• Tidak ada hasil yang ditemukan

SMI s Insight Triwulan III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SMI s Insight Triwulan III"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

SMI’s Insight 2015

-

Triwulan III

Pemerintah Afrika Selatan Mendirikan

Development Bank of Southern Africa (DBSA) Untuk Mengatasi Masalah Pembangunan:

Market Failures dan Institutional Failures”

Development Bank Benchmarking Series

Development Bank of Southern Afrika atau DBSA merupakan Bank Pembangunan Afrika Selatan yang fokus untuk

mendorong pertumbuhan ekonomi, pengembangan Sumber Daya Manusia dan kapasitas institusi dengan memo-bilisasi kapasitas pendanaan maupun sumber daya lainnya dari dalam negeri maupun luar negeri untuk men-dukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan di Afrika Selatan dan sekitarnya.

Pemerintah Afrika Selatan memperkuat posisi DBSA sebagai salah satu institusi keuangan untuk pembangunan di

Afrika Selatan melalui UU tersendiri yang dinamakan DBSA Act no. 13 tahun 1997. Dalam UU tersebut, DBSA

memiliki mandat untuk mendukung proyek-proyek dan program pembangunan di Afrika Selatan dan sekitarnya.

Dalam UU tersebut, DBSA memiliki fokus untuk mendorong pembiayaan sektor infrastruktur baik infrastruktur ekonomi, sosial, maupun kelembagaan serta mendorong terciptanya sinergi dengan investor swasta.

Secara struktur kelembagaan, DBSA merupakan salah satu dari lima lembaga keuangan untuk pembangunan

(development finance institutions) yang dimiliki oleh Pemerintah Afrika Selatan. Selain DBSA, Afrika Selatan juga

memiliki lembaga keuangan untuk pembangunan lainnya yakni: Land Bank, Industrial Development Corporation,

National Housing Finance Corporation, dan National Empowerment Fund. Kepemilikan DBSA 100% dimiliki oleh

Pemerintah dan berada di bawah supervisi Kementerian Keuangan. Selain mengacu kepada UU DBSA, DBSA juga

mengacu kepada UU Manajemen Keuangan Publik (Public Finance Management Act) namun tidak tunduk kepada

UU Perbankan (Bank Act).

(2)

Peran DBSA sebagai bank pembangunan terdiri dari 5 hal:

1) Financier.Sebagai bank pembangunan, DBSA akan menjalankan fungsi sebagai lembaga pembiayaan yang mendorong pembiayaan pada infrastruktur dasar dan mendorong pertumbuhan ekonomi me-lalui pendanaan di bidang infrastruktur;

2) Partners. DBSA juga berperan sebagai partners bagi keterlibatan investasi publik, swasta, dan komuni-tas dalam pembangunan infrastruktur;

3) Advisors. DBSA berperan sebagai pihak yang mendorong pembangunan melalui pemberian pelatihan atau pengembangan kapasitas bagi pihak lainnya (Pemerintah Pusat ataupun Daerah) dari sisi pengembangan institusi, keuangan, teknis dan pengetahuan terkait pembangunan;

4) Implementer.DBSA berperan sebagai mediator yang menghubungkan berbagai inisiatif dari berbagai

stakeholder terkait dalam pengambilan keputusan sehingga mendorong pembangunan ekonomi yang

berkelanjutan;

5) Integrator. DBSA berperan sebagai originator, fasilitator, dan partisipasi dalam berbagai inisiatif

strategis dalam rangka pengembangan kapasitas dan penyediaan solusi bagi percepatan pembangunan.

