KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
KAJIAN
FISKAL
REGIONAL
Triwulan III
2020
Penyusun:Penanggung Jawab: Syarwan II Ketua Tim: Rabindhra Aldy II Editor: Samsul Anam, Ismu Karyanto, Suroto, Yassinta Ben Katarti LD II Anggota: Eisa Silvanti, Ni Made Harsini, I Nyoman Sudarma, Anisa
LAMPIRAN
ii
Daftar Isi
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS
EKONOMI REGIONAL
A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
B. Inflasi
C. Kemiskinan dan Gini Ratio
D. Ketenagakerjaan
PERKEMBANGAN DAN
ANALISIS PELAKSANAAN APBD
A. Pendapatan Daerah
B. Belanja Daerah
C. Prognosis Realisasi APBD Sampai
Dengan Triwulan IV 2020
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS
PELAKSANAAN APBN DI TINGKAT
REGIONAL
A. Pendapatan Negara
B. Belanja Negara
C. Program Pemulihan Ekonomi Nasional
D. Prognosis Realisasi APBN s.d. Triwulan IV 2020
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS
PELAKSANAAN ANGGARAN
KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)
A. Laporan Keuangan Pemerintah
Konsolidasian
B. Pendapatan Konsolidasian
C. Belanja Konsolidasian
D. Analisis Kontribusi Pemerintah Dalam
Produk Domestik Regional Bruto(PDRB)
BERITA/ ISU FISKAL REGIONAL
TERPILIH
A. Di Tengah Pandemi, Industri
Keuangan di NTB Tumbuh di Luar
Dugaan
B. Realisasi Dana Pemulihan Ekonomi
Nasional di NTB Baru Rp2,18 Triliun
Hal. 1 Hal. 6 Hal. 16 Hal. 21 Hal. 25
ii
iii
KAJIAN FISKAL REGIONAL TRIWULAN III TAHUN 2020Perkembangan Dan Analisis Ekonomi Regional Kontraksi yang kembali terjadi di triwulan III-2020 sebesar 1,11 persen , menjadikan penanda terjadinya resesi di Provinsi NTB.
Kondisi ini menggambarkan signifikansi
penurunan aktifitas ekonomi di Provinsi NTB akibat pandemi corona. Para pelaku ekonomi
masih mengeluhkan lesunya pasar dan
terbatasnya ruang gerak usaha sehingga perekonomian menjadi terseok-seok. Kendati demikian dibandingkan dengan triwulan II-2020, kontraksi yang dialami sedikit lebih baik bahkan jika dirunut Kembali di tahun 2018, resesi yang terjadi jauh lebih dalam dan berlangsung hingga triwulan IV-2018. Sektor jasa terutama yang berbasis pariwisata menjadi yang paling
terdampak pandemi. Hampir 150 hotel
melakukan aksi tutup sementara dan
merumahkan karyawannya akibat sepinya pengunjung. Maka tidak heran jika kontraksi terbesar masih dialami oleh lapangan usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 38,49 persen setelah pada triwulan lalu
terpuruk dalam kontraksi 58,66 persen.
Sementara itu, telah beroperasinya kembali
bandara pada triwulan III-2020 sedikit
membantu kontraksi di lapangan usaha
Transportasi dan Pergudangan menjadi 38,41 persen setelah di triwulan II-2020 terkontraksi 58,05 persen. Dari sis pengeluaran, komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah merupakan komponen yang mengalami pertumbuhan positif di Triwulan III-2020 yaitu mampu tumbuh 3,60 persen.
Sementara itu, melemahnya daya beli
masyarakat selain tercermin dari kontraksi pada komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga juga tergambar dari deflasi yang dialami di Bulan Agustus dan September 2020. Pada Bulan September 2020, deflasi Gabungan Dua Kota (Kota Mataram dan Kota Bima) sebesar 0,04 persen. Dan akhirnya, kekhawatiran banyak pihak akan meningkatnya kemiskinan sebagai akibat pandemi covid-19 terbukti. Persentase penduduk miskin di Provinsi NTB meningkat 0,09 poin pada Maret 2020. Tak hanya itu, gini rasio juga mengalami peningkatan sebanyak 0,002 poin dibandingkan kondisi
September 2019. Kemudian, dengan
melemahnya ekonomi akibat pandemi membuat arus pengangguran menjadi tak terbendung dan Tingkat Penganguran Terbuka di provinsi NTB Agustus 2020 meningkat menjadi 4,22 setelah pada Agustus 2019 berhasil ditekan pada 3, 28. Perkembangan Dan Analisis Apbn Di Tingkat Regional
Meskipun Provinsi NTB terdampak covid-19, optimisme realisasi penerimaan perpajakan maupun penerimaan PNBP masih tetap ada, hal ini terbukti dari raihan realisasi Perpajakan sampai dengan triwulan III-2020 mengalami kenaikan sebesar 1,67 persen dibandingkan penerimaan tahun 2019 di periode yang sama,
namun penerimaan PNBP mengalami
penurunan sebesar 10,78 persen sehingga realisasi Penerimaan Negara dan Hibah sampai dengan triwulan III-2020 menjadi 0,39 persen lebih rendah dibandingkan penerimaan tahun 2019 di periode yang sama.
iv
KAJIAN FISKAL REGIONAL TRIWULAN III TAHUN 2020
Sementara, r
ealisasi Belanja Negara di wilayahProvinsi NTB sampai dengan triwulan III 2020 telah mencapai Rp18,44 triliun. Dimana capaian ini lebih rendah 0,86 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Belanja Pemerintah Pusat di wilayah NTB s.d. triwulan III 2020 mencapai Rp5,58 triliun atau 64,52 persen dari pagu. Kemudian, realisasi TKDD di wilayah NTB sampai dengan triwulan III 2020 mencapai Rp12,87 triliun atau 85,75 persen dari alokasi. Kinerja pengelolaan Badan Layanan Umum (BLU) di NTB sampai dengan triwulan III 2020 menunjukkan realisasi belanja satuan kerja BLU
sebesar Rp370,56 miliar, lebih tinggi
dibandingkan tahun 2019 yang mencapai Rp312,57 miliar atau meningkat 18,55 persen. Untuk Manajemen Investasi Pusat, sampai dengan triwulan III 2020 realisasi penyaluran Kredit Program di wilayah NTB mencapai Rp2,78 triliun yang terdiri dari Rp2,72 triliun berupa Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Rp61,48 miliar berupa pembiayaan Kredit Ultra Mikro
(
UMi).
Di Provinsi Nusa Tenggara Barat, terdapat beberapa realisasi PEN antara lain subsidi bunga/ margin dengan realisasi sampai dengan triwulan III 2020 mencapai Rp37,82 miliar kepada 91.082 debitur. Belanja Kementerian/ Lembaga untuk penangan pandemi covid-19 di Provinsi NTB sampai dengan 30 September 2020 telah mencapai Rp14,80 miliar. Kemudian, realisasi penyaluran BLT Dana Desa telah mencapai Rp396,98 miliar kepada 704.891 Keluarga Penerima Manfaat.
Selanjutnya, proyeksi realisasi Pendapatan Negara di wilayah NTB sampai dengan triwulan IV 2020 diperkirakan mencapai sebesar 78,17 persen atau Rp3,15 triliun. Realisasi belanja negara sampai dengan akhir triwulan IV 2020 diperkirakan mencapai Rp22,44 triliun atau sebesar 94,89 persen.
Perkembangan Dan Analisis Pelaksanaan Apbd
Realisasi belanja APBD seluruh
Kabupaten/Kota/Provinsi sampai dengan
triwulan III 2020 di Provinsi NTB sebesar Rp12,23 Triliun atau 58,64 persen dari total pagu sebesar Rp20,85 triliun. Nilai realisasi belanja Triwulan III tahun 2020 masih berada dibawah nilai realisasi periode yang sama tahun 2019. Alokasi Belanja Tak Terduga meningkat tajam sebesar 804,70 milliar dan telah terealisasikan sebesar 375,82 milliar. Hal ini merupakan bentuk
kesungguhan Pemerintah Daerah dalam
penanggulangan keadaan darurat/ tak terduga pandemi covid-19 melalui realisasi belanja APBD.
Sementara itu, sumber pendapatan daerah Provinsi NTB yang masih diandalkan adalah penerimaan dari Pendapatan Transfer yang mencapai 82,38 persen dari total Pendapatan Daerah di wilayah Provinsi NTB. Sedangkan realisasi Pendapatan Asli Daerah Pemda Lingkup Provinsi NTB Pada Triwulan III Tahun 2020 mengalami penurunan dibandingkan dengan Realisasi Pendapatan Asli Daerah periode yang sama Tahun 2019. Pandemi
COVID-19 sangat berdampak pada
perekonomian terutama di bidang Pariwisata. Meskipun dengan Pertanian dan Pertambangan
v
KAJIAN FISKAL REGIONAL TRIWULAN III TAHUN 2020sebagai tonggak utama Perekonomian di Nusa Tenggara Barat, ternyata dua sektor tersebut
belum cukup untuk menunjang realisasi
pendapatan.
Sebagai proyeksi sampai dengan triwulan IV 2020, realisasi Pendapatan Daerah diperkirakan akan mencapai Rp18,79 triliun. Sedangkan, realisasi Belanja Daerah masih memiliki optimisme penyerapan belanja daerah oleh pemda. Sehingga diperkirakan Belanja Daerah akan mencapai Rp18,66 triliun.
