengatasi perilaku eksploitasi seksual pada anak-anak yang memerlukan usaha yang berkelanjutan.
Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 1835 tidak mengungkapkan atau melaporkan karena
ketakutan dan stigmatisasi. Widodo et al. (2014) melaporkan bahwa insiden PSA dianggap memalukan bagi korban, situasi yang membuat orang tua dan keluarga mereka malu. Sensitivitas dari masalah ini sering mengakibatkan tidak diungkapkannya informasi. Studi tentang pengungkapan pelecehan seksual anak menyoroti bahwa sebagian besar korban menghadapi dilema yang signifikan mengenai apakah akan mengungkapkan penyalahgunaan (Bhatla, Achyut, Khan, & Walia, 2015; Rumble, Ramly et al., 2018; Sisca & Moningka, 2011). Di Indonesia, sebagian besar korban tidak membagikan atau melaporkan pengalaman mereka sampai mereka dewasa; banyak juga memilih untuk tidak memberi tahu siapa pun (Paramastri & Priyanto, 2010) karena stereotip negatif dan ketakutan akan konsekuensi pemberian informasi orang tua, pejabat, keluarga, dan masyarakat (Anonim, 2011; Maslihah, 2013; Paramastri & Priyanto, 2010). Ketidaksetaraan gender mungkin juga membatasi kapasitas perempuan dan anak-anak untuk mengungkapkan PSA karena norma gender dan model maskulinitas yang menghambat perempuan dan anak dalam menyuarakan kasus yang menimpa mereka, terutama karena kekerasan dalam keluarga dianggap sebagai masalah pribadi (Rumble, Febrianto et al., 2018).
Di Buleleng, kasus pelecehan seksual terhadap anak meningkat drastis tiap tahunnya. Putu Suardanna alias Leong, 60, pekak asal Desa Mayong, Kecamatan Seririt akhirnya diamankan Polsek Seririt pada Januari 2020 lalu, karena dilaporkan atas dugaan persetubuhan anak di bawah umur. Pekak Leong dilaporkan keluarga korban M, 13, yang tak lain adalah tetangganya sendiri. Pria renta itu berhasil mengelabui dan merenggut kesucian M dengan berpura-pura pingsan. Namun tidak semua anak memiliki keberanian seperti M. Sebagian besar anak justru takut, begitu pula tetangga mereka yang kerap tidak mau membuat laporan kepada polisi jika
mereka mencurigai tetangga melakukan pelecehan seksual. Keengganan ini menunjukkan kecenderungan kuat orang Indonesia untuk tidak mengungkapkan PSA yang terjadi di lingkungan mereka (Horn, 2011). Dalam masyarakat Indonesia, setiap insiden terkait seks dianggap tabu, apalagi insiden pelecehan seksual, yang dianggap sebagai Tragedi yang memalukan bagi keluarga bahwa hal ini tidak boleh diungkapkan kepada masyarakat dan masyarakat. Keheningan dan stigma ini dengan demikian membuat pelaku dapat menggunakan sikapnya untuk bertindak dengan rasa impunitas.
Tentu dengan semakin meningkatnya kasus pelecehan seksual anak maka perlu kiranya seluruh pihak menyusuri ke tiap-tiap wilayah sehingga kasus demi kasus bisa terungkap. Desa Umeanyar sebagai desa satelit di sekitar Kecamatan Seririt yang dalam sepuluh tahun terakhir tidak memiliki kasus pelecehan seksual anak, sementara beberapa desa lain seperti Unggahan, Kalisade, dan beberapa desa lainnya pernah didapati kasus serupa dan berbagai dugaan pelecehan lainnya, perlu mendapatkan perhatian agar kasus pelecehan seksual anak terjadi di desa tersebut. Terlebih di desa tersebut hanya memiliki satu sekolah dasar dengan harapan program bisa berjalan efektif dan memberikan dampak yang signifikan di dalam pencegahan pelecehan seksual anak. METODE
Hampir keseluruhan pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan metode daring baik saat memberikan sosialisasi, pelatihan dan juga pendampingan. Berdasarkan masukan dari Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Buleleng dan beberapa informasi dari media massa bahwa kasus kekerasan dan pelecehan seksual di Kecamatan Seririt cukup tinggi. Beberapa desa seperti Unggahan, Lokapaksa dll menjadi perhatian beberapa tahun terakhir karena berbagai kasus terkait hal tersebut nampaknya
Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 1836 sulit dibendung mengingat beberapa kasus
seakan ditutupi karena hal tersebut dianggap membuat malu keluarga.