Dalam menjalankan perannya sebagai Bank Pembangunan khususnya dalam pembiayaan di bidang infra-struktur, DBSA menjalankan seluruh rantai proses pembangunan infrastruktur mulai dari proses identifikasi

proyek dengan membantu Pemerintah hingga fase operasional dan maintenance dengan bermitra bersama

pihak lainnya. Disinilah value added yang dimiliki DBSA sebagai bank pembangunan yang tidak dimiliki oleh

bank komersial maupun bank pembangunan konvensional lainnya. DBSA tidak ditujukan untuk menjadi pe-saing bagi perbankan komersial namun sifatnya lebih menjadi pelengkap bagi produk perbankan yang sudah

ada sehingga mendorong terciptanya sinergi dalam membiayai proyek-proyek infrastruktur.

Peranan DBSA sebagai Bank Pembangunan

Sumber: Laporan Tahunan DBSA, diolah

Gambar 2. Salah satu nilai tambah yang dimiliki oleh DBSA dibandingkan dengan perbankan komersial lainnya adalah DBSA terlibat tidak hanya pada tahap pembiayaan, tetapi juga dari penyiapan proyek hingga operasional.

(3)

Produk dan Sektor Pembiayaan DBSA

Gambar 3. Produk dan jasa Layanan DBSA menjadi komplementer dari produk Perbankan Komersial, di an-taranya untuk produk penyiapan proyek, produk pinjaman kepada Pemerintah Daerah dan penyertaan modal

Sumber: Laporan Tahunan DBSA, diolah

Gambar 4. Total outstanding pembiayaan DBSA secara CAGR dalam 3 tahun terakhir tumbuh 25% untuk Afrika Selatan dan 18% untuk wilayah selain Afrika Selatan

Produk pembiayaan yang ditawarkan oleh DBSA tidak ditujukan untuk berkompetisi dengan perbankan

komersial, namun fungsinya ditekankan untuk menjadi pelengkap bagi produk-produk yang sudah ada.

Produk dan jasa yang ditawarkan oleh DBSA senantiasa berkembang mengikuti beberapa faktor:

Ekspansi produk existing dengan menargetkan market yang baru dan belum tergarap

Sejalan dengan kebutuhan pembiayaan program prioritas di level National dan Provinsi

Kolaborasi dengan perbankan atau lembaga keuangan lain

Peningkatan dampak ekonomi sosial dari pembiayaan dengan menawarkan pembiayaan untuk

infra-struktur sosial (kesehatan, pendidikan dan perumahan)

Selama tiga tahun terakhir, pertumbuhan pem-biayaan DBSA menunjukkan tren yang positif. Jika di tahun 2012 outstanding pembiayaan tercatat sebesar R8,1Miliar (~Rp 7,3Triliun, dengan asumsi kurs 1 Rand = 900 Rupiah), jumlah tersebut naik menjadi R12,7Miliar (~Rp 11,4Triliun) di tahun 2014.

DBSA menargetkan dalam tiga tahun ke depan,

target pembiayaan secara rata-rata tahunan

tumbuh sebesar 20% dengan komposisi 70% pembiayaan diarahkan kepada Afrika Selatan dan 30% diarahkan untuk Kawasan di luar

(4)

Program Penugasan Pemerintah

Selain program komersial, DBSA juga memiliki mandat untuk mendukung program-program dan kebijakan

nasional serta daerah untuk percepatan penyediaan infrastruktur, dalam bentuk:

 Program-program percepatan penyediaan infrastruktur

 Sektor prioritas yang tercantum dalam Medium-term Strategic Framework Pemerintah

 Pelaksanaan program prioritas yang memiliki dampak yang sangat besar bagi perekonomian

 Program Peningkatan kapasitas

Pemberian penugasan kepada DBSA disebabkan oleh dua hal, yakni adanya market failure dimana tidak ada

pihak komersial yang bersedia untuk mendanai proyek infrastruktur dan institutional failure dimana belum

adanya pengalaman dan kapasitas untuk menjalankan kegiatan tersebut yang mana pengalaman dan kapasi-tas tersebut telah dimiliki oleh DBSA. Seluruh jasa yang diberikan oleh DBSA akan diganti oleh Pemerintah

menggunakan prinsip full cost recovery.