Perkembangan Dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian (Apbn Dan Apbd)
Sampai dengan triwulan III 2020, realisasi
penerimaan pendapatan konsolidasian di
Provinsi NTB sebesar Rp5,259 triliun. Realisasi pendapatan tersebut turun sebesar 3,84 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019. Sedangkan realisasi belanja konsolidasian di Provinsi NTB sampai dengan Triwulan III 2020
mencapai Rp18,958 Triliun, mengalami
kenaikan sebesar 7,17 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Proporsi pendapatan konsolidasian Provinsi NTB triwulan III tahun 2020 terbesar bersumber dari pendapatan Perpajakan yang mencapai 65,11 persen, diikuti pendapatan Bukan pajak
32,27 persen. Sementara itu, belanja
konsolidasian sampai dengan Triwulan III 2002
di Provinsi NTB sebesar Rp 18.69 triliun memiliki
proporsi yaitu belanja pemerintah pusat sebesar
Rp7.31 triliun atau sebesar 17.93 persen dan
belanja pemerintah daerah sebesar Rp33.81
triliun atau sebesar 90.18 persen.
Jika dilihat dari realisasi belanja perfungsi, porsi/realisasi belanja per fungsi sampai dengan
Triwulan III tahun 2020 terbesar adalah fungsi
Pelayanan Umum sebesar 40 persen, kemudian
fungsi Pendidikan 22 persen dan fungsi Ekonomi 12 persen.
Berita/ Isu Fiskal Regional
Industri keuangan NTB mengalami pertumbuhan di luar dugaan di tengah pandemi Covid-19.
Fakta ini membingungkan banyak pihak.
Pertumbuhan industri keuangan di NTB
mengalami anomali yang cukup bagus, salah satu contoh pertumbuhan keuangan syariah yang cukup baik. Bank NTB Syariah awalnya banyak membuat orang pesimis saat akan dilakukan konversi dari konvensional ke syariah penuh. Kenyataannya, Bank NTB Syariah justru mendapat banyak penghargaan karena prestasi pertumbuhannya yang cukup baik. Pertumbuhan
keuangan syariah mencapai 19,74 persen yoy.
Kementerian Keuangan mencatat realisasi atau penyaluran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) di NTB mencapai Rp2,18 triliun hingga Agustus 2020. Kemenkeu mendorong agar percepatan realisasi program PEN sebagai upaya untuk memulihkan ekonomi di tengah pandemi Covid-19. Untuk PKH sudah disalurkan sebesar Rp900,64 miliar kepada 349.963 KPM. Kemudian program kartu sembako sudah disalurkan sebesar Rp785,20 miliar kepada 563.600 KPM. Untuk program kartu prakerja sudah disalurkan sebesar Rp85,89 miliar kepada 8.444 orang.
Q3-19
Q4-19
Q1-20
Q2-20
Q3-20
8
6
4
2
0
-2
Lain lain 29.6% Pertanian 23.9% Pertambangan 17% Perdagangan 14.1% Kontruksi 9.1% Administrasi Pemerintahan 6.4%BAB I
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL
Pertumbuhan Ekonomi NTB
Q3 2020 terkontraksi
1,11%
PDRB
34,06 T
5 Lapangan usaha yang mendominasi
sebagian besar terkontraksi kecuali usaha
pertambangan dan administrasi pemerintah
Inflasi -0,04 %
Inflasi pada akhir Triwulan III 2019 Provinsi NTB sebesar - 0,04. Melemahnya
daya beli masyarakat selain tercermin dari kontraksi pada komponen Pengeluaran
Konsumsi Rumah Tangga juga tergambar dari deflasi yang dialami di Bulan Agustus
dan September 2020
Selama pandemi kemiskinan meningkat 0,09
point menjadi 13,97% dan Gini rasio 0,376
Tingkat Penganguran Terbuka di provinsi NTB Agustus
2020 meningkat menjadi 4,22 setelah pada Agustus
2019 berhasil ditekan pada 3, 28.
1
KAJIAN FISKAL REGIONAL TRIWULAN III TAHUN 2020A. Produk Domestik Regional Bruto
Kontraksi yang kembali terjadi di triwulan III-2020 sebesar 1,11 persen, menjadikan penanda terjadinya resesi di Provinsi NTB. Kondisi ini menggambarkan signifikansi penurunan aktifitas ekonomi di Provinsi NTB akibat pandemi corona. Para pelaku ekonomi masih mengeluhkan lesunya pasar dan terbatasnya ruang gerak usaha sehingga perekonomian menjadi terseok-seok. Kendati demikian dibandingkan dengan triwulan II-2020, kontraksi yang dialami sedikit lebih baik bahkan jika dirunut kembali di tahun 2018, resesi yang terjadi jauh lebih dalam dan berlangsung hingga triwulan IV-2018.
PDRB atas dasar harga berlaku triwulan III-2020 mencapai Rp34,06 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan mencapai Rp23,77 triliun. Pandemi yang mulai terjadi di akhir Maret 2020
berimbas pada beberapa lapangan usaha, utamanya yang berbasis pariwisata. Bantuan sosial yang telah digulirkan pemerintah dengan berbasis Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), nyatanya belum mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi triwulan III-2020. Belajar dari kondisi pada tahun 2018, resesi yang terjadi nyatanya tidak mengakibatkan Provinsi NTB terpuruk walaupun latar belakang resesi kala itu didominasi oleh melemahnya pertambangan.
Pada resesi 2020, pertambangan justru
menggeliat dan membantu NTB dari resesi yang lebih dalam.
1. PDRB Lapangan Usaha
Sektor jasa terutama yang berbasis pariwisata menjadi yang paling terdampak pandemi. Hampir 150 hotel melakukan aksi tutup sementara dan merumahkan karyawannya akibat sepinya pengunjung. Maka tidak heran jika kontraksi terbesar masih dialami oleh lapangan usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 38,49 persen setelah pada triwulan lalu terpuruk dalam kontraksi 58,66 persen. Telah beroperasinya kembali
bandara pada triwulan III-2020 sedikit
membantu menahan kontraksi di lapangan usaha Transportasi dan Pergudangan menjadi
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (y on y) Provinsi NTB, 2018-2020
BAB I
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL
0.04 -1.33 -13.88 -1.20 1.70 2.12 6.46 5.70 3.08 -1.40 -1.11
Ancaman resesi membayangi kondisi ekonomi di Indonesia tak terkecuali Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Setelah terkontraksi sebesar 1,41 persen pada triwulan II-2020 yang lalu. Kata resesi terdengar cukup menakutkan dan menimbulkan keresahan yang berpotensi mempengaruhi situasi sosial ekonomi regional secara umum. Belum berakhirnya pandemi, dan penerapan tatanan baru
yang mengadaptasi pembatasan sosial tertentu tentunya menjadi statement bahwa kondisi belum
kembali normal seperti sediakala.
2
KAJIAN FISKAL REGIONAL TRIWULAN III TAHUN 2020
38,41 persen setelah di triwulan II-2020 terkontraksi 58,05 persen. Pertanian yang merupakan kategori dominan juga tak luput dari kontraksi. Berakhirnya panen raya di triwulan II-2020 menjadikan triwulan III-II-2020 menjadi periode tanam sehingga pertanian terkontraksi 1,66 persen. Adapun Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Kategori Pertambangan dan Penggalian sebesar 40,32 persen. Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB tanpa pertambangan bijih
logam pada triwulan III-2020 (y on y) mengalami
kontraksi sebesar 6,65 persen.
5 lapangan usaha yang mendominasi di NTB sebagian besar mengalami kontraksi. Beruntung
lapangan usaha pertambangan yang
mendominasi ke dua mengalami pertumbuhan yang tinggi, demikian juga dengan kategori
administrasi pemerintahan. Walaupun lapangan usaha pengadaan listrik dan lapangan usaha pengadaan air mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, namun karena kontribusinya terendah dalam membangun perekonomian NTB maka belum banyak bisa menyokong pertumbuhan ekonomi NTB secara total.
2. PDRB Pengeluaran
Dari sisi pengeluaran, secara y-on-y kontraksi
terjadi pada hampir seluruh komponen kecuali komponen Ekspor Luar Negeri dan komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah. Ekspor
Luar Negeri menjadi komponen dengan
pertumbuhan tertinggi yaitu mampu tumbuh sebesar 44,63 persen. Peningkatan kinerja Ekspor Luar Negeri utamanya disebabkan oleh peningkatan ekspor konsentrat tembaga ke Luar Negeri. Komponen Pengeluaran Konsumsi
Grafik 1.2. Top 5 Share dan Pertumbuhan Lapangan Usaha Triwulan III-2020 (y on y) Provinsi NTB
Grafik 1.3. Bottom 5 Share dan Pertumbuhan Lapangan Usaha Triwulan III-2020 (y on y) Provinsi NTB
Grafik 1.4. Pertumbuhan Beberapa Komponen PDRB Menurut Pengeluaran Triwulan III-2020 (y on y) Provinsi NTB
Grafik 1.5. Sumber Pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran Triwulan III-2020 (y on y) Provinsi NTB
Sumber : ntb.bps.go.id
3
KAJIAN FISKAL REGIONAL TRIWULAN III TAHUN 2020Pemerintah merupakan komponen lainnya yang mengalami pertumbuhan positif di triwulan III-2020 yaitu mampu tumbuh 3,60 persen.