Dalam mensosialisasikan kegiatan ini pengabdi menggunakan pendekatan kepada aparat desa dan menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan ini. Di samping itu pula kegiatan pengabdian ini juga mengajak Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Buleleng yang diwakili oleh Ibu Putu Agustini yang meyakinkan bahwa kegiatan ini disupport penuh oleh Kabupaten Buleleng.
Dalam kegiatan ini pengabdi membangun komitmen dengan orang tua siswa, siswa dan juga guru. Pengabdi membuat grup Whatsapp dan melakukan diskusi baik dengan orang tua siswa, siswa dan juga guru. Adapun pembangunan komitmen tersebut diawali dengan pemberian visi misi pengabdian serta media-media sosialisasi yang dapat menggugah peserta untuk serius dan aktif dalam upaya pencegahan pelecehan seksual bagi anak. Awalnya kegiatan ini akan dilaksanakan secara tatap muka. Namun dengan memperhatikan Protocol kesehatan maka kegiatan ini dilakukan secara online (daring) dengan menggunakan aplikasi google meet. Dalam kegiatan ini tim pengabdi mengajak ibu Putu Agustini untuk mengajak siswa-siswa SD Umeanyar menyanyikan lagu yang bertemakan pendidikan seksual dan kesehatan reproduksi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
P2M pendidikan seks di SD Umeanyar berlangsung pada hari Selasa tanggal 8 September 2020 yang dimulai pada pukul 13.00-15.00 WITA, ada empat sesi dalam proses pendidikan seks masing-masing sesi memiliki waktu sebanyak 45 menit. Peserta berjumlah 39 siswa yang keseluruhannya duduk di bangku kelas 6 SD dengan rentang umur 11-12 tahun. Agar memudahkan murid untuk bebas berpendapat, siswa diberikan kebebasan untuk bertanya kepada narasumber lewat chat pribadi dan narasumber pun merahasiakan identitas
penanya. Hal tersebut dilakukan karena banyak murid yang enggan berceloteh secara terbuka ketika masih ada guru di depan layar.
Pertanyaan-pertanyaan yang kerap disampaikan oleh siswa adalah seputar menstruasi dan organ reproduksi. Namun ada juga yang bertanya tentang batas wajar ketertarikan dengan lawan jenis dan bagaimana batasan-batasan serta upaya agar interaksi tersebut tidak sampai kepada hal-hal yang tidak diinginkan.
Gambar 1. Penyampaian materi berupa Lagu Bermuatan Pendidikan Seks Bagi Anak Ada empat pokok bahasan yang diajarkan pada proses praktik pelatihan pendidikan seks nanti, pertama, pubertas. Pada materi ini nanti peserta akan ajarkan tentang perubahan secara fisik dan psikis ketika datangnya masa puber, dengan mengetahui perubahan yang terjadi maka peserta nantinya akan siap mental ketika terjadinya perubahan tersebut datang. Perubahan secara fisik, laki-laki akan tumbuh kumis, jenggot, suara membesar, dada bidang dan tumbuh bulu-bulu di sekitar kemaluan sedangkan pada wanita akan tumbuh payudara, tumbuh bulu di sekitar kemaluan, dan pinggul membesar. Kedua, kesehatan reproduksi. Pada materi ini peserta akan dijelaskan tentang fungsi organ reproduksi, fase menstruasi dan
Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 1837 mimpi basah serta cara merawat organ
reproduksi agar tetap sehat. Ketiga, dorongan seksual. Materi ini akan mengajarkan peserta tentang penyebab rasa suka antar lawan jenis, mengetahui macam-macam perilaku seksual dan mengkontrol perilaku seksual. Dan keempat yaitu kekerasan seksual, materi ini akan mengejarkan para peserta untuk paham tentang macam-macam kekerasan seksual yang sering terjadi dan upaya mencegah serta menghadapi terjadinya pelecehan seksual.
Gambar 2. Materi Waspada Pornografi Bagi Anak
Secara garis besar, ada tiga kebermanfaatan utama dari proses praktik pendidikan seks yang dilakukan oleh oleh SD Umeanyar untuk para siswanya. Tiga kebermanfaatan tersebut pertama meningkatkan pengetahuan mengenai pubertas saat tumbuh menjadi remaja, kedua meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya menjaga dan merawat organ-organ reproduksi yang dimiliki, ketiga Meningkatkan kesadaran bersikap asertif untuk menolak segala perlakuan yang menyebabkan ketidaknyamanan seperti pelecehan seksual.