Sumber: Laporan Tahunan DBSA, diolah

DBSA ditujukan untuk dapat menjadi katalis bagi pembangunan. Oleh karena itu, DBSA dapat mendanai

pro-gram-program prioritas Pemerintah, baik dari sektor infrastruktur maupun sektor lainnya yang dapat

men-dorong pertumbuhan ekonomi Afrika Selatan seperti sektor Agribisnis, Kehutanan dan Perikanan, Ketahanan Energi, Pariwisata dan Pertambangan. Selain itu, infrastruktur sosial juga merupakan sektor yang dapat didanai oleh DBSA. Sektor infrastruktur sosial tersebut mencakup sektor kesehatan dimana di dalamnya ter-dapat pembiayaan untuk rumah sakit, sektor perumahan, sektor pendidikan untuk pembangunan sekolah, dan sektor pembangunan wilayah Pedesaan.

Gambar 5. Sektor yang dapat didanai oleh DBSA merupakan sektor-sektor yang menjadi prioritas pem-bangunan Afrika Selatan, tidak hanya mencakup infrastruktur dasar tetapi juga mencakup infrastruktur sosial dan multisektor lainnya.

(5)

Program Pembiayaan Daerah

Secara umum, Afrika Selatan mengalami 3 tantangan dalam bidang pembangunan, yakni:

1) Social Transformation. Tantangan pembangunan infrastruktur dalam social transformation mencakup

kebutuhan yang besar atas pembangunan dan investasi pada penyediaan infrastruktur dasar seperti perumahan, air bersih, dan sanitasi.

2) Economic Stimulation. Tantangan pembangunan infrastruktur pada kategori ini adalah adanya

kebu-tuhan untuk menyediakan infrastruktur yang nantinya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi,

mengurangi bottlenecking, menarik investasi dan mendorong pembangunan yang berkelanjutan,

con-toh proyek: Jalan tol, sistem transportasi massal.

3) Institutional Capacity Building. Tantangan pembangunan ini lebih dititikberatkan kepada kapasitas

institusi (baik Pemerintah maupun swasta) untuk merencanakan, mengimplementasikan, dan

mengel-ola proyek-proyek infrastruktur berskala besar.

Dalam menjawab berbagai tantangan tersebut, DBSA memiliki satu lini bisnis yakni pembiayaan kepada Pemerintah Daerah. Adapun manfaat pembiayaan pemerintah daerah antara lain:

Memperkuat kapasitas Pemerintah Daerah yang berkapasitas fiskal rendah atau kategori under

-resourced municipalities dalam hal perencanaan proyek, penyiapan proyek dan packaging proyek;

Meningkatkan fokus pada daerah dengan kesenjangan pendapatan yang besar melalui inisiatif

origina-si proyek;

Sumber: Laporan Tahunan DBSA, diolah

Gambar 6. Dalam Framework Pembiayaan Pemerintah Daerah yang telah disusun, tujuan pembiayaan

Pembiayaan Daerah adalah untuk mengurangi Kemiskinan, backlog Perumahan dan Pengangguran yang

(6)

Menyediakan sumber dana yang terjangkau melalui dana subsidi pembangunan untuk daerah dengan

ka-pasitas fiskal sedang (secondary municipalities) dan daerah berkapasitas fiskal rendah atau kategori under

-resourced municipalities;

Mengintegrasikan aktivitas pembiayaan dan dukungan non-pembiayaan untuk mencapai dampak

pem-bangunan yang lebih besar;

Memberikan dukungan bagi Pemerintah Daerah untuk meningkatkan tingkat pengeluaran/belanja modal

untuk pembangunan dengan memberikan dukungan pelaksanaan (implementation support) dari sisi teknis

dan bentuk-bentuk lainnya.