Bila dilihat dari sumber pertumbuhan ekonomi NTB triwulan III-2020, komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) menjadi sumber kontraksi tertinggi sebesar 2,78 persen, diikuti komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PKRT) yang menjadi sumber kontraksi
sebesar 2,69 persen, dan Pengeluaran
Komppnen Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) sebesar 0,02 persen. Sedangkan penyumbang pertumbuhan adalah komponen ekspor Luar Negeri sebesar 1,99 persen dan komponen Pendapatan Regional Perkapita (PKP) sebesar 0,47 persen
terhadap pertumbuhan ekonomi (y-on-y) yang
mengalami kontraksi sebesar 1,11 persen.
Konsumsi rumah tangga yang kembali
terkontraksi mengindikasikan bahwa daya beli masyarakat masih rendah. Jika tidak ingin terjebak dalam kontraksi kembali di triwulan mendatang, perlu diformulasikan kebijakan yang mampu menjadi akselerator daya beli rumah tangga.
B. INFLASI
Melemahnya daya beli masyarakat selain tercermin dari kontraksi pada komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga juga tergambar dari deflasi yang dialami di bulan Agustus dan September 2020. Berdasarkan
hasil pemantauan, perkembangan harga
berbagai komoditas secara umum menunjukkan penurunan. Pada bulan September 2020, deflasi Gabungan Dua Kota (Kota Mataram dan Kota Bima) sebesar 0,04 persen. Deflasi Gabungan Dua Kota bulan September 2020 sebesar 0,04 persen terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan dengan penurunan indeks pada Kelompok Informasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan sebesar 0,83 persen; Kelompok Rekreasi, Olahraga, dan Budaya sebesar 0,20 persen; dan Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau sebesar 0,15 persen. Sedangkan
kenaikan indeks terjadi pada Kelompok
Transportasi sebesar 0,37 persen; Kelompok Perlengkapan, Peralatan, dan Pemeliharaan Rutin Rumah Tangga sebesar 0,21 persen; Kelompok Kesehatan sebesar 0,06 persen; Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya sebesar 0,03 persen; Kelompok Pakaian dan Alas Kaki sebesar 0,01 persen; Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga sebesar 0,00 persen; Kelompok Pendidikan sebesar 0,00 persen; dan Kelompok Penyediaan Makanan Dan Minuman/Restoran sebesar 0,00 persen.
Lima komoditas yang mengalami kenaikan harga tertinggi di bulan September 2020 antara
lain Angkutan Sungai, Danau, dan
Penyeberangan, Minyak Goreng, Ikan
Grafik 1.6. Inflasi Gabungan September 2019 –
September 2020 Provinsi NTB
4
KAJIAN FISKAL REGIONAL TRIWULAN III TAHUN 2020
Bandeng/Ikan Bolu, Pir, Bawang Putih.
Sedangkan lima komoditas yang mengalami penurunan harga terbesar antara lain Cabai Rawit, Telepon Seluler, Bawang Merah, Daging Sapi, dan Jagung Manis. Cabai biasanya adalah komoditas yang mudah bergerak naik harganya saat stok di pasaran rendah. Daya beli masyarakat yang rendah kembali tergambar karena ternyata harga cabai justru turun padahal
supply cabai sendiri masih aman di pasaran.
C. Kemiskinan dan Gini Ratio
Kekhawatiran banyak pihak akan meningkatnya kemiskinan sebagai akibat pandemi Covid-19 terbukti. Persentase penduduk miskin di Provinsi NTB meningkat 0,09 poin pada Maret 2020. Tak hanya itu, gini rasio juga mengalami peningkatan sebanyak 0,002 poin dibandingkan kondisi September 2019.
Grafik 1.7. Persentase Penduduk Miskin dan Gini Rasio Provinsi NTB 2015-2020
Efektifitas penyaluran Jaring Pengaman Sosial Gemilang yang digelontorkan pada triwulan II-2020 belum nampak pada pengurangan angka kemiskinan karena kemiskinan ini dihitung kondisi Maret 2020 dimana pembatasan sosial baru mulai diberlakukan di Provinsi NTB. JPS Gemilang menyasar tidak hanya kepada penduduk miskin namun juga kepada penduduk hampir miskin dengan harapan untuk mecegah mereka jatuh menjadi penduduk miskin.
Grafik 1.8. Posisi Kemiskinan Provinsi NTB di Wilayah Bali-Nusra Maret 2020
Secara umum, Provinsi NTT berada pada posisi ke 3 terbanyak persentase penduduk miskinnya sedangkan NTB berada pada urutan ke 8.
Adapun Provinsi Bali menempati posisi
penduduk miskin terendah di Bali-Nusra maupun Indonesia. Seluruh provinsi terdampak pandemi Covid-19, dan bantuan sosial menjadi jurus jitu untuk membantu menekan laju kemiskinan.
D. Ketenagakerjaan
Sebagaimana telah digambarkan sebelumnya, banyak pekerja menjadi pengangguran karena dampak Covid-19. Di Provinsi NTB, utamanya pekerja yang bergerak di bidang pariwisata sangat terdampak pandemi ini. Banyak hotel tutup sementara, beberapa UMKM terhenti karena lesunya pasar dan sektor jasa juga lemah karena tidak adanya pekerjaan.
Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2020 dan selanjutnya, penghitungan indikator menggunakan proyeksi hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 setelah
sebelumnya menggunakan proyeksi hasil
Sensus Penduduk 2020.
Penduduk usia kerja mengalami kenaikan dari 3,75 juta orang pada Agustus 2019 menjadi 3,82 juta orang pada Agustus 2020. Seiring kenaikan penduduk usia kerja tuntutan akan penciptaan lapangan pekerjaan menjadi semakin tinggi.
Sumber : ntb.bps.go.id
5
KAJIAN FISKAL REGIONAL TRIWULAN III TAHUN 2020Dengan melemahnya ekonomi akibat pandemi membuat arus pengangguran menjadi tak terbendung dan Tingkat Penganguran Terbuka di provinsi NTB Agustus 2020 meningkat menjadi 4,22 setelah pada Agustus 2019 berhasil ditekan pada 3,28. Jika pada Agustus 2019 pengangguran hanya mencapai 85,5 ribu orang, maka di Agustus 2020 pengangguran menembus angka 113,4 ribu orang. Tingkat pengangguran di bawah 4 persen telah lama tidak dialami oleh Provinsi NTB, terakhir terjadi di Agustus 2015.
Grafik 1.9. Persentase Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Agustus 2020
Berbagai kebijakan pemerintah terkait
penciptaan lapangan kerja yang digelontorkan sebelum pandemi merebak belum mampu menahan arus pengangguran. Diluncurkannya kartu prakerja diharapkan menjadi stimulus bagi para angkatan kerja ini untuk dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri, namun kebijakan belum mampu menambah lapangan pekerjaan secara signifikan. Disahkannya Undang-Undang
Cipta kerja juga menjadi jurus pemerintah untuk
mengatasi permasalahan ketenagakerjaan.
Namun Undang-Undang ini masih mengalami pro dan kontra sehingga penerapannya belum banyak bisa mengubah penciptaan lapangan pekerjaan.
Kondisi ketenagakerjaan baik menyangkut tingkat pengangguran dan penduduk yang bekerja tidak terlepas dari kinerja sektor-sektor perekonomian yang ada. Jumlah penduduk yang
bekerja pada tiap sektor menunjukkan
kemampuan sektor tersebut dalam penyerapan
tenaga kerja. Sejalan dengan struktur
perekonomiannya, penduduk NTB mayoritas bekerja pada lapangan usaha pertanian.
Pandemi Covid-19 jelas menyebabkan
lumpuhnya beberapa sektor dan berdampak
pada banyaknya pekerja di NTB yang
dirumahkan atau di-PHK. Dampak pandemi Covid-19 ini menyebabkan penurunan pekerja pada beberapa lapangan pekerjaan seperti sektor transportasi dan pergudangan, industri pengolahan dan konstruksi. Uniknya pada sektor Penyediaan Akomodasi Makan Minum justru
terjadi peningkatan persentase penduduk
bekerja dari 4,17 persen pada Agustus 2019 menjadi 4,62 persen pada Agustus 2020. Hal ini diduga terjadi karena beberapa karyawan yang dirumahkan atau terkena PHK berusaha bertahan hidup dengan membuka usaha baru
berbasis kuliner. Hadirnya market place berbasis
online membantu pemasaran bagi usaha kuliner ini.
BAB II
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN
PENDAPATAN NEGARA
Penyumbang terbesar PPN dalam negeri 588
M, PPh Psl 21 527 M, PPh Final 321 M, serta
Bea masuk dan keluar 336 M
2,36 T
BELANJA NEGARA
Belanja pemerintah pusat 5,6 T ,
Transfer ke daerah dan DD 12,8 T
18,4 T
PERKIRAAN REALISASI PENDAPATAN NEGARA
SAMPAI DENGAN TRIWULAN IV 78,17%,
PERKIRAAN REALISASI BELANJA NEGARA
SAMPAI DENGAN TRIWULAN IV MENCAPAI
94,89 %
(77,99%)
(58,44%)
6
KAJIAN FISKAL REGIONAL TRIWULAN III TAHUN 2020
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan Negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN merupakan wujud dari pengelolaan Keuangan Negara yang dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. APBN di Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan potret kondisi keuangan di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan juga merupakan cermin kebijakan fiskal di daerah dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional,
mencapai stabilitas perekonomian, dan
menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum.
Corona Virus Disease 2019 atau Covid-19 tidak hanya
menimbulkan masalah
kesehatan, namun kemudian memberi efek domino bagi masalah ekonomi, keuangan dan sosial. Dengan kondisi yang luar biasa dan penuh
ketidakpastian, pemerintah
merespon dengan cepat
melalui kebijakan-kebijakan
pelaksanaan APBN.
