• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK PERTUMBUHAN PLANLET PISANG RAJA (Musa paradisiaca) DENGAN PEMBERIAN BERBAGAI MACAM DAN KONSENTRASI MINYAK ATSIRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEK PERTUMBUHAN PLANLET PISANG RAJA (Musa paradisiaca) DENGAN PEMBERIAN BERBAGAI MACAM DAN KONSENTRASI MINYAK ATSIRI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK PERTUMBUHAN PLANLET PISANG RAJA (Musa paradisiaca) DENGAN PEMBERIAN BERBAGAI MACAM DAN KONSENTRASI

MINYAK ATSIRI

GROWTH EFFECTS OF BANANA PLANTAIN (Musa paradisiaca) BY ADDITION VARIOUS KINDS AND CONCENTRATION OF ESSENTIAL

OIL

Agusti Pratama Ulhusna, Maria Theresia Darini *, Lilik Kusdiarti

Fakultas Pertanian Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

*Email korespondensi: mathedarini@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh macam dan konsentrasi minyak atsiri terhadap pertumbuhan eksplan pisang raja. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Plasma Nutfah Pisang yang terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan November 2016. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan percobaan faktorial 3 x 3 + 1 kontrol yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan terdiri dari 2 faktor, faktor pertama adalah macam minyak atsiri yang terdiri dari 3 macam minyak atsiri yaitu minyak atsiri cengkeh, minyak atsiri gandapura, dan minyak atsiri jahe merah. Faktor kedua adalah konsentrasi minyak atsiri yaitu 500, 750, dan 1.000 ppm serta kontrol (tanpa minyak atsiri). Masing-masing perlakuan diulang 3 kali dan setiap ulangan terdiri dari 3 botol. Eksplan diperoleh dari subkultur yang berumur 6 bulan. Variabel yang diamati yaitu pertambahan tinggi tunas planlet, berat segar dan berat kering planlet, jumlah akar planlet, dan jumlah planlet yang tumbuh. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara macam dan konsentrasi minyak atsiri pada variabel pertumbuhan planlet pisang raja. Pemberian minyak atsiri jahe merah memberikan total pertambahan tinggi tunas tertinggi. Pemberian minyak atsiri tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan planlet, perlakuan pemberian minyak atsiri jahe merah menyebabkan munculnya akar terbanyak pada planlet pisang raja. Pemberian minyak atsiri jahe merah dapat mempercepat munculnya planlet baru, sedangkan dengan konsentrasi 500 ppm jahe merah dapat memberikan jumlah planlet baru tumbuh terbanyak.

Kata Kunci : Planlet Pisang Raja, Minyak Atsiri, dan Konsentrasi ABSTRACT

This research aim to know the effect of essential oil and its concentrations on the growth of banana plantlets. The experiment has been done in tissue culture laboratory of banana germplasm unit in Yogyakarta Spesial Territory (DIY). This study has been done in September until November 2016. It was a 3 x 3 factorial experiment and one control, arranged in a completely randomized design (CRD) with three replicates. The treatment consists two factors. The first factor is essential

(2)

oil consisting of three kinds of essential oil i. e. clove oil, gandapura oil, and red ginger oil. The second factor is the concentration of essential oil which is 500, 750, and 1,000 ppm. Each treatment consisted of three bottles. The explant were obtained from 6 months old subculture. Variables observed were changes in plantlets height, fresh weight and dry weight of plantlets, root number of plantlets, and number of new growing plantlets. The results showed there’s no interaction between kinds and concentration of essential oil on the growth of banana plantain plantlets. The effect of red ginger oil on plantlets growth is better than clove and gandapura oil. Red ginger oil cause new plantlets grow faster and the concentration of 500 ppm yield the highest number of new growing plantlets. Keywords: Banana plantain plantlet, Essential Oils, and Concentration

PENDAHULUAN

Pisang (Musa parasidiaca) adalah salah satu komoditas buah unggulan di

Indonesia. Hal ini mengacu pada besarnya luas panen dan produksi pisang yang selalu menempati posisi pertama. Selain besarnya luas panen dan produksi pisang, Indonesia juga merupakan salah satu sentra primer keragaman pisang. Lebih dari 200 jenis pisang terdapat di Indonesia, yang memberikan peluang untuk pemanfaatan dan komersialisasi pisang sesuai kebutuhan konsumen. Berdasarkan Angka Tetap (ATAP) tahun 2013 produksi pisang mencapai 6,28 juta ton. Indonesia termasuk penghasil pisang terbesar untuk wilayah Asia, karena 50% produksi pisang Asia dihasilkan oleh Indonesia (DepTan, 2005).