Dalam menjalankan fungsi pembiayaan kepada Pemerintah Daerah, DBSA membagi segmentasi pasar kepada tiga kategori:

1) Kategori Market 1 (M1) merupakan Kota Besar (Metropolitan Cities) yang memiliki kapasitas fiskal yang

besar dan mampu merencanakan, menyiapkan, mengimplementasikan, dan mengelola proyek-proyek

in-frastruktur besar sehingga diminati oleh Perbankan atau institusi keuangan lainnya. Saat ini daerah dengan kategori ini hanya berjumlah 6 kota metropolitan. Contoh dari daerah berkategori M1 antara lain: Ekurhuleni, City of Johannesburg, City of Tshwane, eThekwini dan City of Cape Town.

2) Kategori Market 2 (M2) merupakan kota dengan kemampuan kapasitas fiskal sedang (Secondary

Munici-palities) berjumlah 119 daerah yang terdiri dari 19 kota penyangga metropolitan (secondary cities), 27

ko-ta besar (large towns), 73 distrik. Daerah dengan kategori ini memerlukan dukungan dalam identifikasi, perencanaan, dan penyiapan proyek untuk dapat menarik pihak Perbankan atau institusi keuangan lain

dalam membiayai proyek-proyek infrastruktur.

3) Kategori Market 3 (M3) merupakan kota dengan kemampuan kapasitas fiskal rendah (Under-resourced

Municipalities) berjumlah 159 daerah (kota-kota kecil dan pedesaan). Daerah dengan kategori ini

memer-lukan dukungan di semua aspek manajemen proyek, mulai dari perencanaan, penyiapan, implementasi

proyek dan kemampuan pengelolaan dana-dana yang berasal dari dana transfer/dukungan fiskal dari

Pemerintah.

Peran DBSA sangat terlihat untuk pembiayaan Daerah

dengan kategori M3 atau under-resourced municipalities

yakni sebesar 84% dari market share. Sementara untuk

kategori M2 sebesar 73% dan M1 sebesar 30%.

Meskipun dari sisi market share terlihat paling besar,

namun dari sisi volume pembiayaan, jumlah outstanding

pembiayaan tercatat merupakan yang paling kecil yakni hanya sebesar 6% dari seluruh portofolio pembiayaan

daerah DBSA. Outstanding pembiayaan terbesar tercatat

pada daerah dengan kategori M1 sebesar 66% dari total portofolio.

Dari data tersebut, terlihat peran DBSA sebagai katalis untuk Pemda Kategori M3, meskipun dari sisi jumlah

pembiayaan masih sangat kecil. Ke depan, DBSA berencana untuk menggandakan porsi pembiayaan

kepa-Sumber: Laporan Tahunan DBSA, diolah

Gambar 7. Porsi DBSA sangat besar untuk Pemda kategori M3 dimana Perbankan konvensional tidak berminat untuk memberikan pinjaman

(7)

Disclaimer

All information presented were taken from multiple sources and considered as true by the time they were written to the knowledge of PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero). PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) can not be held responsible from any inacuracy contained in the material.

PT SMI follows all internal and external guidelines and regulations that govern the evaluation process on determining the financing feasibility of an infrastructure project. Every decision to finance or not to finance a project is therefore based on a responsible and thorough due diligence process.

Any complaint in the process of financing irregularities can be submitted to: Ms. Astried Swastika Corporate Secretary PT SMI

Tel : +62 21 5785 1313 Fax : +62 21 570 9460

Email : [email protected]

Public complaints on PT SMI service will be kept strictly confidential and handled by a special committee to ensure that complaints are addressed appropriately.

Dukungan Pemerintah

Kunci Keberhasilan DBSA

Untuk mendukung kegiatan operasional DBSA, Pemerintah Afrika Selatan memberikan dukungan

sebagaima-na yang diamasebagaima-natkan dalam DBSA Act nomor 13 Tahun 1997. Dukungan tersebut di antaranya adalah:

1) Dukungan Permodalan. Dalam UU DBSA disebutkan bahwa DBSA memiliki sebuah keleluasaan dalam

meminta dukungan permodalan berbentuk callable capital. Callable capital adalah selisih dari

komit-men setoran modal Pemerintah dikurangi dengan modal yang sudah disetor. Manakala jajaran Direksi meminta tambahan modal disetor melalui Rapat Umum Pemegang Saham, maka Pemerintah akan mencairkan dana tersebut sebagai bentuk tambahan permodalan bagi DBSA.