Perubahan signifikan terjadi pada postur APBN melalui Perpres 54/2020 dan Perpres 72/2020 karena meningkatnya kebutuhan penanganan dampak kesehatan Covid-19, perlindungan sosial bagi masyarakat terdampak serta upaya pemulihan ekonomi.
Kinerja pelaksanaan APBN di Provinsi Nusa Tenggara Barat sampai dengan triwulan III-2020 dapat dilihat pada tabel 2.1 yang disajikan dalam
bentuk I-account. Target pendapatan negara
tahun 2020 di Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu sebesar Rp4,04 triliun. Meskipun Provinsi Nusa Tenggara Barat terdampak Covid-19, optimisme realisasi penerimaan perpajakan maupun penerimaan PNBP masih tetap ada, hal ini terbukti dari raihan realisasi perpajakan sampai dengan triwulan III-2020 mengalami kenaikan sebesar 1,67 persen dibandingkan penerimaan tahun 2019 di periode yang sama.
Uraian Tahun 2020 Tahun 2019
Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %
A. Pendapatan dan Hibah 4,037. 2,359.22 58.44% 3,658.99 2,368.48 64.73%
I. Penerimaan Dalam Negeri 4,037. 2,359.22 58.44% 3,658.99 2,368.48 64.73%
1. Penerimaan Perpajakan 3,612.44 2,009.59 55.63% 3,380.16 1,976.6 58.48%
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 424.57 349.64 82.35% 278.83 391.88 140.54%
II. Hibah - - - -
B. Belanja Negara 23,648.24 18,443.95 77.99% 25,704.89 18,603.84 72.37%
I. Belanja Pemerintah Pusat 8,644.54 5,577.77 64.52% 9,248.69 5,452.31 58.95%
1. Belanja Pegawai 3,019.06 2,193.6 72.66% 3,009.73 2,157.25 71.68%
2. Belanja Barang 2,946.38 1,757.35 59.64% 3,521.71 2,291.4 65.06%
3. Belanja Modal 2,663.97 1,620.3 60.82% 2,698.51 995.23 36.88%
4. Belanja Sosial 15.13 6.52 43.11% 18.74 8.43 44.97%
5. Belanja Lain-Lain - - - -
II. Transfer Ke Daerah dan Dana Desa 15,003.7 12,866.18 85.75% 16,456.2 13,151.53 79.92%
1. Transfer Ke Daerah 13,781.1 11,833.89 85.87% 15,274.87 12,027.82 78.74%
a. Dana Perimbangan 13,343.19 11,406.64 85.49% 15,028.35 11,787.41 78.43%
1) DBH 975.48 801.3 82.14% 953.44 681.94 71.52%
2) DAU 8,228.25 6,867.8 83.47% 8,875.18 7,404.74 83.43%
3) DAK 4,139.47 3,737.54 94.56% 5,199.73 3,700.73 32.13%
b. Dana Insentif Daerah 437.91 427.25 97.57% 246.52 240.41 97.52%
2. Dana Desa 1,222.6 1,032.29 84.43% 1,181.33 1,123.71 76.02%
C. Surplus/Defisit -19,611.24 -16,084.73 -22,045.9 -16,235.36
BAB II
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN
Tabel 2.1 Perkembangan APBN lingkup Provinsi Nusa Tenggara Barat (miliar rupiah)
7
KAJIAN FISKAL REGIONAL TRIWULAN III TAHUN 2020Namun penerimaan PNBP mengalami penurunan
sebesar 10,78 persen sehingga realisasi
Penerimaan Negara dan Hibah sampai dengan triwulan III-2020 menjadi 0,39 persen lebih rendah dibandingkan penerimaan tahun 2019 di periode yang sama. Sementara, alokasi belanja negara di Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2020 sebesar Rp23,65 triliun mengalami penurunan sebesar 0,86 persen dibandingkan tahun 2019 (Rp25,70 triliun).
Penurunan alokasi belanja negara pada triwulan II-2020 antara lain adanya pengurangan alokasi belanja pemerintah pusat dan alokasi Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) yang digunakan
untuk refocusing penanganan Covid-19 oleh
pemerintah pusat.
A. Pendapatan Negara
Realisasi pendapatan negara sampai dengan triwulan III-2020 sebesar Rp2,34 triliun tumbuh negatif sebesar 0,39 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Penerimaan perpajakan masih menjadi unsur yang dominan dalam pencapaian pendapatan negara yang memberikan kontribusi hingga sebesar 85,18 persen atau Rp2,01 triliun. Sementara itu PNBP memberikan kontribusi 14,82 persen atau Rp349,64 miliar.
1. Penerimaan Perpajakan
Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019 realisasi penerimaan perpajakan di Provinsi Nusa Tenggara Barat pada triwulan III-2020 meningkat 1,67 persen yaitu sebesar Rp2,01 triliun.
Peningkatan ini disumbang oleh penerimaan pajak internasional yang naik hingga 64,67 persen dan
Penerimaan cukai yang naik 29,60 persen. Sedangkan realisasi penerimaan perpajakan PPh, PPN, PBB dan Pajak Lainnya tumbuh negatif. Lebih lanjut kinerja penerimaan perpajakan selama empat tahun terakhir tersaji berikut:
a. Pajak Penghasilan (PPh)
Penjelasan atas realisasi Pajak Penghasilan (PPh) menggunakan data OMSPAN DJPb dengan pertimbangan terdapat data historis selama 4 tahun.
Realisasi penerimaan PPh sampai dengan triwulan III 2020 mencapai Rp1,10 triliun tersebut mengalami pertumbuhan negatif 0,32 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019. Jika dilihat secara periode bulanan, penerimaan PPh bulan Januari sampai dengan Mei 2020
menunjukkan tren tumbuh naik, dengan
penerimaan tertinggi terjadi pada bulan Mei 2020 mencapai Rp149,59 miliar. Namun, realisasi penerimaan pada bulan Juni hingga September 2020 kembali melandai. Hal ini disebabkan dampak dari wabah Covid-19 yang memengaruhi sektor usaha. Pemerintah kemudian menerbitkan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
23/PMK.03/2020 dan diubah dengan PMK-44/PMK.03/2020 tentang Insentif Pajak Untuk Wajib Pajak Terdampak Wabah Virus Corona,
1,115. 81 618.96 1.80 11.75 49.23 179.04 1,095. 67 565.19 0.52 15.22 38.16 294.83 500 1,000 1,500 PPh PPN PBB Cukai Pajak Lainnya Pajak Internasional Miliar Ru p iah
Grafik 2.1 Penerimaan Perpajakan Tw III Tahun 2019 dan 2020
TW III-2019 TW III-2020
8
KAJIAN FISKAL REGIONAL TRIWULAN III TAHUN 2020
dimana PPh pasal 21 ditanggung pemerintah yang diberikan sejak masa pajak April 2020 sampai dengan masa pajak September 2020. Secara jelas perkembangan penerimaan Pajak Penghasilan dapat ditunjukkan pada grafik di bawah ini.
Grafik 2.2 Realisasi PPh s.d. Triwulan II Tahun 2017
– 2020
Sumber: OMSPAN (diolah)
b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Grafik 2.3 Realisasi PPN s.d Triwulan III Tahun 2017-2020
Sumber: OMSPAN (diolah)
Realisasi penerimaan Pajak Pertambahan Nilai sampai dengan triwulan III-2020 mencapai Rp565,19 miliar atau turun 8,32 persen dari periode yang sama tahun 2019. Secara bulanan, realisasi penerimaan PPN periode Januari sampai dengan Maret 2020 lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya, dengan realisasi tertinggi pada bulan Februari mencapai Rp98,10 miliar. Di triwulan III-2020 tren penerimaan PPN kembali menunjukkan pertumbuhan yang positif. Secara
rinci perkembangan penerimaan Pajak
Pertambahan Nilai dapat dilihat pada grafik 2.3.
c. Penerimaan Cukai
Grafik 2.4 Realisasi Cukai Triwulan III Tahun 2017-2020
Sumber: OMSPAN (diolah)
Penerimaan Cukai sampai dengan triwulan III
2020 sebesar Rp15,22 miliar mengalami
pertumbuhan sebesar 22,86 persen dibanding triwulan III-2019 dan merupakan realisasi
tertinggi selama empat tahun terakhir.