Pisang adalah tanaman yang berasal dari kawasan Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Kandungan yang terdapat dalam pisang antara lain vitamin A, vitamin B (Thiamin, Riboflavin, Niacin, Vitamin B6, Folic Acid), vitamin C, mineral, kalsium, magnesium, besi, dan seng. Dengan demikian pisang juga merupakan salah satu bahan pangan yang mampu meningkatkan gizi masyarakat (Istianto, 2011).

Tanaman pisang mampu tumbuh pada kondisi lingkungan yang bervariasi dan dijumpai di hampir sebagian besar wilayah Indonesia. Beberapa kendala dalam budidaya pisang yang menyebabkan penurunan produksi yaitu adanya serangan hama dan patogen yang menyerang mulai dari pembibitan sampai pasca panen. Selama periode sebelum panen, hama dan penyakit utama pisang adalah penggerek bonggol, layu fusarium, penyakit darah, penyakit kerdil, dan sigatoka. Sampai saat ini, Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) paling berbahaya dan mengancam

(3)

produksi pisang dunia adalah Fusarium oxysporum Schlecht f.sp cubense (Foc). Patogen ini menyebabkan penyakit yang lebih dikenal sebagai penyakit layu

fusarium (Jumjunidang et al., 2005).

Ketahanan kimiawi tanaman pisang ditunjukkan dengan terbentuknya senyawa kimia yang mampu mencegah pertumbuhan dan perkembangan patogen,

yang dapat berupa Pathogenesis Related Proteins, metabolit sekunder berupa

senyawa polifenol diantaranya alkaloida, fenol, flavonida, glikosida, fitoaleksin, dan sebagainya. Pada umumnya tanaman yang tahan mengandung senyawa kimia tersebut dengan konsentrasi lebih tinggi dari pada tanaman tidak tahan. Penggunaan agensia hayati antagonis merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam upaya meningkatkan ketahanan tanaman (Amza, 2011).

Penelitian lain dikembangkan dengan pemanfaatan minyak atsiri dan ekstrak kasar tumbuhan sebagai bahan anti mikroba. Minyak atsiri merupakan salah satu produk yang dibutuhkan pada berbagai industri seperti industri kosmetik, obat-obatan, makanan dan minuman. Minyak atsiri juga dapat digunakan sebagai aroma terapi (Nurdjannah, 2004).

Berdasarkan pengalaman empirik dan hasil beberapa penelitian menunjukkan, bahwa beberapa jenis minyak atsiri dapat menghambat serangan mikroba seperti bakteri, jamur, ragi, virus, dan nematoda maupun terhadap serangga hama dan vektor patogen yang merugikan manusia, hewan, dan tanaman

(Isman, 2000; Upadhyay et al., 2010). Minyak atsiri tersebut berhubungan dengan

senyawa yang dikandungnya terutama dari golongan terpen, alkohol, aldehid, dan fenol seperti karvakrol, eugenol, timol, sinamaldehid, asam sinamat, dan perilaldehid (Burt, 2007).

Kandungan minyak atsiri pada cengkeh meliputi eugenol, tannin, asam galotanat, metil salisilat (suatu zat penghilang nyeri), asam krategolat, beragam senyawa flavonoid (yaitu eugenin, kaemferol, rhamnetin, dan eugenetin), berbagai senyawa triterpenoid (yaitu asam oleanolat, stigmasterol, dan kampesterol), serta mengandung berbagai senyawa seskuiterpen. Kandungan pada batang, daun, dan bunga cengkeh berpeluang menjadi pestisida nabati. Penelitian Balittro membuktikan produk pestisida dari cengkeh paling efektif mengatasi cendawan,

(4)

bakteri, dan nematode pengganggu tanaman dibanding tanaman lainnya. Eugenol dan turunannya sudah lama diketahui memiliki efek anti cendawan, anti bakteri, anti rematik, dan antiseptik. Hasil uji laboratorium, eugenol juga toksik bagi

cendawan patogenik tanaman, diantaranya Fusarium oxysporum, Phytopthora

capsici, Rigidoporus lignosus, Rhizoctania solani, Sclerotium rolfsii, serta Pseudomonas solanacearum.