SIMPULAN
Pada saat kegiatan ini dibuat terdapat komitmen yang kuat antara tim pengabdi, guru, aparat desa, siswa dan juga dinas pemberdayaan desa dan perlindungan anak untuk menghindarkan siswa di SD Umeanyar dari pelecehan dan kekerasan seksual. Dengan keterlibatan seluruh komponen tim pengabdi berharap pencegahan bisa bersifat komprehensif sehingga pendidikan seksual seperti dapat diberikan sejak siswa
duduk di kelas 1. Terdapat beberapa tantangan dalam membangun kesadaran dan keberanian siswa untuk memberikan pengakuan terhadap kehidupan yang berhubungan dengan organ reproduksinya. Terlebih siswa kelas 6 di SD Umeanyar sudah beberapa yang mulai mengalami menstruasi. Untuk itu metode pendampingan yang difasilitasi dengan membuat grup dan bimbingan individual kepada siswa dan orang tua menjadikan siswa lebih terbuka. Orang tua dan guru juga berharap agar pemberian video dan gambar-gambar terkait pendidikan seksual anak lebih banyak diberikan karena dianggap sanggup membangun atensi siswa untuk lebih dalam memahami seksualitas sejak dini.
Untuk pihak sekolah, program pendidikan seksual ini dapat dijadikan sebagai salah satu program preventif untuk meningkatkan proteksi diri dari eksploitasi seksual pada anak nantinya. Pihak sekolah diharapkan dapat menjadikan program ini sebagai bagian dari school-based intervention dan dapat memperluas kebermanfaatan program ini bagi para siswa-siswa lainnya. Hal lainnya juga, pihak sekolah dapat mempertimbangkan untuk menjadikan program pendidikan seksual ini sebagai bagian dari kurikulum pembelajaran di sekolah. Tujuan akhirnya dapat membantu mengatasi perilaku eksploitasi seksual pada anak-anak.
DAFTAR RUJUKAN
Andriyani (2009). Kekerasan Seksual terhadap
Anak Jalanan Perempuan dan
Dampaknya terhadap Kesehatan
Reproduksi (Studi Kualitatif di delapan
kantong Anak Jalanan di Jakarta) -
Sexual abuse of street children and their
impact on reproductive
healthUnpublished Master Thesis. Jakarta, Indonesia: University of Indonesia.
Ayre, P. (2001). Child Protection and The Media: Lessons from the Last Three
Decades. British Journal of Social
Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 1838 https://doi.org/10.1177/
1077559511403920.
Bappenas, UNICEF, & Global Affairs Canada (2015). Championing Child Rights and Child protection in Indonesia. Jakarta, Indonesia: Bappenas, UNICEF & Global Affairs Canada.
Bhatla, N., Achyut, P., Khan, N., & Walia, S. (2015). Are schools safe and gender equal spaces? Findings from a baseline study of school related gender-based
violence in five countries in Asia.
Bangkok: International Center for the Rights of Women (ICRW).
Boothby, N., Stark, L., Simmons, K., & Chu, E. (2009). Child protection information management mapping: Towards a data
surveillance system in Indonesia. New
York.
BPS (2016). Kemajuan yang Tertunda: Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia, Berdasarkan Hasil Susenas
2008-2012 dan Sensus Penduduk 2010.
Jakarta, Indonesia: BPS.
Horn, R. (2011). Piloting the Neighbourhood Method to Gather Information on the
Prevalence of Child Protection
Concerns in Indonesia. Jakarta,
Indonesia: The University of Indonesia Unpublished work.
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2014 tentang Gerakan Nasional Anti Kejahatan Seksual Terhadap Anak (GN-AKSA).
Schubert, B., Rusyidi, B., Pratiwi, A. P., & Halim, A. (2015). Penilaian Cepat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) - A rapid assessment on Child Social Welfare Program. Jakarta, Indonesia: Kemensos & UNICEF. UNICEF, University of Indonesia, and
Columbia University Mailman School of Public Health.
Widodo, N., Kurniasari, A., Sitepu, N., & Wismayanti, Y. F. (2011). Evaluasi Program Perlindungan Sosial melalui Rumah Perlindungan Sosial Anak
(RPSA). Jakarta: P3KS Press.
World Bank Office Jakarta (2011). Program Keluarga Harapan; Main Findings
from the impact evaluation of
Indonesia’s Pilot household conditional
cash transfer program. Jakarta,
Indonesia: Word Bank Office Jakarta. World Health Organization (2016). INSPIRE:
Seven Strategies For Ending Violence Against Children. Luxembourg: WHO