Pertumbuhan tersebut sangat dipengaruhi oleh penerimaan cukai pada bulan Januari yang penerimaan cukai cenderung menurun bahkan lebih kecil dari tahun sebelumnya. Penerimaan cukai kembali meningkat pada bulan Juni yang mencapai Rp1,93 miliar, dan tertinggi di bulan Agustus sebesar Rp2,14 miliar. Penerimaan cukai sangat dipengaruhi oleh hasil olah tembakau yang merupakan salah satu komoditas unggulan di Provinsi Nusa Tenggara Barat. mengalami kenaikan yang signifikan hingga 51,52 persen dari tahun sebelumnya.
d. Pajak Lainnya
Penerimaan Pajak Lainnya sampai dengan
triwulan III-2020 sebesar Rp38,16 miliar
mengalami penurunan sebesar 17,94 persen dari
tahun sebelumnya. Penurunan tersebut
ditunjukkan dari perolehan Pajak Lainnya secara
122,726 112,426 116,134 131,166 149,591 112,466 117,627 122,683 110,847 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept
Ju ta R u p ia h 2017 2018 2019 2020 1,932 1,197 1,372 1,242 1,395 1,930 2,118 2,136 1,903 500 1,000 1,500 2,000 2,500
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept
Ju ta r u p ia h 2017 2018 2019 2020 61,288 98,099 46,696 43,969 42,580 64,568 63,534 69,260 75,198 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept
ju ta R u p ia h 2017 2018 2019 2020
9
KAJIAN FISKAL REGIONAL TRIWULAN III TAHUN 2020bulanan cenderung mengalami penurunan
dibandingkan dengan perolehan tahun 2019. Grafik 2.5 Realisasi Pajak Lainnya s.d. Triwulan III
Tahun 2017-2020
Sumber: OMSPAN (diolah)
e. Pajak Perdagangan Internasional
Realisasi pendapatan Pajak Perdagangan
Internasional sampai dengan triwulan III-2020 sebesar Rp294,83 miliar. Capaian tersebut meningkat hingga 64,67 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019 sebesar Rp117,94 miliar. Realisasi pajak perdagangan internasional bersumber dari pendapatan bea keluar yang artinya sangat bergantung pada
kinerja ekspor. Peningkatan realisasi ini
menunjukkan adanya peningkatan pada kinerja ekspor di wilayah NTB di tahun 2020.
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Untuk menunjang pembangunan nasional
disamping penerimaan perpajakan, potensi
penerimaan PNBP sangat besar sehinggaperlu
untuk terus digali sumber-sumber penerimaan PNBP yang baru sehingga penerimaan PNBP akan menjadi sumber pendapatan andalan negara. Target penerimaan PNBP pada APBN tahun 2020 di wilayah Provinsi NTB sebesar Rp424,57 miliar, dengan realisasi penerimaan PNBP sampai dengan triwulan III 2020 mencapai Rp349,64 miliar atau 82,35 persen dari target atau 10,78 persen lebih rendah dari triwulan III-2019.
Sumber data: OMSPAN – diolah
Kontribusi PNBP terbesar di Provinsi Nusa Tenggara Barat sampai dengan triwulan III tahun 2020 adalah Pendapatan Jasa Pelayanan Pendidikan sebesar Rp186,98 miliar, dan Pendapatan Penerbitan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK) sebesar Rp18,14 miliar.
Tabel 2.2 Penerimaan PNBP yang mengalami penurunan pada masa pandemi
Pada masa pandemi Covid-19 beberapa
penerimaan yang mengalami penurunan realisasi
Uraian Realisasi Tw III 2020 Realisasi Tw III 2019 Naik/ Turun Pendapatan Wisata Alam 260,847,500 3,421,117,500 (3,160,270,000) Pendapatan Jasa Kebandarudaraan 3,314,329,249 5,257,450,810 (1,943,121,561) Pendapatan BPKB 16,891,275,000 22,911,825,000 (6,020,550,000) Pendapatan Penerbitan STNK 18,138,500,000 21,537,900,000 (3,399,400,000) Pendapatan TNKB 10,109,900,000 11,880,040,000 (1,770,140,000) 4,938 4,601 4,781 3,354 2,443 4,558 4,635 3,989 4,860 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept
Jut a R up ia h 2017 2018 2019 2020 10,095 56,541 6,939 34,451 26,555 37,954 40,784 46,843 34,664 (50,000) 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept
Jut a R up ia h 2017 2018 2019 2020 186.98 18.14 17.28 16.89 15.96 10.47 10.11 50 100 150 200 Pendidikan STNK Biaya Pendidikan
BPKB Rumah Sakit Penyediaan Barang dan Jasa Lainnya TNKB M ili ar R up ia h
Grafik 2.7 Kontribusi Terbesar PNBP di NTB s.d. TW III 2019
Grafik 2.6 Realisasi Pajak Perdagangan Internasional s.d. Triwulan III Tahun 2017-2020
Sumber: OMSPAN (diolah)
10
KAJIAN FISKAL REGIONAL TRIWULAN III TAHUN 2020
bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya diantaranya seperti pada tabel 2.2 di atas. Adanya pandemi menyebabkan operasional bandara udara berkurang dan kegiatan pariwisata menjadi sepi sehingga
beberapa PNBP terkait aktifitas tersebut
realisasinya mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya seperti Pendapatan Wisata Alam yang terjun 92,38 persen dan Pendapatan jasa Kebandarudaraan yang turun 82,93 persen. Demikian juga aktifitas penjualan kendaraan bermotor terpantau dari penerimaan Pendapatan BPKB merosot 26,28 persen lebih rendah.
Penerimaan PNBP sesuai akun dapat dibagi kedalam Pendapatan PNBP diluar Pendapatan BLU dan Pendapatan BLU, dengan capaian berikut:
a. Pendapatan PNBP diluar Pendapatan BLU
Tiga jenis PNBP di luar pendapatan BLU di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat terbesar
sampai dengan triwulan III-2020 yaitu
Pendapatan Penerbitan STNK mencapai
Rp18,14 miliar, Pendapatan Biaya Pendidikan sebesar Rp17,28 miliar dan Pendapatan BPKB sebesar Rp16,89 miliar.
Sumber: OM SPAN (diolah)
b. Pendapatan BLU
BLU adalah instansi pemerintah yang dibentuk
untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Di Provinsi Nusa Tenggara Barat terdapat 3 (tiga) satuan kerja dengan status BLU yaitu Universitas Mataram dan Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram dengan layanan bidang pendidikan serta Rumah Sakit Bhayangkara Polda Nusa
Tenggara Barat dengan layanan bidang
kesehatan. Kontribusi PNBP di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat selalu berasal dari Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU). Rincian realisasi pendapatan BLU sebagaimana grafik di bawah ini.
Grafik 2.9 Realisasi Pendapatan BLU s.d. Triwulan III 2020
Sumber: OM SPAN (diolah)
Pendapatan jasa Layanan Pendidikan
merupakan Pendapatan BLU terbesar yang mencapai Rp186,98 miliar. Hal ini disebabkan karena dua dari tiga satker BLU di NTB memiliki layanan di bidang pendidikan. Sedangkan Pendapatan Jasa Pelayanan Rumah Sakit Mencapai Rp15,96 miliar yang dibukukan oleh satker RS Bhayangkara Mataram.
0.24 0.41 3.23 10.47 15.96 186.98 0 200
424919 | Pendapatan Lain-lain BLU 424312 | Pendapatan Hasil Kerja Sama Lembaga/Badan Usaha 424911 | Pendapatan Jasa Layanan
Perbankan BLU 424119 | Pendapatan Jasa Penyediaan Barang dan Jasa Lainnya 424111 | Pendapatan Jasa Pelayanan
Rumah Sakit
424112 | Pendapatan Jasa Pelayanan Pendidikan
Miliar Rupiah
Grafik 2.8 10 Pendapatan Terbesar PNBP di Luar BLU s.d. Triwulan III Tahun 2020
18.14 17.28 16.89 11.52 10.11 6.94 6.84 5.43 3.31 3.27 425263 | Pendapatan Penerbitan STNK 425412 | Pendapatan Biaya Pendidikan 425265 | Pendapatan BPKB 425913 | Penerimaan Kembali Belanja Modal TAYL
425266 | Pendapatan TNKB 425276 | Pendapatan Pengamanan Obyek Vital
425513 | Pendapatan Jasa Kepelabuhanan 425261 | Pendapatan Penerbitan SIM 425516 | Pendapatan Jasa Kebandarudaraan 425262 | Pendapatan Perpanjangan SIM
11
KAJIAN FISKAL REGIONAL TRIWULAN III TAHUN 20203. Penerimaan Hibah
Sampai dengan triwulan III-2020, tidak terdapat realisasi penerimaan hibah di wilayah Provinsi NTB.
B. Belanja Negara
Realisasi Belanja Negara di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat sampai dengan triwulan III- 2020 telah mencapai Rp18,44 triliun. Capaian ini lebih rendah 0,86 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Belanja Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) menjadi unsur dominan dalam realisasi Belanja Negara yang memberikan kontribusi sebesar 69,76 persen atau sebesar Rp12,87 triliun. Sementara itu Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp5,58 triliun memberikan kontribusi 30,24 persen.
1. Belanja Pemerintah Pusat
Grafik 2.10 Realisasi Per Jenis Belanja s.d Triwulan III Tahun 2019-2020
Sumber: Aplikasi MEBE (diolah)
Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di wilayah NTB s.d. triwulan III-2020 mencapai Rp5,58 triliun atau 64,52 persen dari pagu. Realisasi tersebut mengalami peningkatan sebesar 2,30 persen dibandingkan dengan tahun lalu pada periode yang sama. Dirinci per jenis belanja, realisasi Belanja Pegawai sebesar Rp2,19 miliar (39,33 persen), Belanja Barang sebesar Rp1,76 triliun
(31,51 persen), Belanja Modal sebesar Rp1,62 triliun (29,05 persen) dan Belanja Bantuan Sosial sebesar Rp6,52 miliar (0,12 persen).
Dari kinerja penyerapan anggaran tersebut, hal yang cukup menarik bahwa realisasi belanja modal tahun 2020 mengalami peningkatan 62,81 persen dan Belanja Barang yang turun hingga 23,31 persen. Hal tersebut disebabkan adanya
kebijakan refocusing anggaran untuk
penanganan pandemi Covid-19 dan pembatasan
kegiatan operasional secara tatap muka/
perjalanan dinas sehingga kurang terserapnya Belanja Barang. Sementara itu Belanja Modal seperti pembangunan infrastruktur pendukung KEK Mandalika dan lainnya yang tetap berjalan menopang realisasi Belanja Modal tetap naik. Berdasarkan monitoring penyampaian data kontrak ke KPPN, sampai dengan triwulan III- 2020 perikatan kontrak yang telah dilakukan sebesar Rp1,44 triliun dengan realisasi kontrak sebesar Rp1,12 triliun atau 78,56 persen dari nilai kontrak sebagaimana tersaji pada tabel 2.3 pada lampiran.