Eugenol memiliki sifat kimia pedas, sedikit manis, wangi, dan hangat. Minyak cengkeh merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang dapat diperoleh dari bunga, tangkai atau gagang bunga dan daun cengkeh. Kandungan minyak atsiri bunga cengkeh mencapai 21,3% dengan kadar eugenol antara 78-95%, dari tangkai atau gagang bunga mencapai 6% dengan kadar eugenol antara 89-95%, dan dari daun cengkeh mencapai 2-3% dengan kadar eugenol antara 80-85%. Kandungan terbesar minyak cengkeh adalah eugenol, yang bermanfaat dalam pembuatan vanilin, eugenil metil eter, eugenil asetat (Hadi, 2012).

Minyak atsiri dari gandapura G. punctuata termasuk dalam familia

Ericaceae, dan merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang cukup

potensial. Minyak atsiri gandapura bisa dimanfaatkan sebagai insektisida atau insek

repellent (Ravid et al.,1983).

Komponen utama dari minyak atsiri gandapura adalah metil salisilat, jumlahnya dapat mencapai 93%. Senyawa metil salisilat merupakan metil ester dari asam asetil salisilat, bersifat sangat iritasi dan toksik, namun bila masih terikat dalam tanaman aslinya tidak berbahaya. Hasil fitokimia dari masing-masing ekstrak menunjukan bahwa ekstrak methanol dan etil asetat mengandung semua golongan senyawa yang diidentifikasi, yaitu alkaloid, saponin, flavonoid, tannin dan glikosida (Heyne, 1987).

Minyak atsiri dari jahe merah (Zingiber officinale) mengandung zingiberene

(komponen penyusun aroma minyak atsiri jahe) berkisar antara 19,61% – 21,38%

(Wulandari, 2009; Utami et al., 2012). Minyak atsiri dari rimpang Zingiber

officinale var. rubrum Theilade mengandung senyawa monoterpenoid diantaranya camfen (14,5%), geranial (14,3%), dan geranil asetat (13,7%). Minyak atsiri yang terkandung dalam jahe antara 1 sampai 3%. Selain itu, ada kandungan senyawa lain

(5)

pada minyak atsiri jahe merah yaitu senyawa oleoresin (gingerol, shagaol), enzim proteolitik (zingibain), 8,6% protein, 6,4% lemak, 5,9% serat, 66,5% karbohidrat, 5,7% abu, kalsium 0,1%, fosfor 0,15%, besi 0,011%, sodium 0,03%, potassium 1,4%, vitamin A 175 IU/ 100 g, vitamin B1 0,05 mg/ 100 g, vitamin B2 0,13 mg/ 100 g, niasin 1,9%, dan vitamin C 12 mg/ 100 g. Dalam jahe, ada juga kandungan asam-asam organik seperti asam amino, asam malat [yang sering disebut sebagai

asam apel; COOHCH2CH(OH)COOH; asam hidroksibutanadioat], dan asam

oksalat (Sya’ban, 2013).

Dalam penelitian ini diharapkan dapat membandingkan macam minyak atsiri dan konsentrasi terhadap pertumbuhan planlet pisang raja dengan tujuan mengetahui ada tidaknya pengaruh dari minyak atsiri dan menumbuhkan respon senyawa polifenol sebagai hormon tumbuh nabati.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Kebun Plasma Nutfah Pisang UPT Yogyakarta dari bulan September sampai November 2016. Bahan yang dipergunakan untuk penelitian ini adalah eksplan pisang raja, media dasar MS (Murashige & Skogg), minyak atsiri (cengkeh, gandapura, dan jahe merah), alkohol 70%, dan aquadest. Eksplan pisang raja yang digunakan adalah hasil subkultur yang berumur 6 bulan.

Alat-alat yang digunakan antara lain: meja kerja steril, autoklaf, timbangan analitik, laminar air flow, pH meter, erlenmeyer, botol kultur berjumlah 108 buah,

gelas ukur, gelas piala, cawan petri, pipet, lampu spritus, pinset, tisu, hand spreyer,

kain, dan mistar/ penggaris.