2) Dukungan Insentif Pajak. Dalam menjalankankegiatanoperasional, DBSA dikecualikan dari segala ben-tuk perpajakan bagi perusahaan sebagaimana tercantum dalam UU DBSA Nomor 13 Tahun 1997 pasal

21 ayat 1.

Terdapat lima kunci keberhasilan DBSA dalam menjalankan kegiatannya sebagai Bank Pembangunan Afrika Selatan:

1) Penyiapan Proyek. Dengan adanya kegiatan dan pendanaan dalam penyiapan proyek membuat

proses pembentukan pipeline proyek menjadi lebih cepat serta lebih banyak. DBSA juga mampu

menampung dana-dana yang berasal dari Lembaga Donor untuk kemudian disalurkan dalam bentuk

pendanaan untuk kegiatan penyiapan proyek;

2) Partnership. Dalam pembiayaan sebuah proyek, DBSA tidak dapat berdiri sendiri karena terbatasnya

dana yang dimiliki, oleh karena itu adanya partnership dengan perbankan atau lembaga keuangan

lainnya menjadi sebuah kunci untuk mendorong semakin banyak proyek yang dapat didanai;

3) Full Value Chain Offering. DBSA menawarkan produk dan jasa yang terintegrasi sejak tahap awal hing-ga operasional;

4) Employer of Choice. DBSA mampu menarik, mempertahankan, dan mengembangkan talent SDM yang

berkualitas dan kompeten khususnya di bidang engineering, project management dan finance

5) Innovative Infrastructure Solution. DBSA mampu secara terus-menerus berinovasi baik dari sisi produk

Gambar

Gambar 1. DBSA merupakan Bank Pembangunan yang 100% dimiliki oleh Pemerintah melalui Menteri Keuangan
Gambar  2.  Salah  satu  nilai  tambah  yang  dimiliki  oleh  DBSA  dibandingkan  dengan  perbankan  komersial  lainnya adalah DBSA terlibat tidak hanya pada tahap pembiayaan, tetapi juga dari penyiapan proyek hingga  operasional
Gambar 3. Produk dan jasa Layanan DBSA menjadi komplementer dari produk Perbankan Komersial, di an- an-taranya  untuk  produk  penyiapan  proyek,  produk  pinjaman  kepada  Pemerintah  Daerah  dan  penyertaan  modal
Gambar  5.  Sektor  yang  dapat  didanai  oleh  DBSA  merupakan  sektor-sektor  yang  menjadi  prioritas  pem- pem-bangunan Afrika Selatan, tidak hanya mencakup infrastruktur dasar tetapi juga mencakup infrastruktur sosial  dan multisektor lainnya
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini penting dilakukan dalam mengembangkan ilmu pariwisata, di mana konsep Sapta Pesona merupakan konsep yang digunakan dalam mengembangkan kepariwisataan

Sehubungan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/21/PBI/2014 tentang Penerapan Prinsip Kehati-hatian Dalam Pengelolaan Utang Luar Negeri Korporasi Nonbank

Namun, dibalik keberagaman tersebut telah disatukan oleh Sejarah Budaya masa lalu yang membentuk Peradaban Sungai Pawan.

Kelas Katekisasi untuk Baptisan Kudus bulan Juni 2015 maupun bagi yang ingin Atestasi Masuk akan dimulai pada hari Kamis, 22 Januari 2015, Pk. Bagi

penduduk yang terkena resiko bila terjadi keadaan darurat berupa penyelamatan penduduk di bagian hilir bendungan yang akan terkena banjir termasuk pemikiran upaya

Peningkatan ketersediaan data dan informasi statistik yang berkualitas perlu didukung dengan kesiapan sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas dan professional untuk..