2. Transfer Ke Daerah dan Dana Desa
Alokasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) di wilayah Nusa Tenggara Barat tahun 2020 mencapai Rp16,06 triliun dan kemudian berkurang menjadi Rp14,60 triliun atau turun 10,44 persen. Pengurangan alokasi terbesar yaitu DAK Fisik yaitu mencapai Rp776,12 miliar.
Hal tersebut berdasarkan surat Menteri
Keuangan nomor S-247/MK.07/2020 tanggal 27 Maret 2020. Melalui surat tersebut, sehubungan dangan wabah Covid-19, meminta agar seluruh
proses pengadaan barang/jasa dihentikan
2, 193. 60 1, 757. 35 1, 620. 30 6.52 2, 157. 25 2, 291. 40 995. 23 8.43 1, 965. 61 2, 005. 73 774. 36 10.0 8 500 1,000 1,500 2,000 2,500 Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Belanja Bantuan Sosial M ili ar R up iah
12
KAJIAN FISKAL REGIONAL TRIWULAN III TAHUN 2020
pelaksanaannya, selain bidang kesehatan dan bidang pendidikan. Namun kemudian sesuai Perpres 72 tahun 2020 dialokasikan Cadangan DAK Fisik. Untuk wilayah NTB memperoleh alokasi Cadangan DAK Fisik sebesar Rp303,55 miliar, sehingga terdapat penambahan alokasi TKDD menjadi Rp15 triliun.
Grafik 2.8 Realisasi TKDD s.d. Triwulan III 2020
Sumber: Aplikasi Simtrada (diolah)
Realisasi TKDD di wilayah Nusa Tenggara Barat sampai dengan triwulan III-2020 mencapai Rp12,87 triliun atau 85,75 persen dari alokasi. Tingkat penyerapan TKDD tertinggi pada Dana Insentif Daerah (DID) mencapai 97,57 persen (Rp427,25 miliar dari alokasi Rp437,91 miliar), sedangkan tingkat penyerapan terendah pada Dana Bagi Hasil (DBH) sebesar 82,14 persen (Rp801,30 miliar dari alokasi Rp975,48 miliar).
3. Pengelolaan Dana BLU
Tabel 2.4 Realisasi Belanja Satker BLU (Miliar Rupiah)
Alokasi pagu anggaran tahun 2020 satuan kerja BLU di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat
sebesar Rp667,67 miliar mengalami peningkatan 6,90 persen dari tahun sebelumnya sebesar Rp624,55 miliar. Hanya saja Rumah Sakit Bhayangkara alokasi pagu 12,83 persen lebih rendah dari tahun sebelumnya.
Realisasi belanja satuan kerja BLU sampai dengan triwulan III-2020 sebesar Rp370,56 miliar lebih tinggi dibandingkan tahun 2019 yang mencapai Rp312,57 miliar atau meningkat 18,55 persen dari tahun sebelumnya. Dari ketiga Satker BLU di wilayah NTB, Rumah Sakit Bhayangkara Mataram menunjukkan kinerja penyerapan anggaran yang lebih baik dibanding Satker BLU lainnya dengan serapan sampai dengan triwulan III-2020 sebesar 76,88 persen.
4. Manajemen Investasi Pusat
a. Kredit Program
Sampai dengan triwulan III-2020 realisasi
penyaluran Kredit Program di wilayah Nusa Tenggara Barat mencapai Rp2,78 triliun yang terdiri dari Rp2,72 triliun berupa Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Rp61,48 miliar berupa pembiayaan Kredit Ultra Mikro (UMi). Capaian tahun 2020 ini lebih tinggi 12,53 persen dari tahun lalu yang mencapai Rp2,47 triliun.
Terdapat 12 penyalur KUR di wilayah Provinsi
Nusa Tenggara Barat. Bank BRI
berkontribusi paling tinggi yakni mencapai 63,99 persen dari total penyaluran, kemudian Bank Mandiri sebesar 15,55 persen dan Bank BNI sebesar 13,69 persen. Penyaluran KUR-UMi sampai dengan triwulan III-2020 tersaji pada tabel 2.5 pada lampiran.
No Satker s.d. Triwulan III 2019 s.d. Triwulan III 2020 Pagu Realisasi % Real. Pagu Realisasi % Real. 1 UNIVERSITAS MATARAM 461,74 231,85 50.21% 465,70 256,99 55.19% 2 UIN MATARAM 137,04 65,71 47.95% 179,50 96,29 53.65% 3 RUMKIT BHAYANGKARA MATARAM 25,77 15,02 58.27% 22,47 17,27 76.88% Jumlah 624,55 312,58 50.05% 667,67 370,56 55.50% 8 ,2 2 8 .2 5 9 7 5 .4 8 4 ,1 3 9 .4 7 4 3 7 .9 1 1 ,2 2 2 .6 0 6 ,8 6 7 .8 0 8 0 1 .3 0 3 ,7 3 7 .5 4 4 2 7 .2 5 1 ,0 3 2 .2 9 83.47% 82.14% 90.29% 97.57% 84.43% 70.00% 75.00% 80.00% 85.00% 90.00% 95.00% 100.00% 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000
DAU DBH DAK DID Dana Desa M ili ar R u p ia h Pagu Realisasi %
13
KAJIAN FISKAL REGIONAL TRIWULAN III TAHUN 2020Sedangkan menurut wilayah, realisasi
penyaluran Kredit Program tertinggi adalah Kabupaten Lombok Timur yang mencapai Rp279,16 miliar (9.095 debitur), Kabupaten Lombok Tengah sebesar Rp198,19 miliar (6.218 debitur) dan Kabupaten Sumbawa sebesar Rp168,61 miliar (6.489 debitur).
Grafik 2.9 Penyaluran KUR dan Kredit UMi s.d Triwulan III Per Wilayah
Sumber: SIKP (diolah)
Kabupaten Sumbawa mencatatkan realisasi penyaluran tertinggi mencapai Rp539,57 miliar, disusul oleh Kabupaten Lombok Timur sebesar Rp510,84 miliar, sedangkan penyaluran terendah di Kota Bima yang hanya mencapai Rp71,59 miliar.
Grafik 2.10 Penyaluran KUR dan Kredit UMi s.d Triwulan III 2018-2020/bln
Sumber: SIKP (diolah)
Jika dilihat kinerja penyaluran per bulan selama tiga tahun terakhir, terdapat penurunan yang
tajam pada bulan April dan Mei 2020 sebagai akibat awal pandemic Covid-19, namun realisasi penyaluran kembali tumbuh pada bulan Juni hingga September 2020. Hal ini menunjukkan optimisme pergerakan UMKM sebagai salah satu penopang pertumbuhan ekonomi di masa pandemi.
Dalam rangka mendukung UMKM di masa pandemi, pemerintah telah meluncurkan skema baru yaitu Super Mikro yang baru diluncurkan bulan September 2020. Dengan realisasi mencapai Rp22,11 miliar pada 2.387 debitur dan hanya disalurkan oleh Bank Rakyat Indonesia. b. Penerusan dan Pemberian Pinjaman
Di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat, pemberian pinjaman oleh pemerintah yang masih aktif adalah sebagai berikut:
1) Koperasi Angkutan Penyeberangan dan Pelayaran (KAPP) Nusa Wangi Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar Rp1,30 miliar (skema RDI) melalui mekanisme penjadwalan kembali selama 9 tahun. Sampai dengan 30 September 2020, sisa hak tagih pemerintah adalah sebesar Rp800 juta. Sementara itu pada periode triwulan III-2020, KAPP Nusa Wangi telah melakukan angsuran sebesar Rp36,20 juta yang dibayarkan pada bulan September 2020.
2) KLP Sinar Rinjani sebesar Rp6,22 miliar
sampai saat ini belum ada pelunasan,
disebabkan KLP Sinar Rinjani telah dibubarkan pada tahun 2009. Sementara itu hak tagih pemerintah sampai dengan 30 Juni 2020 sebesar Rp1,3 miliar dikarenakan adanya pengenaan denda sebesar Rp634 juta.
539.57 510.84 404.97 389.72 258.92 254.66 171.25 90.68 89.56 71.59 100 200 300 400 500 600 M ilia r R u p ia h 324 380 327 86 78 225 416 418 528 100 200 300 400 500 600
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep
M ili ar R up iah 2020 2019 2018
14
KAJIAN FISKAL REGIONAL TRIWULAN III TAHUN 2020
C. Program Pemulihan Ekonomi Nasional
Untuk mengurangi dampak Covid-19 terhadap
perekonomian, pemerintah menjalankan
Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). PEN merupakan rangkaian kegiatan untuk
pemulihan perekonomian nasional yang
merupakan bagian dari kebijakan keuangan Negara yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk mempercepat penanganan pandemi Covid-19 dan/atau menghadapi ancaman yang
membahayakan perekonomian nasional
dan/atau stabilitas sistem keuangan serta penyelamatan ekonomi nasional. Hal tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2020. Total anggaran untuk program PEN secara nasional mencapai Rp695,20 triliun. Sampai dengan September 2020, realisasi secara nasional sebesar Rp318,41 triliun atau 45,8 persen.