Penelitian merupakan percobaan faktorial 3 x 3 + 1 kontrol yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Faktor pertama adalah macam minyak atsiri yang terdiri dari 3 macam yaitu: minyak atsiri cengkeh, minyak atsiri

gandapura, dan minyak atsiri jahe merah.Faktor kedua adalah konsentrasi minyak

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 3. Rerata Total Pertambahan Tinggi Tunas Planlet Umur 4 sampai 34 hari (cm) Minyak Atsiri Konsentrasi Rerata 500 ppm 750 ppm 1000 ppm Cengkeh 1,100 0,833 0,866 0,933 b Jahe Merah 2,266 2,683 3,366 2,771 a Gandapura 0,850 0,866 0,816 0,844 b Rerata 1,405 p 1,460 p 1,682 p ( - ) Perlakuan 1,516 Y Kontrol 2,383 X

Keterangan : Rerata dalam baris atau kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak menunjukkan adanya beda nyata pada DMRT 5%.

( - ) : Tidak ada interaksi.

Tabel 3 menunjukkan bahwa tunas pada medium kontrol lebih tinggi dibanding tunas pada medium yang diberi masing-masing minyak atsiri. Pada tunas medium yang diberi minyak atsiri jahe merah terlihat lebih unggul pertambahan tinggi tunas planlet dibandingkan dengan pemberian minyak atsiri cengkeh dan gandapura, karena diduga memiliki kandungan enzim proteolitik dan asam-asam organik seperti asam amino, asam malat [yang sering disebut sebagai asam apel;

COOHCH2CH(OH)COOH; asam hidroksibutanadioat], dan asam oksalat (Sya’ban,

2013). Konsentrasi 500, 750, dan 1.000 ppm tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan planlet pisang raja dari umur 4 sampai 34 hari.

Enzim proteolitik (proteolytic enzymes) atau disebut juga Proteinase atau

Protease, merupakan kelompok enzim yang mampu memecah rantai panjang molekul protein menjadi molekul-molekul yang lebih kecil disebut peptida (peptides) dan bahkan sampai menjadi komponen-komponen terkecil penyusun

protein yang disebut asam amino (amino acid). Komponen penyusun protein diatas

terdapat pada kandungan hormon auksin. Fungsi hormon auksin dalam pertumbuhan tanaman yaitu merangsang proses perkecambahan biji, meningkatkan kuantitas hasil panen, memacu proses terbentuknya akar serta pertumbuhan akar dengan lebih baik, merangsang timbulnya bunga dan buah, merangsang terjadinya proses partenoarpi (tumbuhan mampu membentuk buah tanpa proses fertilasi/

(7)

penyerbukan), dan mengurangi gugurnya buah sebelum waktunya (Kurnianti, 2012).

Tabel 4. Rerata berat segar, berat kering, dan jumlah akar planlet

Minyak Atsiri Berat Segar (g) Berat Kering (g) Jumlah Akar

Cengkeh 0,274 b 0,011 b 1,166 b Jahe Merah 0,845 a 0,040 a 4,611 a Gandapura 0,145 b 0,005 b 2,633 b Perlakuan 0,421 Y 0,018 Y 2,803 X Kontrol 0,935 X 0,043 X 3,833 X Konsentrasi : 500 ppm 0,444 p 0,023 p 2,611 p 750 ppm 0,373 p 0,016 p 3,800 p 1.000 ppm 0,447 p 0,017 p 2,000 p

Keterangan : Rerata dalam kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak menunjukkan adanya beda nyata pada DMRT 5%.

( - ) : Tidak ada interaksi.

Tabel 4 menunjukkan bahwa berat segar dan berat kering planlet pada medium kontrol lebih berat dibandingkan dengan pemberian minyak atsiri. Pemberian minyak atsiri jahe merah memberikan berat segar dan berat kering lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian minyak atsiri cengkeh dan gandapura. Hal ini disebabkan karena adanya kandungan protein dan asam amino yang terdapat pada minyak atsiri jahe merah. Konsentrasi 500, 750, dan 1.000 ppm tidak memberikan pengaruh terhadap berat segar planlet pisang raja.

Tabel 5. Rerata Jumlah Planlet Baru yang Tumbuh

Minyak Konsentrasi

(ppm)

Jumlah Planlet Umur Ke-

13 15 18 20 22 25 27 29 34 Cengkeh 500 ppm - - - 1,00 1,00 1,00 1,20 Cengkeh 750 ppm - - - - Cengkeh 1000 ppm - - - - Gandapura 500 ppm - - - - Gandapura 750 ppm - - - - Gandapura 1000 ppm - - - - Jahe Merah 500 ppm 1,00 1,00 1,00 2,00 2,33 3,33 3,83 4,16 8,00 Jahe Merah 750 ppm 1,00 1,00 1,20 1,60 2,60 2,80 3,20 4,00 5,66 Jahe Merah 1000 ppm 1,00 1,00 1,25 1,75 2,00 1,83 2,66 2,83 3,83 Kontrol - - 1,00 1,33 2,00 4,00 4,00 3,50 5,00

Jumlah akar yang tumbuh pada planlet di medium kontrol maupun dengan pemberian minyak atsiri tidak beda nyata. Pemberian minyak jahe merah menyebabkan jumlah akar yang lebih banyak dibandingkan dengan pemberian minyak cengkeh dan gandapura. Hal ini disebabkan karena adanya kandungan protein pada minyak atsiri jahe merah yang berfungsi untuk melakukan pembelahan

(8)

sel. Konsentrasi 500, 750, dan 1.000 ppm tidak memberikan pengaruh beda nyata terhadap jumlah akar planlet pisang raja.

Hasil pengamatan pada tabel 5 menunjukkan bahwa munculnya planlet baru lebih cepat dan lebih banyak pada medium yang diberi minyak jahe merah dibandingkan dengan medium kontrol maupun medium yang diberi minyak cengkeh dan gandapura. Minyak jahe merah memiliki penyusun protein yang terdapat dalam hormon sitokinin yang berfungsi untuk memacu pertumbuhan tunas-tunas baru (Sya’ban, 2013). Pemberian minyak cengkeh dengan konsentrasi 500 ppm juga menumbuhkan tunas baru, namun sangat lambat. Planlet baru mulai tumbuh umur ke 25 hari, sedangkan pemberian minyak gandapura tidak ada satu pun tunas baru yang tumbuh. Minyak atsiri cengkeh dan gandapura memiliki kandungan senyawa alelokimia (terpenoid, flavonoid dan fenol) yang bersifat menghambat pembelahan sel. Senyawa fenol menghambat tahap metafase pada mitosis. Gangguan pada tahapan metafase menyebabkan proses mitosis terhambat, sehingga mengakibatkan penghambatan pembelahan dan pemanjangan sel (Yulifrianti, 2015).

KESIMPULAN

1. Pemberian minyak atsiri tidak berpengaruh terhadap pertambahan tinggi total

tunas planlet pisang raja.

2. Pemberian minyak atsiri jahe merah memberikan efek yang lebih baik terhadap

pertumbuhan plantlet pisang raja dibanding minyak atsiri cengkeh dan gandapura

3. Pemberian minyak atsiri jahe merah memberikan pengaruh terhadap kecepatan

tumbuh tunas baru

4. Pemberian minyak atsiri jahe merah dengan konsentrasi 500 ppm memberikan

pengaruh jumlah planlet baru yang tumbuh terbanyak. UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Lili sebagai CEO di Perusahaan Indaroma sebagai penyandang minyak atsiri dalam penelitian ini. Terima kasih juga disampaikan kepada Kebun Plasma Nutfah Pisang UPT

(9)

Pelayanan Pertanian dan Perikanan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Pertanian Kota Yogyakarta yang telah memberi izin penggunaan laboratorium kultur jaringan sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Amza, R. L. 2011. Respon Ketahanan Kultur Pisang Kepok (Musa balbisiana)

Terhadap Inokulasi Fusarium oxysporum f. sp cubense. Makalah Karya

Tulis Ilmiah. Available at repository.unand.ac.id (diunduh 6 Agustus 2016). Burt, S. 2007. Antibacterial activity of essential oils: potential application in food. Ph.D. dissertation. Institute for Risk Assesment Sciences, Division of Veterinary Medicine, Public Health. Utrecht Univrsity.

Deptan. 2005. Penggerek Bonggol. Available at

Cybex.deptan.go.id/penyuluhan/penggerek-bonggol (diakses 5 Mei 2016).

Hadi, S. 2012. Pengambilan Minyak Atsiri Bunga Cengkeh (Clove Oil)

Menggunakan Pelarut n-Heksana dan Benzena. Jurnal Bahan Alam Terbarukan UNNES ‘Konservasi’. 1 (2)

Heyne, K. 1987.Tumbuhan berguna Indonesia. Jilid II. Litbang Kehutanan, Jakarta:

1553-1554. Available at

http://www.hort.purdue.edu/newcrop/medaro/factssheet/WINTERGREEN. html (diakses 24 Mei 2016).