Untuk wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat, terdapat beberapa realisasi PEN antara lain Program PEN Subsidi Tambahan Bunga, belanja Kementerian/ Lembaga untuk penangan pandemi Covid-19 dan BLT Desa Dari Dana Desa 2020.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 138/PMK.05/2020 tentang Tata Cara
Pemberian Subsidi Bunga/ Subsidi Margin Dalam Rangka Mendukung Pelaksanaan Program PEN, pemerintah memberikan subsidi bunga/subsidi margin kepada debitur UMKM dengan plafon kredit/pembiayaan paling tinggi Rp10 miliar. Pemberian subsidi tersebut bertujuan untuk melindungi, mempertahankan, dan meningkatkan ekonomi debitur dalam menjalankan usahanya.
Realisasi subsidi bunga sampai dengan triwulan III-2020 adalah sebagaimana grafik di atas. Untuk wilayah regional Bali-Nusra, realisasi tertinggi di Provinsi Bali yang telah mencapai Rp94,48 miliar kepada 189.355 debitur, Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar Rp37,82 miliar kepada 91.082 debitur dan Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar Rp26,65 miliar kepada 72.156 debitur.
Sedangkan realisasi belanja Kementerian/ Lembaga untuk penangan pandemi Covid-19 di Provinsi Nusa Tenggara Barat sampai dengan 30 September 2020 telah mencapai Rp14,80 miliar.
Nilai kontrak terbesar Belanja Kementerian/ Lembaga untuk penanganan Covid-19. Satker Universitas Mataram melalui Rumah Sakitnya menjadi salah satu rumah sakit rujukan untuk pasien Covid-19 di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pengadaan alat medis. Reagen dan
BMHP Laboratorium khusus Covid-19
merupakan belanja dengan nilai kontrak terbesar mencapai Rp2,34 miliar. Selain itu, tahun 2020 delapan kabupaten/kota di NTB menyelenggarakan Pemilihan Umum Kepala Daerah, Satker Bawaslu Provinsi NTB telah
Grafik 2.11 Program PEN Subsidi Tambahan Bunga s.d. Tw III-2020 94.48 37.82 26.65 189,355 91,082 72,156 50,000 100,000 150,000 200,000 20 40 60 80 100
Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur M ili ar R p
Nilai Subsidi Jumlah Debitur
15
KAJIAN FISKAL REGIONAL TRIWULAN III TAHUN 2020merealisasikan belanja untuk penanganan Covid-19 pada tahapan kampanye yang mencapai Rp970,29Juta. Sebagaimana tersaji pada tabel 2.6 pada lampiran.
Penyaluran Dana Desa TA 2020 juga diarahkan untuk fokus dalam penanganan Covid-19, yaitu untuk bantuan sosial kepada masayarakat miskin desa yang belum menerima program jaring pengaman sosial lainnya seperti PKH, Padat Karya Tunai, Subsidi Listrik dan sebagainya. Sampai dengan triwulan III-2020 realisasi penyaluran BLT Dana Desa di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat telah mencapai Rp396,98 miliar kepada 704.891 Keluarga Penerima Manfaat. Pelaksanaan BLT Dana Desa dilaksanakan selama 6 (enam) bulan dengan rincian 3 (tiga) bulan pertama sebesar Rp600 ribu dan 3 (tiga) bulan berikutnya sebesar Rp300 ribu. Realisasi BLT Dana Desa per pemda tersaji pada tabel 2.7 pada lampiran.
D. Prognosis Realisasi APBN s.d. Triwulan IV 2020
Pelaksanaan APBN 2020 di wilayah Nusa Tenggara Barat sampai dengan triwulan III-2020
telah terdampak akibat adanya Covid-19.
Dibanding tahun sebelumnya, realisasi
Pendapatan Negara sebesar Rp2,34 triliun tumbuh negatif sebesar 0,39 persen, sedangkan realisasi belanja negara regional NTB sebesar Rp18,44 triliun lebih rendah 0,86 persen. Untuk menghadapi pandemi Covid-19
yang semakin meluas, pemerintah melakukan beberapa kebijakan
fiskal antara lain dengan
menerbitkan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1
Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan.
Selain itu pemerintah telah 2 (dua) kali merubah postur anggaran, yaitu melalui Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2020 dan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2020. Dalam situasi yang sulit tersebut, seperti disampaikan Menteri Keuangan, bahwa APBN menjadi instrument utama yang diharapkan mampu menyelamatkan rakyat dan memulihkan perekonomian Indonesia. Triwulan III
2020 merupakan momen kritikal untuk
menggerakkan mesin ekonomi. Belanja
Kementerian Negara/ Lembaga terus didorong realisasinya dan stimulus fiskal program PEN terus dilanjutkan. Berdasarkan hal di atas, diperkirakan penerimaan pendapatan juga tidak akan memenuhi target serta pelaksanaan realisasi belanja yang berfokus pada bidang kesehatan. Sebagaimana Kementerian Keuangan yang
memperkirakan bahwa pendapatan Negara
sepanjang tahun 2020 turun sebesar 10 persen dibandingkan realisasi tahun sebelumnya, maka dengan asumsi yang sama maka diperkirakan realisasi pendapatan Negara di wilayah NTB sampai dengan triwulan IV-2020 sebesar 78,17 persen. Realisasi belanja negara sampai dengan akhir triwulan IV diperkirakan mencapai Rp22,44 triliun atau sebesar 94,89 persen.
Tabel 2.8 Prognosis Realisasi APBN di Provinsi NTB s.d. Triwulan IV 2020 (Miliar Rp)
Sumber: Kanwil DJP Nusra, OM SPAN (diolah) Uraian Pagu Realisasi s.d. TW II
Perkiraan Realisasi s.d. Triwulan IV Rp % Rp % Pendapatan Negara 4,037. 2,359.22 58.44% 3,155.73 78.17% Belanja Negara 23,648.24 18,443.95 77.99% 22,439.81 94.89% Surplus/Defisit -19,611.24 -19,284.09
BAB III
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS
PELAKSANAAN APBD
RP18,79T
PROGNOSIS REALISASI
PENDAPATAN S.D.
TRIWULAN -V 2020
RP18,66T
PROGNOSIS REALISASI
BELANJA S.D.
TRIWULAN IV 2020
Realisasi sampai triwulan
Realisasi sampai triwulan
III-2020
III-2020
Realisasi sampai triwulan
Realisasi sampai triwulan
III-2020
III-2020
RP15,04T
RP12,23T
Belanja
Belanja
Operasi
Operasi
Belanja
Belanja
Transfer
Transfer
Belanja
Belanja
Modal
Modal
Belanja Tak
Belanja Tak
Terduga
Terduga
Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Transfer
Pendapatan Transfer
Lain-Lain Pendapatan Yang Sah
Lain-Lain Pendapatan Yang Sah
2,37T (70,76%)
12,39T (78,43%)
276,96M (30,65%)
964M
355M
1,20T
9,25T
PENDAPATAN DAERAH
BELANJA DAERAH
16
KAJIAN FISKAL REGIONAL TRIWULAN III TAHUN 2020
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebagai salah satu instrumen yang
digunakan sebagai stimulus pertumbuhan
ekonomi daerah juga berperan sebagai
pendorong dan penentu tercapainya target
makro ekonomi daerah dalam upaya
menurunkan angka kemiskinan,
penganggguran, dan kesenjangan ekonomi masyarakat serta pemulihan ekonomi atas dampak pandemi Covid-19.