Isman, M. B. 2000. Plant essential oils for pest and disease management. Crop Protection 19: 603-608.

Istianto. 2011. Minyak Atsiri. Available at

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33716/4/Chapter%20II.pdf J. Agric. Sci. and Biotechnol Univ. Sumatra Utara.7(2), 22 - 27.

Jumjunidang, N. Nasir, Riska dan H. Handayani. 2005. Teknik Pengujian In Vitro Ketahanan Pisang terhadap Penyakit Layu Fusarium Menggunakan Filtrat

Toksin dari Kultur Fusarium oxysporum f. sp. Cubense. J. Hort. 15(2):135

139.

Kurnianti, N. 2012. Hormon Tumbuh atau ZPT (Zat Pengatur Tumbuh). Kutipan

Karya Tulis Ilmiah. Majalah Online Tanijogonegoro.com. Jawa Tengah. Available at http://www.tanijogonegoro.com/2012/11/hormon-tumbuhan-atau-zpt-zat-pengatur.html (diakses 7 Januari 2017).

Nurdjannah, N. 2004. Diversifikasi Penggunaan Cengkeh, Perspektif. 3(2), 61-70. Ravid, Putievsky, and Sniv. 1983. The volatile components of oleoresins and

essential oils of Foeniculum vulgare in Israel. J.Nat.Prod. 46 (6) : 848 - 851.

Sya’ban, M. F. 2013. Jahe, Kandungan, dan Manfaatnya. Makalah Kimia.

Available at

file:///D:/Skripsi%20Gusti/Skripsi/Skripsi/Bahan%20jurnal/Jahe,%20Kand ungan%20dan%20Manfaatnya.htm (diakses 27 Desember 2016).

Upadhyay, R. K., Dwivedi and Ahmad. 2010. Screening of antibacterial activity of six plants essential oils against pathogenic bacterial strains. Asian J. of Medical Sciences. 2 (3): 152-158.

(10)

Utami, R., Kawiji dan Nurhartadi, E. 2012. Inkorporasi minyak atsiri jahe merah

dan lengkuas merah pada edible film tapioka. Proceeding Seminar Nasional

Biologi XVI. Surakarta.

Wulandari, Y. W. 2009. Karakteristik minyak atsiri beberapa varietas jahe (Zingiber offiinale). Jurnal Kimia danTeknologi 5(1): 43-50.

Yulifrianti, E. 2015. Potensi Alelopati Ekstrak Serasah Daun Mangga (Mangifera

indica L.) Terhadap Pertumbuhan Gulma Rumput Grinting (Cynodon dactylon L.) Press. Jurnal Protobiont . 4 (1) : 347 – 349.

Gambar

Tabel  4  menunjukkan  bahwa  berat  segar  dan  berat  kering  planlet  pada  medium  kontrol  lebih  berat  dibandingkan  dengan  pemberian  minyak  atsiri

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan dari penelitian ini adalah kupu-kupu (Rhopalocera) yang didapatkan dari Dusun Kumu Baru Kecamatan Rambah Hilir Kabupaten Rokan Hulu berjumlah sebanyak 7 famili,

Capaian target Sasaran Kinerja untuk indikator kedua yakni Persentase Badan Publik yang menerapkan standar layanan informasi publik sudah memenuhi besaran target yang

12) Penyelesaian perselisihan; dan 13) Pengakhiran kerjasama. Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama, apabila membebani daerah dan masyarakat sebelum ditandatangani para pihak

5.1.3 Terapi Antibiotik yang Digunakan Berdasarkan data hasil pengamatan yang diperoleh dari RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan, jenis terapi antibiotik yang digunakan untuk terapi

Dokumentasi adalah alat bantu penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data yang terulis yang telah terdokumentasi, diantaranya: data siswa kelas VIII eksperimen

bahwa dengan berlakunya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011

Teknik pemben- tukan model 3D Alos Palsar pada penelitian ini menggunakan dua penggabungan metode yaitu meto- de stereo pada area yang bertampalan dan metode DSM2DEM di area

Konflik muncul dan berlangsung dalam tiga objek ruang sumberdaya yang ada di desa tersebut, ruang sumberdaya dimaksud adalah kawasan pesisir pantai yang di