Realisasi belanja APBD seluruh
Kabupaten/Kota/Provinsi sampai dengan
triwulan III-2020 di Provinsi NTB sebesar Rp12,23 Triliun atau 58,64 persen dari total pagu sebesar Rp20,85 triliun. Nilai realisasi belanja Triwulan III-2020 masih berada dibawah nilai realisasi periode yang sama tahun 2019. Ini berarti kegiatan belanja pemerintah masih terhambat oleh pengaruh pandemi Covid-19. Mengatasi hal tersebut alokasi dana pada
Belanja Tak Terduga masih
meningkat tajam sebesar
804,70 milliar dan telah
terealisasikan sebesar 375,82
milliar sebagai bentuk
kesungguhan Pemerintah
Daerah dalam
penanggulangan pandemi
tersebut. Sumber pendapatan daerah Provinsi NTB yang
masih diandalkan adalah
penerimaan dari Pendapatan Transfer yang mencapai 82,38 persen dari total Pendapatan Daerah di wilayah Provinsi NTB. Sedangkan realisasi Pendapatan Asli Daerah Pemda Lingkup Provinsi NTB Pada Triwulan III Tahun 2020 mengalami penurunan dibandingkan dengan Realisasi Pendapatan Asli Daerah periode yang sama Tahun 2019. Pandemi
Covid-19 sangat berdampak pada
perekonomian terutama di bidang pariwisata. Meskipun dengan Pertanian dan Pertambangan sebagai tonggak utama Perekonomian di Nusa Tenggara Barat, ternyata dua sektor tersebut
belum cukup untuk menunjang realisasi
pendapatan pada Triwulan III ini. Untuk itu, perlu
digali dan dikembangkan potensi-potensi
sumber pendapatan daerah terutamanya
Pendapatan Asli Daerah melalui inovasi-inovasi yang dilaksanakan dari tingkat pemerintah provinsi hingga ke tingkat desa. Salah satunya
adalah dengan pemberdayaan dan
Tabel III.1 Realisasi APBD Triwulan III Tahun 2019 dan 2020 (Milliar Rupiah)
URAIAN 2020 2019
Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %
PENDAPATAN DAERAH 20.055,97 15.041,18 75,00 21.185,04 15.070,65 71,14
PENDAPATAN ASLI DAERAH 3.352,58 2.372,16 70,76 3.626,53 2.676,69 73,81 PENDAPATAN TRANSFER 15.512,69 12.392,05 79,88 16.554,27 11.836,10 71,50 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 1.190,70 276,97 23,26 1.004,25 557,86 55,55
JUMLAH PENDAPATAN 20.055,97 15.041,18 75,00 21.185,04 15.070,65 71,14 BELANJA DAERAH 20.858,47 12.231,71 58,64 22.437,40 12.381,68 55,18
BELANJA OPERASI 15.078,06 9.558,66 63,39 16.552,15 9.951,37 60,12 BELANJA MODAL 3.054,59 1.313,70 43,01 4.456,27 1.566,21 35,15 BELANJA TIDAK TERDUGA 804,70 375,82 46,70 28,13 4,38 15,57 TRANSFER/BAGI HASIL KE DAERAH 1.921,12 983,53 51,20 1.400,85 859,72 61,37
JUMLAH BELANJA DAERAH 20.858,47 12.231,71 58,64 22.437,40 12.381,68 55,18 SURPLUS/DEFISIT -802,50 2.809,47 350,09 -1252,35 2.688,97 214,71 PEMBIAYAAN DAERAH 661,35 527,02 79,69 961,37 661,01 68,76 JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN 715,87 615,41 85,97 1.020,41 673,00 65,95 JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN 54,52 88,38 162,10 59,03 11,99 20,31 PEMBIAYAAN NETTO 661,35 527,02 79,69 961,37 661,01 68,76 SILPA -141,15 3.336,49 -290,98 3.349,98
(Sumber: LRA APBD Tw III-2020, diolah)
diolah
BAB III
17
KAJIAN FISKAL REGIONAL TRIWULAN III TAHUN 2020pengembangan UMKM lokal daerah, Badan Layanan Umum Daerah dan Badan Usaha Milik Daerah.
A. Pendapatan Daerah
Sampai dengan triwulan III-2020 Realisasi Pendapatan Pemerintah Daerah di Provinsi NTB sebesar Rp15,04 Triliun atau 75 persen dari pagu. Capaian tersebut lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun 2018 sebesar Rp14,47 Triliun. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Angka Realisasi PAD Pemda se Provinsi NTB Triwulan III tahun 2020 sebesar Rp2,37 Triliun atau 70,76 persen. Angka tersebut turun sebesar
11,37 persen (y-o-y) dari Realisasi PAD periode
yang sama pada Tahun 2019 yaitu sebesar 2,67 Triliun.
Pemda Provinsi NTB berkontribusi tertinggi sebesar Rp1,24 Triliun atau 52,48% atas agregat realisasi PAD di wilayah NTB sedangkan Kota Bima sebagai kontributor terendah yaitu 1,44% atau sebesar Rp35,29 Miliar. Disamping ini dapat dilihat PAD per Pemda s.d. triwulan III-2020. Adapun detil komponen Penerimaan Asli Daerah lingkup Provinsi NTB sampai dengan triwulan III-2020 adalah sebagai berikut:
a) Penerimaan Pajak Daerah
Penerimaan pajak daerah secara agregat sampai dengan triwulan III-2020 mencapai Rp1,26 Triliun atau 67,90 persen dari target
yang telah ditetapkan. Capaian penerimaan pajak daerah tersebut mengalami penurunan
sebesar 10,64 persen (y-o-y) dibandingkan
dengan periode yang sama tahun 2019 sebesar Rp1,41 Triliun.
Provinsi NTB memberikan kontribusi tertinggi capaian Pajak Daerah sebesar Rp993,99 Miliar atau 73,65 persen dari agregat penerimaan Pajak Daerah se-Provinsi NTB sedangkan kontribusi terkecil oleh Kabupaten Dompu dengan 0,65 persen yaitu sebesar Rp8,16 Miliar.
b) Penerimaan Retribusi Daerah
Penerimaan Retribusi Daerah secara
agregat di provinsi NTB sampai dengan (Sumber: LRA APBD Tw III-2020, diolah)
diolah 74.15% 101.44% 79.88% 60.08% 66.47% 61.67% 58.92% 57.15% 55.80% 42.83% 63.33% 0% 50% 100% 150% 0 500 1,000 1,500 2,000
Provinsi NTB Kab. Lombok Barat
Kab. Lombok Tengah
Kab. Sumbawa Kab. Dompu Kota Bima
M
ili
ar
R
p
Grafik III.1 Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Per Pemda s.d. Triwulan III-2020 Lingkup Wilayah Provinsi
NTB
Pagu Realisasi %Realisasi %Agregat
73.65% 7.08% 4.19% 3.06% 3.30% 2.29%1.85%0.73%0.65%2.13%1.07% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% 140% 0 500 1,000 1,500 M ili ar R p
Grafik III.2 Penerimaan Pajak Daerah s.d. Triwulan III-2020 Lingkup Wilayah Provinsi NTB
Pagu Realisasi %Agregat %Realisasi
11.50%12.43% 7.73% 22.54% 10.65% 3.02%5.87% 7.63%2.35%8.30% 7.98% 0% 50% 100% 0 20 40 60 M ili ar R p
Grafik III.3 Penerimaan Retribusi Daerah s.d. Triwulan III-2020 Lingkup Wilayah Provinsi NTB
Pagu Realisasi %Agregat %Realisasi
(Sumber: LRA APBD Tw III-2020, diolah)
18
KAJIAN FISKAL REGIONAL TRIWULAN III TAHUN 2020
Triwulan III-2020 mencapai Rp109,31 Miliar atau 61,22 persen dari target.
Capaian tersebut menurun 2,45 persen (y-o-y)
dibandingkan periode yang sama tahun 2019. Kabupaten Lombok Timur memberikan kontribusi terbesar yang mencapai Rp45,76 Miliar atau sebesar 22,54 persen dari agregat target penerimaan retibusi Daerah lingkup Provinsi NTB, dan yang terkecil oleh Kabupaten Dompu sebesar Rp3.68 Miliar.
c) Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan secara agregat di Provinsi NTB sampai dengan Triwulan III Tahun 2020 sebesar Rp152,16 Miliar atau sebesar 73,81 persen dari target. Capaian tersebut naik 80.88 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019 yaitu Rp84,14 Miliar.
Dari grafik III.4, Pemprov NTB memberikan kontribusi terbesar mencapai Rp53.36 Miliar atau 47,51 persen dari agregat realisasi Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan, kemudian Kabupaten Lombok Timur sebesar Rp17,01 Miliar (15,15 persen), dan Kabupaten sumbawa merealisasikan sebesar Rp13,76 Miliar (9,72 persen). Sedangkan pada
Kabupaten Sumbawa Barat sampai dengan triwulan III-2020 belum terdapat realisasi Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan.
d) Lain-lain PAD Yang Sah
Penerimaan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah di Provinsi NTB sampai dengan Triwulan III-2020 mencapai Rp886,94 Milliar atau 76,40 persen. Capaian tersebut turun
sebesar 17,87 persen (y-o-y) dibandingkan
periode yang sama tahun 2019. Berdasarkan grafik III.5, kontribusi Penerimaan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah tertinggi oleh Pemprov NTB yang mencapai 28,00 persen dari total agregat, disusul oleh Pemda Kota Mataram sebesar Rp144,80 Miliar atau 16,33 persen. Sementara pencapaian terkecil oleh Kota Bima yang hanya mencapai 1,34 persen. 2. Pendapatan Transfer 47.51% 0.22% 4.00% 15.15%7.20%4.17% 9.72%4.47%7.54% 0.00%0.02% 0% 50% 100% 150% 0 20 40 60
Provinsi NTB Kab. Lombok Barat
Kab. Lombok Tengah
Kab. Sumbawa Kab. Dompu Kota Bima
M
ili
ar
R
p
Grafik III.4 Penerimaan Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan s.d. Triwulan III-2020
Lingkup Wilayah Provinsi NTB
Pagu Realisasi %Agregat %Realisasi
105.34% 100.16% 91.83% 61.46% 84.44% 51.78%54.42% 60.50% 49.16% 38.58% 63.14% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% 0 50 100 150 200 250 300
Provinsi NTB Kab. Lombok Barat
Kab. Lombok Tengah
Kab. Sumbawa
Kab. Dompu Kota Bima
M
ili
ar
R
p
Grafik III.5 Penerimaan Lain-lain PAD yang Sah s.d. Triwulan III-2020 Lingkup Wilayah Provinsi NTB
Pagu Realisasi %Realisasi %Agregat
(Sumber: LRA APBD Tw III-2020, diolah) diolah
(Sumber: LRA APBD Tw III-2020, diolah) diolah 79.36%82.37%73.30%82.61% 72.70% 83.09%75.41%84.16% 70.69%77.03% 83.38% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 0 1,000 2,000 3,000 4,000
Provinsi NTB Kab. Lombok Barat
Kab. Lombok Tengah
Kab. Sumbawa Kab. Dompu Kota Bima
M
ilia
r
R
p
Grafik III.6 Penerimaan Pendapatan Transfer s.d. Triwulan III-2020 Lingkup Wilayah Provinsi NTB
Pagu Realisasi %Realisasi %Agregat
(Sumber: LRA APBD Tw III-2020, diolah)